Sisi Menarik dari Ayip Rosidi.

GALAMEDIA
. Senino
123
17

4

18

o Jan

Se/asa
6

5
20

19

C Peb


o Rabu

21

--

OMar

OApr

7
22

()

Kamis

8
23


9

10
24

OJun

OMei

JUlllat

()

12

11
25

OJul


o Sabtu

26

13
27

28

0 Ags OSep

OOkt

Sisi Menarik dari Ayip Rosidi
uengan

Ajip Rosidi

I


Hidup Tanpa Ijazah
YANG TBREKAM

DALAM EBNANGAN

.!utlul
lIidlll'

111111'iIUiI:illl,
F('r('ko1l,
d%IJ/

}'illIg

Kel/ol/gull

1'l'11\I Iis
1\.iiIJN()sidi
I'l'l IlThit
I'/f.\/uk({ ./o.\'o

Tehal
1,331!11/I/illIl/IlI
Cetakal1
./'"lliI/'i 21!1!8

DALAM jagat sastra Indonesia, nama Ajip Rosidi
telah banyak menyumbangkan
pemikiran yang sangat bemarga. Namun siapa sangka, guru
besar tamu p~da Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas
Bahasa Asing), Jepang ini
bahkan tidak memiliki ijazah
sekolah menengah.
ltulah salah satu kisah hidup
yang disampaikan Ajip Rosidi dalam buku Hidup Tanpa
Ijawh. Di daIam buku ini Ajip
mengisahkan, aIasan mengapa ia tidak memiliki ijazah
sekolah menengah.
Kejadiannya bennula ketika ujian nasional sekolah
menengah di taboo 1956,dikabarkan sering mengalarni !cebocoran soal. Banyak orang
yang dapat memperoleh soal

ujian sebelum waktu ujian tiba. Tentu saja, caranya dengan
menyogo)s:guru sekolah.
-- -----

-.--

--

Kliping

---

ooayakenyataan

ini

Ajip
- Rosidi - memilih untuk
tidak mengikuti ujian sekolah
menengah. Baginya, hidup

tidak hl;lfUsdigantungkan pada secarik kertas bernama
ijazah. Prestasi keIja, kemampuan, dan pengakuan masyarakat terhadap seseoranglah
yang dapat menentukan seseorang dapat bekerja atau tidak.
Oleh karena itu, Ajip yang
saat itu sudah memperoleh
pehgalaman mengajar dan
menulis sastra, merasa tidak
memerlukan ijazah lagi. Ia ingin membuktikan bahwa seseorang dapat hidup tanpa ijazah.
Keinginannya tersebut ia kemukakan kepada kepala sekolahnya.
Dari sisi lain, Ajip dapat
digolongkM sebagooseseorang
yang berani mengungkapkan
gagasan dan opininya mengenai sesuatu. la selalu bicara
langsung pada inti persoalan,
tanpa ditutup-tutupi, jika ada
hal yang ingin disampikan. la
bahkan seperti tidak memedulikan siapa orang yang sedang
diajaknya bicara. Apalagi
kalau dirinya yakin apa yang
dikemukakannya adaIah sesuatu yang benar.

Misalnya sajaketika ia mengungkapkan ketidaksetujuannya perihal roman psikologis
yang disampaikan oleh guru
kesusastraan Indonesia di sekolah menangah. Ketikaitu Ajip
mengemukakan
argumentasinya.
Namoo belurn selesaibicara,
guru tersebut membentak dan
menyuruhnya keluar. Sayang,
pada bagian ini Ajip tidak
menceritakan kelanjutan peristiwa tersebut. Apakah ia benar-benar keluardari kelas atau
tetap berada di daIam kelas dan

mempertahankan argumentasinya.
Keberanian Ajip tersebut
terus terbawa saat berkiprah
sebagai sastrawan.Misalnya
saja ketika ia menuliskan

Humas


Unpad

karangannya di Sipatahaoenan. Ketika karangan tersebut
dimuat, reaksi yang muncul
sungguh di luar dugaan. Kala
itu ia mendapat serangan dari
banyak sastrawan Sunda. Namun semua itu ditanggapinya
dengan nada mengolok-olok.
Tujuan Ajip tentu bukan
sekadarmengolok-olok, tetapi
ia ingin ada geliat barn dalam
kesusastraan Sunda.
N ada serupa juga terlihat
ketika Ajip menanggapi rencana Rektor Universitas Padjadjaran untuk memberikan
gelar kehormatan. Namun
hingga melewati batas waktu
yang direncanakan, tidakjuga
ada kejelasan soal pembenan
gelar kehormatan tersebut.
Akhirnya, pidato yang dipersiapkan untuk menerima gelar

kehormatan itu dimasukkannya ke daIam buku yang diterbitkan untuk menyambut 70
tahun Romo Dick Hartoko
yang sudah dikenalnya sejak
lama.
Menanggapi ketidakjelasan
tersebut, Ajip mengatakan, ia
tidak memerlukan gelar penghargaan. Selama ini ia sudah
hidup cukup book tanpa gelar
apa pun.
Ketika temannya meminta
Ajip ootuk menelusuri surat fahasia dari Menteri Pendidikan
kepada Dirjen Pendidikan
Tinggi, Ajip menolak dan dengan tegas mengatakan, dirinya
tidak membutuhkan gelar itu.
Bagi Ajip gelar tersebut tidak
banyak artinya. Gelar kehormatan
itu
tidak
akan
menaikkan gajinya di Jepang

dan tidak akan membuatnya
lebih terkenal.
Gaya bertutur Ajip yang
khas, tulisan yang enak dibaca, dan isi yang kaya, membuat pembaca tidak hosan membaca buku ini hingga akhir.
Seperti menyusuri lorong kenangan yang sarat dengan
kisah dan cerita hidup. (aep
s.aJ "GM"I net)**

~-

2009