PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU MENERAPKAN PAKEM MELALUI BIMBINGAN INTENSIF DI SMP NEGERI 1 KEMUSU Peningkatan Keterampilan Guru Menerapkan PAKEM Melalui Bimbingan intensif di SMP Negeri 1 Kemusu Kabupaten Boyolali.
PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU MENERAPKAN PAKEM
MELALUI BIMBINGAN INTENSIF DI SMP NEGERI 1 KEMUSU
KABUPATEN BOYOLALI
Artikel Publikasi
Oleh:
HANIK SHOFIA
Q. 100 100 065
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
ABSTRACT
Hanik Shofia. Q 100 100 065. The title “Peningkatan Keterampilan Guru
Menerapkan PAKEM Melalui Bimbingan Intensif di SMP Negeri 1 Kemusu
Kabupaten Boyolali”. Thesis. Graduate Program Muhammadiyah University of
Surakarta. 2012.
The purpose of this study was (1) describe an increase in the skills of
teachers SMP Negeri 1 Kemusu Boyolali district in 2011 after writing lesson plans
based Active Learning Intensive Guidance given. (2) describe an increase in the
skills of teachers SMP Negeri 1 Kemusu Boyolali districts applying PAKEM in 2011
after being given guidance in learning Intensive.
This School Action Research took 27 subject teachers SMP Negeri 1 Kemusu
Boyolali in 2011. Procedures for implementing action research conducted
through two cycles beginning with the early reflections. To collect data on the
ability of teachers to write lesson plans based Active Learning Active Learning
and applying the learning, and the results of Guidance Intensive use
documentation techniques, observation and interviews. Once the data is
collected and then analyzed using qualitative description of the analysis
technique.
Based on the data analysis we concluded that the skills of teachers in
developing lesson plans based Active Learning has increased between before and
after guiding, the average value of 2.3 to 3.4 preparing lesson plans, Or 19
people getting enough value and 8 people get good value, to 23 people get good
value and 4 scored very well. While the skills of teachers to implement PAKEM
indicated an increase in the average value of 2.3 to 3.2, or an increase of 19
people and 8 scored enough people get good value, after being given intensive
guidance results in two cycles to 26 people scored 1 person obtaining good and
very good value. From these data can be concluded that the activities Intensive
Guidance conducted by researcher to improve the skills of teachers in preparing
lesson plans and in the implementation of Active Learning. It's certainly not
because of the act of Intensive Tuition alone, but also a strong spirit and
willingness of teachers to improve themselves.
Keywords: Active learning effective creative fun, intensive guidance
1
2
Pendahuluan
Proses
pembelajaran
merupakan
jantung
penyelenggaraan
pendidikan. Hal ini mengandung pengertian bahwa keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang berkualitas, akan menghasilkan ouput yang
berkualitas pula. Oleh karena itu untuk mewujudkan pendidikan yang
berkualitas, diperlukan Kurikulum menuntut seorang guru untuk tidak saja
memiliki kemampuan menguasai pengetahuan di bidangnya melainkan juga
mampu merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan atau yang sering disingkat PAKEM. Dengan
kegiatan pembelajaran yang demikian diharapkan guru dapat membantu
siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, kritis dan kreatif
(critical dan creative thinking).
Namun dalam kenyataanya berdasarkan hasil supervisi kunjungan
kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah, sebagian besar guru SMP Negeri 1
Kemusu masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.
Mereka kurang mengembangkan metode mengajar yang bervariasi sehingga
kegiatan pembelajaran berlangsung secara monoton dan menjenuhkan,
komunikasi lebih banyak terjadi satu arah dan keterlibatan siswa masih
sangat kurang. Guru hanya sebagai penyampai materi pelajaran sehingga
kegiatan pembelajaran tak ubahnya hanya sebagai sarana untuk transfer of
knowledge, sementara penanaman nilai‐nilai dan pembentukan karakter
siswa kurang mendapat perhatian.
Untuk mengatasi kondisi yang demikian, guru harus dibekali dengan
kemampuan dalam memahami, memilih dan menggunakan teknik yang
dapat mengembangkan potensi siswa agar kritis, kreatif, inovatif, mampu
memecahkan masalah melalui mata‐mata pelajaran yang relevan. Atas dasar
kondisi yang demikian itulah, penulis terdorong untuk melakukan penelitian
3
tentang peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan PAKEM melalui
Bimbingan Intensif.
Dengan Bimbingan Intensif diharapknan keterampilan guru SMP
Negeri 1 Kemusu menerapkan PAKEM dalam pembelajaran menjadi lebih
baik.
Perumusan permasalahan ini ialah (1) Adakah peningkatan
keterampilan guru membuat RPP berbasis PAKEM setelah diberikan
Bimbingan Intensif? Dan (2) Adakah peningkatan keterampilan guru
menerapkan PAKEM setelah diberikan Bimbingan Intensif?
Penelitian ini memiliki tujuan khusus (a) mendeskripsikan peningkatan
keterampilan guru menulis RPP berbasis PAKEM setelah diberikan Bimbingan
Intensif, dan (b) mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru
menerapkan PAKEM setelah diberikan Bimbingan Intensif
Kajian Teori
Pemerintah dan para ahli pendidikan terus berusaha untuk
melakukan berbagai upaya pembaharuan agar pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru menjadi lebih bermakna. Belajar akan lebih bermakna
jika anak mengalami apa yang mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh
karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala cara dengan mencoba
untuk membuat apa yang dipelajari siswa disekolah agar dapat dipergunakan
dalam kehidupan mereka sehari‐hari (Depdiknas, 2010 : 4).
Demikian halnya yang dikatakan Moran dalam Teching and Teacher
Education (2007:421) ... knowledge is socially constructed and distributed
within a dialectic between person acting and the setting in which their activity
is situationally specific .Guru dapat membantu proses ini dengan cara‐cara
mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat
relevan bagi siswa, dengan memberikan ide‐ide, dan dengan mengajak siswa
agar menyadari dan menggunakan sendiri ide‐ide, dan mengajak siswa agar
4
menyadari dan menggunakan strategi‐strategi mereka sendiri dalam belajar.
Guru dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka
mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di upayakan
sendiri siswa yang memanjat tangga itu.
Salah satu alternatif yang ditawarkan dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran sejalan dengan tuntutan kurikulium adalah
pembelajaran berbasis PAKEM. Istilah PAKEM merupakan singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
PAKEM atau Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan
suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya,
bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang
pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut
bertentangan dengan hakikat belajar.
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan
generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan
dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar‐mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada
belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti
meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup
jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang
harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
5
Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:
a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat.
b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi
siswa.
c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku‐buku dan bahan belajar
yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ Guru menerapkan cara
mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar
kelompok.
d. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Mengembangkan
kemampuan
berpikir
kritis,
kreatif,
dan
kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya hidup ini adalah
memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan
alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan
kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri
anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya,
antara lain dengan sering‐sering memberikan tugas atau mengajukan
pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata‐kata “Apa
yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata‐kata “Apa,
berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
6
Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang
menarik. Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan
dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi
ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan
diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan
inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja
perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar,
peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang
kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan
baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan
rujukan ketika membahas suatu masalah.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik,
sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan
belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga
sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar
dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari
lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu.
Pemanfaatan lingkungan dapat men‐gembangkan sejumlah keterampilan
seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan
pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat
gambar/diagram.
Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar. Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam
belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah
satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih
mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara
memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar
siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas‐tugas belajar selanjutnya.
7
Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan
komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih
bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
Pembimbingan atau pembinaan guru sering diartikan sebagai
serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama yang berwujud layanan
professional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah atau
pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar (Hamzah, 2007
: 169). Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode,
dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik,
materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan
efektif. Menurut Joni (1992) strategi pembelajaran merupakan suatu seni
dan ilmu untuk membawa pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan
yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif dalam
(Depdiknas, 2010 : 7).
