PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT KAMPUNG KUE DI KAWASAN RUNGKUT LOR KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA DALAM TINJAUAN PETER L. BERGER.

(1)

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT KAMPUNG KUE DI

KAWASAN RUNGKUT LOR KECAMATAN RUNGKUT

KOTA SURABAYA DALAM TINJAUAN PETER L. BERGER

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh :

LUKLUK IL MAKNUN

NIM. B05212003

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Lukluk Il Maknun, 2016, Perubahan Sosial Masyarakat Kampung Kue Di

Kawasan Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Kota Surabaya dalam Tinjauan Peter L. Berger, Skripsi Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

Kata kunci: Masyarakat Kampung Kue, dan Konstruksi Sosial

Di dalam skripsi ini ada dua rumusan masalah yang hendak di kaji, yaitu Seperti apakah perubahan sosial masyarakat kampung kue dikawasan Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Kota Surabaya?

Untuk menjawab permasalahn tersebut, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif. Dengan menggunakan tekhnik pengumpulan data observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teori yang digunakan dalam melihat fenomena yang terjadi pada masyarakat Kampung Kue di kawasan Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Kota Surabaya ini adalah menggunakan teori Konstruksi Sosial Peter L Berger.

Dari hasil penelitian ini di temukan bahwa perubahan yang terjadi di kampung kue sangat besar, terutama ekonomi masyarakat yang semakin meningkat dengan adanya Kampung Kue, mereka yang tinggal di Kampung Kue semula hanya pekerja kasar, buruh pabrik, dan ibu rumah tangga saja, akan tetapi dengan adanya Kampung Kue mereka menjadi produsen kue yang dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga. Dampak yang di hasilkan karena adnya Kampung Kue yaitu berdampak pada ekonomi yaitu dengan Kampung Kue perekonomian masyarakat menjadi baik dan menigkatnya kesejahteraan keluarga, budaya karena Kampung Kue banyak budaya yang masuk, sehingga merubah life style atau gaya hidup masyarakat, dan pendidikan, dengan adanya Kampung Kue perekonomian masyarakat meningkat menyebabkan kesadaran berpendidikan juga sangat baik, masyarakat berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin

ABSTRACT

Lukluk Il Maknun, 2016, Society of Social Change Kampung Cake In RungkutLor Region District Rungkut Surabaya on Review of Peter L. Berger, Thesis Sociology Program Faculty of Social and Political Sciences UIN SunanAmpel Surabaya.


(6)

In this thesis, there are two formulation of the problem to be in the study, ieAs to whether social change region RungkutLor village cake District Rungkut Surabaya?

To answer these permasalahn, researchers used a qualitative descriptive method. By using the technique of collecting data on observations, interviews, and documentation. The theory used in viewing the phenomena that occur in the community in KampungKueLor District RungkutRungkut area of Surabaya are using Social Construction theory Peter L. Berger.

From the results of this study found that the changes that occurred in the village of cake is huge, especially the local economy which is increasing with the Kampung Cakes, those living in Kampung Cake originally only blue-collar workers, factory workers and housewives, but also with their cakes their village into a cake producers to improve the welfare of the family. The impact that produced because adnyaKampung cakes that have an impact on the economy is to Kampung Cake economy of the community to be good and the increasing family welfare, culture as Kampung Cakes many cultures that come in, so the change of life style or lifestyle of the community, and education, with the Kampung Cake economy led to increased awareness of educated people is also very good, people competing to educate their children as high as possible


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI... iii

MOTTO... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN PENULISAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR BAGAN... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 8

C.Tujuan Penelitian ... 9

D.Manfaat Penelitian ... 9

E.Definisi Konseptual ... 10

F. Telaah Pustaka ... 12

G.Metode Penelitian ... 24

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 24

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 25

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 25

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 26

5. Teknik Pengumpulan Data ... 28

6. Teknik Analisis Data ... 29

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 30

H.Sistematika Pembahasan ... 31

BAB II : PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DAN TEORI KONSTRUKSI A. Konsep Perubahan Sosial ... 32

B. Teori Konstruksi Sosial Peter L. Berger ... 34

BAB III : PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT KAMPUNG KUE RUNGKUT LOR KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA A. Deskriptif Umum Obyek Penelitian ... 43

B. Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Kampung Kue di Kelurahan Rungkut Lor ... 56

C. Dampak Perubahan Sosial Ekonomi Kampung Kue Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Kota Surabaya ... 78

BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan ... 96


(8)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman Wawancara 2. Dokumen Lain yang relevan 3. Jadwal Penelitian

4. Surat Keterangan (bukti melakukan penelitian) 5. Biodata Peneliti


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Setiap masyarakat dalam kehidupannya pasti mengalami perubahan-perubahan walaupun ruang lingkup perubahan tidak terlalu luas. Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat dapat mengenai nilai-nilai sosial, norma sosial, pola – pola prilaku organisasi, susunan lembaga kemasyrakatan, lapisan-lapisan dalam masyarakat, kekuasaan dan wewenang, intreaksi sosial dan sebagainya.1 Di samping itu kebutuhan, maupun kepentingan masyarakat senantiasa berkembang terus, sehingga diperlukan perubahan agar kebutuhan dan kepentingan dapat dipenuhi secara wajar.

Para sosiolog mengkalsifikasikan masyarakat menjadi masyrakat statis dan masyarakat dinamis. Masyarakat statis adalah masyarakat yang mengalami perubahan yang berjalan dedengan lambat. Masyarakat dinamis adalah masyarakat yang mengalami perubahan secara cepat. Jadi setiap masyarakat pada suatu masa dapat dianggap sebagai masyarakat statis, sedangkan pada masyarakat yang lainnya dianggap sebagi masyarakat dinamis.2

Perubahan bukan semata- mata berarti suatu kemajuan (progress) namun dapat pula bearti kemunduran dalam bidang-bidang kehidupan tertentu. Penemuan baru

1

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990 ), 301.

2

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar,( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990 ), 302.


(10)

dibidang teknologi yang terjadi di suatu tempat dapat diketahui oleh masyarakat lain yang berbeda jauh dari tempat tersebut. Perubahan yang berjalan secara konstan terjadi karena memang terikat oleh waktu dan tempat. Akan tetapi karena sifatnya yang berkaitan satu dengan yang lain, maka perubahan terlihat berlangsung terus, walau diselangi keadaan dimana masyarakat mengadakan reorganisasi unsur-unsur yang terkena perubahan.3

Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat berupa perubahan sosial dan perubahan ekonomi. Masyarakat itu sendiri dapat diliaht sebagai sebuah sistem dimana seluruh struktur sosialnya terintegrasi menjadi satu, masing-masing memiliki fungsi yang berbeda-beda tapi saling berkaitan dan menciptakan konsesus dan keteraturan sosial dan keseluruhan elemen akan saling beradaptasi baik terhadap perubahan internal dan eksternal dari masyarakat.4

Menurut Gillin dan Gillin perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi car-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan-perubahan keadaan geografi, kehidupan material, komposisi penduduk, ideology ataupun karena adanya difusi ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Secara singkat Samuel Keoing mengatakan bahwa perubahan sosial merujuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi pada pola kehidupan manusia. Modifikasi-modifikai terjadi karena sebab interen mapupun sebab-sebab eksteren.5

3

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar ( Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990 ), 303.

4

M. Polom, Teori Sosiologi Kontemporer ( Jakarta: Raja Grafindo persada, 1993), 24.

5


(11)

Perhatian lewis ditunjukan untuk mengkategorisasikan masyarakat menurut perbedaan ciri-ciri sosial yang dimiliki bersama oleh anggotanya pada tingkat organisasi sosial tertentu dan untuk memperhatikan rentetan perkembangan setiap tipe organisasi sosial tertentu.6

Perubahan sosial di dalam masyarakat meliputi lembaga-lembaga masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya niali-nilai, sikap dan pola prilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Selain perubahan sosial di dalam masyarakat juga terjadi perubahan dalam aspek ekonomi dan budaya. Perubahan ekonomi menyangkut pada perekonomian masyarakat yang berhubungan dengan sistem mata pencaharian masyarakat setempat. Sistem mata pencaharian masyarakat misalnya berdagang, pegawai negri, karyawan, wirasuasta, guru, dan masih banyak jenis pekeerjaan yang dilakukan untuk memenuhi kehidupannya. Sedangkan perubahan budaya menyangkut pada perubahan kebudayaan ataupun kebiasaan masyarakat setempat seperti ritual keagamaan, perubahan pola pikir masyarakat yang menjadi lebih rasional , kegiatan-kegiatan sosial masyarakat dan sebagainnya.

Di dalam buku Soerjono Soekanto yang berjudul “ Sosiologi Suatu Pengantar”,

William F. Ogburn berusaha memberikan suatu pengertian tertentu, walau tidak member definisi tentang perubahan-perubahan sosial. Dia mengemukakan ruang lingkup peruabahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan baik material maupun immaterial, yang ditekankan adalah pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan material

6


(12)

terhadap unsur-unsur immaterial. William F. Ogburn menekankan pada kondisi teknologis yang mempengaruhi perubahan sosial. Perubahan di dalam masyarakat dapat mengenai niali-niali sosial, pola prilaku, organisasi, susunan lembaga kemasyarakatan, lapisan dalam masyaraka, kekuasaan dan wewenang, serta intreaksi sosial.7 Seperti yang terjadi dengan adanya keberadaan Kampung Kue di Penjaringan Sari Rungkut Lor kecamatan Rungkut menimbulkan perubahan sosial ekonomi masyarakat. Teknologi yang semakin maju akan membawa masyarakat untuk mengikuti perkembangan zaman. Perkembangan teknologi misalnya dengan dengan adanya home industry yang banyak berdiri di akhir-akhir ini.

Pengaksesan informasi semakin dipermudah dengan adanya home industry berupa terbentuknya Kampung Kue yang menyediakan kemudahan untuk melakuakn transaksi jual beli kue yang telah dibutuhkan oleh masyarakat luas. Segala akses informasi dapat ditemuakn dengan menggunakan jaringan internet atau sosial media. Walaupun saat ini banyak kemudahan untuk mendapatkan jaringan terutama transaksi jual beli kue, tetapi masih banyak dan ramai para konsumen yang secara langsung datang ke Kampung Kue untuk melakukan transaksi jual beli. Saat ini Kampung Kue tidak hanya menyediakan kue yang di jual di pasaran, akan tetapi Kampung Kue menyediakan jasa pemesanan kue untuk kegiatan-kegiatan di masyarakat.

