PEMBERDAYAAN KOMUNITAS WANITA PESISIR YANG TERGABUNG DALAM “KOPERASI KAMPUNG UNGGULAN MANGROVE” (Di Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya).

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS WANITA PESISIR YANG
TERGABUNG DALAM “KOPERASI KAMPUNG UNGGULAN
MANGROVE”
(Di Kelur ahan Kedung Bar uk, Kecamatan Rungkut, Kota Sur abaya)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyar atan Memperoleh Gelar Sar jana
Ilmu Administr asi Negara Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Univer sitas Pembangunan Nasional “Veteran” J awaTimur

Oleh :
IVA ASFIANA
NPM. 0841010036

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
J AWA TIMUR
2015

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya,
penulis

dapat


menyelesaikan

penyusunan

skripsi

ini

dengan

judul

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS WANITA PESISIR YANG TERGABUNG
DALAM

“KOPERASI

KAMPUNG

UNGGULAN


MANGROVE”

(Di

Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya)
Dalam penulisan skripsi ini dibuat guna memenuhi persyaratan sesuai dengan
kurikulum yang ada pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan dengan lancar dan tidak akan
terwujud tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Sri Wibawani, Msi sebagai dosen
pembimbing yang telah memberikan petunjuk, koreksi serta saran hingga
terselesainnya skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Lukman Arif, MSi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.

3. Ibu Dra. Susi Harjati, MAP, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi
Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Jawa Timur.
4. Drs. Lulut Sri Yuliani,MM, selaku Kepala Koperasi Kampung Unggulan
Mangrove Kota Surabaya.
5. Segenap komunitas wanita pesisir Kota Surabaya yang telah banyak membantu
dalam memberikan informasi – informasi yang terkait dalam pembuatan skripsi
ini.
vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6. Doa restu Orangtua Bp.Sardjono, Almh.Hj. Zuliasih, saudara-saudaraku yang
selalu memberikan motivasi dan arahan dalam menyelesaikan skripsi ini guna
mendapatkan gelar sarjana.
7. Teman - temanku yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dan semua
mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Administrasi Publik, banyak
terima kasih atas bantuannya.
Skripsi


ini

diharapkan

dapat

memberikan

suatu

pemahaman

tentang

Pemberdayaan Komunitas Wanita Pesisir Yang Tergabung Dalam “Koperasi Kampung
Unggulan Mangrove” (Di Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Kota
Surabaya)serta menambah pengetahuan bagi pembaca.

Surabaya, 16 Januari 2015


Penulis

ii
vi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN J UDUL .............................................................................

i

LEMBAR PERSETUJ UAN ..................................................................

ii

LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................


iii

LEMBAR REVISI ................................................................................

iv

KATA PENGANTAR ...........................................................................

v

DAFTAR ISI ..........................................................................................

vii

DAFTAR GAMBAR ..............................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN ..........................................................................


xii

ABSTRAKSI .........................................................................................

xiii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................

1

1.1. Latar Belakang ....................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah ...............................................................

11

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................


11

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................

12

BAB II KAJ IAN PUSTAKA ................................................................

13

2.1. Penelitian Terdahulu .............................................................

13

2.2. Landasan Teori ....................................................................

17

2.2.1. Pemberdayaan Masyarakat .........................................


17

2.2.1.1. Pengertian Pemberdayaan .............................

18

2.2.1.2. Tahapan Pemberdayaan ................................

18

2.2.1.3. Tujuan Pemberdayaan ...................................

19

2.2.1.4. Strategi Pemberdayaan Masyarakat ...............

20

2.2.1.5. Pendekatan ....................................................


25

2.2.1.6. Upaya Pemberdayaan ....................................

26

2.3. Pengertian Pelatihan .............................................................

28

2.3.1. Peserta Didik ..............................................................

29

vii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2.3.2. Pelatih (Instruktur) ......................................................

29

2.3.3. Lamanya Pelatihan ......................................................

31

2.3.4. Bahan Latihan .............................................................

31

2.3.5. Bentuk Latihan ............................................................

32

2.3.6. Kualitas Pelatihan ......................................................

33

2.3.7. Prinsip-prinsip Pelatihan ............................................

36

2.3.8. Metode Pelatihan ........................................................

40

2.3.9. Pendekatan Pelatihan ...................................................

44

2.4. Masyarakat ...........................................................................

44

2.4.1. Syarat Timbulnya Masyarakat .....................................

45

2.4.2. Kriteria Masyarakat .....................................................

45

2.4.3. Faktor-faktor Bermasyarakat .......................................

46

2.4.4. Tipe-tipe Masyarakat Setempat ..................................

47

2.5. Sistem Manajemen Lima Jari-Jari Dalam Membangun UKM
Mandiri Berbasis Lingkungan Guna Konservasi Hutan Mangrove
di Indonesia ..........................................................................

48

2.5.1. Komponen Menajemen Lima Jari-Jari .......................

48

2.5.2. Produk Ungulan Inovasi Keragaman Hayati Dan Kultur
Budaya Setempat .......................................................

48

2.5.3. Manajemen ................................................................

49

2.5.4. Jaringan Pemasaran Dan Publikasi Yang Benar .........

49

2.5.5. Quality Control, Monitoring, Evalausi dan Pendampingan
Secara Tuntas ............................................................

49

2.6. Kerangka Berpikir ...............................................................

50

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................

51

3.1. Jenis Penelitian .....................................................................

51

3.2. Fokus Penelitian ..................................................................

52

3.3. Lokasi Penelitian ..................................................................

56

3.4. Sumber Data ........................................................................

57

3.5. Pengumpulan Data ...............................................................

59

viii
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3.6. Analisa Data ........................................................................

61

3.7. Keabsahan Data ...................................................................

63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................

66

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ......................................

66

4.1.1. Profil Koperasi Kampong Unggulan Mangrove .........

66

4.1.2. Visi Dan Misi Koperasi Kampong Mangrove ............

68

4.1.3. Persyaratan Calon Anggota Koperasi Kampong Unggulan
Mangrove ..................................................................