Secara terminologis, pembimbingan atau pembinaan guru sering
diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama yang
berwujud layanan professional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas
sekolah atau Pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar
(Hamzah, 2007 : 169).
Dalam konteks, pembinaan guru merupakan bagian tak terpisahkan
dari kegiatan supervisi pendidikan. Atas dasar itu maka pembinaan guru
dalam supervisi mengandung pengertian :
1.
Serangkaian bantuan yang berwujud layanan professional
2.
Layanan professional itu diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala
sekolah, pengawas, ahli lainnya).
3.
Maksud layanan tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan
dapat tercapai.
8
Dalam rangka pelaksanaan pembinaan guru, ada beberapa teknik
pembinaan yang dapat digunakan oleh pengawas sekolah atau kepala
sekolah. Menurut Uno (2007 : 176), teknik‐teknik pembinaan guru meliputi :
kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat dewan guru, kunjungan antar
kelas, kunjungan sekolah, kunjungan antarsekolah, pertemuan dalam
kelompok kerja, penerbitan bulletin professional dan penataran. Pemilihan
dan penentuan teknik pembinaan ini tentu saja harus disesuaikan dengan
tujuan dari pembinaan itu sendiri.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Intensif merupakan jenis kata
ajektif diartikan secara sungguh – sungguh dan terus menerus dalam
mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang optimal..
Intesif mengandung pengertian sungguh – sungguh, mendalam,
serius. Dari beberapa pengertian intensif diatas, dapat disimpulkan tentang
bimbingan intensif dapat diartikan sebagai serangkaian bantuan yang
berwujud layanan professional secara sungguh ‐ sungguh, mendalam, dan
serius yang diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala sekolah, pengawas,
ahli lainnya) dengan maksud agar dapat meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai.
Bimbingan Intensif yang diberikan dalam rangka meningkatkan
keteramplilan guru menerapkan PAKEM sebagaimana yang tercantum dalam
IPKG I tentang tata cara, urutan dan konten Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan IPKG II yang memuat tentang bagaimana penerapan
PAKEM di kelas.
Penelitian Tindakan Sekolah ini menggunakan Instrumen Penilaian
Kinerja Guru (IPKG I) untuk mengukur kemampuan guru dalam
merencanakan pembelajaran. Instrumen ini memuat komponen:
9
Kerangka Berpikir
KONDISI
AWAL
Peneliti belum
memberikan
Bimbingan
Guru yg diteliti:
Mengajar konvensional,
komunikasi serah, tidak
menggunakan alat
peraga yang sesuai
TINDAKAN
Memberikan
Bimbingan Intensif
secara klasikal dan
kelompok
SIKLUS I
Memberikan Bimbingan
Intensif
dalam
kelompok besar
KONDISI AKHIR
Diduga
melalui
Bimbingan Intensif
keterampilan guru
menerapkan
PAKEM meningkat
SIKLUS II
Memberikan
Bimbingan
Intensif dalam kelompok
mata pelajaran
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori diatas maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan : “Bimbingan Intensif mampu meningkatkan keterampilan guru
SMP Negeri 1 Kemusu Kabupaten Boyolali menerapkan PAKEM.”
Metode Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan,
dimulai bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011 di SMP
Negeri 1 Kemusu kabupaten Boyolali, yang beralamat di jalan raya Klewor,
kecamatan Kemusu, kabupaten Boyolali. Terletak di bagian Utara kabupaten
Boyolali, kurang lebih 40 km dari pusat kota Boyolali. SMP Negeri 1 Kemusu
memiliki 450 orang peserta didik yang terdistribusi dalam 15 (lima belas)
rombongan belajar. Untuk pelayanan pendidikan di sekolah, tersedia 7
10
(tujuh) orang tenaga kependidikan, serta 27 (dua puluh tujuh) orang
pendidik, yang terdiri dari 21 (dua puluh satu) PNS dan 6 (enam) guru tidak
tetap. Ke‐27 orang tenaga pendidik inilah yang menjadi subjek penelitian
tindakan sekolah ini.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah
keterampilan guru menerapkan PAKEM dalam pembelajaran.
Jenis data yang di dapat adalah data kuantitatif dan kualitatif.
1. Hasil Supervisi Kunjungan kelas
Data hasil supervisi terdahulu sebelum dilaksanakan tindakan . Nilai hasil
supervisi inilah yang dipergunakan sebagai salah satu sumber data.
2. Pelaksanaan Pembelajaran di kelas
Data ini berupa hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran di
kelas pada saat dilakukan supervisi selama dilakukan tindakan.
3. Data Refleksi kolaborator dan guru
Data ini berupa catatan lapangan yang memuat mulai dari perencanaan
penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian.
Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
guru‐gur SMP Negeri 1 Kemusu sebagai subjek penelitian dan anggota
peneliti, antara lain:
1. Informan atau kolaborator yaitu kepala SMP Negeri 2 Kemusu
2. Bimbingan Intensif kepada para guru untuk meningkatkan keterampilan
mengajar berbasis PAKEM
3. Arsip dan dokumen resmi mengenai perangkat pembelajaran yang
berbasis PAKEM, serta pelaksanaan pembelajaran di kelas yang berbasis
PAKEM.
Teknik pengumpulan data menggunakan nontes.yaitu teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Data yang diperoleh peneliti akan diperiksa keabsahannya dengan
menggunakan trianggulasi. Teknik trianggulasi data yang digunakan dalam
11
penelitian ini adalah trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode
pengumpulan data. Pada trianggulasi sumber data, peneliti mengutamakan
pengecekan informasi antara peneliti dan informan, sedangkan trianggulasi
metode, dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari suatu teknik
/ metode pengumpulan data dengan informasi serupa yang diperoleh dengan
metode wawancara, kajian dokumen, dan observasi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing‐masing
siklus terdiri dari 4 tahapan, yakni: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan,
3) observasi dan 4) refleksi. Deskripsi mengenai hasil penelitian ini
merupakan jawaban permasalahan yang diungkapkan pada bab I. Agar
diperoleh gambaran yang lengkap tentang hasil penelitian, disertakan pula
data tentang kondisi pratindakan, dan pelaksanaan.
Penelitian tindakan ini bermula dari hasil supervisi kunjungan kelas
dan wawancara setelah pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh peneliti
terhadap para guru SMP Negeri 1 Kemusu. Hasil wawancara dengan para
guru diperoleh simpulan sebagai berikut: (a) guru kurang tertarik terhadap
PAKEM; (b) guru kurang pemahaman terhadap PAKEM; (c) guru beranggapan
bahwa penerapan PAKEM membutuhkan lebih banyak waktu, tenaga, serta
pikiran.
Berdasarkan hasil supervisi kunjungan kelas yang dilakukan oleh
peneliti terhadap guru menunjukkan bahwa dalam menulis RPP rata‐rata
perolehan nilainya sebesar 2,3 (cukup). Dari 27 guru yang disupervisi, ada 8
orang guru nilainya baik, sementara 19 orang memiliki nilai cukup.
Sementara dalam penerapan PAKEM di kelas terdapat hasil sebagai berikut:
Dari 27 orang guru, yang mendapatkan nilai cukup sebanyak 19 orang dan 8
orang guru memperoleh nilai baik
12
Dari hasil supervisi tersebut diperoleh informasi bahwa sebagian
besar guru masih mengajar dengan cara‐cara konvensional, yaitu dengan
metode ceramah yang diselingi dengan tanya jawab. Pembelajaran belum
menunjukkan adanya penerapan prinsip‐prinsip PAKEM. Dari sini jelas sekali
bahwa para guru belum memahami hakikat PAKEM sehingga pembelajaran
yang dilakukannya masih cenderung didominasi oleh guru (teacher’s
centered). Peserta didik lebih banyak diposisikan sebagai objek yang siap
menerima informasi atau pengetahuan apapun dari guru. Akibatnya peserta
didik cenderung pasif, hanya beberapa dari mereka yang kadang‐kadang mau
bertanya. Keadaan yang demikian lah yang mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian ini.
