Interaksi Sosial Dan Kualitas Hidup Lansia Di Panti Werdha Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai

(1)

INTERAKSI SOSIAL DAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI PANTI WERDHA UPT PELAYANAN SOSIAL

LANJUT USIA DAN ANAK BALITA BINJAI

SKRIPSI Oleh ANA FITRIA

091121019

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Interaksi Sosial dan Kualitas Hidup Lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai . Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS sebagai dosen pembimbing skripsi, sekaligus sebagi dosen penguji I yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd selaku dosen pembimbing II

sekaligus penasehat akademik penulis.

5. Ibu Salbiah, S.Kp, M.Kep, selaku dosen penguji I dan seluruh staf pengajar Fakultas Keperawatan USU yang memberikan ilmu berharga kepada penulis


(4)

dan seluruh staf kepegawaian Fakultas USU yang memperlancar proses akademik dan administrasi penulis.

6. Teristimewa kepada keluargaku tercinta terutama Ayah, Ibu, Kakak dan Adik serta seluruh keluarga yang telah memberikan cinta, do a, dorongan serta menghibur dan memotivasi penulis.

7. Rekan-rekan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara ekstensi khususnya stambuk 2009 yang telah memberikan semangat dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya dengan segala kerendahan hati semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya demi kemajuan ilmu pengetahuan khususnya profesi keperawatan.

Medan, Januari 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul

Halaman Lembar Pengesahan... ii

Prakata... iii

Daftar Isi... v

Daftar Skema... viii

Daftar Tabel ... ix

Abstrak... x

BAB 1. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang ... 1

2. Tujuan Penelitian ... 4

3. Pertanyaan Penelitian ... 4

4. Manfaat Penelitian ... 5

1.1. Praktek Keperawatan ... 5

1.2. Pendidikan Keperawatan ... 5

1.3. Penelitian Keperawatan ... 5

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Penuaan ... 6

1.1. Defenisi ... 6

1.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan ... 7

1.3. Teori-Teori Proses Menua ... 9

2. Interaksi Sosial ... 11

2.1. Pengertian Interaksi Sosial ... 11

2.2. Macam-Macam Interaksi Sosial... 11

2.3. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial ... 12

2.4. Ciri-Ciri Interaksi Sosial ... 14

2.5. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ... 14

2.5.1. Adanya Kontak Sosial ... 14

2.5.2. Adanya Komunikasi ... 15

3. Kualitas Hidup ... 16

3.1. Pengertian Kualitas Hidup ... 16


(6)

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual... 22

2. Defenisi Operasional... 25

2.1. Interaksi Sosial ... 25

2.1.1. Interaksi Sosial Bersifat Asosiatif ... 25

2.1.2. Interaksi Sosial Bersifat Dissosiatif... 25

2.2. Kualitas Hidup ... 26

2.2.1. Kesehatan Fisik ... 26

2.2.2. Kesehatan Psikologis... 27

2.2.3. Hubungan Sosial ... 27

BAB 4. METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian... 28

2. Populasi dan Sampel ... 28

2.1. Populasi... 28

2.2. Sampel... 29

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

4. Pertimbangan Etik... 30

5. Instrumen Penelitian... 30

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 33

7. Pengumpulan Data ... 34

8. Analisa Data... 34

BAB 5. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 36

1.1. Karakteristik Demografi... 36

1.2. Interaksi Sosial Lansia ... 38

1.3. Kualitas Hidup Lansia... 38

2. Pembahasan... 39

2.1. Interaksi Sosial Lansia ... 39

2.2. Kualitas Hidup Lansia... 40

BAB 6. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 1. Kesimpulan ... 42

2. Rekomendasi... 43

2.1. Praktek Keperawatan ... 43

2.2. Pendidikan Keperawatan ... 43

2.3. Penelitian Keperawatan ... 43


(7)

LAMPIRAN:

1. Surat Izin Pengambilan Data dari Fakultas Keperawatan

2. Surat Pemberian Izin Pengambilan Data Dari Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai

3. Formulir Persetujuan Menjadi Responden 4. Kuesioner Penelitian

5. Hasil Reliabilitas Instrumen 6. Daftar Riwayat Hidup


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Distribusi frekuensi data demografi responden lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita

Binjai (n=157)... 37 2. Distribusi frekuensi interaksi sosial pada lansia di Panti

Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita

Binjai... 38 3. Distribusi frekuensi Kualitas Hidup lansia di Panti

Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita


(10)

Judul : Interaksi Sosial Dan Kualitas Hidup Lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai

Nama : Ana Fitria Fakultas : Keperawatan

Nim : 091121019

Tahun : 2009/2010

Abstrak

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. proses menua merupakan proses sepanjang hidup tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Searah dengan pertambahan usia, mereka akan mengalami degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan fisik akan mengakibatkan orang lanjut usia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Salah satu cara yang digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia adalah dengan cara meningkatkan interaksi sosial. Penelitian deskriptif ini, melibatkan 47 orang Lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai. Dari penelitian diperoleh mayoritas responden yaitu 94 orang responden berusia 60-70 tahun (59,87%), dimana mayoritas responden berjenis kelamin perempuan 84 orang (53,50%). Mayoritas responden bersuku melayu yaitu 84 orang (53,50%), mayoritas responden beragama Islam yaitu 129 orang (82,17%), dimana mayoritas responden berpendidikan terakhir SD yaitu 109 orang (69,43%). Untuk interaksi sosial, mayoritas responden memiliki interaksi sosial baik sebanyak 88 orang (56,05%). Sementara itu untuk kualitas hidup lansia, mayoritas responden berada pada kualitas hidup lansia baik sebanyak 85 orang (54,14). Hasil penelitian ini diharapkan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan menambah pengetahuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan terhadap lansia.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam Pembangunan Nasional, telah menunujukkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran sehingga dapat meningkatkan kualitas kesehatan penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat dan bertambah cenderung lebih cepat. Saat ini, diseluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan orang lanjut usia ±1000 orang perhari pada tahun 1985 dan diperkirakan 50% dari penduduk berusia diatas 50tahun sehingga istilah Baby Boompada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia (Lansia).

Secara Demografi, menurut sensus penduduk pada tahun 1980 di Indonesia jumlah penduduk 147,3 juta. Dari angka tersebut terdapat ±16,3 juta orang(11%) orang yang berusia 50 tahun keatas, dan ±16,3 juta orang (4,3%) berusia 60 tahun keatas. Dari 6,3 juta orang terdapat 822.831 (13,06%) orang tergolong jompo. Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia meningkat menjadi 9,9% dari seluruh penduduk Indonesia (22.277.700 jiwa) dengan umur harapan hidup 65-70


(12)

tahun dan pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,09% (29.120.000 lebih) dengan umur harapan hidup 70 75tahun. (Nugroho, 2008).

Proses menua bukanlah suatu penyakit tetapi suatu proses alamiah. Walaupun proses menua sulit dihindari dengan upaya apapun, namun manusia dapat berusaha memperlambat proses alami ini dan menjaga supaya sampai usia lanjut masih bisa hidup dalam keadaan sehat dan menikmati kehidupan yang bahagia dan berkualitas. (Hardywinoto & Setiabudi, 1999). Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah naik secara fisik biologik, mental maupun sosial ekonomis.

Searah dengan pertambahan usia, mereka akan mengalami degeneratif baik dari segi fisik maupun segi mental. Menurunnya derajat kesehatan dan kemampuan fisik akan mengakibatkan orang lanjut usia secara perlahan menarik diri dari hubungan dengan masyarakat sekitar. Hal ini dapat menyebabkan interaksi sosial menurun (Hardywinoto & Setiabudi, 1999).

Interaksi sosial memainkan peranan yang sangat penting pada kehidupan lansia. Kondisi kesepian dan terisolasi secara sosial akan menjadi faktor yang beresiko bagi kesehatan. Interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain. Interaksi sosial antar individu terjadi


(13)

menegur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk dari interaksi sosial.

Interaksi sosial dikategorikan kedalam 2 bentuk yaitu: 1) Interaksi sosial yang bersifat assosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti; kerja sama, akomodasi, asimilasi, akulturasi, 2) Interaksi sosial yang bersifat dissosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk bentuk pertentangan atau konflik, seperti: persaingan, kontravensi, dan konflik.

World Health Organization Quality Of Life atau WHOQL mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian. Kualitas hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Curtis, 2000; Renwick & Brown, 1996).

Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto (2004), kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal yang penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya. Kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan dimana suatu kepuasan atau kebahagiaan individu sepanjang dalam kehidupannya mempengaruhi mereka atau dipengaruhi oleh kesehatan (Amerika Thorasic Society, 2004).

Sebagian dari lansia ada yang tinggal bersama keluarga yaitu anak dan cucunya, namun sebagian lagi ada yang menghabiskan masa hidupnya di panti werda. Panti werda adalah suatu tempat yang akan menjadi tempat perkembangan


(14)

interaksi sosial, dikarenakan mereka akan hidup bersama dengan sesama lanjut usia, selain itu pada panti werda mereka akan mendapatkan pelatihan-pelatihan yang bertujuan untuk memberdayakan para orang lanjut usia agar tetap produktif. Perkembangan fisik dan kesehatan orang lanjut usia akan mendapat kontrol yang efektif (Putri, 2008).

