PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBERDAYAAN UKM BATIK MANGROVE DI KECAMATAN RUNGKUT PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

(1)

PERAN PEM

YAYAS PEMB

N DINAS K MBERDAYA

SAN KESEJ BANGUNA

PRO

KOPERASI AAN UKM B

PEME JAHTERAA AN NASION SO OGRAM ST USAHA M BATIK MA ERINTAH

SK

Disus AND NPM : AN PENDID NAL “VETE OSIAL DAN TUDI ILMU SUR MIKRO, KE ANGROVE KOTA SUR

KRIPSI

sun Oleh : DRIYAN

0541010039

DIKAN DA ERAN” JAW N ILMU PO

U ADMINI RABAYA

2011

CIL DAN M DI KECAM RABAYA. 9 AN PERUMA WA TIMUR OLITIK STRASI NE MENENGA MATAN RU AHAN UNI R FAKULT EGARA AH DALAM UNGKUT IVERSITAS TAS ILMU M S


(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, berkat, dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan proposal penelitian dengan judul “Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Dalam Pemberdayaan

UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut Pemerintah Kota Surabaya”.

Laporan proposal ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan kurikulum Program Studi Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada Ibu Dra. Diana Hertati, Msi sebagai dosen pembimbing. Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan sehingga penyusunan laporan proposal ini diantaranya :

1. Dra. Ec. Hj. Suparwati, M.Si, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. DR. Lukman Arif, M.Si, Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. 3. Ibu Dra Diana Hertati MSi, Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur. 4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.

5. Bapak Drs.Hadi Mulyono, MM, Selaku Kepala Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.

6. Ibu Ratnawati, BA, Selaku Kasi Bidang Usaha Kecil dan Menengah di Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.


(3)

7. Buat kedua orang tua yang selalu memberikan do’a dan motivasi. 8. Dan seluruh teman-teman Progdi Ilmu Administrasi Negara ’05.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan proposal ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga dengan laporan proposal penelitian ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan khususnya bagi penulis dan bagi fakultas pada umumnya serta para pembaca.

Surabaya, Juni 2011


(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

1.1Perumusan Masalah ... 7

1.2Tujuan Penelitian ... 8

1.3Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

2.1. Penelitian Terdahulu ... 10

2.2. Landasan Teori ... 14

2.2.1. Pengertian Peran……… ... 14

2.2.1.1. Macam-macam Peran ... 15

2.2.2. Pengertian Pemberdayaan ... 15

2.2.2.1. Tujuan Pemberdayaan ... 16

2.2.2.2. Upaya Pemberdayaan ... 18

2.2.2.3. Strategi Pemberdayaan ... 19

2.2.3. Pengertian Koperasi ... 23

2.2.3.1. Landasan Koperasi ... 26

2.2.3.2. Sendi-Sendi Dasar Koperasi ... 28


(5)

2.2.4. Rencana Strategis Dinas Koperasi, Usaha Kecil, Mikro dan

Menengah Kota Surabaya……… 30

2.2.4.1. Tujuan ... 30

2.2.4.2. Strategi ... 30

2.2.4.3. Kebijakan ... 31

2.2.5. Pengertian Pembinaan ... 31

2.2.5.1. Tujuan Pembinaan ... 32

2.2.6. Pengertian Pelatihan ... 33

2.2.7. Pengertian Pemasaran ... 36

2.2.7.1. Konsep Pemasaran ... 36

2.2.8. Konsep Usaha Kecil dan Menengah ... 38

2.3. Kerangka Berpikir ... 40

BAB III METODE PENELITIAN ... 42

3.1. Jenis Penelitian... 42

3.2. Fokus Penelitian ... 43

3.3. Situs Penelitian... 44

3.4. Sumber Data... 45

3.5. Jenis Data ... 46

3.6. Teknik Pengumpulan Data ... 46

3.7. Analisis Data ... 48

3.8. Keabsahan Data ... 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 54

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 54

4.1.1. Gambaran Umum Dinas Koperasi UMKM Pemkot Surabaya ... 54


(6)

