HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Realisasi Tindak Kesantunan Memohon Pada Tuturan Anak Smp Se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar.

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Penelitian

Manusia dalam kehidupannya tidak lepas dari komunikasai dan sikap bersosialisasi. Setiap individu manusia mempunyai sifat tersendiri dalam berkomunikasi salahsatunya yaitu penggunaan bahasa santun. Penggunaan bahasa santun sudah banyak kita jumpai di lingkungan pendidikan baik dari tingkat dasar hingga tingkat atas. Pada penelitian ini akan dikhususkan pada kesantunan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karangnganyar. Kesantunan berbahasa di golongkan menjadi dua yakni kesantunan positif dan kesantunan negatif.

Kesantunan berbahasa merupakan salah satu aspek kebahasaan yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional penuturnya dan alat yang paling tepat dipergunakan dalam berkomunikasi.

Peserta didik merupakan generasi penerus bangsa yang sejak dini harus ditanamkan sikap santun terutama dalam bertutur bahasa.Sebab kesantunan yang berupa tuturan bahasa dan etika sangat berpengaruh untuk membentuk kepribadian peserta didik.Pola sikap dalam berkomunikasi dipengaruhi oleh karakter kesantunan peserta didik.

Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar. Kecamatan Kerjo memeliki lima Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu SMP N 1 Kerjo, SMP N 2 Kerjo, SMP N 3 Kerjo dan SMP Muh 5 Kerjo serta MTs Kerjo, jarak antar sekolah tidak jauh dan saling berdekatan. SMP Muh 5 Kerjo dan MTs merupakan satu komplek yang berada di jalan raya Kerjo-Karanganyar, alamatnya terletak di desa Sumberejo Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bentuk realisasi tindak kesantunan memohon pada tuturan anak SMP Se-Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar serta mendeskripsikan teknik dan strategi realisasi


(2)

tindak kesantunan memohon pada tuturan anak SMP Se-Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar.

Peneliti melakukan penelitian ini dikarenakan tuturan dalam memohon anak-anak di SMP Se-Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar rata-rata siswa masih belum bisa membedakan mana orang yang lebih tua atau muda. Hal ini mengakibatkan sopan santun dalam beretika bahasanya masih kurang. Tuturan yang perlu diperhatikan ketika memohon pada orang yang lebih tua maupun muda siswa cenderung sama dalam bahasa hal ini nampak ketika saat dalam ruangan kelas. Peristiwa seperti itu perlu perhatian khusus untuk membenahi etika berbahasa anak supaya memiliki tutura yang baik dan benar.

B. Bentuk Realisasi Tindak Kesantunan Memohon Tuturan Anak SMP Se-Kecamatan Kerjo, Kabupaten Karanganyar

Pemenuhan penggunaan bahasa sehari-hari manusia tidak lepas akan penggunaan prinsip-prinsip kesantunan ataupun prinsip-prinsip kesopanan. Manusia dalam kehidupan bersosialisasi terhadap sesama makhluk hidup sangat memperhatikan adanya komunikasi yang terjalin untuk mempermudahkan mereka dalam berhubungan karena ciri makhluk hidup yang utama adalah makhluk sosial. Salah satu tempat bertemunya suatu hubungan sosial diantara yaitu disekolah. Sekolah mempunyai makna tersendiri dalam tumbuh kembang suatu masyarakat, karena disini mereka bertemu dan saling berkomunikasi untuk belajar dan menempuh pendidikan.

Dalam penggunaannya tindak kesantunan memohon pada anak SMP dikemukakan beberapa kategori. Menurut Prayitno (2011:42) kategori-kategori bentuk dari tindak kesantunanMemohonmeliputi (1) meminta, (2) mengharap, (3) memohon, dan (4) menawarkan.


(3)

Kategori bentuk tindak kesantunan memohon pada tuturan anak SMP se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar.

1. Menawarkan

Menawarkan yaitu kesantunan agar seseorang melakukan sesuatu yang diinginkan dengan beberapa pilihan. Contoh tindak kesantunan memohon, yaitu:

a. Data (26)

Eksplikatur : ” Kowe wae sik dadi kiper!” Sub TT : Menawarkan

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan” Kowe wae sik dadi kiper” Dari percakapan tersebut Pn menawarkan kepada Mt untuk menjadi kiper. Pn dan Mt berjenis kelamin laki-laki. Pn dan Mt merupakan siswa SMP N 1 Kerjo. percakapan terjadi saat jam istirahat, mereka sedang bermain sepak bola.

Berdasarkan data (26) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif menawarkan ditunjukan dengantuturan menawarkan “Kowe wae sik dadi kiper!”

b. Data (27)

Eksplikatur : Aku melu ngendi?” Sub TT : Menawarkan

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan Aku melu ngendi?” Dari percakapan tersebut Pn menawarkan kepada Mt agar Pn bisa menjadi bagian kelompok yang mana. Pn dan Mt berjenis kelamin laki-laki. Pn dan Mt merupakan siswa SMP N 1 Kerjo. percakapan terjadi saat jam pelajaran bahasa Indonesia. Guru membagi kelompok dan memberi tugas. Berdasarkan data (27) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif menawarkan ditunjukan dengan tuturan menawarkan “Aku melu ngendi?”

c. Data (28)


(4)

Sub TT : Menawarkan

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan “Saya, Bu”. Dari percakapan tersebut Pn menawarkan dirinya untuk maju kedepan mengerjakan soal yang diberikan oleh ibu guru. Pn berjenis kelamin laki-laki an merupakan siswa SMP Muh 5 Kerjo. Mt berjenis kelamin perempuan dan merupakan guru di SMP Muh 5 Kerjo.

Berdasarkan data (28) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif menawarkan ditunjukan dengantuturan menawarkan “Saya, Bu”.

d. Data (29)

Eksplikatur : ““Dia, kamu nggak ikut?” Sub TT : Menawarkan

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan“Dia, kamu nggak ikut?” Dari percakapan tersebut Pn menawarkan kepada Mt untuk ikut. Pn dan Mt berjenis kelamin perempuan merupakan siswa MTs Kerjo. percakapan terjadi saat jam pelajaran olah raga.

Berdasarkan data (29) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif menawarkan ditunjukan dengan tuturan menawarkan “kamu nggak ikut?”

Dilihat dari fenomena yang terjadi di lingkungan sekolah tersebut terdapat beberapa contoh dari kesantunan meminta, mengharap, memohon, menawarkan. Penelitian tersebut dilakukan di SMP Se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar. Dari realisasi bahasa yang telah tersimak dan tercacat tersebut dapat disimpulkan bahwa realisasi tindak kesantunan memohon pada tuturan anak SMP Se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar sudah memenuhi kriteria kesantunan bahasa.


(5)

2. Meminta

Meminta yaitu ungkapan agar seseorang memberikan apa yang dikehendaki serta diinginkan dan berharap agar seseorang memberikan yang diminta oleh penutur. Istilah meminta yaitu ungkapan agar seseorang memberi apa yang telah dikehendaki oleh si penutur. Berikut ini contoh dari tindak kesantunan meminta, yaitu:

a. Data (1)

Eksplikatur :” Heh jhon kw ki lho siap no!” Sub TT :Meminta

Konteks :Analisis dari data tersebut dilihat dari tuturan” Heh jhon kw ki lho siap no.”. Dari percakapan tersebut Pn (Siswa) menyuruh Mt (teman sebangku) untuk mempersiapkan peralatan olahraga lompat jauh di halaman sekolah. Pn dan Mt berjenis kelamin laki-laki merupakan siswa SMP N 1 Kerjo. Percakapan terjadi ketika para siswa mempersiapkan pelajaran olah raga di halaman sekolah. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa tuturan (a) adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengan tutur meminta “siapno!

b. Data (2)

Eksplikatur : “Koe ngerti… aku luwe banget. Aku njaluk roti mu ?

