Studi Deskriptif Mengenai Learning Approach Terhadap Mata Pelajaran Matematika pada Siswa Kelas 3 di SMPN "X" Bandung.
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai learning approach terhadap mata pelajaran matematika pada siswa kelas 3 SMPN ‘X’ Kota Bandung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Sampel pada penelitian ini yaitu siswa kelas 3 SMPN ‘X’ Bandung dan pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada siswa .
Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data yaitu kuesioner learning process questionnaire yang dimodifikasi peneliti berdasarkan teori dari Bigs (1987) yang terdiri atas 30 item dengan reliabilitas 0,531 dan validitas 0,201-1.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa sebanyak 57,78 % siswa kelas 3 SMPN ‘X’ Kota Bandung menggunakan surface approach, 27,78 % siswa menggunakan deep approach dan 14,4 % siswa menggunakan surface-deep approach sebagai pendekatan dalam mempelajari matematika. Terdapat beberapa faktor personal dan background yang berkaitan dalam learning approach siswa yaitu conceptions of learning, abilities, locus of control dan experiential background.
(2)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
DAFTAR ISI
Bab Halaman
Kata Pengantar i
I.PENDAHULUAN………. 1
1.1. Latar Belakang Masalah……….. 1
1.2. Identifikasi Masalah………... 8
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian……….…... 8
1.3.1 Maksud Penelitian……… 8
1.3.2 Tujuan Penelitian………...………. 8
1.4. Kegunaan Ilmiah dan Kegunaan Praktis…….……… 9
1.4.1 Kegunaan Ilmiah………...……….. 9
1.4.2 Kegunaan Praktis………. 9
1.5. Kerangka Pemikiran………...………. 9
1.6. Asumsi……….……… 17
II. TINJAUAN PUSTAKA……….……… 19
2.1. Belajar (Learning)... 19
2.1.1 Pengertian belajar……….… 19
2.1.2 Ciri-ciri belajar……….………. 19
2.2 Taksonomi Bloom……….……… ……… 20
2.3 Learning Approach………... 22
2.3.1 Metakognisi………..……….. 22
2.3.2 Metalearning……….…….. 23
2.4 Konsep Learning Approach………. 24
2.4.1 Surface Approach……… 25
2.4.2 Deep Aproach……….. 27
2.5 Personal dan Background Factors……… 29
2.5.1 Conception Of Learning………... 29
2.5.2 Abilities………. 30
2.5.3 Locus Of Control………... 31
2.5.4 Experiential Background………... 31
2.6 Hubungan Learning Approach Dengan Hasil Belajar……... 33
2.6.1 Examination Grades………... 33
2.6.2 Quality Of Performance………. 35
2.7 Masa Remaja (Adolescence)……….. 37
2.7.1 Pengertian Masa Remaja……… 37
2.7.2 Ciri-ciri Masa Remaja………. 37
(3)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
III. METODOLOGI PENELITIAN……….. 42
3.1. Rancangan Penelitian……….... 42
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional...………….... 43
3.2.1 Variabel Penelitian…….………..… 43
3.2.2 Definisi Operasional………..….. 43
3.3. Alat Ukur……….……… 44
3.3.1 Kuesioner………. 44
3.3.2 Prosedur Penilaian……….………… 46
3.3.3 Sistem Penilaian...………... 46
3.3.4 Validitas dan Reliabilitas... 47
3.4. Populasi Sasaran dan Karakteristik Populasi………….…. 48
3.5. Teknik Analisa………...………. 49
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 50
4.1 Gambaran Responden... 50
4.2 Hasil Penelitian... 51
4.3 Pembahasan... 54
V. KESIMPULAN DAN SARAN... 64
5.1 Kesimpulan... 64
5.2 Saran... 65
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(4)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
DAFTAR SKEMA DAN TABEL
Skema
danTabel
Halaman
Skema 1.1 Kerangka Pemikiran 17 Tabel 2.2 Taksonomi Bloom 21
Tabel motivasi intrinsik dan tuntutan pengalaman. 27
Tabel 2.6.1 Efek pendekatan belajar 32
Skema 3.1 Prosedur Penelitian 42
Tabel 3.1 pembagian nomor item pada alat ukur 43
Tabel 3.2 kisi-kisi alat ukur 44
Tabel 4.1 Tabel persentase responden berdasarkan jenis kelamin 50
Tabel 4.2 Tabel persentase responden berdasarkan usia 51
Tabel 4.3 Tabel hasil learning approach 50
Tabel 4.4a Kombinasi motif dan strategi pada Surface Approach 52
Tabel 4.4b Kombinasi motif dan strategi pada Deep Approach 53
(5)
(6)
LAMPIRAN 1. ALAT UKUR
KUESIONER LEARNING APPROACH
INSTRUKSI
Kuesioner ini terdiri dari 30 pernyataan yang berhubungan dengan bagaimana saudara mempelajari Matematika dan perasaan saudara mengenai sekolah. Berilah jawaban yang mencerminkan diri saudara, perlu diperhatikan bahwa tidak ada jawaban yang benar ataupun salah.
Cara Menjawab :
Di bawah setiap kalimat terdapat sederetan angka sebagai pilihan jawaban yaitu: 1 2 3 4 5
Berilah tanda silang (X) pada angka yang mewakili pilihan jawaban saudara, angka tersebut berarti :
1 : Jarang sekali 2 : Jarang
3 : Kadang-kadang 4 : Sering
5 : Sering sekali
Contoh :
Saya suka menunda waktu untuk mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR) dari sekolah Jika hal ini selalu menggambarkan diri saudara, maka berilah tanda silang (X) pada angka 5
1 2 3 4 5
Jika saudara jarang menunda waktu untuk mengerjakan tugas pekerjaan rumah (PR) dari sekolah, maka berilah tanda silang (X) pada angka 2
1 2 3 4 5
Berilah jawaban yang pertama kali muncul dalam pikiran saudara, jangan memikirkannya terlalu lama. Jangan sampai ada pernyataan yang terlewati. Berilah
(7)
jawaban saudara sendiri dan bukan jawaban dari guru atau orang lain. Jawaban saudara terjaga RAHASIANYA.
(8)
Nama : Usia : Pendidikan orang tua :
1.JARANG SEKALI 2.JARANG 3. KADANG-KADANG 4.SERING 5.SERING SEKALI
1. Saya mempelajari matematika karena menurut saya akan mempengaruhi pendidikan saya selanjutnya yaitu SMA dan Perguruan Tinggi.
1 2 3 4 5
2. Saya merasa dengan mempelajari matematika di kelas dapat memberikan kepuasan (perasaan yang menyenangkan) dalam diri saya.
1 2 3 4 5
3. Saya cenderung mempelajari matematika sesuai dengan materi yang diajarkan di kelas dan tidak mempelajari materi matematika yang lain.
1 2 3 4 5
4. Ketika saya mempelajari matematika di kelas, saya sering mencoba untuk memikirkan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
1 2 3 4 5
5. Ketika saya mendapat nilai yang rendah pada tes matematika di kelas, saya berusaha memperbaikinya pada tes matematika berikutnya.
1 2 3 4 5
6. Saya menjadi tertarik pada mata pelajaran matematika ketika saya mencoba memahaminya lebih mendalam.
(9)
1.JARANG SEKALI 2.JARANG 3. KADANG-KADANG 4.SERING 5.SERING SEKALI
7. Saya lebih menyukai rumus-rumus matematika yang cepat dihapal daripada menghitung satu persatu pada setiap soal matematika.
1 2 3 4 5
8. Saya sering mencari hubungan antara materi matematika yang sudah saya pelajari dengan materi matematika yang baru saya pelajari.
1 2 3 4 5
9. Suka ataupun tidak suka, saya melihat bahwa belajar matematika adalah salah satu cara yang baik untuk masa depan.
1 2 3 4 5
10. Dengan belajar matematika banyak hal-hal baru yang saya temukan, terlebih lagi dalam permainan hitungan dan angka-angka.
1 2 3 4 5
11. Saya lebih suka mempelajari materi matematika yang diberikan oleh guru di kelas.
1 2 3 4 5
12. Saya membuat catatan kecil tentang rumus dan materi matematika yang sudah pernah saya pelajari, untuk memudahkan saya mempelajarinya kembali.
1 2 3 4 5
13. Setiap kali saya belajar matematika, saya sering berpikir apakah materi ini akan berguna nantinya.
1 2 3 4 5
14. Saya merasa dengan menguasai materi-materi matematika, dapat membantu saya ketika mempelajari mata pelajaran yang lainnya.
