Pengaruh Meniran dan Jombang Dalam Mengurangi Reaksi Peradangan Secara Makroskopis Serta Menekan Jumlah Eosinofil Dalam Darah Pada Dermatitis Alergi Dengan Hewan Coba Mencit.

(1)

ABSTRAK

PENGARUH MENIRAN DAN JOMBANG DALAM MENGURANGI

REAKSI PERADANGAN SECARA MAKROSKOPIS SERTA MENEKAN

JUMLAH EOSINOFIL DALAM DARAH PADA DERMATITIS ALERGI

DENGAN HEWAN COBA MENCIT

Christever, 2003. Pembimbing

I

: Hanna Ratnawati, dr.,

M.

Kes. Pembimbing

II

: Diana Krisanti Jasaputra dr.,

M.

Kes. Dermatitis tidak terlepas dari proses inflamasi akibat perekrutan sel-sel eosinofil ke daerah peradangan. Produk protein toksik eosinofil mengakibatkan kerusakan jaringan. Obat yang dapat menekan jumlah eosinofil diharapkan dapat mengatasi peradangan.

Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh meniran, jombang dan kombinasinya, dalam mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergi dengan hewan coba mencit.

Desain penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan hewan coba mencit jantan dewasa galur BALB/C yang dibagi 6 kelompok (n=6) yaitu kelompok

kontrol negatif, kontrol positif, loratadin, meniran, jombang serta kombinasinya. Dari penelitian didapatkan bahwa luas peradangan dalam millimeter kontrol negatif

(0,000),

kontrol positif (0,901), loratadin (0,610), meniran (0,479), jombang (0,705), meniran dan jombang (0,060). Sedangkan Jumlah eosinofil rata- rata (%) Kontrol negatif (2,389), kontrol positif (8,444), loratadin (2,222), meniran (2,61 1), jombang (4,000), meniran dan jombang (2,667).

Kesimpulannya meniran, jombang, serta kombinasi meniran dan jombang dapat mengurangi reaksi radang secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah. Sehingga kerusakan jaringan yang ditirnbulkannya pada dermatitis alergi dapat dikurangi.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tolok ukur perkembangan dunia kesehatan khususnya mengenai dermatitis alergi. Sehingga meniran dan jombang dapat menjadi pilihan alternatif pengobatan dermatitis alergi disamping obat-obat kimiawi yang ada saat ini.


(2)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF MENIRAN AND DANDELION IN REDUCE

INFLAMMATION REACTION IN MACROSCOPICLY AND PRESS

EOSINOPHILS AMOUNT IN BLOOD TO ALLERGY DERMATITIS WITH

MICE A S THE EXPERIMENT ANIMAL

Christever,

2003.

Tutor

I

: Hanna Ratnawati, dr.,

M.

Kes.

Tutor

II

: Diana Krisanti Jasaputra, dr.,

M.

Kes.

Dermatitis as a result of inflammation area, consequentlv cause by recruitment

eosinophil cells to the inflammation area. The eosinophil cells could produce

a

toxic protein which cause tissue injury. At this reason, a medicine that decrease

the number of the eosinophils expected could gain the inflammation.

The research was aimed to know the effect of meniran, dandelion and both

combination in reducing inflammation reaction and decreased the number of

eosinophils in blood of the experimental mice with allergy dermatitis.

RAL experiment design with male mice BALB/C strain experiment animal

which devide into

6

groups

(n=6)

they were, negative control groups, positive

control groups, loratadin, meniran, dandelion and both combination.

The results show that the diameter of the inflammation reaction as follows (in

mm); in negative control

(0,000),

positive control

(0,901),

loratadin (0,610),

meniran (0,479), dandelion

(0,705),

meniran and dandelion

(0,060).

Whereas the

average number of eosinophils were (in percent)as follows; negative control

(2,389), positive control (8,444), loratadin (2,222), meniran (2,61

1),

dandelion

(4,000) meniran and dandelion (2,667).

It can be concluded that meniran, dandelion and meniran and dandelion in

combination could reduce the inflammation reaction and decreased the number of

eosinophil in blood. Because of this reason tissue injury appeared in ailergy

dermatitis could be reduced.

Meniran and dandelion recommended as an alternative choise in allergy

dermatitis treatment. We propose further study in allergy dermatitis treatmenr

using meniran and dandelion.


