Studi Deskriptif Mengenai Learning Approach Mata Pelajaran Biologi pada Siswa Kelas IX SMP "X" di Bandung.

(1)

iii Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran learning approach mata pelajaran biologi pada siswa kelas IX SMP “X” Bandung. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sampel didapatkan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 100 orang.

Alat ukur yang digunakan adalah kuesioner rating scale yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori learning approach dari Biggs (1993) serta kuesioner data penunjang yang diadaptasi dari alat ukur buatan Maria (2005). Kuesioner learning approach memiliki 42 item. Validitas yang digunakan menggunakan uji korelasi pearson product moment dengan nilai 0,303. Uji reliabilitas dengan metode Aplha Cronbach dengan nilai 0,841 dimana memiliki tingkat reliabiltas yang tergolong tinggi.

Berdasarkan hasil pengolahan data, didapat bahwa learning approach mata pelajaran biologi adalah sebanyak 57% siswa kelas IX menggunakan surface approach dan 43% menggunakan deep approach.

Peneliti memberi saran agar penelitian selanjutnya menggunakan metodologi studi korelasional dengan karakteristik sampel yang sama sehingga dinamika antara learning approach dan motif serta strategy dapat dilihat dengan lebih mendalam.

Kata Kunci : learning approach, siswa kelas IX SMP “X” Bandung, motif dan


(2)

iv

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

This research has been done to see representation learning approach of biology subject to junior high school class IX at SMP “X” Bandung. This research used descriptive method. Researcher obtain sample through purposive sample technique and get 100 participant for this research.

The measurement tools that used in this research are rating scale 1questionnaire which made by researcher based on learning approach theory form Biggs (1993) and supporting data questionnaire which adapted by Maria’s (2005). Learning approach questionnaire consist of 42 item. To see validity, used person product moment with number 0,303. To see reliability used Aplha Cronbach Method with number 0,841 with categorized high reliability.

Based on the calculated data, learning approach biology subject that used by student class IX is 57% using surface approach and 43% using deep approach.

Researcher suggest to use korelational study for further research with the same characteristic sample, so the dynamics between learning approach, motive and strategy can be see deeper.

Keywords : learning approach, student class IX at junior high school “X” at

Bandung, motive and strategy


(3)

iv Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL --- i

ABSTRAK --- ii

ABSTRACT --- iii

DAFTAR ISI --- iv

DAFTAR TABEL --- vii

DAFTAR GAMBAR --- viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah --- 1

1.2.Identifikasi Masalah --- 7

1.3.Maksud dan Tujuan Penelitian --- 7

1.3.1. Maksud Penelitian --- 7

1.3.2. Tujuan Penelitian --- 7

1.4.Kegunaan Penelitian --- 7

1.4.1. KegunaanTeoretis --- 7

1.4.2. KegunaanPraktis --- 8

1.5.KerangkaPemikiran --- 8

1.6.Asumsi --- 17

BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.Konsep Learning Approach --- 18

2.1.1. Metakognisi--- 18

2.1.2. Metalearning --- 19

2.1.3. Pendahuluan --- 20

2.2.Makna Learning Approach yang berbeda--- 22

2.3.Personal and Background Factor --- 26

2.4.Hubungan dengan Hasil Belajar --- 31

2.5.Perkembangan Kognitif Remaja --- 32

2.5.1. TahapPerkembangan Kognitif Remaja --- 32


(4)

v

Universitas Kristen Maranatha

2.5.3. Kecenderungan umum dalam berpikir --- 34

2.5.4. Empat tahap perkembangan Kognitif --- 35

2.6.Pendidikan Entrepeneur K-12 Ciputra Way --- 37

2.7.Pengertian Entrepeneurship --- 38

2.7.1. Perilaku Mencipta --- 38

2.8. Tujuan pendidikan entrepeneurship --- 41

2.9. Perkembangan Emosi Remaja --- 44

2.9.1 Karakteristik Perkembangan Emosi Remaja --- 44

2.10. Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja --- 45

2.12. Perubahan interaksi dengan teman – teman --- 46

2.13. Perubahan pandangan luar --- 47

2.14. Hakikat Peer Group --- 48

2.15. Fungsi Peer Group --- 50

2.16. Pengaruh Perkembangan Peer Group --- 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian --- 54

3.2. Bagan Rancangan Penelitian --- 54

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional --- 55

3.3.1.Variabel Penelitian --- 55

3.3.2.Definisi Konseptual --- 55

3.3.3.Definisi Operasional --- 55

3.4. Alat Ukur --- 57

3.4.1.AlatUkur Learning Approach --- 57

3.4.2.Data Penunjang --- 59

3.5. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur --- 60

3.5.1.Validitas Alat Ukur --- 60

3.5.2.Reliabilitas Alat Ukur --- 61

3.6. Populasi Penelitian dan Teknik Penarikan Sampel --- 63


(5)

vi

Universitas Kristen Maranatha

3.6.2.Karakteristik Sampel --- 63

3.6.3.Teknik Penarikan Sampel --- 63

3.7. Teknik Analisis Data --- 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Responden --- 64

4.2. Hasil Pengolahan Data --- 65

4.3. Pembahasan --- 67

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan --- 77

5.2. Saran Penelitian --- 78

5.2.1.Saran Teoritis--- 78

5.2.2.Saran Praktis --- 78

DAFTAR PUSTAKA --- DAFTAR RUJUKAN--- LAMPIRAN ---


(6)

vii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 Three Prototypical approaches to learning