Pada siklus I ini para guru mendapatkan pembimbingan oleh peneliti
mengenai konsep‐konsep dasar PAKEM. Pembimbingan ini dilakukan secara
bersama‐sama (klasikal) di ruang Lab IPA dengan memberikan penjelasan
materi tentang PAKEM secara interaktif.
Setelah diadakan penilaian terhadap RPP dan pelaksanaan PAKEM di
kelas diperoleh hasil sebagai berikut:
Kemampuan guru dalam menyusun RPP berbasis PAKEM diperoleh hasil
dari 27 orang guru 9 orang (33%) memperoleh nilai cukup, 18 orang (67%)
memperoleh nilai baik, dan tidak ada yang , memperoleh nilai amat baik.
Kemampuan Guru Menerapkan PAKEM di kelas terdapat hasil sebagai
berikut: Pada kegiatan prasiklus dari 27 orang guru, yang mendapatkan nilai
cukup sebanyak 19 orang (70%), dan 8 orang guru (30%) memperoleh nilai
baik. Pada Siklus I pengamatan terhadap para guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran, penilaian dalam penerapan PAKEM di kelas
diperoleh data bahwa 15 guru (56%) guru memperoleh nilai baik, dan 12 guru
(44%) memperoleh nilai cukup. Sedangkan dalam menerapkan PAKEM pada
prasiklus yang memperoleh nilai rata‐rata 2,3 setelah dilakukan tindakan
13
bimbingan intensif terjadi peningkatan dengan nilai rata‐rata mencapai 2,4.
Ini berarti terjadi peningkatan 2,5%.
Berdasarkan Refleksi dan Evaluasi terhadap RPP dan penerapan PAKEM
di kelas dapat direfleksi dan dievaluasi diperoleh data bahwa secara umum
guru sudah menyusun RPP berbasis PAKEM, tetapi masih mengalami
kekurangan dalam hal : memilih metode pembelajaran, memilih media
pembelajaran dan merumuskan scenario pembelajaran. Guru sudah dapat
melaksanakan pembelajaran berbasis PAKEM tetapi masih menghadapi
beberapa kesulitan, antara lain : guru kurang dalam memotivasi siswa;
penataan ruang belum belum maksimal; siswa kurang kesempatan untuk
menemukan pengetahuan sendiri; kerjasama antar siswa dan antara siswa
dengan guru masih minim; peserta didik belum bergairah dalam belajar,
situasi masih kaku dan monoton; penggunaan sumber belajar masih masih
kurang berfariasi, sebagian menggunakan LKS sebagai sumber belajar utama;
siswa masih kurang aktif; pertanyaan siswa masih minim; hasil pajangan
pekerjaan siswa masih minim.
Atas dasar beberapa kekurangan yang dihadapi guru dalam
pelaksanaan pembelajaran maka peneliti memandang perlu untuk
mengadakan perbaikan tindakan dalam bentuk pembimbingan yang lebih
intensif terhadap para guru. Perbaikan tindakan ini akan dilaksanakan pada
siklus II.
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus I ditemukan beberapa
kekurangan dari para guru dalam menyusun RPP maupun dalam menerapkan
PAKEM belum maksimal. Guna meningkatkan keterampilan guru dalam
penerapan PAKEM, maka pada siklus II diadakan pembimbingan yang lebih
intensif. Yang dimaksud dengan pembimbingan yang lebih intensif di sini
adalah pembimbingan dilakukan dalam kelompok kecil rumpun mata
pelajaran. Dalam kelompok kecil ini pembimbing dapat melakukan
pendekatan secara individual guna mengetahui sejauh mana kemampuan
14
yang dimiliki guru terkait dengan konsep PAKEM, sekaligus dapat mengetahui
permasalahan apa yang dihadapi guru dalam menerapkan PAKEM.
Setelah diadakan pembimbingan intensif terhadap para guru,
diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Kemampuan guru dalam menyusun RPP
Untuk mengetahui kemampuan guru dalam menyusun RPP berbasis
PAKEM digunakan penilaian terhadap RPP dengan Instrumen penilaian
yang telah disiapkan oleh peneliti. Setelah diadakan penilaian terhadap
RPP yang disusun oleh guru diperoleh hasil sebagai berikut : Dari 27
Orang guru yang mendapat nilai amat baik sebanyak 4 orang (15%), dan
23 orang (75%) memperoleh nilai baik. Secara rinci perolehan nilai hasil
penulisan RPP dapat dilihat pada tabel berikut:
b. Kemampuan Guru dalam Menerapkan PAKEM
Untuk mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran
PAKEM dilakukan dengan cara observasi oleh kepala sekolah terhadap
guru dalam mengajar. Setelah diadakan pengamatan terhadap para guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran diperoleh hasil sebagai
berikut : Dari 27 orang guru yang memperoleh predikat amat baik
sebanyak 1 orang guru (3%), 26 orang (97%) memperoleh nilai baik, dan
tak seorangpun memperoleh nilai cukup.
c. Refleksi dan Evaluasi
Berdasarkan hasil penilaian terhadap RPP dan pengamatan terhadap guru
dalam kegiatan pembelajaran dapat direfleksi dan dievaluasi dapat
disampaikan bahwa selama proses kegiatan Bimbingan Intensif para guru
merasakan manfaat yang sangat banyak, terutama pengalaman yang
selama ini jarang mereka lakukan dalam pengelolaan pembelajaran.
Suasana pembelajaran juga terasa sangat mengasikkan, bukan saja bagi
siswa melainkan para guru juga merasakan hal yang sama.
15
Dari segi hasil, kegiatan pembimbingan mampu merubah sikap dan
perilaku guru dalam mengajar, dari yang selama ini banyak menggunakan
pendekatan konvensional dengan metode ceramah sebagai andalannya,
berubah menjadi menjadi guru yang kaya akan metode dan media
pembelajaran yang bervariasi.
d. Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian dapat dideskripsikan bahwa tindak
lanjut peningkatan kemmpuan guru dalam menerapkan PAKEM adalah
mengadakan pemantauan terhadap kemajuan yang dicapai oleh para
guru setelah mendapatkan pembimbingan intensif dari peneliti.
Pemantauan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana guru
menerapkan PAKEM setelah mendapatkan pembimbingan. Dalam
pelaksanaannya, kegiatan pemantauan ini dilakukan oleh peneliti.
Simpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan pada bab sebelumnya maka
dapat diambil simpulan‐simpulan sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan keterampilan guru menerapkan PAKEM setelah diberikan
Bimbingan Intensif. Hal ini terlihat dari nilai kemampuan guru dalam
menyusun RPP berbasis PAKEM mengalami peningkatan antara sebelum
dan sesudah penggunaan Bimbingan Intensif. Rata‐rata nilai penyusunan
RPP dari 2,3 meningkat menjadi rata‐rata 3,4. Terjadi peningkatan
keterampilan guru menulis RPP berbasis PAKEM. Data awal menunjukkan
19 orang guru memperoleh nilai cukup dan 8 orang gurimbingan intensif
dala dua siklus teradi peningkatan keterampilan guru menyusun RPP
menjadi 23 orang guru memperoleh nilai baik dan 4 orang guru
memperoleh nilai amat baik.