Kampung Kue yang tepat berada di kecamatan Rungkut ini tentunya memberikan kemudahan kepada masyarakat yang ingin mengkonsumsi kue baik untuk kue basah maupun kue kering. Kemajuan teknologi yang menurut seseorang serba cepat

7


(13)

mendapatkan informasi mendorong mereka mudah untuk melakukan kegiatan ekonomi. Mereka dapat dengan cepat mengirim informasi dan memperoleh informasi bahkan berbisnis karena dengan kemajuan teknologi dan perkembangan globalisasi.8

Warga yang tinggal di Kampung Kue Rungkut Lor mendapatkan keuntungan sangat besar, mereka memiliki pengahasilan setiap harinya dari hasil penjualan kue. Kampung Kue Rungkut Lor sebagai salah satu kelompok Usaha Kecil Menengah (UKM) menghidupkan pasar kue basah dan kue kering di Surabaya. Kampung kue kemudian berbentuk unit usaha yang didirikan sejak tahun 2000 tersebut berupaya menjalankan produksi dengan iuran bersama. Hal ini dilakukan agar terbebas dari rentenir sehingga bisa berusaha tanpa terlilit utang. Masuk dalam UKM itu hanya dibutuhkan sumbangan masuk Rp 50 ribu dan iuran bulanan Rp 5 ribu perak. Dengan pesanan dari pengecer, toko kue hingga supermarket mereka mendapatkan modal dan untung yang bisa menghidupi keluarga. Contoh kecil perubahan yang terjadi adalah semula hanya seorang ibu rumah tangga biasa dan dengan adanya kampung kue, ibu-ibu di wilayah setempat memiliki aktifitas yang positif dengan mendirikan home industry, dengan demikian lama kelamaan kebudayaan atau kebiasaan yang masyarakat miliki akan berubah dan menjadi sama kebudayaan mereka karena lingkungan yang sama. Kemajuan kebudayan sejalan dengan perkembangan

8

Henslin James M, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi Jilid 2,(Jakarta:Eirlangga, 2006 ), 224.


(14)

teknologi, semakin meningkat control manusia atas kehidupannya melalui teknologi baru maka akan berkembang kebudayaannya.9

Perkembangan selanjutnya, Mathew Arnold dari inggris mengatakan bahwa kebudayaan sebagai sebuah penyempurnaan diri menjadi orang yang berbudaya, yaitu memahami hal-hal terbaik yang pernah dipikirkan dan dihasilkan manusia. Di Jerman, kebudayaan merupakan sebuah pengembangan bakat intelektual dan spiritual seseorang. Orang yang berbudaya adalah orang yang terdidik dan mencapai keutuhan harmonis antara pengalaman, bakat dan pikirannya melahirkan karya berstyle khas dan mandiri. Di Perancis, kebudayaan bukan hanya penyempurnaan dii personal akan terkait strata sosial baru sesuai dengan kelas-kelas, dan terkait erat dengan moralitas, sains, seni, hukum dan agama.

Akhirnya pengertian kebudayaan menjadi lebih luas10, yaitu 1) sebagai ciri umum khas manusia yang membedakannya dengan alam subhuman; 2) sebagai pola khusus kelompok masyarakat yang membedakannya diantara mereka; 3) sebagai sebuah konstruksi khas yang memuat kepercayaan, perilaku, pengetahuan dan nilai-nilai; 4) sebagai konsensus sosial; 5) sebagai predestinasi perilaku dan karakter individu pada tingkat primordial; 6) sebagai mekanisme kontrol perilaku sosial.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberadaan kampung kue sebagai ladang berwirausaha bagi warga setempat terutama ibu rumah tangga di kawasan

9

Robert H. lauer, Perspektive on Social Changes (1977), Edisi Indonesia, Penerjemah Aliamdan, Perspektif Tentang Perubahan Sosial (Jakarta :Pt.Melton Patra, 1989), 390

10

Alfathri Adlin (ed.), Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas (Yogyakarta: Jalasutra, 2006), 6


(15)

Rungkut Lor. Kegiatan positif ini dapat bermanfaat dengan bertambahnya pendapatan di keluarga mereka. Setiap harinya di gang Kampung Kue di kawasan tersebut akan sudah berjejer para pedagang, pengecer maupun pengusaha toko kue menjemput berbagai jajanan yang baru diangkat dari penggorengan dan pemanggang kue. Selain mengerjakan pesanan untuk kelompok usaha, para pengrajin kue juga dibebaskan menerima pesanan secara individual. Belakangan, Kampung kue juga menerima pesanan penganan selain kue seperti soto, lontong kecap dan gado-gado.

Tradisi masyarakat lokal yang megandalkan kegiatan produksi ekonomi dalam ranah home industry, “produksi kue basah dan kue kering” merupakan kegiatan masyarakat yang sudah tidak asing, sehingga kehadiran kampung kue tidak ditolak kehadirannya. Bahkan masyarakat dapat bergabung dan terlibat secara langsung, misalnya ikut serta dalam proses produksi kue.. Kerumunan orang, apalagi bukan orang lokal memicu tumbuhnya perekonomian kampung kue semakin maju pesat dan lebih di kenal oleh masyarakat luas.

Namun pengrajin kue terseut juga menjelaskan tantangan para pengrajin kue. Khususnya kue basah yang hanya bertahan satu bahkan tak sampai satu hari. Dengan produk tak awet Kampung Kue harus kreatif menghadapi pasar. Beberapa anggota unit usaha berperan memasok ke pasar-pasar dengan memboyong kotak kue di sepeda motor mereka. Para pengerajin kue yang berada di kampung kue Rungkut Lor merupakan kerumunan orang-orang kreatif yang sedang beusaha berjuang untuk memperjuangkan kehidupan yang lebih baik. Kampung kue sebagai sebuah karya kreatif, memicu munculnya ide-ide kreatif lain dari masyarakat lokal maupun


(16)

pendatang dapat dikatakan sebagai agent perubahan sosial. Perubahan pengolahan perkampungan, yang semuala kampung biasa menjdi kampung home industry yang berfungsi sebagai lahan pengahsilan warga Rungkut Lor. Kegiatan kampung kue ini memiliki dampak yang sangat besar di dalam masyarakat, yang paling utama adalah mengurangi jumlah pengangguran terutama di Rungkut Lor dengan kegiatan – kegiatan yang berdampak pada perubahan perilaku dan interaksi sosial di masyarakat.

Perubahan perilaku akan berdampak pada perubahan sosial jika perubahan perilaku sudah merambah masuk pada perubahan struktur sosial. munculnya variasi dan modifikasi dalam setiap aspek sosial, pola sosial, dan bentuk-bentuk sosial merupakan bentuk fenomena perubahan sosial11. untuk mengetahui apakah memang benar keberadaan Kampung Kue mampu memicu adanya perubahan sosial yang besar pada masyarakat Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Kota Surabaya, perlu dilakukan penelitian oleh pemerhati perubahan sosial, antara lain mahasiswa program studi Sosiologi. Penelitian ini sangat penting dilakukan mahasiswa, apalagi mereka tengah mengikuti perkuliahan perubahan sosial dan seminar-seminar maslah sosial. dengan bekal-bekal teori perubahan sosial, mahasiswa akan melihat kearah mana perubahan sosial itu bergerak dan seberapa tingkat perubahan sosial itu.

B. Rumusan Masalah

Dari Dari uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini mempunyai rumusan masalah sebagai berikut:

11


(17)

Seperti apakah perubahan sosial masyarakat kampung kue dikawasan Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Kota Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan atas fokus permasalahan sebagaimana tersebut diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui seperti apa perubahan sosial masyarakat kampung kue dikawasan Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Kota Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti, lembaga dan masyarakat untuk mengembangkan keilmuan, kreatifitas dan kebudayaan.

1. Manfaat praktis yang diharapkan oleh peneliti adalah :

a. Sebagai bentuk analisis fenomena sosial mengenai potret kehidupan masyarakat Rungkut Lor kecamatan Rungkut surabaya dengan adanya kampung kue.

b. Sebagai wadah aspirasi masyarakat Rungkut Lor kecamatan Rungkut Surabaya dengan adanya kampung kue .

2. Manfaat teoritis yang diharapkan oleh peneliti adalah :

a. Menambah pengalaman, pengetahuan, dan wawasan akademik dalam peningkatan kadar intelektual, khususnya dalam bidang ilmu sosiologi.


(18)

b. Untuk mengaplikasikan teori yang telah didapat dari bangku perkuliahan sehingga dapat dijadikan refrensi bagi semua pihak khususnya bagi mahasiswa program studi sosiologi fakultas ilmu sosial dan politik UIN Sunan Ampel Surabaya.

E. Definisi Konseptual

1. Perubahan adalah perubuhan dalam hubungan intreaksi antar orang-orang, organisasi dan komunitas, ia dapat menyangkut struktur sosial atau pola nilai dan norma serta peranan.12

Perubahan sosial adalah suatu proses perubahan yang kompleks yang melibatakan intreaksi timbal balik antar factor-faktor yang berkaitan dengannya.13 Adanya industry kampung kue di kawasan Rungkut Lor tidak menutup kemungkinan akan mengakibatkan perubahan sosial ekonomi masyarakat setempat, baik dalam bentuk perubahan mata pencaharian, tingkah laku, lembaga-lembaga sosial maupun perubahan dan pergeseran sistem nilai.

2. Masyarakat adalah sekumpulan individu atau kelompok yang bertempat tinggal pada suatu wilayah tertentu. Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata Latin sociusyang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab syarakayang berarti (ikut serta dan

12

Pujiwati Sajogyo, Sosiologi Pembangunan, ( Jakarta: IKIP, 1985 ),119

13


(19)

berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga-warganya dapat saling berinteraksi. Semua warga masyarakat merupakan manusia yang hidup bersama,hidup bersama dapat diartikan sama dengan hidup dalam suatu tatanan pergaulan dan keadaan ini akan tercipta apabila manusia melakukan hubungan, Mac lver dan Page memaparkan bahwa masyarakat adalah suatu sistem dari kebiasaan, tata cara, dari wewenang dan kerja sama antara berbagai kelompok, penggolongan, dan pengawasan tingkah laku serta kebiasaan-kebiasaan manusia.

Arti lain dari masyarakat adalah pergaulan hidup manusia, sehimpunan manusia yang hidup bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara aturan tertentu. Definisi masyarakat yang lain di kemukakan oleh para sarjana seperti:14

a. Linton (seorang ahli antropologi) mengemukakan bahwa, masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sehingga satu kesatuan sosial dengan batasan-batasan tertentu.

b. J.L. Gillin J.P. Gillin mengatakan bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar mempunyai kebiasaan tradisi, sikap dan perasaan persatian yang sama.