Sub TT : Meminta

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan “Koe ngerti… aku luwe banget. Aku njaluk roti mu ? Dari percakapan tersebut Pn lapar meminta Mt untuk memberinya roti. Pn dan Mt berjenis kelamin perempuan dan merupakan siswa SMP N 1 Kerjo. percakapan terjadi saat jam istirahat.

Berdasarkan data (2) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengan tuturan meminta “Aku njaluk roti mu“


(6)

c. Data (3)

Eksplikatur : “Kowe wae sik mlebu, Put. Aku ra wani” Sub TT : Meminta

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan Kowe wae sik mlebu, Put. Aku ra wani. Dari percakapan tersebutPn meminta Mt saja yang masuk terlebih dahulu. Pn dan Mt berjenis kelamin perempuan. Pn dan Mt merupakan siswa SMP N 1 Kerjo. Percakapan terjadi saat jam olah raga, Guru olah raga menyuruh mengambil bola di ruang guru

Berdasarkan data (3) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengan tutur meminta “Kowe wae sik mlebu“

d. Data (4)

Eksplikatur : Eh, tulisan kae wacane opo? Aku gak ketok Sub TT : Meminta

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan “Eh, tulisan kae wacane opo? Aku gak ketok. Dari percakapan tersebut Pn meminta kejelasan mengenai tulisan yang sedang di tulis oleh gurunya kepada Mtteman sebangkunya. Pn dan Mt berjenis kelamin perempuan. Pn dan Mt siswa SMP N 3 Kerjo. Percakapan terjadi saat pelajaran bahasa Indonesia jam ke-3 Berdasarkan data (4) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengan tuturan meminta “Eh, tulisan kae wacane opo?“

e. Data (5)

Eksplikatur : “He, meneng ow! Bu Susi lagi macakne soal”

kui lo. Sub TT : Meminta

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan “He, meneng ow! Bu Susi lagi macakne soal kui lo.”Dari percakapan tersebut Pn terganggu dengan suasana gaduh di kelas meminta Mt untuk diam. Pn dan Mt berjenis kelamin laki-laki. Pn dan Mt merupakan siswa SMP N 3 Kerjo.


(7)

Percakapan terjadi saat pelajaran bahasa Inggris jam ke-2. Guru membacakan soal latihan.

Berdasarkan data (5) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengan tuturan meminta “He, meneng ow!“.

f. Data (6)

Eksplikatur : “Kowe pindah mburi wae! aku gak ketok” Sub TT : Meminta

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan “Kowe pindah mburi wae, aku gak ketok.”. Dari percakapan Pn Meminta Mt untuk bertukar tempat. Pn berjenis kelamin perempuan Mt berjenis kelamin laki-laki. Pn dan Mt merupakan siswa SMP N 3 Kerjo. Percakapan terjadi saat pelajaran matematika jam ke-5.

Berdasarkan data (6) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengan tuturan meminta “Kowe pindah mburi wae!“.

g. Data (7)

Eksplikatur :”nyilih ndang!” Sub TT : Meminta

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan “nyilih ndang” Dari percakapan Pn meminta kejelasan perihal keberadaan rautan Mt. Pn dan Mt berjenis kelamin perempuan. Pn dan Mt merupakan siswa SMP Muh 5 Kerjo. Percakapan terjadi saat pelajaran menggambar jam ke-3.

Berdasarkan data (7) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengan tuturan meminta “nyilih ndang!“.

h. Data (8)

Eksplikatur : “Nomer telu jawabane opo, Nis?”. Sub TT : Meminta


(8)

dari tuturan “Nomer telu jawabane opo, Nis?”. Dari percakapan Pn tidak mengerti maksud soal nomor tiga meminta Mt untuk mengajarinya. Pn berjenis kelamin laki-laki dan Mt berjenis kelamin perempuan. Pn dan Mt merupakan siswa SMP Muh 5 Kerjo. Percakapan terjadi saat pelajaran bahasa jawa jam ke-5. Guru tidak masuk sehingga diganti dengan tugas.

Berdasarkan data (8) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengan tuturan meminta “Nomer telu jawabane opo?“

i. Data (9)

Eksplikatur : ‘Ndi bolpenku?Nyoh tak genteni bolpen sitoe’

Sub TT : Meminta

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan ‘Ndi bolpenku?Nyoh tak genteni bolpen sitoe”. Dari percakapan Pn meminta Mt untuk mengembalikan bolpoinnya yang dipinjam dan menggantinya dengan bolpoin yang satunya. Pn berjenis kelamin laki-laki dan Mt berjenis kelamin perempuan. Pn dan Mt merupakan siswa SMP Muh 5 Kerjo. Percakapan terjadi saat pelajaran bahasa Inggris jam ke-2

Berdasarkan data (9) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengan tuturan meminta “Ndi bolpenku? “

j. Data (10)

Eksplikatur : ‘’Beni.. Beni..Ayo sben gol ne..!’’ Sub TT : Meminta

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan ‘’Beni.. Beni..Ayo ben gol ne..!’’. Dari percakapan Pnmeminta Mt untuk memasukkan bola ke ring. Pn berjenis kelamin peremuan dan Mt berjenis kelamin laki-laki. Pn dan Mt merupakan siswa MTs Kejo. Percakapan terjadi saat


(9)

pelajaran olah raga jam pertama, penutur memberikan semangat pada temannya. Berdasarkan data (10) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengantuturan meminta “Ayo ben gol ne!“

k. Data (11)

Eksplikatur : “Rene ow ra, tak kandani.” Sub TT : Meminta

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan “Rene ow ra, tak kandani.”Dari percakapan Pn meminta Mt untuk mendekat kepada Pn dan ingin memberitahu sesuatu. Pn berjenis kelamin laki-laki dan Mt berjenis kelamin perempuan. Pn dan Mt merupakan siswa MTs Kerjo. Percakapan terjadi saat jam istirahat.

Berdasarkan data (11) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengan tuturan meminta “Rene ow!“.

l. Data (12)

Eksplikatur : “Ti, penggaris.” Sub TT : Meminta

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan “Ti, penggaris.”Dari percakapan Pn meminta Mt untuk meminjamkan penggarisnya. Pn dan Mt berjenis kelamin perempuan. Pn dan Mt meruakan siswa MTs kerjo. Percakapan terjadi saat pelajaran matematika jam pertama.

Berdasarkan data (12) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengan tuturan meminta “Ti, penggaris.

m. Data (13)

Eksplikatur : “Gek majuo cepet. Selak didisiki.” Sub TT : Meminta


(10)

dari tuturan “Gek majuo cepet. Selak didisiki.”Dari percakapan Pn meminta Mt untuk cepat-cepat maju kedepan agar tidak ada yang mendahului. Pn dan Mt berjenis kelamin perempuan. Pn dan Mt siswa MTs Kerjo. Percakapan terjadi saat pelajaran IPA jam ke-2.

Berdasarkan data (13) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengan tuturan meminta “Gek majuo cepet “

n. Data (14)

Eksplikatur : “Nomer 4 carane pie sik og ?.” Sub TT : Meminta

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan “Nomer 4 carane pie sik og ?”. Dari percakapan Pn tidak mengerti maksud soal nomor 4 dan Pn meminta Mt untuk menjelaskan lagi. Pn dan Mt berjenis kelamin perempuan. Pn dan Mt siswa MTs Kerjo. Percakapan terjadi saat pelajaran matematika jam ke-5.