Permasalahan interaksi sosial di dalam kehidupan sehari-hari di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai, akan menimbulkan dampak yang berakibat pada proses penurunan kesehatan jasmani dan mental. berdasarkan berbagai uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang interaksi sosial dengan kualitas hidup lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.

2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

2.1. Untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.

2.2. Untuk mengetahui bagaimana kualitas hidup lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.

3. Pertanyaan Penelitian

Yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah:


(15)

3.2. Bagaimana kualitas hidup lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai?

4. Manfaat Penelitian 4.1. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini akan dapat dijadikan Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk memperbaiki pelayanan yang diberikan kepada para penghuni panti.

4.2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya dan memperluas pengetahuan dalam pengelolaan lansia khususnya yang tinggal di Panti Werdha.

4.3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi berharga untuk penelitian lebih lanjut berkaitan dengan interaksi sosial dan kualitas hidup lansia.


(16)

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

1. PENUAAN 1.1. Defenisi

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. proses menua merupakan proses sepanjang hidup tidak hanya di mulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu: anak, dewasa, dan tua. tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit mengendur ,rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2008).

Menurut Constantanides (1994) proses menua (Ageing process)/ menjadi tua adalah satu proses menghilangnya secara perlahan lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita. ini merupakan proses terus menerus (berlanjut) secara alami, ini di mulai dari sejak lahir dan umumnya dialami pada semua mahluk hidup.


(17)

1.2. Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan

Menurut Bandiyah (2009) factor-faktor yang mempengaruhi ketuaan meliputi: 1) Hereditas = keturunangenetik, 2) Nutrisi = makanan, 3) Status kesehatan, 4) Pengalaman hidup, dan 5) Stress.

Menurut WHO, Batasan batasan lanjut usia (lansia) antaralain: 1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45-59 thn, 2) Lanjut usia (elderly), ialah kelompok usia antara 60 dan 74 tahun, 3) Lanjut usia tua (old), ialah kelompok usia antara 75 dan 90 tahun, 4) Usia sangat tua (very old) ialah kelompok usia di atas 90 tahun (Nugroho, 2000).

Serangkaian perubahan fisik, sosial, maupun psikologis yang dialami selama proses menua membutuhkan kesiapan individu untuk menghadapinya. Perubahan perubahan yang terjadi pada masa lanjut usia antara lain perubahan fisiologis, perubahan kemampuan motorik, dan perubahan sosial atau psikologis. Efek-efek dari perubahan tersebut menentukan, apakah pria atau wanita lanjut usia (lansia) tersebut akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk (Hurlock, 1991). Pendapat tersebut diperkuat oleh pernyataan Papalia (2001) yang menyebutkan bahwa perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lanjut usia dapat menyebabkan perubahan pada kondisi jiwanya.

Namun proses penuaan yang berhasil membutuhkan usaha dan keterampilan keterampilan mengatasi masalah (Satlin, 1994). Akan tetapi tidak semua lanjut usia mengalami proses penuaan yang baik. Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri


(18)

dan memecahkan masalah yang dihadapi (Widyastuti, 2000). Munculnya rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus dihadapi lanjut usia.

Hal-hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab lanjut usia kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering ditemui lanjut usia dengan penyesuaian diri yang buruk. Sejalan dengan bertambahnya usia, terjadinya gangguan fungsional, keadaan depresi dan paranoid akan mengakibatkan lanjut usia semakin sulit melakukan penyelesaian. Sehingga lanjut usia yang masa lalunya sulit dalam menyesuaikan diri cenderung menjadi semakin sulit penyesuaian diri pada masa-masa selanjutnya.

Yang dimaksud dengan penyesuaian diri pada lanjut usia adalah kemampuan orang yang berusia lanjut untuk menghadapi tekanan atau konflik akibat perubahan perubahan fisik, maupun sosial dan psikologis yang dialaminya dan kemampuan untuk mencapai keselarasan antara tuntutan dari dalam diri dengan tuntutan dari lingkungan, yang disertai dengan kemampuan mengembangkan mekanisme psikologis yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan dirinya tanpa menimbulkan masalah baru (Stull & Hatch, 1984).


(19)

1.3. Teori Teori Proses Menua Teori teori biologi

a. Teori genetik dan mutasi (Somatic Mutatek Theory)

Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul/DNA dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi. sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel-sel).

b. Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).

c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang di sebut teori akumulasi dari produk sisa.

d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

e. Tidak ada perlindungan terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi. f. Reaksi dari kekebalan sendiri (auto immune theory).

g. Teori immunology slow virus (immunology slow virus theory)

Sistem immun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

h. Teori stress

Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kesetabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh telah terpakai.


(20)

i. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di dalam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.

j. Teori rantai silang

Sel- sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen, ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan hilangnya fungsi.

k. Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.

Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Kemampuan lanjut usia untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci mempertahankan status sosialnya berdasarkan kemampuannya bersosialisasi. (Nugroho, 2008)

Panti Werdha (elderly-hostels) adalah suatu institusi hunian bersama dari para lansia yang secara fisik/kesehatan masih mandiri, akan tetapi (terutama) mempunyai keterbatasan dibidang sosial dan ekonomi. Kebutuhan harian dari pada penghuni biasanya disediakan oleh pengurus panti. Diselenggarakan oleh


(21)

2. INTERAKSI SOSIAL 2.1. Pengertian Interaksi Sosial

Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok. (Maryati & Suryawati, 2003). Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial (Murdiyatmoko & Handayani, 2004). Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh memengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial (Susanto, 2007).

2.2. Macam Macam Interaksi Sosial

a. Interaksi antara individu dan individu

Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).

b. Interaksi antara individu dan kelompok

Interksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam-macam sesuai situasi dan kondisinya.


(22)

c. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok

Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.

2.3. Bentuk Bentuk Interaksi Sosial

Berdasarkan pendapat menurut tim Sosiologi (2002), Interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :

1. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti:

a. Kerja Sama

Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.

b. Akomodasi

Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.

c. Asimilasi

Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.


(23)

d. Akulturasi

Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur-unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.

2. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk-bentuk pertentangan atau konflik, seperti :

a. Persaingan

Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak lawannya.

b. Kontravensi

Adalah bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau tehadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik. c. Konflik

Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan faham dan kepentingan yang sangat mendasar,


(24)

sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial diantara mereka yang bertikai tersebut.

2.4. Ciri Ciri Interaksi Sosial

Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri-ciri interaksi sosial, antara lain: 1) Jumlah pelakunya lebih dari satu orang, 2) Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial, 3) Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas, 4) Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu.

2.5. Syarat Syarat Terjadinya Interaksi Sosial 2.5.1. Adanya kontak sosial

Kontak sosial berasal dari bahasa latin con atau cum yang artinya bersam-sama dantangoyang artinya menyentuh. Jadi, secara harfiah kontak sosial berarti bersama-sama meyentuh. Secara fisik, kontak sosial baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah, sedangkan dalam gejala sosial tidak selalu berarti hubungan badaniah. Orang dapat berhubungan dengan orang lain tanpa menyentuhnya seperti berbicara dengan pihak lain tersebut atau memakai media komunikasi seperti telepon, fax email atau media komunikasi lainnya.

Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk yaitu:

1. Antara orang perorangan, misalnya seorang anak yang meniru prilaku ibunya; 2. Antara orang perorangan dengan kelompok, misalnya sekelompok preman


(25)

3. Antar suatu kelompok dan kelompok lainnya, misalnya dua buah perusahaan mengadakan join venture, atau perundingan damai antara dua kelompok yang bertikai.

Kontak sosial dapat bersifat primer atau sekunder. Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung bertemu dan berhadapan muka, misalnya saling berjabat tangan atau saling tersenyum. Adapaun kontak sekunder merupakan kontak yang memerlukan perantara, seperti alat-alat komunikasi telepon atau radio, dan dapat terjadi secara langsung ataupun tidak langsung.

2.5.2. Adanya komunikasi

Komunikasi adalah situasi yang menjadikan seseorang memberikan tafsiran pada prilaku orang lain ( yang berwujud pembicaraan, gerak-gerak badannya atau sikap) dan perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain tersebut.

Suatu kontak sosial dapat terjadi tanpa komunikasi, misalnya pertemuan antara dua orang yang tidak mengerti bahasa lawan bicaranya, mereka dapat bersalaman sehingga terjadi kontak, namun mereka tidak dapat berkomunikasi sehingga tidak terjadi interaksi sosial. Dalam komunikasi, kemungkinan sekali terjadi berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang lain. Misalnya, senyum dapat diartikan sebagai suatu keramahan, sikap bersahabat, atau bahkan sikap sinis dan sikap ingin menunjukkan kemenangan. Dengan demikian, suatu komunikasi memungkinkan terjadinya kerja sama antara perorangan dan kelompok manusia karena komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya


(26)

kerja sama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama, bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah faham atau sikap pihak tidak mau mengalah. (Murdiyatmoko, 2007)

3. KUALITAS HIDUP

3.1. Pengertian Kualitas Hidup

Kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merujuk pada emosional, sosial dan kesejahteraan fisik seseorang, juga kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (Donald, 2001).

