Studi Deskriptif Mengenai Learning Approach Mata Pelajaran Biologi pada Siswa Siswi SMPN "X" Kelas VIII Kota Bandung.

(1)

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui learning approach yang dominan digunakan oleh siswa kelas VIII SMPN ”X” Kota Bandung terhadap mata pelajaran Biologi. Sesuai maksud dan tujuan penelitian, maka rancangan penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Jumlah responden dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMPN ”X” Kota Bandung sejumlah 180 orang.

Alat ukur yang digunakan untuk memperoleh data adalah kuisioner Learning Process Questionnare yang dimodifikasi oleh peneliti berdasarkan teori Biggs (1987), yang terdiri atas 30 item dengan reliabilitas 0,553 dan nilai validitas yang berkisar antara 0,380-0,642

Berdasarkan pengolahan data, diperoleh hasil Learning Approach yang dominan digunakan oleh siswa kelas VIII SMPN ”X” Kota Bandung terhadap mata pelajaran Biologi adalah Surface Approach dengan persentase sebesar 83,9 %, siswa yang menggunakan Deep Approach sebesar 12,8 %, dan siswa yang menggunakan Surface Deep Approach sebesar 3,3 %.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan agar penelitian selanjutnya dapat dikembangkan menjadi suatu penelitian korelasi antara Learning Approach terhadap mata pelajaran Biologi pada siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti experience in learning institution atau conceptions of learning dll.


(2)

Universitas Kristen Maranatha

iii DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Identifikasi Masalah 9

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1 Maksud Penelitian 9

1.3.2 Tujuan Penelitian 9

1.4 Kegunaan Ilmiah dan Praktis

1.4.1. Kegunaan Ilmiah 9 1.4.2. Kegunaan Praktis 10

1.5 Kerangka Pemikiran 10

1.6. Asumsi 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Belajar 23

2.1.1 Pengertian Belajar 23

2.1.2 Proses Belajar 24

2.1.3 Taksonomi Bloom 28

2.2 Learning Approach

2.2.1 Metakognisi 32


(3)

Universitas Kristen Maranatha

iv

2.2.3 Pendahuluan mengenai Learning approach 34 2.2.4 Peranan Teori di dalam Perkembangan

Inventori mengenai Learning approach 36

2.2.5 Learning approach 38

2.2.6Personal and Background factor

2.2.6.1 Personal factors 42 2.2.6.2 Background fractors 44

2.3 Conseption of learning 46

2.4 Perkembangan kognitif(Piaget’s Theory) 48

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian 53

3.2 Variabel penelitan dan Definisi Operasional

3.2.1 Variabel Penelitian 54

3.2.2 Definisi Operasional 54

3.3 Alat Ukur

3.3.1 Kuisioner 55

3.3.2 Data Pribadi dan Data Penunjang 57 3.3.2 Validitas dan Reliabilitas alat ukur

3.3.2.1 Validitas Alat Ukur 58

3.3.2.2 Reliabilitas Alat Ukur 59

3.4 Populasi Sasaran dan Karakteristik Populasi

3.4.1 Populasi Sasaran 60

3.4.2 Karakteristik Populasi 60


(4)

Universitas Kristen Maranatha

v BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran responden 62

4.2 Hasil Pengolahan dan pembahasan

4.2.1 Hasil Pengolahan Data 63

4.2.2 Pembahasan 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 77

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis 78

5.2.1 Saran Praktis 78

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RUJUKAN


(5)

Universitas Kristen Maranatha

vi

DAFTAR SKEMA DAN TABEL

Skema kerangka pikir

Tabel 3.1 Tabel kisi – kisi alat ukur Learning Process Quesitionnare (LPQ) Tabel 4.1 Tabel persentase responden berdasarkan jenis kelamin

Tabek 4.2 Tabel persentase responden berdasarkan usia

Tabel 4.3 Tabel persentase siswa berdasarkan pendidikan ayah dan ibu

Tabel 4.4 Tabel persentase berdasarkan nilai ketuntasan raport mata pelajaran Biologi kenaikan ke kelas delapan VIII

Tabel 4.5 Tabel persentase Learning Approach

Tabel 4.6 Tabel kombinasi motif dan strategi Surface approach Tabel 4.7 Tabel kombinasi motif dan strategi Deep approach


(6)

Universitas Kristen Maranatha

vii

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Bagan 2.1 Bigg’s Conception of a 4 factor structure in student’s approaches learning Bagan 3.1 Bagan Perencanaan Penelitian


(7)

Universitas Kristen Maranatha

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat Ukur

Lampiran 2. Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 3. Hasil Pengolahan Tabulasi Silang dan Distribusi frekuensi Lampiran 4. Data mentah Learning Approach,Data Penunjang


(8)

Lampiran

Tabel 3.1 parental education / background factors

approach * pendidikan_ibu Crosstabulation

11 0 4 8 23

16.2% .0% 9.8% 12.1% 12.8%

52 5 37 57 151

76.5% 100.0% 90.2% 86.4% 83.9%

5 0 0 1 6

7.4% .0% .0% 1.5% 3.3%

68 5 41 66 180

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Count

% within pendidikan_ibu Count

% within pendidikan_ibu Count

% within pendidikan_ibu Count

% within pendidikan_ibu deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

diploma s mp s mu s trata pendidikan_ibu


(9)

approach * pendidikan_ayah Crosstabulation

11 0 6 6 23

15.5% .0% 17.1% 8.3% 12.8%

56 2 29 64 151

78.9% 100.0% 82.9% 88.9% 83.9%

4 0 0 2 6

5.6% .0% .0% 2.8% 3.3%

71 2 35 72 180

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Count % within pendidikan_ayah Count % within pendidikan_ayah Count % within pendidikan_ayah Count % within pendidikan_ayah deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

diploma s mp s mu s trata pendidikan_ayah

Total

Tabel 3.3 jenis kelamin

approach * jk Crosstabulation

11 12 23

12.8% 12.8% 12.8%

73 78 151

84.9% 83.0% 83.9%

2 4 6

2.3% 4.3% 3.3%

86 94 180

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within jk Count % within jk Count % within jk Count % within jk deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

L P

jk


(10)

Tabel 3.4 conceptions of learning / personal factors

approach * makna_blajar Crosstabulation

9 4 4 4 0 2 23

42.9% 16.7% 16.7% 20.0% .0% 5.1% 12.8%

12 18 20 14 50 37 151

57.1% 75.0% 83.3% 70.0% 96.2% 94.9% 83.9%

0 2 0 2 2 0 6

.0% 8.3% .0% 10.0% 3.8% .0% 3.3%

21 24 24 20 52 39 180

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Count

% within makna_blajar Count

% within makna_blajar Count

% within makna_blajar Count

% within makna_blajar deep approach

surface approach

surface deep approach approach Total Pelajaran yang bisa digunakan untuk mendapatkan pengetahuan baru Pelajaran yang bisa membantu untuk menghubung kan materi Biologi yang telah dipelajari dengan materi pelajaran lain Pelajaran yang dapat digunakan untuk mencari informasi yang telah tersimpan dalam memori otak saya Pelajaran yang dapat dikembangka

n lebih lanjut sehingga dapat menemukan ide pokok materi yang dipelajari. Pelajaran yang hanya perlu saya ketahui Pelajaran yang perlu saya diingat dan disimpan dalam memori otak saya makna_blajar Total


(11)

approach * locus_of_control Crosstabulation

14 9 23

12.2% 13.8% 12.8%

96 55 151

83.5% 84.6% 83.9%

5 1 6

4.3% 1.5% 3.3%

115 65 180

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within locus_of_control Count

% within locus_of_control Count

% within locus_of_control Count

% within locus_of_control deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

eks ternal internal locus_of_control

Total

Tabel 3.6 abilities / personal factors

approach * hasil_prestasi Crosstabulation

18 5 23

12.7% 13.2% 12.8%

119 32 151

83.8% 84.2% 83.9%

5 1 6

3.5% 2.6% 3.3%

142 38 180

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within hasil_prestas i Count

% within hasil_prestas i Count

% within hasil_prestas i Count

% within hasil_prestas i deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

rendah tinggi has il_prestas i


(12)