Berdasarkan data (14) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif meminta ditunjukan dengan tuturan meminta “Nomer 4 carane pie?“

3. Memohon

Memohon yaitu kesantunan agar seseorang memperbolehkan dirinya melakukan sesuatu yang diinginkan. Contoh tindak kesantunan memohon, yaitu:

a. Data (15)

Eksplikatur : ” Bu, punyaku ini sudah, kok belum ditandatangani?”

Sub TT : Memohon

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan” Bu, punyaku ini sudah, kok belum ditandatangani?”Dari percakapan tersebut Pn menginginkan tugasnya segera diberi paraf oleh bu guru. Pn dan Mt berjenis kelamin perempuan. Pn meruakan siswa Muh 5 Kerjo. Mt mrerupakan guru


(11)

Muh 5 Kerjo. Percakapan terjadi saat jam ke 0, sebelum pelajaran dimulai anak-anak membaca juz ama.

Berdasarkan data (15) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif memohon ditunjukan dengan tuturan mengharap “kok belum ditandatangani? “

b. Data (16)

Eksplikatur : “Bu, saya belum jelas. Soalnya susah sekali”

Sub TT : Memohon

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan “Bu, saya belum jelas. Soalnya susah sekali” Dari percakapan tersebut Pn tidak mengerti dan Memohon Mt untuk menjelaskan lagi. Pn berjenis kelamin perempuan. Pn merupakan siswa SMP N 3 Kerjo. Mt berjenis kelamin perempuan. Mt merupakan guru di SMP N 3 Kerjo. Percakapan terjadi saat jam pelajaran matematika jam pertama.

Berdasarkan data (16) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif memohon ditunjukan dengan tuturan meminta “Bu, saya belum jelas.“

c. Data (17)

Eksplikatur : “Bu, ijin mau buang sampah”

Sub TT : memohon

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan”Bu, ijin mau buang sampah” Dari percakapan tersebut Pn memohon kepada ibu guru untuk mengijinkanya membuang sampah. Pn berjenis kelamin laki-laki dan merupan siswa SMP N 2 Kerjo. Mt berjenis kelamin perempuan dan merupakan guru SMP N 2 Kerjo. percakapan terjadi saat elajaran IPS jam pertama. Guru sedang menerangkan materi. Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif memohon ditunjukan dengan tuturan memohon “Bu, ijin mau buang sampah.“


(12)

d. Data (18)

Eksplikatur : “Kebelakang sebentar, Bu.”

Sub TT : memohon

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan”Kebelakang sebentar, Bu.”Dari percakapan tersebut Pn memohon kepada ibuguru untuk mengijinkanya pergi kebelakang sebentar. Pn dan Mt berjenis kelamin perempuan. Pn merupakan siswa SMP N 2 Kerjo dan Mt merupakan guru SMP N 2 Kerjo. Percakapan terjadi saat pelajaran matematika jam ke-3. Sebelumnya siswa yang lain ijin ke kamar mandi hampir bersamaan.

Berdasarkan data (18) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif memohon ditunjukan dengan tuturan memohon“Kebelakang sebentar, Bu.“

e. Data (19)

Eksplikatur : “Pak, ojo Tugas terus, bosen. Mosok wingi Tugas, sakiki Tugas, sesok Tugas!”

Sub TT : memohon

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan”Pak, ojo Tugas terus, bosen. Mosok wingi Tugas, sakiki Tugas, sesok Tugas!.” Dari percakapan tersebut Pn memohon kepada Bp guru agar tidak terus menerus memberikan tugas karena merasa bosan. Pn dan Mt berjenis kelamin laki-laki. Pn merupakan siswa SMP N 2 Kerjo dan Mt merupakan guru SMP N 2 Kerjo. Percakapan terjadi saat pelajaran jam ke-2. Guru yang mengajar adalah guru baru dan masih muda.

Berdasarkan data (19) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif memohon ditunjukan dengan tuturan memohon “ojo Tugas terus, bosen”

f. Data (20)

Eksplikatur : ” Aku nyilih setipmu bro

Sub TT : memohon


(13)

dari tuturan” Aku nyilih setipmu bro” Dari percakapan tersebut Pn memohon kepada Mt mau meminjam penghapus. Pn dan Mt berjenis kelamin laki-laki dan merupakan siswa SMP N 2 Kerjo. percakapan terjadi saat pelajaran IPA jam ke-4, siswa disuruh mengerjakan soal latihan.

Berdasarkan data (20) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif memohon ditunjukan dengan tuturan memohon “nyilih setipmu bro”

g. Data (21)

Eksplikatur : ”Boleh ganti, Pak?”

Sub TT : memohon

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan”Boleh ganti, Pak?. Dari percakapan tersebut Pn memohon kepada Mt memperbolehkanya untuk ganti. Pn berjenis kelamin perempuan dan siswa SMP N 3 Kerjo. Mt berjenis kelamin laki-laki merupakan guru SMP N 3 Kerjo. percakapan terjadi saat pelajaran olah raga hampir usai.

Berdasarkan data (21) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif memohon ditunjukan dengan tuturan memohon “Boleh ganti.”

h. Data (22)

Eksplikatur : “Niku lhe bu, Ali gojek mawon! Njenengan pindah ngarep mawon.”

Sub TT : memohon

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan”Niku lhe bu, Ali gojek mawon! Njenengan pindah ngarep mawon.” Dari percakapan tersebut Pn memohon kepada Mt untuk memindahkan temannya kedepan karena terus-terusan bercanda. Pn berjenis kelamin laki-laki merupakan siswa Muh 5 Kerjo. Mt berjenis kelamin perempuan merupakan guru Muh 5 Kerjo. percakapan terjadi saat pelajaran agama islam jm ke-3. Guru sedang memberikan tugas.


(14)

Berdasarkan data (22) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif memohon ditunjukan dengan tuturan memohon “pindah ngarep mawon”

i. Data (23)

Eksplikatur : Tekan ngendi?

Sub TT : memohon

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan Tekan ngendi?. Dari percakapan tersebut Pn memohon kepada mt untuk menjelaskan sudah sampai mana. Pn dan Mt berjenis kelamin laki-laki. Pn dan Mt merupakan siswa Muh 5 Kerjo. percakapan terjadi saat jam ke 0, sebelum pelajaran di mulai anak-anak membaca juz ama.

Berdasarkan data (23) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif memohon ditunjukan dengan tuturan memohon “Tekan ngendi.”

j. Data (24)

Eksplikatur : “Tulung ko endaknoyo”

Sub TT : memohon

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan“Tulung ko endaknoyo”?.Dari percakapan tersebut Pn memohon kepada Mt untuk melihat temannya. Pn dan Mt berjenis kelamin perempuan. Pn dan Mt merupakan siswa 3 MTs Kejo. Percakapan terjadi saat jam pertama, pelajaran olah raga dimulai.

Berdasarkan data (24) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut adalah tuturan direktif memohon ditunjukan dengan tuturan memohon “tulung ko endaknoyo”

k. Data (25)

Eksplikatur : “Bu, saya mau beli buku itu”

Sub TT : Memohon

Konteks :Analisis dari data tersebut dapat dilihat dari tuturan “Bu, saya mau beli buku itu” Dari percakapan tersebut Pn menawarkan dirinya untuk membeli buku yang


(15)

ditawarkan oleh guru. Pn dan Mt berjenis kelamin perempuan. Pn merupakan siswa dan Mt merupakan guru di SMP N 2 Kerjo. percakapon terjadi saat pelajaran IPS jam pertama. Guru membagikan buku paket mata pelajaran IPS.