14


(20)

c. S.R. Steinmetz memberikan batasan tentang masyarakat sebagai kelompok manusia yang terbesar meliputi pengelompokan-pengelompokan manusia yang lebih kecil yang mempunyai hubungan erat dan teratur.

d. Mac Iver, masyarakat adalah suatu sistem daripada kerja dan prosedur, daripada otoritas dan saling bantu membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan.

Masyarakat adalah sesuatu yang bersifat statis atau paling-paling dalam kondisi equiblirium yang terus bergerak, namun bagi Dahrendrof dan para teori konflik setiap msyarakat tunduk pada proses-proses perubahan.15

Sedangkan masyarakat menurut Selo Soemardjan adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan dan mereka mempunyai kesamaan wilayah, identitas, mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.16

3. Kampung kue adalah nama suatu wilayah yang ada di kawasan Rungkut Lor kecamatan Rungkut Surabaya yang didirikan oleh bu Irul sejak tahun 2005 dan di dalamnya terdapat proses produksi kue baik kue basah maupun kue kering. Kampung Kue tidak hanya menyediakan kue yang di jual di pasaran, akan tetapi Kampung Kue menyediakan jasa pemesanan kue untuk kegiatan-kegiatan di masyarakat.

15

George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi, (Bantul: Kreasi Wacana, 2004), 282

16


(21)

F. Telaah Pustaka

1. Penelitian Terdahulu

Kehidupan masyarakat adalah sebuah kehidupan yang dibangun bersama-sama anggota masyarakat sebagai sebuah realitas obyektif, tempat para anggota masyarakat mengembangkan kehidupan dan menentukan tindakannya. perubahan sosial adalah fenomena yang rumit, menembus keberbagai tingkat kehidupan sosial. Sebagai sebuah perubahan yang terjadi disetiap tingkat kehidupan sosial sebagai sebuah peristiwa normal dan berkelanjutan menurut arah yang berbeda di berbagai tingkat kehidupan sosial dengan tingkat kecepatan.

Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimanakah potret kehidupan sosial home industry di kawasan Rungkut Lor kelurahan Penjaringan Sari Surabaya dengan adanya kegiatan produksi kue yang di lakukan oleh warga setempat dengan menyebut wilayahnya sebagai Kampung Kue, dan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna dari Kampung Kue yang sebagi sentra produksi kue di kawasan Rungkut . Penelitian sebelumnya berkaitan dengan pemknaan sosial atas perubahan sosal di industri rumah tangga skripsi yang di

tulis oleh Nur Indah Khamidiyah yaitu “Industri Rumah Tangga dan Perubahan

Sosial (Studi tentang Perubahan dari Masyarakat Agraris menuju


(22)

Gresik)17 hasil penelitian ini memiliki dua jawaban mengenai perubahan yang terjadi yaitu

1. Bentuk perubahan masyarakat industry rumah tangga di desa Purwodadi kecamatan Sidayu Keabupaten Gresik di lihat dari tingkat perkonomian yang cepat dan dalam kurun wanktu yang relatif singkat, karena dengan adanya industry rumah tanggadi desa Purwodadi membawa perubahan dan pengaruh yang besarterhadap masyarakat setempat yang sebelumnya bekerja di sektor perikanan dan pertanian beralih ke sector industry dan jasa. Mereka berpandangan positif bahwa industry rumah tangga mudah memberikan pekerjaan bagi siapa saja, dari yang berpendidikan tinggi sampai yang tidak pernah merasakan duduk di bangku sekolah.

2. Latar belakang terjadinya perubahan masyarakat di Desa Purwodadi Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik lebih memilih bekerja di home industry kerupuk yaitu mudahnya mencari kerja. Adanya industry rumahan kerupuk di desa Purwodadi di latar belakangi oleh perhitungan-perhitungan ekonomis. Selain itu di dukung oleh adanya tenaga kerja untuk di jadikan buruh atau pekerja di industry rumahan kerupuk ini. Home industry kerupuk ini merupakan upaya yang sangat baik untuk memberikan pekerjaan bagi orang-orang yang membutuhkan.

Penelitian yang kedua yaitu Kehidupan Sosial Masyarakat di Sekitar Delta Fishing di Desa Prasung, Buduran, Sidoarjo yang di lakukan oleh Tim

17

Nur Indah Khamidiyah, Industri Rumah Tangga dan Perubahan Sosial (Studi tentang Perubahan dari Masyarakat Agraris menuju Masyarakat Industrial di Desa Purwodadi Kecamatan


(23)

Peneliti (2014) di desa Prasung Tambak sebelumnya merupakan desa dengan mayoritas penduduk dulunya berprofesi sebagai petani tambak, saat ini di lokasi sekitar tempat masyarakat mencari nafkah berdiri pemancingan umum dan juga berbagai sarana rekreasi didalamnya yang sangat ramai dikunjungi oleh berbagai wisatawan, terlebih dari luar kota sidoarjo. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keberadaan delta fishing sebagai wahana wisata dengan pengunjung dari berbagai tempat dan wilayah, merubahan sumber perubahan sosial. Selain itu banyak ibu-ibu ruamah tangga yang semula hanya sebagi ibu rumah tangga biasa yang bekerja di bidang domestic saja akan tetapi dengan adanya delta fishing ibu-ibu di sekitarnya memiliki kegiatan positif yaitu berdagang, dengan seperti itu delta fishing memiliki dampak yang luar biasa tentunya di bidang ekonomi karena dapat menambah income keluarga. Hal ini tentunya sangat berdampak bagi sisi kehidupan sosial masyarakat disekitarnya.18

Penelitian yang ketiga yang di lakuakan Sindi Wulandari dengan judul “

Perubahan Sosial di Kampung Inggris (Studi Kasus Dusun Singgahan Desa Pelem Kecamatan Pare Kabupaten Kediri). Permasalahan yang dikaji di dalam penelitian ini adalah yang berkaitan dengan perubahan sosial yang berada di kampung inggris atau Dusun Singgahan yang berada di Desa Pelem, focus kajian diambil dari konsep perubahan sosial tersebut adalah tentang proses atau tahapan didalam menuju perubahan serta perubahan dalam bidang ekonomi, sosial, dan

18

Tim Peneliti, Kehidupan Sosial Masyarakat di Sekitar Delta Fishing di Desa Prasung,


(24)

budaya serta pola pemikiran yang dirasakan oleh masyarakat yang berada di Dusun Singgahan atau Kampung Inggris dan pola intreaksi yang telah terbentuk diantara masyarakat yang mana telah memiliki peranan masing-masing.

Dari hasi penelitian di temukan bahwa Kampung Inggris terdapat:

1. Proses terjadinya perubahan sosial yang berada di Kampung Inggris yang diawali dengan munculnya lembaga khusus bahasa asing yang mana semakin lama semakin menyebar dan meluas, serta adanya proses atau tahapan sosial dari kondisi masyarakat pedesaan menjadi masyarakat yang mengenal akan banyak hal sebagaimana munculnya inovasi atau penemuan akan hal baru yang berupa lembaga kursus dan adanya pola sosial masyarakat dalam mempertahankan cirri khas yang dimiliki oleh Dusun Singgahan. Perubahan sosial yang dirasan oleh masyarakat diantaranya adalah perubahan pola pikir (mind set), perubahan ekonomi dan perubahan budaya.

2. Dengan beralihnya sebutan Dusun Sainggahan menjadi Kampung Inggris yang mana banyak didatangi oleh para pendatang, membuat terciptanya berbagai peran baru yang berada di lingkungan Dusun Singgahan atau Kampung Inggris. Sebagai mana peran yang dapat dilihat oleh pemilik lembaga, pemilik kos, pendatang serta masyarakat sekitar. Sebagaimana pola intreaksi yang terbetuk diantara satu dengan lainya sangat baik dan terdapat kerjasama guna untuk menjaga eksistensi dari cirri khas yang berada di Dusun Singgahan atau Kampung Inggris. Dan bertujuan untuk tetap mempertahankan nilai dan norma yang dipegang teguh masyarakat setempat.


(25)

Penelitian ke empat ini yand di tuliskan oleh Abd. Rasid mengenai “ Perubahan Masyarakat Melalui Home Industri (Studi Diskriptif tentang Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Melalui Home Industri Pande Besi Di Dusun Jambu Monyet Dsesa Lenteng Barat Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep)19

Berpijak pada deskriptif yang telah dibahas, dapat diambil kesimpulan bahwa implikasi terpenting dari hasil studi lapangan dalam kaitanya dengan kajian teoritis kesimpulan tersebut dikemas sebagai berikut:

a. Dengan dibangunya usaha Pande Besi, keadaan ekonomi masyarakat yang semula bermata pencahariaan di sector informal yaitu pertanian dan perdagangan beralih mata pencaharian non formal, yaitu home industry dan jasa sehingga masyarakat Dusun Jambu Monyet Desa Lenteng Barat mengalami perubahan yang signifikan, ia dilatar belakangi oleh pemindahan pekerja masyarakat dari buruh tani ke buruh home industry pande besi yang akhirnya mengakibatkan pada perubahan sosial ekonomi yang lebih baik terutama pendapatan masyarakat yang semakin tinggi. b. Perubahan sosial masyarakat Dusun Jambu Monyet Desa Lenteng Barat dapat

dilihat dari kehidupan masyarakat yang bersifat moderen serta muncul tingkat konsumsi masyarakat yang semakin meningkat dalam mengkonsumsi alat-alat elektronik yang tujuannya untuk memudahkan pekerjaan mereka dalam

19

Abd. Rasid, “ Perubahan Masyarakat Melalui Home Industri (Studi Diskriptif tentang Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Melalui Home Industri Pande Besi Di Dusun Jambu Monyet

Dsesa Lenteng Barat Kecamatan Lenteng Kabupaten Sumenep) Skripsi, (Surabaya: Fak. FISIP


(26)

kebutuhan sehari-hari misalnya mempunyai handphone, telepon, sepeda motor, maupun mobil.

Keterkaitan dari beberapa penelitian terdahulu tentang perubahan sosial dan industry rumah tangga, peneliti dapat menemukan beberapa perbedaan baik dari focus penelitian, dan prespektif. Bukan hanya itu saja perbedaan prespektif atau yang bisa kita sebut sebagai sudut pandang juga menadi pembeda. Perbedaan lokasi penelitian juga mampu menjadi pembeda, karena secara kultur meskipun sama-sama membahas perubahan sosial masyarakat dan industry rumah tangga namun kondisi, situasi, struktur dan kultur diantara tempat satu dengan tempat yang lainnya pastilah berbeda. Sehingga diantara perbedaan dan kekurangan dari peneliti terdahulu mampu menjadi rujukan dan masukan untuk peneliti kali ini agar lebih baik dan menyempurnakan penelitian tentang perubahan soaial ekonomi masyarakat kamnpung kue di kawasan Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Surabaya.

