View of MENINGKATAN KETERAMPILAN GURU DALAM SETELAH MENERAPKAN PEMBELAJARAN PAIKEM MELALUI BIMBINGAN TEKNIS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR DALAM WILAYAH

MENINGKATAN KETERAMPILAN GURU DALAM SETELAH
MENERAPKAN PEMBELAJARAN PAIKEM MELALUI BIMBINGAN
TEKNIS PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR DALAM WILAYAH
BINAAN

A B D . W A H I D
Pengawas Sekolah Kabupaten Bangkalan
Abstrak: Ketika kegiatan belajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam
bersikap dan berbuat, serta mau memahami anak didiknya dengan segala
konsekuensinya. Semua kendala yang terjadi dan dapat menjadi penghambat
jalannya proses belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik
maupun yang bersumber dari luar anak didik, harus guru hilangkan, dan bukan
membiarkannya. Karena keberhasilan belajar mengajar lebih banyak ditentukan
oleh guru dalam mengelola kelas. Subyek penelitian dalam hal ini adalah guru
Bahasa Indonesia dalam menerapkan PAIKEM pada Sekolah Dasar dalam
Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2014/2015. Karena yang
diteliti sejumlah 5 (empat), maka jumlah subyek penelitiannya juga empat orang
guru Bahasa Indonesia. Dari keempat subyek penelitian tersebut semuanya adalah
guru Bahasa Indonesia dan telah mempunyai masa kerja yang cukup, karena ratarata guru yang besangkutan telah mempunyai masa kerja diatas 5 tahun. Hasil
penelitian per siklus diketahui bahwa dengan menggunakan supervisi akademik
dengan pendekatan kemitraan siklus pertama tingkat keberhasilan dalam

menyusun RPP mencapai 50%,sedangkan siklus kedua mencapai 70% dan pada
siklus ketiga mencapai 100 %.Dalam melaksanakan proses pembelajaran pada
siklus pertama tingkat keberhasilan 50% sedangkan pada siklus kedua 80% dan
pada siklus ketiga 90 %. Berdasar hasil penelitian dan pembahasan dapatlah
disimpulkan bahwa : Menerapkan pembelajaran PAIKEM melalui bimbingan
teknis dapat meningkatkan kemampuan guru kelas Bahasa Indonesia di Sekolah
Dasar dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2014/2015.
Kata Kunci: Pembelajaran PAIKEM , Bimbingan Teknis
When the learning activities are processed, the teacher should be sincere in
behaving and doing, and want to understand the students with all the
consequences. All obstacles that occur and can be inhibiting the process of
teaching and learning, whether that stems from the behavior of students and who
come from outside students, teachers should remove, and not let it. Because the
success of teaching and learning is more determined by the teacher in managing
the class. Subject of research in this case is Indonesian teacher in applying
PAIKEM at elementary school in Bangkalan District Supplemental Area of
Lesson 2014/2015. Because of the number of 5 (four), the number of research
subjects are also four Indonesian language teachers. Of the four subjects of the
study are all Indonesian teachers and have had a reasonable period of work,
because the average teacher who has been working over 5 years. The results of

research per cycle is known that by using academic supervision with partnership
approach first cycle success rate in preparing the RPP reached 50%, while the

273

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 273--288

second cycle reached 70% and in the third cycle reached 100%. In implementing
the learning process in the first cycle 50% success rate while in the second cycle
80% and in the third cycle 90%. Based on the results of research and discussion it
can be concluded that: Implementing PAIKEM learning through technical
guidance can improve the ability of Indonesian language teachers in elementary
schools in Bangkalan in academic 2014/2015.
Pendahuluan
Dalam kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi
interaksi yang bertujuan. Guru dan
anak didiklah yang menggerakannya.
Interaksi yang bertujuan itu disebabkan gurulah yang memaknainya dengan menciptakan lingkungan yang
bernilai edukatif demi kepentingan
anak didik dalam belajar. Guru ingin

memberikan layanan yang terbaik
bagi anak didik, dengan menyediakan
lingkungan yang menyenangkan dan
menggairahkan. Guru berusaha menjadi pembimbing yang baik dengan
peranan yang arif dan bijaksana,
sehingga tercipta hubungan dua arah
yang harmonis antara guru dengan
anak didik.
Ketika kegiatan belajar itu
berproses, guru harus dengan ikhlas
dalam bersikap dan berbuat, serta
mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Semua
kendala yang terjadi dan dapat
menjadi penghambat jalannya proses
belajar mengajar, baik yang berpangkal dari perilaku anak didik maupun
yang bersumber dari luar anak didik,
harus guru hilangkan, dan bukan
membiarkannya. Karena keberhasilan
belajar mengajar lebih banyak ditentukan oleh guru dalam mengelola
kelas.

Dalam mengajar, guru harus
pandai menggunakan pendekatan se-

cara arif dan bijaksana, bukan sembarangan yang bisa merugikan anak
didik. Pandangan guru terhadap anak
didik akan menentukan sikap dan perbuatan. Setiap guru tidak selalu mempunyai pandangan yang sama dalam
menilai anak didik. Hal ini akan
mempengaruhi pendekatan yang guru
ambil dalam pengajaran.
Guru yang memandang anak
didik sebagai pribadi yang berbeda
dengan anak didik lainnya akan
berbeda dengan guru yang memandang anak didik sebagai makhluk
yang sama dan tidak ada perbedaan
dalam segala hal. Maka adalah penting meluruskan pandangan yang keliru dalam menilai anak didik. Sebaiknya guru memandang anak didik
sebagai individu dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan
pendekatan dalam pengajaran.
Kualitas pembelajaran ditentukan oleh interaksi komponen-komponen dalam sistemnya. Yaitu tujuan,
bahan ajar (materi), anak didik,
sarana, media, metode, partisipasi

masyarakat, performance sekolah, dan
evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib
, 1998). Performance sekolah, dan
evaluasi pembelajaran (Moh, Shochib
, 1998). Optimalisasi komponen ini,
menentukan kualitas (proses dan produk) pembelajaran. Upaya yang dapat
dilakukan oleh pendidik adalah mela-