4.1.3. Visi dan Misi Dinas Koperasi UMKM Pemkot Surabaya ... 55

4.1.4. Tujuan Dinas Koperasi UMKM Pemkot Surabaya ... 56

4.1.5. Strategi Dinas Koperasi UMKM Pemkot Surabaya ... 56

4.1.6. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas ... 57

4.1.7. Sasaran dan Kebijakan Dinas Koperasi UMKM Pemkot Surabaya 57 4.1.8. Struktur Organisasi ... 60

4.1.9. Tugas Pokok dan Fungsi Pegawai Dinas Koperasi UMKM Pemkot Surabaya ... 62

4.1.10. Karakteristik Pegawai ... 74

4.1.11. Gambaran Umum Kecamatan Rungkut ... 76

4.1.12. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77

4.1.13. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ... 78

4.1.14. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 79

4.2. Hasil Penelitian ... 80

4.2.1. Peran dinas dalam pelatihan ... 80

4.2.1.1. Bimbingan Teknis ... 82

4.2.1.2. Manajemen Pembukuan ... 86

4.2.2. Peran dinas dalam Pemasaran ... 91

4.2.2.1. Pameran... 93

4.2.2.2. Fasilitasi Open Stan ... 96

4.3. Pembahasan ... 97

4.3.1. Pelatihan ... 97


(7)

BAB V KESIMPULAN ... 106

5.1. Kesimpulan ... 107 5.2. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Data Perkembangan UKM di Kota Surabaya ... 2

Tabel 4.1. Komposisi Pegawai Berdasarkan Pangkat / Golongan ... 74

Tabel 4.2. Komposisi Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 74

Tabel 4.3. Komposisi Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ... 75

Tabel 4.4. Komposisi Pegawai Berdasarkan Umur ... 75

Tabel 4.5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77

Tabel 4.6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Mata Pencaharian ... 75

Tabel 4.7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Masyarakat ... 79

Tabel 4.8. Instruktur Pelatihan ... 91

Tabel 4.9. Peserta Pelatihan ... 92


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka berpikir……….. 41 Gambar 2 Analisis interaktif Menurut Miles dan Huberman………. 50 Gambar 3 Struktur Organisasi Dinas Koperasi……….. 61


(10)

ABSTRAKSI

ANDRIYAN. PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

DALAM PEMBERDAYAAN UKM BATIK MANGROVE DI KECAMATAN RUNGKUT PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan metode analisis data penelitian kualitatif adalah dengan menggunakan teknik deskriptif kualitatif dimana dalam penelitian ini digambarkan suatu fenomena dengan jalan mendeskripsikannya. Penelitian ini di dasarkan pada fenomena pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang masih menghadapi hambatan atau kendala antara lain : kurangnya pelatihan, dan terbatasnya akses pasar. Dengan adanya hambatan atau kendala tersebut pada akhirnya belum dapat mendukung bagi perkembangan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dalam memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan produk nasional, peningkatan ekspor, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam pemberdayaan terhadap usaha kecil menengah batik mangrove di Kecamatan Rungkut Pemerintah Kota Surabaya. Adapun situs dari penelitian ini adalah Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dan UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut. Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa hasil wawancara dari informan, sedangkan data sekunder yaitu berupa dokumen-dokumen yang diperoleh dari Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.Variabel penelitian ini adalah satu yaitu peran dinas koperasi usaha mikro, kecil, dan menengah dalam pemberdayaan ukm batik mangrove.

Informan dalam penelitian ini adalah pegawai Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dan anggota ukm batik mangrove. Fokus dalam penelitian ini adalah pelatihan dan pemasaran.

Hasil yang didapat dalam penelitian ini adalah Pelaksanaan Pelatihan bimbingan teknis dan manajemen pembukuan serta pemasaran melalui pameran dan open stan sudah berjalan dengan baik tetapi dalam pelatihan pembukuan masih belum mencapai tujuan karena anggota ukm batik mangrove yang berasal dari ibu rumah tangga masih kesulitan untuk memahami tentang pembukuan serta fasilitasi open stan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dimana anggota ukm batik masih menghadapi kendala karena syarat dan perijinan yang ditetapkan oleh penyadia open stan.