1 2 3 4 5
15. Saya hanya belajar jika besok ada ujian matematika di kelas. 1 2 3 4 5
(10)
1.JARANG SEKALI 2.JARANG 3. KADANG-KADANG 4.SERING 5.SERING SEKALI
16. Saya menyadari bahwa saya harus lebih banyak berlatih suatu materi matematika, sehingga saya lebih bisa memahami.
1 2 3 4 5
17. Dalam mempelajari matematika saya belajar hanya untuk meraih nilai yang cukup untuk lulus ujian nasional dan tidak lebih.
1 2 3 4 5
18. Setelah memperoleh materi yang saya anggap menarik dikelas, saya akan mempelajarinya kembali di rumah supaya bisa memahaminya lebih mendalam. 1 2 3 4 5
19. Menurut saya, satu-satunya cara menguasai materi-materi matematika adalah dengan menghafalkan rumus-rumusnya saja.
1 2 3 4 5
20. Ketika saya menemukan materi matematika yang menarik, saya akan meluangkan waktu untuk mempelajarinya lebih mendalam.
1 2 3 4 5
21. Walaupun saya telah merasa cukup belajar untuk menghadapi ujian matematika, saya tetap ingin memperoleh nilai yang baik.
1 2 3 4 5
22. Saya merasa bahwa suatu hari nanti saya dapat menyempurnakan rumus-rumus matematika yang saya rasa tidak efektif dan menyulitkan siswa.
1 2 3 4 5
23. Saya kurang menyukai tes matematika yang berbentuk soal cerita. 1 2 3 4 5
24. Diwaktu luang, saya akan berusaha mencari informasi lebih banyak tentang materi matematika yang saya anggap menarik untuk dipelajari.
(11)
1.JARANG SEKALI 2.JARANG 3. KADANG-KADANG 4.SERING 5.SERING SEKALI
25. Saya berharap dapat lulus ujian nasional (UN) meskipun memperoleh nilai matematika pada batas minimal yaitu 4,51.
1 2 3 4 5
26. Salah satu tujuan saya mempelajari matematika adalah sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari.
1 2 3 4 5
27. Dalam menghadapi ujian matematika, saya hanya akan mempelajari materi matematika yang saya rasa akan ditanyakan diujian.
1 2 3 4 5
28. Saya akan berdiskusi dengan teman ataupun guru jika saya merasa kesulitan dalam suatu materi matematika.
1 2 3 4 5
29. Menurut saya, guru seharusnya tidak mengharapkan siswa untuk mempelajari materi diluar kurikulum matematika yang ada.
1 2 3 4 5
30. Saya merasa bahwa mempelajari matematika bisa sama menyenangkannya seperti membaca buku cerita atau majalah.
1 2 3 4 5
(12)
KISI-KISI ALAT UKUR
SURFACE MOTIVE
1. Saya mempelajari matematika karena menurut saya akan mempengaruhi pendidikan saya selanjutnya yaitu SMA dan perguruan tinggi.
5. Ketika saya mendapat nilai yang rendah pada tes matematika di kelas, saya berusaha memperbaikinya pada tes matematika berikutnya.
9. Suka ataupun tidak suka, saya melihat bahwa belajar matematika adalah salah satu cara yang baik untuk masa depan.
13. Setiap kali saya belajar matematika, saya sering berpikir apakah materi ini akan berguna nantinya.
17. Dalam mempelajari matematika saya belajar hanya untuk meraih nilai yang cukup untuk lulus ujian nasional dan tidak lebih.
21. Walaupun saya telah merasa cukup belajar untuk menghadapi ujian matematika, saya tetap ingin memperoleh nilai yang baik.
25. Saya berharap dapat lulus ujian nasional (UN) meskipun memperoleh nilai matematika pada batas minimal yaitu 4,51.
29. Menurut saya, guru seharusnya tidak mengharapkan siswa untuk mempelajari materi diluar kurikulum matematika yang ada.
SURFACE STRATEGY
3. Saya cenderung mempelajari matematika sesuai dengan materi yang diajarkan di kelas dan tidak mempelajari materi matematika yang lain.
(13)
cepat dihapal daripada menghitung satu persatu pada setiap soal matematika.
11. Saya lebih suka mempelajari materi matematika yang diberikan oleh guru di kelas.
15. Saya hanya belajar jika besok ada ujian matematika di kelas.
19. Menurut saya, satu-satunya cara menguasai materi-materi matematika adalah dengan menghafalkan rumus-rumusnya saja.
23. Saya kurang menyukai tes matematika yang berbentuk soal cerita
27. Dalam menghadapi ujian matematika, saya hanya akan mempelajari materi matematika yang saya rasa akan ditanyakan diujian.
DEEP MOTIVE 2. Saya merasa dengan mempelajari matematika di kelas dapat memberikan kepuasan (perasaan yang menyenangkan) dalam diri saya.
6. Saya menjadi tertarik pada mata pelajaran matematika ketika saya mencoba memahaminya lebih mendalam.
10. Dengan belajar matematika banyak hal-hal baru yang saya temukan, terlebih lagi dalam permainan hitungan dan angka-angka.
14. Saya merasa dengan menguasai materi-materi matematika, dapat membantu saya ketika mempelajari mata pelajaran yang lainnya.
18. Setelah memperoleh materi yang saya anggap menarik dikelas, saya akan mempelajarinya kembali di rumah supaya bisa memahaminya lebih mendalam.
22. Saya merasa bahwa suatu hari nanti saya dapat menyempurnakan rumus-rumus matematika yang saya rasa tidak efektif dan menyulitkan siswa.
(14)
26. Salah satu tujuan saya mempelajari matematika adalah sebagai bekal dalam kehidupan sehari-hari.
30. Saya merasa bahwa mempelajari matematika bisa sama menyenangkannya seperti membaca buku cerita atau majalah.
DEEP STRATEGY
4. Ketika saya mempelajari matematika di kelas, saya sering mencoba untuk memikirkan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari.
8. Saya sering mencari hubungan antara materi matematika yang sudah saya pelajari dengan materi matematika yang baru saya pelajari.
12. Saya membuat catatan kecil tentang rumus dan materi matematika yang sudah pernah saya pelajari, untuk memudahkan saya mempelajarinya kembali.
16. Saya menyadari bahwa saya harus lebih banyak berlatih suatu materi matematika, sehingga saya lebih bisa memahami.
20. Ketika saya menemukan materi matematika yang menarik, saya akan meluangkan waktu untuk mempelajarinya lebih mendalam.
24. Diwaktu luang, saya akan berusaha mencari informasi lebih banyak tentang materi matematika yang saya anggap menarik untuk dipelajari.