Tabel 2.4 Effect of approaches to learning

Tabel 2.6.4 Empattahapperkembangankognitif

Tabel 2.8.1 Profile Siswa

Tabel 3.4.1 Kisi-kisi Alat Ukur

Tabel 4.1 Responden Berdasarkan Jenis kelamin

Tabel 4.1.1 Responden Berdasarkan Usia

Tabel 4.2.1 Learning Approach

Tabel 4.2.2Motive pada Learning Approach

Tabel 4.2.3Strategy Pada Learning Approach


(7)

viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.5 Skema Kerangka Pemikiran


(8)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-Kisi Alat Ukur Lampiran 2 Kata Pengantar Lampiran 3 Lembar Persetujuan

Lampiran 4 Kuesioner Learning Approach

Lampiran 5 Tabel Data Mentah Kuesioner Learning Approach Lampiran 6 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Lampiran 7 Hasil Tabulasi Silang Learning Approach dengan Data Penunjang Lampiran 8 Kuesioner Survey Awal

Lampiran 9 Tabel Data Mentah Kusioner Survey Awal Lampiran 10 Hasil Hitung Survey Awal

Lampiran 11 Hasil Tabulasi Silang Motive dan Strategy pada Kuesioner Survey Awal

Lampiran 12 Hasil Kuesioner Guru Biologi SMP “X” Lampiran 13 Kuesioner survey awaltambahan Lampiran 14 Hasil Kuesioner survey awal tambahan Lampiran 15 Biodata Peneliti


(9)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan berperan penting dalam kesuksesan yang akan diraih seseorang. Pendidikan formal dapat ditempuh mulai dari tingkat terendah yaitu pre-school/ PAUD, SD, SMP, SMA sampai tingkat tertinggi yaitu Perguruan Tinggi. Salah satu pendidikan formal yang dilalui siswa pada tahap perkembangan remaja adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada tingkatan pendidikan formal ini, siswa diharapkan sudah mulai memiliki keinginan untuk menambah ilmu pengetahuan sebagai suatu dasar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Perguruan Tinggi serta memiliki motivasi yang tinggi untuk mencapai hasil yang baik (Mulyasa, Enca. 2001).

Salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di Kota Bandung adalah SMP “X” yang merupakan sekolah swasta dengan menggunakan kurikulum agak berbeda dengan sekolah pada umumnya. SMP “X” menggunakan kurikulum berbasis Entrepreneurship K-12 Ciputra Way yang mengusung konsep pendidikan mengarahkan siswa menjadi kreatif dalam belajar. SMP “X” sejak tahun 2008 sampai tahun 2013 masih dapat mempertahankan tingkat kelulusan Ujian Nasional siswanya sebesar 100% (smp.x-bdg.sch.id).

Ujian Nasional SMP mencakup pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, Bahasa Inggris dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA terbagi atas 3 mata pelajaran


(10)

2

Universitas Kristen Maranatha yaitu Kimia, Fisika dan Biologi dengan jumlah 40 soal dalam Ujian Nasional (bsnp-indonesia.org). Berdasarkan hasil wawancara dengan Tim Guru IPA SMP “X” Bandung mengenai hasil ujian nasional tahun 2013, terjadi penurunan kualitas nilai Ujian Nasional yang diperoleh siswa. : tersebut dikarenakan rata-rata nilai Ujian Nasional untuk mata pelajaran IPA mendapatkan nilai terendah dibandingkan nilai mata pelajaran lainnya. Berdasarkan hasil evaluasi soal Ujian Nasional khususnya mata pelajaran IPA, siswa lebih banyak menjawab salah pada soal Biologi. Pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2012, dari hasil evaluasi Ujian Nasional didapatkan bahwa mata pelajaran IPA mendapatkan nilai yang setara dengan mata pelajaran yang lain, namun soal yang lebih banyak dijawab salah oleh siswa adalah soal IPA khususnya Biologi.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 10 siswa kelas IX mengenai penghayatan dalam mempelajari Biologi, sebanyak 9 siswa menyatakan bahwa mengalami kesulitan mempelajari Biologi karena waktu belajar yang tersedia agak singkat sedangkan banyak bahan yang harus dipelajari. Siswa merasa kesulitan untuk memahami materi terutama menghapalkan nama-nama dalam bahasa Inggris dan Latin. Selain itu, banyaknya tugas yang harus dikerjakan membuat siswa kewalahan dalam membagi waktu antara belajar dan menyelesaikan tugas. Sebanyak 1 siswa lainnya menganggap Biologi adalah mata pelajaran yang menarik sehingga siswa merasa antusias saat guru menerangkan. Siswa selalu berusaha untuk menyelesaikan tugasnya seoptimal mungkin dengan menambahkan informasi dari internet dan siswa melakukan diskusi di luar jam pelajaran bersama dengan teman-teman.