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sudah menjalankan perannya tetapi belum sepenuhnya dapat terlaksana secara maksimal.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan bagian integral dunia usaha nasional, mempunyai kedudukan, potensi, dan peranan yang sangat penting dan strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi pada khususnya. Usaha kecil merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi yang luas pada masyarakat, dapat berperan dalam proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya.

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan produk nasional, peningkatan ekspor, perluasan kesempatan kerja dan berusaha, serta peningkatan dan pemerataan pendapatan. Keberadaan usaha kecil tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan perekonomian secara nasional, karena usaha kecil merupakan wujud kehidupan ekonomi sebagian besar rakyat Indonesia.

Dalam upaya membangun ekonomi nasional sub-sektor industri mikro kecil dan menengah (IMKM) yang dalam istilah sering disebutkan UKM ataupun usaha kecil. Usaha kecil mendapat prioritas untuk dibina dan dikembangkan dalam rangka memperkuat struktur ekonomi nasional.

Sektor industri baik skala besar maupun skala mikro, kecil, dan menengah merupakan salah satu sektor yang turut memberikan kontribusi (contributor) terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, oleh karena itu kebijakan pembinaan dan pengembangan (Development


(12)

pembinaan senantiasa dikembangkan sesuai dengan karakter dan permasalahan yang dihadapi.

Namun dengan seiring perkembangan serta keberhasilan usaha kecil di Kota Surabaya begitu ragam jenisnya dan karakteristik usaha kecil. Di Kota Surabaya dapat dipastikan bahwa tidak semua usaha kecil dapat tumbuh dan berkembang bahkan sebaliknya ada yang hanya berdiri sesaat lalu gulung tikar. (http ://www.smecda.com/deputi7/file infokop/ pengemb. UKM.pdf diakses 3 Maret 2010).

Hal tersebut juga di dukung dengan adanya data Perkembangan UKM di Kota Surabaya yaitu sebagai berikut:

Tabel 1

Data Perkembangan UKM di Kota Surabaya

Tahun Usaha Kecil Usaha Menengah Usaha Besar

2004 5.403 920 366

2005 5.040 980 442

2006 5.371 1.169 603

2007 5.121 1.146 603

2008 4.951 1.127 529

JUMLAH 25.886 5.342 2.543

Sumber : Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Propinsi Jatim

dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surabaya. (2009).

Berdasarkan tabel data diatas tentang perkembangan UKM di Kota Surabaya, perkembangan UKM mengalami penurunan pada tahun 2008. Hal ini disebabkan UKM menghadapi kendala dalam pemasaran hasil produk, sehingga sulit bersaing dalam pasar. Dengan adanya penurunan perkembangan UKM pada tahun 2008 di Kota Surabaya maka dibutuhkan peran serta Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara menyeluruh, sinergis, dan berkesinambungan, guna meningkatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam meningkatkan perekonomian nasional.


(13)

Dengan adanya permasalahan diatas yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Surabaya maka dibutuhkan peran serta pemerintah khususnya Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya untuk menumbuh kembangkan UKM Khususnya di wilayah Kota Surabaya sehingga kedepannya menjadi usaha kecil yang produktif dan berkembang.

Pembinaan usaha kecil memerlukan kepedulian yang diwujudkan dalam kemitraan dan kebersamaan pihak yang sudah maju dengan pihak yang belum maju dan dengan pihak yang belum berkembang. Dalam hal ini pembinaan usaha kecil yang diiringi dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat akan mewujudkan kemajuan, kemandirian, dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Pembinaan usaha kecil juga merupakan peningkatan harkat dan martabat masyarakat dalam kondisi sekarang mengalami kesulitan untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya khususnya pada bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mempunyai tugas antara lain :

1. Penetapan kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam

pertumbuhan iklim usaha bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di tingkat kota. 2. Pengawasan, monitoring dan evaluasi upaya pemberdayaan UMKM dalam wilayah

kota.