28. Saya akan berdiskusi dengan teman ataupun guru jika saya merasa kesulitan dalam suatu materi matematika.
(15)
DATA PRIBADI DAN DATA PENUNJANG
DATA PRIBADI
(*) Coret yang tidak perlu
Nomor : (P/W)
Usia : Kelas :
Saya anak ke : dari bersaudara
Tinggal bersama dengan : Ayah-Ibu/Ayah/Ibu/kost………..(*) Kegiatan diwaktu luang : Mengikuti Kursus/Les………..(*) Nilai rata-rata Matematika pada raport semester terakhir :
Usia Ayah :
Pendidikan terakhir Ayah : Usia Ibu :
Pendidikan terakhir Ibu :
DATA PENUNJANG
1. Makna belajar bagi anda adalah
a. Berguna untuk masa depan dan cita-cita
b. Menambah wawasan dan pengetahuan yang baru c. Proses pengertian dan pemahaman materi pelajaran alasannya
2. Anda belajar atas keinginan a. Diri sendiri
b. Orang tua c. Lain-lain Alasannya
(16)
3. Menurut anda kualitas sekolah disini a. Baik
b. Cukup baik c. Jelek Alasannya
4. Perasaan anda bersekolah disini a. Senang
b. Cukup senang c. Kurang senang Alasannya
5. Perasaan anda terhadap materi pelajaran Matematika yang diajarkan di Sekolah a. Suka
b. Kurang suka c. Tidak suka Alasannya
6. Menurut anda guru mata pelajaran matematika di sekolah……anda untuk belajar dan mengerjakan tugas
a. Memotivasi
b. Cukup memotivasi c. Kurang memotivasi Alasannya
7. menurut anda pembahasan dari tugas-tugas yang diberikan guru matematika anda di kelas
a. Menarik b. Cukup menarik c. Kurang menarik Alasannya
(17)
8. Materi pelajaran Matematika menurut anda a. Mudah
b. Cukup sulit c. Sulit Alasannya
9. Apakah anda sering mengalami kesulitan dalam mempelajari Matematika di Sekolah
a. Sulit
b. Tidak terlalu sulit Alasannya
10. Nilai mata pelajaran Matematika yang anda peroleh selama ini a. Baik
b. Cukup c. Kurang Alasannya
(18)
LAMPIRAN 4. HASIL PENGUJIAN VALIDITAS
VALIDITAS ALAT UKUR
Nomor item Validitas Keterangan
1 1 DITERIMA
2 0,447 DITERIMA
3 0,453 DITERIMA
4 0,499 DITERIMA
5 0,247 DIREVISI
6 0,443 DITERIMA
7 0,457 DITERIMA
8 0,579 DITERIMA
9 0,417 DITERIMA
10 0,42 DITERIMA
11 0,334 DIREVISI
12 0,464 DITERIMA
13 0,475 DITERIMA
14 0,408 DITERIMA
15 0,319 DIREVISI
16 0,478 DITERIMA
17 0,53 DITERIMA
18 0,205 DIREVISI
19 0,468 DITERIMA
20 0,436 DITERIMA
21 0,483 DITERIMA
22 0,52 DITERIMA
23 0,26 DIREVISI
24 0,465 DITERIMA
25 0,201 DIREVISI
26 0,406 DITERIMA
27 0,568 DITERIMA
28 0,436 DITERIMA
29 0,301 DIREVISI
(19)
LAMPIRAN 5. RELIABILITAS
RELIABILITAS
Case Processing Summary
N %
Cases Valid Excluded Total
90 0 90
100.0 .0 100.0
a. Listwise deletion based on all Variables in the procedure
Cronbach’ Alpha
N of items
(20)
LAMPIRAN 6. TABULASI SILANG DATA PENUNJANG
HASIL TABULASI SILANG
DATA UTAMA DENGAN DATA PENUNJANG
LAMPIRAN 6.1 Data Utama – Abilities 2
ABILITIES 3
(Nilai mata pelajaran matematika) DATA UTAMA
Baik Cukup Kurang TOTAL
Surface Approach 4 (50%) 45 (60,81%) 3 (37,5%) 52
Deep Approach 2 (25%) 20 (27,02%) 3 (37,5%) 25
Surface-Deep Approach
2 (25%) 9 (12,16%) 2 (25%) 13
8 (100%) 74 (100%) 8(100%) 90
LAMPIRAN 6.2 Data Utama – Abilities 1
ABILITIES 1
(Pemahaman terhadap materi matematika) DATA UTAMA
Mudah Cukup Sulit Sulit
TOTAL
Surface Approach 4 (100%) 44 (58,67%) 4 (36,36%) 52
Deep Approach 0 22 (29,33%) 3 (27,27%) 25
Surface-Deep Approach
0 9 (12%) 4 (36,36%) 13
(21)
LAMPIRAN 6.3 Data Utama – Experiential 5
EXPERIENTIAL 5
(Perasaan terhadap materi matematika) Total
menarik cukup menarik
kurang
menarik
Surface Approah 16(61,53 %) 19(55,88%) 17(56,67%) 52 Deep Approach 7(26,92 %) 8(23,52%) 10(33,33%) 25 Surface-Deep
Approach 3(11,53 %) 7(20,58%) 3(10%) 13
26(11 %) 34(100%) 30(100%) 90
LAMPIRAN 6.4 Data Utama – Experiential 4
EXPERIENTIAL 3
(Perasaan terhadap materi matematika yang diajarkan di kelas))
DATA UTAMA
Menyukai Kurang Menyukai
TOTAL
Surface Approach 18 (56,25%) 34 (58,62%) 52
Deep Approach 11 (34,37%) 14 (24,13%) 25
Surface-Deep Approach
3 (9,37%) 10 (17,24%) 13
32(100%) 58(100%) 90
LAMPIRAN 6.5 Data Utama – Experiential 3
EXPERIENTIAL 4
(Perasaan siswa terhadap motivasi
yang diberikan guru) Total
memotivasi
cukup memotivasi
kurang
memotivasi
Surface Approah 20(64,51%) 20(57,14%) 12(50%) 52 Deep Approach 7(22,58%) 9(25,71%) 9(37,5%) 25
Surface-Deep
Approach 4(12,90%) 6(17,14%) 3(12,5%) 13
(22)
LAMPIRAN 6.6 Data Utama – Experiential 2
EXPERIENTIAL 2
(Perasaan bersekolah) DATA UTAMA
Senang Cukup Senang Kurang Senang)
TOTAL
Surface Approach 35 (56,45%) 16 (59,25%) 1 (100%) 52
Deep Approach 17 (27,41%) 8 (29,62%) 0 25
Surface-Deep Approach
10 (16,12%) 3 (11,11%) 0 13
62(100%) 27(100%) 1(100%) 90
LAMPIRAN 6.7 Data Utama – Experiential 1
EXPERIENTIAL 1
(Kualitas sekolah) DATA UTAMA
Baik Cukup
TOTAL
Surface Approach 23 (51,11%) 29 (64,4%) 52
Deep Approach 12 (26,67%) 13 (28,88%) 25
Surface-Deep Approach
10 (22,22%) 3 (6,66%) 13
45(100%) 45(100%) 90
LAMPIRAN 6.8 Data Utama – Locus Of Control
LOCUS OF CONTROL
(Keinginan belajar) DATA UTAMA
Diri Sendiri Orang Tua
TOTAL
Surface Approach 51 (58,62%) 1 (33,33%) 52
Deep Approach 24 (27,58%) 1 (33,33%) 25
Surface-Deep Approach
12 (13,79%) 1 (33,33%) 13
(23)
LAMPIRAN 6.9 Data Utama – Pendidikan Ibu
PENDIDIKAN IBU DATA
UTAMA ALM SD SMP SMA DIPLOMA S1 S2
TOTAL Surface Approach 2 18 (64,28%) 11 (57,89%) 15 (46,87%)
2 (66,67%) 2 (50%) 2 (100%) 52 Deep Approach 0 6 (21,42%) 5 (26,31%) 13 (40,62%)
0 1 (25%) 0 25
Surface-Deep Approach 0 4 (14,28%) 3 (15,78%)
4 (12,5%) 1 (33,33%) 1 (25%) 0 14
2 28(100%) 19(100%) 32(100%) 4(100%) 4(100%) 2(100%) 90
LAMPIRAN 6.10 Data Utama – Pendidikan Ayah
PENDIDIKAN AYAH DATA
UTAMA ALM SD SMP SMA DIPLOMA S1 S2
TOTAL Surface Approach 2 11 (57,89%) 12 (57,14%) 20 (55,55%)
3 (60%) 2 (50%) 2 (66,67%) 52 Deep Approach 0 4 (21,05%) 5 (23,80%) 12 (33,33%)
2 (40%) 1 (25%) 1 (33,33%) 25 Surface-Deep Approach 0 4 (21,05%) 4 (19,04%) 4 (11,11%)
0 1 (25%) 0 14
(24)
LAMPIRAN 6.11 Data Utama – Nilai matematika semester terakhir
NILAI MATEMATIKA DATA
UTAMA 3 5 6 7 8 9
TOTAL Surface Approach 1 (100%) 2 (100%) 17 (54,83%) 23 (53,48%) 8 (65,67%) 1 (100%) 52 Deep Approach
0 0 8 (25,80%)
14 (32,55%)
3 (25%) 0 25
Surface-Deep Approach
0 0 6 (19,35%)
6 (13,95%)
1 (8,33%) 0 13
1(100%) 2(100%) 31(100%) 43(100%) 12(100%) 1(100% 90
LAMPIRAN 6.12 Data Utama – Jenis kelamin
JENIS KELAMIN DATA UTAMA
LAKI-LAKI PEREMPUAN
TOTAL
Surface Approach 29 (59,18%) 23 (56,09%) 52
Deep Approach 12 (24,48%) 13 (31,70%) 25
Surface-Deep Approach
8 (16,32%) 5 (12,19%) 13
(25)
LAMPIRAN 7.
KOMPETENSI DASAR, TUJUAN PEMBELAJARAN DAN MATERI POKOK MATA PELAJARAN MATEMATIKA SMP KELAS IX DAN MTS
GEOMETRI DAN PENGUKURAN KOMPETENSI DASAR TUJUAN
PEMBELAJARAN
MATERI POKOK
Menetukan perbandingan kesebangunan dua bangun datar.
-Mengenali dua bangun datar yang kongruen atau tidak kongruen dengan menyebutkan syaratnya. -Membedakan dua bangun datar sebangun atau tidak sebangun dengan menyebut syaratnya.
-Menghitung panjang sisi yang belum diketahui dari dua bangun yang sama sebangun atau dua bangun sebangun.
Bangun datar dan Segitiga
Menggunakan konsep kesebangunan dua bangun
-Menyebutkan syarat dua segitiga kongruen.
-Membuktikan dua segitiga sama sebangun.
-Menentukan perbandingan sisi-sisi dua dua segitiga yang sama sebangun dan menghitung panjangnya. -Menyatakan akibat dari dua segitiga kongruen. -Membedakan pengertian sebangun dan kongruen dua segitiga.
-Menyebutkan syarat syarat dua segitiga adalah
sebangun.
-Menentukan perbandingan sisi dua segitiga sebangun dan menghitung
panjangnya.