(3)

DAFTAR ISI

JUDUL

...

i

LEMBAR PERSETUJUAN

...

i i SURAT PERNYATAAN

...

iii

ABSTTRAK

...

iv

ABSTRACT

...

v

KATA PENGANTAR

...

vi

DAFTAR ISI

...

viii

DAFTAR TABEL

...

x

DAFTAR GAMBAR

...

xi

DAFTAR DIAGRAM

...

xii

DAFTAR LAMPIRAN

...

x i i i

BAB I

.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

...

1

1.2. Identifikasi Masalah

...

2

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

...

2

1.4. Kegunaan Penelitian

...

3

1.5.

Kerangka Pemikiran dan Hipotesis

...

3

1.1

.

1. 1.1.2. Hipotesis

...

4

1.6. Metodologi

...

5

1.7. Lokasi dan Waktu

...

6

Kerangka Pemikiran

...

3

BAB II

.

TIN JAUAN PUSTAKA

2.1.

Dermatitis Alergi

...

7

2.2. Reaksi Hipersensitivitas

...

8

2.3. Inflamasi

...

10

2.4. Eosinofil dan Struktur Eosinofil

...

12

2.4.1. Eosinofil

...

12

2.4.2. Struktur Eosinofil

...

13

2.5. Pengobatan Dermatitis Atopik

...

14

2.5.1.

Antihistamin

...

14

2.5.2. Kortikosteroid Topikal

...

15

2.5.3. Steroid per Oral

...

17

Dermatitis Atopik

...

18

2.6.1. Jombang

(Taraxacum officinale

Weber et Wiggers)

...

18

2.6.2. Meniran

(Phyllanthus niruri L . )

...

20

2.7. Hubungan Meniran dan Jombang terhadap Dermatitis Alergi

...

21 2.6. Tumbuhan Obat Asli Indonesia Yang Digunakan Untuk Pengobatan


(4)

BAB III

.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1.

Bahan dan Alat

...

23

3.2. Metode Penelitian

...

23

3.2.1. Desain Penelitian

...

23

3.2.2. Variabel Penelitian

...

24

3.2.3. Metode Penarikan Sampel

...

24

3.2.4. Prosedur Kerja

...

25

3.2.4.1. Prosedur Kerja Makroskopis

...

25

3.2.4.2. Prosedur Kerja Mikroskopis SADT

...

26

3.2.5. Metode Analisis

...

27

BAB IV

.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

...

28

4.2. Pembahasan

...

31

4.3. Uji Hipotesis

...

32

BAB V

.

KESIMPULAN DAN

S A R A N 5.1. Kesimpulan

...

36

5.2. Saran

...

36

DAFTAR PUSTAKA

...

37

LAMPIRAN

...

38

RIWAYAT HIDUP PENULIS

...

46


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Luas Peradangan Rata-rata Kulit Mencit (mm) pada Tiap

Tabel 4.2. Jumlah Eosinofil dalam Persen (%) pada Sediaan Apus Darah Tepi Kelompok Perlakuan yang diamati

...

28


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Jombang

(Taraxacum officinale

Weber et Wiggers)

...

19 Gambar 2.2. Meniran

(Phyllunthus niruri L )

...

21


(7)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram

4.1.

Luas Peradangan Rata-rata Kulit Mencit (mm) pada Tiap

Kelompok Perlakuan yang diamati

...

29 Diagram 4.2. Jumlah Eosinofil dalam Persen (%) pada Sediaan Apus Darah Tepi (SADT)

...

31


(8)

DAFI'AR LAMPIRAN

Lampiran I

.

Hasil Pengamatan Makroskopis

...

38

Lampiran

II

.

Perhitungan Konversi Dosis

...

41

Kulit Mencit Tiap Kelompok Perlakuan

...

42

Pada Sediaan Apus Darah Tepi

(SADT)

...

43

Lampiran V

.

Hasil Determinasi Tanaman dari ITB

...

45

Lampiran III

.

Analisis Statistik

ANOVA on

RANKS Luas Peradangan Lampiran IV

.