Kualitas hidup merupakan persepsi individu dari posisi laki-laki/wanita dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana laki-laki/wanita itu tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Hal ini merupakan konsep tingkatan, terangkum secara kompleks mencakup kesehatan fisik seseorang, status psikologis, tingkat kebebasan, hubungan sosial, dan hubungan mereka kepada karakteristik lingkungan mereka (WHO, 1994).

Kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang menikmati kemungkinan dalam hidupnya, kenikmatan tersebut memiliki dua komponen yaitu pengalaman, kepuasan dan kepemilikan atau pencapaian beberapa karakteristik dan kemungkinan-kemungkinan tersebut merupakan hasil dari kesempatan dan keterbatasan setiap orang dalam hidupnya dan merefleksikan interaksi faktor personal lingkungan (Chang, Viktor, & Weissman, 2004).


(27)

Menurut Unit Penelitian Kualitas Hidup Universitas Toronto, kualitas hidup adalah tingkat dimana seseorang menikmati hal-hal penting yang mungkin terjadi dalam hidupnya. Masing-masing orang memiliki kesempatan dan keterbatasan dalam hidupnya yang merefleksikan interaksinya dan lingkungan. Sedangkan kenikmatan itu sendiri terdiri dari dua komponen yaitu pengalaman dari kepuasan dan kepemilikan atau prestasi (Universitas Toronto, 2004).

3.2. Komponen Kualitas Hidup

Menurut Trobojevic (1998) kualitas hidup dikembangkan untuk memberikan suatu pengukuran komponen dan determinan kesehatan dan kesejahteraan. Pengukuran kualitas hidup ini penting berhubungan dengan prioritas kesehatan sepanjang atau semasa hidup yang tidak hanya membutuhkan pengobatan tetapi juga kualitas dari kelangsungan hidup.

Universitas Toronto (2004) menyebutkan kualitas hidup dapat dibagi dalam tiga bagian yaitu: 1). Internal individu; internal individu dalam kualitas hidup dibagi tiga yaitu secara fisik, psikologis dan spiritual. Sedangkan menurut WHOQOL mengidentifikasi kualitas hidup dalam enam domain, tiga diantaranya yaitu domain fisik, domain psikologis, dan domain spiritual, 2) Kepemilikan (hubungan individu dengan lingkungannya), kepemilikan dalam kualitas hidup dibagi dua yaitu secara fisik dan sosial. Sedangkan menurut WHOQOL mengidentifikasi kualitas hidup dalam enam domain, dua diantaranya yaitu domain tingkat kebebasan dan domain hubungan sosial, 3) Harapan (prestasi dan aspirasi individu), Harapan (prestasi dan aspirasi individu) dalam kualitas hidup


(28)

dapat dibagi dua yaitu secara praktis dan secara pekerjaan. Sedangkan menurut WHOQOL mengidentifikasi kualitas hidup dalam enam domain, dua diantaranya yaitu domain tingkat kebebasan dan domain lingkungan.

Menurut Ventegodt, Merriek, Anderson (2003), kualitas hidup dalam hal ini dapat dikelompokkan dalam tiga bagian yang berpusat pada suatu aspek hidup yang baik, yaitu:

1. Kualitas hidup subjektif, yaitu bagaimana suatu hidup yang baik dirasakan oleh masing-masing individu yang memilikinya. Masing-masing individu secara personal mengevaluasi bagaimana mereka menggambarkan sesuatu dan perasaan mereka.

2. Kualitas hidup eksistensial, yaitu seberapa baik hidup seseorang merupakan level yang dalam. Ini mengasumsikan bahwa individu memiliki suatu sifat yang lebih dalam yang berhak untuk dihormati dan dimana individu dapat hidup dalam keharmonisan.

3. Kualitas hidup objektif, yaitu bagaimana hidup seseorang dirasakan oleh dunia luar. Kualitas hidup objektif dinyatakan dalam kemampuan seseorang untuk beradaptasi pada nilai-nilai budaya dan menyatakan tentang kehidupannya.

Ketiga aspek kualitas hidup ini keseluruhan dikelompokkan dengan pernyataan yang relevan pada kualitas hidup yang dapat ditempatkan dalam suatu spektrum dari subjektif ke objektif, elemen eksistensial berada diantaranya yang merupakan komponen kulitas hidup meliputi kesejahteraan, kepuasan hidup,


(29)

kebahagiaan, makna dalam hidup, gambaran biologis kualitas hidup, mencapai potensi hidup, pemenuhan kebutuhan dan faktor-faktor objektif

a. Kesejahteraan

Kesejahteraan berhubungan dekat dengan bagaimana sesuatu berfungsi dalam suatu dunia objektif dan dengan faktor eksternal hidup. Ketika kita membicarakan tentang perasaan baik maka kesejahteraan merupakan pemenuhan kebutuhan dan realisasi diri.

b. Kepuasan hidup

Menjadi puas berarti merasakan bahwa hidup yang seharusnya, ketika pengharapan-pengharapan, kebutuhan dan gairah hidup diperoleh disekitarnya maka seseorang puas, kepuasaan adalah pernyataaan mental yaitu keadaan kognitif.

c. Kebahagiaan

Menjadi bahagia bukan hanya menjadi menyenangkan dan hati puas, ini merupakan perasaan yang spesial yang berharga dan sangat diinginkan tetapi sulit di peroleh. Tidak banyak orang percaya bahwa kebahagiaan diperoleh dari adaptasi terhadap budaya seseorang, kebahagiaan diasosiasikan dengan dimensi-dimensi non rasional seperti cinta, ikatan erat dengan sifat dasar tetapi bukan dengan uang, status kesehatan atau faktor-faktor objektif lain.

d. Makna dalam hidup

Makna dalam hidup merupakan suatu konsep yang sangat penting dan jarang digunakan. Pencarian makna hidup melibatkan suatu penerimaan dari


(30)

ketidak berartian dan kesenjangan berartian dari hidup dan suatu kewajiban untuk mengarahkan diri seseorang membuat perbaikan apa yang tidak berarti.

e. Gambaran biologis kualitas hidup

Gambaran biologis kualitas hidup yaitu sistem informasi biologis dan tingkat keseimbangan eksistensial dilihat dari segi ini kesehatan fisik mencerminkan tingkat sistem informasi biologi seperti sel-sel dalam tubuh membutuhkan informasi yang tepat untuk berfungsi secara benar dan untuk menjaga kesehatan dan kebaikan tubuh. Kesadaran kita dan pengalaman hidup juga terkondisi secara biologis. Pengalaman dimana hiup bermakana atau tidak dapat dilihat sebagai kondisi dari suatu sistem informasi biologis. Hubungan antara kualitas hidup dan penyakit diilustrasikan dengan baik dan menggunakan suatu teori individual sebagai suatu sistem informasi biologis

f. Mencapai potensi hidup

Teori pencapaian potensi hidup merupakan suatu teori dari hubungan antara sifat dasarnya. Titik permulaan biologis ini tidak mengurangi kekhususan dari makhluk hidup tetapi hanya tingkat dimana ini merupakan teori umum dari pertukaran informasi yang bermakna dalam sistem hidup dari sel ke organisme sosial.

g. Pemenuhan kebutuhan

Kebutuhan dihubungkan dengan kualitas hidup dimana ketika kebutuhan seseorang terpenuhi kualitas hidup tinggi. Kebutuhan merupakan suatu ekspresi sifat dasar kita yang pada umumnya di miliki oleh makhluk hidup. Pemenuhan


(31)

rasakan baik ketika kebutuhan kita sudah terpenuhi. Informasi ini berada dalam suatu bentuk komplek yang dapat dikurangi menjadi sederhana yakni kebutuhan aktual.

h. Faktor-faktor objektif

Aspek objektif dari kualitas hidup dihubungkan dengan faktor-faktor eksternal hidup dan secara baik mudah diwujudkan. Hal tersebut mencakup pendapatan, status perkawinan, status kesehatan dan jumlah hubungan dengan orang lain. Kualitas hidup objektif sangat mencerminkan kemampuan untuk beradaptasi pada budaya dimana kita tinggal.

Secara umum pengkajian kulitas hidup berhubungan dengan kesehatan yang menggambarkan suatu usaha untuk menentukan bagian variabel-variabel dalam dimensi kesehatan, berhubungan dengan dimensi khusus dari hidup yang telah ditentukan untuk menjadi penting secara umum atau untuk orang yang memiliki penyakit spesifik. Konseptualisasi kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan menegaskan efek penyakit pada fisik, peran sosial, psikologi/emosional dan fungsi kognitif. Gejala-gejala persepsi kesehatan dan keseluruhan kualitas hidup sering tercakup dalam konsep kualitas hidup berhubungan dengan kesehatan (American Thoracic Society, 2004).