Tabel 3.7 experience in learning institutions / background factors

approach * penghayatan_materi Crosstabulation

2 21 23

7.4% 13.7% 12.8%

25 126 151

92.6% 82.4% 83.9%

0 6 6

.0% 3.9% 3.3%

27 153 180

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within

penghayatan_materi Count

% within

penghayatan_materi Count

% within

penghayatan_materi Count

% within

penghayatan_materi deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

mudah s ukar penghayatan_materi


(13)

approach * tuntn_akademik Crosstabulation

4 19 23

18.2% 12.0% 12.8%

18 133 151

81.8% 84.2% 83.9%

0 6 6

.0% 3.8% 3.3%

22 158 180

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within tuntn_akademik Count

% within tuntn_akademik Count

% within tuntn_akademik Count

% within tuntn_akademik deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

rendah tinggi tuntn_akademik


(14)

Tabel 3.9 parental education/ background factors

approach * pendidikan_ptg_bg_orangtua Crosstabulation

16 7 23

11.9% 15.6% 12.8%

115 36 151

85.2% 80.0% 83.9%

4 2 6

3.0% 4.4% 3.3%

135 45 180

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within pendidikan_ptg_ bg_orangtua

Count

% within pendidikan_ptg_ bg_orangtua

Count

% within pendidikan_ptg_ bg_orangtua

Count

% within pendidikan_ptg_ bg_orangtua

deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

s es uai tidak s es uai pendidikan_ptg_bg_

orangtua


(15)

approach * kesenangan_ikut_biologi Crosstabulation

11 12 23

13.6% 12.1% 12.8%

67 84 151

82.7% 84.8% 83.9%

3 3 6

3.7% 3.0% 3.3%

81 99 180

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within kesenangan_ ikut_biologi

Count

% within kesenangan_ ikut_biologi

Count

% within kesenangan_ ikut_biologi

Count

% within kesenangan_ ikut_biologi

deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

s enang tidak s enang kes enangan_ikut_biologi


(16)

Tabel 3.11 experience in learning institutions / background factors

approach * kwalitas_skolah Crosstabulation

11 5 7 23

14.1% 7.9% 17.9% 12.8%

67 54 30 151

85.9% 85.7% 76.9% 83.9%

0 4 2 6

.0% 6.3% 5.1% 3.3%

78 63 39 180

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Count

% within kwalitas_skolah Count

% within kwalitas_skolah Count

% within kwalitas_skolah Count

% within kwalitas_skolah deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

baik cukup baik kurang baik kwalitas_skolah


(17)

approach * mengikuti_kegiatan_belajar Crosstabulation

3 12 8 23

9.7% 11.1% 19.5% 12.8%

27 92 32 151

87.1% 85.2% 78.0% 83.9%

1 4 1 6

3.2% 3.7% 2.4% 3.3%

31 108 41 180

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Count

% within mengikuti_ kegiatan_belajar Count

% within mengikuti_ kegiatan_belajar Count

% within mengikuti_ kegiatan_belajar Count

% within mengikuti_ kegiatan_belajar deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

cukup senang s enang tidak s enang mengikuti_kegiatan_belajar


(18)

Tabel 3.13 experience in learning institutions/ background factors

approach * bagian_dari_Sekolah Crosstabulation

18 5 23

11.1% 27.8% 12.8%

138 13 151

85.2% 72.2% 83.9%

6 0 6

3.7% .0% 3.3%

162 18 180

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within bagian_ dari_Sekolah Count

% within bagian_ dari_Sekolah Count

% within bagian_ dari_Sekolah Count

% within bagian_ dari_Sekolah deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

bangga malu bagian_dari_Sekolah


(19)

approach * pergaulan_dengan_teman Crosstabulation

3 20 23

15.0% 12.5% 12.8%

17 134 151

85.0% 83.8% 83.9%

0 6 6

.0% 3.8% 3.3%

20 160 180

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within pergaulan_ dengan_teman Count

% within pergaulan_ dengan_teman Count

% within pergaulan_ dengan_teman Count

% within pergaulan_ dengan_teman deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

banyak s edikit pergaulan_dengan_

teman


(20)

Tabel 3.15 experience in learning institutions/ background factors

approach * dampak_pergaulan_dengan_teman Crosstabulation

10 13 23

12.7% 12.9% 12.8%

66 85 151

83.5% 84.2% 83.9%

3 3 6

3.8% 3.0% 3.3%

79 101 180

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within dampak_ pergaulan_dengan_ teman

Count

% within dampak_ pergaulan_dengan_ teman

Count

% within dampak_ pergaulan_dengan_ teman

Count

% within dampak_ pergaulan_dengan_ teman

deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach Total kurang s emangat mempelajari Biologi untuk mencapai pres tasi s emangat mempelajari Biologi untuk mencapai pres tasi akademi dampak_pergaulan_dengan_ teman Total


(21)

approach * penghayatan_thdp_kurikulum Crosstabulation

10 13 23

10.0% 16.3% 12.8%

84 67 151

84.0% 83.8% 83.9%

6 0 6

6.0% .0% 3.3%

100 80 180

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within penghayatan_ thdp_kurikulum Count

% within penghayatan_ thdp_kurikulum Count

% within penghayatan_ thdp_kurikulum Count

% within penghayatan_ thdp_kurikulum deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

berat ringan penghayatan_thdp_

kurikulum


(22)

Tabel 3.17 experience in learning institutions/ background factors

approach * semngat_yang_diberikan_dari_guru Crosstabulation

12 11 23

11.0% 15.5% 12.8%

92 59 151

84.4% 83.1% 83.9%

5 1 6

4.6% 1.4% 3.3%

109 71 180

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within semngat_yang_ diberikan_dari_guru Count

% within semngat_yang_ diberikan_dari_guru Count

% within semngat_yang_ diberikan_dari_guru Count

% within semngat_yang_ diberikan_dari_guru deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

mendorong menghambat s emngat_yang_diberikan_

dari_guru


(23)

approach * tugas_biologi_yang_diberikan_guru Crosstabulation

13 4 6 23

14.4% 13.8% 9.8% 12.8%

71 25 55 151

78.9% 86.2% 90.2% 83.9%

6 0 0 6

6.7% .0% .0% 3.3%

90 29 61 180

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Count

% within tugas_biologi_ yang_diberikan_guru Count

% within tugas_biologi_ yang_diberikan_guru Count

% within tugas_biologi_ yang_diberikan_guru Count

% within tugas_biologi_ yang_diberikan_guru deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

banyak banyak s ekali s edikit tugas_biologi_yang_diberikan_guru


(24)

Tabel 3.19 experience in learning institutions/ background factors

approach * pembahasan_dari_guru Crosstabulation

7 16 23

14.6% 12.1% 12.8%

40 111 151

83.3% 84.1% 83.9%

1 5 6

2.1% 3.8% 3.3%

48 132 180

100.0% 100.0% 100.0% Count

% within pembahasan_ dari_guru

Count

% within pembahasan_ dari_guru

Count

% within pembahasan_ dari_guru

Count

% within pembahasan_ dari_guru

deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

kurang

menarik menarik pembahas an_dari_

guru


(25)

approach * nilai_bio_saat_kenaikan_kelas Crosstabulation

2 1 8 12 23

18.2% 50.0% 8.5% 16.4% 12.8%

8 1 83 59 151

72.7% 50.0% 88.3% 80.8% 83.9%

1 0 3 2 6

9.1% .0% 3.2% 2.7% 3.3%

11 2 94 73 180

100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% Count

% within nilai_bio_ s aat_kenaikan_kelas Count

% within nilai_bio_ s aat_kenaikan_kelas Count

% within nilai_bio_ s aat_kenaikan_kelas Count

% within nilai_bio_ s aat_kenaikan_kelas deep approach

s urface approach

s urface deep approach approach

Total

baik baik s ekali cukup baik kurang nilai_bio_s aat_kenaikan_kelas


(26)

Tabel 3.21Tabel persentasi siswa berdasarkan pendidikan ayah dan ibu / parental education

Pendidikan orangtua

SD SMPN SMU/SMK Diploma Strata jumlah

ayah 0% 1,1% 19,4% 39,4% 40% 100%

ibu 0% 2,8% 22,8% 37,8% 36,7% 100%

Keterangan : Diploma adalah gabungan dari D1 dan D3 : Strata adalah gabungan dari S1,S2,S3

Tabel 3.22. Tabel persentasi berdasarkan nilai ketuntasan raport mata pelajaran Biologi kenaikan dari kelas VII ke kelas VIII / abilities

Kategori raport Jumlah Persentase

Kurang 74 41,11%

Cukup Baik 95 52,78%

Baik 11 6,11%


(27)

Personal Data

Address : Jln Abadi Raya no 12 KPAD gegerkalong Mobile : +62 81320222424 /+6281931485079 E-mail : lindaboniarti.s@gmail.com

Place & Date of Birth : Bandung, 10th April 1983

Sex : Woman

Marital Status : Married with 3 children Nationality : Indonesia

Religion : Christian

Objective

I enjoy learning new things as proven through several different activities I have been involved in. My previous activities also have shown my leadership and organization skill, ability to work in team and individually, discipline, high motivation and hard work.