2. Kajian Pustaka

a. Pengertian Perubahan Sosial

Secara singkat Samuel Koening mengatakan bahwa perubahan sosial merupakan modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola kehidupan manusia yang terjadi karena sebab-sebab interen maupun eksteren.20 Perubahan sosial menurut Gillin merupakan suatu variasi dari cara-cara hidup yang diterima, baik

20

Samuel Koening, Mand and Society The Basic Teaching of Sociology. Cetakan kedua (New York: Barners dan Noble Inc, 1957), 279


(27)

karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk ideology maupaun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat. Enurt Jocobus Ranjabar, perubahan sosial adalah proses dimana terjadi perubahan struktur masyarakat yang berjalan dengan perubahan kebudayaan dan fungsi suatu sistem sosial.21

Dalam kehidupan sehari-hari manusia memang tidak lepas dari yang namanya perubahan. Sekalipun pada masyarakat primitif. Sedikit banyak pada masyarkat tersebut mengalami perubahan baik disadari oleh masing-masing individu ataupun tidak. Seperti halnya yang saat ini orang-orang desa sudah mengenal perdagangan, alat-alat transport moderen, bahkan dapat mengikuti berita-berita mengenai daerah lain melalui televisi dll.22

Secara garis besar, perubahan sosial dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam masyarakat dan luar masyarakat itu sendiri. Diantara faktor dari dalam masyarakat yaitu perubahan yang pada kondisi ekonomi, sosial, dan perkembangan IPTEK. Adapun yang berasal dari luar masyarakat biasanya yang terjadi diluar perencanaan manusia seperti bencana alam.

b. Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sosial 1. Penemuan-penemuan baru

Adanya penemuan teknologi baru dalam bidang elektronik, seperti radio, televisi dan lain-lain. Penemuan ini akan mempengerahui bidang media massa.

21

Jocobus Ranjabar, Perubahan Sosial dalam Teori Makro Pendekatan Realitas Sosial, (Bandung: Alfabeta, 2001), 17

22


(28)

Informasi yang sebelumnya menggunakan koran, sekarang bisa menggunakan radio, TV, dan internet. Penemuan baru kapal terbang untuk perang membawa pengaruh untuk metode perang.

2. Struktur sosial (perbedaan posisi dan fungsi dalam masyarakat)

Salah satu cara yang berguna untuk meninjau penyebab perubahan sosial adalah dengan memperhatikan struktur-struktur masyarakat dalam melaksanakan aktivitas sebagai keseluruhan satuan atau sistem sosial.

3. Inovasi

Inovasi adalah gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Kebaruan inivasi itu diukur secara subyektif, menueut pandangan individu yang menangkapnya. Jika suatu ide dianggap baru oleh seseorang, maka itu adalah inovasi. Semua inovasi mempunyai komponen ide, inovasi ada yang tidak mempunyai wujid fisik, misalnya ideology. Ada yang mempunyai wujid fisik, seperti traktor, televisi, dan lain-lain.

4. Perubahan lingkungan hidup

Tidak seorangpun yang tidak mengatakan bahwa manusia tidak terpengaruh oleh lingkungan hidup. Terjadi perubahan lingkungan hidup biasanya karena bencana alam, seperti angin topan, banjir, tsunami di Aceh, yang mana menyebabkan masyarakatnya berpindah tempat dari tempat asal mereka tinggal ke tempat yang dituju. Sehingga mata pencahariaan mereka pun berpindah, yang asalnya nelayan menjadi petani atau buruh pabrik.


(29)

Berbicara mengenai penduduk, maka tidak bisa lepas dari urbanisasi, dimana urbanisasi menimbulkan kekosongan tenaga kerja di pedesaan, dan kepadatan tenaga kerja di perkotaan. Bila mana suatu daerah dipadati penduduk, seperti halnya di Surabaya, maka terdapat perubahan. Misalnya, kadar keramahtamahan berkurang, struktur kelembagaan akan menjadi rumit, dan lain-lain.

c. Faktor-faktor yang menghambat perubahan sosial

1. Kurangnya hubungan antara masyarakat satu dengan yang lain

Kurangnya hubungan antara masyarakat satu dengan yang lain akan berakibat ketidaktahuan masyarakat ini terhadap perkembangan-perkembangan sosial yang dialami oleh masyarakat lainnya. Masyarakat seperti ini juga disebut masyarakat yang ketinggalan zaman. Masyarakat seperti ini biasanya dialami oleh masyarakat yang terisolasi kehidupan sosialnya, baik secara geografis (terpencil), atau secara kultural ( karena tidak mau mengadopsi budaya lain). 2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat

Perkembanagn ilmu pengetahuan yang terlambat yang biasanya juga terjadi pada daerah yang terisolasi, atau juga karena kebodohan masyarakat yang bersifat structural (proses pembodohan) yang dilakukan oleh kelompok penjajah pada suatu daerah.

3. Sikap masyarakat yang tradisional

Sikap masyarakat yang tradisonal biasanya terjadi pada masyarakat yang konservatif, kaum konservatif merupakan kaum yang terlalu


(30)

agungkan kebudayaan masa lampau, yang bersifat adiluhur, mulia, patut, layak, sehingga kbudayaan ini harus dipertahankan mati-matian. Siapapun yang hendak melakukan perubahan akan dianggap oleh mereka sebagai penyimpangan. 23 4. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing (sikap tertutup)

Pada saat Elly M Setiadi dan Usman Kolip (penulis buku) mengadakan penelitian di desa Ngaradin, kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, ada kehidupan masyarakat yang masih enggan mengenakan pakaian celana panjang, tidak mau membayar pajak kepada Negara, dan tidak mau menyekolahkan anak-anaknya. Hal ini dilatarbelakangi oleh image masyarakat setempat bahwa melakukan hal-hal tersebut adalah mengikuti pola penjajah Belanda. Oleh karena itu mereka tidak mau melakukan hal-hal tersebut. Segala sesuatu yang berbau modern selalu dikatakan sebagai warisan dari penjajah Belanda yang pernah menjajahnya.

5. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis

Ideologi merupakan harga mati bagi komunitas tertentu. Seperti ideologi agama dan ideology bangsa. Misalnya dalam norma-norma islam ada sebagian

umat islam berpegang teguh bahwa “bunga pinjaman” adalah haram, sementara

dalam konsep pemikiran ekonomi moderen,bahwa pinjam-meminjam uang dikategorikan sebagai pinjaman modal usaha. Akan masuk akal jika uang dianggap modal dipinjamkan ke orang lain harus diikuti dengan pembayaran

23

Elly M Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2011), 656-657


(31)

bunga modal, sebab bila uang yang dipinjam seseorang ini diputar untuk dijadikan modal usaha tentu akan menghasilkan keuntungan. Dengan demikian bunga modal akan terhitung dalam melakukan usaha atas modal tersebut seandainya uang tersebut diputar sendiri.

Akan tetapi tidak semudah itu dapat diterima olarh ideologi islam yang tetap berpegang teguh pada pemahaman bahwa bunga pinjaman itu haram. 6. Masyarakat yang bersifat apatis

Pandangan dari masyarakat yang bersifat apatis yaitu nilai hidup ini pada hakikatnya buruk dan tidak mungkin diperbaiki, sehingga diubah dalam bentuk apapun mereka selalu beranggapan mustahil mengubah kehidupannya.

Mereka beranggapan bahwa proses jalnnya kehidupan ini seperti wayang, dimana baik buruknya mereka tidak lepas dari bagaimana dalang memainkannya. Mereka beranggapan bahwa kehidupan ini merupakan proses illahiyah, sehingga apapun bentuknya harus diterima sebagai sebuah kenyataan yang tidak bisa dingkari.24

d. Arah perubahan sosial

Dalam proses perjalanannya, perubahan selalu direncanakan untuk mencapai suatu yang dianggap ideal, relevan, dalam arti perubahan ini diarahkan untuk memenuhi tuntutan kehidupan manusia. Akan tetapi, hal yang perlu diperhatikan adalah nilai-nilai yang menjadi pijakan masyarakat dimana

24

Elly M Setiadi, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2011), 659-661


(32)

prubahan itu berlangsung. Dalam kehidupan masyarakat yang mendasarkan diri pada nilai-nilai religius, maka pandangan-pandangan religius akan tetap dijadikan pijakan untuk melakukan perubahan dalam segala aspek kehidupan manusia.

Hal ini dipengaruhi oleh fungsi nilai-nilai religius ini sangat intensif mempengaruhi segala pola piker dan tindakan masyarakat, sehingga nilai-nilai religius dijadikan sebagai salah satu sumber norma-norma bagi perilaku masyarakat.25

e. Konsekwensi perubahan sosial

Apabila perubahan sosial berjalan dengan sangat cepat, maka resiko negatifnya juga akan sangat besar. Indivisu lantas bisa terasa asing, kesepian, dan putus asa. Perubahan sosial mempunyai kecenderungan konsekwensi yang besar, karena pada batasan-batasan tertentu perubahan sosial dapat menggoyahkan budaya yang berlaku dan merusak nilai-nilai dan kebiasaan yang dihormati. Diantara konsekwensi perubahan sosial yaitu:

1. Adanya kepentingan individu dan kelompok 2. Timbulnya masalah sosial

3. Kesenjangan budaya 4. Cenderung individualis

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan jenis penelitian

25


(33)

Pada umumnya sebuah penelitian menggunakan dua model metode penelitian, yaitu metode penelitian kualitatif dan metode penelitian kuantitatif. Sedangkan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian Kualitatif (qualitative research). Peneliti disini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif karena dengan pendekatan itu peneliti bisa mengetahui pola interaksi sehari-hari objek yang dijadikan informan. Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data berupa induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi.26 Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, jadi ia juga menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi. Penelitian deskriptif bertujuan untuk pemecahan masalah secara sistemati dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi.27

2. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rungkut Lor kecamatan Rungkut Kota Surabaya. Waktu penelitian di lakukan mulai bulan September 2015 sampai bulan Desember 2015. Adapun alasan penelitian yang menjadikan desa Rungkut Lor ini di jadikan objek penelitian ialah, karena dari hasil pengamatan yang di

26

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), 15.

27

Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007) , 44.


(34)

lakukan peneliti menemukan potret kehidupan masyarakat home industry yang dinamakan Kampung Kue sehingga perlu diadakannya penelitian tentan perubahan sosial ekonomi dan budaya mereka.