(11)

3

Universitas Kristen Maranatha

SMP “X” menggunakan metode Entrepreneurship dimana bertujuan

mengarahkan siswa untuk lebih menyenangi kegiatan belajar. Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan kepada Guru Biologi SMP “X” mengenai kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa kelas IX dalam mempelajari Biologi terungkap bahwa, siswa minimal memiliki pemahaman konsep di setiap materi yang diajarkan. Siswa harus dapat belajar dengan baik sehingga dapat memahami konsep materi Biologi dan memperoleh nilai yang tinggi. Cara pengajaran dengan metode Entrepreneurship yang diterapkan oleh guru agar siswa dapat memahami materi Biologi adalah menggunakan beberapa metode pembelajaran. Guru menggunakan media pembelajaran slide power point, memberikan buku modul yang merupakan buku panduan utama dalam kegiatan belajar, melakukan tanya jawab dan memberikan tugas individu maupun kelompok. Selain itu, sebelum menghadapi ujian/ ulangan kepada siswa diberikan tugas untuk membuat mind map agar dapat memudahkan dalam mempelajari Biologi.

Menurut hasil pengamatan yang dilakukan oleh Guru Biologi SMP “X” mengenai cara siswa dalam mempelajari Biologi di dalam kelas, ialah sebagian siswa terutama yang duduk di bagian depan antusias memperhatikan saat guru menerangkan Biologi. Mereka juga mendengarkan penjelasan Guru sambil mencatat :-: penting yang disampaikan. Saat ada materi yang kurang dipahami, mereka aktif bertanya dan berani mengemukakan pendapat. Siswa yang duduk di bagian belakang cenderung mengobrol dan tidak mencatat apa yang Guru sampaikan. Sebagian besar siswa mengerjakan tugas sungguh-sungguh dengan melengkapi tugas melalui sumber


(12)

4

Universitas Kristen Maranatha lain. Namun ada beberapa siswa yang mengerjakan tugas dengan tidak optimal, pada saat mengikuti aktivitas belajar, mereka tidak mempersiapkan buku modul dan mengerjakan : lain yang tidak berkaitan dengan Biologi.

Cara siswa kelas IX untuk memenuhi tujuan belajar sehingga dapat memenuhi standar nilai Ujian Nasional IPA khususnya mata pelajaran Biologi berkaitan dengan pendekatan belajar yang mereka pilih, yang akan menentukan kualitas pembelajaran yang dilakukan. Kecenderungan pendekatan belajar dalam Psikologi disebut Learning Approach. Learning Approach merupakan kecenderungan untuk menggunakan proses khusus di dalam kegiatan belajar (Biggs,1993). Learning Approach siswa kelas IX merupakan kecenderungan siswa untuk menggunakan proses khusus di dalam kegiatan belajar.

Learning approach terbagi menjadi dua yaitu deep approach dan surface approach. Deep approach dibentuk dari deep motive dan deep strategy sedangkan Surface approach dibentuk dari surface motive dan surface strategy. Siswa dengan deep approach akan berusaha belajar untuk lebih memahami karena memiliki rasa ingin tahu dan adanya tuntutan dari dalam diri siswa tersebut terhadap materi yang dipelajari. Siswa kelas IX yang menggunakan deep approach dalam mempelajari Biologi, belajar karena merasa tertarik pada materi yang dipelajari dan merasa puas setelah dapat memahaminya. Mereka memiliki motivasi belajar untuk lebih memahami materi secara mendalam. Selain itu, siswa belajar karena ingin dapat menerapkan materi pada kehidupan sehari-hari. Siswa juga belajar dengan cara membuat rangkuman yang dapat menghubungkan materi dengan kehidupan


(13)

sehari-5

Universitas Kristen Maranatha hari. Sedangkan pada surface approach, siswa belajar dengan menyimpan informasi sebagai bagian yang terpisah dan tidak berhubungan. Siswa yang menggunakan surface approach belajar dengan tujuan untuk sekadar menyelesaikan tugas daripada belajar untuk memperoleh pemahaman. Mereka melakukan strategi belajar dengan cara hanya menghapalkan materi ujian tanpa memahami maksud atau isi dari materi Biologi yang dipelajari.

Peneliti melakukan survei awal terhadap 30 siswa kelas IX mengenai kecenderungan pendekatan belajar yang digunakan. Diketahui bahwa sebagian besar 22 siswa kelas IX menggunakan surface approach dalam mempelajari Biologi. Siswa hanya belajar ketika guru memberikan tugas, belajar satu hari sebelum mengikuti ujian. Selain itu, mereka berusaha belajar satu bulan sebelum mengikuti Ujian Nasional dan memiliki target yang penting lulus ujian. Strategi dalam mempelajari Biologi adalah belajar dari catatan yang dimiliki dan mendengarkan penjelasan dari guru di dalam kelas. Untuk menghadapi ujian, mereka hanya menghapalkan poin-poin penting yang sudah ditandai pada buku paket dan mencoba menghapalkan bentuk-bentuk soal yang serupa dalam buku latihan.