-Memecahkan masalah yang melibatkan konsep kesebangunan.
(26)
Menjelaskan bagian-bagian kubus dan balok
-mengenal dan
menyebutkan bidang, rusuk, diagonal bidang, bidang diagonal, diagonal ruang kubus dan balok.
-melukis kubus dan balok. -melukis jaring-jaring kubus, balok, serta menghitung luas permukaannya.
Kubus dan balok
Menghitung besaran-besarn pada kubus dan balok
-menemukan rumus volume dan menghitung volume kubus dan balok.
-merancang kubus dan balok untuk volume tertentu.
Menghitung besar
perubahan volume bangun kubus dan balok jika ukuran rusuknya berubah.
-menyelesaikan soal yang melibatkan kubus dan balok.
Menjelaskan bagian-bagian limas, dan prisma tegak
-mengenal dan
menyebutkan bidang, rusuk dan bidang diagonal, diagonal bidang dan tinggi dari limas dan prisma tegak. -melukiskan limas dan prisma tegak.
-melukiskan jarring-jaring limas dan jarring-jaring prisma tegak serta menghitung luas permukaannya Menghitung
besaran-besaran pada limas dan prisma tegak.
-menentukan luas permukaan limas dan prisma tegak
-menemukan rumus volume dan menghitung volume limas dan prisma tegak. -merancang benda limas dan prisma tegak untuk volume tertentu.
-menghitung besar
(27)
prisma dan limas tegak jika ukuran rusuknya berubah
PELUANG DAN STATISTIKA
KOMPETENSI DASAR TUJUAN
PEMBELAJARAN MATERI POKOK Mengumpulkan, menyajikan dan menafsirkan data -mengumpulkan data dengan mencacah, mengukur dan mencatat dengan tally.
-mengurutkan data tunggal, mengenal pengertian data terkecil.
-menghitung mean, modus, median dan kuartil data tunggal dan menjelaskan makna mean, modus, median dan data tunggal -menyajikan data tunggal dan berkelompok dalam bentuk tabel, diagram; pictogram, diagram batang, diagram lingkaran dan diagram garis.
-membaca/menafsirkan diagram suatu data.
Statistika dan peluang
Menentukan ruang sampel percobaan
-mengenal pengertian sampel dan populasi. -menjelaskan pengertian percobaan statistika, ruang sampel, titik sampel kejadian.
-menentukan ruang sampel suatu percobaan dengan mendata titik-titik sampelnya
Menghitung peluang kejadian
-menghitung peluang masing-masing titik pada ruang sampel
-menghitung peluang dengan pendekatan frekuensi relatif.
Menghitung peluang secara teoritis.
(28)
menghitung nilai peluanmg suatu kejadian.
ALJABAR
KOMPETENSI DASAR TUJUAN
PEMBELAJARAN
MATERI POKOK
Menyatakan pangkat tak sebenarnya kebentuk lain
-menjelaskan pengertian bilangan bulat yang ekspononenya negatif, positif dan nol.
-mengubah pangkat positif menjadi negatif dan sebaliknya.
-mengenal arti pangkat positif dan negatif. -mengenali arti bilangan pecahan berpangkat dan menemukan hasilnya. -mengubah bentuk akar suatu bilangan bulat menjadi bilangan berpangkat pecahan dan sebaliknya.
Pangkat tak sebenarnya
Menyelesaikan operasi pangkat tak sebebnarnya
-menghitung perpangkatan dari akar suatu bilangan. -menyelesaikan operasi kali, bagi, tambah, kurang dan pangkat suatu bilangan tak sebenarnya.
-merasionalkan bentuk akar kuadrat.
(29)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan memegang peranan penting dalam kesuksesan yang akan diraih
seseorang. Pendidikan juga berguna bagi seseorang untuk menggapai cita-citanya,
pendidikan juga diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas
dan berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga , masyarakat bahkan Negara. Jenjang
pendidikan di Indonesia dapat ditempuh mulai dari tingkat terendah yaitu taman
kanak-kanak (TK) sampai yang tertingggi yaitu perguruan tinggi. Setiap jenjang pendidikan
ditempuh setelah siswa menyelesaikan jenjang pendidikan sebelumnya, siswa diharapkan
tidak hanya dapat menyelesaikan setiap jenjang pendidikan tapi diharapkan juga dapat
berprestasi dan memiliki bekal ilmu pengetahuan.
Salah satu tahap pendidikan formal di sekolah adalah melalui jenjang sekolah
menengah pertama (SMP). Pada jenjang ini siswa diharapkan mulai memiliki minat
untuk belajar, keinginan untuk menambah ilmu pengetahuan sebagai suatu dasar
melanjutkan kejenjang pendidikan selanjutnya, serta motivasi diri untuk mencapai hasil
yang baik. Salah satu cerminan hasil yang baik adalah melalui nilai pada saat pelaksanaan
ulangan harian, kuis, tugas, praktikum, ujian tengah semester maupun ujian semester
selama proses belajar mengajar di sekolah (Mulyasa, Enca. 2001 Kurikulum Berbasis
Kompetensi). Selain harus menghadapi ulangan harian dan ujian semester di sekolah,
(30)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA kelulusan. Pada saat ini pemerintah menetapkan 5,01 sebagai standar nilai minimal untuk
kelulusan (Petunjuk Pelaksanaan Ujian Nasional bagi SMP/MTS, 2007).
Secara bertahap Depertemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS) berencana
akan menaikkan standar minimal ujian kelulusan ujian nasional dari 4,25 menjadi 5,01
kemudian menjadi sama dengan standar internasional, tapi untuk jangka pendek
DEPDIKNAS ingin menyamakan diri dengan standar ujian nasional di Malaysia yakni
6,00 (Republika, Agustus 2006). Berdasarkan data dari Dinas Pendidikan (DISDIK)
Provinsi Jawa Barat, jumlah siswa SMPN di Bandung yang mengikuti ujian nasional
pada tahun 2006 berjumlah 375.324 yang dinyatakan lulus sekitar 352.646 atau 93,96 %,
jumlah ini cukup meningkat dibandingkan tahun 2005. Menteri Pendidikan Nasional
(MENDIKNAS) Bambang Sudibyo mengatakan, jika masih ada siswa yang gagal dalam
ujian nasional menunjukkan bahwa mereka tidak serius ketika belajar, ini menjadi sinyal
atau peringatan bagi siswa yang lainnya untuk lebih serius ketika belajar (Republika,
Agustus 2006).
Siswa kelas 3 SMPN akan menghadapi 3 mata pelajaran dalam ujian nasional
yaitu Matematika, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia, selain ketiga mata pelajaran
tersebut mereka juga akan menghadapi ujian di sekolah untuk mata pelajaran yang
lainnya (Petunjuk Pelaksanaan Ujian Nasional bagi SMP/MTS, 2007). Salah satu
pelajaran yang dianggap sulit dan membebani siswa kelas 3 SMPN baik dalam
menghadapi ulangan harian dikelas, ujian semester maupun ujian nasional adalah
matematika (Pikiran Rakyat, Februari 2006). Faktor utama yang mengakibatkan masih
banyaknya siswa kelas 3 SMPN yang tidak lulus pra ujian nasional di sekolah adalah
(31)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA siswa yang memperoleh nilai yang kurang memuaskan yaitu dibawah 5,01 (Pikiran
Rakyat, April 2006).
Matematika menjadi salah satu pelajaran yang sangat penting untuk dikuasai oleh
siswa kelas 3 SMPN, karena saat mereka melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi
baik itu Sekolah Menengah Pertama (SMA) maupun Perguruan Tinggi, pelajaran
matematika akan terus dipakai, terlebih lagi jika siswa kelas 3 SMPN tersebut
memfokuskan dirinya pada jurusan IPA di SMA maupun jurusan SAINS dan TEKNIK di
Perguruan Tinggi. Depertemen Pendidikan memberi penekanan yang serius terhadap
pendidikan matematika. Diberbagai tingkat pendidikan hampir semua mata pelajaran
yang diajarkan guru di kelas akan menggunakan matematika sebagai dasarnya meskipun
hanya sekedar perhitungan sederhana (Pikiran Rakyat, Februari 2005).
Setiap sekolah (SMPN) memiliki spesifikasi materi pelajaran tersendiri yang akan
diajarkan kepada para siswanya, yang tertuang dalam kurikulum berdasarkan kurikulum
berbasis kompetensi (KBK). Spesifikasi materi pelajran menuntut siswa kelas 3 SMPN
untuk melakukan cara-cara belajar dan penyesuaian terhadap kurikulum tersebut.