Berdasarkan data (25) dapat diketahui bahwa tuturan tersebut

adalah tuturan direktif menawarkan ditunjukan dengan tuturan memohon “saya mau beli buku itu.”

C. Teknik dan Strategi Realisasi Kesantunan Memohon pada Tuturan Anak se Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar

Dalam pembahasan ini akan membahas pemenuhan bentuk terhadap tindak kesantunan Direktif dalam realisasi tindak kesantunan memohon pada tuturan anak SMP Se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan teori strategi kesantunan positif dan negatif yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson bentuk-bentuk tersebut adalah sebagai berikut : 1. Memperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan lawan tutur.

Strategi yang pertama ini, penutur lebih mengedepankan kesukaan dari lawan tutur, yakni apa yang disukai oleh mitra tutur. Berikut bentuk kesantunan direktif memperhatikan kesukaan lawan tutur.

No Data : 28

Hari/Tanggal : 6 Februari 2015 Tempat : SMP Muh 5 Kerjo Data

Guru :” Siapa bisa jawab pertanyaan nomer 4?”

Bayu :”Saya, Bu.”

Konteks

percakapan terjadi saat pelajaran PKN jam ke-5

Analisis

a. penutur lebih mengedepankan kesukaan dari lawan tutur, yakni apa yang disukai oleh mitra tutur

b. kesantunan yang dilakukan oleh Pn sebagai siswa yang memperhatikan keinginan Mt yakni dengan tuturan “Saya, Bu”, Pn yang memperhatikan keinginan Mt yang menginginkan ada siswanya yang menjawab pertanyaan nomor 4.

c. tuturan tersebut menggunakan pola kesantunan positif dengan strategi memperhatikan kesukaan lawan tutur.


(16)

2. Membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur.

Strategi yang kedua yaitu strategi membesar-besarkan perhatian kepada lawan tutur berupa ketertarikan, kesetujuan, dan kesimpatian kepada lawan tutur ini biasanya dilakukan dengan melebihkan intonasi berbicara penekanan. Melalui pola ini Pn menggunakan strategi membesar-besarkan perhatian terhadap suatu topik yang berhubungan dengan lawan tutur atau yang dialami oleh lawan tutur. Berikut bentuk kesantunan direktif membesar-besarkan perhatian kepada lawan tutur.

3. Mengintensifkan perhatian penutur dengan mendramatisasikan peristiwa dan fakta.

Strategi mengintensifkan perhatian penutur dengan mendramatisasikan peristiwa dan fakta ini biasanya dilakukan dengan melebihkan intonasi berita. Berikut bentuk kesantunan direktif mengintensifkan perhatian penutur dengan mendramatisasikan peristiwa dan fakta.

No Data : 19

Hari/Tanggal : 10 Februari 2015 Tempat : SMP N 2 Kerjo Data

Andi : “ Pak ojo tugas terus, bosen. Mosok wingi tugas,iki tugas, sesuk tugas!”

Guru : “Duduk “

Konteks

percakapan terjadi saat pelajaran jam ke-2. Guru yang mengajar adalah guru baru dan masih muda.

Analisis

a. Melalui pola ini Pn menggunakan strategi membesar-besarkan perhatian terhadap suatu topik yang berhubungan dengan lawan tutur atau yang dialami oleh lawan tutur

b. Pn memakai strategi kesantunan positif dengan strategi membesar-besarkan perhatian kepada lawan tutur.


(17)

4. Menggunakan penanda identitas kelompok.

Strategi menggunakan penanda identitas kelompok ini menggunakan cara seperti bentuk sapaan, dialek, jargon atau slang serta bahasa gaul untuk menyampaikannya kedalam anggota kelompok, Pn secara implisit menguatkan hubungan yang akrab dengan Mt yang dibawa oleh definisi dari sekelompok tersebut. Cara ini termasuk penggunaan penyebutan orang yang dituju, kebahasaan atau dialek, jargon atau kata- kata gaul, dan elipsis. Berikut bentuk kesantunan direktifmenggunakan penanda identitas kelompok.

No Data : 16

Hari/Tanggal : 5 Februari 2015 Tempat : SMP N 3 Kerjo Data

Anis : “ Bu, saya belum jelas. Soalnya susah sekali.”

Guru: “ Bagian mana?” Anis : “ Nomor satu ini,Bu”

Konteks

percakapan terjadi saat jam pelajaran matematika jam pertama.

Analisis

a. Strategi mengintensifkan perhatian penutur dengan mendramatisasikan peristiwa dan fakta ini biasanya dilakukan dengan melebihkan intonasi berita.

b. Pn memakai strategi kesantunan mengintensifkan perhatian penutur dengan mendramatisasikan peristiwa dan fakta.

c. Percakapan di atas, Pn sangat memperhatikan Mt dalam menyampaikan materi, namun Pn masih kesulitan mengerjakan soal nomor satu

No Data : 1

Hari/Tanggal : 6 Februari 2015 Tempat : SMP N 1 Kerjo Data

Muklis : “Heh jhon kowe ki lho siap no.”

Jhoni : “Wegah mbok kowe wae” Muklis : “Sik ngekon pak cip lho

Konteks

percakapan terjadi ketika para siswa mempersiapkan pelajaran olah raga di halaman sekolah.

Analisis

a. identitas kelompok ini menggunakan cara seperti bentuk sapaan, dialek, jargon atau slang serta bahasa gaul untuk menyampaikannya kedalam anggota kelompok

b. Pn memakai kata sapaan ‘Jhon’, sapaan ini termasuk jenis strategi kesantunan positif dengan memakai pola menggunakan penanda identitas nama.


(18)

5. Menghindari ketidak setujuan dengan pura-pura setuju atau persetujuan yang semu (psedo agreement), menipu untuk kebaikan (white lies), pemagaran opini (hedging opinion).

Strategi kelima dengan menghindari ketidak setujuan antara lain dengan persetujuan semu, menipu untuk kebaikan, dan pemagaran opini. Ketiga jenis strategi ini dalam menghindari ketidak setujuan semata-mata untuk menjaga muka positif penutur ataupun lawan tutur. Berikut bentuk kesantunan direktif menghindari ketidak setujuan dengan pura-pura setuju atau persetujuan yang semu, menipu untuk kebaikan, pemagaran opini.

6. Menunjukkan hal-hal yang mempunyai kesamaan melalui basa-basi (small talk) dan pranggapan (presuppasition).

Pola ini Pn menggunakan strategi dengan menunjukkan hal-hal atau sesuatu yang dianggap memiliki persamaan dengan basa-basi ataupun melalui peranggapan. Berikut bentuk kesantunan direktif menunjukkan hal-hal yang mempunyai kesamaan melalui basa-basi dan pranggapan.

No Data : 15

Hari/Tanggal : 7 Februari 2015 Tempat : SMP Muh 5 Kerjo Data

Ana : “Bu, punyaku ini sudah, kok belum di tanda tangani?” Guru : “Mana? Kelewatan

tadi.”

Konteks

percakapan terjadi saat jam ke 0, sebelum pelajaran dimulai anak-anak membaca juz ama.

Analisis

a. menghindari ketidak setujuan antara lain dengan persetujuan semu, menipu untuk kebaikan, dan pemagaran opini. Ketiga jenis strategi ini dalam menghindari ketidak setujuan semata-mata untuk menjaga muka positif penutur ataupun lawan tutur.

b. ini salah satu strategi Pn untuk menyatakan ketidak setujuan dengan meminta pendapat dari Mt, kenapa tugas Pn tidak mendapat tanda tangan, padahal sudah selesai dikerjakan.

c. Mt menggunakan bentuk kesantunan positif dengan strategi pemagaran opini (hedging opinion).