3. Penyelenggaraan pengembangan produksi dan pemasaran hasil usaha masyarakat skala kota.

4. Pelaksanaan dan fasilitas kebijakan usaha mikro, kecil dan menengah skala kota. Pemberdayaan menurut Undang-undang No. 8 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan


(14)

usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Pada rincian tugas Bidang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah khususnya pada tugas Penetapan kebijakan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pertumbuhan iklim usaha bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di tingkat kota, terdapat sebelas (11) poin salah satunya menyebutkan memberikan pembinaan dan pengembangan UMKM di tingkat kota.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya mempunyai fungsi Pembinaan, Pengawasan, Pengendalian serta Pembangunan di bidang koperasi. Dalam pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dinas Koperasi melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap UMKM dengan memfasilitasi pelatihan teknis manajemen dan keterampilan untuk pengusaha kecil, memfasilitasi permodalan bagi usaha kecil dan menengah dalam pengembangan usaha serta mengadakan promosi usaha dan fasilitasi pemasaran.

Batik mangrove di tetapkan sebagai ikon Kecamatan Rungkut oleh Pemerintah Kota Surabaya. Untuk hasil produk dari UKM Batik Mangrove diberi nama resmi batik SERU ( Seni Batik Mangrove Rungkut ). Sebagai sebuah rintisan usaha kecil menengah (UKM), diakui Noverita, produksi batik mangrove ini memang mengalami kendala yang saat ini dirasakan adalah terkait pewarnaan, dan pemasaran. Untuk menembus pasar batik, kata Noverita, mau tidak mau memang harus dikelola secara industrial serta melibatkan banyak tenaga kerja dan modal. “Kita sih mau seperti itu. Hanya saja kami masih bingung soal pemasaran. Selama ini kami menjual produk-produk kami ke instansi-instansi pemerintah. Untuk masuk ke pasar batik, kita masih punya banyak kendala,” paparnya. ( Senin 05 Oktober 2009 Koran Suroboyo.com ).


(15)

Kendala yang dialami oleh UKM Batik Mangrove adalah penjualan hasil produksi batik Mangrove yang belum bisa menembus pasar batik dan kurangnya pelatihan untuk mendesain produk batik yang inovatif serta pelatihan pewarnaan batik. Dengan adanya masalah pemasaran dan pelatihan yang dihadapi oleh Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Kota Surabaya maka dibutuhkan peran serta pemerintah khususnya Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya untuk memberikan pembinaan dalam mengatasi kendala pemasaran dan memberikan pelatihan kepada UKM Batik Mangrove sehingga dapat menumbuh kembangkan UKM Khususnya di wilayah Kota Surabaya sehingga kedepannya menjadi usaha kecil yang produktif dan berkembang.

Untuk mengatasi permasalahan atau kendala yang dihadapi para pengusaha UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut, maka dibutuhkan peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya, antara lain :

a. Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memberikan pelatihan dalam bentuk kewirausahaan dan bimbingan teknologi (Bintek). Dengan adanya pelatihan tersebut akan meningkatkan keterampilan teknis produksi, kemampuan managerial, kemampuan menciptakan produk yang inovatif sehingga produk yang dihasilkan akan lebih baik.

b. Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memberikan bantuan fasilitasi pemasaran hasil produksi yaitu promosi dengan cara mengikuti pameran serta memfasilitasi open stand sehingga masalah hasil pemasaran produk dapat diatasi. Menurut Hamalik (2001 : 10), pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktifitas tenaga kerja.


(16)

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis tertarik untuk mengambil judul penelitian “Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam

Pemberdayaan UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut Pemerintah Kota Surabaya”.

1.2. Perumusan Masalah

Setiap tahun pemerintah dalam kaitannya untuk meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) telah menetapkan program yang harus dicapai oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk meningkatkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Karena Koperasi merupakan wadah bagi usaha-usaha kecil menengah.

Dengan adanya permasalahan tersebut dapat memberikan dampak yaitu dapat menurunkan kualitas serta dapat menurunkan hasil produksi. Untuk menghadapi masalah tersebut dibutuhkan peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya yang lebih besar untuk melakukan pemberdayaan dengan memberikan pembinaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut.