Analisis Statistik

ANOVA on RANKS

Jumlah Eosinofil (%)

...

xiii


(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia secara geografis merupakan negara tropis yang kaya akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Seiring perkembangan dunia kesehatan, tumbuhan merupakan alternatif pengobatan diluar penggunaan obat-obatan kimiawi. Masyarakat sering menggunakan tumbuhan untuk mengatasi berbagai penyakit antara lain dermatitis, ini dikarenakan mudahnya tumbuh-tumbuhan tersebut untuk didapatkan serta lebih ekonomis dibandingkan obat-obatan kimiawi dipasaran yang semakin hari membuat mayoritas konsumen di Indonesia sulit untuk menjangkau nilai jual dari obat-obatan tersebut. Dari masalah keseharian ini tercetus sebuah pemikiran untuk mengoptimalkan kekayaan sumber daya alam yang melimpah di Nusantara Indonesia ini.

Bila dilihat jumlah prevalensi dari keseluruhan bentuk dermatitis adalah 4,66 %

termasuk dermatitis atopik 0,69 %, eczema numuler 0,17%, dan dermatitis seboroik 2,82 % (Marwali, 2000).

Pengobatan dermatitis saat ini belum terlalu memuaskan karena sering kambuh serta efek samping yang banyak terjadi setelah penggunaan obat-obatan kimiawi, sehingga dicari pengobatan alternatif dari Tumbuhan Obat Asli Indonesia untuk mengobati pen yakit dermatitis dengan harapan memiliki sedikit efek samping.

Membahas masalah dermatitis tidak terlepas dari ruang lingkup proses inflamasi. Inflamasi merupakan mekanisme pertahanan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan tubuh terhadap bahaya seperti invasi konfigurasi asing dan trauma, yang sekaligus dapat memperbaiki struktur dan fungsi jaringan yang terganggu akibat bahaya tersebut. Pada proses peradangan terjadi perekrutan sel-sel radang antara lain sel eosinofil. Sel eosinofil mengandung protein yang toksik dan dimaksudkan untuk menghancurkan berbagai antigen, namun pada keadaan inflamasi kronik, sel eosinofil berpotensi menimbulkan kerusakan jaringan (Sudigdo Adi, 2000).

Sel-sel eosinofil yang banyak dijumpai pada penyakit dermatitis alergik sangat memegang peranan dalam kerusakan jaringan yang terjadi pada pen yakit ini. Obat yang


(10)

2

dapat menekan jumlah eosinofil dengan demikian diharapkan dapat mengatasi gangguan kulit pada pen yakit dermatitis ini. Di Indonesia tumbuhan yang sering digunakan untuk mengatasi dermatitis secara empirik adalah meniran dan jombang sebagai anti inflamasinya. Melalui penelitian ini dibuktikan apakah meniran dan jombang dapat mengurangi reaksi radang dan menekan jumlah eosinofil dalam darah.

1.2 Identifikasi Masalah

1. Apakah meniran dapat mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergik dengan hewan coba mencit.

2. Apakah Jombang dapat mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergik dengan hewan coba mencit.

3. Apakah kombinasi antara meniran dan jombang dapat mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergik dengan hewan coba mencit.

4. Apakah kombinasi antara meniran dan jombang lebih baik dalam mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah dibandingkan meniran atau jombang saja pada dermatitis alergik dengan hewan coba mencit.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh meniran terhadap berkurangnya reaksi peradangan secara makroskopis dan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergik dengan hewan coba mencit.

2. Untuk mengetahui pengaruh jombang terhadap berkurangnya reaksi peradangan secara makroskopis dan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergik dengan hewan coba mencit.


(11)

3

3 . Untuk mengetahui efektifitas kombinasi antara meniran dan jombang untuk pengobatan dermatitis alergik pada mencit.

4. Untuk mengetahui perbandingan efektifitas kombinasi antara meniran dan jombang lebih baik dalam mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah dibandingkan meniran atau jombang saja pada dermatitis alergik dengan hewan coba mencit.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan akademis penelitian ini adalah untuk memperluas cakrawala ilmu farmakologi Tumbuhan Obat Asli Indonesia khususnya meniran dan jombang dalam mengatasi dermatitis alergik.

2. Kegunaan praktis penelitian ini sebagai dasar pengembangan kemajuan pengobatan khususnya dermatitis alergik.

1.5 Kerangka Pemikiran dan hipotesis 1.5.1. Kerangka Pemikiran

Sel-sel eosinofil memegang peranan penting dalam patofisiologi pen yakit alergi termasuk dermatitis alergik.