3. Pemilihan subyek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para warga Surabaya. Terutama warga yang bertempat tinggal di Kampung Kue Rungkut Lor kecamatan Rungkut Kota Surabaya, karena mereka sebagai warga yang sangat kental dengan dengan aktivitasnya dalam memproduksi kue, sehingga mereka dianggap oleh peniliti sebagai informan yang pokok. Peneliti di sini juga tidak membatasi jumlah informan. Oleh sebab itu peneliti akan terus mengalih data informasi yang lengkap sesuai dengan tema penelitian yang peneliti ambil. Dengan demikian maka pemilihan subjek penelitian di sini penelitian berusaha mengambil informan dari warga Kampung Kue Rungkut Lor kecamatan Rungkut kota Surabaya.

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah para produsen kue, pembelikue, dan tokoh masyarakat di kelurahan Rungkut Lor Kecamatan Rungkut kota Surabaya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini:

Tabel 1.1

Daftar Nama Informan

No Nama Usia pekerjaan


(35)

2 Riyadi Suami Choirul Mahpuduah

3 Gunawan 79 Ketua RT Rungkut Lor Gang II

3 Salamun 58 Tokoh Masyarakat Rungkut Lor

4 Kasimah 36 Penjual Ombrengan

5 Khusnul Hidayah 40 Produsen Kue Pisang Landak

6 Titin 30 Produsen Kue Nogosari

7 Rosyad 32 Penjaga Perpustakan Kampung kue

4. Tahap-Tahap Penelitian

a. Tahap pra lapangan

Pada tahap ra-lapangan peneliti sudah membaca fenomena sosial yang menarik untuk diteliti. Penenliti mulai memberikan pemahaman bahwasannya fenomena sosial yang ada di suatu masalah sosial layak untuk diteliti. Selain itu peneliti juga bisa memulai untuk melakukan prapengamatan terkaitan dengan masalah yang akan diteliti.

b. Tahap pekerjaan lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan, merupakan proses berkelanjutan. Pada tahap ini, peneliti masuk pada proses penelitian penting untuk dilakukan sebelum penelitian berlangsung adalah proses perizinan. Karena prosedur seorang penelitian adalah dengan adanya izin dari obyek yang akan diteliti. Setelah


(36)

peneliti mulai melakukan penggalian data yang diinginkan dan sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Dan langkah selanjutnya adalah terjun ke lapangan. c. Tahap Analisis Data

Pada tahap analisis data ini, peneliti telah memperoleh dan mengumpulkan data yang di peroleh di lapangan dan Selanjutnya dilakukan proses pemilihan data yang disesuaikan dengan rumusan penelitian. Karena dalam proses pencarian data tidak kesemuanya sesuai dengan kebutuhan penelitian.

d. Tahap Penulisan Laporan

Penulisan laporan adalah tahap akhir dari proses pelaksanaan penelitian. Setelah komponen-komponen yang terkait data dan hasil analisis mencapai kesimpulan, peneliti akan memulai penulisan laporan penelitian kualitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode dalam penelitian kualitatif dengan tidak mengabaikan kebutuhan penelitian terkait dengan kelengkapan data.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yakni membicarakan tentang cara peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penelitian menggunakan metode dalam mengumpulkan data, sebagai berikut :


(37)

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik yang akan dilakukan penelitian dalam pencarian data pada penelitian kualitatif. Proses observasi di lakukan oleh peneliti di kelurahan Rungkut Lor kecamatan Rungkut Surabaya dengan pengumpulan data dan melakukan pengamatan tentang potret kehidupan masyarakat baik di bidang sosial ekonomi maupun budayanya.

b. Interview

Wawancara atau interview adalah salah satu cara untuk melakukan data dalam penelitian kualitatif. Wawancara dilakukan kepada masyarakat kampung kue di kelurahan Rungkut lor kecamatan Rungkut Surabaya dengan subjek penelitian. Bertujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka dengan si responden . Dengan menggunakan panduan wawancara. Dalam proses wawancara, diharapkan seubjek penelitian atau informan dapat dengan jelas memberikan infromasi. Adapun informan yang di wawancarai peneliti adalah pendiri kampung kue, masyarakat di sekitar kampung kue dan tokoh masyarakat di dalamnya.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pencarian data dilapangan yang berbentuk gambar, arsip dan data-data tertulis lainnya.

d. Studi pustaka atau literatur,

Studi pustaka atau literatur menggunakan buku-buku atau artikel dalam kaitannya dengan kajian teoritik yang dapat menjelaskan tentang potret


(38)

kehidupan masyarakat kampung kue kelurahan Rungkut Lor kecamatan Rungkut Surabaya.

e. Teknik Analisis Data

Moleong mengatakan Analisis Data Kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintensiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Di pihak lain, Analisis data Kualitatif (Seiddel) prosesnya berjalan sebagai berikut:

a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan dengan diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.

b. Mengumpulkan, memilah-milah mengklasifikasikan, mensistensikan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.

c. Berfikir dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan dan membuat temuan-temuan umum.28

d. Dalam menganalisis data yang peneliti peroleh dari observasi wawancara, dan dokumentasi, penulis menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif.

28

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 248


(39)

Teknik analisis deskriptif penulis gunakan untuk menentukan, menafsirkan serta menguraikan data yang bersifat kualitatif.

Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti ialah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

a. Pengumpulan data, tahap ini peneliti mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber, baik melalui wawancara, observasi, angket dan dokumentasi.

b. Proses pemilihan transformasi data, atau data kasus yang muncul dari catatan lapangan.

c. Kesimpulan, ini merupakan proses yang mampu menggambarkan suatu pola tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi.

f. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik pemeriksaan keabsahan data dilakukan dengan cara trianggulasi data. Trianggulasi data merupakan upaya yang dilakukan peneliti untuk melihat keabsahan data. Trianggulasi data dilakukan dengan cara membuktikan kembali keabsahan hasil data yang diperoleh dilapangan. Hal ini dilakukan dengan cara menanyakan kembali kepada responden yang berbeda tentang data yang sudah didapat, hingga mendapatkan data yang sama.

H. Sistematika Pembahasan

Penelitian ini akan dilaporkan dalam sistematika pembahasan sebagai berikut:


(40)

Berisi : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, definisi konseptual, telaah pustaka, metode penelitian dan sistematika pembahasan

BAB II : KAJIAN TEORI

Bagian ini menjelaskan tentang teori apa yang digunakan untuk menganalisis masalah penelitian.

BAB III : PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Menjelaskan tentang deskripsi umum obyek penelitian dan juga berisi tentang deskripsi hasil penelitian. Menjelaskan temuan data dan juga konfirmasi temuan dengan teori

BAB IV : PENUTUP


(41)

BAB II

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT DAN TEORI KONSTRUKSI

A. Konsep Perubahan Sosial

Ilmu Sosiologi banyak dipengaruhi oleh beberapa ilmu pengetahuan lain baik itu biologi, geologi, dan banyak lagi. Oleh karena itu perubahan sosial terjadi karena semua faktor yang ada didalam maupun di luar masyarakat. Perubahan sosial dalam masyarakat bukan merupakan sebuah hasil atau produk tetapi merupakan sebuah proses. Perubahan sosial merupakan sebuah keputusan bersama yang di ambil oleh anggota masyarakat. Berikutnya Kingsley Davis yang secara lebih jauh mrnyatakan perubahan sosial merupakan perubahan dalam struktur dan fungsi masyarakat. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sosial dari dalam seperti keadaan ekonomi, teknologi, ilmu pengetahuan, agama dan lainnya lalu faktor dari luar seperti bencana.

Berbicara tentang konsep perubahan sosial, pada dasarnya konsep tersebut dibedakan yaitu, masing-masing perubahan dikaitkan dengan aspek yang berbeda, satu berkaitan dengan bidang budaya yang berubah dan yang satunya dengan bidang sosial. Pada dasarnya perubahan sosial dan perubahan budaya merupakan konsep yang sebenarnya saling berkaitan satu sama lain meskipun mempunyai perbedaan. Perubahan sosial mencakup perubahan dalam segi struktur dan


(42)

hubungan sosial, sedangkan perubahan budaya mencakup perubahan budaya mencakup perubahan dalam segi budaya masyarakat.1

Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan.2 Proses perubahan sosial biasa terdiri dari tiga tahap:

1. Invensi, yakni proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan. 2. Difusi, yakni proses dimana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam

Sistem sosial.

3. Konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai akibat pengadopsian atau penolakan inovasi. Perubahan terjadi jika pengunaan atau penolakan ide baru itu mempunyai akibat.

Salah satu teori peubahan yaitu Teori Matrealis William F. Ogbrun. Teori Matrealis (Matrealist Theory) disampaiakn oleh William F. Ogbrun. Inti dari teori ini adalah bahwa

1. Penyebab dari perubahan adalah adanya ketidakpuasan masyarakat karena kondisi sosial yang berlaku pada masa yang mempengaruhi pribadi mereka. 2. Meskipun unsur-unsur sosial satu sama lain terdapat hubungan yang

berkesinambungan, namun dalam perubahan ternyata masih ada sebagian yang megalami perubahan tetapi sebagian yang lain masih dalam keadaan tetap (statis). Hal ini juga disebut dengan istilah cultural lag, ketertinggalan

1

Paul B. Harton dan Chaster L Hunt, Sosiologi Jilid 1 Terj. Aminudin Ram dan Tita Sobari (Jakarta: Erlangga, 1987) 208

2


(43)

menjadikan kesenjangan antar unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan yang berubah lambat. Kesenjangan ini akan menyebabkan kejutan sosial pada masyarakat. Ketertinggalan budaya menggambarkan beberapa unsur kebudayaan tertinggal di belakang perubahan yang bersumber pada penciptaan, pebemuan dan difusi.

Teknologi menurut Ogbrun, berubah terlebih dahulu, sedangkan kebudayaan berbah paling akhir. Dengan kata lain kita berusaha megejar teknologi yang terus menerus berubah dengan megadaptasi adat dan cara hidup kita untuk memenuhi kebutuhan teknologi. Teknologi menyebabkan terjadi perubahan sosial cepat yang sekarang melanda dunia.

3. Perubahan teknologi akan lebih cepat dibandingkan dengan perubahan pada perubahan budaya, pemikiran, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma yang menjadi alat untuk mengatur kehidupan manusia. Oleh kerena itu, perubahan serigkali meghasilkan kejutan sosial yang pada gilirannya akan memunculkan pola-pola perilaku baru, meskipun menjadi konflik dengan nilai-nilai tradisional

B. Teori Konstruksi Sosial Menurut Peter L. Berger

Istilah konstruksi sosial atau realitas (social construction of reality) didefinisikan sebagai proses sosial melaui tindakan dan intreaksi dimana individu menciptakan realitas sosial yang dimiliki dan dialami bersama secara terus menerus secara subyektif.