274

Meningkatan Keterampilan Guru Dalam Setelah Menerapkan Pembelajaran Paikem, Abd. Wahidi

tinggi. Tetapi idealnya pada kontinum
yang tertinggi baik pelibatan aspek
mental maupun fisik anak didik. Oleh
karena itu, interaksi belajar mengajar
dengan paradigma PAIKEM menuntut anak:
(1) Berbuat
(2) Terlibat dalam kegiatan
(3) Mengamati secara visual

(4) Mencerap informasi secara verbal

kukan analisis tentang karakteristik
setiap komponen dan mensinkronisasikan sehingga ditemukan konsistensi dan keserasian di antaranya untuk tercapainya tujuan pembela-jaran.
Karena pembelajaran mulai dari perencana, pelaksanaan dan evalu-asinya senantiasa merujuk pada tuju-an
yang diharapkan untuk dikuasai atau
dimiliki oleh anak didik baik instructional effect (sesuai dengan tujuan
yang dirancang) maupun nurturrant
effect (dampak pengiring) (Moch.
Shochib: 1999).
Realisasi pencapaian tujuan tersebut, terdapat kegiatan interaksi belajar mengajar terutama yang ter-jadi
di kelas. Dengan demikian, ke-giatannya adalah bagaimana terjadi hubungan antara guru/bahan ajar yang didesain dan dengan anak didik. Interaksi ini merupakan proses komunikasi penyampaian pesan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan yang
dikemukakan Arief S Sadiman yang
menyatakan proses belajar mengajar
pada hakekatnya adalah proses interaksi yaitu proses penyampaian pesan
melalui saluran media/teknik/ metode
ke penerima pesan. (Arief S, Sadiman, dkk, 1996:13).
Sejalan dengan inovasi pembelajaran akhir-akhir ini termasuk di Sekolah Dasar, yaitu: PAIKEM. Interaksi belajar mengajarnya menuntut anak
didik untuk aktif, kreatif, inovatif dan
senang yang melibatkan secara optimal mental dan fisik mereka. Tingkat keaktifan, kreatifitas, dan kesenangan mereka dalam belajar merupakan rentangan kontinum dari yang

paling rendah sampai yang paling

Dengan demikian, interaksi belajar mengajar idealnya mampu membelajarkan anak didik berdasarkan
problem based learning, authentic
instruction, inquiry based learning,
project based learning, service learning, and cooperative learning. Pola
interaksi yang mampu mengemas hal
tersebut dapat mengubah paradigma
pembelajaran aktif menjadi paradigma pembelajaran reflektif.
Dengan interaksi pembelajaran
reflektif dapat membuat anak didik
untuk menjadikan hasil belajar sebagai referensi refleksi kritis tentang
dampak ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap masyarakat; mengasah
kepedulian sosial, mengasah hati
nurani, dan bertanggungjawab terhadap karirnya kelak. Kemampuan ini
dimiliki anak didik, karena dengan
pola interaksi pembelajaran tersebut,
dapat membuat anak didik aktif
dalam berfikir (mind-on), aktif dalam
berbuat (hand-on), mengembangkan

kemampuan bertanya, mengembangkan kemampuan berkomunikasi, dan
membudayakan untuk memecahkan
permasalahan baik secara personal
maupun sosial.

275

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 273--288

aktif yang bersifat terus menerus dari
semua pihak.
Guru mengemban tugas yang
berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan
kualitas manusia Indonesia, manusia
seutuhnya yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri,
cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu
menumbuhkan dan memperdalam
rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan

rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan
dengan itu pendidikan nasional akan
mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun
dirinya sendiri serta bertanggung
jawab atas pembangunan bangsa.
Depdikbud (1999).
Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor
diantaranya adalah faktor guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara langsung dapat
mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai
tujuan pendidikan secara maksimal,
peran guru sangat penting dan diharapkan guru mampu menyampaikan
semua mata pelajaran yang tercantum
dalam proses pembelajaran secara
tepat dan sesuai dengan konsepkonsep mata pelajaran yang akan
disampaikan.
Dengan menyadari kenyataan
tersebut di atas, maka dalam pene-

Agar hasil ini dapat optimal,

guru dituntut untuk mengubah peran
dan fungsinya menjadi fasilitator,
mediator, mitra belajar anak didik,
dan evaluator. Ini berarti, guru harus
menciptakan interaksi pembelajaran
yang demokratis dan dialogis antara
guru dengan anak didik, dan anak
didik dengan anak didik (Moh.
Shochib: 1999; dan Paul Suparno
dkk: 2001).
Dengan interaksi pembelajaran
yang mengemas nilai-nilai tersebut
dapat membuat pembelajaran lingking
(link and math atau life skill) dan
delinking (pemutusan lingkungan
negatif), diversifikasi kurikulum,
pembelajaran kontekstual, kurikulum
berbasis kompetensi, dan otonomi
pendidikan pada tingkat sekolah
taman kanak-kanak dengan manajemen berbasis sekolah, dan bertujuan

untuk mengupayakan fondasi dan mengembangkan anak untuk memiliki
kemampuan yang utuh yang disebut:
Pendidikan Anak Seutuhnya (PAS).
Pada dasarnya dalam kehidupan
suatu bangsa, faktor pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting
untuk menjamin perkembangan dan
kelangsungan hidup bangsa tersebut.
Secara langsung maupun tidak langsung pendidikan adalah suatu usaha
sadar dalam menyiapkan pertumbuhan dan perkembangan anak melalui
kegiatan, bimbingan, pengajaran dan
pelatihan bagi kehidupan dimasa yang
akan datang. Tentunya hal ini merupakan tanggung jawab bersama antara
pemerintah, anggota masyarakat dan
orang tua. Untuk mencapai keberhasilan ini perlu dukungan dan partisipasi