Terdapat beberapa kurikulum yang menuntut siswanya untuk belajar secara praktis
dengan pemahaman teori yang tidak terlalu mendalam, namun terdapat pula kurikulum
yang menuntut siswanya untuk mempelajari matematika secara mendalam, bahkan
menuntut pada aplikasi pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari. Kesemuanya itu
hanya akan dapat dipenuhi oleh siswa kelas 3 SMPN dengan cara belajar dan
penyesuaian belajar yang sesuai dengan tuntutan dari materi tersebut.
Mata pelajaran matematika mencakup materi tentang rumus-rumus geometri,
(32)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA untuk belajar supaya dapat menguasai materi pelajaran tersebut. Tingkat keberhasilan
siswa kelas 3 SMPN dalam mempelajari dan menguasai materi matematika tidak terlepas
dari bagaimana materi matematika diterima oleh para siswa, diolah dan dipelajari.
Konsep inilah yang disebut Learning Approach yaitu menunjukkan proses pengerjaan
dan penanganan suatu tugas belajar bukan hanya seberapa baik tugas tersebut
diselesaikan (Biggs, 1993).
Peneliti memilih untuk meneliti pada siswa kelas 3 SMPN “X” kota Bandung,
karena sekolah ini memiliki tingkat kelulusan yang baik dari tahun ke tahun bahkan
mencapai 100 % pada tahun 2006. Meskipun SMPN “X” ini berada pada cluster 2 dalam
pembagian kelompok SMPN berdasarkan passing grade, pihak sekolah tetap berusaha
melakukan banyak perubahan baik dari bentuk fisik sekolah yaitu, penambahan dan
perbaikan gedung kelas, penyediaan laboratorium pendukung pelaksanaan kegiatan
belajar mengajar (KBM) dan program pemantapan bagi siswa kelas 3 setiap tahunnya
untuk persiapan ujian nasional. Meskipun memiliki tingkat kelulusan yang baik setiap
tahunnya, tetapi banyak siswa kelas 3 yang memperoleh nilai dibawah rata-rata terutama
pada pelajaran matematika, sehingga hal inilah yang mendorong peneliti tertarik untuk
mengadakan studi lebih lanjut mengenai learning approach terhadap mata pelajaran
matematika pada siswa kelas 3 SMPN “X” kota Bandung.
Sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang digunakan oleh
SMPN “X” kota Bandung, maka siswa kelas 3 SMPN diwajibkan untuk untuk
mempelajari setiap pokok bahasan matematika dimulai dari tahap mengenali,
menjelaskan, melakukan kegiatan sampai pada tahap pemahaman materi sehingga
(33)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA persoalan matematika dengan cepat dan tepat. Siswa juga diberikan kesempatan untuk
dapat mengeksplorasi materi matematika sesuai dengan pemahaman mereka sendiri,
tetapi tetap dibawah bimbingan guru pengajar (Ibu Yeyen, Wakasek Bidang
Kurikulum SMPN “X” kota Bandung).
Siswa kelas 3 SMPN “X” harus melakukan proses penyesuaian terhadap tuntutan
kurikulum mata pelajaran metamatika, karena mereka telah menyelesaikan waktu selama
2 tahun di kelas 1 dan 2 untuk mempelajari matematika, sehingga diharapkan siswa kelas
3 telah mampu menyesuaikan cara belajarnya dengan tuntutan kurikulum, tetapi pada
kenyataannya masih terdapat sebagian siswa kelas 3 SMPN “X” yang mengalami
kesulitan dan tidak dapat menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru di kelas padahal
soal tersebut telah mereka pelajari di kelas 1 dan 2. Menurut Biggs, keberhasilan siswa
kelas 3 SMPN “X” dalam menjawab tuntutan kurikulum tersebut dapat dipengaruhi oleh
learning approach (Pendekatan Belajar) yang mereka pilih dalam mempelajari
matematika di kelas, yang nantinya akan menentukan bagaimana materi pelajaran
tersebut diterima, diolah dan selanjutnya akan menentukan kualitas dari pembelajaran
yang dilakukan.
Ada 2 jenis learning approach yaitu surface approach dan deep approach (Biggs,
1993). Surface approach diterapkan oleh siswa kelas 3 SMPN “X” yang cara belajarnya
hanya mengingat (Memorizing) dan menghafal hal-hal yang mungkin ditanyakan oleh
guru, bukan berusaha memahami secara mendalam dan dan ingin memperoleh hasil yang
baik tapi dengan usaha yang minimal. Deep approach diterapkan oleh siswa kelas 3
SMPN “X” yang memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap pelajaran sehingga
(34)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
learning approach didasari oleh 2 aspek yaitu motif dan strategi. Motif merupakan alasan
yang mendasari, misalnya alasan yang mendasari siswa kelas 3 SMPN “X” belajar
dengan giat terutama pelajaran yang sulit yaitu matematika agar supaya lulus ujian
nasional dengan nilai yang tinggi dan masuk ke SMA favorit. Aspek lainnya yaitu
strategi merupakan cara yang digunakan untuk mengerjakan tugas tersebut, misalnya
menentukan strategi belajar yang tepat dengan mempelajari dan memahami secara
mendalam setiap materi matematika yang diajarkan oleh guru. Kedua hal ini yang
mendasari siswa kelas 3 SMPN “X” untuk memilih learning approach yang sesuai
dengan dirinya.
Materi pelajaran dan rumus matematika yang banyak memungkinkan siswa kelas
3 SMPN “X” surface approach dan deep approach ketika belajar, namun tidak
menggunakannya pada saat yang bersamaan. Misalnya untuk menghafal rumus-rumus
matematika siswa cenderung menggunakan surface approach dalam belajar karena
strategi belajar yang mereka lakukan adalah sekedar menghafal. Akibatnya, seiring
dengan bertambah banyaknya materi matematika yang dipelajari maka materi yang
sebelumnya dipelajari tidak akan bertahan lama dan akhirnya siswa menjadi lupa.
Sedangkan jika siswa berusaha untuk memahami rumus-rumus matematika sekaligus
dapat menerapkannya langsung pada soal matematika, maka siswa cenderung
menggunakan deep approach dalam belajar, karena strategi belajar yang dilakukan
adalah berusaha memahami materi dan langsung menerapkannya pada persoalan.
Hasil survey awal yang dilakukan terhadap 45 orang siswa kelas 3 SMPN “X”
diperoleh hasil yaitu, 93 % siswa dikelas merasa kesulitan dalam mempelajari
(35)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA untuk dikerjakan. Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang siswa kelas 3
SMPN “X”, Sebagian besar siswa kelas 3 yaitu 7 orang atau 70 % mempelajari
matematika didasari oleh motif menghindari konsekuensi negatif seperti nilai yang
kurang, dihukum oleh guru dan tidak lulus ujian nasional yang diikuti oleh cara belajar
yang kurang, seperti sekedar menghafalkan rumus-rumus matematika dan mempelajari
materi yang dianggap penting dan sesuai dengan surface approach. Sedangkan siswa
yang lainnya yaitu 3 orang atau 30 % yang mempelajari matematika di kelas yang
didasari oleh motif untuk memenuhi rasa ingin tahu dan minat terhadap mata pelajaran
matematika yang diikuti oleh cara belajar yang berusaha memahami materi seperti
berdiskusi dengan teman maupun bertanya kepada guru, banyak membaca dan
menerapkan pelajaran yang diperoleh pada kehidupan sehari-hari, yang sesuai dengan
deep approach.
Dengan memilih surface approach ataupun deep approach dan menerapkannya
langsung pada cara siswa mempelajari materi matematika, diharapkan siswa kelas 3
SMPN “X” akan merasa lebih siap dalam menghadapi ulangan harian, ujian semester dan
ujian nasional, sehingga mereka dapat memperoleh nilai yang sesuai standar kelulusan
bahkan mungkin lebih tinggi, juga memiliki bekal ilmu pengetahan sebagai persiapan
memasuki jenjang pendidikan selanjutnya yaitu SMA dan Perguruan Tinggi.
Ditetapkannya standar nilai kelulusan ujian nasional oleh DEPDIKNAS yaitu 5,01 untuk
setiap mata pelajaran, mengharuskan siswa kelas 3 SMPN “X” lebih giat lagi dalam
belajar, memilih learning approach yang sesuai dengan dirinya dan mengoptimalkan
learning approach tersebut dalam proses belajar, serta mengerti bahawa tujuan sekolah
(36)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang lebih mengutamakan proses belajar dan
prakteknya daripada produk akhirnya (G E Mozaik, Mei 2005).
1.2.IDENTIFIKASI MASALAH
Learning approach apakah yang digunakan siswa kelas 3 SMPN “X” kota
Bandung untuk mempelajari mata pelajaran matematika ?
1.3.MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN
1.3.1. Maksud Penelitian
Untuk memperoleh gambaran mengenai learning approach terhadap mata
pelajaran matematika pada siswa kelas 3 SMPN “X” kota Bandung.