2. Keterampilan menerapkan PAKEM dalam poembelajaran di kelas
ditunjukkan adanya peningkatan dari nilai rata‐rata perolehan 2,3
16
menjadi 3,2. Terjadi peningkatan keterampilan guru menerapkan PAKEM
dalam pembelajaran. Sebelum dilakukan tindakan, data awal
keterampilan menerapkan PAKEM dari 27 orang guru 8 orang guru (30%)
mendapatkan nilai baik dan 19 orang guru (70%) mendapatkan nilai
cukup. Setelah diberikan tindakan dengan Bimbingan Intensif melalui
siklus I dan siklus II, maka hasil keterampilan guru menerapkan PAKEM
dala pembelajaran menjadi 26 orang guru memperoleh nilai baik dan 1
orang guru memperoleh nilai amat baik.
3. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru menulis
RPP berbasis PAKEM dari 30% sebelum dilakukan tindakan Bimbingan
intensif menjadi 100%, sedangkan keterampilan guru menerapkan
PAKEM data awal menunjukkan 30% guru memiliki keterampilan
menerapkan PAKEM, setelah dilakukan tindakan melalui siklus I dan siklus
II keterampilan guru meningkat menjadi 100%.
Daftar Pustaka
Anonim. (2008). Penyusunan Program Kepala Sekolah. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ (2010). Pembelajaran Berbasis Paikem (CTL, Pembelajaran
Terpadu, Pembelajaran Tematik). Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional.
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ (2009). Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐. 2007. Pelaksanaan Pembelajaran PAKEM. Semarang. DBE
Arifin, E Zaenal dan Tasai, Amran. 2009. Karya Ilmiah Guru Kreatif dan
Inovatif. Jakrta: Pustaka Mandiri.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Aqib, Zaenal. E Rahmanto, 2007. Pembelajaran Efektif. Jakarta: Grasindo
17
Bloom, B.S.. 1997. Human Characteristic and School Learning. New York:
McGraw Hill.
Carr. W. & Kemmis, S. (1986) Becoming Critical; Education, knowledge
and Action Research. Brighton, Sussex: Falmer Press.
Dharma, Agus. 2000. Manajemen Supervisi Petunjuk Praktis Bagi Para
Supervisor. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2003. Standar Kompetensi Guru.
Jakarta: Depdiknas
Eekelen, Van I.M., JD Vermunt, and HPA Boushuizen. 2006. Exploring
Teachers’ Will to Learn. Journal. Teaching and Teacher Education 22.
Page: 415. Leiden University. Netherlands.
Gal, Nurit.2006. The Role of Practicum Supervisors in Behavior
Management Education. Teaching and Teacher education 22.Page: 393.
Journal.New South Wales. Australia.
Hamzah, B, Uno. 2007. Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Hamzah, B. Uno. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ismail SM (2008) dalam Sekolahku.info (2009) Penerapan Strategi
PAIKEM dalam Meningkatkan Pembelajaran Ilmu Tajwid. (online).
Tersedia : http://sekolahku.info/2009/12/penerapan‐strategi‐paikem‐
dalam‐meningkatkan‐pembelajaran‐ilmu‐tajwid (06 December 2009).
Diakses pasa Senin, 31 Oktober 2011
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Penelitian Tindakan
Kelas.Jakarta: Indeks.
Moran, Mary Jane. 2007. Collaborative Action Research and Project
Work: Promising practices for developing collaborative inquiry among
early childhood preservice teachers. Journal. Teaching and Teacher
Education.23. Page 421. Leiden University. Netherlands.
1.
Mulyasa, H.E. (2009). Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
18
Mulyasa, HE. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Remaja Rosda Karya:
Bandung
Mulyasa, HE. 2007. Menjadi Guru profesional. : Bandung: Remaja Rosda
Karya
Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990. Pendidikan Menengah.
Jakarta: Lembaga Negara
Permendiknas nomor 23 tahun 2006. Standar Kompetensi Lulusan.
Jakarta : Depdiknas
Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005. Standar nasional
Pendidikan. Jakarta: Lembaga NegaraPermendiknas nomor 16 Thahun
2007. Standar kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru. Jakarta:
Depdiknas.
Permendiknas nomor 13 tahun 2007. Standar Kepala Sekolah. Jakarta:
Depdiknas.
Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2008. Tentang Guru. Jakarta:
Lembaga Negara
Permendiknas nomor 28 tahun 2012. Penugasan Guru Sebagai kepala
Sekolah. Jakarta: Depdiknas
Ramadhan, T. (2008). Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan.
(online).
Tersedia
:
http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran‐aktif‐inovatif‐
kreatif‐efektif‐dan‐menyenangkan (11 November 2008) Diakses pada
hari Minggu, Senin, 31 Oktober 2011
Sumardi. (2009).Implikasi Pendekatan Andragogis dalam Pembelajaran
Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing*). (online). Tersedia :
http://robertsumardi.wordpress.com.(http://E‐Pemdidikan.com).
Diakses pada hari Senin, 31 Oktober 2011
Supardi / Suhardjono. 2011. Strategi Menyususn Penelituan tindakan
kelas. Yogyakarta: Andi Offset.
2.
Susilowati, E. 2006. Kompetensi Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara
Sutama. 2010. Penelitian Tindakan. Teori dan Praktik dalam PTK, PTS,
dan PTBK. Semarang: Mandiri Citra Utama.
Sutama. 2009. Metode Penelitian Tindakan. Surakarta: Kurnia Offset
19
Uno, H. (2007). Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta :Bumi Aksara.
Wahidin (2008). Pembelajaran PAKEM II. (online). Tersedia :
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/11/05/pembelajaran
‐pakem‐ii/ (November 5, 2008). Diakses pada Senin, 31 Oktober 2010.
Yamin, Martinis. (2003). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.
Jakarta :Gaung Persada Press
MELALUI BIMBINGAN INTENSIF DI SMP NEGERI 1 KEMUSU
KABUPATEN BOYOLALI
Artikel Publikasi
Oleh:
HANIK SHOFIA
Q. 100 100 065
PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
ABSTRACT
Hanik Shofia. Q 100 100 065. The title “Peningkatan Keterampilan Guru
Menerapkan PAKEM Melalui Bimbingan Intensif di SMP Negeri 1 Kemusu
Kabupaten Boyolali”. Thesis. Graduate Program Muhammadiyah University of
Surakarta. 2012.
The purpose of this study was (1) describe an increase in the skills of
teachers SMP Negeri 1 Kemusu Boyolali district in 2011 after writing lesson plans
based Active Learning Intensive Guidance given. (2) describe an increase in the
skills of teachers SMP Negeri 1 Kemusu Boyolali districts applying PAKEM in 2011
after being given guidance in learning Intensive.
This School Action Research took 27 subject teachers SMP Negeri 1 Kemusu
Boyolali in 2011. Procedures for implementing action research conducted
through two cycles beginning with the early reflections. To collect data on the
ability of teachers to write lesson plans based Active Learning Active Learning
and applying the learning, and the results of Guidance Intensive use
documentation techniques, observation and interviews. Once the data is
collected and then analyzed using qualitative description of the analysis
technique.
Based on the data analysis we concluded that the skills of teachers in
developing lesson plans based Active Learning has increased between before and
after guiding, the average value of 2.3 to 3.4 preparing lesson plans, Or 19
people getting enough value and 8 people get good value, to 23 people get good
value and 4 scored very well. While the skills of teachers to implement PAKEM
indicated an increase in the average value of 2.3 to 3.2, or an increase of 19
people and 8 scored enough people get good value, after being given intensive
guidance results in two cycles to 26 people scored 1 person obtaining good and
very good value. From these data can be concluded that the activities Intensive
Guidance conducted by researcher to improve the skills of teachers in preparing
lesson plans and in the implementation of Active Learning. It's certainly not
because of the act of Intensive Tuition alone, but also a strong spirit and
willingness of teachers to improve themselves.
Keywords: Active learning effective creative fun, intensive guidance
1
2
Pendahuluan
Proses
pembelajaran
merupakan
jantung
penyelenggaraan
pendidikan. Hal ini mengandung pengertian bahwa keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran.