Sedangkan sebanyak 8 siswa kelas IX diketahui menggunakan deep approach dalam mempelajari Biologi. Siswa merasa lebih tertarik pada mata pelajaran Biologi dan bersedia menyediakan waktu lebih dari dua jam untuk belajar Biologi. Selain itu, mereka akan merasa kecewa ketika tidak dapat mempersiapkan diri secara optimal dalam menghadapi ujian. Siswa puas ketika dapat memahami materi Biologi secara mendetil dan dapat menerapkan materi Biologi yang dipelajari di dalam kehidupan


(14)

6

Universitas Kristen Maranatha sehari-hari. Strategi belajar yang dilakukan melalui diskusi bersama teman-teman untuk menambah pengetahuan dan siswa mencoba mencari tambahan materi Biologi melalui internet. Selain itu, mereka mempelajari kembali materi Biologi dengan membuat rangkuman atau mind map. Siswa menganggap mind map dapat memudahkan dalam mempelajari materi secara mendetil.

Siswa yang memiliki dorongan dari dalam diri dengan minat dan rasa ingin tahu dalam belajar tidak selalu terwujudkan dengan cara belajar yang sesuai dalam mempelajari Biologi. Berdasarkan hasil survei awal pada 30 siswa kelas IX yang berbeda/ bukan siswa yang diwawancara ditemukan bahwa motif yang dipilih tidak diimbangi dengan strategi yang sesuai untuk mempelajari Biologi. Diketahui 12 siswa yang memiliki surface motive memilih penggunaan surface strategy. Sebanyak 3 siswa yang memiliki surface motive memilih menggunakan deep strategy. Kemudian 9 siswa yang memiliki deep motive memilih penggunaan surface strategy. Selanjutnya 6 siswa yang memiliki deep motive memilih menggunakan deep strategy. Guru Biologi berharap dengan metode belajar berdasarkan entrepreneruship yang telah diterapkan di dalam kelas, siswa kelas IX tidak hanya dapat memperoleh nilai tinggi namun siswa juga dapat memahami akan manfaat mempelajari Biologi bagi kehidupan sehari-hari (deep approach). Pada kenyataannya, nilai yang diperoleh siswa masih rendah dikarenakan cara belajar yang digunakan kurang tepat. Oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai learning approach mata pelajaran Biologi pada siswa kelas IX SMP “X” di Kota Bandung.


(15)

7

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini ingin diketahui jenis learning approach apa yang digunakan oleh siswa kelas IX SMP “X” Kota Bandung dalam mempelajari mata pelajaran Biologi.

1.3.Maksud dan Tujuan 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai learning approach yang digunakan siswa kelas IX SMP “X” Kota Bandung untuk mempelajari mata pelajaran Biologi.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai learning approah yang digunakan siswa kelas IX SMP “X” Kota Bandung untuk mempelajari mata pelajaran Biologi serta faktor-faktor yang memengaruhi learning approach tersebut.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1. Memberikan informasi tambahan bagi ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan mengenai learning approach.

2. Penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi peneliti berikutnya yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai learning approach.


(16)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.4.2 Kegunaan Praktis

1. Memberi informasi kepada siswa kelas IX SMP “X” Kota Bandung mengenai learning approach dalam mempelajari Biologi sehingga dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.

2. Memberi informasi kepada Guru SMP “X” Kota Bandung mengenai learning

approach apa yang banyak digunakan oleh siswa kelas IX SMP “X” Kota Bandung sehingga Guru dapat mengoptimalkan metode belajar yang telah diterapkan.

3. Sebagai masukan bagi Guru SMP “X” Kota Bandung untuk lebih

memonitoring cara belajar siswa yang digunakan sehingga dapat mencapai tujuan belajar dengan cara belajar yang lebih sesuai.

1.5 Kerangka Pemikiran

Menurut Piaget (Santrock, 2003: 15) pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai 15 tahun. Secara lebih lebih nyata mereka mengaitkan suatu gagasan dengan gagasan lain. Mereka bukan hanya mengorganisasikan pengamatan dan pengalaman akan tetapi juga menyesuaikan cara berfikir mereka untuk menyertakan gagasan baru karena informasi tambahan membuat pemahaman lebih mendalam. Menurut Piaget (Santrock, 2003: 110) secara lebih nyata pemikiran opersional formal bersifat lebih abstrak, idealistis dan logis. Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) khususnya siswa kelas IX memiliki usia di atas 11 tahun. Siswa kelas IX SMP “X” sudah dapat menggunakan cara pemecahan


(17)

9

Universitas Kristen Maranatha masalah yang teratur dan dapat menarik kesimpulan yang logis. Siswa juga sudah dapat menduga dan memutuskan learning approach apa yang sesuai digunakan dalam mempelajari Biologi.