276

Meningkatan Keterampilan Guru Dalam Setelah Menerapkan Pembelajaran Paikem, Abd. Wahidi

Kegiatan model PAIKEM haruslah bervariatif dan tidak monoton.
Ada beberapa yang perlu diketahui,
misalnya:
- Mengamati, mengukur dan mendiskripsikan
- Mengajukan pertanyaan dan mencatat
- Berdiskusi, berdebat, dan membuat
rangkuman
- Merencanakan dan melakukan percobaan
- Melaporkan, mempresentasikan,
bermain peran, membuat puisi atau
hasil karya lain dan memajangkan

litian ini penulis mengambil judul
“Meningkatkan Keterampilan Guru
dalam Menerapkan Pembelajaran
PAIKEM Melalui Bimbingan teknis
Pembelajaran di Sekolah Dasar
Dalam Wilayah Binaan Kabupaten
Bangkalan Tahun Pelajaran 2014/
2015”.
Model PAIKEM
Model PAIKEM adalah model
pembelajaran yang bertumpu pada
lima prinsip, yaitu: aktif,inovatif,
kreatif, efektif, dan menyenangkan.
Model pembelajaran ini sangat cocok
untuk kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang senantiasa berorientasi
pada aktivitas siswa (student centered
learning). Model ini dapat dikembangkan secara sederhana oleh guru
dengan memperhatikan prinsip PAIKEM.
Model PAIKEM berorientasi
pada proses dan tujuan. Orientasi
proses dalam model PAIKEM berusaha untuk meningkatkan motivasi
belajar. Kemandirian dan tanggung
jawab dibina sejak awal. Kebersamaan dan bekerja sama untuk mengasah
emosional. Persaingan yang sehat
ditumbuhkan dengan saling menghargai satu sama lain serta menumbuhkan sikap kepemimpinan. Orientasi
tujuannya adalah agar anak belajar
lebih mendalam, anak lebih kritis dan
kreatif, suasana belajar menjadi bervariasi serta meningkatkan kematangan emosional. Tidak kalah pentingnya anak siap menghadapi perubahan
dan berpartisipasi dalam proses perubahan.

Ciri lulusan PAIKEM
Jika proses model PAIKEM dilaksanakan dengan benar, dengan asumsi dasar bahwa belajar merupakan
proses individual, belajar merupakan
proses sosial, belajar harus menyenangkan, belajar harus selalu aktif,
dan belajar tak pernah terhenti. Dengan demikian, akan menghasilkan
lulusan yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
- Berpikir kritis, kreatif, dan produktif
- Mampu belajar mandiri
- Bisa bertanggung jawab
- Bisa bekerja sama dengan orang
lain
Metode Penelitian
Sesuai dengan jenis penelitian
yang dipilih, yaitu penelitian tindakan
Sekolah, maka penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan
dari Kemmis dan Taggart (dalam
Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk
spiral dari sklus yang satu ke siklus

Kegiatan PAIKEM

277

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 273--288

dilakukan berdasarkan lembar
pengamatan yang diisi oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi,
berdasarkan hasil refleksi dari
pengamat membuat rancangan
yang direvisi untuk dilaksanakan
pada siklus berikutnya.

yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan
reflection (refleksi). Sebelum masuk
pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi
permasalahan. Siklus spiral dari
tahap-tahap penelitian tindakan kelas
dapat dilihat pada gambar berikut.

Subyek dan Obyek Penelitian
Subyek penelitian dalam hal ini
adalah guru dalam menerapkan pembelajaran PAIKEM melalui Bimbingan teknis pembelajaran di Sekolah
Dasar Dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran
2014/2015. Jumlah guru yang diamati
atau menjadi subyek penelitian adalah
sebanyak 5 orang yang terbagi di 5
Sekolah Dasar Dalam Wilayah Binaan Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2014/2015 yang semuanya adalah guru Bahasa Indonesia dan telah
mempunyai masa kerja yang cukup,
karena rata-rata guru yang besangkutan telah mempunyai masa kerja
diatas 5 tahun.
Obyek Penelitiannya adalah
kegiatan guru Bahasa Indonesia dalam melaksanakan pembelajaran PAIKEM. Dengan demikian yang menjadi pengamatan peneliti adalah bagaimana guru menerapkan pebelajaran
PAIKEM di Kelasnya.
Untuk melaksanakan pengamatan tersebut peneliti menggunakan
instrumen pengamatan yang disebut
Instrumen Pengamatan Kegiatan Guru atau IPKG. Intstrumen tersebut
mencakup bagaimana guru melaksanakan persiapan pembelajaran, melaksanakan baik pendahuluan ke-