69

4.1.4. Deskripsi Kebutuhan Anggota ....................................

69

4.1.5. Prinsip Program .........................................................

69

4.1.6. Program Pelayanan Kesejahteraan Sosial ...................

70

4.1.7. Tujuan Koperasi Kampung Unggulan Mangrove .........

70

4.1.8. Struktur Organisasi Koperasi Kampung
Unggulan Mangrove ..................................................

70

4.1.9. Anggota Koperasi Kampung Unggulan Mangrove .....

71

4.2. Hasil Penelitian .....................................................................

72

4.2.1. Simpan Pinjam ............................................................

73

4.2.2. Pelatihan Keterampilan ...............................................

90

4.2.3. Pemasaran ...................................................................

96

4.3. Pembahasan ..........................................................................

99

4.3.1. Simpanan Pinjam .......................................................

99

4.3.2. Pelatihan Keterampilan ..............................................

110

4.3.3. Pemasaran .................................................................

113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................

115

5.1. Kesimpulan ..........................................................................

115

5.1.1. Simpan Pinjam ............................................................

115

5.1.2. Pelatihan Keterampilan ..............................................

117

5.1.3. Pemasaran ...................................................................

119

5.2. Saran ...................................................................................

120

ix
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................

124

LAMPIRAN………………………………………………………………

125

x
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

ABSTRAKSI
IVA ASFIANA, PEMBERDAYAAN KOMUNITAS WANITA PESISIR YANG
TERGABUNG DALAM “KOPERASI KAMPUNG UNGGULAN MANGROVE” (Di
Kelur ahan Kedung Bar uk, Kecamatan Rungkut, Kota Sur abaya).
Dalam memberdayakan komunitas wanita pesisir melalui pelatihan ketrampilan olahan
mangrove. Koprerasi kampung unggulan mangrove berharap dapat lebih berkerja sama dengan
lembaga lain dan terutama dapat menularkan ilmu berbudidaya mangrove dan memanfaatkan
mangrove sebagai bahan olahan dan batik kepada masyarakat lain sehingga tujuan dari kampung
unggulan olahan mangrove ini berdiri yaitu Mensejahterakan masyarakat sekitar dapat tercapai.
Jenis Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan maksud ingin
memperoleh gambaran yang komprehensif dan mendalam mengenai Pemberdayaan Komunitas
Wanita Pesisir Yang Tergabung Dalam Koperasi Kampung Unggulan Mangrove Kecamatan
Rungkut Kota Surabaya.. Adapun Penelitian ini dengan fokus yang pertama adalah Simpan
Pinjam yang didalamnya terdapat simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan
pinjaman. Fokus kedua adalah Pelatihan Keterampilan dengan membentuk individu menjadi
mandiri dan termotivasi untuk maju. Fokus ketiga adalah Pemasaran dengan memberikan wadah
bagi masyarakat yang aktif dalam pelatihan dan memasarkan hasil kerajinan. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara. Analisa data dalam
Penelitian ini dengan menggunakan model interaktif. Keabsahan data pada penelitian ini meliputi
Derajat Kepercayaan
(Credibility), Keteralihan (Transferability), Kebergantungan
(Dependability), Kepastian (Conformability).
Hasil penelitian ini adalah. Pemberdayaan Komunitas Wanita Pesisir Yang Tergabung
Dalam Koperasi Kampung Unggulan Mangrove Kecamatan Rungkut Kota Surabaya. 1). Simpan
Pinjam yang didalamnya terdapat simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan sukarela dan
pinjaman. Dimana koperasi tetap berjalan selama masih ada anggota yang masih bergantung tapi
sebisa mungkin koperasi akan mendidik anggotanya supaya tidak tergantung di koperasi simpan
pinjam. 2). Pelatihan Keterampilan dengan membentuk individu menjadi mandiri dan juga
memberikan pelatihan kepada anggota untuk mendaur ulang tumbuhan mangrove menjadi
keterampilan yang bernilai dan termotivasi untuk maju setelah mengikuti program
pemberdayaan. 3). Pemasaran dengan memberikan wadah bagi masyarakat yang aktif dalam
pelatihan dan memasarkan hasil kerajinan yang diambil dari semua anggota binaan dalam
pameran maupun gallery. Membentuk komunitas wanita pesisir individu menjadi mandiri dan
termotivasi untuk maju setelah mengikuti program pemberdayaan.

Kata Kunci : Pemberdayaan,, Komunitas Wanita Pesisir dan Koperasi Kampung Unggulan
Mangrove

xiii

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari manusia dan lingkungan mempunyai
hubungan timbal balik yang sangat erat. Kemampuan mengolah yang dimiliki
manusia, dimanfaatkan untuk meningkatkan kelebihan maupun potensipotensi yang ada di lingkungan sekitarnya, untuk kehidupan mereka.
Keragaman upaya atau cara yang timbul dari usaha manusia untuk
meningkatkan dan memanfaatkan potensi alam di sekitarnya, tak lain dan tak
bukan adalah sebuah usaha sistematis guna meningkatkan kesejahteraan.
Bentang alam Surabaya masih menyisakan ruang terbuka hijau di
kawasan pesisir timur, tepatnya di Wonorejo kecamatan Rungkut. Potensi
tersebut berupa kawasan hutan mangrove dan lahan pertambakan yang
menjadi sumber mata pencaharian bagi petambak, nelayan, pencari kepiting
dan dewasa ini ditingkatkan nilai prekonomiannya karena mengingat fungsi
ekologis hutan mangrove sangat penting dan tidak bisa digantikan dengan apa
pun, maka perlu dilakukan upaya untuk mewujudkan kondisi ideal hutan
mangrove, baik ditinjau dari aspek zonasi, kerapatan maupun ketebalan.
Ketebalan hutan mangrove adalah minimal 130 kali nilai rata-rata perbedaan
air pasang tertinggi dan terendah tahunan diukur dari garis air surut terendah