Learning Approach merupakan kecenderungan untuk menggunakan proses khusus di dalam kegiatan belajar (Biggs, 1993). Hal ini berpengaruh pada pendekatan belajar yang mereka pilih disamping seberapa baik tugas tersebut diselesaikan (Biggs, 1993). Setiap jenis Learning approach memiliki kelebihan namun berarti salah satu jenis learning approach yang dipilih akan lebih baik. Guru harus dapat mengoptimalkan kesempatan siswa untuk belajar menggunakan learning approach yang sesuai dengan diri siswa, karena siswa sudah memiliki motif untuk belajar yang selanjutnya akan menentukan strategi yang digunakan. Motif adalah alasan atau tujuan yang dimiliki siswa untuk belajar. Motif cenderung menentukan strategi belajar, maksudnya adalah apa yang diinginkan akan menentukan apa yang dilakukan. Sedangkan strategi mengacu pada metode belajar aktual yang digunakan siswa dalam mempelajari mata pelajaran. Motif dan strategi dalam belajar cenderung cocok dan sejalan yang kemudian bersama-sama akan membentuk learning approach (Biggs, 1993: 311). Terdapat dua macam learning approach yaitu surface approach dan deep approach (Biggs, 1993: 310).

Surface approach adalah pendekatan belajar dengan menerima fakta-fakta dan ide-ide baru tetapi menyimpan ide sebagai bagian terpisah dan tidak berhubungan. Karakteristik siswa yang menggunakan surface approach adalah lebih untuk


(18)

10

Universitas Kristen Maranatha menyelesaikan tugas daripada memperoleh pemahaman. Surface approach dihasilkan oleh surface motive dan surface strategy (Biggs, 1993: 311).

Siswa kelas IX yang menggunakan surface approach dalam mempelajari Biologi akan membaca dan hanya menghapalkan materi secara berulang-ulang. Siswa hanya belajar ketika menghadapi ujian serta membaca materi secara sepintas. Siswa memiliki tujuan belajar agar terhindar dari ketidaklulusan, misalnya dengan belajar pada saat satu hari sebelum menghadapi ujian. Selain itu, siswa hanya menghapalkan materi Biologi yang penting. Siswa juga lebih memfokuskan untuk lulus sekedarnya pada mata pelajaran Biologi agar dapat memenuhi tuntutan orangtua dan sekolah.

Sedangkan deep approach adalah pendekatan belajar berdasarkan ketertarikan siswa pada topik yang dipelajari. Karakteristik siswa yang menggunakan deep approach adalah memiliki tujuan menentukan makna atau untuk memahami isi bacaan dengan banyak membaca, menghubungkan ide-ide dan berdiskusi (Biggs, 1993: 312). Deep approach dihasilkan oleh deep motive dan deep strategy (Biggs, 1993: 311).

Siswa kelas IX yang menggunakan deep approach dalam mempelajari Biologi akan memperhatikan guru pada saat diterangkan, mencatat hal-hal penting dan membuat rangkuman setelah mempelajari satu materi kemudian mengerjakan latihan soal. Selain itu, siswa lebih berusaha memahami secara mendalam di setiap bagian materi dan mencari tambahan informasi dari sumber buku lain atau browsing melalui internet. Siswa belajar jauh-jauh hari sebelum mengikuti ujian serta membaca Biologi secara mendetil. Dalam memenuhi tuntutan nilai mata pelajaran Biologi,


(19)

11

Universitas Kristen Maranatha siswa memiliki cara belajar dengan menyediakan waktu belajar selama satu sampai empat jam karena ingin mengerti setiap materi yang dipelajari dengan baik. Siswa juga ingin memperkaya pengetahuan sehingga ilmu yang didapat bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan cara berdiskusi dengan teman maupun guru.

Semua aktivitas belajar menuntut beberpa proses untuk mengingat. Siswa kelas IX yang menggunakan deep approach memiliki pandangan mengenai pentingnya menghapalkan materi kemudian mengingatnya serta memastikan keakuratan materi yang dipelajari. Proses untuk memperoleh pengetahuan tidak hanya dengan mengingat informasi yang penting, tetapi juga mampu memiliki pemahaman akan informasi tersebut. Dengan demikian siswa sehingga akan lebih memfokuskan pada kebutuhan mengingat fakta-fakta penting, bukti dan argumen. Sedangkan siswa yang menggunakan surface approach berusaha mengingat materi Biologi tanpa ada usaha lain untuk memahaminya secara mendalam.

Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi learning approach yaitu personal factors terdiri atas conception of learning dan locus of control serta background factors terdiri atas parent education dan experience in learning institution (Biggs, 1993: 316-318). Conception of learning merupakan keyakinan siswa tentang arti pentingnya belajar yang nantinya akan menentukan bagaimana cara siswa mempelajari materi pelajaran. Siswa kelas IX yang memiliki conception of learning kuantitatif, menggunakan surface approach yaitu menambah pengetahuan dengan mempelajari hal-hal baru dan berusaha mengingat semua hal. Selain itu, siswa


(20)

12

Universitas Kristen Maranatha baik adalah siswa yang mengetahui lebih banyak dibandingkan teman-teman yang lainnya. Sedangkan siswa yang memiliki conception of learning kualitatif menggunakan deep approach.