Putara
n1
Refl

Ren
Putara
n2

Tind
Refl

Ren
Putara
n3

Tind

Refl

Ren

Tind

Gambar 3.1
Alur Penelitian Tindakan
Penjelasan alur di atas adalah:
1. Rancangan/rencana awal, sebelum
mengadakan penelitian peneliti
menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan,
termasuk di dalamnya instrumen
penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh
peneliti sebagai upaya membangun
pemahaman konsep siswa serta
mengamati hasil atau dampak dari
diterapkannya metode pembelajaran model pembelajaran terbimbing.
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil
atau dampak dari tindakan yang

278

Meningkatan Keterampilan Guru Dalam Setelah Menerapkan Pembelajaran Paikem, Abd. Wahidi

diskusi dengan guru tentang kesulitan-kesulitan yang dialami guru
dalam menerapkan bimbingan teknis. 4). Memberikan alternatif solusi terhadap kesulitan yang dialami guru dalam penerapan pembelajaran PAIKEM. 5). Guru
menyusun Rencana Pembelajaran
dan dikomunikasikan kepada pengawas atau supervisor yang sekaligus sebagai peneliti. Untuk ini
guru diberi waktu kurang lebih
satu minggun untuk menyusun rencana pembelajaran yang akan diterapkan dalam pembelajaran PAIKEM.
b. Tahap Pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan ini guru
yang menjadi subyek penelitian
menerapkan rencana pembelajaran
yang telah disusun, yang selanjutnya akan dinilai dan diamati
oleh pengawas sebagai peneliti.
Hal yang diamati adalah tentang
bagaimana guru menerapkan pembelajaran yang dirancang sehingga
siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sesuai dengan
kriteria Aktif, dan menyenangkan.
c. Tahap Observasi.
Pada tahap observasi ini peneliti
yakni pengawas mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru. Acuan yang digunakan
atau isntrumen yang digunakan
oleh peneliti dalam mengamati
pembelajaran
adalah
dengan
menggunakan Intsrumen Penilaian
Kinerja Guru (IPKG). Instrumen
ini terdiri dari dua macam yakni :
IPKG 1 dan IPKG2. IPKG 1
menilai tentang rencana pembe-

giatan inti maupun kegiatan akhir,
dan juga bagaimana guru subyek
penelitian mengadaan peniliaan hasil
belajar.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam menerapkan PAIKEM pada Sekolah Dasar Dalam Wilayah Binaan
Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2014/2015.
Penelitian ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan yakni pada bulan
Maret sampai dengan bulan Mei 2015
Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan sekolah ini dilakukan melalui beberapa
siklus, dan masing-masing siklus dilakukan melalui beberapa tahapan yakni tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Secara rinci rencana kegiatan
tiap tahap dapat diuraikan dibawah
ini.
a. Tahap Perencanaan.
Pada tahap perancanaan ini
peneliti melakukan pertemuan dengan para guru Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia dalam wilayah
binaan. Hal-hal yang disampaikan
dalam pertemuan tersebut adalah :
1). Temuan di lapangan tentang
pembelajaran yang diamati supervisor/peneliti yakni mayoritas guru
dalam kegiatan pembelajaran mendominasi aktifitas, sehingga siswanya pasif menerima pengetahuan
dari guru. 2). Penjelasan tentang
pembelajaran yang seharusnya
dilakukan oleh guru yakni model
pembelajaran PAIKEM. 3). Ber-

279

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 273--288

gunakan untuk menilai Rencana Pembelajaran yang digunakan oleh Guru
dan IPKG 2 yang digunakan untuki
menilai kgiatan pembelajaran guru.
IPKG 1 berisi tentang aspek
pengamatan yang berkenaan dengan
rencana pembelajaran mencakup : 1)
Kejelasan perumusan tujuan pembelajaran. 2) Pemilihan dan pengembangan materi pembelajaran. 3) Pengorganisasian Materi pelajaran. 4) Pemilihan sumber / media pembelajaran.
5) Kejelasan skenario pembelajaran.
6) Kesesuaian tehnik evaluasi yang
direncanakan. 7) Kelengkapan instrumen evaluasi yang direncanakan.
IPKG 2 berisi aspek pegamatan
tentang kegiatan pembeajaran kontekstal yang meliputi: 1) Mempersiapkan
siswa untuk belajar. 2) Melakukan
kegiatan apersepsi. 3) Penguasaan
materi pembelajaran. 4) Mengaitkan
materi pembelajaran dengan pengetahuan lain yang relevan. 5) Menyampaikan materi pembelajaran dengan
jelas dan runtut sesuai dengan hierarkhi belajar dan karakteristik siswa. 6)
Mengaitkan materi pembelajaran dengan realitas kehidupan. 7) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengn
tujuan. 8) Menguasai kelas. 9) Melaksanakan pembelajaran dengan mengaktifkan siswa. 10) Melaksanakan
pembelajaran yang memungkinkan
tumbuhnya kebiasaan positif bagi
siswa. 11) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu yang
direncanakan. 12) Menggunakan media pembelajaran secara efektif dan
efisien. 13) Menbuhkan partisipasi
aktif dalam pembelajaran. 14) Menunjukkan sikap terbuka terhadap

lajaran yang disusun guru, sedangkan IPKG 2 digunakan untuk mengamati atau menilai tentang pelaksanaan pembelajaran CBSA.
d. Tahap Refleksi.
Pada tahap ini peneliti merangkum hasil pengamatan tentang
pembelajaran pakem, untuk direnungkan dan disesuaikan dengan
kriteria yang telah ditetapkan berdaqsarkan IPKG.