1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

2

kearah darat (pasal 27 Kepres 32 tahun 1990 tentang Pengelolaan kawasan
lindung). antara lain sebagai tujuan alternative wisata alam masyarakat
Surabaya, dan usaha pengolahan hasil dari tumbuhan mangrove.
Mangrove merupakan suatu komunitas vegetasi pantai wilayah tropis
yang didominasi oleh beberapa spesies pohon yang khas atau semak-semak
yang mampu tumbuh di perairan asin (Nybakken, 1993). Bengen (2004)
mendefinisikan mangrove sebagai suatu komunitas vegetasi pantai tropis dan
subtropik yang didominasi oleh beberapa jenis pohon yang mampu tumbuh
dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Tumbuhan
mangrove sebagaimana tumbuhan lainnya mengkonversi cahaya matahari dan
zat hara menjadi jaringan tumbuhan (bahan organik) melalui proses
fotosintesis. Mangrove merupakan sumber makanan potensial dalam berbagai
bentuk, bagi semua biota yang hidup di ekosistem mangrove. Berbeda dengan
ekosistem pesisir lainnya,
Hutan mangrove tumbuh di zona pantai yang berlumpur yang secara
teratur tergenang air laut dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut tetapi
tidak dipengaruhi oleh iklim. Hutan mangrove mempunyai fungsi ekonomis
dan fungsi ekologis. Salah satu fungsi ekologis adalah mencegah terjadinya
abrasi pantai dan sumberdaya yang paling banyak menghasilkan nutrien bagi
ekosistem dan beberapa biota, tempat berasosiasi berbagai organisme seperti
udang, kerang, kepiting dan lain-lain. Sedangkan fungsi ekonomisnya sebagai
penyediaan kayu, daun-daunan, sebagai bahan baku obat-obatan dan getahgetahan. Disamping itu juga hutan bakau mempunyai fungsi non ekonomis

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

3

yaitu sebagai lahan eksploitasi, tambak udang, pariwisata dan sebagai daerah
indusri
Meskipun Kedung Baruk terletak di pinggiran kota metropolitan,
namun masyarakat di kelurahan ini mampu mengoptimalkan potensi dan
kelebihan yang ada pada lingkungan sekitarnya. Seperti halnya dalam
pengembangan atau pembangunan daerah setempat, masyarakat di kelurahan
Kedung Baruk mampu berupaya mengolah dan memanfaatkan hasil hutan
bakau untuk dikembangkan menuju sektor hilir atau pasca panen, guna
meningkatkan nilai tambah produk.
Faktor pendorong untuk pengembangan potensi di wilayah Kelurahan
Kedung Baruk adalah keanekaragaman jenis tanaman penyusun hutan bakau,
didukung dengan kreatifitas yang diturunkan oleh para pendahulu mereka
dalam mengolah hasil hutan untuk ditingkatkan nilai tambahnya, menjadi
produk yang berkualitas.
Memandang Kelurahan Kedung Baruk dengan potensi pengolahan
produk hasil hutan bakau di kawasan Mangrove, sebagai basis potensial
kegiatan ekonomi haruslah menjadi paradigma baru dalam program
pembangunan ekonomi Indonesia secara keseluruhan. Perubahan kondisi
internal dan ekternal yang terjadi menuntut kebijakan yang tepat dan matang
dari para pembuat kebijakan dalam upaya pengembangan potensi wilayah
Kelurahan Kedung Baruk. Sudah saatnya menjadikan kelurahan Kedung
Baruk sebagai pusat-pusat pembangunan dan menjadikan daerah ini sebagai

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

4

sebagai motor utama penggerak roda perekonomian melalui sektor home
industry.
Banyaknya kerusakan yang di sebabkan oleh manusia mengakibatkan
hutan mangrove telah banyak beralih fungsi yaitu di antaranya keinginan
manusia untuk mengkonversi areal hutan bakau (mangrove) menjadi areal
pengembangan perumahan, kegiatan-kegiatan komersial dan industri, selain
itu juga meningkatnya permintaan terhadap produksi kayu menyebabkan
eksploitasi berlebihan terhadap hutan bakau (mangrove) pengambilan kayu
yang membabi buta, pembukaan tambak-tambak untuk budidaya perairan,
permasalahan ini banyak di hadapi sebagian besar wilayah pesisir pantai
khususnya di daerah Wonorejo ini di muat dalam berita berikut ini :
SURABAYA, Pemerintah Kota Surabaya telah mencanangkan konsep
hutan mangrove Wonorejo sebagai kawasan ekowisata. Namun,
permasalahan baru timbul ketika keberadaan masyarakat yang mengelola
hutan mangrove ini salah memahami konsep sistem ekowisata menjadi
wisata umum yang tidak mempertimbangkan sisi ekologisnya data
menunjukan dari 491,62 ha luas mangrove kerusakan sebanyak 14,006
ha atau 27,26%. Penyebabnya rusaknya mangrove ini disebabkan oleh
faktor manusia. Kondisi mangrove di pesisir timur Surabaya cukup
luas.Namun hal ini tidak ditunjang dengan kesadaran masyarakat untuk
merawat mangrove. Hal ini ditunjukkan dengan kawasan mangrove yang
terkesan kumuh dengan limbah rumah tangga dan adanya pengurangan
lahan dengan penebangan pohon mangrove oleh pengembang untuk
kepentingan tertentu serta kurangnya kesadaraan masyarakat terhadap
lingkungan. Kebanyakan masyarakat pesisir pantai timur Surabaya
mayoritas memiliki mata pencaharian sebagai petani tambak yang
semakin hari penghasilannya tidak menentu karena efek pembangunan
yang berlabel ekowisata. Akibatnya mereka mengubah sebagian
kawasan mangrove menjadi tambak ikan agar mereka memiliki
penghasilan sampingan selain nelayan. Dengan kondisi seperti ini
komunitas wanita pesisir tergerak dalam melakukan pengedukasian
dalam upaya untuk memberikan sebuah alternatif mata pencaharian baru
masyarakat di wilayah Kelurahan Kedung Baruk dengan harapan, dapat
menunjang perekonomian masyarakat dan juga sekaligus bertujuan