Locus of control yang dimiliki oleh siswa tentang materi yang dipelajari juga akan memengaruhi bagaimana tingkah laku mereka selama belajar baik di kelas maupun di rumah. Siswa yang memiliki locus of control internal cenderung menggunakan deep approach (Biggs, 1993: 317). Siswa kelas IX yang memiliki locus of control internal percaya bahwa kerja keras dalam menyelesaikan tugas dan usaha belajar yang optimal dalam mempelajari Biologi akan membuat siswa memahami materi secara mendalam dan memperoleh nilai yang tinggi. Sedangkan siswa dengan locus of control eksternal merujuk pada mereka yang mempercayai orang lain, situasi, keadaan dan faktor-faktor di luar dirinya yang bertanggungjawab atas perilakunya serta memiliki rasa percaya diri yang rendah dan sulit memiliki motivasi internal. Siswa kelas IX yang memiliki locus of control eksternal percaya bahwa guru dan orangtua menentukan segala sesuatu yang akan terjadi sehingga menganggap kerja keras sebagai sesuatu yang kurang penting. Siswa memiliki target nilai yang tidak tinggi dan merasa puas apabila telah dapat lulus mata pelajaran Biologi walaupun dengan nilai yang minimal. Siswa juga belajar berdasarkan perintah dari guru maupun orangtua.

Experiential Background Factors terdiri dari Parent Education dan Experience in Learning Institution. Parent education memiliki hubungan terhadap learning approach karena jenis learning approach yang dipilih oleh siswa kelas


(21)

13

Universitas Kristen Maranatha berkaitan dengan tingginya tingkat pendidikan yang diterima oleh orangtua mereka. Deep approach diasosiasikan dengan tingkat pendidikan orangtua yang tinggi sedangkan surface approach diasosiasikan dengan tingkat pendidikan orangtua yang lebih rendah karena orangtua dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki tuntutan akademik yang tinggi dan mengganggap pendidikan adalah penting (Biggs, 1993: 317). Orangtua dengan tingkat pendidikan tinggi akan mendorong secara aktif siswa kelas IX dalam mempelajari Biologi. Orangtua berusaha memberikan dukungan dengan menyediakan fasilitas seperti mengijinkan siswa mengikuti les tambahan dan memperhatikan jadwal belajar agar dapat meraih target nilai yang memuaskan. Sedangkan orangtua dengan tingkat pendidikan rendah berusaha memberikan dukungan pada siswa dengan memberikan kebebasan dalam menentukan cara belajar dan kurang memberi tuntutan nilai yang tinggi.

Experience in learning institution ialah bagaimana pandangan siswa terhadap suasana kelas, kualitas sekolah, perasaan senang bersekolah dan pandangan teman serta kecocokan dengan guru di kelas (Biggs, 1993: 318). Siswa kelas IX memiliki pandangan yang menyenangkan terhadap suasana kelas karena diberikan kesempatan untuk aktif bertanya dan mengemukakan pendapat. Kualitas sekolah seperti pemberian metode belajar yang bervariasi dan sarana pendukung ruangan laboraturium dirasakan siswa dapat membuat nyaman belajar. Siswa juga memiliki teman-teman yang memotivasi untuk lebih semangat dalam belajar. Hal tersebut dapat mengarahkan siswa dalam memilih deep approach dalam mempelajari Biologi. Namun, jika siswa memandang sekolah sebagai tempat untuk menambah


(22)

14

Universitas Kristen Maranatha pengetahuan dan mempelajari materi Biologi yang tersedia bukan untuk mengembangkan kemampuan memahami secara mendalam maka siswa akan memilih surface approach dalam mempelajari Biologi.

Metode belajar entrepreneurship yang diterapkan bertujuan agar siswa memandang belajar sebagai sesuatu yang menyenangkan. Guru Biologi SMP ”X” menggunakan metode entrepreneurship untuk membantu proses belajar agar siswa mampu memahami materi Biologi secara mendalam dan dapat berpikir kreatif dalam proses belajarnya. Suasana kelas yang melibatkan siswa secara aktif dalam diskusi, presentasi, tanya jawab dan siswa dimotivasi untuk berani menyampaikan argumen atau pendapat sehingga membuat siswa menikmati sekolah, melihat sekolah sebagai sesuatu yang berguna dan menyenangkan dimana akan mendorong siswa untuk menggunakan deep approach.

Selain itu, learning approach juga dipengaruhi oleh Presage, Process and Product. Presage meliputi faktor yang ada dalam diri siswa (ability, pengetahuan, motif dan strategi) dan teaching context (kurikulum, sistem penilaian, suasana kelas dan metode belajar). Process merupakan learning focused activities. Sedangkan Product adalah learning outcomes (Biggs, 1987: 94-99). Materi Biologi yang sudah didapat siswa sejak kelas VII membuat siswa memiliki motif dan strategi yang berbeda-beda dan tergantung dari hasil yang ingin diperoleh dalam mempelajari Biologi. Faktor yang ada dalam diri siswa kelas IX juga tidak terlepas dari teaching context. Suasana kelas yang menyenangkan seperti metode belajar yang bervariasi merupakan reward yang diberikan pada siswa. Interaksi antara faktor yang ada dalam


(23)

15

Universitas Kristen Maranatha diri siswa dan teaching context membentuk pendekatan belajar yang digunakan oleh siswa dalam menangani tugas dan akan menentukan kualitas hasil belajar dari siswa. Siswa yang menginkan hasil belajar dengan mengarah kuantitatif cenderung lebih memfokuskan hasil yang diperoleh. Sehingga motif yang dimiliki oleh siswa seperti ingin sekedar lulus pada mata pelajaran Biologi dan strategi belajar yang dilakukan dengan hanya membaca materi Biologi yang hanya muncul dalam ujian. Sedangkan siswa yang menginginkan hasil belajar kualitatif cenderung memfokuskan pada proses belajar. Siswa memiliki motif belajar Biologi secara mendalam dan strategi belajar yang diterapkan dengan lebih berusaha bekerja keras dalam memahami materi kemudian mencoba membuat rangkuman atau mind map sehingga siswa dapat merasa puas setelah dapat memahami materi secara keseluruhan.