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka konsep

Kerangka konseptual dalam penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi interaksi sosial dan kualitas hidup lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.

Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh memengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial (Susanto, 2007).

Interaksi sosial yang bersifat asosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti: 1) Kerja sama, adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama, 2) Akomodasi, adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.

Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk-bentuk pertentangan atau konflik, seperti: 1) Persaingan, adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak lawannya, 2) Kontravensi, adalah bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi


(33)

kelompok atau tehadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.

Menurut McDowell dan Newell (1996), kualitas hidup lansia itu berhubungan dengan kepuasan atau kebahagiaan individu dalam kehidupannya yang berhubungan dengan kesehatan fisik dan kesehatan mental lansia.

Kualitas hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Curtis, 2000; Renwick & Brown, 1996).

Kesehatan fisik merupakan salah satu yang paling dikenal sebagai indikator yang secara tradisional digunakan. Hal ini meliputi, nyeri dan rasa tidak nyaman, ketergantungan pada terapi medis, energi dan kelelahan, mobilitas, tidur, aktivitas sehari-hari, dan kemampuan kerja. Kesehatan psikologis mengacu pada efek positif, spritualitas, berfikir, belajar, memori dan konsentrasi, gambaran diri dan penampilan, harga diri, dan efek negatif. Hubungan sosial meliputi hubungan pribadi, aktivitas seksual, dan dukungan sosial. Sedangkan aspek lingkungan terdiri dari keselamatan dan keamanan fisik, lingkungan fisik, sumber keuangan, kesempatan untuk mandapatkan informasi baru dan keterampilan tertentu, peran serta dan kesempatan untuk rekreasi atau aktivitas santai, lingkungan rumah, kemampuan menjangkau pelayanan kesehatan dan sosial, serta transportasi.


(34)

Bagan 1. Kerangka Konseptual

Keterangan:

: Diteliti : Tidak diteliti

Interaksi sosial. 1.bersifat asosiatif.

- kerja sama - akomodasi - asimilasi - akulturasi 2.bersifat disosiatif

- persaingan - kontravensi. - konflik

Kualitas hidup.

1. kesehatan fisik. 2. kesehatan

psikologis. 3. hubungan sosial Lansia di Panti Werdha


(35)

2. Definisi Operasional 2.1. Interaksi Sosial

Interaksi Sosial adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok sosial, dan masyarakat pada lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai, yang dibagi dalam 3 kelas yaitu: baik, cukup, dan kurang yang di ukur dengan menggunakan kuesioner interaksi sosial pada lansia yang terdiri dari 12 pertanyaan yang menggunakan skala dikotomi question dengan pilihan jawaban ya/ tidak. Untuk jawaban ya diberi skor 2 dan jawaban tidak diberi skor 1 dimana interaksi sosial dikatakan baik apabila skor 9-12, cukup dengan skor 5-8, dan kurang dengan skor 0-4.

2.1.1. Interaksi Sosial Bersifat Asosiatif

Interaksi Sosial yang bersifat assosiatif dalam penelitian ini adalah interaksi yang mengarahkan kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) yang meliputi kerja sama dan akomodasi. Kerja sama adalah suatu usaha bersama antara orang per orangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Akomodasi adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan pada lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.

2.1.2. Interaksi Sosial Bersifat Dissosiatif

Interaksi sosial bersifat dissosiatif dalam penelitian ini adalah interaksi yang mengarah pada bentuk-bentuk pertentangan atau konflik antara lain: 1) Persaingan, adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok


(36)

sosial tertentu agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik dipihak lawannya, 2) Kontravensi adalah bentuk proses sosial yang berada diantara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang-terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau tehadap unsur-unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.

2.2. Kualitas Hidup

Yang dimaksud kualitas hidup dalam penelitian ini adalah suatu keadaan sempurna baik fisik, psikologis maupun hubungan sosial pada lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai yang dibagi dalam tiga kategori yaitu: baik, cukup, dan buruk, yang di ukur dengan menggunakan kuesioner kualitas hidup lansia yang terdiri dari 26 pertanyaan yang menggunakan skala linkert dengan pilihan jawaban tidak pernah (TP) dengan skor 1, Jarang (JR) dengan skor 2, Kadang-kadang (KD) dengan skor 3, dan sering (SR) dengan skor 4. Dimana kualitas hidup dikatakan baik apabila skor 79-104, cukup dengn skor 53-78, dan kurang dengan skor 26-52.

2.2.1. Kesehatan Fisik

Kesehatan fisik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah segala hal yang meliputi gangguan fisik seperti nyeri, perasaan tidak nyaman, ketergantungan


(37)

sehari-hari dan kemampuan kerja pada lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.

2.2.2. Kesehatan Psikologis

Kesehatan psikologis adalah suatu hal yang mengacu pada efek positif, spritualitas, berfikir, belajar, memori dan konsentrasi, gambaran diri dan penampilan, harga diri, dan efek negative pada lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.

2.2.1. Hubungan Sosial

Hubungan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi hubungan pribadi, aktivitas sexual, dan dukungan sosial pada lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.


(38)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui interaksi sosial dan kualitas hidup lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.

2. Populasi dan sampel 2.1. Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan di teliti.Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai. Alasan peneliti memilih lansia yang berada di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai karena, lansia yang berada di Panti Werdha lebih sering berinteraksi sosial kepada teman sebayanya dibandingkan lansia yang tinggal di rumah. Pada saat ini jumlah populasi lansia yang berada di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai sebanyak 157 orang (Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai, 2010).


(39)

2.2. Sampel

Tehnik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini total

sampling yaitu suatu teknik penetapan sampel sesuai dengan yang dikehendaki peneliti sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Nursalam, 2003). Sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi.

Dari data yang diperoleh ternyata populasi dalam jumlah besar, sehingga sampel yang diambil yaitu sekitar 30% dari jumlah populasi karena dianggap telah dapat mewakili (Arikunto, 2006). Jumlah sampel pada penelitian ini adalah 30% dari 157 keluarga yaitu sebanyak 47 keluarga.

Adapun kriteria sampel yang dikehendaki yaitu: 1) Lansia yang berada di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai, 2) Bersedia menjadi responden, 3) Bisa membaca dan menulis.

3. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai. Lokasi ini dipilih karena banyaknya jumlah lansia sehingga memudahkan dalam perekrutan responden penelitian. Waktu pengambilan data penelitian dilakukan pada bulan November Desember 2010.


(40)

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat persetujuan dari program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan, Kemudian izin ini disampaikan kepada Yayasan Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai, agar penelitian dapat dilaksanakan, setelah mendapat izin penelitian, maka penelitian dapat dilaksanakan. Pada pelaksanaan penelitian, kepada calon responden akan diberikan penjelasan tentang informasi prosedur penelitian yang akan dilakukan, antara lain tujuan, manfaat, kegiatan dalam penelitian, serta hak-hak responden dalam penelitian ini.

Responden berhak untuk menentukan sendiri kesediaan berpartisipasi sampai akhir penelitian ini selesai atau menarik diri dari penelitian walaupun penelitian ini masih berlangsung dan belum selesai. Hal tersebut tercantum dengan jelas dalam informed consent yang berupa pernyataan persetujuan partisipasi.

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner. Kuesioner disusun dan dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu pada kerangka konsep dan tinjauan pustaka yang terdiri dari tiga bagian yaitu kuesioner data demografi (KDD), kusioner interaksi sosial (KIS) dan kuesioner kualitas hidup (KKH).


(41)

1. Kuesioner Data Demografi (KDD)

Kuesioner Data Demografi (KDD) digunakan untuk mengkaji data demografi responden yang meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku bangsa, dan pendidikan terakhir.

2. Kuesioner Interaksi Sosial (KIS)

Kuesioner Interaksi Sosial (KIS) disusun dan dimodifikasi oleh peneliti dari tinjauan pustaka. Kuesioner ini bertujuan untuk mengetahui gambaran interaksi sosial lansia di Panti Werdha. Kuesioner ini terdiri dari 15 pertanyaan. Kuesioner nomor 1-6 merupakan kuesioner interaksi sosial yang bersifat asosiatif dimana untuk kuesioner nomor 1-3 merupakan kerjasama, 4-6 merupakan akomodasi. Sedangkan kuesioner nomor 7-15 merupakan kuesioner interaksi sosial yang bersifat disosiatif yang meliputi: kuesioner nomor 7-9 merupakan persaingan, dan 10-12 merupakan interaksi sosial bersifat disosiatif yaitu kontravensi. Pengukuran kuesioner ini menggunakan skala dikotomi question dengan pilihan jawaban ya/tidak. Untuk jawaban ya diberi skor 1 dan jawaban tidak diberi skor 0. Nilai terendah yang mungkin dicapai adalah 0 dan nilai tertinggi adalah 12.

Berdasarkan rumus statistika : P =

kelas

banyakrentang menurut Sudjana (1992)

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dimana rentang kelas sebesar 12 dan banyak kelas 3 yaitu baik, cukup, kurang, sehingga diperoleh P = 12.