Educational Background

* 2001-2007 : Maranatha University, Faculty of Psychology. * 1998-2001 : Trimulia Senior High School, Bandung * 1994-1997 : St Aloysius Junior High School, Bandung * 1988-1994 : SDK Yahya Elementary School, Bandung


(28)

Certificates

* Training of Behavior analyist Future Development-2005

* Training Handwriting analyist Authentic School of Graphology -2006 * Certified Handwriting instructure Treyce’s Gabriel USA-2006

* Training of Behavior analyist (DiSC Inscape) EPIC -2009 * Certified of Basic forensic Treyce’s Gabriel USA -2009

* Certified Basic drawing analyis, Roshida International Institute for Children's Drawings Analysis USA – 2010

* Certified of Advanced forensic Treyce’s Gabriel USA -2013 (on Progress)

* Certified Basic drawing analyis, Roshida International Institute for Children's Drawings Analysis USA – 2013 (on Progress)

Working Experiences

- 2001 Mei – 2002 January : work as administration substitute 9 month in Kongjen Indonesia (Newyork USA).

- 2005 November- 2006 June : work as HRD staff substitute 6 month in Kongjen Indonesia (Newyork USA).

- 2005 – present : consultant outsourcing HRD Perhutani unit III Jawa Barat Bandung

- 2006 – 2007 : freelance consultant Alebene Sukajadi - 2007 – 2011 : freelance consultant Gestalt

- 2007 – present : quality control outsourcing for Dinas Pariwisata Jawa barat - 2007 - present : graphologist consultant freelance axa mandiri Jakarta - 2007 - present : graphologist consultant personal

- 2008 - present : quality control freelance hotel, hand body, wallet, handbags,shampoo and soap.


(29)

Organizational Experiences

- 2013 – present member NAHDE forensic Association (on progress)

- 2013 – present member Canadian Art Therapy Association (on progress) - 2013 – present member American Art Therapy Association

- 2012 – present member of AHAF American Handwriting Analysis Foundation - 2011 – present member of BGI the British Institute of Graphologists

- 2011- present affiliate member Law Enforcement Today (LET)

- 2006 – present member of AIG (Association International Graphologist) - 2006 - present member of International Freelance Graphology

- 2004 Member of Committee “ Psikologi Lintas Budaya”

- 2003 Member of Committee in “Penerimaan mahasiwa baru Fakultas Psikologi Maranatha 2003”

- 2002 Official member of PSM MARANATHA

- 2001- 2003 secretary NHKBP Jl Riau Martadinata no 96

- 1998-2001 Member of Science Club in SMUK Trimulia, Bandung - 1999– 2000 OSIS Senior High School

I herewith declare that the statements above are true and correct to the best of my knowledge.


(30)

1

Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pendidikan formal di Indonesia merupakan salah satu unsur penting dalam meraih keberhasilan seseorang di masa yang akan datang. (Enca M, 2001), beliau adalah seorang praktisi pendidikan yang menyatakan bahwa pendidikan berguna untuk menghasilkan kualitas Sumber Daya Manusia yang baik untuk meraih cita-cita yang diinginkan siswa, dan proses belajar yang dilakukan seorang individu memiliki peran penting bagi perkembangan dan perwujudan dirinya, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.

Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki fungsi dasar sebagai tempat belajar untuk melaksanakan suatu program pelayanan pendidikan formal dan kegiatan proses belajar mengajar tersebut terangkum dalam kurikulum yang disusun secara spesifik. Hal ini bertujuan untuk mempersiapkan kemampuan siswa dalam menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan tujuan meraih cita-cita yang ia harapkan. Kegiatan pendidikan di sekolah dilakukan dengan cara pemberian pengetahuan, mengasah pemahaman dan melakukan penerapan dari suatu materi pelajaran dengan tujuan meningkatkan kemampuan dan kompetensi siswa, (Enca M, 2001)


(31)

Universitas Kristen Maranatha

Salah satu tahap pendidikan formal adalah SMP (Sekolah Menengah Pertama). Pendidikan yang diterapkan di SMP, memiliki tujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa dengan cara pemberian materi, modul pelatihan serta ujian dalam setiap mata pelajaran. Beberapa materi pelajaran SMP dapat dipelajari siswa SMP dengan pemahaman teori yang tidak terlalu dalam, namun beberapa materi lainnya memerlukan pemahaman yang mendalam. Hal ini akan menimbulkan suatu tuntutan agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan materi yang diberikan. (Enca M, 2001).

Jenjang pendidikan SMP merupakan tingkat pendidikan menengah, dimana siswa dituntut untuk menyesuaikan dirinya dengan kurikulum SMP. Berbeda dengan SD yang pemberian materi pelajaran diberikan secara global, di SMP siswa mulai mempelajari suatu materi pelajaran secara lebih spesifik. Sebagai contoh adalah mata pelajaran IPA di SD, di SMP pelajaran tersesbut dibagi menjadi Biologi dan Fisika. Pembagian ini membuat siswa dituntut agar dapat beradaptasi dengan materi IPA yang spesifik (Fisika dan Biologi). Kemampuan adaptasi diperlukan siswa agar dapat memilih learning approach yang tepat bagi diri mereka ketika mempelajari Biologi agar dapat memenuhi tuntutan materi kurikulum SMP.

SMPN “X” Kota Bandung merupakan salah satu sekolah Negeri yang cukup diminati di Kota Bandung. SMPN ini memiliki sarana pendidikan yang cukup baik berupa tenaga pendidik yang berkualitas, fasilitas yang menunjang berbagai kegiatan sekolah, serta beberapa prestasi yang diraih sekolah tersebut


(32)

Universitas Kristen Maranatha

3

(Tata Usaha SMPN ”X” kota Bandung ). SMPN ”X” Kota Bandung memiliki tuntutan kurikulum yang cukup tinggi bagi para siswanya dan tertuang dalam TIU (Tujuan Instruksional Umum) dan TIK (Tujuan Instruksional Khusus). Sebagai contoh, dalam Tujuan Instruksional Umum(TIU) kurikulum Biologi kelas VIII, dicantumkan agar siswa mampu mengaitkan hubungan antara struktur dan fungsi jaringan dengan struktur dan fungsi organ pada tumbuhan, dan di dalam Tujuan Instruksional Khusus (TIK) tertulis, siswa diharapkan mampu mengidentifikasikan struktur dan fungsi tubuh tumbuhan, hama penyakit pada organ tumbuhan yang dijumpai sehari-hari, mengidentifikasi macam-macam gerak pada tumbuhan, mendeskripsikan proses perolehan nutrisi dan energi pada tumbuhan hijau. Kegiatan tersebut ditunjang dengan melakukan berbagai percobaan ilmiah yang dilakukan dengan berbagai metode ilmiah agar hasilnya dapat dipertanggung jawabkan. Untuk dapat memenuhi TIU / TIK materi tersebut, siswa kelas VIII SMPN ”X” Kota Bandung dituntut mempelajari materi Biologi secara mendalam. Hal ini tidak dapat dicapai jika siswa hanya mempelajari dengan menghafal saja.