Dari latar belakang fenomena dan masalah diatas, adapun perumusan masalah yang dikemukakan dalam penulisan penelitian ini adalah

“ Bagaimanakah Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam Pemberdayaan UKM Batik Mangrove di kecamatan Rungkut ? ”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk memahami suatu masalah sosial atau fenomena sosial tertentu yang ada di sekitar kita. Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai adalah


(17)

“ Untuk mengetahui Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam Pemberdayaan UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut “.

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis

Memberikan tambahan wawasan bagi penulis mengenai Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam Pembinaan Usaha Kecil.

2. Bagi Instansi

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan dalam pemecahan masalah yang sedang dihadapi para pengusaha kecil.

3. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Sebagai salah satu sumbangan pemikiran dan informasi dalam melengkapi dan mengembangkan perbendaharaan ilmu sosial dan khususnya pada Program Studi Ilmu Administrasi Negara dan sebagai tambahan wawasan yang berguna bagi mahasiswa dan pihak-pihak yang membutuhkan.


(18)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

1. Penelitian yang dilakukan oleh Unggul dari Universitas Brawijaya Malang (2001). Dalam penelitian Unggul di Kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowok Waru Kota Malang dengan Judul “Pemberdayaan Pengusaha Industri ke kecil di Perkotaan” dinyatakan bahwa pemberdayaan usaha kecil di kelurahan Dinoyo harus lebih diarahkan untuk meningkatkan kemampuan (Capability Building) usaha kecil menjadi tangguh dan mandiri serta tumbuh berkembang. Usaha industri kecil keramik Dinoyo tidak hanya memberi manfaat dalam peningkatan pendapatan dan kesejahteraan pengusaha dan keluarganya, akan tetapi tetap juga memberi keuntungan dan manfaat bagi masyarakat sekitar Dinoyo. Model usaha merupakan salah satu faktor produksi yang sangat penting bagi pengusaha industri kecil keramik. Untuk lebih mengefektifkan pemberdayaan industri kecil keramik yang perlu mendapatkan perhatian dan kepedulian yang lebih besar dari administrasi publik terhadap pengembangan industri kecil keramik Dinoyo, perlu koordinasi dengan melibatkan instansi terkait dan perlu membentuk lembaga penjamin.

Persamaan penelitian yang dilakukan oleh unggul dari Universitas Brawijaya Malang dengan peneliti adalah terletak pada usaha pemberdayaan dalam meningkatkan kemampuan agar dapat meningkatkan pendapatan untuk mencapai taraf sejahtera.

Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Unggul dari Universitas Brawijaya Malang menekankan pada pemberdayaan yang diarahkan pada pengusaha industri agar dapat lebih berkembang. Sedangkan peneliti menekankan pemberdayaan melalui pembinaan dengan pelatihan dan fasilitasi pemasaran pada pengrajin batik mangrove.


(19)

2. Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh pihak lain dapat dipakai sebagai bahan pengkajian dan masukan yang berkaitan dengan penelitian ini, antara lain : Penelitian yang dilakukan oleh Nita Dwi Rahmadhani dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (2004), yang berjudul “Peran Pemerintah Dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Sepatu di Wedoro”. Hal ini dibuktikan dengan penetapan pola umum kebijakan yang ditulis dalam rencana program kerja Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tahun 2004 mengenai usaha kecil sepatu di Wedoro yang meliputi peningkatan kualitas bahan baku sampai dengan produk jadi, peningkatan peran aktif masyarakat dalam pembangunan dan memperluas lapangan kerja terutama dalam sektor industri rumah tangga. Pemerintah juga memberi bantuan berupa pinjaman modal melalui Bank Jatim, dan segi pemasaran mengikutsertakan pengrajin sepatu Wedoro dalam pekan raya Jakarta selain itu pemerintah juga memberikan bantuan kepada pengrajin sepatu dengan mengadakan pendidikan dan pelatihan di lembaga IFC, di Hotel Elmi di Graha Pena dan Tanggulangin yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi sepatu, namun bantuan yang diberikan oleh pemerintah tersebut kurang merata, sehingga pengusaha dan pengrajin sepatu tidak mengetahui bantuan yang telah diberikan pemerintah tersebut, hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi antara pemerintah dengan ketua asosiasi sepatu di Wedoro. Melihat kondisi tersebut hendaknya Dinas Perindustrian dan Perdagangan melakukan koordinasi dan mencari solusi dengan anggota asosiasi di Wedoro sebelum memberikan bantuan agar bantuan yang akan diberikan tepat pada pengrajin yang membutuhkannya.

Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan Nita Dwi Rahmadhani adalah pelaksanaan peran pemerintah dalam pemberdayaan usaha kecil untuk meningkatkan peran aktif dari masyarakat dalam pembangunan.


(20)

Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Nita Dwi Rahmadhani terletak pada usaha peningkatan kualitas dari bahan baku hingga proses terwujudnya barang jadi. Sedangkan penelitian yang dilakukan peneliti adalah proses pemberdayaan usaha kecil melalui pelatihan dan pemasaran.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Catur Novidiana dari Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur (2007), yang berjudul “Peran Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan dalam Pemberdayaan Industri Genteng di Desa Sukorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek” menyatakan bahwa untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia pengrajin genteng serta meningkatkan mutu genteng oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek mengacu pada Rencana Strategis (RENSTRA) Tahun 2001-2005 melaksanakan pendidikan dan latihan serta studi banding dan magang. Pelatihan teknologi produksi Dinas mengirimkan perwakilan pengrajin untuk mengikuti pelatihan dan memberikan bantuan peralatan secara revolving, pelatihan kewirausahaan diikuti oleh semua pengrajin, pelatihan pemasaran diikuti semua pengrajin didukung adanya pameran dan otlet penjualan di luar kota. Studi banding dan magang diikuti perwakilan pengrajin genteng dari kegiatan pengrajin dapat memproduksi genteng beraneka ragam. Namun Peran Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan kabupaten Trenggalek dalam pemberdayaan Industri Genteng di Desa Sukorejo dalam Pelatihan teknologi produksi, studi banding dan magang yang sudah dilaksanakan selama ini belum maksimal karena hanya diikuti perwakilan pengrajin dan adanya kendala di Desa Sukorejo belum adanya Asosiasi Pengrajin Genteng. Melihat kondisi tersebut hendaknya Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek dalam memberikan pelatihan teknologi produksi, studi banding dan magang tidak hanya diikuti perwakilan pengrajin tetapi semua


(21)

pengrajin genteng dan khususnya di Desa Sukorejo harus terbentuk Asosiasi Pengrajin Genteng.

Persamaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan Catur Novidiana adalah Pelaksanaan Peran Dinas Koperasi dalam pemberdayaan usaha kecil melalui pendidikan dan pelatihan.

Perbedaan kedua penelitian, penelitian yang dilakukan Catur Novidiana lebih menekankan pada peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia pengrajin genteng serta peningkatan mutu genteng yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Trenggalek. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih menekankan pada proses pemberdayaan usaha kecil melalui pembinaan dengan pelatihan dan fasilitasi pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Surabaya.

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Peran

Menurut Soekanto (2002 : 243), peran merupakan aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankan suatu peranan.

Linton dalam Soekanto (2002 : 224), mengemukakan pengertian peran mencakup 3 (tiga) hal, sebagai berikut :

a. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat.

b. Peran adalah konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam


(22)

c. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi strukur sosial masyarakat.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan merupakan perilaku atau tindakan yang peting bagi struktur masyarakat dan dilakukan karena suatu kedudukan, jabatan, atau organisasi di lingkungan masyarakat bisa berupa suatu kantor yang mudah dikenal oleh masyarakat.

2.2.1.1. Macam-macam Peran

Menurut Suwandi (1997 : 67) peran dalam suatu sistem birokrasi ada dua yaitu : 1. Peran Inter-Individual

Peran untuk mengendalikan pola reaksi individual terhadap situasi tertentu. 2. Peran Sosial

Peran untuk mengatur tata kehidupan sosial. Yang mempunyai peran sosial dan tanggung jawab lebih besar yang ada dalam suatu sistem, maka dialah yang berhak memberi perintah serta wewenang tertinggi ada ditangan pimpinan tersebut.