(42)

Dengan P = 12 dan nilai terendah adalah 0 sebagai batas bawah kelas pertama, maka interaksi sosial dikategorikan dalam kelas interval sebagai berikut :

9 12 = Baik 5 8 = Cukup 0 4 = Kurang

3. Kuesioner Kualitas Hidup Lansia

Kuesioner Kualitas Hidup Lansia (KHH) dimodifikasi oleh peneliti dari tinjauan pustaka. Kualitas hidup dalam instrumen ini dibagi menjadi 3 komponen yaitu komponen kesehatan fisik, kesehatan psikologis, dan hubungan sosial terbagi dalam 26 pertanyaan yang terdiri dari: untuk kuesioner nomor 1-12 merupakan kuesioner kualitas hidup lansia berdasarkan aspek kesehatan fisik, 13-23 kesehatan psikologis, 24-26 hubungan sosial. Pada kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan jawaban pertanyaan mulai dari Tidak Pernah (TP) bernilai 1, Jarang (JR) bernilai 2, Kadang-kadang (KD) bernilai 3, dan Sering (SR) bernilai 4. Berdasarkan rumus statistika : P =

kelas

banyakrentang menurut Sudjana (1992)

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai terendah dimana rentang kelas sebesar 104 dan banyak kelas 3 yaitu baik, cukup, kurang, sehingga diperoleh P = 26.


(43)

Dengan P = 26 dan nilai terendah adalah 26 sebagai batas bawah kelas pertama, maka interaksi sosial dikategorikan dalam kelas interval sebagai berikut :

79 104 = Baik

53 78 = Cukup

26 52 = Kurang

6. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau mampu mengukur apa yang diinginkan dan memiliki validitas tinggi. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran validitas tersebut (Arikunto, 2006). Uji validasi instrumen penelitian tidak dilakukan tetapi kuesioner diperiksa kesesuaian konteks (isi) oleh dosen keperawatan yang dianggap kompeten yaitu Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS.

Uji realibilitas dilakukan untuk menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Uji reliabilitas ini dilakukan sebelum pengumpulan data terhadap 10 orang responden. Berdasarkan uji tes untuk kuesioner interaksi sosial menggunakan KR21, Hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner interaksi sosial


(44)

program SPSS 16 untuk analisa cronbach alpa pada item berskala. Untuk instrumen yang baru akan reliabel jika memiliki reliabilitas lebih dari 0.70 (Polit & Hungler, 1995). Hasil uji reliabilitas terhadap kuesioner kualitas hidup lansia adalah 0,74.

7. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data dari hasil observasi dengan membagikan kuesioner kepada responden. Adapun proses pengumpulan data yang digunakan adalah peneliti memperkenalkan diri sekaligus meminta persetujuan dari kepala/direktur Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai untuk meneliti di panti tersebut. Selanjutnya peneliti memberikan penjelasan kepada respondent tentang tujuan penelitian ini, bila bersedia menjadi respondent dipersilahkan untuk menanda tangani surat persetujuan. Kemudian respondent di berikan penjelasan tentang cara pengisian kuesioner.

Mengingat yang menjadi responden adalah para lansia maka setelah kuesioner dibagikan, masing masing pertanyaan di bacakan satu persatu dengan kuat dan jelas. Lalu responden hanya mengikuti bimbingan peniliti saja.

8. Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi, kemudian data


(45)

tabulasi dan analisa data yang telah dikumpulkan. Selanjutnya memasukkan (Entry) data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan teknik program komputerisasi.

Metode statistik untuk analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: analisis deskriptif yaitu suatu prosedur pengolahan data dengan menggambarkan dan meringkas data dalam bentuk tabel (Setiadi, 2007). Data disajikan dalam bentuk tabel yaitu distribusi frekuensi dan persentase.

Data demografi akan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil analisa data juga disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentasi, yang bertujuan untuk mengetahui gambaran interaksi sosial dan kualitas hidup lansia.


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian mengenai interaksi sosial dan kualitas hidup lansia yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak tanggal 13 Desember 2010 di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai. Penyajian data hasil penelitian meliputi deskripsi karakteristik responden, interaksi sosial dan kualitas hidup lansia.

1. Hasil Penelitian

1.1. Karakteristik Demografi

Tabel 1 menunjukan bahwa mayoritas responden yaitu 94 orang responden berusia 60-70 tahun (59,87%), dimana mayoritas responden berjenis kelamin perempuan 84 orang (53,50%). Mayoritas responden bersuku melayu yaitu 84 orang (53,50%), mayoritas responden beragama Islam yaitu 129 orang (82,17%), dimana mayoritas responden berpendidikan terakhir SD yaitu 109 orang (69,43%).


(47)

Tabel 1. Distribusi frekuensi data demografi responden lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai (n=157).

Karakteristik responden Frekuensi (n) Persentase (%)

Usia

45-59 Tahun 6 3,82

60-70 Tahun 94 59,87

71-80 Tahun 44 28.03

> 80 Tahun 13 8,28

Jenis Kelamin

Laki-Laki 73 46,50

Perempuan 84 53,50

Suku

Jawa 54 34,40

Batak 6 3,82

Melayu 84 53,50

Minang 13 8,28

Agama

Islam 129 82,17

Kristen Protestan 25 15,92

Kristen Katolik 3 1,91

Pendidikan Terakhir

Tidak Sekolah 34 21,65

SD 109 69,43


(48)

1.2. Interaksi Sosial Lansia

Tabel 2 menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki interaksi sosial baik sebanyak 88 orang (56,05%).

Tabel 2. Distribusi frekuensi interaksi sosial pada lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.

Interaksi Sosial Frekuensi (n) Persentase (%)

Baik 88 56,05

Cukup 66 42,04

Kurang 3 1,91

1.3. Kualitas Hidup Lansia

Tabel 3 menunjukan bahwa mayoritas responden berada pada kualitas hidup lansia baik sebanyak 85 orang (54,14%).

Tabel 3. Distribusi frekuensi Kualitas Hidup lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.

Kualitas Hidup Lansia Frekuensi Persentase

Baik 85 54,14

Cukup 69 43,95


(49)

2. Pembahasan

2.1. Interaksi Sosial Lansia

Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki interaksi sosial baik sebanyak 88 orang (56,05%).

Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik yang dinamis antar individu, antar kelompok, atau antar individu dengan kelompok (Febriana, 2006)

Menurut Febriana (2006), Interaksi sosial dapat dikategorikan ke dalam 2 bentuk yaitu: 1) Interaksi sosial asosiatif, yakni interaksi yang mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti : a) Kerja sama, yaitu suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama, b) Akomodasi, yaitu suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok untuk meredakan pertentangan, c) Asimilasi, yaitu proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli berubah sifat dan wujudnya menjadi kebudayaan baru (campuran), d) Akulturasi, yaitu proses sosial yang timbul apabila kelompok masyarakat dangan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur kebudayaan asing, sehingga lambat laun unsure-unsur kebudayaan asing itu diterima menjadi kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan asli, 2) Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni mengarah kepada bentuk-bentuk pertentangan atau konflik, seperti: a) Persaingan, yaitu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu untuk memperoleh kemenangan atau hasil secara


(50)

kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik terhadap lawan, b) Kontravensi, yaitu bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan konflik, c) Konflik, yaitu proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan gap atau jurang pemisah yang menghambat interaksi sosial di antara yang bertikai.

2.2. Kualitas Hidup Lansia

Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden berada pada kualitas hidup lansia baik sebanyak 85 orang (54,14%).

Kualitas hidup merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu, psikologis, tingkat kemandirian, serta hubungan individu dengan lingkungan (Curtis, 2000; Renwick & Brown, 1996).

Papalia (2001) dalam Diana (2009) yang menyebutkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia mengakibatkan dirinya tidak dapat mengerjakan berbagai aktifitas atau sebaik pada masa muda dulu.

Murtiwi (2005) dalam Diana (2009) kesehatan lansia diukur berdasarkan terpenuhinya semua tingkatan kehidupan fisik, fungsional, sosial, spiritual, psikologis, dan ekonomi. Jadi kemungkinan lansia merasakan bahwa semua tingkatan kehidupannya terpenuhi dengan baik.

Sukarni (1994) dalam Diana (2009) keadaan yang sempurna baik dari segi fisik, mental maupun kesejahteraan sosial dari seseorang dikatakan sehat tidak


(51)

hanya terlepas dari penyakit dan kelemahan tetapi juga mampu menjalankan aktifitas kehidupan dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan.

Menurut Kuntjoro (2002) menyatakan bahwa untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun kejiwaannya lansia justru tetap harus melakukan aktivitas-aktivitas yang berguna bagi kehidupannya. Ini termasuk jenis dukungan sosial yakni integrasi sosial memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian, serta melakukan kegiatan yang sifatnya kreatif secara bersama-sama.