Dalam tahap ini peneliti berkumpul lagi dengan subyek penelitian
untuk membahas kekurangan yang
dilakukan dalam pembelajaran siklus
pertama. Dalam menyampaikan kekurangan tersebut peneliti juga memusyawarahkan dengan guru tentang
jalan keluar atau bagaimana cara
memperbaiki kegiatan pembelajaran
berikutnya.
Kegiatan demikian dilakukan
secara berulang sehingga mencapai
beberapa siklus sesuai hasil pencapaian maksimal. Masalah banyaknya
siklus tergantung pencapaian ketuntasan atau ketercapaian kriteria yang
telah ditetapkan dalam penelitian, sehingga jumlah siklus bisa 2 siklus
atau 3 siklus.
Instrumen Pengumpulan Data dan
Tehnik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk pengupulan data dalam penelitian
ini adalah Instrumen Penilaian Kinerja Guru atau yang isebut IPKG.
Dalam penelitian ini igunakan dua
instrumen yakni IPKG 1 yang di-

280

Meningkatan Keterampilan Guru Dalam Setelah Menerapkan Pembelajaran Paikem, Abd. Wahidi

guru-guru yang menjadi subyek
penelitian telah mendapat nilai
minimal 28.
2. Kriteria keberhasilan/ ketuntasan
penelitian dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dalam menetapkan apakah
penelitian pelaksanaan pembelajaran berhasil atau tidak, maka ditetapkan kriteria keberhasilan atau
kriteria ketuntasan dalam penelitian tindakan sebagai berikut :
a. Penelitian dalam pelaksanaan
pembelajaran dinyatakan tuntas/
berhasil secara individu jika
tiap guru mencapai skor minimal 80, artinya tiap aspek minimal mendapat nilai 4 dari 20 aspek pengamatan kegiatan pembelajaran.
b. Penelitian ini dianggap selesai
atau berhasil jika 80 % dari
guru-guru yang menjadi responden dalam penerapan pembelajaran kontekstual telah mendapat nilai minimal 80.

respon siswa. 15) Menubuhkan keceriaan dan antusiasme siswa dalam
belajar. 16) Memantau/melakukan
penilaian dalam proses. 17) Melakukan penilaian akhir sesuai dengan
tujuan. 18) Penggunaan gaya yang
sesuai dan bahasa baik tulis maupun
lisan dengan jelas baik dan benar. 19)
Melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa.
20) Melakukan tindak lanjut dengan
memberikan arahan atau kegiatan
atau tugas sebagai bagian remidial/
pengayaan.
Tehnik Pengumpulan Data
Untuk mengupulkan data penulis menggunakan metode observasi
dan dokumentasi. Observasi dilakukan ketika guru melaksanakan pembelajaran.
Dokumentasi digunakan untuk
menilai rencana pembelajaran yang
digunakan guru.
Kriteria Keberhasilan Penelitian
Kriteria keberhasilan ditetapkan
bahwa : Masing-masing guru maupun
secara keseluruhan dinyatakan tuntas
atau berhasil jika mencapai nilai sebagai berikut :
1. Kriteria keberhasilan/ketuntasan
dalam menyusun RPP.
a. Guru dinyatakan telah berhasil
dalam menyusun rencana pembelajaran jika nilai rencana
pembelajaran minimal 28 artinya setiap aspek minimal mendapat nilai 4 dari tujuh aspek
penilaian rencana pembelajaran.
b. Penelitian ini dianggap selesai
atau berhasil jika 80 % dari

Hasil Penelitian Per Siklus
Siklus I
Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan mengumpulkan para guru untuk
mendapatkan penjelasan tentang cara
menyusun rencana pembelajaran sesuai dengan pembelajaran PAIKEM.
Bahan penjelasan dan pembahasan
tentunya berdasar pengamatan sebelumnya yakni temuan di lapangan
dalam pelaksanaan Supervisi, utamaya kekurangan apa yang ditemukan di
lapangan untuk disempurnakan pada
kegiatan perencaaan pembelajaran.

281

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 273--288

tetapkan dalam pembelajaran PAIKEM.
Untuk itu kekurangan yang
terdapat pada siklus pertama ini akan
dijadikan bahan penyempurnaan pada
siklus berikutnya. Kekurangan ini
disempurnakan pada tahap perencanaan siklus kedua. Sesuai dengan perencanaan awal bahwa kekurangan
pada suatu siklus akan menjadi bahan
perbaikan pada siklus berikutnya.
Pada siklus pertama ternyata
masih terdapat 3 orang guru yang
belum tuntas dalam menyusun rencana pembelajaran dan terdapat 2 guru yang belum tuntas dalam melaksanakan pembelajaran PAIKEM.
Hasil pengamatan atau observasi pada siklus pertama dapat direkap sebagai berikut.
Tabel 4.1
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus
pertama.

Selanjutnya dengan bimbingan
Pengawas guru penyusunan rencana
pembelajaran yang digunakan pada
siklus I. Pada perencanaan ini Rencana pembelajaran yang disusun sesuai
dengan ketetentuan pada pembelajaran PAIKEM sebagaimana yang diteliti. Tahap perencanaan ini dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2015.
Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 28 sampai dengan
30 Maret 2015. Pada tahap ini Guru
melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran PAIKEM melalui bimbingan teknis.
Observasi
Observasi dilakukan secara
bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam
dan menyeluruh tentang pembelajaran
pada siklus I. Fokus observasi adalah
bagaimana proses pembelajaran yang
dilakukan guru.