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

5

untuk menjaga ekosistem hutan mangrove yang sudah mulai rusak.
Apabila limbah organik mangrove dimanfaatkan sebagai sasaran
penghasilan tambahan mereka, maka dengan sendirinya akan timbul rasa
memiliki terhadap hutan tersebut dan fungsi utama hutan mangrove
dalam ekosistem secara tidak langsung juga akan berjalan dengan baik.
(sumber : www.surabayapagi.com tanggal 04 April 2014).
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan kawasan hutan
mangrove di Kota Pahlawan terus menyusut seiring keluarnya izin dari
pemerintah pusat untuk kepentingan pembangunan. "Kita akan membeli 2.500
hektare lahan untuk menambah luasan konservasi. Tapi mayoritas lahan itu
dikuasai pengembang dan masyarakat,"kata Tri Rismaharini disela-sela
workshop konservasi bakau internasional di Surabaya, Senin. Menurut dia,
luas kawasan mangrove di Surabaya sebelum tahun 1985 pernah mencapai
3.300 hektare, namun sejak tahun 1985, kawasan tersebut susut seiring
keluarnya izin dari pemerintah pusat untuk kepentingan pembangunan. Tahun
1990, lanjut dia, pemkot memasukan kawasan mangrove dalam masterplan
untuk kembali dijadikan Ruang Terbuka Hijau (RTH). Kendati demikian,
kendala tetap saja ada karena pada tahun 2005, pemerintah pusat lagi-lagi
menjadikan kawasan tersebut sebagai areal terbangun. Menyikapi hal ini,
lanjut dia, mulai tahun 2012 pemkot ngotot untuk menyelamatkan kawasan
tersebut. Terlebih pemkot kini telah memiliki perda tentang mangrove.
(www.antaranews.com)
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan
hukum yang berlandaskan pada asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.
Kegiatan usaha koperasi merupakan penjabaran dari UUD 1945 pasal 33 ayat

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

6

1. Dengan adanya penjelasan UUD 45 pasal 1 “koperasi berkedudukan
sebagai soko guru perekonomian nasional dan sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dalam system perekonomian nasional”.
Sebagai salah satu pelaku ekonomi, koperasi merupakan organisasi
ekonomi yang berusaha menggerakan potensi sumberdaya ekonomi demi
memajukan kesejahteraan anggota. Karena sumber daya ekonomi tersebut
terbatas, dan dalam mengembangkan koperasi harus mengutamakan
kepentingan anggota, maka koperasi harus mampu bekerja seefisien mungkin
dan mengikuti prinsip – prinsip koperasi dan kaidah – kaidah ekonomi.
Koperasi kampung unggulan mangrove dibentuk untuk memajukan
perekonomian dan mempersatukan warga di wilayah pesisir dan membentuk
binaan pelatihan dalam pengelolaan tumbuhan mangrove seperti makanan,
minuman, bahan – bahan tekstil, dan lain – lain.
Sebelum koperasi kampung unggulan berdiri Bu Lulut telah membina
para warga khusunya permpuan yang berada atau tinggal di pamurbaya
(Pantai Timur Surabaya). Yang meliputi mulai dari wilayah Gunung Anyar,
wonorejo sampai dengan wilayah kenjeran. Sekali binaan kurang lebih 20
anggota dan dibina 0 – 12 tahun di monitoring dari daerah masing – masing
dan tidak lepas dari binaan sampai mandiri. Program yang di gunakan oleh
koperasi adalah sistem manajemen 5 jari – jari.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

7

Koperasi kampung unggulan mangrove bekerja sama dengan dinas
kementrian hasil dari keterampilan tidak di jual bebas atau umum namun di
jual melalui tamu yang berkunjung atau dinas kementrian.
Lantaran ingin mempertahankan kelestarian hutan bakau di Rungkut,
Surabaya, komunitas wanita pesisir yang di ketuai oleh Lulut Sri Yuliani
menciptakan batik mangrove. Batik ini menggunakan pewarna alami dari
olahan limbah bakau. Tak hanya berkecimpung di kerajinan batik, dia juga
mengembangkan berbagai usaha kecil berdasarkan potensi yang dimiliki suatu
daerah di seluruh Indonesia. Selama ini, tanaman bakau yang terdapat di
kawasan Rungkut menjadi salah satu bahan baku bagi beragam usaha kecil
yang ada di Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut, Surabaya, antara lain,
digunakan sebagai ragi dan pembungkus tempe, bahan pembuat kerupuk,
sirup, dan pewarna batik. Pohon bakau memang tidak langsung memproduksi
pewarna batik, melainkan dari limbah usaha kecil yang mengolah tanaman ini.
Warna-warna yang dihasilkan limbah bakau antara lain hitam, coklat, merah,
biru, ungu dan hijau. Beragam warna inilah yang kemudian menginspirasi
Lulut Sri Yuliani untuk membuat batik mangrove (bakau) pada tahun 2007. Ia
pun menyematkan nama Batik Seru pada batik mangrove buatannya. Baru dua
tahun kemudian, wanita yang pernah menjadi pengajar

ini mulai

mensosialisasikan batik mangrove di Kecamatan Rungkut. Ia mengajak ibuibu di sekitar tempat tinggalnya turut serta membatik dengan menggunakan
pewarna alami ini. Ada sekitar 94 orang yang tergabung dalam 25 kelompok