(19)

7. Menyatakan paham atau mengerti akan keinginan lawan tutur.

Strategi ini digunakan dalam pola kesantunana positif di kalangan siswa, dalam strategi ini Pn lebih memperhatikan atau memahami akan sesuatu yang menjadi keinginan dari lawan tutur. Berikut bentuk kesantunan direktif menyatakan paham atau mengerti akan keinginan lawan tutur.

No Data : 11

Hari/Tanggal : 7 Februari 2015 Tempat : SMP Muh 5 Kerjo Data

Kiki : “ Rene ow ra, tak kandani.”

Rara: “Opo?

Konteks

percakapan terjadi saat jam istirahat.

Analisis

a. Pn menggunakan strategi dengan menunjukkan hal-hal atau sesuatu yang dianggap memiliki persamaan dengan basa-basi ataupun melalui peranggapan.

b. Pn dalam bertutur kepada Mt menggunakan strategi dengan menunjukkan hal-hal yang dianggap sebagai pranggapan (presuppasition) TT interogatif kepada Mt.

c. Tuturan menggunakan pola kesantunan positif dengan strategi menunjukkan hal-hal yang dianggap mempunyai kesamaan melalui peranggapan.

No Data : 14

Hari/Tanggal : 13 Februari 2015 Tempat : 3 MTs Kerjo Data

Ayuk : “ Gek majuo cepet. Selak didisik i!”

Pipit : “ Sik to!”

Konteks

percakapan terjadi saat pelajaran IPA jam ke-2.

Analisis

a. Strategi ini digunakan dalam pola kesantunan positif di kalangan siswa, dalam strategi ini Pn lebih memperhatikan atau memahami akan sesuatu yang menjadi keinginan dari lawan tutur.

b. Pn menggunakan strategi kesantunan positif dengan pola Menyatakan paham atau mengerti akan keinginan lawan tutur.


(20)

8. Memberikan tawaran atau janji

Menawarkan dan berjanji adalah hasil dari pemilihan strategi ini; mesikipun itu salah, mereka mendemonstrasikan bahwa perhatian yang baik dari penutur dalam memenuhi keinginan wajah positif dari mitra tutur. Berikut bentuk kesantunan direktif dengan memberikan janji.

9. Menunjukkan sikap keoptimisan

Pada strategi ini kepercayaan diri atau optimisme dari ancaman wajah adalah salah satu hasil dari strategi ini. Berikut bentuk kesantunan direktif kesantunan positif dengan menunjukkan rasa optimisme.

No Data : 18

Hari/Tanggal : 10 Februari 2015 Tempat : SMP N 2 Kerjo. Data

Fitri : “Kebelakang sebentar , Bu.”

Guru : “ Kalau mau kebelakang satu-satu. Gantian.”

Konteks

percakapan terjadi saat pelajaran matematika jam ke-3. Sebelumnya siswa yang lain ijin ke kamar mandi hampir bersamaan.

Analisis

a. Pn meyakinkan kepada Mt melalui tuturannya “kebelakang sebentr bu” bahwa ia akan kembali ke kelas dengan segera, b. Pn menggunakan strategi kesantunan positif dengan pola

memberikan janji kepada Mt.

No Data : 11

Hari/Tanggal : 8 Februari 2015 Tempat : MTs Kejo Data

Dela : “Beni...Beni...Ayo, Ben gol ne..!

Konteks

percakapan terjadi saat pelajaran olah raga jam pertama, penutur memberikan semangat pada temannya.

Analisis

a. Konteks tuturan Pn menggunakan kesantunan positif . b. pola menunjukkan keoptimisan kepada Mt .


(21)

10.Melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas.

Dengan menggunakan bentuk ‘kita’, ketika penutur bermaksud untuk mengatakan ‘dia’ atau ‘kamu’, penutur dapat mempersilakan asumsi bekerjasama dan menyampaikan ancaman wajah. Berikut bentuk kesantunan direktif melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas.

11.Memberikan pertanyaan atau meminta alasan.

Pola ini menggunakan dengan meminta alasan. Jika tidak ada alasan yang tepat mengapa mitra tutur tidak boleh atau tidak bisa bekerjasama, sama halnya untuk aksi masa lampau , jika mitra tutur meminta alasan mengapa dia melakukan atau tidak melakukan sesuatu, dan dia tidak memiliki alasan yang tepat, aksi dari ancaman wajah mungkin dapat diulungkan. Berikut bentuk kesantunan direktif kesantunan positif dengan memberikan dan meminta alasan.

No Data : 29

Hari/Tanggal : 8 Februari 2015 Tempat : MTs Kerjo Data

Nanda : “Dia, kamu enggak ikut?”

Dia : “ Gak. Males “

Konteks

Percakapan terjadi saat jam pelajaran olah raga.

Analisis

a. Pada tuturan Pn menggunakan kesantunan positif

b. pola melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas.

c. Tuturan Pn mengajak temannya untuk ikut permainan basket saat jam olah raga, karena kelompok basket kelas Pn kekurangan pemain.

No Data : 21

Hari/Tanggal : 6 Februari 2015 Tempat : SMP N 3 Kerjo Data

Yuyun : “ Boleh ganti, Pak? Guru : “Nunggu temen-temenmu

dulu.”

Yuyun : “Enggeh, Pak.”

Konteks

percakapan terjadi saat pelajaran olah raga hampir usai.

Analisis

a. Tuturan Pn memakai strategi kesantunan positif .

b. pola memberikan pertanyaan atau meminta alasan kepada Mt apakah Pn sudah boleh ganti pakaian dulu setelah selesai


(22)

12.Menyatakan hubungan secara timbal balik (resiprokal)

Strategi ini digunakan untuk menyatakan timbal balik atas usaha atau sesuatu yang dikerjakan antara Pn dan Mt. Berikut bentuk kesantunan direktif yang menyatakan hubungan secara timbal balik.

13.Memberikan hadiah (barang, simpati, perhatian, kerja sama) kepada lawan tutur.

Strategi ini digunakan untuk menyatakan rasa terimakasih kepada lawan tutur dengan pemberian hadiah. Berikut bentuk kesantunan direktif memberikan hadiah (barang, simpati, perhatian, kerja sama) kepada lawan tutur.

menyelesaikan tugasnya, walaupun Pn tau kalau teman-temannya belum semuanya menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

No Data : 15

Hari/Tanggal : 13 Februari 2015 Tempat : 3 MTs Kerjo. Data

Dita : “Carane nomer limo pie?” ia Lia : “Carane nomer papat pie sik

oq?

Konteks

percakapan terjadi saat pelajaran matematika jam ke-5.

Analisis

a. Pada tutran Pn menggunakan strategi kesantunan positif .

b. Pola memberi tawaran atau menyatakan hubungan timbal balik kepada Mt. Sehingga terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme antara Pn dengan Mt. Mt menjawab dengan tuturan “nomer 4 carane pie sik og?”,Mt akan menjawab pertanyan Pn kalau Pn mau memberitahu jawaban soal nomor 5 kepada Mt, semata-mata sebelum Mt memenuhi keinginan Pn, maka Pn terlebih dahulu yang harus menjawab pertanyaan Mt.

No Data : 6

Hari/Tanggal : 6 Februari 2015 Tempat : SMP N 3 Kerjo Data

Hani : “ Kowe pindah mburi wae, aku gak ketok”.

Adi : “Mengko gentenan

Konteks

percakapan terjadi saat pelajaran matematika jam ke-5.