Bukti bahwa eosinofil berperan penting dalam patogenesis reaksi alergi :

1. Granula di dalam eosinofil mengandung zat toksik mayor basic protein (MBP), eosinophil cationic protein (ECP), eosinophil derivative neurogenic (EDN), dan eosinophil peroxidase (EPO) dan kadarnya meningkat di dalam darah, sputum dan cairan bronkus penderita asma. Dan telah terbukti terdapat korelasi antara kadar produk zat toksik di atas dengan beratnya penyakit asma.

2. Sel eosinofil mensekresi sitokin, kemokin dan faktor pertumbuhan yaitu nerve growth factor (NGF), IL-9 yang sangat berperan pada proses inflamasi reaksi hipersensitivitas I fase lambat. Nerve growth factor berfungsi

menstimulasi sel saraf, sel T dan sel B serta proliferasi granulosit. Kadar NGF


(12)

4

3. Eosinofil dengan produknya akan selalu tampak pada asma kronik disebabkan aktivasi Th2 dan sitokin yang dihasilkannya seperti IL-3, IL-5 dan granulocyte macrophage-colony stimulating factor (GM-CSF) yang mempunyai fungsi

mempertahankan umur dan fungsi eosinofil lebih panjang.

4. Eosinofil aktif di aliran darah umurnya akan diperpanjang 4-5 kali bila diinkubasi dengan IL-5. Yang menarik ialah bahwa eosinofil dapat mensintesis IL-3, IL-5 dan GM-CSF merangsang proliferasi sel sendiri (autokrin) dan meningkatkan adhesinya dengan endotel vaskuler sehingga akan memperberat proses inflamasi yang sedang terjadi. Interleukin-5 dan GM-CSF yang disekresi oleh sel limfosit T juga akan memperpanjang umur eosinofil, meningkatkan adhesi dan aktivasi eosinofil hipodens. Dan dari granulanya akan dilepaskan mediator lipid seperti leukotrien dan platelet activating factor (PAF) yang

menyebabkan bronkokonstriksi serta peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga dapat dimengerti terdapat korelasi yang baik antara kadar eosinofil hipodens dengan hiper-responsif bronkus.

Seperti telah dikatakan diatas, sel-sel eosinofil memegang peranan dalam reaksi alergi. Melalui penelitian ini meniran dan jombang terhadap penekanan jumlah eosinofil akan dinilai, apabila hasilnya cukup signifikan maka meniran dan jombang berpotensi dalam menekan jumlah sel eosinofil, sehingga dapat mengurangi kerusakan jaringan pada inflamasi kronik.

Histamin memegang peranan penting dalam patofisiologi pen yakit alergi termasuk dermatitis. Meniran dapat menghambat sintesis daripada histamin sehingga histamin tidak terbentuk, sedangkan jombang berefek sebagai anti inflamasi dan anti oksidan sehingga mengurangi peradangan pada dermatitis, dengan demikian meniran dan jombang diharapkan dapat mengatasi dermatitis alergik.

1.5.2. Hipotesis

1. Meniran dapat mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergik dengan hewan coba


(13)

2. Jombang dapat mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergik dengan hewan coba mencit.

3. Kombinasi antara meniran dan jombang dapat mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergik dengan hewan coba mencit.

4. Kombinasi antara meniran dan jombang lebih baik dalam mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah dibandingkan meniran atau jombang saja pada dermatitis alergik dengan hewan coba mencit.

1.6. Metodologi

Penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), melalui eksperimen di laboratorium dengan hewan coba mencit jantan dewasa galur BALB/C umur 8 minggu dengan berat badan 20-25 g sejumlah 36 ekor yang diperoleh dari PT Bio Farma. Mencit-mencit tersebut dibagi dalam 6 kelompok (n=6) sebagai berikut:

1. Kontrol negatif, yaitu mencit diberi suntikan air suling secara intrakutan.

2. Kontrol positif, yaitu mencit diberi suntikan alergen ovalbumin 10% sebanyak

0,2 ml secara intrakutan.