2.2.2. Pemberdayaan

Pengertian pemberdayaan menurut Jamasy (2004 : 28) adalah upaya menumbuh kembangkan kekuatan pada masyarakat (masyarakat miskin) dengan tahapan dan strategi tertentu.

Menurut Mubyarto dalam Nugroho (2001 : 9) pengertian pemberdayaan masyarakat mengacu pada kata “empowerment” yaitu sebagai upaya untuk mengaktualisasikan potensi yang dimiliki oleh masyarakat. Jadi pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan masyarakat adalah penekanan pada pentingnya masyarakat lokal yang mandiri.

Pemberdayaan masyarakat adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi cukup kuat untuk berpartisipasi dalam berbagai pengontrolan atas dan mempengaruhi terhadap


(23)

kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga serta mempengaruhi kehidupannya (Suharto, 2006 : 58).

Pengertian pemberdayaan masyarkat menurut Suhendra (2006 : 75) adalah sebuah konsep yang menekankan pada pembangunan ekonomi pada mulanya yang dikembangkan berdasarkan nilai-nilai masyarakat.

Pengertian pemberdayaan menurut Kartasasmita ( 1996 : 144 ) adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan dengan kata lain memberdayakan berarti memampukan dan memandirikan masyarakat.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan kedudukan harkat dan martabat masyarakat dari perangkap kemiskinan dan menumbuhkembangkan segala kemampuan yang dimiliki masyarakat untuk menjadi lebih baik dalam segala bidang kemampuannya.

2.2.2.1. Tujuan Pemberdayaan

Menurut Sumodiningrat seperti yang dikutip oleh Mashoed (2004 : 40) pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat bertujuan mencapai keberhasilan dalam :

1) Mengurangi jumlah penduduk miskin

2) Mengembangkan usaha peningkatan pendapatan yang dilakukan oleh penduduk miskin dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia.

3) Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap upaya peningkatan

kesejahteraan keluarga miskin di lingkungannya.

4) Meningkatkan kemandirian kelompok yang ditandai dengan makin

berkembangnya usaha produktif anggota dan kelompok, makin kuatnya permodalan kelompok, makin rapinya system administrasi kelompok, serta makin luasnya interaksi kelompok dengan kelompok lain di dalam masyarakat.


(24)

5) Meningkatkan kapasitas masyarakat dan pemerataan pendapatan yang ditandai oleh peningkatan keluarga miskin yang mampu memenuhi kebutuhan pokok dan kebutuhan social dasarnya.

Menurut Jamasy (2004 : 42) dalam analisisnya menyatakan bahwa pemberdayaan yang merupakan prasyarat mutlak bagi upaya penanggulangan masalah kemiskinan memiliki tujuan :

1. Menekankan perasaan ketidak berdayaan (impotensi) masyarakat miskin bila

berhadapan dengan struktur social politis. Langkah konkretnya adalah meningkatkan kesadaran kritis pada posisinya.

2. Memutuskan hubungan yang bersifat eksploitatif terhadap lapisan orang miskin perlu dilakukan bila terjadi reformasi social, budaya dan politik (artinya, biarkan kesadaran kritis orang miskin muncul dan biarkan pula melakukan reorganisasi dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja dan kualitas hidupnya)

3. Tertanam rasa persamaan (egalitarian) dan berikan gambaran bahwa kemiskinan bukan merupakan takdir, tetapi sebagai penjelmaan konstruksi social.

4. Merealisasikan perumusan pembangunan dengan melibatkan masyarakat miskin

secara penuh (ini hanya bisa tercapai kalau komunikasi antara pemegang kekuasaan dengan kelompok-kelompok dari person strategis dan masyarakat miskin tidak mengalami distorsi).

5. Pembangunan social dan budaya bagi masyarakat miskin (seperti peranan hidup, perubahan kebiasaan hidup, peningkatan produktivitas kerja).