1.3.2. Tujuan Penelitian
Untuk memberikan penjelasan mengenai learning approach beserta factor-faktor
yang mempengaruhinya terhadap mata pelajaran matematika pada siswa kelas 3 SMPN
“X” kota Bandung.
1.4.KEGUNAAN ILMIAH DAN KEGUNAAN PRAKTIS
(37)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 1. Menambah pengetahuan mengenai learning approach dibidang ilmu psikologi
pendidikan.
2. Sebagai dasar dan tambahan informasi bagi peneliti lain dalam melakukan
penelitian dalam bidang ini selanjutnya.
1.4.2. Kegunaan Praktis
1. Memberi informasi kepada guru mata pelajaran matematika mengenai learning
approach terhadap mata pelajaran matematika pada siswa kelas 3 SMPN “X”
kota Bandung, sebagai masukan untuk mengoptimalkan learning approach
sekaligus mengevaluasinya dan memberikan bimbingan bagi siswa yang
menggunakannya.
2. Memberi informasi kepada siswa kelas 3 SMPN “X” kota Bandung mengenai
learning approach terhadap mata pelajaran matematika yang digunakan oleh
mereka, informasi ini dapat dimanfaatkan untuk pemahaman diri siswa mengenai
learning approach dan menggunakannya secara optimal ketika belajar.
1.5.KERANGKA PEMIKIRAN
Saat ini banyak siswa yang jika dihadapkan dengan tugas belajar di sekolah lebih
memilih untuk mencari jalan keluar dari masalah, dengan menyelesaikan tugas
secepatnya daripada harus memahami apa yang diajarkan guru di kelas. Siswa lainnya
melihat bahwa belajar dapat membawanya pada pemahaman suatu materi. Bagaimana
cara siswa menyelesaikan tugas belajarnya ditentukan oleh motif yang ada dalam diri
(38)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Motif cenderung menentukan strategi belajar, maksudnya adalah apa yang
diinginkan akan menentukan apa yang akan dilakukan. Motif dan strategi dalam belajar
cenderung cocok dan sejalan, yang kemudian bersama-sama akan membentuk learning
approach (Biggs, 1985; Marton & Saljo,1976a; dalam Biggs, 1993) misalnya saja
siswa kelas 3 SMPN “X” yang memiliki motif untuk menghindari nilai buruk pada
ujian-ujian matematika dengan melakukan strategi belajar menghafal rumus-rumus matematika
tanpa mengetahui dan memahami arti dan proses pengerjaannya secara mendalam,
dengan motif dan strategi seperti itu akan membentuk learning approach (Biggs, 1993).
Menurut tokoh psikologi perkembangan J. Piaget (1928), siswa kelas 3 SMPN
“X” digolongkan pada masa remaja (adolescence) yaitu usia 14 – 18 tahun, yang berada
pada tahap perkembangan kognisi formal-operational. Pada taraf formal-operational
ditandai dengan kenyataan bahwa pada dsarnya pemikiran mereka bersifat proporsional
dan hipotetik deduksi (kemungkinan untuk menduga dan mengira). Dalam pemecahan
masalah pun, siswa kelas 3 SMPN “X” mulai menguji sejumlah hipotesis. Disini remaja
sudah menggunakan cara pemecahan masalah yang teratur, melakukan pengamatan yang
teliti dan menarik kesimpulan yang logis. Siswa kelas 3 SMPN “X” mulai dapat menduga
dan mengira learning approach manakah yang cocok untuk mereka gunakan ketika
mempelajari materi matematika, kemudian learning approach itulah yang nantinya
mereka gunakan sebagai metode utnuk mempelajari matematika di kelas.
Learning approach menunjukkan proses pengerjaan dan penanganan suatu tugas
belajar bukan hanya seberapa baik tugas tersebut diselesaikan (Biggs, 1993). Dengan
mudah bisa dibayangkan siswa kelas 3 SMPN “X” yang pandai dan menggunakan
(39)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA lagi jika siswa tersebut menyesuaikan pendekatan belajar yang digunakannya dengan
tuntutan materi matematika, daripada siswa tersebut diharuskan belajar dengan
menggunakan deep approach yang lamban dan terus berusaha mencari arti padahal
tuntutan materi matematika tidak harus sampai pada proses pemahaman. Pentingnya
learning approach saat ini mulai disadari oleh guru maupun siswa, karena learning approach memiliki suatu kekuatan (Biggs, 1993), guru harus menyadari bahwa tidak ada
satu macam cara yang dipakai siswa kelas 3 SMPN”X” dalam belajar matematika yang
menyatakan bahwa, learning approach yang mereka pilih lebih efektif dibandingkan
learning approach yang lain. Yang lebih penting disini ialah guru harus dapat
mengoptimalkan kesempatan untuk siswanya belajar dengan menggunakan learning
approach yang sesuai dengan diri siswa, karena setiap siswa kelas 3 SMPN “X” sudah
memiliki motif dalam diri mereka untuk belajar di sekolah dan motif itulah yang akan
menentukan strategi siswa dalam belajar matenatika (Biggs, 1993).
Salah satu learning approach inilah yaitu surface approach ataupun deep
approach yang dipilih oleh siswa kelas 3 SMPN”X” dalam mempelajari dan menguasai
materi matematika di kelas yang dilatarbelakangi oleh motif eksternal dan internal
(Biggs, 1993). Siswa kelas 3 SMPN “X” yang memilih learning approach , memiliki
motif eksternal dalam dirinya ketika mempelajari matematika. Siswa tersebut hanya ingin
menghindari konsekuensi negatif seperti nilai ujian yang kurang bagus dan supaya lulus
ujian semester maupun ujian nasional dengan usaha yang minimal. Strategi yang biasa
mereka gunakan ketika belajar matematika biasanya dengan “Rote Learning”, para siswa
fokus mempelajari materi matematika yang mereka anggap sebagai topik yang penting
(40)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA hal ini, mereka tidak bisa melihat hubungan antara materi-materi matematika yang telah
dipelajari maupun yang baru dipelajari dan tidak mengatahui penerapannya secara jelas
dari apa yang mereka pelajari (Biggs,1993).
Siswa kelas 3 SMPN “X” yang menggunakan deep approach dalam mempelajari
matematika memiliki motif internal dalam dirinya. Berawal dari suatu ketertarikan
terhadap suatu materi matematika meraka mulai mencari tahu apa arti dan makna dari
materi tersebut rasa ingin tahu yang besar terhadap sesuatu akan mendorong siswa kelas
3 SMPN “X” untuk mempelajari materi matematika secara lebih mendalam dan
memahaminya sampai memperoleh kepuasan (Hidi, 1990; Schiefele, 1991 dalam Biggs,
1993). Strategi belajar yang biasa dilakukan oleh siswa kelas 3 SMPN “X” yang
menggunakan deep approach misalnya saja adalah diskusi dengan guru dan
teman-temannya mengenai materi yang tidak dimengerti, mengerjakan banyak latihan soal
matematika dan berusaha untuk bisa menerapkan matematika dalam kehidupan nyata
(Biggs, 1993).
Surface approach dan deep approach memiliki motif dan strategi yang berbeda, surface memiliki motif eksternal sedangkan deep memiliki motif internal. Misalnya
ketika siswa kelas 3 SMPN “X” belajar matematika mereka dapat menguasai pelajaran
tersebut dengan menghafalkan rumus (surface approach) dan menganalisis kecocokan
rumus dengan soal tertentu (deep approach). Ketika siswa kelas 3 SMPN “X” merasa
bahwa materi matematika yang diajarkan oleh gurunya menarik, maka muncul motif
internal dalam dirinya yaitu rasa ingin tahu terhadap materi matematika dan learning
approach yang cenderung digunakan siswa adalah deep approach. Namun saat siswa
(41)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA hasil ujian tidak begitu penting baginya, maka siswa tersebut cenderung menggunakan
surface approach dalam belajar (Biggs, 1993).
Peranan guru mata pelajaran matematika dalam kelas juga tidak dapat diremehkan
karena guru yang membantu dan memudahkan siswa kelas 3 SMPN “X” dalam proses
pengembangan dan perwujudan diri, misalnya dengan memberikan tugas-tugas yang bisa
menimbulkan motivasi siswa untuk memahami suatu materi matematika dengan lebih
luas dan mendalam. Tugas yang memiliki tuntutan pemahaman yang sampai tahap
analisis akan mendorong upaya siswa untuk lebih banyak membaca dan
mendiskusikannya baik dalam kelompok maupun guru mata pelajaran di kelas.
Penerapan motif dan strategi ini membentuk deep approach. Namun terkadang terkadang
dengan banyaknya materi dan tugas-tugas matematika yang diberikan oleh guru,
membuat siswa menyelesaikan tugasnya tanpa menggali lebih dalam persoalannya; siswa
hanya memenuhi tuntutan tugas sampai pada tahap pengetahuan saja. Siswa tersebut
menyelesaikan tugas dengan motif menghindari hukuman dan menjawab persoalan tapi
dengan kualitas jawaban tidak sebaik yang diharapkan gurunya. Siswa yang memiliki
motif dan strategi demikian menerapkan surface approach dalam belajar.