NO

1
2

Refleksi
Siklus I dilaksanakan sebanyak
tiga kali pertemuan yaitu pada tanggal
2 April 2015. Pembelajaran dilaksanakan masih banyak perlu mendapatkan penyempurnaan. Seperti pada
rencana pembelajarannya masih ada 4
orang guru yang belum tuntas atau
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam pembelajaran PAIKEM.
Dalam kegiatan pembelajarannya juga
masih terdapat 1 orang guru yang
belum melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan ketentuann yang di-

1
2

RENTANG
NILAI
RENCANA
PEMBELAJARAN
Kurang dari 28
Sama atau lebih
dari 28

PELAKSANAAN
PEMBELAJARAN
Kurang dari 80
Sama atau lebih
dari 80

Siklus II
Perencanaan

282

JML
GURU

KET.

4
1

Belum
berhas
il
Berhas
il

3
2

Belum
berhas
il
Berhas
il

Meningkatan Keterampilan Guru Dalam Setelah Menerapkan Pembelajaran Paikem, Abd. Wahidi

yang diperlukan untuk menerapkan
pembelajaran PAIKEM pada siklus
kedua. Dengan persiapan dan masukan yang diberikan oleh peneliti atau
pengawas diharapkan perancanaan
dan pelaksanaan pembelajaran PAIKEM dapat dilakukan lebih sempurna.

Perencanaan pada siklus kedua
dilaksanakan pada tanggal 4 April
2015, di sekolah lokasi penelitian. Peneliti mempelajari hasil refleksi tindakan pada siklus I dan tindakan yang
dilaksanakan pada siklus II ini masih
tetap sama yaitu dengan penerapan
pembelajaran PAIKEM melalui bimbingan teknis mengadakan perbaikanperbaikan berdasarkan hasil refleksi
siklus I. Pada siklus 2 ini yang
membedakan dengan siklus 1 adalah
pada pegamat atau observer yaitu menambah observer, kecuali peneliti
observer juga melibatkan kepala sekolah untuk mengamati kegiatan
pembelajaran PAIKEM.
Kekurangan pada penyusunan
rencana pembelajaran seperti penyusunan tujuan pembelajaran penyusunan alat evaluasi maupun komponen
lain disempurnakan pada siklus kedua.
Kekurangan pada pelaksanaan
pembelajaran PAIKEM terletak pada
kegiatan bahwa guru terlalu mendominasi kegiatan sedangkan siswanya
relatif pasif, penggunaan media pembelajaran juga masih sangat kurang
optimal, sedangkan penilaian dalam
proses belum dilaksanakan oleh guru.
Dengan demikian masih terdapat
beberapa kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran PAIKEM melalui
bimbingan teknis.
Kekurangan tersebut disampaikan kepada para guru sebagai subyek
penelitian untuk direncanakan dan
disempurnakan pada kegiatan siklus
kedua. Pada tahap perencanaan siklus
kedua inilah guru menyusun rencana
pembelajaran dan semua fasilitas

Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 15 sampai dengan
17 April 2015 di lokasi penelitian.
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan yang telah disempurnakan dari
siklus pertama. Guru menyampaikan
informasi tujuan pembelajaran yang
akan disampaikan. Dalam pertemuan
ini tampak berbeda dengan siklus 1,
siswa mulai banyak yang aktif
bertanya maupun mengelurkan pendapat yaitu ada 5 orang bahkan yang
menjawab pertanyaan lebih banyak
lagi. Di samping itu aktifitas guru
sudah mulai terkendali artinya guru
tidak terlalu mendominasi kegiatan
lagi, guru mulai berperan sebagai motivator dan fasilitator meskipun masih
sering muncul dominasi sekali-kali.
Meskipun demikian masih terdapat
beberapa kekuragan jika dibandingkan dengan rencana pembelajaran
yang telah disusun.
Observasi
Tahap observasi merupakan
tahapan dalam penelitian dimana
peneliti dibantu oleh observer mengamati kegiatan guru dalam melaksanakan pembelajaran PAIKEM melalui bimbingan teknis. Pada siklus

283

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 273--288

kedua ini sengja ditambah seorang
observer agar pengamatan menjadi
lebih cermat dan lebih sempurna
dengan demikian hasil penelitian akan
lebih akurat.
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, yakni tanggal 15 sampai dengan 17 April
2015. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan,
dengan tujuan untuk memperoleh informasi yang lebih mendalam dan
menyeluruh tentang pelaksanaan
pembelajaran pada siklus 2. Fokus
observasi adalah bagaimana proses
penerapan tindakan yang dilakukan
pengajar dan siswa, aktivitas-aktivitas
siswa, yang meliputi frekuensi bertanya dan menjawab pertanyaan serta
rekaman situasi kelas yang lain seperti penggunaan media, penilaian dalam proses selama kegiatan belajar
mengajar. Observasi dilakukan oleh
peneliti dan kepala sekolah yang
bertindak sebagai observer.
Tabel 4.2
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus
kedua.
NO

1
2

1
2

RENTANG
NILAI
RENCANA
PEMBELAJAR
AN
Kurang dari 28
Sama atau lebih
dari 28
PELAKSANAA
N
PEMBELAJAR
AN
Kurang dari 80
Sama atau lebih
dari 80