3. Kontrol pembanding, yaitu mencit diberi loratadin per oral dan 0,2 ml alergen ovalbumin 10% secara intrakutan.

4. Kelompok uji 1 infus meniran per oral dan 0,2 ml alergen ovalbumin 10% in trakutan.

5. Kelompok uji 2 yang diberi infus jombang per oral dan 0,2 ml alergen ovalbumin 10% intrakutan.

6. Kelompok uji 3 yang diberi infus meniran dan jombang per oral 0,2 ml alergen ovalbumin 10% intrakutan.

Kelompok 2, 3, 4 , 5 dan 6 pada hari 1 dan 7 diberi 0,2 ml alergen ovalbumin 10%. Pada hari ke-21, mencit kelompok 2 diberi 0,2 ml ovalbumin 10% sebagai kontak ulangan secara intrakutan, sedangkan kelompok 3 diberi infus loratadin, kelompok 4


(14)

6

meniran, kelompok 5 jombang dan kelompok 6 kombinasi meniran dan jombang secara per oral. 1 jam kemudian mencit-mencit kelompok 3,4,5 dan 6 diberi 0,2 ml alergen ovalbumin 10% sebagai kontak ulangan secara intrakutan. Lebarnya bercak kemerahan tanda reaksi peradangan pada kulit mencit diukur dengan menggunakan jangka sorong. Kemudian mencit-mencit diambil darah perifernya melalui ekor untuk dijadikan preparat sediaan apus darah tepi. Data penelitian disusun secara statistik dengan

ANOVA on ranks dilanjutkan dengan metode Student Newman Keuls.

1.7. Lokasi dan Waktu

Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Laboratorium Histologi dan Laboratorium Biologi Medis Universitas Kristen Maranatha Bandung, dan dimulai bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2003.


(15)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Meniran dapat mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergi dengan hewan coba mencit

(p<0,05).

2. Jombang dapat mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergi dengan hewan coba mencit (p<0,05).

3. Meniran dan jombang dapat mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergi dengan hewan coba mencit (p<0,05).

4.a. Kombinasi meniran dan jombang lebih baik dalam mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis bila dibandingkan meniran atau jombang saja pada dermatitis alergi dengan hewan coba mencit (p<0,05).

4.b. Kombinasi meniran dan jombang lebih baik dalam menekan jumlah eosinofil dalam darah bila dibandingkan jombang saja, akan tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna bila dibandingkan meniran saja pada dermatitis alergi dengan hewan coba mencit (p<0,05).

5.2. Saran

Melalui penelitian “Pengaruh Meniran dan Jombang dalam Mengurangi Reaksi Peradangan Secara Makroskopis serta Menekan Jumlah Eosinofil dalam Darah pada Dermatitis Alergi dengan Hewan coba Mencit” diharapkan dapat menjadi tolok ukur perkembangan dunia kesehatan khususnya mengenai dermatitis alergi. Sehingga meniran dan jombang dapat menjadi pilihan alternatif dalam pengobatan dermatitis alergi disamping obat-obat kimiawi yang ada saat ini.


(16)

DAFTAR PUSTAKA

Bisset, N. G., 1994. Herbal Drug and Phytopharmaceuticals, Medpharm Bruneton, Jean. 1999. Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants. Second Dalimartha, 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, Trubus Agriwidya, hal 96 Djoko Santosa., Didik Gunawan. 2001. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit. Gomez., K. A. and Gomez., A.A., 1972., Statical Prosedure for Argicultural Research., http://plants.usda.gov

Johny Ria Hutapea.,dkk. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta Karnen Garna Baratawidjaja. 2000. Imunologi Dasar. Edisi ke-4. Jakarta: Balai Landow. R. K.1992. Kapita Selekta, Terapi Dermatologik. Cetakan ke-2. Jakarta: EGC Marwali Harahap., Chairiyah Tanjung. 1998. Ilmu Penyakit Kulit. Dalam Anatomi dan Sudigdo Adi. 2000. Imunodermatologi Bagi Pemula. Bandung: Fakultas Kedokteran Syamsuhidayat, S.S., dan Hutapea. J.R., 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I),

Scientific Publishers, Stuttgart. p: 173 -175 & 486 549. edition. Hampshire, U.K. : Intercept.Ltd.

102.

Edisi ke-2. Jakarta : Penebar Swadaya. page 15.

: Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Penerbit Buku Kedokteran.

Fungsi Kulit. Edisi ke-1. Jakarta: Hipokrates. Universitas Padjadjaran.