SMPN “X” Bandung memiliki spesifikasi materi pelajaran matematika yang
diajarkan kepada para siswanya, yang tertuang dalam kurikulum berdasarkan kurikulum
berbasis kompetensi (KBK). Spesifikasi materi pelajaran menuntut siswa kelas 3 SMPN
“X” Bandung untuk melakukan cara-cara belajar dan penyesuaian terhadap kurikulum
tersebut, misalnya materi tentang geometri, siswa diharapkan hanya untuk mengenali
dan membedakan antara bangunan 2 dimensi dan 3 dimensi, tidak harus sampai pada
(42)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA menggunakan surface approach ketika mempelajarinya. Sedangkan untuk materi yang
menuntut siswa harus menemukan rumus dan menghitung volume masing-masing
bangun ruang, yang memerlukan proses pemahaman materi lebih mendalam, akan lebih
tepat jika siswa menggunakan deep approach ketika mempelajarinya
Terdapat beberapa faktor personal dan background yang berpengaruh dalam
learning approach siswa yaitu conceptions of learning, abilities, locus of control) dan experiential background (Biggs, 1993). Conceptions of learning merupakan suatu
hubungan antara suatu keyakinan dalam diri siswa kelas 3 SMPN “X” tentang arti
pentingnya mempelajari matematika, yang nantinya akan menentukan bagaimana cara
siswa tersebut mempelajari matematika. Menurut Van Rossum dan Schenk (1984,
dalam Biggs, 1993), siswa kelas 3 SMPN “X” yang menggunakan surface approach
memiliki “quantitative conception of learning” yaitu menambah pengetahuan dengan
mempelajari hal-hal baru, berusaha mengingat semua hal dan melakukan “rote learning”
yang memiliki keyakinan (conception) dalam dirinya bahwa siswa yang baik adalah
siswa yang mengetahui lebih banyak dibandingkan teman-teman yang lainnya.
Sedangkan siswa kelas 3 SMPN “X” yang menggunakan deep approach memiliki
“qualitative conception of learning” yaitu belajar untuk memahami semua arti dari
materi dan melihat sesuatu melalui cara yang berbeda (Biggs, 1993).
Abilities siswa kelas 3 SMPN “X” juga turut mempengaruhi bagaimana siswa
melakukan pendekatan dalam mempelajari Matematika. Siswa yang memiliki tingkat
kecerdasan lebih rendah, cenderung menggunakan Surface Approach dalam belajar. Deep
(43)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
(Brighter Student), tapi pendekatan ini dapat digunakan oleh semua tingkat kecuali
tingkat kecerdasan yang paling rendah. (Biggs, 1987 dalam Biggs, 1993).
Locus of control yang dimiliki oleh siswa kelas 3 SMPN “X” tentang materi
pelajaran Matematika akan mempengaruhi bagaimana tingkah lalu mereka selama belajar
baik di kelas maupun di rumah, menurut Biggs (1987). Siswa kelas 3 SMPN “X” yang
memiliki Locus of control internal akan lebih perhatian, aktif dan reflektif dalam mencari
serta menggunakan informasi yang mungkin mempengaruhi perilaku siswa dimasa
depan, maka dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki locus of control internal
cenderung menggunakan deep approach, sedangkan siswa kelas 3 SMPN “X” dengan
Locus of control eksternal merujuk pada orang-orang yang mempercayai orang lain,
situasi, keadaan, dan faktor-faktor di luar dirinya yang bertanggungjawab atas
perilakunya serta memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sulit memiliki motivasi
internal,. Siswa yang memiliki locus of control eksternal percaya bahwa orang lain dan
keberuntungan menentukan segala sesuatu yang akan terjadi, sehingga menganggap kerja
keras sebagai sesuatu yang kurang penting (Wang, 1983 dalam Biggs, 1993).
Experiential background termasuk didalamnya adalah parental education orang
tua dari siswa kelas 3 SMPN “X”. Learning Approach yang digunakan oleh siswa kelas 3
SMPN “X” untuk mempelajari Matematika akan berhubungan dengan luasnya
pendidikan dan penghasilan yang diterima oleh orang tua mereka; Deep Approach
diasosiasikan dengan tingkat pendidikan orang tua yang tinggi, sedangkan Surface
Approach diasosiasikan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah, karena orang tua
dengan pendidikan yang tinggi memiliki tuntutan akademik yang tinggi dan menganggap
(44)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Selain itu ada experience in learning institutions dalam faktor ini tercakup
bagaimana pandangan siswa terhadap suasana kelas, kualitas sekolah, perasaan senang
bersekolah dan pandangan terhadap teman serta kecocokan dengan guru di kelas. Suasana
kelas yang menyenangkan akan membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Demikian
pula pandangan siswa terhadap kualitas sekolahnya, jika siswa memandang sekolahnya
berkualitas baik disertai dengan perasaan senang bersekolah maka siswa kelas 3 SMPN
“X” akan lebih memilih Deep Approach dalam mempelajari Matematika (Watkins dan
Hattie, 1990 dalam Biggs, 1993). Namun jika siswa kelas 3 SMPN “X” memandang
sekolah sebagai institusi yang hanya peduli pada kemampuan membaca, menulis serta
berhitung bukan dipandang sebagai tempat untuk menambah pengetahuan baru dan
mengembangkan kemampuan memahami secara mendalam, siswa kelas 3 SMPN “X”
yang memiliki pandangan seperti itu cenderung akan memilih Surface Approach ketika
mempelajari Matematika (Cambell, 1980 dalam Biggs, 1993).
Secara lebih jelas kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan dalam bagan
(45)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Skema 1.1 Kerangka Pemikiran
1.6 ASUMSI
1. Siswa kelas 3 SMPN “X” Bandung sudah mampu untuk memilih Learning
Approach yang sesuai dengan keinginan mereka untuk mempelajari mata
pelajaran Matematika.
2. Siswa kelas 3 SMPN “X” Bandung memiliki motif dan strategi tersendiri untuk
mempelajari Matematika yang akan membentuk Learning Approach siswa.
3. Siswa kelas 3 SMPN “X” Bandung memiliki 2 jenis learning approach yaitu
surface approach dan deep approach yang bisa mereka pilih dan diterapkan
mempelajari mata pelajaran matematika. Mata pelajaran
Matematika pada siswa kelas 3 di SMPN “X” Bandung
SURFACE APPROACH
DEEP APPROACH
Learning Approach
Personal Factors : Conceptions of learning Abilities
Locus of Control Experiential Background :
Parental education
Experience in learning institutions
-MOTIVE -STRATEGY
(46)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan :
1. Sebanyak 57,78 % Siswa kelas 3 SMPN “X” kota Bandung lebih cenderung
menggunakan surface approach ketika mempelajari materi matematika.
2. Sebagian besar Siswa kelas 3 SMPN “X” Bandung ketika mempelajari
matematika lebih didasari oleh surface motive yang diikuti oleh surface strategy.
Hal ini dapat terjadi karena padatnya jumlah materi matematika yang harus
dipelajari oleh siswa, kurangnya kegiatan praktek teori matematika pada
kehidupan sehari-hari, dan pemberian latihan soal maupun ujian yang lebih
didominasi oleh pilihan berganda.
3. Learning approach dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu personal factors dan
experiential background. Dalam personal factors baik locus of control maupun conceptions of learning ternyata tidak berkaitan dengan penggunaan learning approach siswa kelas 3 SMPN “X” Bandung ketika mempelajari matematika,
yang berkaitan dengan penggunaan learning approach adalah abilities siswa.
4. Faktor lainnya adalah experiential background yang didalamnya terdapat parental
education dan experiential in learning institutions, dalam penelitian ini kedua
faktor tersebut tidak berkaitan terhadap penggunaan learning approach siswa
(47)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 5.2 SARAN
1. Siswa kelas 3 SMPN “X” Bandung sebaiknya dapat mengenali pendekatan belajar
apa yang sesuai dengan cara belajarnya di kelas maupun di rumah, sehingga dapat
mengembangkan pendekatan belajar tersebut lebih optimal dalam dirinya.
2. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas terutama untuk mata pelajaran
matematika, sebaiknya guru menjelaskan kepada siswanya bagaimana materi
tersebut dapat diterapkan pada berbagai bidang kehidupan, agar siswa menjadi
lebih tertarik untuk mempelajarinya.
3. Untuk pelaksanaan evaluasi di kelas baik ulangan harian maupun ujian semester,
sebaiknya guru matematika memberikan memberikan jumlah soal yang seimbang
antara bentuk pilihan ganda maupun essay .