Keberhasilan siswa dalam menjawab tuntutan kurikulum Biologi dapat dipengaruhi oleh pendekatan belajar (learning approach) yang dipergunakan siswa ketika mempelajari materi Biologi, yang akan menentukan bagaimana pelajaran Biologi tersebut diterima, diolah yang selanjutnya akan menentukan kualitas dari pembelajaran yang terjadi. Salah satu keberhasilan siswa dalam menjawab tuntutan kurikulum yang dapat dilihat dan dipertanggungjawabkan


(33)

Universitas Kristen Maranatha

adalah perolehan nilai yang mereka dapatkan dari ulangan harian, kuis, tugas, praktikum, ujian tengah semester maupun ujian akhir semester (Enca M, 2001). Disdiknas memberi panduan nilai ketuntasan dalam raport kenaikan kelas (teori dan praktek) adalah 6.00, namun sekolah memiliki otoritas sendiri dalam menentukan nilai ketuntasan tetapi tetap mengacu kepada standar Disdikas. (www.disdiknas.org). Nilai ketuntasan yang ditetapkan sekolah SMPN “X” Kota Bandung adalah sebagai berikut : pelajaran Matematika 6.00; Bahasa Inggris 6.00; gabungan IPS 6.00 dan gabungan IPA 6.00. SMPN “X” Kota Bandung memiliki toleransi dua nilai merah yaitu; satu nilai 5.00 untuk mata pelajaran matematika atau bahasa inggris dan satu nilai 5.00 (teori maupun praktek), untuk salah satu mata pelajaran dalam IPS atau IPA. Berdasarkan data SMPN ”X” Kota Bandung pada tahun 2005, kenaikan siswa ke kelas VIII memiliki rata-rata nilai sebagai berikut : IPS teori 7.00, IPS praktek 8.00, IPA teori 6.00, IPA praktek 6.50, Matematika 6.00, Bahasa Inggris 6.50, Bahasa Indonesia 7.50, PPKN 7.00. Nilai rata-rata kenaikan siswa ke kelas IX sebagai berikut : IPS teori 6.50, IPS praktek 7.50, Matematika 6.00, Bahasa Inggris 7.00, Bahasa Indonesia 7.00, PPKN 7.50, IPA teori 5.00, IPA praktek 5.50. Nilai terendah kenaikan ke kelas IX dimiliki pelajaran IPA, dimana pelajaran tersebut merupakan gabungan mata pelajaran Fisika dan Biologi, dari mata pelajaran tersebut Biologi memiliki nilai terendah ( Biologi teori 4.5, praktek 5.0, Fisika teori 5.00, praktek 5.00). Berdasarkan data nilai, selama 4 tahun terakhir (2001-2005), nilai Biologi selalu


(34)

Universitas Kristen Maranatha

5

menempati urutan terendah, oleh karena itu mata pelajaran Biologi memerlukan perhatian khusus.

Siswa kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung telah menempuh pendidikan minimal 1 tahun di jenjang SMP, oleh karena itu siswa diharapkan sudah mampu untuk menyesuaikan cara belajarnya dan dapat memilih learning approach yang sesuai bagi dirinya agar dapat menjawab tuntutan kurikulum mata pelajaran Biologi. Pada kenyataannya, beberapa siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung mengalami kesulitan dengan kurikulum Biologi yang ada, sebanyak 26 siswa (65%) menjawab, mereka masih merasa kesulitan untuk menyesuaikan cara belajar mereka dengan tuntutan materi pelajaran, beberapa siswa mengakui padatnya materi dan tugas yang diberikan, fasilitas laboratorium yang berbagi dengan laboratorium Fisika dan kesulitan yang dialami dalam mengerjakan soal ujian.

Siswa yang memilih surface approach ketika mempelajari Biologi memiliki motif atau tujuan sekedar lulus dan mendapatkan nilai tanpa berusaha memahami materi Biololgi secara mendalam. Hal tersebut dilakukan dengan cara belajar menghafalkan materi Biologi yang ia terima. Hal ini membuat siswa tidak dapat mengingat materi pelajaran Biologi yang diajarkan pendidik dalam jangka waktu yang lama, belajar menjadi satu hal yang sia-sia karena tidak terjadi pemahaman terhadap materi yang diajarkan di sekolah.

Siswa yang memilih deep approach saat mempelajari Biologi memiliki motif untuk memenuhi rasa ingin tahu atau kepuasan yang ingin ia dapatkan.


(35)

Universitas Kristen Maranatha

Siswa tersebut memiliki tujuan untuk mengolah materi pelajaran Biologi yang diterima di sekolah, siswa akan berusaha untuk mengkaitkan materi dengan realitas yang terjadi di sekelilingnya untuk menambah pengetahuannya.Siswa tersebut akan melakukan berbagai cara untuk memenuhi motivasi yaitu membaca buku, berdiskusi dengan teman maupun pendidik serta mencari informasi lebih jauh mengenai materi Biologi yang ia terima. Hal ini membuat siswa mendapatkan pemahaman yang lebih dalam mengenai materi pelajaran Biologi, sehingga dapat meningkatkan ketajaman cara berpikir siswa.

Siswa kelas VIII SMPN ”X” Kota Bandung, diharapkan dapat menerapkan pendekatan belajar (learning approach) yang tepat agar tuntutan kurikulum Biologi kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung dapat tercapai. Tuntutan kurikulum Biologi SMPN “X” Kota Bandung memiliki tujuan agar siswa memiliki pemahaman, dapat melakukan penerapan, melakukan analisa hingga membuat sintesis dari teori Biologi yang diajarkan (TIU/TIK), tujuan lainnya agar siswa kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung mampu mengevaluasi suatu teori Biologi yang diajarkan. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa pendekatan belajar (learning approach) jenis deep approach sesuai dengan tuntutan kurikulum Biologi kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung, apabila siswa memiliki kemampuan dalam menerima serta menerapkan materi pelajaran Biologi yang diterimanya.

Mengingat learning approach memiliki peran penting dalam penyesuaian cara belajar dengan tuntutan kurikulum Biologi di SMPN ”X” Kota Bandung


(36)

Universitas Kristen Maranatha

7

maka peneliti tertarik untuk meneliti learning approach terhadap mata pelajaran Biologi pada siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung. Beberapa hal yang menunjang peneliti tertarik untuk meneliti pada pelajaran Biologi pada siswa kelas VIII adalah nilai ketuntasan Biologi terendah yang didapat selama 4 tahun berturut-turut terdapat pada kenaikan ke kelas IX dan mereka dianggap sudah mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan pelajaran Biologi, karena kemampuannya sudah berada pada taraf berpikir formal operational (siswa sudah dapat menyelesaikan suatu masalah abstrak dengan menggunakan proses berpikir kognitif), keadaan ini memungkinkan siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung menggunakan deep approach,

Berdasarkan survei awal yang dilakukan terhadap 40 siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung mengenai learning approach yang siswa lakukan terhadap materi pelajaran Biologi, 75 % siswa cenderung melakukan surface approach, hal ini berdasarkan beberapa fakta yaitu : mereka mempelajari materi Biologi dengan cara menghafal karena siswa tahu bahwa kuis yang diadakan dan ulangan yang diberikan mayoritas dalam bentuk pilihan berganda dan hanya sedikit soal essai, siswa mengakui banyaknya tugas yang diberikan dengan pengerjaan waktu terbatas membuat siswa memiliki tujuan agar tidak mendapatkan nilai merah, sehingga tugas yang diberikan dibuat seadanya tanpa mengolah secara lebih lanjut dan beberapa siswa menjawab fasilitas laboratorium yang berbagi dengan laboratorium fisika, materi yang banyak dilompat membuat siswa hanya memiliki niat untuk mempelajari materi Biologi secara global saja.