(23)

13 tabel diatas menunjukkan pemenuhan bentuk kesantunan Brown dan Levinson. Peneliti sudah mengelompokkan sesuai dengan bentuk direktif yang terpenuhi pada Pola Tindak Kesantunan Memohon Tuturan Anak SMP Se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar. Pola kesantunan merupakan suatu bentuk atau model dalam tuturan santun yang biasa digunakan dalam berkomunikasi khususnya yang menjadi kebiasaan di kalangan tertentu.

D. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori

Hasil dari analisis penelitian ini antara lain menganalisis realisasi tindak kesantunan memohon pada tuturan anak SMP Se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar dengan mengacu pada teori kesantunan Brown Levinson. Selain itu dijelaskan atau dideskripsikan realisasi tindak kesantunan memohon pada tuturan anak SMP Se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan teori strategi kesantunan positif yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson.

Dalam penggunaannya tindak kesantunan memohon pada anak SMP dikemukakan beberapa kategori. Kategori-kategori bentuk dari tindak kesantunan memohon meliputi (1) meminta, (2) mengharap, (3) memohon, dan (4) menawarkan.

Ada 13 pemenuhan bentuk tindak kesantunan direktif, yaitu : Memperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan lawan tutur, membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur, mengintensifkan perhatian penutur dengan mendramatisasikan peristiwa dan fakta, menggunakan penanda identitas kelompok, menghindari ketidak

Analisis

a. Tuturan Pn menggunakan strategi memberikan hadiah berupa kerja sama kepada Mt,

b. Tuturannya “Kamu pindah belakang saja, aku tidak kelihatan” Mt merasa senang karena teman bermain Mt semuanya berada di belakang, tapi Mt meminta hanya sementara saja pindah ke belakang.


(24)

setujuan dengan pura-pura setuju atau persetujuan yang semu (psedo agreement), menipu untuk kebaikan (white lies), pemagaran opini (hedging opinion), menunjukkan hal-hal yang mempunyai kesamaan melalui basa-basi (small talk) dan pranggapan (presuppasition), menyatakan paham atau mengerti akan keinginan lawan tutur, memberikan tawaran atau janji, menunjukkan sikap keoptimisan, melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas, memberikan pertanyaan atau meminta alasan, menyatakan hubungan secara timbal balik (resiprokal) dan memberikan hadiah (barang, simpati, perhatiandan kerja sama) kepada lawan tutur.

Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Pranowo (2008) meneliti “Kesantunan Berbahasa Indonesia sebagai Pembentuk Kepribadian Bangsa”. Kesantunan berbahasa Indonesia (ber-BI) belum memperoleh perhatian para ahli bahasa secara memadai. Padahal, kesantunan dalam ber-BI sangat penting dalam pembentukan kepribadian bangsa Indonesia. Orang yang mampu berbahasa secara santun, biasanya memiliki kepribadian yang baik. Sebaliknya, orang yang tidak mampu berbahasa secara santun, biasanya kepribadiannya juga kurang baik. Kesantunan ber-BI tidak hanyamenyangkut masalah bahasa tetapi juga cara pemakaiannya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kaidah bahasa yang santun secara lingual, dan mendeskripsikan kaidah nonlingual pemakaian bahasa yang menentukan kesantunan.Hasil yang diharapkan adalah (a) deskripsi kaidah kesantunan BI dari aspek linguistik, dan (b) deskripsi kaidah pemakaian BI yang santun dari aspek non-linguistik. Jika keduahal tersebut dapat dideskripsikan dan dapat dimanfaatkan oleh pemakai BI, pemakaian BI selalu santun dan secara perlahan-lahan kepribadian bangsa Indonesia juga semakin baik. Persamaan penelitiannya adalah meneliti tentang kesantunan dan perbedaannya yaitu pada fokus masalah. Penelitian tersebut meneliti kaidah bahasa secara lingual dan nonlingual, sedangkan penelitian ini fokus pada kesantunan pedagang.

Penelitian ini senada dengan penelitian sebelumnya, Penelitian yang ditulis oleh Penelitian Subekti (2011). Berjudul ”Kesantunan Tindak Tutur Direktif dalam Dialog Film”Alangkah Lucunya Negeri Ini”. Penelitian


(25)

ini menunjukkan bahwa tindak tutur direktif dalam penelitian ini ditemukan enam belas realisasi antara lain: menyuruh, menasehati, mempersilakan, menyarankan, menganjurkan, melerai, memohon, menginterogasi, menantang, mengajak, menyela atau interupsi, mengharap, mengingatkan, membujuk, memarahi, dan meminta ijin. Kesantunan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala biaya keuntungan ( cost-benefif scale), skala pilihan (optionally scale), skala ketidak langsungan (indirectness scale), skala keotoritasan (authority scale), dan skala jarak (social distance scale). Dalam penelitian ini Skala Pilihan (optionally scale) terlihat paling menonjol dibandingkan dengan skala lainnya. Pesamaan penelitian Ardianto dengan yang peneliti lakukan adalah terletak pada kajiannya yaitu mengkaji kesantunan berbahasa. Hanya saja, peneliti lebih memfokuskan pada kesantunan memohon seperti yang dilakukan oleh subekti.

Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Rediyanto (2012) berjudul “Analisis Tidak Tutur Direktif Antara Guru Murid di Mts Sunan Kalijaga Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif pada interaksi pembelajaran guru siswa MTs Sunan Kalijaga Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri sejumlah 43 data tuturan direktif dengan rincian (1) tindak tutur direktif memerintah terdapat 16 tuturan, (2) tindak tutur direktif meminta izin terdapat 2 tuturan, (3) tindak tutur direktif menguji terdapat 2 tuturan, (4) tindak tutur direktif menyarankan terdapat 11 tuturan, (5) tindak tutur direktif mengajak terdapat 5 tuturan, (6) tindak tutur direktif mempersilahkan terdapat 1 tuturan, (7) tindak tutur direktif mengintrogasi terdapat 5 tuturan, (8) tindak tutur menantang terdapat 2 tuturan. Skala kesantunan dalam tindak tutur direktif yang digunakan guru dan murid dalam proses pembelajaran di MTs Sunan Kalijaga Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri ditemukan tuturan-tuturan yang mematuhi dan melanggar sekala kesantunan. Hal ini tercermin dari hasil analisis data yang menemukan adanya 9 tuturan yang mematuhi sekala utung rugi, 13 tuturan yang mematuhi sekala pilihan, 4 tuturan


(26)

mematuhi sekala ketidak langsungan sedangkan yang tidak mematuhi ada 3 tuturan, 15 tuturan mematuhi skala keotoritasan, dan 4 tuturan mematuhi sekala jarak sosial.

