Multikulturalisme Obama.

Pikiran Rakyat
o Se/asa
4

5

6

20

.Mar

21

OApr

.

Rabu 0 Kam;s 0 Jumat o Sabtu 0 M;nggu
12
13

14
15
16
7
8
9
10
11
27
28
29
30
31
22
23
24
25
26

o Me; OJun


OJul 0 Ags OSep

Multil(.ulturalisme
Oleh GALIB IMADUDDIN
We have the power to make the
world we seek,
but only if we have the courage
to make a new beginning,
keeping in mind what hw; been
written.
Barack Hussein Ohama

B

IIA tidak ada perubahan drastis, Presiden ke44 AS Barack Hussein
Obama akan berkunjung ke Indonesia dalam waktu dekat. Diperkirakan Obama akan melakukan Kunjungan bilateralnya
pada 22-24 Maret 2010 ini.
Dalam sejarahnya, kedatangan Presiden AS ke Indonesia sering teljadi. ltu tidak lain karena
kedudukan Indonesia yang sangat strategis secara geopolitik

dan geostrategis, khususnya di
kawasan Asia Tenggara. Namun, mengapa kedatangan
Obama kali ini terasa menjadi
lebih spesial? Jawabannya karena Obama adalah satu-satunya
Presiden AS yang mengh~biskan masa kecilnya selama lima
tahun di Indonesia. Bahkan,
Obama pun pernah memiliki
ayah 00, LoloSoetoro, yang berkewarganegaraan Indonesia.
Di tengah gelombang protes
dan euforia untuk menyambut
kedatangan Obama, pelajaran
macam apakah yang sekiranya
dapat diperoleh bangsa Indonesia? Apakah kedatangan Obama
ini semata-mata hanya akan
meretleksikan romantisme sejarah karena ia pernah bersekolah
di SD Besuki Menteng? Ataukah
ada makna lain dari kunjungan
sang presiden yang sekiranya

dapat menjadi suatu sumbangan yang berharga bagi negeri

. .?
1Ill.
Ketika dinyatakan sebagai pemenang dalam Pilpres AS, November 2008, Obama dibebani
harapan begitu besar dari rakyat
AS, juga masyarakat dunia. Perubahan yang dijanjikan Obama
bukan hanya berlaku di negerinya, tetapi diharapkan juga
mengubah. tatanan dunia yang
lebih adil, damai, dan stabil.
Pengaruh AS tentu saja akan
memegang peran penting dalam
penataan hubungan internasional. Suramnya masa depan politik dunia akhir-akhir ini menyebabkan masyarakat AS dan dunia berharap banyak pada janji
perubahan dari Obama yang selalu ditekankan dalam setiap
kampanyenya. Dalam pandangan Obama, kalau saja masyarakat AS di seluruh negeri bersatu;
tidak peduli Republik -Demokrat, miskin-kaya, putih-berwarna, tua-muda, Hispanik ataupun
Asia, maka tujuan luhur untuk
menciptakan perdamaian dan

---

OOId


ONov

ODes

0 bama

tatanan dunia yang lebih adil
serta stabil-dapat tercapai. Obama selalu menegaskan kepada
bangsa Amerika bahwa "we are
one nation".
Jargon itu tentunya menyiratkan sesuatu yang tidak sederhana. Obama pasti menyadari perjuangan menuju kondisi yang
ideal itu harns menempuhjalan
panjang, serta berliku-liku. Sejarah pun membuktikan, AS harus melewati banyak fuse dalam
peljalanannya sebagai negara
yang terfragmentasi ke dalam
pelbagai golongan dan kepentingan. Berulang-ulang peperangannya dengan bangsa lain,
termasuk juga perang saudara
antara utara dan selatan yang
pernah mencabik-cabiknya pada 1861-1865, menegaskan semua itu. Obama mungkin takkan mampu mencapai semua

mimpinya hanya dalam satu kali masajabatannya sebagai presiden AS.Akan tetapi, kalau masyarakat dunia bersatu, tujuan
akan tatanan dunia yang adil,
damai, dan stabil bukanlah sesuatu yang mustahil.
Sebagaimana pernah diungkapkan Matthew Festenstein
(2000), dalam kondisi suatu negara yang memiliki keberanekaragaman budaya, ras, etnis, dan
agama, prinsip'majoritarianism
akan selalu menggoda untuk diterapkan. Artinya, yang banyaklah yang dijunjung, sedangkan
hak-hak dari mereka yang "liyan", yang "sedikit", akan selalu
berada dalam "ampunan" dan
"belas kasih" dari mereka yang
mayoritas.
Dengan latar belakang yang
penuh warna, munculnya figur
Obama merupakan revolusi besar-besaran dalam earn pandapg _

masyarakat AS terhadap politik
domestiknya. Sebagai seseorang
dari minoritas kulit hitam, Obama berhasil menyedot dukungan nyata, baik dari kalangan
mayoritas maupun golongan
minoritas di AS. Kesediaan untuk menghargai dan melepaskan diri dari batasan mayoritasminoritas inilah yang mehjadi

tawaran paling berharga, sekaligus paling rumit, dari filosofi
multikulturalisme.
Di dalam salah satu bab dari
buku Dreams From My Father
(2004) yang ditulisnya sendiri,
Obama melukiskan segenap
pengalamannya selama tinggal
di Indonesia dan hubungan dekatnya dengan ayah tirinya. lni
menunjukkan, kunjungan ke Indonesia akan menjadi sesuatu
yang emosional untuk Obama.
Terlebih lagi, sebagai negara
berpenduduk mayoritas Muslim
terbesar di dunia, kunjungan
Obama dapat menjadi wahana
pengejawantahan strategis dari
komitmen Obama untuk menunjukkan, AS tidaklah bermusuhan dengan dunia Islam. Ini
terlihat dari substansi pidatonya
tahun lalu di Universitas Kairo,
Mesir. Obama menjadi contoh
strategis bagi bangsa Indonesia

tentang bagaimana toleransi dapat diwujudkan dalam kondisi
masyarakat yang begitu multikultural.
Tentu saja, bangsa Indonesia
tidak perlu menelan mentahmentah segala hal yang dipraktikkan dalam politik domestik
AS. Kondisi multikultural di AS
tentunya berbeda dengan apa
yang ada di Indonesia. Namun,
buk;mkah kita selalu mengaku
sebagai bagian dari budaya Ti-

~