4. Guru sebaiknya mempertimbangkan kembali jenis-jenis aktivitas di kelas yang
dapat mendorong siswa untuk lebih banyak belajar dan menggali sendiri maupun
mengeksplorasi materi matematika dalam berbagai bidang kehidupan.
5. untuk lebih melengkapi penelitian ini, saya menyarankan agar peneliti selanjutnya
mengadakan penelitian mengenai hubungan antara learning approach dengan
(48)
DAFTAR PUSTAKA
Biggs, John. 1987. Student approach to learning and studying. Australia: Redforf house.
Biggs, John. 1993. The process of learning. London : Prentice Hall.
Gulo, W. 2003. Metodologi penelitian. Jakarta : PT. Grasindo.
Mc. Devitt, Teresa M. 2002. Child development and education. Colombus, Ohio : Merril.
Mulyasa, Enca. 2001 Kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta : PT. Gramedia.
Santrock, John W. 1998. Adolescent. United State of America : Mc Graw-hill.
Santrock, John W. 2004. Life span development. United state of America : Mc Graw-hill.
Siegel, Sidney. 1997. Statistik nonparametrik untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta : PT. Gramedia.
Silberman, M; Averbach, C. 1990. Active learning. California : Lexington Books.
Steinberg, L. 1993. Adolescent 3rd Ed. New York : Mc Graw-hill.
(49)
DAFTAR RUJUKAN
British Journal of Educational Psychology, 2001. The Revised Two-Factor Study Process
Questionnaire : R-SPQ-2F.
Assesment and Evaluation in Higher Education, 2005. Assesing the Impact of Learning
Enbironments On Students’ Approaches to Learning : comparing Conventional and Action Learning Designs
Educational Psychology, 2005. Learning Approaches : Examination Type, Discipline of
Study, and Gender
Data base guru BP tahun 2005, SMPN “X” Bandung
Data base Bagian Kurikulum 2001-2005, SMPN “X” Bandung
Data base Tata Usaha SMPN “X” Bandung
Feliawati, 2005. “Studi Deskriptif Mengenai Learning Approach pada Siswa-Siswi kleas
Akselerasi SMAN “X” Bandung. Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha”.
http://www.cdtl.nus.edu.sg/research/learnprofile.htm
http://www.learning.ox.ac.ik/
(1)
Selain itu ada experience in learning institutions dalam faktor ini tercakup bagaimana pandangan siswa terhadap suasana kelas, kualitas sekolah, perasaan senang bersekolah dan pandangan terhadap teman serta kecocokan dengan guru di kelas. Suasana kelas yang menyenangkan akan membangkitkan motivasi siswa untuk belajar. Demikian pula pandangan siswa terhadap kualitas sekolahnya, jika siswa memandang sekolahnya berkualitas baik disertai dengan perasaan senang bersekolah maka siswa kelas 3 SMPN “X” akan lebih memilih Deep Approach dalam mempelajari Matematika (Watkins dan Hattie, 1990 dalam Biggs, 1993). Namun jika siswa kelas 3 SMPN “X” memandang sekolah sebagai institusi yang hanya peduli pada kemampuan membaca, menulis serta berhitung bukan dipandang sebagai tempat untuk menambah pengetahuan baru dan mengembangkan kemampuan memahami secara mendalam, siswa kelas 3 SMPN “X” yang memiliki pandangan seperti itu cenderung akan memilih Surface Approach ketika mempelajari Matematika (Cambell, 1980 dalam Biggs, 1993).
Secara lebih jelas kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini :
(2)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Skema 1.1 Kerangka Pemikiran
1.6 ASUMSI
1. Siswa kelas 3 SMPN “X” Bandung sudah mampu untuk memilih Learning
Approach yang sesuai dengan keinginan mereka untuk mempelajari mata
pelajaran Matematika.
2. Siswa kelas 3 SMPN “X” Bandung memiliki motif dan strategi tersendiri untuk mempelajari Matematika yang akan membentuk Learning Approach siswa.
3. Siswa kelas 3 SMPN “X” Bandung memiliki 2 jenis learning approach yaitu
surface approach dan deep approach yang bisa mereka pilih dan diterapkan
mempelajari mata pelajaran matematika.
Mata pelajaran Matematika pada siswa kelas 3 di SMPN “X” Bandung SURFACE APPROACH DEEP APPROACH Learning Approach Personal Factors :
Conceptions of learning Abilities
Locus of Control Experiential Background :
Parental education
Experience in learning institutions
-MOTIVE -STRATEGY
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan :
1. Sebanyak 57,78 % Siswa kelas 3 SMPN “X” kota Bandung lebih cenderung menggunakan surface approach ketika mempelajari materi matematika.
2. Sebagian besar Siswa kelas 3 SMPN “X” Bandung ketika mempelajari matematika lebih didasari oleh surface motive yang diikuti oleh surface strategy. Hal ini dapat terjadi karena padatnya jumlah materi matematika yang harus dipelajari oleh siswa, kurangnya kegiatan praktek teori matematika pada kehidupan sehari-hari, dan pemberian latihan soal maupun ujian yang lebih didominasi oleh pilihan berganda.
3. Learning approach dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu personal factors dan
experiential background. Dalam personal factors baik locus of control maupun conceptions of learning ternyata tidak berkaitan dengan penggunaan learning approach siswa kelas 3 SMPN “X” Bandung ketika mempelajari matematika,
yang berkaitan dengan penggunaan learning approach adalah abilities siswa. 4. Faktor lainnya adalah experiential background yang didalamnya terdapat parental
education dan experiential in learning institutions, dalam penelitian ini kedua
(4)
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA 5.2 SARAN
1. Siswa kelas 3 SMPN “X” Bandung sebaiknya dapat mengenali pendekatan belajar apa yang sesuai dengan cara belajarnya di kelas maupun di rumah, sehingga dapat mengembangkan pendekatan belajar tersebut lebih optimal dalam dirinya.
2. Dalam kegiatan belajar mengajar di kelas terutama untuk mata pelajaran matematika, sebaiknya guru menjelaskan kepada siswanya bagaimana materi tersebut dapat diterapkan pada berbagai bidang kehidupan, agar siswa menjadi lebih tertarik untuk mempelajarinya.
3. Untuk pelaksanaan evaluasi di kelas baik ulangan harian maupun ujian semester, sebaiknya guru matematika memberikan memberikan jumlah soal yang seimbang antara bentuk pilihan ganda maupun essay .
4. Guru sebaiknya mempertimbangkan kembali jenis-jenis aktivitas di kelas yang dapat mendorong siswa untuk lebih banyak belajar dan menggali sendiri maupun mengeksplorasi materi matematika dalam berbagai bidang kehidupan.
5. untuk lebih melengkapi penelitian ini, saya menyarankan agar peneliti selanjutnya mengadakan penelitian mengenai hubungan antara learning approach dengan hal-hal yang berkaitan experiential in learning institutions.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Biggs, John. 1987. Student approach to learning and studying. Australia: Redforf house.
Biggs, John. 1993. The process of learning. London : Prentice Hall.
Gulo, W. 2003. Metodologi penelitian. Jakarta : PT. Grasindo.
Mc. Devitt, Teresa M. 2002. Child development and education. Colombus, Ohio : Merril.
Mulyasa, Enca. 2001 Kurikulum berbasis kompetensi. Jakarta : PT. Gramedia.
Santrock, John W. 1998. Adolescent. United State of America : Mc Graw-hill.
Santrock, John W. 2004. Life span development. United state of America : Mc Graw-hill.
Siegel, Sidney. 1997. Statistik nonparametrik untuk ilmu-ilmu sosial. Jakarta : PT. Gramedia.
Silberman, M; Averbach, C. 1990. Active learning. California : Lexington Books.
Steinberg, L. 1993. Adolescent 3rd Ed. New York : Mc Graw-hill.
(6)
DAFTAR RUJUKAN
British Journal of Educational Psychology, 2001. The Revised Two-Factor Study Process
Questionnaire : R-SPQ-2F.
Assesment and Evaluation in Higher Education, 2005. Assesing the Impact of Learning
Enbironments On Students’ Approaches to Learning : comparing Conventional and Action Learning Designs
Educational Psychology, 2005. Learning Approaches : Examination Type, Discipline of
Study, and Gender
Data base guru BP tahun 2005, SMPN “X” Bandung
Data base Bagian Kurikulum 2001-2005, SMPN “X” Bandung
Data base Tata Usaha SMPN “X” Bandung
Feliawati, 2005. “Studi Deskriptif Mengenai Learning Approach pada Siswa-Siswi kleas
Akselerasi SMAN “X” Bandung. Program Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha”.
http://www.cdtl.nus.edu.sg/research/learnprofile.htm
http://www.learning.ox.ac.ik/