Proses pembelajaran yang berkualitas, akan menghasilkan ouput yang
berkualitas pula. Oleh karena itu untuk mewujudkan pendidikan yang
berkualitas, diperlukan Kurikulum menuntut seorang guru untuk tidak saja
memiliki kemampuan menguasai pengetahuan di bidangnya melainkan juga
mampu merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan atau yang sering disingkat PAKEM. Dengan
kegiatan pembelajaran yang demikian diharapkan guru dapat membantu
siswa mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, kritis dan kreatif
(critical dan creative thinking).
Namun dalam kenyataanya berdasarkan hasil supervisi kunjungan
kelas yang dilakukan oleh kepala sekolah, sebagian besar guru SMP Negeri 1
Kemusu masih menggunakan pendekatan pembelajaran konvensional.
Mereka kurang mengembangkan metode mengajar yang bervariasi sehingga
kegiatan pembelajaran berlangsung secara monoton dan menjenuhkan,
komunikasi lebih banyak terjadi satu arah dan keterlibatan siswa masih
sangat kurang. Guru hanya sebagai penyampai materi pelajaran sehingga
kegiatan pembelajaran tak ubahnya hanya sebagai sarana untuk transfer of
knowledge, sementara penanaman nilai‐nilai dan pembentukan karakter
siswa kurang mendapat perhatian.
Untuk mengatasi kondisi yang demikian, guru harus dibekali dengan
kemampuan dalam memahami, memilih dan menggunakan teknik yang
dapat mengembangkan potensi siswa agar kritis, kreatif, inovatif, mampu
memecahkan masalah melalui mata‐mata pelajaran yang relevan. Atas dasar
kondisi yang demikian itulah, penulis terdorong untuk melakukan penelitian
3
tentang peningkatan keterampilan guru dalam menerapkan PAKEM melalui
Bimbingan Intensif.
Dengan Bimbingan Intensif diharapknan keterampilan guru SMP
Negeri 1 Kemusu menerapkan PAKEM dalam pembelajaran menjadi lebih
baik.
Perumusan permasalahan ini ialah (1) Adakah peningkatan
keterampilan guru membuat RPP berbasis PAKEM setelah diberikan
Bimbingan Intensif? Dan (2) Adakah peningkatan keterampilan guru
menerapkan PAKEM setelah diberikan Bimbingan Intensif?
Penelitian ini memiliki tujuan khusus (a) mendeskripsikan peningkatan
keterampilan guru menulis RPP berbasis PAKEM setelah diberikan Bimbingan
Intensif, dan (b) mendeskripsikan peningkatan keterampilan guru
menerapkan PAKEM setelah diberikan Bimbingan Intensif
Kajian Teori
Pemerintah dan para ahli pendidikan terus berusaha untuk
melakukan berbagai upaya pembaharuan agar pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru menjadi lebih bermakna. Belajar akan lebih bermakna
jika anak mengalami apa yang mereka pelajari bukan mengetahuinya, oleh
karena itu para pendidik telah berjuang dengan segala cara dengan mencoba
untuk membuat apa yang dipelajari siswa disekolah agar dapat dipergunakan
dalam kehidupan mereka sehari‐hari (Depdiknas, 2010 : 4).
Demikian halnya yang dikatakan Moran dalam Teching and Teacher
Education (2007:421) ... knowledge is socially constructed and distributed
within a dialectic between person acting and the setting in which their activity
is situationally specific .Guru dapat membantu proses ini dengan cara‐cara
mengajar yang membuat informasi menjadi sangat bermakna dan sangat
relevan bagi siswa, dengan memberikan ide‐ide, dan dengan mengajak siswa
agar menyadari dan menggunakan sendiri ide‐ide, dan mengajak siswa agar
4
menyadari dan menggunakan strategi‐strategi mereka sendiri dalam belajar.
Guru dapat memberikan kepada siswa tangga yang dapat membantu mereka
mencapai tingkat pemahaman yang lebih tinggi, tetapi harus di upayakan
sendiri siswa yang memanjat tangga itu.
Salah satu alternatif yang ditawarkan dalam upaya meningkatkan
kualitas pembelajaran sejalan dengan tuntutan kurikulium adalah
pembelajaran berbasis PAKEM. Istilah PAKEM merupakan singkatan dari
Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
PAKEM atau Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan
suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya,
bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang
pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut
bertentangan dengan hakikat belajar.
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan
generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan
dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat
kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar‐mengajar yang
menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada
belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.
Menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti
meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup
jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang
harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab
pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
5
Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka
pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Secara garis besar, gambaran PAKEM adalah sebagai berikut:
a. Siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan
pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar
melalui berbuat.
b. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan
semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar
untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi
siswa.
c. Guru mengatur kelas dengan memajang buku‐buku dan bahan belajar
yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ Guru menerapkan cara
mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar
kelompok.
d. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam
pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan
melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.
Mengembangkan
kemampuan
berpikir
kritis,
kreatif,
dan
kemampuan memecahkan masalah Pada dasarnya hidup ini adalah
memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan
kreatif. Kritis untuk menganalisis masalah; dan kreatif untuk melahirkan
alternatif pemecahan masalah. Kedua jenis berpikir tersebut, kritis dan
kreatif, berasal dari rasa ingin tahu dan imajinasi yang keduanya ada pada diri
anak sejak lahir. Oleh karena itu, tugas guru adalah mengembangkannya,
antara lain dengan sering‐sering memberikan tugas atau mengajukan
pertanyaan yang terbuka. Pertanyaan yang dimulai dengan kata‐kata “Apa
yang terjadi jika …” lebih baik daripada yang dimulai dengan kata‐kata “Apa,
berapa, kapan”, yang umumnya tertutup (jawaban betul hanya satu).
6
Mengembangkan ruang kelas sebagai lingkungan belajar yang
menarik. Ruang kelas yang menarik merupakan hal yang sangat disarankan
dalam PAKEM. Hasil pekerjaan siswa sebaiknya dipajangkan untuk memenuhi
ruang kelas seperti itu. Selain itu, hasil pekerjaan yang dipajangkan
diharapkan memotivasi siswa untuk bekerja lebih baik dan menimbulkan
inspirasi bagi siswa lain. Yang dipajangkan dapat berupa hasil kerja
perorangan, berpasangan, atau kelompok. Pajangan dapat berupa gambar,
peta, diagram, model, benda asli, puisi, karangan, dan sebagainya. Ruang
kelas yang penuh dengan pajangan hasil pekerjaan siswa, dan ditata dengan
baik, dapat membantu guru dalam pembelajaran karena dapat dijadikan
rujukan ketika membahas suatu masalah.
Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik,
sosial, atau budaya) merupakan sumber yang sangat kaya untuk bahan
belajar anak. Lingkungan dapat berperan sebagai media belajar, tetapi juga
sebagai objek kajian (sumber belajar). Penggunaan lingkungan sebagai
sumber belajar sering membuat anak merasa senang dalam belajar. Belajar
dengan menggunakan lingkungan tidak selalu harus keluar kelas. Bahan dari
lingkungan dapat dibawa ke ruang kelas untuk menghemat biaya dan waktu.
Pemanfaatan lingkungan dapat men‐gembangkan sejumlah keterampilan
seperti mengamati (dengan seluruh indera), mencatat, merumuskan
pertanyaan, berhipotesis, mengklasifikasi, membuat tulisan, dan membuat
gambar/diagram.
Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan kegiatan
belajar. Mutu hasil belajar akan meningkat bila terjadi interaksi dalam
belajar. Pemberian umpan balik dari guru kepada siswa merupakan salah
satu bentuk interaksi antara guru dan siswa. Umpan balik hendaknya lebih
mengungkap kekuatan daripada kelemahan siswa. Selain itu, cara
memberikan umpan balik pun harus secara santun. Hal ini dimaksudkan agar
siswa lebih percaya diri dalam menghadapi tugas‐tugas belajar selanjutnya.