(37)

Universitas Kristen Maranatha

Sebanyak 25 % siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung, cenderung melakukan pendekatan deep approach. Hal ini didasarkan pada beberapa jawaban siswa yaitu, siswa memiliki minat untuk mempelajari Biologi, dan apabila siswa kurang mengetahui apa yang siswa pelajari, siswa tersebut mau meluangkan waktu untuk bertanya pada pendidik disertai mencoba sendiri modul praktek yang tidak dibahas oleh guru namun ada di dalam buku. Ketika mengerjakan tugas, siswa memiliki kemauan untuk menyelesaikan tugas dengan proses baik dan benar, sehingga ketika ada ulangan membuat siswa paham akan maksud soal ujian yang diberikan pendidik, walaupun siswa telah mengetahui bahwa ujian akan diberikan dalam bentuk pilihan berganda dan hanya beberapa soal yang essai. Akibat dari learning approach yang siswa lakukan membuat siswa dapat mengingat materi Biologi yang sudah lama tidak dipelajari, dan ketika disinggung selintas siswa tersebut dapat mengingat apa yang telah ia pelajari. Hal ini sejalan dengan pernyataan pendidik Biologi kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang menyatakan bahwa, walaupun cara belajar siswa aktif telah diterapkan dengan cara memberikan ujian kecil, tugas diskusi maupun praktek laboratorium, namun hanya sekitar 20 % siswa yang benar-benar aktif bertanya, berdiskusi serta melakukan percobaan ilmiah melalui proses yang benar serta analisis yang cukup mendalam.


(38)

Universitas Kristen Maranatha

9

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

Jenis Learning approach apa yang dominan dipergunakan siswa kelas VIII SMPN ”X” Kota Bandung ketika mempelajari mata pelajaran Biologi

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 MAKSUD PENELITIAN

Memperoleh gambaran mengenai Learning Approach yang digunakan siswa kelas VIII XMPN”X” Kota Bandung terhadap mata pelajaran Biologi

1.3.2 TUJUAN PENELITIAN

Memberikan gambaran dalam rangka memahami secara lebih mendalam mengenai Learning Approach yang dipergunakan siswa kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung terhadap mata pelajaran Biologi melalui dua jenis pendekatan yaitu Surface Approach dan Deep Approach, serta melihat pula aspek dan faktor yang turut mempengaruhi Learning Approach.

1.4 KEGUNAAN PENELITIAN 1.4.1 KEGUNAAN ILMIAH

1. Menambah pengetahuan mengenai Learning Approach di bidang ilmu Psikologi Pendidikan

2. Penelitian ini dapat digunakan tambahan informasi bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian mengenai learning approach selanjutnya


(39)

Universitas Kristen Maranatha

1.4.2 KEGUNAAN PRAKTIS

1. Memberi informasi kepada pendidik terutama pendidik Biologi mengenai learning approach yang dilakukan siswa kelas VIII SMPN”X” kota Bandung terhadap mata pelajaran Biologi, sebagai bahan evaluasi untuk menolong siswa memilih pendekatan belajar (learning approach) yang sesuai dengan tuntutan kurikulum Biologi di SMP.

2. Memberi informasi kepada siswa kelas VIII SMPN”X” kota Bandung mengenai learning approach terhadap mata pelajaran Biologi sehingga mereka dapat memilih pendekatan belajar (learning approach) yang sesuai dengan tuntutan kurikulum Biologi di SMP.

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

Pendidikan mempunyai peran penting dalam menentukan perkembangan intelektual, sosial dan emosional seseorang. Setiap orang mengalami pendidikan dimulai dari keluarga (pendidikan informal) yang akan dilanjutkan ke sekolah (pendidikan formal). dimana salah satu jenjang pendidikan formal adalah SMPN. Jenjang SMPN terdiri dari tiga tingkatan yaitu kelas VII, VIII dan IX.

Biologi adalah ilmu sains yang membutuhkan suatu metode ilmiah. Metode ilmiah diperlukan individu ketika ia ingin mencari fakta serta membuktikan konsep tentang ilmu pengetahuan. Biologi sebagi ilmu sains memberi banyak keuntungan bagi lingkungan sekitar. Biologi mempelajari objek yang amat dekat dengan kehidupan manusia, sehingga Biologi merupakan kajian


(40)

Universitas Kristen Maranatha

11

metode ilmiah dalam pembelajarannya, jadi tidak cukup dengan membaca atau mendengar penjelasan guru tanpa melakukan suatu praktek Biologi.( Soemarni T.S dalam Biologi, 1996).

Materi Biologi yang tercantum dalam kurikulum Disdiknas, terdiri atas pokok - pokok bahasan yang menuntut siswa tidak sekedar memiliki pengetahuan saja melainkan memahami dan menerapkan, bahkan beberapa materi menuntut siswa mampu menganalisis serta membuat sintesis serta mampu mengevaluasi teori Biologi yang diajarkan. Keberhasilan siswa SMPN “X” Kota Bandung dalam mempelajari materi tersebut tergantung pada bagaimana cara siswa SMPN “X” Kota Bandung melakukan learning approach terhadap mata pelajaran Biologi, hasil belajar setiap siswa akan ditentukan oleh jenis learning approach yang ia pilih. Nilai ketuntasan merupakan salah satu hasil belajar siswa SMPN “X” Kota Bandung dalam melakukan pembelajaran di sekolahnya. Jika dikaitkan dengan learning approach, maka learning approach yang dilakukan siswa SMPN “X” Kota Bandung terhadap mata pelajaran Biologi merupakan salah satu unsur penting yang menentukan hasil belajar siswa SMPN “X” Kota Bandung terutama dalam hal ini siswa kelas VIII.

Learning approach merupakan pendekatan yang merujuk kepada predisposisi yang menggunakan proses khusus ketika mempelajari atau melakukan suatu tugas akademik. (Biggs,1979,1987a;Entwistle; Watkins,1983b dalam Biggs,1996). Ada dua jenis learning approach yaitu surface approach dan deep approach (Biggs,1999). Masing-masing learning approach terdiri atas dua


(41)

Universitas Kristen Maranatha

aspek yaitu motif dan strategi. Motif cenderung menentukan strategi belajar, maksudnya adalah apa yang diinginkan akan menentukan apa yang akan dilakukan (Biggs, 1985; Marton&Saljo,1976a;dalam Biggs,1993).

Motif ekstrinsik akan cenderung mengarah ke surface approach. Motif ekstrinsik adalah motif untuk mendapatkan “imbalan”, digunakan untuk mendapatkan sesuatu seperti menghindari konsekuensi negatif, sebagai contoh mendapatkan nilai minimum asal tidak merah supaya tidak dihukum, oleh karena itu siswa melakukan berbagai strategi yang dapat dilakukan dengan usaha yang minimal seperti menghafal materi tanpa mendalami (memfokuskan diri terhadap elemen penting). Motif intrinsik akan digunakan oleh siswa yang yang cenderung menggunakan deep surface (Hidi 1990; Schiefiele 1991 dalam Biggs 1993), learning approach jenis ini akan dilakukan ketika siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung memiliki motif yang muncul dari dalam diri dan memiliki minat terhadap materi Biologi tertentu untuk mencari kepuasan pribadi untuk memuaskan keingintahuan siswa. Berbagai strategi yang dapat dilakukan untuk mendukung motif intrinsik adalah : banyak membaca, berdiskusi dengan teman maupun pendidik, memperdalam pemahaman siswa serta mengaplikasikan pemahaman yang didapat dalam kehidupan sehari-hari. Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang memiliki motif intrinsik akan menyisihkan lebih banyak waktu dan tenaganya atau berdiskusi dengan teman lain untuk mempelajari suatu materi Biologi secara mendalam hingga siswa tersebut mendapatkan kepuasan dalam mempelajarin materi pelajaran yang ia pelajari.


(42)

Universitas Kristen Maranatha

13

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi learning approach terhadap mata pelajaran Biologi yang akan dipilih siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yaitu personal dan experiental background. Faktor personal terdiri atas, conception of learning, abilities dan locus of control, sedangkan faktor experiental background terdiri atas, parental education dan experience in learning institutions.