(44)

Menurut Berger masyarakat adalah fenomena dialektik dalam pengertian bahwa masyarakat adalah suatu prodek manusia. Masyarakat tidak mempunyai bentuk lain kecuali bentuk yang telah diberikan kepadanya oleh aktivitas dan kesadaran manusia.3

Realitas sosial tidak terpisah dari manusia, sehingga dapat dipastikan bahwa manusia adalah suatu produk dari masyarakat.4 Tindakan-tindakan seseorang dalam kerja mewakili corak-corak tindakan yang lebih besar yakni tindakan yang dilakukan dalam rangka gaya kognitif produksi bertekhnologi. Logika proses produksi mengharuskan suatu pengalaman sosial yang anonim. Hal yang pokok dalam pendekat ini adalah konsepsi timbale kasual antara proses-proses institusional dan proses-proses pada tingkat kesadaran. Timnal balik tersebut adalah sebagai daya gabung pilihan, maksud teoritisnya memberikan pengakuan yang selayaknya kepada efek proses-proses instotusional atas ide-ide manusia, nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan. Dalam bahasa Weber beberapa transfigurasi historis kesadaran harus dilihat sebagai prakondisi masyarakat moderen.

Berger dan Luckman mengatakan institusi masyarakat tercipta dan dipertahankan atau diubah melaui tindakan dan intreaksi manusia. Meskipun masyrakat dan institusi sosial terlihat nyata secara obyektif, namun pada kenyataan semuanya dibangun dalam definisi subjektif melalui proses intraksi. Objektivitas baru bisa terjadi melalui penegasan berulang-ulang yang di berikan

3

Hamid Fahmi, Tantangan Sekularisasi dan Liberalisasi di Dunia Islam (Jakarta: Khoirul Bayan, 2004),12

4


(45)

oleh orang lain yang memiliki definisi subyektif yang sama. Pada tingkat generalitas yang paling tinggi, manusia menciptakan dunia dalam rangka simbiosis yang universal, yaitu pandangan hidupnya yang menyeluruh, yang member legitimasi dan mengatur bentuk-bentuk sosial serta memberi makna pada berbagai bidang kehidupannya.

Dalam sejarah umat manusia, eksternalisasi, obyektuvasi, dan iternalisasi, merupakan tiga proses yang berjalan secara terus menerus. Dengan adanya dunia sosial obyektif yang membentuk inividu-individu dalam arti manusia adalah produk dari masyarakatnya. Beberapa dari dunia ini eksis dalam bentuk hukum-hukum yang mencerminkan norma-norma sosial. Aspek lain dari realitas obyektif bukan sebagai realitas yang langsung dapat di ketahui, tetapi bisa mempengaruhi segala-galanya, mulai dari cara berpakaian, berpicara, dan lain sebagainya. Realitas sosial yang obyektif ini di pantulkan oleh orang lain yang cukup berarti bagi individu itu sendiri walaupun realitas yang diterima tidak selalu sama antara individu satu dengan yang lainnya. Pada dasarnya manusia tidak seluruhnya di tentukan oleh lingkungan, dengan kata lain proses sosialisasi bukan suatu keberhasilan yang tuntas, manusia memiliki peluang untuk mengeksternalisasi atau secara kolektif membentuk dunia sosial mereka. Eksternalisai mengakibatkan terjadinya suatu perubahan sosial.5

a. Memahami Dialektika Berger : Eksternalisasi, Obyektivasi dan Internalisasi

5


(46)

Teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann mencoba mengadakan sintesa antara fenomen-fenomen sosial yang tersirat dalam tiga momen dan memunculkan suatu konstruksi kenyataan sosial yang dilihat dari segi asal-muasalnya merupakan hasil ciptaan manusia, buatan interaksi intersubjektif.

Masyarakat adalah sebagai kenyataan obyektif sekaligus menjadi kenyataan subjektif. Sebagai kenyataan obyektif, masyarakat sepertinya berada di luar diri manusia dan berhadap-hadapan dengannya. Sedangkan sebagai kenyataan subjektif, individu berada di dalam masyarakat itu sebagai bagian yang tak terpisahkan. Dengan kata lain, bahwa individu adalah pembentuk masyarakat dan masyarakat adalah pembentuk individu. Kenyataan atau realitas sosial itu bersifat ganda dan bukan tunggal, yaitu kenyataan subjektif dan obyektif. Kenyataan atau realitas obyektif adalah kenyataan yang berada di luar diri manusia, sedangkan kenyataan subjektif adalah kenyataan yang berada di dalam diri manusia.

Melalui sentuhan Hegel, yaitu tesis, antitesis dan sintesis, Berger menemukan konsep untuk menghubungkan antara yang subjektif dan obyektif itu melalui konsep dialektika. Yang dikenal sebagai eksternalisasi, obyektivasi dan internalisasi. Eksternalisasi adalah penyesuaian diri dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia, obyektivasi adalah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami proses intitusionalisasi, dan internalisasi adalah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-lembaga sosial dimana individu tersebut menjadi anggotanya.


(47)

Di dalam kehidupan ini ada aturan-aturan atau hukum-hukum yang menjadi pedoman bagi berbagai intitusi sosial. Aturan itu sebenarnya adalah produk manusia untuk melestarikan keteraturan sosial, sehingga meskipun aturan di dalam struktur

sosial itu bersifat mengekang, tidak menutup kemungkinan adanya “pelanggaran”

yang dilakukan oleh individu. Pelanggaran dari aturan itulah yang disebabkan oleh proses eksternalisasi yang berubah-ubah dari individu atau dengan kata lain ada ketidakmampuan individu menyesuaikan dengan aturan yang digunakan untuk memelihara ketertiban sosial tersebut. Oleh karena itu, problem perubahan berada di dalam proses eksternalisasi ini. Jadi di dalam masyarakat yang lebih mengedepankan

“ketertiban sosial” individu berusaha sekeras mungkin untuk menyesuaikan diri

dengan peranan-peranan sosial yang sudah dilembagakan, sedangkan bagi masyarakat

yang senang kepada “kekisruhan sosial” akan lebih banyak ketidaksukaannya untuk

menyesuaikan dengan peranan-peranan sosial yang telah terlembagakan.

Hal ini yang termasusk masyarakat sebagai kenyataan obyektif adalah legitimasi. Fungsi legitimasi adalah untuk membuat obyektivasi yang sudah dilembagakan menjadi masuk akal secara obyektif. Misalnya itologi, selain memiliki fungsi legitimasi terhadap perilaku dan tindakan, juga menjadi masuk akal ketika mitologi tersebut difahami dan dilakukan. Untuk memelihara universum itu diperlukan organisasi sosial. Hal ini tidak lain karena sebagai produk historis dari kegiatan manusia, semua universum yang dibangun secara sosial itu akan mengalami perubahan karena tindakan manusia, sehingga diperlukan organisasi sosial untuk


(48)

memeliharanya. Ketika pemeliharaan itu dibangun dengan kekuatan penuh, maka yang terjadi adalah status quo.

Masyarakat juga sebagai kenyataan subjektif atau sebagai realitas internal. Untuk menjadi realitas subjektif, diperlukan suatu sosialisasi yang berfungsi untuk memelihara dan mentransformasikan kenyataan subjektif tersebut. Sosialisasi selalu berlangsung di dalam konsep struktur sosial tertentu, tidak hanya isinya tetapi juga tingkat keberhasilannya. Jadi analisis terhadap sosial mikro atau sosial psikologis dari fenomen-fenomen internalisasi harus selalu dilatarbelakangi oleh suatu pemahaman sosial-makro tentang aspek-aspek strukturalnya.

Struktur kesadaran subjektif individu dalam sosiologi pengetahuan menempati posisi yang sama dalam memberikan penjelasan kenyataan sosial. Setiap individu menyerap bentuk tafsiran tentang kenyataan sosial secara terbatas, sebagai cermin dari dunia obyektif. Dalam prosen internalisasi, tiap individu berbeda-beda dalam dimensi penyerapan, ada yang lebih menyerap aspek ekstern, ada juga yang lebih menyerapa bagian intern. Tidak setiap individu dapat menjaga keseimbangan dalam penyerapan dimensi obyektif dan dimensi kenyataan sosial itu. Kenyataan yang diterima individu dari lembaga sosial, menurut Berger, membutuhkan cara penjelasan dan pembenaran atas kekuasaan yang sedang dipegang dan dipraktekkan.

Dengan demikian, hubungan antara individu dengan institusinya adalah sebuah dialektika (intersubjektif) yang diekspresikan dengan tiga momen : society is


(49)

human product. Society is an objective reality. Human is sosial product. (Masyarakat adalah produk manusia. Masyarakat adalah suatu kenyataan sasaran. Manusia adalah produk sosial). Dialektika ini dimediasikan oleh pengetahuan yang disandarkan atas memori pengalaman di satu sisi dan oleh peranan-peranan yang merepresentasikan individu dalam tatanan institusional.

Dalam kehidupan masyarakat, adanya aturan-aturan dan hukum yang menjadi pedoman bagi institusi sosial adalah merupakan produk manusia untuk melestarikan keteraturan sosial. Sehingga meskipun peraturan dan hujum itu terkesan mengikat dan mengekang, tidak menutup adanya kemungkinan terjadi pelanggaran sosial. Hal itu dikarenakan ketidakmampuan individu untuk memelihara ketertiban sosial. Dalam proses ekternalisasi bagi masyarakat yang mengedepankan ketertiban sosial individu berusaha sekeras mungkin untuk menyesuaikan diri dengan peranan-peranan sosial yang sudah dilembagakan.