7
Guru harus konsisten memeriksa hasil pekerjaan siswa dan memberikan
komentar dan catatan. Catatan guru berkaitan dengan pekerjaan siswa lebih
bermakna bagi pengembangan diri siswa daripada hanya sekedar angka.
Pembimbingan atau pembinaan guru sering diartikan sebagai
serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama yang berwujud layanan
professional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas sekolah atau
pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar (Hamzah, 2007
: 169). Proses pembelajaran yang berhasil guna memerlukan teknik, metode,
dan pendekatan tertentu sesuai dengan karakteristik tujuan, peserta didik,
materi, dan sumber daya. Sehingga diperlukan strategi yang tepat dan
efektif. Menurut Joni (1992) strategi pembelajaran merupakan suatu seni
dan ilmu untuk membawa pembelajaran sedemikian rupa sehingga tujuan
yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efesien dan efektif dalam
(Depdiknas, 2010 : 7).
Secara terminologis, pembimbingan atau pembinaan guru sering
diartikan sebagai serangkaian usaha bantuan kepada guru, terutama yang
berwujud layanan professional yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas
sekolah atau Pembina lainnya untuk meningkatkan proses dan hasil belajar
(Hamzah, 2007 : 169).
Dalam konteks, pembinaan guru merupakan bagian tak terpisahkan
dari kegiatan supervisi pendidikan. Atas dasar itu maka pembinaan guru
dalam supervisi mengandung pengertian :
1.
Serangkaian bantuan yang berwujud layanan professional
2.
Layanan professional itu diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala
sekolah, pengawas, ahli lainnya).
3.
Maksud layanan tersebut adalah agar dapat meningkatkan kualitas
proses dan hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan
dapat tercapai.
8
Dalam rangka pelaksanaan pembinaan guru, ada beberapa teknik
pembinaan yang dapat digunakan oleh pengawas sekolah atau kepala
sekolah. Menurut Uno (2007 : 176), teknik‐teknik pembinaan guru meliputi :
kunjungan kelas, pertemuan pribadi, rapat dewan guru, kunjungan antar
kelas, kunjungan sekolah, kunjungan antarsekolah, pertemuan dalam
kelompok kerja, penerbitan bulletin professional dan penataran. Pemilihan
dan penentuan teknik pembinaan ini tentu saja harus disesuaikan dengan
tujuan dari pembinaan itu sendiri.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Intensif merupakan jenis kata
ajektif diartikan secara sungguh – sungguh dan terus menerus dalam
mengerjakan sesuatu hingga memperoleh hasil yang optimal..
Intesif mengandung pengertian sungguh – sungguh, mendalam,
serius. Dari beberapa pengertian intensif diatas, dapat disimpulkan tentang
bimbingan intensif dapat diartikan sebagai serangkaian bantuan yang
berwujud layanan professional secara sungguh ‐ sungguh, mendalam, dan
serius yang diberikan oleh orang yang lebih ahli (kepala sekolah, pengawas,
ahli lainnya) dengan maksud agar dapat meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar sehingga tujuan pendidikan yang direncanakan dapat tercapai.
Bimbingan Intensif yang diberikan dalam rangka meningkatkan
keteramplilan guru menerapkan PAKEM sebagaimana yang tercantum dalam
IPKG I tentang tata cara, urutan dan konten Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) dan IPKG II yang memuat tentang bagaimana penerapan
PAKEM di kelas.
Penelitian Tindakan Sekolah ini menggunakan Instrumen Penilaian
Kinerja Guru (IPKG I) untuk mengukur kemampuan guru dalam
merencanakan pembelajaran. Instrumen ini memuat komponen:
9
Kerangka Berpikir
KONDISI
AWAL
Peneliti belum
memberikan
Bimbingan
Guru yg diteliti:
Mengajar konvensional,
komunikasi serah, tidak
menggunakan alat
peraga yang sesuai
TINDAKAN
Memberikan
Bimbingan Intensif
secara klasikal dan
kelompok
SIKLUS I
Memberikan Bimbingan
Intensif
dalam
kelompok besar
KONDISI AKHIR
Diduga
melalui
Bimbingan Intensif
keterampilan guru
menerapkan
PAKEM meningkat
SIKLUS II
Memberikan
Bimbingan
Intensif dalam kelompok
mata pelajaran
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori diatas maka dapat dirumuskan hipotesis
tindakan : “Bimbingan Intensif mampu meningkatkan keterampilan guru
SMP Negeri 1 Kemusu Kabupaten Boyolali menerapkan PAKEM.”
Metode Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan,
dimulai bulan Agustus 2011 sampai dengan bulan Oktober 2011 di SMP
Negeri 1 Kemusu kabupaten Boyolali, yang beralamat di jalan raya Klewor,
kecamatan Kemusu, kabupaten Boyolali. Terletak di bagian Utara kabupaten
Boyolali, kurang lebih 40 km dari pusat kota Boyolali. SMP Negeri 1 Kemusu
memiliki 450 orang peserta didik yang terdistribusi dalam 15 (lima belas)
rombongan belajar. Untuk pelayanan pendidikan di sekolah, tersedia 7
10
(tujuh) orang tenaga kependidikan, serta 27 (dua puluh tujuh) orang
pendidik, yang terdiri dari 21 (dua puluh satu) PNS dan 6 (enam) guru tidak
tetap. Ke‐27 orang tenaga pendidik inilah yang menjadi subjek penelitian
tindakan sekolah ini.
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah
keterampilan guru menerapkan PAKEM dalam pembelajaran.
Jenis data yang di dapat adalah data kuantitatif dan kualitatif.
1. Hasil Supervisi Kunjungan kelas
Data hasil supervisi terdahulu sebelum dilaksanakan tindakan . Nilai hasil
supervisi inilah yang dipergunakan sebagai salah satu sumber data.
2. Pelaksanaan Pembelajaran di kelas
Data ini berupa hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran di
kelas pada saat dilakukan supervisi selama dilakukan tindakan.
3. Data Refleksi kolaborator dan guru
Data ini berupa catatan lapangan yang memuat mulai dari perencanaan
penelitian sampai dengan pelaksanaan penelitian.
Sedangkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
guru‐gur SMP Negeri 1 Kemusu sebagai subjek penelitian dan anggota
peneliti, antara lain:
1. Informan atau kolaborator yaitu kepala SMP Negeri 2 Kemusu
2. Bimbingan Intensif kepada para guru untuk meningkatkan keterampilan
mengajar berbasis PAKEM
3. Arsip dan dokumen resmi mengenai perangkat pembelajaran yang
berbasis PAKEM, serta pelaksanaan pembelajaran di kelas yang berbasis
PAKEM.
Teknik pengumpulan data menggunakan nontes.yaitu teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Data yang diperoleh peneliti akan diperiksa keabsahannya dengan
menggunakan trianggulasi. Teknik trianggulasi data yang digunakan dalam
11
penelitian ini adalah trianggulasi sumber data dan trianggulasi metode
pengumpulan data. Pada trianggulasi sumber data, peneliti mengutamakan
pengecekan informasi antara peneliti dan informan, sedangkan trianggulasi
metode, dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari suatu teknik
/ metode pengumpulan data dengan informasi serupa yang diperoleh dengan
metode wawancara, kajian dokumen, dan observasi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Proses penelitian dilaksanakan dalam dua siklus yang masing‐masing
siklus terdiri dari 4 tahapan, yakni: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan tindakan,
3) observasi dan 4) refleksi. Deskripsi mengenai hasil penelitian ini
merupakan jawaban permasalahan yang diungkapkan pada bab I. Agar
diperoleh gambaran yang lengkap tentang hasil penelitian, disertakan pula
data tentang kondisi pratindakan, dan pelaksanaan.