Departemen Kesehatan. hal. 566 567.


(1)

3 .

Untuk mengetahui efektifitas kombinasi antara meniran dan jombang untuk

pengobatan dermatitis alergik pada mencit.

4.

Untuk mengetahui perbandingan efektifitas kombinasi antara meniran dan

jombang lebih baik dalam mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis

dan menekan jumlah eosinofil dalam darah dibandingkan meniran atau jombang

saja pada dermatitis alergik dengan hewan coba mencit.

1.4

Kegunaan Penelitian

1.

Kegunaan akademis penelitian ini adalah untuk memperluas cakrawala ilmu

farmakologi Tumbuhan Obat Asli Indonesia khususnya meniran dan jombang

dalam mengatasi dermatitis alergik.

2.

Kegunaan praktis penelitian ini sebagai dasar pengembangan kemajuan

pengobatan khususnya dermatitis alergik.

1.5

Kerangka Pemikiran dan hipotesis

1.5.1. Kerangka Pemikiran

Sel-sel eosinofil memegang peranan penting dalam patofisiologi pen yakit alergi

termasuk dermatitis alergik.

Bukti bahwa eosinofil berperan penting dalam patogenesis reaksi alergi

:

1.

Granula di dalam eosinofil mengandung zat toksik

mayor basic protein (MBP),

eosinophil cationic protein (ECP), eosinophil derivative neurogenic (EDN), dan

eosinophil peroxidase (EPO)

dan kadarnya meningkat di dalam darah, sputum

dan cairan bronkus penderita asma. Dan telah terbukti terdapat korelasi antara

kadar produk zat toksik di atas dengan beratnya penyakit asma.

2.

Sel eosinofil mensekresi sitokin, kemokin dan faktor pertumbuhan yaitu

nerve

growth factor (NGF),

IL-9

yang sangat berperan pada proses inflamasi

reaksi hipersensitivitas

I fase lambat. Nerve growth factor berfungsi

menstimulasi sel saraf, sel T dan sel B serta proliferasi granulosit. Kadar NGF

akan meningkat pada penderita asma, rinitis alergi, dan urtikaria.


(2)

4

3. Eosinofil dengan produknya akan selalu tampak pada asma kronik disebabkan

aktivasi Th2 dan sitokin yang dihasilkannya seperti IL-3, IL-5 dan

granulocyte

macrophage-colony stimulating factor (GM-CSF) yang mempunyai fungsi

mempertahankan umur dan fungsi eosinofil lebih panjang.

4.

Eosinofil aktif di aliran darah umurnya akan diperpanjang

4-5

kali bila

diinkubasi dengan IL-5. Yang menarik ialah bahwa eosinofil dapat mensintesis

IL-3,

IL-5 dan GM-CSF merangsang proliferasi sel sendiri (autokrin) dan

meningkatkan adhesinya dengan endotel vaskuler sehingga akan memperberat

proses inflamasi yang sedang terjadi. Interleukin-5 dan GM-CSF yang disekresi

oleh sel limfosit

T juga akan memperpanjang umur eosinofil, meningkatkan

adhesi dan aktivasi eosinofil hipodens. Dan dari granulanya akan dilepaskan

mediator lipid seperti leukotrien dan

platelet activating factor (PAF) yang

menyebabkan bronkokonstriksi serta peningkatan permeabilitas pembuluh

darah sehingga dapat dimengerti terdapat korelasi yang baik antara kadar

eosinofil hipodens dengan hiper-responsif bronkus.

Seperti telah dikatakan diatas, sel-sel eosinofil memegang peranan dalam reaksi

alergi. Melalui penelitian ini meniran dan jombang terhadap penekanan jumlah

eosinofil akan dinilai, apabila hasilnya cukup signifikan maka meniran dan jombang

berpotensi dalam menekan jumlah sel eosinofil, sehingga dapat mengurangi kerusakan

jaringan pada inflamasi kronik.

Histamin memegang peranan penting dalam patofisiologi pen yakit alergi termasuk

dermatitis. Meniran dapat menghambat sintesis daripada histamin sehingga histamin

tidak terbentuk, sedangkan jombang berefek sebagai anti inflamasi dan anti oksidan

sehingga mengurangi peradangan pada dermatitis, dengan demikian meniran dan

jombang diharapkan dapat mengatasi dermatitis alergik.