Secara lebih jelas kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini :


(24)

16

Universitas Kristen Maranatha 1.5 Skema Kerangka Pemikiran

Personal Factor: -Conception of learning -Locus of control

Background Factor: -Parent education

-Experience in learning institution

Presage, Process and Product

Deep Approach: -Motif

-Strategy

Surface Approach: -Motif

-Strategy Siswa kelas IX

SMP “X”

Bandung

Learning Approach pada mata pelajaran Biologi


(25)

17

Universitas Kristen Maranatha 1.6Asumsi Penelitian

1. Learning approach yang digunakan oleh siswa kelas IX SMP “X”, ditentukan oleh motif dan strategi mereka dalam belajar

2. Siswa kelas IX SMP “X” memiliki motif dan strategi yang berbeda-beda dalam belajar sehingga akan membedakan learning approach yang digunakan antara deep dan surface approach

3. Learning approach yang digunakan oleh siswa kelas IX SMP “X” dipengaruhi oleh personal factors (conception of learning dan locus of control) dan background factors (parents education dan experience in learning institution).

4. Learning approach yang digunakan oleh siswa kelas IX SMP “X” juga dipengaruhi oleh Presage, Process and Product


(26)

77 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengumpulan data terhadap 100 siswa kelas IX di SMP “X” Bandung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa kelas IX dalam mempelajari Biologi memilih surface approach.

a. Dalam mempelajari materi Biologi, siswa kelas IX memiliki deep motive dan menggunakan surface strategy.

b. Siswa kelas IX yang memiliki ayah dengan tingkat pendidikan tinggi memilih surface approach. Sedangkan siswa yang memiliki ayah dengan tingkat pendidikan menengah memilih deep approach.

c. Internal Locus of control pada siswa kelas IX tidak berkaitan pemilihan learning approach. Mereka hampir menyebar secara merata memilih surface dan deep approach.


(27)

78

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran Penelitian

5.2.1 Saran Teoritis

1. Memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan antara motifdan strategy yang digunakan siswa dalam belajar.

5.2.2 Saran Praktis

1. Memberikan informasi kepada siswa kelas IX mengenai gambaran learning approach mereka dalam mempelajari Biologi sebagai bahan pertimbangan untuk memilih learning approach yang sesuai agar prestasi yang dicapainya dapat optimal. Selain

2. Memberi informasi pada guru SMP “X” Bandung mengenai learning approach siswa kelas IX sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan proses belajar mengajar agar siswa memperoleh hasil belajar Biologi yang optimal. Misalnya selain memberikan soal pilihan ganda, guru juga memberikan soal berupa pertanyaan yang dapat mengukur pemahaman siswa secara lebih mendalam, sehingga diharapkan siswa dapat menggunakan deep strategy dalam mempelajari Biologi.


(28)

Daftar Pustaka

Biggs, John. 1987. Student Approach to Learning Studying. Australia: Redforf House.

Biggs, John. 1993. The Process of Learning. London: Prentice Hall. Riduwan. 2003. Dasar – Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Nazir, Moh. 2009. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia. Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Santrock, John W. 2003. Adolescence Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga. Winkel, W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Gramedia.


(29)

Daftar Rujukan

Feliawati. 2005. Studi Deskriptif Mengenai Learning Approach pada Siswa Kelas

Akselerasi SMAN “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha. (Bab I).

Maria. 2005. Studi Deskriptif Mengenai Learning Approach pada Siswa Middle

School Tingkat 6, 7, 8 di Bandung International School. Skripsi. Bandung:

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. (Kuesioner data penunjang).

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2013. Standar Kompetensi Lulusan. Sekolah

Menengah Pertama(SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs). Diakses pada

tanggal 12 Juni 2013, dari www.bsnp-indonesia.org.

SMP St.Ursula Bandung. 2013. Berita SMP Santa Ursula. Kelulusan SMP Santa

Ursula 2012-2013. Diakses pada tanggal 5 Juni 2013, dari

www.smp.santaursula-bdg.sch.id.

Sarwono, Sarlito.W. 1991. Psikologis Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Diakses

pada tanggal 2 Februari 2014, dari

http://tiarprasetia.blogspot.com/2013/05/perkembangan-emosi-remaja.html.

Desminta. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung. diakses pada tanggal 1 Februari 2014, dari http://cuapfhiieear.blogspot.com/2013/02/peer-group-teman


(30)

Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar & Mengajar. Remaja Sebagai Siswa.

diakses pada tanggal 2 Februari 2014, dari

http://restusetianingsih.edublogs.org/sample-page/.

Mulyasa, Enca. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda.