Penelitian tindakan ini bermula dari hasil supervisi kunjungan kelas
dan wawancara setelah pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh peneliti
terhadap para guru SMP Negeri 1 Kemusu. Hasil wawancara dengan para
guru diperoleh simpulan sebagai berikut: (a) guru kurang tertarik terhadap
PAKEM; (b) guru kurang pemahaman terhadap PAKEM; (c) guru beranggapan
bahwa penerapan PAKEM membutuhkan lebih banyak waktu, tenaga, serta
pikiran.
Berdasarkan hasil supervisi kunjungan kelas yang dilakukan oleh
peneliti terhadap guru menunjukkan bahwa dalam menulis RPP rata‐rata
perolehan nilainya sebesar 2,3 (cukup). Dari 27 guru yang disupervisi, ada 8
orang guru nilainya baik, sementara 19 orang memiliki nilai cukup.
Sementara dalam penerapan PAKEM di kelas terdapat hasil sebagai berikut:
Dari 27 orang guru, yang mendapatkan nilai cukup sebanyak 19 orang dan 8
orang guru memperoleh nilai baik
12
Dari hasil supervisi tersebut diperoleh informasi bahwa sebagian
besar guru masih mengajar dengan cara‐cara konvensional, yaitu dengan
metode ceramah yang diselingi dengan tanya jawab. Pembelajaran belum
menunjukkan adanya penerapan prinsip‐prinsip PAKEM. Dari sini jelas sekali
bahwa para guru belum memahami hakikat PAKEM sehingga pembelajaran
yang dilakukannya masih cenderung didominasi oleh guru (teacher’s
centered). Peserta didik lebih banyak diposisikan sebagai objek yang siap
menerima informasi atau pengetahuan apapun dari guru. Akibatnya peserta
didik cenderung pasif, hanya beberapa dari mereka yang kadang‐kadang mau
bertanya. Keadaan yang demikian lah yang mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian ini.
Pada siklus I ini para guru mendapatkan pembimbingan oleh peneliti
mengenai konsep‐konsep dasar PAKEM. Pembimbingan ini dilakukan secara
bersama‐sama (klasikal) di ruang Lab IPA dengan memberikan penjelasan
materi tentang PAKEM secara interaktif.
Setelah diadakan penilaian terhadap RPP dan pelaksanaan PAKEM di
kelas diperoleh hasil sebagai berikut:
Kemampuan guru dalam menyusun RPP berbasis PAKEM diperoleh hasil
dari 27 orang guru 9 orang (33%) memperoleh nilai cukup, 18 orang (67%)
memperoleh nilai baik, dan tidak ada yang , memperoleh nilai amat baik.
Kemampuan Guru Menerapkan PAKEM di kelas terdapat hasil sebagai
berikut: Pada kegiatan prasiklus dari 27 orang guru, yang mendapatkan nilai
cukup sebanyak 19 orang (70%), dan 8 orang guru (30%) memperoleh nilai
baik. Pada Siklus I pengamatan terhadap para guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran, penilaian dalam penerapan PAKEM di kelas
diperoleh data bahwa 15 guru (56%) guru memperoleh nilai baik, dan 12 guru
(44%) memperoleh nilai cukup. Sedangkan dalam menerapkan PAKEM pada
prasiklus yang memperoleh nilai rata‐rata 2,3 setelah dilakukan tindakan
13
bimbingan intensif terjadi peningkatan dengan nilai rata‐rata mencapai 2,4.
Ini berarti terjadi peningkatan 2,5%.
Berdasarkan Refleksi dan Evaluasi terhadap RPP dan penerapan PAKEM
di kelas dapat direfleksi dan dievaluasi diperoleh data bahwa secara umum
guru sudah menyusun RPP berbasis PAKEM, tetapi masih mengalami
kekurangan dalam hal : memilih metode pembelajaran, memilih media
pembelajaran dan merumuskan scenario pembelajaran. Guru sudah dapat
melaksanakan pembelajaran berbasis PAKEM tetapi masih menghadapi
beberapa kesulitan, antara lain : guru kurang dalam memotivasi siswa;
penataan ruang belum belum maksimal; siswa kurang kesempatan untuk
menemukan pengetahuan sendiri; kerjasama antar siswa dan antara siswa
dengan guru masih minim; peserta didik belum bergairah dalam belajar,
situasi masih kaku dan monoton; penggunaan sumber belajar masih masih
kurang berfariasi, sebagian menggunakan LKS sebagai sumber belajar utama;
siswa masih kurang aktif; pertanyaan siswa masih minim; hasil pajangan
pekerjaan siswa masih minim.
Atas dasar beberapa kekurangan yang dihadapi guru dalam
pelaksanaan pembelajaran maka peneliti memandang perlu untuk
mengadakan perbaikan tindakan dalam bentuk pembimbingan yang lebih
intensif terhadap para guru. Perbaikan tindakan ini akan dilaksanakan pada
siklus II.
Berdasarkan hasil tindakan pada siklus I ditemukan beberapa
kekurangan dari para guru dalam menyusun RPP maupun dalam menerapkan
PAKEM belum maksimal. Guna meningkatkan keterampilan guru dalam
penerapan PAKEM, maka pada siklus II diadakan pembimbingan yang lebih
intensif. Yang dimaksud dengan pembimbingan yang lebih intensif di sini
adalah pembimbingan dilakukan dalam kelompok kecil rumpun mata
pelajaran. Dalam kelompok kecil ini pembimbing dapat melakukan
pendekatan secara individual guna mengetahui sejauh mana kemampuan
14
yang dimiliki guru terkait dengan konsep PAKEM, sekaligus dapat mengetahui
permasalahan apa yang dihadapi guru dalam menerapkan PAKEM.
Setelah diadakan pembimbingan intensif terhadap para guru,
diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Kemampuan guru dalam menyusun RPP
Untuk mengetahui kemampuan guru dalam menyusun RPP berbasis
PAKEM digunakan penilaian terhadap RPP dengan Instrumen penilaian
yang telah disiapkan oleh peneliti. Setelah diadakan penilaian terhadap
RPP yang disusun oleh guru diperoleh hasil sebagai berikut : Dari 27
Orang guru yang mendapat nilai amat baik sebanyak 4 orang (15%), dan
23 orang (75%) memperoleh nilai baik. Secara rinci perolehan nilai hasil
penulisan RPP dapat dilihat pada tabel berikut:
b. Kemampuan Guru dalam Menerapkan PAKEM
Untuk mengetahui kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran
PAKEM dilakukan dengan cara observasi oleh kepala sekolah terhadap
guru dalam mengajar. Setelah diadakan pengamatan terhadap para guru
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran diperoleh hasil sebagai
berikut : Dari 27 orang guru yang memperoleh predikat amat baik
sebanyak 1 orang guru (3%), 26 orang (97%) memperoleh nilai baik, dan
tak seorangpun memperoleh nilai cukup.
c. Refleksi dan Evaluasi
Berdasarkan hasil penilaian terhadap RPP dan pengamatan terhadap guru
dalam kegiatan pembelajaran dapat direfleksi dan dievaluasi dapat
disampaikan bahwa selama proses kegiatan Bimbingan Intensif para guru
merasakan manfaat yang sangat banyak, terutama pengalaman yang
selama ini jarang mereka lakukan dalam pengelolaan pembelajaran.
Suasana pembelajaran juga terasa sangat mengasikkan, bukan saja bagi
siswa melainkan para guru juga merasakan hal yang sama.
15
Dari segi hasil, kegiatan pembimbingan mampu merubah sikap dan
perilaku guru dalam mengajar, dari yang selama ini banyak menggunakan
pendekatan konvensional dengan metode ceramah sebagai andalannya,
berubah menjadi menjadi guru yang kaya akan metode dan media
pembelajaran yang bervariasi.
d. Tindak Lanjut
Berdasarkan hasil penelitian dapat dideskripsikan bahwa tindak
lanjut peningkatan kemmpuan guru dalam menerapkan PAKEM adalah
mengadakan pemantauan terhadap kemajuan yang dicapai oleh para
guru setelah mendapatkan pembimbingan intensif dari peneliti.