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

8

pembatik di Kecamatan Rungkut. Mereka mengerjakan batik ini di rumah
masing-masing, dan pewarnaan berpusat di Wisma Kedung Asem Indah.
Saat ini, kurang lebih ada sekitar 100 pakem batik yang dipakai perajin.
Para pembatik juga bisa mengembangkan atau mengombinasikan pakempakem itu. Lulut bilang, satu desain batik tak boleh dibuat hingga dua kali.
Alhasil, batik mangrove benar-benar eksklusif karena setiap desain hanya
dijual kepada satu orang. Bahkan, Lulut juga menyiapkan sertifikat yang
menulis nama pemilik serta motif kain batik itu. Selain memanfaatkan bakau
sebagai pewarna batik, Lulut menggunakan bagian dari bakau sebagai sabun
untuk mencuci batik mangrove. Maklum, batik ini tidak bisa dicuci dengan
deterjen biasa yang lebih keras. Rumah Batik Seru memiliki kapasitas
produksi hingga 150 helai batik tulis dan 50 lembar batik kombinasi per bulan.
Lulut mematok harga jual batik kombinasi Rp 100.000-Rp 200.000.
Sedangkan harga batik tulis antara Rp 300.000 hingga Rp 1 juta per lembar
kain. Saat ini, Batik Seru baru membidik pasar kalangan menengah ke atas.
Namun, lanjut Luluk, bila sudah memiliki batik cap, Batik Seru juga
akan mengembangkan ke pasar kelas menengah bawah. Tak hanya berbentuk
kain, rencananya usaha ini juga akan memproduksi baju-baju batik untuk
pasar kelas tersebut. Meski baru menyasar segmen tertentu, penjualan batik
mangrove sudah tersebar ke seluruh Indonesia. Bahkan ada pembeli yang
berasal dari Amerika Serikat, Jepang, Singapura dan Australia. Biasanya, para
pembeli batik mangrove ini harus memesan lebih dulu motif batik
keinginannya. Dari penjualan kain batik mangrove, Lulut bisa mengantongi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

9

omzet antara Rp 25 juta hingga Rp 30 juta per bulan. "Uang hasil penjualan
ini digunakan untuk membuka usaha baru, gaji karyawan, dan penanaman
bakau," imbuhnya. Memang, ada alokasi dana sendiri untuk penanaman
bakau. Dari setiap lembar kain batik mangrove yang terjual, Batik Seru akan
menanam satu pohon bakau atas nama pembeli.
Di Surabaya, Batik Seru sudah menanam 1.000 pohon bakau.
Sedangkan di Medan 100 pohon, dan di Jakarta 300 pohon bekerjasama
dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan. Hingga kini, Lulut masih terus
membuka pelatihan gratis untuk ibu-ibu dari keluarga miskin. Dengan
pelatihan gratis ini, dia mengharapkan batik mangrove mampu meningkatkan
taraf hidup keluarga miskin. Selama ini, Lulut memang lebih fokus pada
pemberdayaan perempuan dan keluarga miskin yang ingin maju. Ia juga
menerima karyawan yang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK), tapi
ingin belajar dan berusaha.
"Kami memberikan pengetahuan untuk membangun usaha tanpa modal
dan UKM mandiri berbasis lingkungan," imbuhnya. Pelatihannya ini tak
hanya diberikan untuk masyarakat miskin di sekitar Surabaya. Lulut
melakukan hal yang sama di seluruh Indonesia, seperti di Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Sumatra Utara dan Aceh. Di masing-masing daerah itu, dia
menciptakan produk unggulan yang sesuai dengan potensi budaya setempat.
Baik itu berupa kerajinan atau produk makanan serta minuman. Misalnya di
Kalimantan, dia menggunakan nipah sebagai bahan baku produk makanan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

10

"Sebelumnya, kami melakukan survei budaya dan potensi sekitar terlebih
dahulu, baru membuat resep unggulan, praktek dan buat olahannya,"
Selain itu, Kelurahan Kedung Baruk menjadi kampung unggulan dan
percontohan. Tak hanya batik, Kedung Baruk pun memiliki beberapa olahan
yang lebih berkualitas dengan bahan baku mangrove. Sejak 2009, Lulut
mengembangkan usaha tempe. "Tempe dari sini lebih gurih dan lebih tahan
lama dari pada tempe biasa," ujar perempuan 45 tahun ini. Selain itu, dia
memulai usaha pembuatan sirup dari mangrove sejak tahun ini. Dari sisi
kesehatan, Lulut juga memproduksi rempah-rempah yang berguna untuk
meningkatkan daya tahan tubuh, pengobatan sakit mag, dan antiradang.
Tantangan terbesar bagi pengelolaan sumber daya alam adalah
menciptakan kemudian mempertahankan keseimbangan antara pemenuhan
kebutuhan terhadap manusia dan keberlanjutan pemanfaatan dan keberadaan
sumberdaya alam (Asdak:2002). Karena yang terjadi pada saat ini adalah
pemenuhan kebutuhan manusia yang berlebihan telah menyebabkan semakin
berkurangnya sumber daya alam (hutan bakau). Sampai saat ini pengelolaan
sumber daya alam masih belum memberikan nilai yang cukup berarti bagi
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Degradasi sumber daya alam sebagian
besar disebabkan oleh menguatnya krisis persepsi yang bersumber pada
paradigma

pengelolaan

sumber

daya

alam

yang

berorientasi

pada

pertumbuhan ekonomi jangka pendek dan terlalu memanjakan kepentingan
manusia.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

11

Dalam proses pemberdayaan salah satu faktor yang bisa digunakan
sebagai tolak ukur berhasil atau tidaknya sebuah proses pemberdayaan dapat
dilihat dari dampak atau hasil yang diterima objek yang diberdayakan yaitu
masyarakat di kawasan pesisir untuk membentuk individu menjadi mandiri.
Kemandirian

tersebut

meliputi

kemandirian

berpikir,

bertindak

dan

mengendalikan apa yang mereka lakukan.
Berpijak pada kesenjangan diatas, maka penulis memperoleh dasar
alasan dalam menyusun laporan skripsi yang berjudul, Pemberdayaan
Komunitas Wanita Pesisir Yang Tergabung Dalam ”Koperasi Kampung
Unggulan Mangrove” (Di Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut,
Surabaya)

1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu
Bagaimana Pemberdayaan Komunitas Wanita Pesisir Yang Tergabung
Dalam ”Koperasi Kampung Unggulan Mangrove” ?