Conception of learning adalah bagaimana siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung memaknakan arti belajar bagi diri sendiri serta bagaimana siswa tersebut menyelesaikan tugas belajarnya. Conception of learning terdiri atas

increasing one’s knowledge (memperoleh banyak pengetahuan), memorizing and

reproducing (mengingat dan mengulang kembali pengetahuan yang dipelajari), applying (mencari serta menerapkan kembali informasi yang telah disimpan sebelumnya), understanding (mengembangkan serta memahami dan menemukan beberapa arti dari suatu materi), seeing something in different way (menghubungkan sesuatu dengan yang lain / sebagai bagian dari keseluruhan materi, cara pandang baru dalam melihat fenomena tertentu) dan changing as a person (berhubungan dengan aspek perolehan keterampilan baru) (Marton, 1981). Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang memiliki conception of learning increasing one’s knowledge, memorizing and reproducing serta applying cenderung menerapkan surface approach karena didasarkan pada seberapa banyak atau sedikitnya materi yang dipelajari dan dihafalkan (kuantitatif). Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang menerapkan conception of learning


(43)

Universitas Kristen Maranatha

lainnya yaitu understanding, seeing something in different way dan changing a person cenderung menerapkan deep approach, hal ini didasarkan pada seberapa dalam siswa SMPN “X” kelas VIII bermaksud memahami materi pelajaran (kualitatif). Hal tersebut dapat terjadi karena perhatian siswa ditujukan pada struktur pelajarannya bukan pada elemen tertentu (Van Rossum dan Schenk 1984 dalam Biggs 1993).

Abilities yang dimaksudkan adalah kemampuan yang dimiliki siswa SMPN “X” Kota Bandung. Siswa yang memiliki taraf intelegensi lebih rendah akan cenderung menggunakan surface approach (Biggs, 1987a). Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang memiliki intelegensia tinggi, akan cenderung menggunakan pendekatan deep approach, namun learning approach dapat digunakan oleh semua tingkat intelegensia, kecuali tingkat intelegensia paling rendah

Locus of control adalah pusat dimana individu meletakkan tanggung jawab untuk meraih keberhasilan atau menghindari kegagalan, yang berasal dari dalam atau luar dirinya (Rotters, 1954). Siswa kelas VIII SMPN “ X” Kota Bandung apabila memiliki locus of control internal akan memiliki tanggungjawab atas dirinya untuk meraih keberhasilan dan memiliki motif intrinsik yang mengarah ke deep approach ketika mempelajari Biologi. Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang memiliki locus of control eksternal percaya bahwa ada orang atau kekuatan lain yang berasal dari luar dirinya untuk mengatur kehidupan siswa serta


(44)

Universitas Kristen Maranatha

15

meraih kerberhasilan yang akan mengarahkan siswa pada surface approach ketika mempelajari Biologi.

Faktor experiental background yang terdiri atas Parental education dan experiental in learning institution memberikan pengaruh pada pemilihan learning approach terhadap mata pelajaran Biologi. Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang memiliki orangtua berpendidikan tinggi akan diasosiasikan menggunakan deep approach jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki orangtua yang berpendidikan lebih rendah, hal ini didasarkan pada anggapan siswa yang memiliki orangtua dengan latar pendidikan tinggi memiliki tuntutan akademik yang tinggi serta menganggap bahwa pendidikan adalah suatu hal yang penting(Biggs,1987a dalam Biggs 1993).

Experiental in learning institutions mencakup bagaimana pandangan siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung terhadap suasana kelas, fasilitas sekolah, kualitas sekolah, perasaan senang bersekolah, pandangan terhadap teman serta kecocokan dengan pendidik. Suasana kelas dapat membangkitkan motivasi siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung untuk belajar, demikian juga apabila siswa tersebut merasa bahwa kualitas sekolahnya baik dan disertai perasaan senang bersekolah maka siswa bisa terpacu untuk melakukan deep approach, sedangkan jika siswa tidak memiliki perasaan senang bersekolah siswa cenderung memilih surface approach (Watkins dan Hattie,1990 dalam Biggs 1993). Sekolah dapat dipandang siswa sebagai institusi yang hanya perduli pada kemampuan literacy dan numericy, bukan sebagai tempat untuk menemukan pengetahuan baru serta


(45)

Universitas Kristen Maranatha

mengembangkan kemampuan inquir y(Campbell,1980 dalam Biggs 1993), siswa yang berpandangan demikian akan cenderung memilih surface approach. Metode pengajaran serta sistem pendidikanpun dapat mempengaruhi siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung dalam mempelajari Biologi. Metode pengajaran dan sistem pendidikan yang disertai dengan kurikulum yang proposional dan tuntutan kurikulum sampai pada tahap evaluatif, namun disesuaikan dengan jumlah materi serta waktu yang disediakan akan membuat siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung akan cenderung menggunakan deep approach dalam mempelajari Biologi, sebaliknya materi yang padat dan diberikan dalam jangka waktu terbatas yang disertai dengan tuntutan kurikulum Biologi yang sekedar pada pengetahuan saja akan membuat siswa kelas VIII SMPN “ X” Kota Bandung akan cenderung memilih surface approach.

Pandangan terhadap teman (peer group) dapat mempengaruhi siswa untuk memilih learning approach, terutama pada masa awal remaja. Peer relationship memegang peranan penting, karena teman berfungsi sebagai wadah untuk belajar peraturan serta standar sosial yang terkait dengan hasil belajar yang dicapai di sekolah dan hal ini didukung dengan keberadaan siswa yang menghabiskan setengah waktunya di sekolah (Santrock 1998), hal ini berkaitan dengan prestasi akademik yang dicapai siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang dicerminkan dalam sebuah nilai ketuntasan individunya. Pandangan positif terhadap teman dapat memacu siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung untuk melakukan deep approach dengan cara melakukan strategi dengan berdiskusi


(46)

Universitas Kristen Maranatha

17

dengan teman mengenai topik pelajaran Biologi. Siswa yang bergaul dengan teman yang berprestasi baik serta berungguh-sungguh dalam belajar, dapat memotivasi siswa tersebut untuk lebih berusaha dalam belajar dan berupaya untuk memahami materi pelajaran yang diberikan pendidik (Natriello & Mc Dill,1986 dalam Steinberg,2002).

Peranan pendidik termaduk penting dalam pemilihan learning approach yang digunakan siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung untuk mempelajari mata pelajaran Biologi. Pendidik memiliki peran sebagai mediator dan fasilitator untuk membantu serta memudahkan siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung dalam proses pengembangan dan perwujudan diri. Materi yang diberikan dalam waktu yang terbatas sangat banyak, membuat siswa kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung menyelesaikan tugasnya hanya dengan motif untuk menghindari hukuman serta melakukannya dengan cara mengerjakan seadanya. Jika hal tersebut dilakukan serta ditambah dengan tidak adanya evaluasi pengerjaan materi dari pendidik akan membuat siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung menyelesaikan tuntutan belajar pada tahap pengetahuan saja, siswa yang menerapkan cara demikian disebut surface approach. Hal sebaliknya dapat terjadi, ketika pendidik memberi suatu bentuk tugas yang dapat menimbulkan motivasi dan memicu minat siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung untuk mendalami materi Biologi secara lebih dalam. Tugas tersebut secara tidak langsung akan menimbulkan pandangan positif yang memacu siswa untuk berupaya terlibat lebih aktif serta mencari informasi baik dari pendidik, teman


(47)

Universitas Kristen Maranatha

bahkan dari pihak luar sekolah. Penerapan tugas seperti ini akan mengacu kepada deep approach (Biggs &Telfer, 1987). Tenaga pendidik di SMPN “X” Kota Bandung, memberikan pengajaran dalam bentuk ujian kecil di awal pelajaran, dilanjutkan dengan diskusi serta melakukan beberapa modul praktek, tetapi banyaknya materi yang harus diselesaikan dalam waktu yang terbatas, membuat pendidik membuat modul praktek dalam bentuk jadi tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk mencobanya, dapat membuat siswa SMPN “X” Kota Bandung kurang dapat memahami proses yang terjadi sehingga dapat berakibat pada kesulitan memilih learning approach yang paling tepat bagi dirinya untuk menjawab tuntutan kurikulum yang diberikan pihak sekolah SMPN “X” Kota Bandung.

Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang memiliki locus of control internal, didukung oleh munculnya minat dalam diri, memiliki pemaknaan belajar sebagai understanding (melihat komponen materi yang dipelajari serta memiliki kemampuan untuk menggabungkan ide), serta didukung oleh latar belakang orangtua yang berpendidikan tinggi serta memiliki pandangan positif terhadap sekolah akan cenderung mendorong siswa tersebut melakukan learning approach jenis deep approach. Ketika siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung memiliki pemaknaan yang tinggi dalam belajar Biologi, siswa tersebut tidak akan terfokus pada satu elemen tertentu dari suatu materi Biologi namun ia akan memperhatikan struktur dari suatu materi Biologi sehingga memudahkan siswa


(48)

Universitas Kristen Maranatha

19

tersebut untuk mempelajari secara lebih dalam, hal ini sejalan dengan adanya tuntutan akademik yang tinggi dari orangtuanya.

Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung yang memiliki locus of control eksternal disertai pandangan negatif terhadap sekolah, memiliki pemaknaan belajar sebagai memorizing and reproducing (mengambil dan menyimpan materi yang telah dipelajari) akan cenderung melakukan surface approach dalam mempelajari materi Biologi. Hal ini disebabkan karena siswa tersebut akan belajar ketika ada tuntutan dari figur di luar dirinya sehingga kurang memiliki kesadaran dalam dirinya sehingga mengakibatkan siswa kurang termotivasi dalam mempelajari materi Biologi secara mendalam sehingga siswa hanya menghafal materi yang ia pelajari.

Tahap perkembangan siswa kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung berada fase formal operational dimana siswa sudah memiliki beberapa kemampuan seperti, kemampuan berpikir hipotesis (membuat kesimpulan atau jawaban sementara), kemampuan problem solving (memecahkan masalah), kemampuan berpikir akan suatu hubungan sebab – akibat dan kemampuan berpikir abstrak (membayangkan suatu informasi yang ditermua tanpa melihat suatu hal yang konkrit). Kemampuan tersebut memungkinkan siswa SMPN kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung untuk melakukan deep approach.

Kecenderungan pendekatan yang digunakan siswa dapat dilihat bahwa penedekatan itu berjalan terus menerus serta secara pribadi memberikan kenyamanan bagi siswa di dalam lingkungan belajar setiap harinya. Jika


(49)

Universitas Kristen Maranatha

lingkungan berubah, maka pendekatan belajar yang digunakan oleh siswa tersebut akan iktu berubah pula (Biggs, 1993). Hal ini menjelaskan bahwa pendekatan surface dan deep bukanlah trait kepribadian atau cara belajar yang menetap. Dalam mempelajari Biologi, siswa Kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung dapat memiliki lebih dari satu jenis learning approach, tidak terbatas pada satu jenis saja. Surface approach dan deep approach tidak dapat diterapkan dalam jangka waktu yang bersamaan, karena motif dan strategi setiap jenis learning approach bertentangan. Siswa akan mengubah pendekatan yang digunakan tergantung dari pandangan siswa terhadap tuntutan tugas yang ditetapkan Kedua jenis learning approach dapat diterapkan secara bergantian dalam jangka waktu yang panjang disebabkan oleh banyaknya materi Biologi yang dipelajari di kelas VIII yang diberikan di SMPN “X” Kota Bandung.

Learning approach tidak mutlak sebagai predisposisi yang ada dalam diri siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung, tetapi hal ini dapat dimodifikasi dengan cara mengubah situasi pengajaran atau sesuai dengan perubahan yang terjadi dalam diri siswa tersebut bahwa aktivitas belajar siswa merupakan hasil dari interaksi siswa sendiri dengan lingkungannya. Motif dan strategi dalam belajar cenderung cocok dan sejalan, yang kemudian bersama-sama akan membentuk learning approach (Biggs, 1985; Marton&Saljo,1976a;dalam Biggs,1993). Kenyataan yang dapat terjadi adalah learning approach dapat terbentuk dari motif dan strategi yang berbeda (surface motive dengan deep


(50)

Universitas Kristen Maranatha

21

strategy atau deep motive dengan surface strategy) seperti yang diungkapkan oleh Marton dan Saljo (http://www.learning.ox.ac.uk/),

Secara lebih jelas kerangka pemikiran di atas dapat digambarkan dalam bagan di bawah ini :

Bagan 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Siswa kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung dan

mempelajari Biologi

Learning approach

Personal factors : -conceptions of learning -abilities

-locus of control

Experiential background factors:

-parental education - experience in learning institutions

Surface approach -motif

-strategi

Deep approach -motif


(51)

Universitas Kristen Maranatha

1.6 ASUMSI

1. Learning approach yang digunakan siswa kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung ditentukan oleh motif dan strategi siswa ketika mempelajari mata pelajaran Biologi.

2. Learning approach terdiri dari deep approach dan surface approach. 3. Learning approach yang digunakan Siswa kelas VIII SMPN”X” kota Bandung dapat terbentuk dari kombinasi motif dan strategi yang berbeda.

4. Terbentuknya Learning approach siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung dipengaruhi oleh personal factors dan Experiential background factors.


(52)

77

Universitas Kristen Maranatha

BAB V

KEIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengumpulan data terhadap 180 siswa kelas

VIII SMPN “X” Kota Bandung yang terdiri dari 6 kelas dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pada umumnya siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung cenderung menggunakan surface approach dalam mempelajari materi Biologi di sekolah tersebut. Mereka memiliki motif ekstrinsik untuk menghindari kegagalan atau konsekuensi negatif yang diikuti dengan surface strategy yang bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu : fokus pada detail yang dianggap penting, mengingat, menghafal materi, mempelajari apa yang dikatakan pendidik serta belajar melalui rangkuman yang diberikan tanpa memahami lebih lanjut. 2. Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung sebagian besar diduga memilih

surface approach, karena bentuk soal yang diberikan pendidik dalam bentuk soal pilihan berganda ataupun adanya soal-soal lama yang telah diberikan kepada siswa tanpa terlebih dahulu dimodifikasi baik isi maupun bentuk soal, sehingga memungkinkan siswa untuk dapat mengantisipasi cara menjawab soal tersebut tanpa mempelajari maupun


(53)

Universitas Kristen Maranatha

mendalaminya dan adanya dugaan bahwa siswa memiliki prioritas terhadap mata pelajaran lain (Fisika ataupun pelajaran lain dalam hal ini IPS).

4. Berdasarkan hasil penelitian, personal factors dan background factors tidak menunjukkan keterkaitan antara approach yang dipilih siswa kelas VIII

SMPN ”X” Kota Bandung dengan faktor –faktor tersebut.

5.2 SARAN

5.2.1 SARAN TEORITIS

1. Memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini menjadi suatu penelitian korelasi dengan mengaitkan learning approach dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti experiental in learning institutions atau conception of learning dalam mempelajari mata pelajaran Biologi di SMPN “X” Kota Bandung.

5.2.2 SARAN PRAKTIS

1.Tenaga pendidik meninjau kembali bentuk soal yang diberikan kepada siswa baik, seperti mencoba modifikasi ulang soal yang akan diberikan kepada siswa, maupun bentuk variasi soal yang diberikan kepada siswa (esai dan teori).

2. Mempertimbangkan jenis aktivitas yang lebih memfasilitasi siswa untuk menggali sendiri atau mengeksplorasi materi yang telah ia pelajari, agar siswa dapat memahami secara lebih mendalam materi Biologi yang diberikan tenaga pendidik.


(54)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Biggs, J.B, 1987. Student Approach to learning And Studying , Australia: Redfort House

Biggs, J.B, 1993. The Process of Learning. London London : Prentice Hall Biggs, J.B, 2003. The Process of Learning, 3th ed. New York: Prentice Hall

Champbell, N. A, Mitchell and Reece.1996. Biology, Concepts & Connections. New York: The Benjamin / Cummings Publishing Company, Inc

Gage, N.L; Berliner. David. C.1979. Educational Psychology, 2nded. Chicago; Rand Mc Nally College Publishing Company

W. Gulo, 2003. Metodologi Penelitian Jakarta : PT. Grasindo Kadaryanto, 2005 Sains Biologi SMP. PT Grasindo

Khoiri I, Belajar Biologi SMP, Kawan Pustaka 2005

Kimball, J W., Biologi Fifth Edition, Addison-Wesleyn Publishing Company, Inc.,1988

Enca M, KBK .2001 Kurikulum Berbasis Kompetensi, PT. Grasindo Marton, F; Dall’alba, Gloria; Beaty, Elizabeth. Conceptions of learning Rustaman N, Kurikulum Biologi Berbasis Kompetensi, Kawan Pustaka 2005

Santrock, J W, 2004. Life Span Development. United States Of Amerca : Mc Graw Hill

Soemarni T, S ,1996, Biologi, Bina Rupa Aksara

Sprinthall,N. A&Sprinthall, Richard.C.1990 Educational Psychology,A Development Approach, 5thed. Singapore: McGraw-Hill, Inc


(55)

Universitas Kristen Maranatha

http://www.cdtl.nus.edu.sg/research/learn profile.htm http://www.learning.ox.ac.uk/

http:// www. disdiknas.org. http:// www. hotmail.org. http:// www. kompas.org.