Teori lain yang mendukung menurut Rachmie (2008) menyatakan bahwa dengan berkumpul bersama orang seusia, diharapkan satu sama lain bisa menyemangati. Mereka bisa curhat mengenai kondisi fisik atau masalah lainnya dengan teman satu komunitas tersebut. Aktivitas itu mungkin bisa meringankan beban pikiran lansia tersebut


(52)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Kesimpulan

Pada penelitian ini mayoritas responden yaitu 94 orang responden berusia 60-70 tahun (59,87%), dimana mayoritas responden berjenis kelamin perempuan 84 orang (53,50%). Mayoritas responden bersuku melayu yaitu 84 orang (53,50%), mayoritas responden beragama Islam yaitu 129 orang (82,17%), dimana mayoritas responden berpendidikan terakhir SD yaitu 109 orang (69,43%).

Hasil penelitian menunjukan menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki interaksi sosial baik sebanyak 88 orang (56,05%). Interaksi Sosial lansia dikatakan baik berdasarkan kriteria penilaian kuesioner interaksi sosial dimana dari 157 orang responden 88 orang diantaranya (56,05%) berada pada rentang skor 9-12.

Penelitian ini menunjukan menunjukan bahwa mayoritas responden berada pada kualitas hidup lansia baik sebanyak 85 orang (54,14%). Kualitas hidup lansia dikatakan baik berdasarkan kriteria penilaian kuesioner kualitas hidup lansia dimana dari 157 orang responden 85 orang diantaranya (54,14%) berada pada rentang skor 79-104.


(53)

2. Rekomendasi

2.1. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan menambah pengetahuan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia dan Anak Balita Binjai.

2.2. Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dan menambah pengetahuan dalam pengembangan keperawatan lebih lanjut khususnya di bidang keperawatan gerontik.

2.3. Penelitian Keperawatan

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini masih memiliki keterbatasan-keterbatasan, sehingga untuk peneliti yang akan datang peneliti mengharapkan: 1) Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup lansia.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Andra (2007). Panti Werdha Dunia Bagi Lansia. Diambil pada tanggal 15 November 2010 dari : http://www.majalah-farmacia.com.

Arikunto (2006),Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Badiah (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika.

Diana (2009). Kualitas Hidup Lansia dengan Penyakit Kronis di RSUP. H. Adam Malik Medan. Medan: Fakultas Keperawatan USU

Hurlock, E. 1997. Psikologi Perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta: Erlangga

Hogstel, M.O. 1995. Geropschiatric Nursing. St louis: Mosby Year Book Inc Kaasa, K. (1998). Loneliness in old age: Psychosocial and health predictors.

Diambil pada tanggal 15 November 2010 dari: http//Karen.Kaasa@hive.no.

Kadir & Mariani. (2007). Panti Werdha Sebuah Pilihan. Diambil pada tanggal 15 November 2010 dari: http://subhankadir.wordpress.com.

Kaplan & Grebb.(1997). Sinopsis Psikiatri. Jakarta: Bina Putra Aksara

Kuntjoro, Z.S. (2002). Masalah kesehatan jiwa lansia. Diambil pada tanggal 14

Desember 2010 dari:

http://www.e-psikologi.com/epsi/lanjutuisa_detail.asp?id=182-17k- .

Murdiyatmoko Janu. (2008). Sosiologi Memahami dan Mengkaji Masyarakat. Bandung : Grafindo Media Pratama.

Nugroho, W. (2000).Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.

Nursalam (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ilmu Keperwatan : Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrument Penelitian. Edisi Pertama. Jakarta : Salemba Medika.


(55)

Putri .(2008). Gambaran kualitas hidup lansia yang tinggal di PSTW Yogyakarta yunit Budhi Luhur. Surakarta : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Stanley M & Beare G P. (2007). Buku Ajar keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC.

Rachmie, E. M., (2008). Dinkes Minta Puskesmas Concern Lansia . Diambil

pada tanggal 14 Desember 2010 dari:

http://www.jawapos.co.id/evergreen/index.php?act=detail&nid = 21501 pada tanggal 13 mai 2009

Soliah (2005) Hubungan antara pendidikan, pendapatan, dan peran sosial dengan kualitas hidup lanjut usia di kelurahan Banyuanyar Banjarsari Surakarta. Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Sudjana. (1995). Metodologi Statistik. Edisi 3. Bandung : Tarsito.

Universitas Toronto (2004). QoL concept. Diambil pada tanggal 14 Desember 2010 dari: http://www.utoronto.ca/qolconcept.

WHO. (1994).World Health Organization Quality of Life.WHO.

Zainudin. (2002). Masalah Kesehatan jiwa lansia. Diambil pada tanggal 17 November 2010 dari: Http://www.e-psikologi.com.


(56)

(57)

(58)

(59)

Lampiran 3

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul penelitian : Interaksi Sosial Dan Kualitas Hidup Lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai. Peneliti : Ana Fitria

Saya adalah mahasiswi program studi ilmu keperawatan jalur B Fakultas Kedokteran USU. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan penyelesaian tugas akhir.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran interaksi sosial dan kualitas hidup lansia di Panti Werdha UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Dan Anak Balita Binjai.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian bersifat suka rela. Jika Bapak/Ibu tidak bersedia menjadi responden kami akan menghargainya dan tidak akan mempengaruhi apapun.

Peneliti akan menjamin identitas dan kerahasiaan jawaban yang Bapak/Ibu berikan. Informasi yang Bapak/Ibu berikan akan saya simpan ditempat yang aman. Bapak/Ibu bebas menanyakan tentang penelitian ini.

Medan, November 2010

Peneliti Responden


(60)

Lampiran 4

KUESIONER PENELITIAN

No. KODE :

Tanggal :

Petunjuk Pengisian :

1. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan memberikan tanda chek list ( ) pada kotak pilihan jawaban yang menurut anda benar.

2. Isilah pertanyaan pada kuesioner A (data demografi) sesuai dengan identitas diri anda.

3. Untuk bagian B dan C berilah tanda chek list ( ) pada tabel kosong yang disediakan.

4. Jawablah pertanyaan dengan jujur sesuai dengan perilaku dan yang ada alami.

5. Jika ada yang kurang silahkan ditanyakan langsung pada peneliti.

A. DEMOGRAFI

1. Inisial nama :

2. Usia : tahun

3. Jenis Kelamin : Laki-laki  Perempuan

4. Suku : Batak  Melayu

 Minang  Jawa

 Karo  Aceh

 Nias  dan lain-lain

5. Agama : Islam  Kristen Katolik

 Kristen protestan  Hindu  Budha

6. Pendidikan Terakhir : SD  Sarjana


(61)

B. INSTRUMEN INTERAKSI SOSIAL

Ketentuan Menjawab : Jawablah pertanyaan berikut sesuai dengan perilaku dan yang anda alami beri tanda chek list pada tabel kosong yang telah disediakan.

No Pertanyaan Ya Tidak

1 Apakah di panti ini dilaksanakan gotong royong?

2 Apakah anda selalu bekerja sama dengan teman anda untuk melakukan pekerjaan dipanti ini?

3 Apakah anda membantu teman anda bila ia tidak mampu melakukan suatu pekerjaan di panti ini?

4 Apakah anda selalu menghargai pendapat orang lain? 5 Apakah anda pernah dimintai pendapat oleh sesama

penghuni panti tentang suatu masalah?

6 Apakah anda pernah menjadi penengah apabila ada perselisihan diantara sesama penghuni panti ini?

7 Apakah ada merasa penuh semangat?

8 Apakah anda merasa mampu melakukan aktivitas sehari-hari contohnya mandi, makan?

9 Apakah anda merasa disaingi oleh teman anda dalam melakukan pekerjaan di panti ini?

10 Apakah anda sering merasa tidak senang dengan teman anda dalam melakukan suatu pekerjaan di panti ini?

11 Apakah anda selalu mengatakan perasaan tak senang kepada teman anda secara terang-terangan?

12 Apakah anda selalu mengatakan perasaan tak senang kepada teman anda secara tertutup.


(62)

C. INSTRUMEN KUALITAS HIDUP LANSIA

Ketentuan menjawab : Jawablah pertanyaan berikut dengan berikan tanda chek list pada tabel kosong yang telah disediakan tentang perilaku anda dalam melakukan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari anda dalam Panti Werdha.

No Pertanyaan TP JR KD SR

1 Melakukan pekerjaan yang berat membuat tubuh anda merasa nyeri?

2 Apakah anda merasa nyeri pada persendian anda?

3 Apakah anda merasa nyaman tinggal di panti ini. 4 Memakan obat bila terjadi sakit tiba-tiba?

5 Selalu mengkonsumsi obat tidur setiap malam? 6 Tidur 6 7 jam?

7 Selalu terbangun tengah malam? 8 Tidur di atas jam 12 malam?

9 Apakah anda seorang yang mudah lelah? 10 Apakah anda merasa lelah bila berjalan? 11 Apakah anda merasa kelelahan bila menyapu? 12 Apakah anda berjalan dibantu orang lain? 13 Setiap makan berdoa?