Penelitian lain dilakukan oleh Peneltian Susanti (2013) berjudul “Kesantunan Berbahasa di Lingkungan Pasar Juwana Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Jawa Tengah”. Penelitian ini mendeskripsikan realisasi kesantunan berbahasa di lingkungan pasar juwana baru menunjukkan bahwa tuturan para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur yang ada di lingkungan pasar juwana baru banyak yang melanggar Prinsip Kesantunan Leech. Pelanggaran yang paling dominan terjadi pada maksim kebijaksanaan. Wujud ragam bahasa di lingkungan pasar juwana baru sangat tidak enak didengar, menyakitkan hati, bicara dengan kepahitan, olok-olok atau sindiran pedas dan mengandung celaan getir.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Adelina (2013) berjudul “Kesantunan Imperatif dalam Wacana Pertemuan Kedinasan PCNA Sukolilo Kabupaten Pati”. Penelitian ini diperoleh dari hasil rekaman acara PCNA Sukolilo Kabupaten Pati. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik rekam, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan metode padan dan metode kontekstual. Wujud imperatif dalam wacana pertemuan kedinasan PCNA Sukolilo Kabupaten Pati, menunjukkan wujud formal. Secara formal, wujud imperatif dalam wacana pertemuan kedinasan PCNA Sukolilo Kabupaten Pati, teridentifikasi adanya beberapa perwujudan, yaitu: Imperatif aktif transitif dan Imperatif pasif. Imperatif aktif terbagi menjadi dua, yakni imperatif aktif tidak transitif dan imperatif aktif transitif. Wujud dan peringkat kesantunan dalam wacana pertemuan kedinasan PCNA Sukolilo Kabupaten Pati, ditandai dengan beberapa strategi, antara lain; strategi langsung tanpa basa-basi, kesantunan positif, kesantunan negatif, tidak langsung, dan tindak pengancaman muka. Kemudian faktor-faktor linguistik dan ektralinguistik ditandai oleh beberapa faktor, antara lain; panjang pendek


(27)

tuturan, urutan tuturan, intonasi dan isyarat-isyarat kinesik, dan ungkapan-ungkapan penanda kesantunan.

Dari uraian diatas ditemukan bahwa bentuk kesantunan memohon yang realisasinya didominasi oleh kategori meminta ini berpengaruh pada pola kesantunan memohon dengan strategi kesantunan positif. Melalui penjelasan diatas dapat diketahui strategi yang paling dominan adalah memberikan pertanyaan atau meminta alasan.


(1)

12.Menyatakan hubungan secara timbal balik (resiprokal)

Strategi ini digunakan untuk menyatakan timbal balik atas usaha atau sesuatu yang dikerjakan antara Pn dan Mt. Berikut bentuk kesantunan direktif yang menyatakan hubungan secara timbal balik.

13.Memberikan hadiah (barang, simpati, perhatian, kerja sama) kepada lawan tutur.

Strategi ini digunakan untuk menyatakan rasa terimakasih kepada lawan tutur dengan pemberian hadiah. Berikut bentuk kesantunan direktif memberikan hadiah (barang, simpati, perhatian, kerja sama) kepada lawan tutur.

menyelesaikan tugasnya, walaupun Pn tau kalau teman-temannya belum semuanya menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.

No Data : 15

Hari/Tanggal : 13 Februari 2015 Tempat : 3 MTs Kerjo. Data

Dita : “Carane nomer limo pie?” ia Lia : “Carane nomer papat pie sik

oq?

Konteks

percakapan terjadi saat pelajaran matematika jam ke-5.

Analisis

a. Pada tutran Pn menggunakan strategi kesantunan positif .

b. Pola memberi tawaran atau menyatakan hubungan timbal balik kepada Mt. Sehingga terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme antara Pn dengan Mt. Mt menjawab dengan tuturan “nomer 4 carane pie sik og?”,Mt akan menjawab pertanyan Pn kalau Pn mau memberitahu jawaban soal nomor 5 kepada Mt, semata-mata sebelum Mt memenuhi keinginan Pn, maka Pn terlebih dahulu yang harus menjawab pertanyaan Mt.

No Data : 6

Hari/Tanggal : 6 Februari 2015 Tempat : SMP N 3 Kerjo Data

Hani : “ Kowe pindah mburi wae, aku gak ketok”.

Adi : “Mengko gentenan

Konteks

percakapan terjadi saat pelajaran matematika jam ke-5.


(2)

13 tabel diatas menunjukkan pemenuhan bentuk kesantunan Brown dan Levinson. Peneliti sudah mengelompokkan sesuai dengan bentuk direktif yang terpenuhi pada Pola Tindak Kesantunan Memohon Tuturan Anak SMP Se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar. Pola kesantunan merupakan suatu bentuk atau model dalam tuturan santun yang biasa digunakan dalam berkomunikasi khususnya yang menjadi kebiasaan di kalangan tertentu.

D. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Kajian Teori

Hasil dari analisis penelitian ini antara lain menganalisis realisasi tindak kesantunan memohon pada tuturan anak SMP Se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar dengan mengacu pada teori kesantunan Brown Levinson. Selain itu dijelaskan atau dideskripsikan realisasi tindak kesantunan memohon pada tuturan anak SMP Se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar dengan menggunakan teori strategi kesantunan positif yang dikemukakan oleh Brown dan Levinson.

Dalam penggunaannya tindak kesantunan memohon pada anak SMP dikemukakan beberapa kategori. Kategori-kategori bentuk dari tindak kesantunan memohon meliputi (1) meminta, (2) mengharap, (3) memohon, dan (4) menawarkan.

Ada 13 pemenuhan bentuk tindak kesantunan direktif, yaitu : Memperhatikan kesukaan, keinginan, dan kebutuhan lawan tutur, membesar-besarkan perhatian, persetujuan, dan simpati kepada lawan tutur, mengintensifkan perhatian penutur dengan mendramatisasikan peristiwa dan fakta, menggunakan penanda identitas kelompok, menghindari ketidak

Analisis

a. Tuturan Pn menggunakan strategi memberikan hadiah berupa kerja sama kepada Mt,

b. Tuturannya “Kamu pindah belakang saja, aku tidak kelihatan” Mt merasa senang karena teman bermain Mt semuanya berada di belakang, tapi Mt meminta hanya sementara saja pindah ke belakang.


(3)

setujuan dengan pura-pura setuju atau persetujuan yang semu (psedo agreement), menipu untuk kebaikan (white lies), pemagaran opini (hedging opinion), menunjukkan hal-hal yang mempunyai kesamaan melalui basa-basi (small talk) dan pranggapan (presuppasition), menyatakan paham atau mengerti akan keinginan lawan tutur, memberikan tawaran atau janji, menunjukkan sikap keoptimisan, melibatkan penutur dan lawan tutur dalam aktivitas, memberikan pertanyaan atau meminta alasan, menyatakan hubungan secara timbal balik (resiprokal) dan memberikan hadiah (barang, simpati, perhatiandan kerja sama) kepada lawan tutur.

Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Pranowo (2008) meneliti “Kesantunan Berbahasa Indonesia sebagai Pembentuk Kepribadian Bangsa”. Kesantunan berbahasa Indonesia (ber-BI) belum memperoleh perhatian para ahli bahasa secara memadai. Padahal, kesantunan dalam ber-BI sangat penting dalam pembentukan kepribadian bangsa Indonesia. Orang yang mampu berbahasa secara santun, biasanya memiliki kepribadian yang baik. Sebaliknya, orang yang tidak mampu berbahasa secara santun, biasanya kepribadiannya juga kurang baik. Kesantunan ber-BI tidak hanyamenyangkut masalah bahasa tetapi juga cara pemakaiannya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kaidah bahasa yang santun secara lingual, dan mendeskripsikan kaidah nonlingual pemakaian bahasa yang menentukan kesantunan.Hasil yang diharapkan adalah (a) deskripsi kaidah kesantunan BI dari aspek linguistik, dan (b) deskripsi kaidah pemakaian BI yang santun dari aspek non-linguistik. Jika keduahal tersebut dapat dideskripsikan dan dapat dimanfaatkan oleh pemakai BI, pemakaian BI selalu santun dan secara perlahan-lahan kepribadian bangsa Indonesia juga semakin baik. Persamaan penelitiannya adalah meneliti tentang kesantunan dan perbedaannya yaitu pada fokus masalah. Penelitian tersebut meneliti kaidah bahasa secara lingual dan nonlingual, sedangkan penelitian ini fokus pada kesantunan pedagang.