1.5.2.

Hipotesis

1.

Meniran dapat mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan

jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergik dengan hewan coba


(3)

3. Kombinasi antara meniran dan jombang dapat mengurangi reaksi peradangan

secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis

alergik dengan hewan coba mencit.

4.

Kombinasi antara meniran dan jombang lebih baik dalam mengurangi reaksi

peradangan secara makroskopis dan menekan jumlah eosinofil dalam darah

dibandingkan meniran atau jombang saja pada dermatitis alergik dengan hewan

coba mencit.

1.6. Metodologi

Penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL), melalui eksperimen di

laboratorium dengan hewan coba mencit jantan dewasa galur BALB/C umur 8 minggu

dengan berat badan 20-25

g

sejumlah

36 ekor yang diperoleh dari PT Bio Farma.

Mencit-mencit tersebut dibagi dalam 6 kelompok (n=6) sebagai berikut:

1.

Kontrol negatif, yaitu mencit diberi suntikan air suling secara intrakutan.

2.

Kontrol positif, yaitu mencit diberi suntikan alergen ovalbumin 10% sebanyak

0,2 ml secara intrakutan.

3. Kontrol pembanding, yaitu mencit diberi loratadin per oral dan 0,2 ml alergen

ovalbumin

10% secara intrakutan.

4. Kelompok uji

1

infus meniran per oral dan 0,2 ml alergen ovalbumin 10%

in trakutan.

5.

Kelompok uji

2

yang diberi infus jombang per oral dan

0,2

ml alergen

ovalbumin 10% intrakutan.

6. Kelompok uji 3 yang diberi infus meniran dan jombang per oral 0,2 ml alergen

ovalbumin 10% intrakutan.

Kelompok 2, 3, 4 , 5 dan 6 pada hari

1

dan 7 diberi 0,2 ml alergen ovalbumin 10%.

Pada hari ke-21, mencit kelompok 2 diberi 0,2 ml ovalbumin 10% sebagai kontak

ulangan secara intrakutan, sedangkan kelompok

3 diberi infus loratadin, kelompok

4


(4)

6

meniran, kelompok

5

jombang dan kelompok 6 kombinasi meniran dan jombang secara

per oral. 1 jam kemudian mencit-mencit kelompok

3,4,5

dan 6 diberi 0,2 ml alergen

ovalbumin 10% sebagai kontak ulangan secara intrakutan. Lebarnya bercak kemerahan

tanda reaksi peradangan pada kulit mencit diukur dengan menggunakan jangka sorong.

Kemudian mencit-mencit diambil darah perifernya melalui ekor untuk dijadikan

preparat sediaan apus darah tepi. Data penelitian disusun secara statistik dengan

ANOVA on ranks dilanjutkan dengan metode Student Newman Keuls.

1.7.

Lokasi

dan

Waktu

Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Farmakologi, Laboratorium

Histologi dan Laboratorium Biologi Medis Universitas Kristen Maranatha Bandung,

dan dimulai bulan Maret sampai dengan bulan Juni

2003.


(5)

5.1.

Kesimpulan

1.

Meniran dapat mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan menekan

jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergi dengan hewan coba mencit

(p<0,05).

2.

Jombang dapat mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis dan

menekan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergi dengan hewan

coba mencit (p<0,05).

3.

Meniran dan jombang dapat mengurangi reaksi peradangan secara makroskopis

dan menekan jumlah eosinofil dalam darah pada dermatitis alergi dengan hewan

coba mencit (p<0,05).

4.a. Kombinasi meniran dan jombang lebih baik dalam mengurangi reaksi

peradangan secara makroskopis bila dibandingkan meniran atau jombang saja

pada dermatitis alergi dengan hewan coba mencit (p<0,05).

4.b. Kombinasi meniran dan jombang lebih baik dalam menekan jumlah eosinofil

dalam darah bila dibandingkan jombang saja, akan tetapi tidak ada perbedaan

yang bermakna bila dibandingkan meniran saja pada dermatitis alergi dengan

hewan coba mencit (p<0,05).

5.2. Saran

Melalui penelitian “Pengaruh Meniran dan Jombang dalam Mengurangi Reaksi

Peradangan Secara Makroskopis serta Menekan Jumlah Eosinofil dalam Darah pada

Dermatitis Alergi dengan Hewan coba Mencit” diharapkan dapat menjadi tolok ukur

perkembangan dunia kesehatan khususnya mengenai dermatitis alergi.