JML
GURU

Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap
untuk merenungkan tentang hasil pengamatan atau obsevasi yang dilakukan baik oleh observer maupun
oleh peneliti. Dari hasil observasi
ternyata masih ada beberapa hal yang
perlu disempurnakan seperti penggunaan media pembelajaran artinya
penggunaan media pembelajaran kurang efektif, penilaian dalam proses
belum dilaksanakan oleh guru, serta
guru masih kurang maksimal dalam
mengaktifkan siswa.
Siklus III
Perencanaan
Perencanaan pada siklus ketiga
dilaksanakan pada tanggal 22 April
2015, di sekolah lokasi penelitian.
Peneliti menyempurnakan hasil tindakan pada siklus II dan tindakan yang
dilaksanakan pada siklus III ini masih
tetap sama yaitu dengan penerapan
pembelajaran PAIKEM mengadakan
perbaikan-perbaikan berdasarkan hasil refleksi siklus II. Pada siklus
ketiga ini sama dengan siklus kedua
yaitu pada pegamat atau observer
sebanyak dua orang, kecuali peneliti
melibatkan kepala sekolah untuk
mengamati kegiatan pembelajaran
PAIKEM atau menjadi obsrver. Hal
tersebut dimaksudkan untuk lebih
teliti dalam mengamati penerapan
pembelajaran PAIKEM sesuai dengan
pembelajaran yang telah disepakati.
Kekurangan pada pelaksanaan
pembelajaran PAIKEM terletak pada
kegiatan bahwa guru belum melakukan penilaian dalam proses, peggunaan media pembelajaran juga masih

KET.

2
3

Belum
berhasil
Berhasil

2
3

Belum
berhasil
Berhasil

284

Meningkatan Keterampilan Guru Dalam Setelah Menerapkan Pembelajaran Paikem, Abd. Wahidi

dengan tujuan untuk memperoleh
informasi yang lebih mendalam dan
menyeluruh tentang pelaksanaan
pembelajaran pada siklus ketiga.
Fokus observasi adalah bagaimana proses penerapan tindakan yang dilakukan pengajar dan siswa, aktivitasaktivitas siswa, yang meliputi
frekuensi bertanya dan menjawab
pertanyaan serta rekaman situasi kelas
yang lain seperti penggunaan media,
penilaian dala proses selama kegiatan
belajar mengajar. Observasi dilakukan oleh peneliti dan kepala sekolah
yang bertindak sebagai observer.
Tabel 4.3
Rekapitulasi hasil pengamatan siklus
ketiga.

sangat kurang optimal pada siklus
kedua diinginkan untuk dilaksanakan
pada siklus ketiga. Dengan demikian
pada siklus ketiga ini diharapkan
guru telah melaksanakan pembelajaran PAIKEM dengan baik.
Pelaksanaan Tindakan
Tahap pelaksanaan ini dilaksanakan pada tanggal 25 sampai dengan
27 April 2015 di lokasi penelitian.
Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan yang telah disempurnakan dari
siklus kedua. Guru menyampaikan
informasi tujuan pembelajaran yang
akan disampaikan. Dalam pertemuan
ini tampak berbeda dengan siklus
kedua, siswa mulai banyak yang aktif
bertanya maupun mengeluarkan pendapat bahkan yang menjawab pertanyaan lebih banyak lagi. Di samping
itu aktifitas guru sudah mulai terkendali artinya guru tidak terlalu
mendominasi kegiatan lagi, guru
mulai berperan sebagai motivator dan
fasilitator meskipun masih sering
muncul dominasi sekali-kali. Meskipun demikian masih terdapat beberapa kekurangan jika dibandingkan
dengan rencana pembelajaran yang
telah disusun. Penilaian dalam proses
dilaksanakan oleh guru, penggunaan
mediapun telah dilakukan dengan
baik.

NO

1
2

1
2

RENTANG
NILAI
RENCANA
PEMBELAJA
RAN
Kurang dari 28
Sama
atau
lebih dari 28
PELAKSANA
AN
PEMBELAJA
RAN
Kurang dari 80
Sama
atau
lebih dari 80

JML
GURU

KET.

0
5

Belum
berhasil
Berhasil

0
5

Belum
berhasil
Berhasil

Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap
untuk merenungkan tentang hasil
pengamatan atau obsevasi yang dilakukan baik oleh observer maupun
oleh peneliti. Dari hasil observasi
ternyata pada peyusunan rencana
pembelajaran semua guru telah melakukannya dengan baik, hal itu terbukti bahwa tidak ada seorang guru-

Observasi
Tahap ini dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan, yakni tanggal 25 sampai dengan 27 April
2015. Observasi dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tindakan,

285

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 273--288

pun yang memperoleh nilai dibawah
nilai ketuntasan. Sedangkan para
pelaksanaan pembelajaran masih
terdapat seorang guru yang belum
mencapai ketuntasan kekurangan
guru tersebut adalah pada pelaksanaan penilaian dalam proses dan penggunaan media pembelajaran artinya
penggunaan media pembelajaran kurang efektif. Meskipun demikian secara umum berdasar ketentuan ketuntasan pelaksanaan pembelajaran pada
siklus ketiga ini telah tuntas.

1
2

RENTANG
NILAI

JUMLAH
GURU
S-I S-II SIII

4

2

0

1

3

5

Sama
atau
lebih dari 28

Belu
m
berh
asil
Tunt
as

Jika perbandingan hasil pengamatan tentang rencana pembelajaran
masing-masing siklus tersebut dituangkan dalam bentuk grafik maka
akan menjadi sebagai berikut :

50

Pembahasan
Hasil pengamatan pada rencana
pembelajaran pada siklus pertama dan
siklus kedua terdapat perubahan yang
sangat signifikan. Hasil pengamatan
pada siklus pertama masih banyak
ditemukan kekurangan sehingga
prosentase keberhasilan masih dibawah kiteria keberhasilan atau kriteria
ketuntasan dalam penelitian. Hasil
pengamatan tentang pelaksanaan
pembelajaran pada siklus ketiga didapatkan bahwa untuk penilaian rencana pembelajaran tidak ada seorang
gurupun yang mendapat nilai di
bawah 28 dari 7 aspek yang diamati,
artinya nilai minimal tiap aspek 4.
Perbandingan hasil pengamatan tersebut dapat disajikan pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Perbandingan Hasil Pengamatan
tentang Rencana Pembelajaran
Masing-masing siklus