1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain adalah untuk mendeskripsikan
Pemberdayaan Komunitas Wanita Pesisir Yang Tergabung Dalam ”Koperasi
Kampung Unggulan Mangrove”.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

12

1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Koperasi Kampung Unggulan Mangrove
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan sumbangan
pemikiran dan saran bagi Koperasi Kampung Unggulan Mangrove sebagai
bahan penimbangan dalam mengembangkan Pemberdayaan Komunitas
Wanita Pesisir di Kota Surabaya.
2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Sebagai bahan studi perbandingan bagi mahasiswa yang mengkaji mengenai
topik Pemberdayaan Komunitas Wanita Pesisir di Kota Surabaya serta
menjadi bahan referensi bagi mahasiswa yang lainnya.
3. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti dalam mengkaji
pengetahuan atau teori yang diperoleh dibangku perkuliahan progam studi
Ilmu Administrasi Negara serta untuk memahami pelaksanaan sebuah
Pemberdayaan Komunitas Wanita Pesisir di Kota Surabaya.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

BAB II
KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain yang dapat
dipakai sebagai bahan masukan serta bahan pengkajian yang terkait dengan
penelitian ini, yaitu :
1.

Donny Darmawan,

Pemberdayaan

Masyarakat

Melalui Pelatihan

Mengelolah Sampah Dalam Program Surabaya Green And Clean 2008 Di
Kelurahan Kali Rungkut Surabaya, skripsi 2008. Penelitian ini
dilatarbelakangi dengan memperhatikan fenomena awalnya sangat sulit
mengajak warga mau memilah sampah karena warga sudah bayar iuran
sampah. Tapi, melalui pertemuan demi pertemuan, warga mulai
memahami pentingnya mempunyai sistem pengolahan sampah yang baik.
Meski sudah konsensus, tak mudah menjalankannya. Pernah, seorang
penggiat sistem pengolahan sampah tersebut dipukul warga sendiri. Garagaranya, ada seorang warga yang bersikeras tak mau memilah
sampahnya. Otomatis, sampahnya pun tak pernah diangkut. Marah, warga
tersebut

mendatangi salah

seorang

penggiat sampah,

kemudian

memukulnya. Tapi, sampahnya tetap tidak kami angkut. Demi sebuah
konsensus. Kalau dipukul, terus kami angkut, tentu menjadi contoh buruk
bagi warga lain. Tujuan dari penelitian Pemberdayaan Masyarakat

13
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

14

Melalui Pelatihan Mengelolah Sampah Di Kelurahan Kali Rungkut
Surabaya adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan bagaimana pelatih
memberikan pelatihan pengelolahan sampah,

mengetahui metode

pelatihan yang diberikan kepada masyarakat, dan mengetahui prinsipprisip pelatihan yang diterapkan Dalam Program Surabaya Green And
Clean 2008 di Kelurahan Kali Rungkut Surabaya Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang meneliti tentang
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Mengelolah Sampah Dalam
Program Surabaya Green And Clean 2008 Di Kelurahan Kali Rungkut
Surabaya. Fokus pertama, Bagaimana pelatih memberikan pelatihan
pengelolahan sampah. Fokus kedua, Metode pelatihan yang dipergunakan
selama pelatihan. Fokus ketiga Prinsip-prinsip pelatihan, jadi bagaimana
partisipasi, pendalaman, relevansi, pengalihan, umpan balik dan
memperhatikan suasana nyaman. Hasil dari penelitian di Kelurahan Kali
Rungkut dalam hal ini Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan
mengelolah sampah yang dilihat dari bagaimana pelatih memberikan
pelatihan pengelolahan sampah, metode pelatihan yang dipergunakan dan
prinsip-prinsip yang diterapkan dalam pelatihan masih ada beberapa
kekurangan.
2. Anggi Novian Pratama,

Progam pelatihan ketrampilan berbasis

masyarakat dinas tenaga kerja sebagai upaya pemberdayaan masyarakat di
kota Surabaya (studi tentang pelatihan otomotif).Penelitian ini dilatar
belakangi dengan memperhatikan fenomena besarnya angka pengangguran

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

15

di Surabaya hal ini dilatar belakangi kurangnya kemampuaan atau skill
yang dimiliki masyarakat untuk penyerapan tenaga kerja Perumusan
masalah yang digunakan adalah “Bagaimana Pelaksanaan Program
Pelatihan Keterampilan Berbasis Masyarakat Dinas Tenaga Kerja Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat Di Kota Surabaya”. Sesuai dengan
masalah tersebut maka dapat diketahui Tujuan dari penelitian Progam
Pelatihan Ketrampilan Berbasis Masyarakat Dinas Tenaga Kerja Sebagai
Upaya Pemberdayaan Masyarakat di Kota Surabaya adalah untuk
mendeskripsikan pelaksanaan bagaimana Pelaksanaan Program Pelatihan
Keterampilan Berbasis Masyarakat tentang pelatihan otomotifMetode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang
memiliki satu variabel yaituProgram Pelatihan Keterampilan Berbasis
Masyarakat tentang pelatihan otomotif. Fokus penelitian ini antara lain
peserta pelatihan, tenaga pelatih (instruktur), sarana dan prasarana
pelatihan, metode pelatihan, dan materi pelatihan. Hasil penelitian ini
sesuai fokus penelitian yang telah ditetapkan,dapat disimpulkan bahwa
dalam pelaksanaan Program Pelatihan Keterampilan Berbasis Masyarakat
di Dinas Tenaga Kerja tentang pelatihan otomotif untuk peserta pelatihan
adalah warga berKTP surabaya yang sedang menganggur berpendidikan
SMA sederajat, umur 18-30 tahun setelah dimana peserta memperoleh
pengalaman baru berupa penambahan skill atau ketrampilan. Pelatih atau
instruktur yang memberikan pelatihan dalam program otomotif sepeda
motor dinilai cukup berhasil untuk dapat memberikan pelatihan otomotif