14 Selalu beribadah bersama teman? 15 Selalu berdoa mau tidur?

16 Mengucapkan syukur bila diberi umur panjang? 17 Berdoa mau bangun tidur?

18 Apakah anda merasa orang yang kuat? 19 Apakah anda merasa penuh semangat? 20 Menyelesaikan hitungan?


(63)

22 Mengingat nama-nama anak dan cucu, serta menantu?

23 Mengingat angka-angka dan huruf?

24 Apakah anda mampu menerima saran orang lain?

25 Apakah keluarga selalu memberi dukungan kepada anda?

26 Apakah teman selalu memberi dukungan sewaktu bekerja di panti?


(64)

Lampiran 5

Reliabilitas Kuesioner Kualitas Hidup Lansia

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items


(65)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

K1 2.80 .761 30

K2 2.70 .651 30

K3 3.00 .455 30

K4 3.10 .548 30

K5 2.50 .682 30

K6 3.20 .407 30

K7 3.10 .305 30

K8 2.70 .794 30

K9 2.80 .887 30

K10 3.00 .455 30

K11 2.40 .932 30

K12 2.40 .932 30

K13 3.30 .466 30

K14 2.90 .845 30

K15 2.90 .845 30

K16 3.00 .788 30

K17 3.10 .712 30

K18 2.80 .761 30

K19 3.00 .643 30

K20 2.30 .794 30

K21 3.10 .712 30

K22 2.60 1.133 30

K23 2.60 .932 30

K24 3.40 .932 30

K25 2.20 .997 30


(66)

Summary Item Statistics

Mean Minimum Maximum Range Maximum /Minimum Variance N of Items

Item Means 2.808 2.100 3.400 1.300 1.619 .117 26

Item

Variances .586 .093 1.283 1.190 13.778 .083 26

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(67)

ANALISA DATA

1. Data demografi

Descriptives Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Deviation VarianceStd.

Usia 157 3 1 4 2.41 .698 .487

JenisKelamin 157 1 1 2 1.54 .500 .250

Suku 157 6 1 7 3.75 2.084 4.342

Agama 157 2 1 3 1.20 .445 .198

PendidikanTera

khir 157 2 1 3 1.87 .540 .291

Valid N

(listwise) 157

Frequencies Statistics

Usia JenisKelamin Suku Agama PendidikanTerakhir

N Valid 157 157 157 157 157

Missin

g 0 0 0 0 0

Mean 2.41 1.54 3.75 1.20 1.87

Std. Deviation .698 .500 2.084 .445 .540

Variance .487 .250 4.342 .198 .291

Range 3 1 6 2 2

Minimum 1 1 1 1 1


(68)

Frequency Table Usia

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid 45-59 tahun 6 3.8 3.8 3.8

60-70 tahun 94 59.9 59.9 63.7

71-80 tahun 44 28.0 28.0 91.7

> 80 tahun 13 8.3 8.3 100.0

Total 157 100.0 100.0

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Laki-laki 73 46.5 46.5 46.5

Perempuan 84 53.5 53.5 100.0

Total 157 100.0 100.0

Suku

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Batak 54 34.4 34.4 34.4

Minang 6 3.8 3.8 38.2

Jawa 84 53.5 53.5 91.7

Melayu 13 8.3 8.3 100.0


(69)

Agama

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Islam 129 82.2 82.2 82.2

Kristen Protestan 25 15.9 15.9 98.1

Kristen Katolik 3 1.9 1.9 100.0

Total 157 100.0 100.0

PendidikanTerakhir

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Sekolah 34 21.7 21.7 21.7

SD 109 69.4 69.4 91.1

SMP 14 8.9 8.9 100.0

Total 157 100.0 100.0

2. Interaksi Sosial

Descriptives Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Deviation VarianceStd.

K1 157 1 0 1 .82 .384 .147

K2 157 1 0 1 .81 .394 .156

K3 157 1 0 1 .83 .379 .143

K4 157 1 0 1 .73 .444 .197

K5 157 1 0 1 .61 .490 .240

K6 157 1 0 1 .75 .433 .188

K7 157 1 0 1 .76 .426 .181

K8 157 2 0 2 .65 .492 .242


(70)

K10 157 1 0 1 .69 .465 .216

K11 157 1 0 1 .67 .472 .223

K12 157 1 0 1 .65 .479 .229

Valid N

(listwise) 157

Frequencies Statistics

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12

N Valid 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean .82 .81 .83 .73 .61 .75 .76 .65 .67 .69 .67 .65

Std. Deviation .384 .394 .379 .444 .490 .433 .426 .492 .472 .465 .472 .479 Variance .147 .156 .143 .197 .240 .188 .181 .242 .223 .216 .223 .229

Range 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1

Minimum 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Maximum 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1

Frequency Table

K1

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak 28 17.8 17.8 17.8

Ya 129 82.2 82.2 100.0


(71)

K2

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak 30 19.1 19.1 19.1

Ya 127 80.9 80.9 100.0

Total 157 100.0 100.0

K3

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak 27 17.2 17.2 17.2

Ya 130 82.8 82.8 100.0

Total 157 100.0 100.0

K4

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak 42 26.8 26.8 26.8

Ya 115 73.2 73.2 100.0

Total 157 100.0 100.0

K5

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak 62 39.5 39.5 39.5

Ya 95 60.5 60.5 100.0


(72)

K6

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak 39 24.8 24.8 24.8

Ya 118 75.2 75.2 100.0

Total 157 100.0 100.0

K7

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak 37 23.6 23.6 23.6

Ya 120 76.4 76.4 100.0

Total 157 100.0 100.0

K8

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak 56 35.7 35.7 35.7

Ya 100 63.7 63.7 99.4

2 1 .6 .6 100.0

Total 157 100.0 100.0

K9

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent


(73)

K9

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak 52 33.1 33.1 33.1

Ya 105 66.9 66.9 100.0

Total 157 100.0 100.0

K10

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak 49 31.2 31.2 31.2

Ya 108 68.8 68.8 100.0

Total 157 100.0 100.0

K11

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak 52 33.1 33.1 33.1

Ya 105 66.9 66.9 100.0

Total 157 100.0 100.0

K12

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak 55 35.0 35.0 35.0

Ya 102 65.0 65.0 100.0


(74)

3. Kualitas hidup lansia

Descriptives

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Deviation VarianceStd.

K1 157 2 2 4 3.08 .742 .551

K2 157 2 2 4 3.14 .537 .288

K3 157 2 2 4 3.25 .585 .342

K4 157 3 1 4 2.83 .841 .707

K5 157 3 1 4 2.16 1.243 1.545

K6 157 3 1 4 3.24 .634 .403

K7 157 3 1 4 2.95 .696 .485

K8 157 3 1 4 2.67 .812 .659

K9 157 3 1 4 2.46 .937 .879

K10 157 3 1 4 2.68 .736 .541

K11 157 3 1 4 2.79 .948 .898

K12 157 3 1 4 2.33 1.021 1.043

K13 157 3 1 4 3.52 .676 .456

K14 157 2 2 4 3.24 .556 .309

K15 157 3 1 4 3.78 .510 .260

K16 157 3 1 4 3.61 .627 .393

K17 157 2 2 4 3.05 .638 .408

K18 157 3 1 4 2.90 .749 .561

K19 157 2 2 4 3.10 .564 .318

K20 157 3 1 4 2.74 .769 .592

K21 157 2 2 4 3.31 .551 .303

K22 157 2 2 4 3.14 .720 .519

K23 157 3 1 4 3.05 .696 .485

K24 157 2 2 4 3.12 .485 .235


(75)

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Deviation VarianceStd.

K1 157 2 2 4 3.08 .742 .551

K2 157 2 2 4 3.14 .537 .288

K3 157 2 2 4 3.25 .585 .342

K4 157 3 1 4 2.83 .841 .707

K5 157 3 1 4 2.16 1.243 1.545

K6 157 3 1 4 3.24 .634 .403

K7 157 3 1 4 2.95 .696 .485

K8 157 3 1 4 2.67 .812 .659

K9 157 3 1 4 2.46 .937 .879

K10 157 3 1 4 2.68 .736 .541

K11 157 3 1 4 2.79 .948 .898

K12 157 3 1 4 2.33 1.021 1.043

K13 157 3 1 4 3.52 .676 .456

K14 157 2 2 4 3.24 .556 .309

K15 157 3 1 4 3.78 .510 .260

K16 157 3 1 4 3.61 .627 .393

K17 157 2 2 4 3.05 .638 .408

K18 157 3 1 4 2.90 .749 .561

K19 157 2 2 4 3.10 .564 .318

K20 157 3 1 4 2.74 .769 .592

K21 157 2 2 4 3.31 .551 .303

K22 157 2 2 4 3.14 .720 .519

K23 157 3 1 4 3.05 .696 .485

K24 157 2 2 4 3.12 .485 .235

K25 157 3 1 4 2.84 .789 .622

K26 157 3 1 4 2.73 .945 .892

Valid N


(76)