N
O

PEMBELAJ
ARAN
Kurang dari
28

40
30

Siklus I

PERSENTASE
20

Siklus II

10

Siklus III

0
Siklus I

Siklus II

Siklus III

RENCANA PEMBELAJARAN

Berdasar perbandingan nilai pada tabel tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa: Pada siklus pertama masih terdapat 4 orang guru yang
belum mencapai nilai minimal keberhasilan dalam menyusun rencana
pembelajaran sedangkan pada siklus
kedua 2 guru telah tuntas atau berhasil dalam menyusun rencana pembelajaran. Pada siklus ketiga tidak
ada seorang gurupun yang hasil/ nilai
penyusunan rencana pembelajarannya
kurang 28. Semua guru hasil/nilai
penyusunan rencana pembelajarannya
adalah 28 kelas.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa supervisi akademik dengan pendekatan kolaboratif dapat
meningkatkan kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran.

KET
.

RENCANA

286

Meningkatan Keterampilan Guru Dalam Setelah Menerapkan Pembelajaran Paikem, Abd. Wahidi

Perbandingan hasil pengamatan pelaksanaan pembelajaran dalam
bentuk tabel adalah sebagai berikut :
Tabel 4.5
Perbandingan Hasil Pengamatan
tentang Pelaksanaan Pembelajaran
Masing-masing siklus
JUMLAH GURU
S-I S-II S-III

N
O

RENTANG
NILAI
PELAKSANA
AN
1 PEMBELAJA
RAN
2 Kurang dari
80

3

2

0

2

3

5

Sama
atau
lebih dari 80

kriteria keberhasilan,artinya tingkat ketuntasannya mencapai 80%.
3) Pada siklus ketiga didapatkan kondisi guru bahwa ada satu orang guru yang mendapatkan hasil dibawah 80 dalam pengamatan yang
dilakukan peneliti. Artinya prosentase keberhasilan pada siklus ketiga mencapai 90 %, dengan demikian guru telah mencapai kriteria
keberhasilan dalam melaksanakan
pembelajaran kontekstual.

KET
.

Belu
m
berh
asil
Tunt
as

Keberhasilan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya :
1) Pelaksanaan supervisi dengan melibatkan banyak pihak untuk memberikn masukan kepada guru yang
disupervisi.
2) Supervisi akademik dengan yang
ditandai dengan anggapan dan
penerapan kolaboratif kepada guru.
Karena dengan penekatan kolaboratif ini guru tidak merasa disalahkan,tetapi diajak berfikir bersama atas permasalahan yang dihadapi, atas kondisi yang ada dan
akhirnya pengawas sebagai nitra
guru memfasilitasi kebutuhan guru
dalam meningkatkan kinerjanya.
3) Guru lebih terbuka jika diajak
musyawarah layaknya mitra kerja
dalam membahas dan menyempurnakan kekurangan yang dilakukan
dalam pembelajaran di kelas.

Jika perbandingan hasil pengamatan tentang rencana pembelajaran
masing-masing siklus tersebut dituangkan dalam bentuk grafik maka
akan menjadi sebagai berikut :
50
40
30

Siklus I

PERSENTASE
20

Siklus II

10

Siklus III

0
Siklus I

Siklus II

Siklus III

RENCANA PEMBELAJARAN

Berdasar rekapitulasi dan pebandingan hasil pengamatan tentang
pelaksanaan pembelajaran kontekstual dapatlah disimpulkan bahwa :
1) Pada siklus pertama masih terdapat
3 guru yang mendapatkan hasil
kurang dari 80 sedang yang tuntas
sebanyak 2 orang guru artinya
tingkat keberhasilannya mencapai
60%.
2) Pada siklus kedua terdapat 2 orang
guru yang mendapat nilai dibawah

Kesimpulan dan Saran
Berdasar hasil penelitian dan
pembahasan dapatlah disimpulkan
bahwa : “Menerapkan pembelajaran
PAIKEM melalui bimbingan teknis
dapat meningkatkan kemampuan guru

287

Jurnal Pendidikan Volume 8, Nomor 2, Desember 2016, hlm 273--288

hanya melalui bimbingan teknis tetapi
juga melalui kegiatan rutin seperti
KKG, pelatihan maupun kegiatan lain
yang dilakukan kepala sekolah terhadap gurunya.

mata pelajaran Bahasa Indonesia di
Sekolah Dasar dalam Wilayah Binaan
Kabupaten Bangkalan Tahun Pelajaran 2014/2015.
Adapun saran-saran atas dasar
kesimpulan dan pembahasan tersebut
diatas dapatlah dikemukakan sebagai
berikut : 1) Penerapan pembelajaran
PAIKEM melalui bimbingan teknis
terhadap guru hendaknya dapat dilaksanakan secara demokratis, sehingga lebih memungkinkan adanya keterbukaan bagi guru untuk mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya. 2) Pembelajaran PAIKEM hendaknya dapat diterapkan untuk semua
kelas dan semua mata pelajaran,
karena bimbingan teknis dengan
pendekatan ini lebih demokratis dan
terbuka kepada guru dan kelapa
sekolah. 3) Peningkatan kemampuan
guru dalam menerapkan pembelajaran
PAIKEM dapat ditingkatkan bukan

Daftar Pustaka
Depdiknas , 2006, Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta.Depdiknas.
Dimyati, 2002, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta, Rineka Cipta.
Furchan Arief, 2005, Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Wina Sanjaya, 2007, Strategi Pembelajaran, Jakarta, Prenada Media
Group.

288