Penelitian ini senada dengan penelitian sebelumnya, Penelitian yang ditulis oleh Penelitian Subekti (2011). Berjudul ”Kesantunan Tindak Tutur Direktif dalam Dialog Film”Alangkah Lucunya Negeri Ini”. Penelitian


(4)

ini menunjukkan bahwa tindak tutur direktif dalam penelitian ini ditemukan enam belas realisasi antara lain: menyuruh, menasehati, mempersilakan, menyarankan, menganjurkan, melerai, memohon, menginterogasi, menantang, mengajak, menyela atau interupsi, mengharap, mengingatkan, membujuk, memarahi, dan meminta ijin. Kesantunan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala biaya keuntungan (cost-benefif scale), skala pilihan (optionally scale), skala ketidak langsungan (indirectness scale), skala keotoritasan (authority scale), dan skala jarak (social distance scale). Dalam penelitian ini Skala Pilihan (optionally scale) terlihat paling menonjol dibandingkan dengan skala lainnya. Pesamaan penelitian Ardianto dengan yang peneliti lakukan adalah terletak pada kajiannya yaitu mengkaji kesantunan berbahasa. Hanya saja, peneliti lebih memfokuskan pada kesantunan memohon seperti yang dilakukan oleh subekti.

Penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Rediyanto (2012) berjudul “Analisis Tidak Tutur Direktif Antara Guru Murid di Mts Sunan Kalijaga Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri”. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk tindak tutur direktif pada interaksi pembelajaran guru siswa MTs Sunan Kalijaga Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri sejumlah 43 data tuturan direktif dengan rincian (1) tindak tutur direktif memerintah terdapat 16 tuturan, (2) tindak tutur direktif meminta izin terdapat 2 tuturan, (3) tindak tutur direktif menguji terdapat 2 tuturan, (4) tindak tutur direktif menyarankan terdapat 11 tuturan, (5) tindak tutur direktif mengajak terdapat 5 tuturan, (6) tindak tutur direktif mempersilahkan terdapat 1 tuturan, (7) tindak tutur direktif mengintrogasi terdapat 5 tuturan, (8) tindak tutur menantang terdapat 2 tuturan. Skala kesantunan dalam tindak tutur direktif yang digunakan guru dan murid dalam proses pembelajaran di MTs Sunan Kalijaga Kecamatan Bulukerto Kabupaten Wonogiri ditemukan tuturan-tuturan yang mematuhi dan melanggar sekala kesantunan. Hal ini tercermin dari hasil analisis data yang menemukan adanya 9 tuturan yang mematuhi sekala utung rugi, 13 tuturan yang mematuhi sekala pilihan, 4 tuturan


(5)

mematuhi sekala ketidak langsungan sedangkan yang tidak mematuhi ada 3 tuturan, 15 tuturan mematuhi skala keotoritasan, dan 4 tuturan mematuhi sekala jarak sosial.

Penelitian lain dilakukan oleh Peneltian Susanti (2013) berjudul “Kesantunan Berbahasa di Lingkungan Pasar Juwana Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Jawa Tengah”. Penelitian ini mendeskripsikan realisasi kesantunan berbahasa di lingkungan pasar juwana baru menunjukkan bahwa tuturan para calo, pedagang asongan, supir, dan kondektur yang ada di lingkungan pasar juwana baru banyak yang melanggar Prinsip Kesantunan Leech. Pelanggaran yang paling dominan terjadi pada maksim kebijaksanaan. Wujud ragam bahasa di lingkungan pasar juwana baru sangat tidak enak didengar, menyakitkan hati, bicara dengan kepahitan, olok-olok atau sindiran pedas dan mengandung celaan getir.

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Penelitian Adelina (2013) berjudul “Kesantunan Imperatif dalam Wacana Pertemuan Kedinasan PCNA Sukolilo Kabupaten Pati”. Penelitian ini diperoleh dari hasil rekaman acara PCNA Sukolilo Kabupaten Pati. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik rekam, teknik simak bebas libat cakap, dan teknik catat. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan metode padan dan metode kontekstual. Wujud imperatif dalam wacana pertemuan kedinasan PCNA Sukolilo Kabupaten Pati, menunjukkan wujud formal. Secara formal, wujud imperatif dalam wacana pertemuan kedinasan PCNA Sukolilo Kabupaten Pati, teridentifikasi adanya beberapa perwujudan, yaitu: Imperatif aktif transitif dan Imperatif pasif. Imperatif aktif terbagi menjadi dua, yakni imperatif aktif tidak transitif dan imperatif aktif transitif. Wujud dan peringkat kesantunan dalam wacana pertemuan kedinasan PCNA Sukolilo Kabupaten Pati, ditandai dengan beberapa strategi, antara lain; strategi langsung tanpa basa-basi, kesantunan positif, kesantunan negatif, tidak langsung, dan tindak pengancaman muka. Kemudian faktor-faktor linguistik dan ektralinguistik ditandai oleh beberapa faktor, antara lain; panjang pendek


(6)

tuturan, urutan tuturan, intonasi dan isyarat-isyarat kinesik, dan ungkapan-ungkapan penanda kesantunan.

Dari uraian diatas ditemukan bahwa bentuk kesantunan memohon yang realisasinya didominasi oleh kategori meminta ini berpengaruh pada pola kesantunan memohon dengan strategi kesantunan positif. Melalui penjelasan diatas dapat diketahui strategi yang paling dominan adalah memberikan pertanyaan atau meminta alasan.


Dokumen yang terkait

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMOHON DALAM SURAT IZIN SISWA DI KABUPATEN KARANGANYAR Realisasi Tindak Tutur Direktif Memohon Dalam Surat Izin Siswa Di Kabupaten Karanganyar.

0 9 15

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMOHON DALAM SURAT IZIN SISWA DI KABUPATEN KARANGANYAR Realisasi Tindak Tutur Direktif Memohon Dalam Surat Izin Siswa Di Kabupaten Karanganyar.

0 4 11

PENDAHULUAN Realisasi Tindak Tutur Direktif Memohon Dalam Surat Izin Siswa Di Kabupaten Karanganyar.

0 5 4

REALISASI TINDAK KESANTUNAN MEMOHON PADA TUTURAN ANAK SMP SE-KECAMATAN KERJO Realisasi Tindak Kesantunan Memohon Pada Tuturan Anak Smp Se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 2 10

REALISASI TINDAK KESANTUNAN MEMOHON PADA TUTURAN ANAK SMP SE-KECAMATAN KERJO Realisasi Tindak Kesantunan Memohon Pada Tuturan Anak Smp Se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 3 12

PENDAHULUAN Realisasi Tindak Kesantunan Memohon Pada Tuturan Anak Smp Se-Kecamatan Kerjo Kabupaten Karanganyar.

0 3 5

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA Pergeseran Tindak Kesantunan Direktif Memohon Di Kalangan Anak SD Berlatar Belakang Budaya Jawa.

0 1 12

KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK Kesantunan Tindak Direktif Pada Tuturan Anak Dan Orang Tua Di Desa Ngrancang, Ngawi.

0 2 14

PENDAHULUAN Kesantunan Tindak Direktif Pada Tuturan Anak Dan Orang Tua Di Desa Ngrancang, Ngawi.

0 2 5

KESANTUNAN TINDAK DIREKTIF PADA TUTURAN ANAK DAN ORANG TUA DI DESA NGRANCANG, NGAWI Kesantunan Tindak Direktif Pada Tuturan Anak Dan Orang Tua Di Desa Ngrancang, Ngawi.

0 3 23