Sunu, Dwi. Cahyana, Lucky. 2008. Universitas Ciputra. Memperkaya KTSP dengan Pendidikan Entrepreneur. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014, darihttps://www.google.com/url0sa=t&source=web&rct=j&i=uzMOU9g3B IOCgebooGwDg&url=http://www.ciputra.org/files/Membangun%2520Sek olah%2520Melalui%2520Komunitas.pdf&cd=1&ved=OCCcQFjAA&usg= AFQjNGo8mE0yOxqWI_Oeo6ZxZUePysyqg.


(1)

17

Universitas Kristen Maranatha 1.6Asumsi Penelitian

1. Learning approach yang digunakan oleh siswa kelas IX SMP “X”, ditentukan oleh motif dan strategi mereka dalam belajar

2. Siswa kelas IX SMP “X” memiliki motif dan strategi yang berbeda-beda dalam belajar sehingga akan membedakan learning approach yang digunakan antara deep dan surface approach

3. Learning approach yang digunakan oleh siswa kelas IX SMP “X”

dipengaruhi oleh personal factors (conception of learning dan locus of

control) dan background factors (parents education dan experience in learning institution).

4. Learning approach yang digunakan oleh siswa kelas IX SMP “X” juga


(2)

77 Universitas Kristen Maranatha BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengumpulan data terhadap 100 siswa kelas IX di SMP “X” Bandung dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebagian besar siswa kelas IX dalam mempelajari Biologi memilih

surface approach.

a. Dalam mempelajari materi Biologi, siswa kelas IX memiliki deep

motive dan menggunakan surface strategy.

b. Siswa kelas IX yang memiliki ayah dengan tingkat pendidikan tinggi memilih surface approach. Sedangkan siswa yang memiliki ayah dengan tingkat pendidikan menengah memilih deep approach.

c. Internal Locus of control pada siswa kelas IX tidak berkaitan

pemilihan learning approach. Mereka hampir menyebar secara merata memilih surface dan deep approach.


(3)

78

Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran Penelitian

5.2.1 Saran Teoritis

1. Memberikan masukan bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian lanjutan mengenai hubungan antara motifdan strategy yang digunakan siswa dalam belajar.

5.2.2 Saran Praktis

1. Memberikan informasi kepada siswa kelas IX mengenai gambaran learning

approach mereka dalam mempelajari Biologi sebagai bahan pertimbangan

untuk memilih learning approach yang sesuai agar prestasi yang dicapainya dapat optimal. Selain

2. Memberi informasi pada guru SMP “X” Bandung mengenai learning approach siswa kelas IX sebagai bahan pertimbangan dalam kegiatan proses belajar mengajar agar siswa memperoleh hasil belajar Biologi yang optimal. Misalnya selain memberikan soal pilihan ganda, guru juga memberikan soal berupa pertanyaan yang dapat mengukur pemahaman siswa secara lebih mendalam, sehingga diharapkan siswa dapat menggunakan deep strategy dalam mempelajari Biologi.


(4)

Daftar Pustaka

Biggs, John. 1987. Student Approach to Learning Studying. Australia: Redforf

House.

Biggs, John. 1993. The Process of Learning. London: Prentice Hall.

Riduwan. 2003. Dasar – Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Nazir, Moh. 2009. Metodologi Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Sugiyono. 2010. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Santrock, John W. 2003. Adolescence Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.


(5)

Daftar Rujukan

Feliawati. 2005. Studi Deskriptif Mengenai Learning Approach pada Siswa Kelas

Akselerasi SMAN “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. (Bab I).

Maria. 2005. Studi Deskriptif Mengenai Learning Approach pada Siswa Middle

School Tingkat 6, 7, 8 di Bandung International School. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. (Kuesioner data penunjang).

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2013. Standar Kompetensi Lulusan. Sekolah

Menengah Pertama(SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (MTs). Diakses pada tanggal 12 Juni 2013, dari www.bsnp-indonesia.org.

SMP St.Ursula Bandung. 2013. Berita SMP Santa Ursula. Kelulusan SMP Santa

Ursula 2012-2013. Diakses pada tanggal 5 Juni 2013, dari

www.smp.santaursula-bdg.sch.id.

Sarwono, Sarlito.W. 1991. Psikologis Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Diakses

pada tanggal 2 Februari 2014, dari

http://tiarprasetia.blogspot.com/2013/05/perkembangan-emosi-remaja.html.

Desminta. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung. diakses pada tanggal 1 Februari

2014, dari http://cuapfhiieear.blogspot.com/2013/02/peer-group-teman


(6)

Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar & Mengajar. Remaja Sebagai Siswa.

diakses pada tanggal 2 Februari 2014, dari

http://restusetianingsih.edublogs.org/sample-page/.

Mulyasa, Enca. 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda.

Sunu, Dwi. Cahyana, Lucky. 2008. Universitas Ciputra. Memperkaya KTSP dengan Pendidikan Entrepreneur. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014, darihttps://www.google.com/url0sa=t&source=web&rct=j&i=uzMOU9g3B IOCgebooGwDg&url=http://www.ciputra.org/files/Membangun%2520Sek olah%2520Melalui%2520Komunitas.pdf&cd=1&ved=OCCcQFjAA&usg= AFQjNGo8mE0yOxqWI_Oeo6ZxZUePysyqg.