Pelembagaan dalam prespektif Berger terjadi mulanya ketika semua kegiatan manusia mengalami proses pembiasaan (habitualisasi). Artinya tiap tindakan yang sering diulangi pada akhirnya akan menjadi suatu pola yang kemudian biasa direproduksi, dan dipahami oleh pelakunya sebagai pola yang dimaksudakan itu. Pelembagaan terjadi apabila suatu tipikasi yang timbal-balik dari tindakan-tindakan


(50)

yang sudah terbiasa bagi berbagai tipe pelaku. Dengan kata lain, tiap tipikasi seperti itu merupakan suatu lembaga.6

Sementara legitimasi menghasilkan makna-makna baru yang berfungsi untuk mengintegrasikan makna-makna yang sudah diberikan kepada proses-proses kelmbagaan yang berlainan. Fungsi legitimasi adalah untuk membuat obyektivikasi yang sudah dilembagakan menjadi tersedia secara obyektif dan masuk akal secara subyektif. Hal ini mengacu kepada dua tingakat, pertama keseluruhan tatanan kelembagaan harus bisa dimengerti secara bersama oleh para pesertanya dalam proses-proses kelembagaan yang berbeda. Kedua keseluruhan individu (termasuk di dalam media) yang secara berturut-turut melalui berbagai tatanan dalam tatanan kelembagaan harus diberi maknan sbubyektif. Maslah legitimasi tidak perlu dalam tahap pelembagaan yang pertama. Dimana lembaga itu sekedar fakta yang telah memerlukan dukungan lebih lanjut. Tapi menjadi tak terelakan apabila berbagai obyektivitas tatanan kelembagaan akan dialihkan kepada generasi baru. Di sini

legitimasi tidak hanya sekedar soal “nilai-nilai” ia juga mengimplikasikan

“pengetahuan”.7

Maka di dalam kajian masyarakat kampung kue di kawasan Rungkut Lor juga terjadi proses eksternalisasi di mana masyarakat memandang dan menilai kegiatan sosial dan ekonomi merupakan warisan yang diturunkan secara turun menurun,

6

Basrowi, Sukidin, Metode Penelitian Kualitatif Prespektif Mikro, (Surabaya: Insan Cendekian, 2002),75-76

7

Basrowi, Sukidin, Metode Penelitian Kualitatif Prespektif Mikro, (Surabaya: Insan Cendekian, 2002),132-134


(51)

setelah itu maka masyarakat melakukan objektivikasi terhadap apa yang telah di ketahiui tentang kegiatan sosial dan ekonominya, proses disini masyarakat mulai melakukan pemaknaan terhadap realitas yang ada sebagai bahan tindakan yang sesuai dengan pemaknaan yang tertanam dalam dirinya setelah pemaknaan timbul di dalam subjek masyarakat maka akan terjadi internalisasi pada masyarakat. Dimana antar masyarakat yang satu dengan yang lainnya akan membangun makna yang sama baik antara warga masyarakat sendiri dengan tokoh yang ada di sekitar kampung kue sehingga akhirnya menjadi sebuah hukum realitas yang di aktifitaskan sesuai dengan makna yang di bangun secara bersama-sama. Titik awal dari proses ini adalah intenalisasi, yaitu suatu pemahaman atau penafsiran yang langsung dari pristiwa objektif sebagai suatu pengungkapkan makna. Kesadaran diri marsyarakat selama internalisasi menandai berlangsungnya proses sosialisasi.

Masyarakat sebagai kenyataan subjektif menyiratkan bahwa realitas obyektif ditafsiri secara subyektif oleh individu. Dalam proses penafsiran itu berlangsung internalisasi. Internalisasi adalah proses yang di alami manusia untuk ‘ mengambil

alih’ dunia yang sedang dihuni sesamanya. Internalisasi berlangsung seumur hidup

melibatkan sosialisasi, baik primer maupun sekunder. Inernalisasi pada masyarakat kampung kue adalah proses penerimaan definisi situasi yang disampaikan orang lain tentang kegiatan sosial dan ekonomi, dengan diterimanya definisi-definisi tersebut, masyarakat bahakan tidak hanya mampu memahami definisi orang lain, tetapi lebih dari itu, turut mengkontruksi definisi bersama. Dalam proses mengkontruksi inilah,


(52)

masyarakat berperan aktif sebagai pembentuk, pemelihara, sekaligus perubahan kampung kue di kawasan Rungkut lor kecamatan Rungkut Surabaya.


(53)

BAB III

PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT KAMPUNG KUE RUNGKUT LOR KECAMATAN RUNGKUT KOTA SURABAYA

A. Deskriptif Umum Obyek Penelitian

1. Keadaan wilayah Desa Rungkut Lor

Dalam mendeiktipsikan lokasi dan wilayah penyebaran penduduk , perlu dipastikan cirri-ciri geografisnya yang meliputi : sifat daerah, yaitu kondisi geografisnya, demografi dan sebagainya. Kota Surabaya berdasarkan astronomi terletak antara 071210 Lintang selatan dan 1121 360 samapi dengan 1121 540 Bujur Timur. Sebagian besar wilayah kota Saurabaya merupakan daratan rendah dengan ketinggian 3 sampai dengan 6 meter di atas permukaan air laut, kecuali wilayah kota bagian selatan ketinggianya mencapai 25 sampai dengan 50 meter di atas permukaan air laut. sebelah Timur Selat Madura, sebelah Selatan Kabupaten Sidoarjo dan sebelah Barat Kabupaten Gresik Desa Rungkut Lor merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Rungkut Kota Surabaya yang terdiri dari 5.501 Kepala Keluarga dengan 394 Rukun Tetangga (RT) dan 73 Rukun Warga (RW). Dengan luas wilayah Rungkut Lor atau Kali Rungkut adalah 258,43 Hektar (Ha). Secara geografis, Rungkut Lor dengan ketinggian 0,01 Meter dari permukaan air laut dengan tipografi daratan rendah yang memiliki curah hujan 3000 mm/ tahun dan suhu rata-rata mencapai 32o Celcius.


(54)

2. Orbitrasi Desa Rungkut Lor

Tabel 3.1

Orbitrasi Desa Rungkut Lor

No Keterangan Jarak

1 Jarak dari pusat Pemerintahan Kecamatan 0.01 Km

2 Jarak dari pusat Pemerintahan 10 Km

3 Jarak dari pusat Pemerintahan 16 Km

4 Jarak dari Ibukota Negara 600 Km

Sumber: Dokumen Monografis Desa Kali Rungkut tahun 2015

3. Monografi Desa Rungkut Lor atau Kali Rungkut

Gambar 3.1

Peta Kecamatan Rungkut Kota Surabaya


(55)

Desa Rungkut Lor atau Kali Rungkut berbatasan dengan Desa-desa lain baik dengan wilayah desa dalam satu kecamatan maupun dengan yang lainnya. Sedangkan Desa Rungkut Lor atau Kali Rungkut terletak diantara beberapa desa diantaranya berbatasan dengan :

a. Sebelah Utara : Kelurahan Panjang JIwo b. Sebelah Timur : Kelurahan Kedung Baruk c. Sebelah Selatan : Kelurahan Rungkut Kidul d. Sebelah Barat :KelurahanTenggilis Mjoyo

4. Kondisi Demografis

Keadaan demografis Desa Kali Rungkut atau Rungkut Lor menjelaskan keadaan masyarakat menyangkut pekerjaan, keagamaan dan sebagainya.

a. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk Desa Kali Rungkut adalah 22.738 orang. Hal ini terlihat dari data monografis berdasarkan data Administrasi Pemerintahan Desa Tahun 2015. Dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Penduduk

No Keterangan Jumlah

1 Laki-laki 11.406 Orang

2 Perempuan 11. 332 Orang


(56)

Dari tabel penduduk diatas adalah jumlah keseluruhan dari warga masyarakat di Desa Kali Rungkut atau Rungkut Lor pada tahun 2015 secara keseluruhan kurang lebih 22.738 orang, dengan perincian penduduk perempuan 11.332 orang dan penduduk laki 11.406 orang, jadi total 22.738 orang laki-laki dan perempuan.

b. Pertanahan

Pertanahan di Kelurahan Kali Rungkut atau Rungkut Lor Surabaya, yaitu:

1. Tanah kas Kelurahan : 15, 531 Ha

2. Tanah sertifikat : 3000 buah 65,500 Ha

3. Tanah tak bersertifikat : 300 buah 152,159 Ha c. Kewarganegaraan

1. WNI : 21.861 orang

2. WNA : - orang

Dari keterangan di atas, di Kelurahan Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Surabaya terdapat 21.861 orang WNI ( Warga Negara Indonesia) dan tidak terdapat orang WNA (Warga Negara Asing), untuk ukuran kelurahan dapat dikatakan cukup baik.

d. Jumlah mobilitas penduduk

Tabel 3.3

Jumlah Mobilitas Penduduk


(57)

Laki-laki 39 21 63 54

Perempuan 71 11 57 51

Jumlah 110 32 120 105

Sumber Data : Dokumen Kelurahan Rungkut Lor 2015

Dari tabel jumlah mobilitas penduduk di Kelurahan Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Kota Surabaya memiliki jumlah keseluruhan penduduk yang lahir pada tahun 2015 berjumlah 110, penduduk yang meninggal sebanyak 32 orang, penduduk yang datang berjumalah 120 orang dan penduduk yang pergi berjumlah 105 orang. e. Jumlah penduduk musiman

1. Laki-laki : 3.254 orang

2. Perempuan : 3.044 orang

Dari keterangan data di atas jumlah keseluruhan penduduk musiman di Kelurahan Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Kota Surabaya adalah 6.298 orang, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 3.254 orang dan jumlah penduduk perempuan 3.044 orang

5. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Dari hasil pendataan semua penduduk yang di lakukan oleh staff kependudukan di Desa Kali Rungkut atau Rungkut Lor pada tahun 2015.

a. Pendidikan menurut usia


(58)

Tabel 3.4 Tingkat Usia Pendidikan

No Keterangan Jumlah

1 00-03 tahun 1.184 orang

2 04-06 tahun 941 orang

3 07-12 tahun 1.941 orang

4 13-15 tahun 975 orang

5 16-18 tahun 975 orang

6 19 – ke atas 16.818 orang

Sumber: Dokumen Monografis Desa Kali Rungkut tahun 2015

Dari table di atas dapat diketahui bahwa masyarakat Kelurahan Rungkut Lor Surabaya menurut tingkat pendidikan dari usia 0 sampai 3 tahun berjumlah 1.184 orang , usia 4 samai 6 tahun berjumlah 941 orang, usia 7 sampai 12 tahun 1.941 orang, usia 13 sampai 15 tahun berjumlah 975 orang, untuk usia 16 sampai 18 tahun berjumlah 975, dan 19 ke berjumlah 16.818 orang.

b. Jumalah penduduk menurut tingkat pendidikan 1. Lulusan pendidikan umum : 20.675 orang 2. Lulusan pendidikan khusus : 231 orang

Adapun jumlah sarana pendidikan di Kelurahan Rungkut Lor Surabaya, sebagaimana table berikut:


(59)

Pendidikan Umum

No Pendidikan Negri Swasta Murid

1 Kelompok Bermain 11 unit 0 unit 960

2 TK 12 unit 0 unit 1.170

3 Sekolah Dasar 6 unit 2 unit 3.747

4 SMP 1 unit 2 unit 2.948

5 SMA 2 unit 1 unit 7.313

6 Perguruan Tinggi 2 unit 2 unit 4.537

Sumber Data: Dokumen Kelurahan Rungkut Lor

Dari table diatas menunjukan bahwa sarana pendidikan umum yang ada di Kelurahan Rungkut Lor Surabaya bisa dikatakan cukup untuk ukuran kelurahan.