Frequencies

Statistics

K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13 K14 K15 K16 K17 K18 K19 K20 K21 K22 K23 K24 K25 K26 N Valid 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 157 Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Mean 3.08 3.14 3.25 2.83 2.16 3.24 2.95 2.67 2.46 2.68 2.79 2.33 3.52 3.24 3.78 3.61 3.05 2.90 3.10 2.74 3.31 3.14 3.05 3.12 2.84 2.73 Std. Deviation .742 .537 .585 .841 1.243 .634 .696 .812 .937 .736 .948 1.021 .676 .556 .510 .627 .638 .749 .564 .769 .551 .720 .696 .485 .789 .945 Variance .551 .288 .342 .707 1.545 .403 .485 .659 .879 .541 .898 1.043 .456 .309 .260 .393 .408 .561 .318 .592 .303 .519 .485 .235 .622 .892 Range 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 Minimum 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 Maximum 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4


(77)

Frequency Table

K1

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 37 23.6 23.6 23.6

Kadang-Kadang 70 44.6 44.6 68.2

Sering 50 31.8 31.8 100.0

Total 157 100.0 100.0

K2

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 13 8.3 8.3 8.3

Kadang-Kadang 109 69.4 69.4 77.7

Sering 35 22.3 22.3 100.0

Total 157 100.0 100.0

K3

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 12 7.6 7.6 7.6

Kadang-Kadang 94 59.9 59.9 67.5

Sering 51 32.5 32.5 100.0


(78)

K4

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 14 8.9 8.9 8.9

Jarang 29 18.5 18.5 27.4

Kadang-Kadang 84 53.5 53.5 80.9

Sering 30 19.1 19.1 100.0

Total 157 100.0 100.0

K5

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 69 43.9 43.9 43.9

Jarang 35 22.3 22.3 66.2

Kadang-Kadang 12 7.6 7.6 73.9

Sering 41 26.1 26.1 100.0

Total 157 100.0 100.0

K6

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 2 1.3 1.3 1.3

Jarang 11 7.0 7.0 8.3

Kadang-Kadang 91 58.0 58.0 66.2

Sering 53 33.8 33.8 100.0


(79)

K7

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 3 1.9 1.9 1.9

Jarang 33 21.0 21.0 22.9

Kadang-Kadang 90 57.3 57.3 80.3

Sering 31 19.7 19.7 100.0

Total 157 100.0 100.0

K8

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 4 2.5 2.5 2.5

Jarang 74 47.1 47.1 49.7

Kadang-Kadang 49 31.2 31.2 80.9

Sering 30 19.1 19.1 100.0

Total 157 100.0 100.0

K9

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 17 10.8 10.8 10.8

Jarang 82 52.2 52.2 63.1

Kadang-Kadang 26 16.6 16.6 79.6

Sering 32 20.4 20.4 100.0


(80)

K10

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 10 6.4 6.4 6.4

Jarang 46 29.3 29.3 35.7

Kadang-Kadang 86 54.8 54.8 90.4

Sering 15 9.6 9.6 100.0

Total 157 100.0 100.0

K11

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 14 8.9 8.9 8.9

Jarang 48 30.6 30.6 39.5

Kadang-Kadang 52 33.1 33.1 72.6

Sering 43 27.4 27.4 100.0

Total 157 100.0 100.0

K12

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 36 22.9 22.9 22.9

Jarang 61 38.9 38.9 61.8

Kadang-Kadang 32 20.4 20.4 82.2

Sering 28 17.8 17.8 100.0


(81)

K13

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 2 1.3 1.3 1.3

Jarang 10 6.4 6.4 7.6

Kadang-Kadang 50 31.8 31.8 39.5

Sering 95 60.5 60.5 100.0

Total 157 100.0 100.0

K14

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 10 6.4 6.4 6.4

Kadang-Kadang 100 63.7 63.7 70.1

Sering 47 29.9 29.9 100.0

Total 157 100.0 100.0

K15

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 1 .6 .6 .6

Jarang 4 2.5 2.5 3.2

Kadang-Kadang 23 14.6 14.6 17.8

Sering 129 82.2 82.2 100.0


(82)

K16

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 2 1.3 1.3 1.3

Jarang 6 3.8 3.8 5.1

Kadang-Kadang 43 27.4 27.4 32.5

Sering 106 67.5 67.5 100.0

Total 157 100.0 100.0

K17

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 28 17.8 17.8 17.8

Kadang-Kadang 93 59.2 59.2 77.1

Sering 36 22.9 22.9 100.0

Total 157 100.0 100.0

K18

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 7 4.5 4.5 4.5

Jarang 31 19.7 19.7 24.2

Kadang-Kadang 89 56.7 56.7 80.9

Sering 30 19.1 19.1 100.0


(83)

K19

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 18 11.5 11.5 11.5

Kadang-Kadang 106 67.5 67.5 79.0

Sering 33 21.0 21.0 100.0

Total 157 100.0 100.0

K20

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 2 1.3 1.3 1.3

Jarang 66 42.0 42.0 43.3

Kadang-Kadang 60 38.2 38.2 81.5

Sering 29 18.5 18.5 100.0

Total 157 100.0 100.0

K21

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 7 4.5 4.5 4.5

Kadang-Kadang 95 60.5 60.5 65.0

Sering 55 35.0 35.0 100.0


(84)

K22

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 31 19.7 19.7 19.7

Kadang-Kadang 73 46.5 46.5 66.2

Sering 53 33.8 33.8 100.0

Total 157 100.0 100.0

K23

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 2 1.3 1.3 1.3

Jarang 28 17.8 17.8 19.1

Kadang-Kadang 87 55.4 55.4 74.5

Sering 40 25.5 25.5 100.0

Total 157 100.0 100.0

K24

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 10 6.4 6.4 6.4

Kadang-Kadang 118 75.2 75.2 81.5

Sering 29 18.5 18.5 100.0


(1)

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 2 1.3 1.3 1.3

Jarang 10 6.4 6.4 7.6

Kadang-Kadang 50 31.8 31.8 39.5

Sering 95 60.5 60.5 100.0

Total 157 100.0 100.0

K14

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 10 6.4 6.4 6.4

Kadang-Kadang 100 63.7 63.7 70.1

Sering 47 29.9 29.9 100.0

Total 157 100.0 100.0

K15

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 1 .6 .6 .6

Jarang 4 2.5 2.5 3.2

Kadang-Kadang 23 14.6 14.6 17.8

Sering 129 82.2 82.2 100.0


(2)

Valid Tidak Pernah 2 1.3 1.3 1.3

Jarang 6 3.8 3.8 5.1

Kadang-Kadang 43 27.4 27.4 32.5

Sering 106 67.5 67.5 100.0

Total 157 100.0 100.0

K17

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 28 17.8 17.8 17.8

Kadang-Kadang 93 59.2 59.2 77.1

Sering 36 22.9 22.9 100.0

Total 157 100.0 100.0

K18

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 7 4.5 4.5 4.5

Jarang 31 19.7 19.7 24.2

Kadang-Kadang 89 56.7 56.7 80.9

Sering 30 19.1 19.1 100.0


(3)

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 18 11.5 11.5 11.5

Kadang-Kadang 106 67.5 67.5 79.0

Sering 33 21.0 21.0 100.0

Total 157 100.0 100.0

K20

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 2 1.3 1.3 1.3

Jarang 66 42.0 42.0 43.3

Kadang-Kadang 60 38.2 38.2 81.5

Sering 29 18.5 18.5 100.0

Total 157 100.0 100.0

K21

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 7 4.5 4.5 4.5

Kadang-Kadang 95 60.5 60.5 65.0


(4)

Valid Jarang 31 19.7 19.7 19.7

Kadang-Kadang 73 46.5 46.5 66.2

Sering 53 33.8 33.8 100.0

Total 157 100.0 100.0

K23

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 2 1.3 1.3 1.3

Jarang 28 17.8 17.8 19.1

Kadang-Kadang 87 55.4 55.4 74.5

Sering 40 25.5 25.5 100.0

Total 157 100.0 100.0

K24

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Jarang 10 6.4 6.4 6.4

Kadang-Kadang 118 75.2 75.2 81.5

Sering 29 18.5 18.5 100.0


(5)

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 4 2.5 2.5 2.5

Jarang 51 32.5 32.5 35.0

Kadang-Kadang 68 43.3 43.3 78.3

Sering 34 21.7 21.7 100.0

Total 157 100.0 100.0

K26

Frequency Percent Valid Percent CumulativePercent

Valid Tidak Pernah 7 4.5 4.5 4.5

Jarang 76 48.4 48.4 52.9

Kadang-Kadang 27 17.2 17.2 70.1

Sering 47 29.9 29.9 100.0


(6)

DATA PRIBADI

Nama : Ana Fitria

Tempat/tanggal Lahir : Rantau Prapat 29 Mei 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Alamat : Divisi III PRNE, Padang Mahondang No 28 B

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1993-1999 : SD Negeri 117503 Padang Mahondang

2. 2000-2003 : SLTP Swasta Galih Agung Darul Arafah Medan 3. 2003-2005 : SMUN I Aek Natas

4. 2005-2008 : DIII Akper Imelda Medan 5. 2009-Sekarang : S1 Keperawatan USU