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

16

sepeda motor, Sarana dan prasarana

yang disediakan dalam progam

pelatihan otomotif ini terbilang cukup, mulai dari alat tulis sampai alat-alat
yang diperlukan pada waktu pelaksanaan praktek maupun saat pemberian
teori, metode pelatihan yang diberikan berupa praktek dan teori, Materi
pelatihan yang disampaikan dalam progam pelatihan otomotif meliputi
komponen-kompnen sepeda motor.Kesimpulan dari Program Pelatihan
Keterampilan Berbasis Masyarakattentang pelatihan otomotif ini peserta
memperoleh pengalaman baru berupa penambahan skill atau ketrampilan
dengan demikian masyarakat sudah berdaya dalam bentuk skill.
3. Stefanus Stanis Pengelolaan

Sumberdaya Pesisir

Dan Laut Melalui

Pemberdayaan Kearifan Lokal Di Kabupaten Lembata Propinsi Nusa
Tenggara Timur Sumberdaya pesisir dan laut dewasa ini mengalami
degradasi sebagai akibat dariperilaku pemanfaatan yang tidak ramah
lingkungan. Pemanfaatan cenderung bersifatdestruktif dan merusak, serta
tidak mempertimbangkan aspek konservasi dan keberlanjutansumberdaya.
Masyarakat memegang peranan penting, karena itu pengelolaan dengan
berbasispemberdayaan sumberdaya lokal. Tradisi dan hukum adat yang
mempunyai

kaitan

danbermanfaat

terhadap

upaya

pengelolaan

sumberdaya pesisir dan laut di Kabupaten LembataPropinsi Nusa
Tenggara Timur.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif denganteknik pengambilan sampel secara purposive
pada narasumber dan tokoh-tokoh kunci. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa potensi lestari penangkapan 12.813 ton/thndan rata-rata produksi

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

17

penangkapan selama lima tahun untuk ikan pelagis sebesar 91,56%dan
ikan pelagis sebsar 40,92%, serta tingkat pemanfaatan baru mencapai
19,88%. Potensi dan luas areal budidaya sebesar 886 Ha, dengan tingkat
pemanfaatan 180 Ha (20,32%). Nilai kearifan lokal yang mempunyai
peranan dalam pengelolaan sumberdaya pesisir adalah Badu, Muro, Kolo
Umen Bale Lamaq, Poan Kemer Puru Larang, Toto, Bito Berue, Lepa Nua
Dewe, Bruhu Bito dan Leffa Nuang. Ketaatan masyarakat terhadap nilai
kearifan lokal sangat tinggi, karena mereka memiliki kesadaran dan
persepsi bahwa eksistensi kehidupan mereka tidak terlepas dengan
eksistensi kehidupan makhluk lainnya dalam kebersamaan di bumi yang
satu dan sama ini.

2.2 Landasan teori
2.2.1 Pemberdayaan Masyarakat
Masalah kemiskinan di perkotaan saat ini menjadi prioritas utama
pembangunan pemerintah, program pemberdayaan tentang kemiskinan
selama ini cenderung menjadikan masyarakat sebagai obyek, tetapi akhirakhir ini konsep tersebut di ubah dengan menjadikan masyarakat sebagai
subyek, dengan kata lain masyarakat diberdayakan dengan segala potensi
yang dimilikinya untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang
sekarang ini dikenal dengan konsep pemberdayaan masyarakat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

18

2.2.1.1 Pengertian Pemberdayaan
Pengertian pemberdayaan masyarakat menurut Suharto (2006 :
58) pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi
cukup kuat untuk berpatisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas, dan
mempengarui terhadap kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga serta
mempengaruhi kehidupannya.
Pemberdayaan menurut Rappaport (1984) dalam Suharto (2006 :
59) adalah suatu cara dengan mana rakyat, organisasi, dan komunitas
mampu menguasai (atau berkuasa atas) kehidupannya.
Sedangkan menurut Hulme dan Turner (1990 : 62) dalam Prijono
bahwa pemberdayaan mendorong terjadinya suatu proses terjadinya
perubahan sosial yang memungkinkan orang-orang pinggiran yang
tidak berdaya untuk memberikan pengaruh lebih besar di arena politik
secara lokal maupun nasional.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
masyarakat adalah suatu proses perubahan sosial yang memungkinkan
orang-orang pinggiran yang tidak berdaya untuk mampu mengusai
kehidupan.
2.2.1.2 Tahapan Pemberdayaan.
Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007 : 2-6) ada tiga
tahapan dalam pemberdayaan yaitu :

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

19

1. Penyadaran
Adalah pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa
mereka mempunyai “sesuatu”.
2. Pengkapasitasan
Pengkapasitasan ini disebut capacity building atau dalam bahasa
yang

lebih

sederhana

yaitu

memampukan

atau

enabling.