Biggs,J.B, 1993 British Journal of Educational Psychology. Great Britain: The British Psychological Society

Biggs,J.B, 2001 British Journal of Educational Psychology : The Revised Two Factor Study Process Questionnare : R-SPQ-2F. Great Britain: The British Psychological Society

Biggs, J.B, 2005 Assesment and evaluation in higher Education, 2005. Assesing the impact of Learning Environment On Students’s Approach to Learning : Comparing Conventional and Action Learning Designs

Biggs,J.B, 2005. Educational Psychology, 2005.Learning Approaches: Examination Type, Discipline of Study, and Gender

Data Base guru BP, Kurikulum dan Tata Usaha SMPN ”X” Kota Bandung, 2001-2005: SMPN “X” Kota Bandung

Feliawati, 2005 “Studi Deskriptif Mengenai Learning Approach Pada Siswa Siswi

Kelas Akselerasi SMAN”X” Kota Bandung”. Skripsi, Bandung: Program Sarjana Fakulta Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Kong.S.W, 1999. Hongkong Biology, a Modern Approach 2. Hongkong : Aristo Educational Society.


(56)

Universitas Kristen Maranatha

Susanto, H,2003 “Studi Ekploratif Mengenai Learning Approach Pada Siswa Siswi Kelas 1 SMU Yang berada di Lingkungan BPK Penabur di Kota Bandung

Universitas Kristen Maranatha”. Skripsi, Bandung: Program Sarjana FakultasPsikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.


(1)

22

1.6 ASUMSI

1. Learning approach yang digunakan siswa kelas VIII SMPN”X” Kota Bandung ditentukan oleh motif dan strategi siswa ketika mempelajari mata pelajaran Biologi.

2. Learning approach terdiri dari deep approach dan surface approach. 3. Learning approach yang digunakan Siswa kelas VIII SMPN”X” kota Bandung dapat terbentuk dari kombinasi motif dan strategi yang berbeda.

4. Terbentuknya Learning approach siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung dipengaruhi oleh personal factors dan Experiential background factors.


(2)

BAB V

KEIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengumpulan data terhadap 180 siswa kelas

VIII SMPN “X” Kota Bandung yang terdiri dari 6 kelas dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut :

1. Pada umumnya siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung cenderung menggunakan surface approach dalam mempelajari materi Biologi di sekolah tersebut. Mereka memiliki motif ekstrinsik untuk menghindari kegagalan atau konsekuensi negatif yang diikuti dengan surface strategy yang bisa dilakukan dengan berbagai cara yaitu : fokus pada detail yang dianggap penting, mengingat, menghafal materi, mempelajari apa yang dikatakan pendidik serta belajar melalui rangkuman yang diberikan tanpa memahami lebih lanjut. 2. Siswa kelas VIII SMPN “X” Kota Bandung sebagian besar diduga memilih

surface approach, karena bentuk soal yang diberikan pendidik dalam bentuk soal pilihan berganda ataupun adanya soal-soal lama yang telah diberikan kepada siswa tanpa terlebih dahulu dimodifikasi baik isi maupun bentuk soal, sehingga memungkinkan siswa untuk dapat mengantisipasi cara menjawab soal tersebut tanpa mempelajari maupun


(3)

78

mendalaminya dan adanya dugaan bahwa siswa memiliki prioritas terhadap mata pelajaran lain (Fisika ataupun pelajaran lain dalam hal ini IPS).

4. Berdasarkan hasil penelitian, personal factors dan background factors tidak menunjukkan keterkaitan antara approach yang dipilih siswa kelas VIII

SMPN ”X” Kota Bandung dengan faktor –faktor tersebut.

5.2 SARAN

5.2.1 SARAN TEORITIS

1. Memberikan masukan bagi penelitian selanjutnya agar dapat mengembangkan penelitian ini menjadi suatu penelitian korelasi dengan mengaitkan learning approach dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti experiental in learning institutions atau conception of learning dalam mempelajari mata pelajaran Biologi di SMPN “X” Kota Bandung.

5.2.2 SARAN PRAKTIS

1.Tenaga pendidik meninjau kembali bentuk soal yang diberikan kepada siswa baik, seperti mencoba modifikasi ulang soal yang akan diberikan kepada siswa, maupun bentuk variasi soal yang diberikan kepada siswa (esai dan teori).

2. Mempertimbangkan jenis aktivitas yang lebih memfasilitasi siswa untuk menggali sendiri atau mengeksplorasi materi yang telah ia pelajari, agar siswa dapat memahami secara lebih mendalam materi Biologi yang diberikan tenaga pendidik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Biggs, J.B, 1987. Student Approach to learning And Studying , Australia: Redfort House

Biggs, J.B, 1993. The Process of Learning. London London : Prentice Hall Biggs, J.B, 2003. The Process of Learning, 3th ed. New York: Prentice Hall

Champbell, N. A, Mitchell and Reece.1996. Biology, Concepts & Connections. New York: The Benjamin / Cummings Publishing Company, Inc

Gage, N.L; Berliner. David. C.1979. Educational Psychology, 2nded. Chicago; Rand Mc Nally College Publishing Company

W. Gulo, 2003. Metodologi Penelitian Jakarta : PT. Grasindo Kadaryanto, 2005 Sains Biologi SMP. PT Grasindo

Khoiri I, Belajar Biologi SMP, Kawan Pustaka 2005

Kimball, J W., Biologi Fifth Edition, Addison-Wesleyn Publishing Company, Inc.,1988

Enca M, KBK .2001 Kurikulum Berbasis Kompetensi, PT. Grasindo Marton, F; Dall’alba, Gloria; Beaty, Elizabeth. Conceptions of learning Rustaman N, Kurikulum Biologi Berbasis Kompetensi, Kawan Pustaka 2005

Santrock, J W, 2004. Life Span Development. United States Of Amerca : Mc Graw Hill

Soemarni T, S ,1996, Biologi, Bina Rupa Aksara

Sprinthall,N. A&Sprinthall, Richard.C.1990 Educational Psychology,A Development Approach, 5thed. Singapore: McGraw-Hill, Inc


(5)

DAFTAR RUJUKAN

http://www.cdtl.nus.edu.sg/research/learn profile.htm http://www.learning.ox.ac.uk/

http:// www. disdiknas.org. http:// www. hotmail.org. http:// www. kompas.org.

Biggs,J.B, 1993 British Journal of Educational Psychology. Great Britain: The British Psychological Society

Biggs,J.B, 2001 British Journal of Educational Psychology : The Revised Two Factor Study Process Questionnare : R-SPQ-2F. Great Britain: The British Psychological Society

Biggs, J.B, 2005 Assesment and evaluation in higher Education, 2005. Assesing the impact of Learning Environment On Students’s Approach to Learning : Comparing Conventional and Action Learning Designs

Biggs,J.B, 2005. Educational Psychology, 2005.Learning Approaches: Examination Type, Discipline of Study, and Gender

Data Base guru BP, Kurikulum dan Tata Usaha SMPN ”X” Kota Bandung, 2001-2005: SMPN “X” Kota Bandung

Feliawati, 2005 “Studi Deskriptif Mengenai Learning Approach Pada Siswa Siswi

Kelas Akselerasi SMAN”X” Kota Bandung”. Skripsi, Bandung: Program

Sarjana Fakulta Psikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.

Kong.S.W, 1999. Hongkong Biology, a Modern Approach 2. Hongkong : Aristo Educational Society.


(6)

Susanto, H,2003 “Studi Ekploratif Mengenai Learning Approach Pada Siswa Siswi Kelas 1 SMU Yang berada di Lingkungan BPK Penabur di Kota Bandung

Universitas Kristen Maranatha”. Skripsi, Bandung: Program Sarjana

FakultasPsikologi Universitas Kristen Maranatha Bandung.