Pemantauan ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana guru
menerapkan PAKEM setelah mendapatkan pembimbingan. Dalam
pelaksanaannya, kegiatan pemantauan ini dilakukan oleh peneliti.
Simpulan
Berdasarkan uraian dalam pembahasan pada bab sebelumnya maka
dapat diambil simpulan‐simpulan sebagai berikut:
1. Terdapat peningkatan keterampilan guru menerapkan PAKEM setelah diberikan
Bimbingan Intensif. Hal ini terlihat dari nilai kemampuan guru dalam
menyusun RPP berbasis PAKEM mengalami peningkatan antara sebelum
dan sesudah penggunaan Bimbingan Intensif. Rata‐rata nilai penyusunan
RPP dari 2,3 meningkat menjadi rata‐rata 3,4. Terjadi peningkatan
keterampilan guru menulis RPP berbasis PAKEM. Data awal menunjukkan
19 orang guru memperoleh nilai cukup dan 8 orang gurimbingan intensif
dala dua siklus teradi peningkatan keterampilan guru menyusun RPP
menjadi 23 orang guru memperoleh nilai baik dan 4 orang guru
memperoleh nilai amat baik.
2. Keterampilan menerapkan PAKEM dalam poembelajaran di kelas
ditunjukkan adanya peningkatan dari nilai rata‐rata perolehan 2,3
16
menjadi 3,2. Terjadi peningkatan keterampilan guru menerapkan PAKEM
dalam pembelajaran. Sebelum dilakukan tindakan, data awal
keterampilan menerapkan PAKEM dari 27 orang guru 8 orang guru (30%)
mendapatkan nilai baik dan 19 orang guru (70%) mendapatkan nilai
cukup. Setelah diberikan tindakan dengan Bimbingan Intensif melalui
siklus I dan siklus II, maka hasil keterampilan guru menerapkan PAKEM
dala pembelajaran menjadi 26 orang guru memperoleh nilai baik dan 1
orang guru memperoleh nilai amat baik.
3. Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan guru menulis
RPP berbasis PAKEM dari 30% sebelum dilakukan tindakan Bimbingan
intensif menjadi 100%, sedangkan keterampilan guru menerapkan
PAKEM data awal menunjukkan 30% guru memiliki keterampilan
menerapkan PAKEM, setelah dilakukan tindakan melalui siklus I dan siklus
II keterampilan guru meningkat menjadi 100%.
Daftar Pustaka
Anonim. (2008). Penyusunan Program Kepala Sekolah. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional.
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ (2010). Pembelajaran Berbasis Paikem (CTL, Pembelajaran
Terpadu, Pembelajaran Tematik). Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional.
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐ (2009). Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas.
Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
‐‐‐‐‐‐‐‐‐‐. 2007. Pelaksanaan Pembelajaran PAKEM. Semarang. DBE
Arifin, E Zaenal dan Tasai, Amran. 2009. Karya Ilmiah Guru Kreatif dan
Inovatif. Jakrta: Pustaka Mandiri.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Supervisi Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta
Aqib, Zaenal. E Rahmanto, 2007. Pembelajaran Efektif. Jakarta: Grasindo
17
Bloom, B.S.. 1997. Human Characteristic and School Learning. New York:
McGraw Hill.
Carr. W. & Kemmis, S. (1986) Becoming Critical; Education, knowledge
and Action Research. Brighton, Sussex: Falmer Press.
Dharma, Agus. 2000. Manajemen Supervisi Petunjuk Praktis Bagi Para
Supervisor. Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2003. Standar Kompetensi Guru.
Jakarta: Depdiknas
Eekelen, Van I.M., JD Vermunt, and HPA Boushuizen. 2006. Exploring
Teachers’ Will to Learn. Journal. Teaching and Teacher Education 22.
Page: 415. Leiden University. Netherlands.
Gal, Nurit.2006. The Role of Practicum Supervisors in Behavior
Management Education. Teaching and Teacher education 22.Page: 393.
Journal.New South Wales. Australia.
Hamzah, B, Uno. 2007. Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar
mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara
Hamzah, B. Uno. 2008. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara.
Ismail SM (2008) dalam Sekolahku.info (2009) Penerapan Strategi
PAIKEM dalam Meningkatkan Pembelajaran Ilmu Tajwid. (online).
Tersedia : http://sekolahku.info/2009/12/penerapan‐strategi‐paikem‐
dalam‐meningkatkan‐pembelajaran‐ilmu‐tajwid (06 December 2009).
Diakses pasa Senin, 31 Oktober 2011
Kusumah, Wijaya dan Dedi Dwitagama. 2010. Penelitian Tindakan
Kelas.Jakarta: Indeks.
Moran, Mary Jane. 2007. Collaborative Action Research and Project
Work: Promising practices for developing collaborative inquiry among
early childhood preservice teachers. Journal. Teaching and Teacher
Education.23. Page 421. Leiden University. Netherlands.
1.
Mulyasa, H.E. (2009). Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya.
18
Mulyasa, HE. 2010. Penelitian Tindakan Sekolah. Remaja Rosda Karya:
Bandung
Mulyasa, HE. 2007. Menjadi Guru profesional. : Bandung: Remaja Rosda
Karya
Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 1990. Pendidikan Menengah.
Jakarta: Lembaga Negara
Permendiknas nomor 23 tahun 2006. Standar Kompetensi Lulusan.
Jakarta : Depdiknas
Peraturan Pemerintah nomor 19 Tahun 2005. Standar nasional
Pendidikan. Jakarta: Lembaga NegaraPermendiknas nomor 16 Thahun
2007. Standar kualifikasi Akademik dan Kompetensi guru. Jakarta:
Depdiknas.
Permendiknas nomor 13 tahun 2007. Standar Kepala Sekolah. Jakarta:
Depdiknas.
Peraturan Pemerintah nomor 74 Tahun 2008. Tentang Guru. Jakarta:
Lembaga Negara
Permendiknas nomor 28 tahun 2012. Penugasan Guru Sebagai kepala
Sekolah. Jakarta: Depdiknas
Ramadhan, T. (2008). Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif,
dan Menyenangkan.
(online).
Tersedia
:
http://tarmizi.wordpress.com/2008/11/11/pembelajaran‐aktif‐inovatif‐
kreatif‐efektif‐dan‐menyenangkan (11 November 2008) Diakses pada
hari Minggu, Senin, 31 Oktober 2011
Sumardi. (2009).Implikasi Pendekatan Andragogis dalam Pembelajaran
Bahasa Inggris sebagai Bahasa Asing*). (online). Tersedia :
http://robertsumardi.wordpress.com.(http://E‐Pemdidikan.com).
Diakses pada hari Senin, 31 Oktober 2011
Supardi / Suhardjono. 2011. Strategi Menyususn Penelituan tindakan
kelas. Yogyakarta: Andi Offset.
2.
Susilowati, E. 2006. Kompetensi Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara
Sutama. 2010. Penelitian Tindakan. Teori dan Praktik dalam PTK, PTS,
dan PTBK. Semarang: Mandiri Citra Utama.
Sutama. 2009. Metode Penelitian Tindakan. Surakarta: Kurnia Offset
19
Uno, H. (2007). Model Pembelajaran (Menciptakan Proses Belajar
Mengajar yang Kreatif dan Efektif). Jakarta :Bumi Aksara.
Wahidin (2008). Pembelajaran PAKEM II. (online). Tersedia :
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2008/11/05/pembelajaran
‐pakem‐ii/ (November 5, 2008). Diakses pada Senin, 31 Oktober 2010.
Yamin, Martinis. (2003). Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi.
Jakarta :Gaung Persada Press