Sehingga

meniran dan jombang dapat menjadi pilihan alternatif dalam pengobatan dermatitis

alergi disamping obat-obat kimiawi yang ada saat ini.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bisset,

N. G.,

1994.

Herbal

Drug

and

Phytopharmaceuticals, Medpharm

Bruneton, Jean.

1999.

Pharmacognosy Phytochemistry Medicinal Plants. Second

Dalimartha, 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia, Jilid 2, Trubus Agriwidya, hal 96

Djoko Santosa., Didik Gunawan. 2001. Ramuan Tradisional Untuk Penyakit Kulit.

Gomez., K. A. and Gomez., A.A., 1972., Statical Prosedure

for

Argicultural Research.,

http://plants.usda.gov

Johny Ria Hutapea.,dkk. 1994. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Edisi ke-3. Jakarta

Karnen Garna Baratawidjaja. 2000. Imunologi

Dasar.

Edisi ke-4. Jakarta: Balai

Landow. R. K.1992. Kapita Selekta, Terapi Dermatologik. Cetakan ke-2. Jakarta: EGC

Marwali Harahap., Chairiyah Tanjung. 1998. Ilmu Penyakit Kulit. Dalam Anatomi dan

Sudigdo Adi. 2000. Imunodermatologi Bagi Pemula. Bandung: Fakultas Kedokteran

Syamsuhidayat, S.S., dan Hutapea. J.R., 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia

(I),

Scientific Publishers, Stuttgart. p: 173

-175

&

486 549.

edition. Hampshire, U.K.

:

Intercept.Ltd.

102.

Edisi ke-2. Jakarta

:

Penebar Swadaya.

page 15.

:

Departemen Kesehatan RI Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Penerbit Buku Kedokteran.

Fungsi Kulit. Edisi ke-1. Jakarta: Hipokrates.

Universitas Padjadjaran.

Departemen Kesehatan. hal. 566

567.


Dokumen yang terkait

Perbandingan Efek Ekstrak Air dan Ekstrak Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) Terhadap Persentase Jumlah Eosinofil Pada Mencit Galur Swiss Webster Dengan Dermatitis Alergika.

0 0 29

Aktivitas Ekstrak Air dan Etanol Herba Meniran (Phyllanthus niruri L.) terhadap Reaksi Inflamasi Pada Mencit Galur Swiss Webster Dengan Dermatitis Alergika.

0 0 35

Aktivitas Kombinasi Herba Jombang dan Meniran Terhadap Jumlah Eosinofil Pada Mencit Dengan Dermatitis Alergika.

0 0 24

Efek Infusa Herba Sambiloto (Andrographidis Herba ) Sebagai Antialergi Terhadap Dermatitis Alergika Pada Hewan Coba Mencit.

0 0 20

Efek Anti - Inflamasi Rimpang Temulawak (Curcumae Rhizoma) Terhadap Dermatitis Alergika Dengan Hewan Coba Mencit.

0 0 18

Pengaruh Pemberian Temulawak (Curcumae Rhizoma) Terhadap Reaksi Peradangan dan Jumlah Eosinofil Pada Dermatitis Alergika Dengan Hewan Coba Mencit.

0 0 20

Efek Meniran (Phyllanthus niruri L.) Sebagai Antihistamin dan Antialergi Pada Model Dermatitis Alergika Dengan Hewan coba Mencit Galur balb/c.

0 1 14

HUBUNGAN KADAR IMUNOGLOBULIN E DALAM SERUM DAN EOSINOFIL DARAH DENGAN DERAJAT PENYAKIT DERMATITIS ATOPIK PADA SISWA SLTP.

0 0 15

Hubungan Kadar Imunoglobulin E dalam Serum dan Eosinofil Darah dengan Derajat Penyakit Dermatitis Atopik pada Siswa SLTP IMG 20160222 0001

0 0 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 - Pengaruh Meniran dan Jombang Dalam Mengurangi Reaksi Peradangan Secara Makroskopis Serta Menekan Jumlah Eosinofil Dalam Darah Pada Dermatitis Alergi Dengan Hewan Coba Mencit - MCUrepository

0 0 6