Pengkapasitasan manusia dalam arti memampukan manusia, baik
dalam konteks individu mapun kelompok yaitu dengan training
(pelatihan), workshop (loka latih), seminar,dan sejenisnya.
3. Pemberian daya
Pemberian daya ini disebut empowerment, pada tahap ini target
diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang.
2.2.1.3 Tujuan Pemberdayaan
Menurut Sumodiningrat dalam Onny (1995 : 101) menyatakan
bahwa

pemberdayaan

memiliki

tujuan

kemanusiaan

untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakat miskin dengan jalan sebagai
berikut :
1) Mengidentifikasi kebutuhan kelompok lokal/setempat dengan
tujuan dapat memenuhi kebutuhan tersebut.
2) Merumuskan kegiatan untuk mencapai sasaran.
3) Menyiapkan dana dan kondisi.
4) Memobilisir sumber daya setempat atau dari luar untuk kegiatan
pembangunan setempat.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

20

Menurut Sumodiningrat, dalam Mashoed (2004 : 40) mengatakan
bahwa upaya pemberdayaan masyarakat agar dapat berpartisipasi
dalam pembangunan adalah :
1) Bantuan dana sebagai modal usaha
2) Pembangunan prasarana sebagai pendukung pengembangan sosial
ekonomi rakyat
3) Penyediaan sarana untuk memperlancar pemasaran hasil produksi
dan jasa masyarakat
4) Pelatihan bagi aparat dan masyarakat
5) Penguatan kelembagaan sosial ekonomi rakyat.
Menurut Ife dalam Suharto (2006 : 58) pemberdayaan bertujuan
untuk meningkatkan kekuasaan orang-orang yang lemah atau tidak
beruntung.
2.2.1.4 Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Salah satu prasyarat bagi pengembangan pemberdayaan rakyat
adalah perlunya kondisi keterbukaan yang lebih besar dalam
masyarakat. Peran pemerintah dalam memberdayakan masyarakat
menurut Onny (1995 : 106) antara lain dapat di rumuskan melalui
pendidikan kemandirian dengan berperan sebagai berikut :
1. Fasilitator dan katalisator, yaitu melalui para pembina yang tinggal
di tengah-tengah kelompok menyertai proses perkembangan
masyarakat, membantu memecahkan masalah dan ikut menentukan
alternatif pemecahan.

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

21

2. Pelatih dan pendidik, yaitu mencarikan dan menyalurkan informasi
dan pengalaman dari luar ke dalam kelompok melalui berbagai
metode belajar mengajar.
3. Pemupukan Modal antara lain dengan mendorong upaya-upaya
penghematan, menabung, dan usaha produktif.
4. Penyelenggaraan proyek-proyek stimulant dalam meningkatkan
kemandirian

kelompok-kelompok

swadaya

seperti

proyek

teknologi tepat guna, produksi dan pemasaran.
Dengan mengacu pada strategi yang dikemukakan oleh Korten,
Elliott dan Brodhead dalam Onny (1995 : 103)

memberdayakan

masyarakat dilakukan melalui tiga pendekatan sebagai berikut :
1) Pendekatan Kemanusiaan,

tujuan pendekatan ini adalah

membantu secara spontan dan sukarela kelompok masyarakat
tertentu yang membutuhkan bantuan karena terkena musibah, atau
kurang beruntung. Pendekatan ini dilakukan oleh lembaga
penyandang dana seperti Yayasan Dana Gotong- Royong.
2) Pendekatan

Pengembangan

Masyarakat,

bertujuan

mengembangkan, memandirikan, dan menswadayakan masyarakat
seperti Yayasan Indonesia Sejahtera (YIS) yang merintis pos
pelayanan terpadu (Posyandu) yang kemudian menjadi salah satu
program pemerintah.
3) Pendekatan Pemberdayaan Rakyat, bertujuan memperkuat
posisi

tawar-menawar

masyarakat

lapisan

bawah

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

terhadap

22

kekuatan-kekuatan penekanan di segala bidang dan sektor
kehidupan.
Menurut Kartasasmita dalam Onny (1995 : 105), untuk meraih
keberhasilan dalam

proses pemberdayaan masyarakat tersebut,

diupayakan langkah pemberdayaan masyarakat :
1) Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat

berkembang

(enabling)

dengan

mendorong,

memotivasi dan membangkitkan potensi yang dimiliki untuk
mengembangkan usahanya.
2) Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat
(empowering) dengan diadakannya program untuk menggali
potensi yang ada dalam masyarakat.
3) Pemberdayaan mengandung pula arti melindungi (protecting)
dengan adanya peraturan perundangan yang secara jelas dan tegas
melindungi masyarakat yang lemah.
Hal-hal yang berkaitan dengan strategi tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut :
1) Enabling
Adalah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat terus berkembang. Disini titik tolaknya adalah
pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat memiliki
potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada masyarakat
yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan artinya tidak ada

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

23

masyarakat yang sama sekali tanpa daya karena sudah punah,
pemberdayaan

adalah

untuk

membangun

daya.

Itu

yang

mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan
potensi

yang

dimilikinya

serta

berupaya

untuk

mengembangkannya.
2) Empowering
Adalah memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh
masyarakat, dalam kaitan ini diperlukan langkah-langkah lebih
positif selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan
ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan
berbagai masukan serta pembukaan akses kepada berbagai peluang
yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya. Untuk itu
diperlukan program, khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya,
karena program yang umum, yang berlaku untuk semua tidak
selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.
3) Protecting
Adalah

mengandung

arti

pula

melindungi

dalam

proses

pemberdayaan harus dicegah yang lemah menjadi bertambah
lemah karena kurang berdaya menghadapi yang kuat. Oleh karena
itu dalam konsep pemberdayaan masyarakat, perlindungan dan
pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya, dalam
rangka ini adanya peraturan perundangan yang secara jelas dan
tegas melindungi golongan yang lemah sangat diperlukan,

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

24

melindungi harus dilihat sebagi upaya untuk mencegah terjadinya
persaingan yang tidak seimbang. Pemberdayaan masyarakat bukan
membuat masyarakat menjadi makin tergantung pada pada
berbagai program pemberian, karena pada dasarnya setiap apa yang
dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri dan hasilnya dapat di
pertukarkan dengan pihak lain.
Menurut Suharto (2006 : 66) pemberdayaan dapat dilakukan
dengan tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting)
yaitu :
1.

Aras Mikro
Pemberdayaan dilakukan melalui bimbingan, konseling, stress
management,

crisis

intervention.

membimbing

atau melatih dalam

Tujuan

utamanya

adalah

menjalankan tugas-tugas

kehidupannya