Table 3.6 Pendidikan Khusus

No Pendidikan non formal Jumlah

1 Pondok pesantren 24 orang

2 Madrasah 75 orang

3 Pendidikan keagamaan - Orang

4 Sekolah luar biasa 3 Orang

5 Kursus keterampilan 129 Orang


(60)

Dari tabel di atas menunjukan bahawa secara pendidikan khusus yang ada di Kelurahan Rungkut lor Surabaya bisa dikatakan lumayan cukup untuk ukuran kelurahan. Dengan jumlah yang lulus di pendidikan non formal sebanyak 231 orang.

6. Keadaan Sosial Ekonomi

a. Macam- macam Pekerjaan

Keadaan ekonomi masyarakat kelurahan Rungkut Lor di kategorikan sebagai penduduk yang ekonominya menengah, hal ini terlihat mata pencahariaan penduduk Kali Rungkut atau Rungkut Lor bervariasi, sebagaiman table berikut ini :

Tabel 3.7

Keadaan Sosial Ekonomi

No Mata Pencahariaan Jumlah

1 TNI 97 orang

2 Polri 98 orang

3 PNS/BUMN/BUMD 710 orang

4 Wiraswasta 7.675 orang

5 Buruh 7.674 orang

6 Tukang 62 orang

7 Fakir-miskin 4.858 orang


(61)

Sumber Data : Dokumen Kelurahan Rungkut Lor Tahun 2015

Dari table di atas dapat diketahui bahwa masyarakat Kelurahan Rungkut Lor Surabaya bermata pencahariaan sebagai wiraswasta sebanyak 7.675 orang, buruh sebanyak 7.674 orang, PNS/BUMN/BUMD sebanyak 710 orang, TNI sebanyak 97 orang, Polri sebanyak 98 orang, tukang sebanyak 62 orang, sedangkan fakir maskin sebanyak 4. 858 orang.

b. Kelompok Tenaga Kerja

Berdasarkan pembagian kelompok tenaga kerja di Kelurahan Rungkut Lor dapat di jelaskan sebagai berikut:

Tabel 3.8

Kelompok Tenaga Kerja

No Keterangan Jumlah

1 10-14 tahun 1.622 orang

2 15-19 tahun 1.632 orang

3 20-26 tahun 2.244 orang

4 27-40 tahun 5.670 orang

5 41-56 tahun 5.259 orang

6 57 ke atas 6.311 orang


(62)

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui jumlah keseluruhan tenaga kerja yang ada di Kelurahan Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Kota Surabaya adalah 22.738 orang, untuk ukuran kelurahan sudah terbilang cukup baik dengan rincian dari usia 10-14 tahun 1.622 orang, 15-19 tahun 1.632 orang, usia 20-26 sebanyak 2.244 orang, dari usia 27-40 sebanyak 5.670 orang, dari usia 41-56 dengan jumlah 5.259 orang, dan di usia 57 ke atas berjulah 6.311 orang.

1. Keadaan Sosial Keagamaan

Sarana peribadatan yang ada di kelurahan Kali Rungkut atau Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Kota Surabaya sebagai berikut:

Table 3.9 Pendidikan Khusus

No Sarana Peribadatan Jumlah

1 Masjid 10 buah

2 Mushollah 36 buah

3 Gereja 4 buah

4 Gereja Katolik 3 Buah

5 Vihara 0 Buah

6 Pura 0 Buah


(1)

tengah masyarakat lainnya dan menyesuaikan dengan lingkungan di sekitar untuk menjalankan kegiatan sosial ekonominya.

Jadi prilaku perubahan masyarakat ini masuk dalam kategori konstruksi sosial melalui dialektika eksternalisasi, objektivasi, dan

internalisasi. Karena dialektika ini konstruk terus-menerus dan di lakukan

ber ulang-ulang oleh masyarakat kemudian menjadi tradisi ekonomi di Kampung Kue yaitu masyarakat bertindak sebagi produsen kue berdasarkan makna-makna budaya yang sudah ada sejak berdirinya Kampung Kue dan pengelolahan makna di lakukan dengan intreaksi sosial dan kemudian makna itu sedikit demi sedikit timbul dalam subjektif antar masyarakat, kemudian di saring sesuai dengan penyesuaian yang dinginkan, kemudian makna tersebut di sempurnakan di saat proses intreaksi sosial berlangsung dan akhirnya sampai pada titik pemaknaan yang sempurna tentang perubahan dan pada akhirnya ada rasa kepemilikan bersama.


(2)

1

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perubahan yang terjadi di masyarakat Kampung Kue Rungkut Lor Kecamatan Rungkut Kota Surabaya adalah perubahan dalam bidang sosial ekonomi, karena dengan adanya Kampung Kue perekonomian masyarakat menjadi meningkat, kebutuhan rumah tangga bukan lagi masalah bagi mereka, waktu yang mereka dapat juga flaksibel mereka setiap hari bekerja di rumah sehingga kegiatan di rumah tidak terbengkalai. Dan juga dengan adanya Kampung Kue solidaritas masyarakat semakin tinggi, peduli akan sesama, sehingga tak heran jika Kampung Kue berhasil dalam home industrinya.

Ada berbagai dampak yang di hasilkan dari berdirinya Kampung Kue yaitu

a. Ekonomi

Ini tentunya sangat berdampak pada kehidupan masyarakat di sekitar Kampung Kue, mereka merasa dengan adanya Kampung Kue kehidupan mereka lebih mapan dan sejahtera, kebutuhan sehari-hari dapat mereka penuhi dengan mudah.

b. Sosial Budaya

Aadanya Kampung Kue tidak menyurutkan semangat masyarakat dalam menjalankan ritual-ritual keagamaan seperti tahlilan, pengajian, atau acara rutinan keagamaan yang lainnya. Mereka


(3)

2

menganggap bahwa budaya merupakan tanggung jawab

masyarakat bersama utuk mempertahankan dan melestarikannya, meskipun di Rungkut Lor terutama kawasan Kampung Kue banyak penduduk pendatang dari desa, akan tetapi kedatangan penduduk tersebut tudak mengurangi budaya asli yang ada.

c. Pendidikan

Karena kemajuan teknologi, dan perkembangan zaman, merubah

pemikiran masyarakat mengenai pentingnya pendidikan.

Masyarakat sudah beranggapan bahwa pendidikan adalah nomer satu untuk menunjang masa depan, terutama masyarakat Kampung kue, mereka berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah yang maju, dan favorit, di karenakan dari sisi lain tidak lepas dari kemajuan ekonomi mereka juga yang baik, sehingga heran jika di Kampung Kue masih ada anak yang putus sekolah, karena mindset para orang tua di Kampung Kue adalah

menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin.

B. Saran

Menilai dari hasil kesimpulan di atas, maka penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Masyarakat Kampung Kue merupakan masyarakat yang terbilang maju dalam bidang home industrinya, akan tetapi tidak memungkinkan tidak

terjadi pergeseran-pergesaran budaya, semakin majunya Kampung Kue pasti akan semakin banyak budaya baru yang masuk, hendaknya tetap


(4)

3

menjaga budaya yang ada, tidak menghilngaknya melainkan memperbaruhi tanpa harus menghilangakan budaya asal yang telah di bawah oleh nenek moyang dahulu.

2. Pemerintah daerah maupun pemerintah kota hendaknya

memperhatikan kebersihan lingkungan yang ada di sekitar Kampung Kue, terutama peraliran air sungai di belakang Rungkut Lor, ketika peneliti menyusuri Kelurahan Rungkut Lor masih banyak sampah yang ada di dalam sungai, sehingga tidak jarang jika hujan tiba, jalan di sekitar Rungkut Lor terjadi banjir.

3. Peneliti selanjutnya hendaknya lebih mengkaji lagi objek penelitian, dan menggali data sedalam-dalamnya untuk mendapatkan hasil penelitian yang optimal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adin, Alfathri (ed.), Resistensi Gaya Hidup: Teori dan Realitas. Yogyakarta: Jalasutra, 2006

Basrowi, Sukidin, Metode Penelitian Kualitatif Prespektif Mikro. Surabaya: Insan Cendekian, 2002

Beilharz, Raho, Teori-Teori Sosial. Yogyakarta: Prestasi Pelajar, 2005

Berger Peter L. Hansfried Keller, Sosiologi Ditafsirkan Kembali. Jakarta: LP3ES, 1985

Berger, Peter L. Kabar Angin dari Langit, Jakarta, LP3ES, 1994

Berger, Peter L. Thomas Luckmann, Tafsir Sosial Kenyataan. Jakarta: LP3ES, 1990

Bertens, K, Sejarah Filsafat Yunani Dari Thales ke Aristoteles. Jakarta: Kanisus, 1999

Fahmi, Hamid , Tantangan Sekularisasi dan Liberalisasi di Dunia Islam. Jakarta: Khoirul Bayan, 2004

Hartono dan Arnicun Aziz, Ilmu Dasar Sosial. Jakarta: Bumi Aksara, 1993

Henslin James M, Sosiologi Dengan Pendekatan Membumi Jilid 2.

Jakarta:Eirlangga, 2006

Jacobs , Mellvie and Bernhard J. Stern, General Anhtropology. Barners & Noble, 1952

Joseph S. Roucek, Roland L. Waren, Pengantar Sosiologi. Jakarta: Biana Aksara, 1984

Koening, Samuel, Mand and Society The Basic Teaching of Sociology. Cetakan kedua. New York: Barners dan Noble Inc, 1957

Lauer, Robert H, Perspektif tentang Perubahan Sosial. Jakarta: Bina Aksara, 1989 Margaret. Polom M, Teori Sosiologi Kontemporer. Jakarta: Rajawali Grafindo

Persada, 1993

Moleong , Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009


(6)

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian. Jakarta : Bumi Aksara, 2007

Petel L. Berger, Kabar Angin dari Langit, Jakarta, LP3ES, 1994

Ranjabar, Jocobus, Perubahan Sosial dalam Teori Makro Pendekatan Realitas

Sosial,. Bandung: Alfabeta, 2001

Ritzer, George dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi. Bantul: Kreasi Wacana, 2004

Sajogyo, Pujiwati, Sosiologi Pembangunan. Jakarta: IKIP, 1985

Setiadi, Elly M, Usman Kolip, Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana Prenada Group, 2011

Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Grafindo, 2005 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta, 2009

Suparno, Paul, Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Jakarta: Pustaka Filsafat, 1997

Susilo, Rahmad Dwi K, 20 Tokoh Sosiologi Moderen. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008

Taufiq, Amal dkk, Pengantar Sosiologi. Surabaya: CV. Mitra Media Nusantara, 2013

Zeitlin, Irving M. Memahami Kembali Sosiologi: Ktritik Terhadap Sosiologi