6. Distribusi infrastruktur yang lebih merata.

2.2.2.2. Upaya Pemberdayaan

Menurut Mashoed (2004 : 44), dilihat dari profil kemiskinan (proverty profile) masyarakat, terdapat beberapa masalah kemiskinan yang menjadi perhatian, diantaranya :


(25)

1) Masalah kemiskinan tidak hanya masalah kesejahteraan (welfer) akan tetapi juga masalah kerentanan. Disini berarti bahwa penanganan terhadap masalah kemiskinan masyarakat disamping diarahkan untuk menangani masalah kesejahteraan dengan memberikan sejumlah program peningkatan kesejahteraan, juga diarahkan untuk kemandirian masyarakat.

2) Masalah kemiskinan adalah masalah ketidakberdayaan (powerlessness) karena masyarakat tidak mendapatkan kesempatan untuk mengaktualisasikan diri, tidak mendapat kesempatan untuk ikut menentukan keputusan yang menyangkut dirinya sendiri dan masyarakat tidak berdaya untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi.

3) Masalah kemiskinan adalah masalah tertutupnya akses masyarakat terhadap peluang kerja, karena hubungan produksi di dalam masyarakat tidak memberi peluang kepada mereka untuk berpartisipasi, baik disebabkan rendahnya tingkat kualitas sumber daya manusia maupun tidak terpenuhinya persyaratan kerja. 4) Masalah kemiskinan dapat terwujud dalam bentuk rendahnya akses masyarakat

pada pasar lantaran aksesbilitas yang rendah dan arena kondisi alam yang miskin.

5) Masalah kemiskinan yang teridentifikasi karena penghasilan masyarakat sebagian besar di habiskan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi pangan dalam kuantitas dan kualitas yang terbatas, sehingga produktifitas mereka menjadi rendah.

2.2.2.3 Strategi Pemberdayaan

Pemberdayaan manusia tidak dapat diganti dengan ukuran kecepatan waktu dan tempat, melainkan harus dengan proses yang berkesinambungan dalam bentuk peningkatan kualitas partisipasi aktif dari semua unsur stakeholder. Pemberdayaan manusia membawa


(26)

misi dan amanat untuk meningkatkan kualitas partisipasi dan pemberdayaan dengan tujuan fungsional yang lebih terpadu, lebih menyeluruh dan mempunyai kecenderungan yang kuat terhadap upaya menjawab segala kebutuhan pihak yang diberdayakan.

Pemberdayaan sebagai salah satu isu yang populer untuk menanggapi pendekatan manusia seutuhnya, selalu dikaitkan dengan upaya untuk menanamkan kekuatan tambahan kepada pihak yang diberdayakan, sehingga ketika pemberdayaan diarahkan kepada keinginan kuat untuk mengentaskan kemiskinan maka artinya dengan upaya terpadu untuk menanamkan kekuatan tambahan (kemampuan lebih) kepada masyarakat miskin, baik pemberdayaan pada aspek sosial, ekonomi, material dan fisik, intelektual sumber daya manusia dan sampai pada aspek manajerial dan pengelolaannya.

Menurut Kartasasmita (1996 : 159), untuk meraih keberhasilan dalam proses pemberdayaan masyarakat tersebut, diupayakan langkah pemberdayaan masyarakat :

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang (enabling).

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat (empowering). 3. Pemberdayaan mengandung pula arti melindungi (protecting).

Hal-hal yang berkaitan dengan strategi tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut :

1. Enabling

Adalah menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat terus berkembang. Disini titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia, setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya. Pemberdayaan artinya tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa daya karena kalau demikian akan sudah punah, pemberdayaan adalah untuk membangun daya. Itu yang mendorong, memotivasi dan


(27)

membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk mengembangkannya.

2. Empowering

Adalah memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat, dalam kaitan ini diperlukan langkah-langkah lebih positif selain dari hanya menciptakan iklim dan suasana. Perkuatan ini meliputi langkah-langkah nyata dan menyangkut penyediaan berbagai masukan serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi berdaya. Untuk itu diperlukan program khusus bagi masyarakat yang kurang berdaya, karena program yang umum yang berlaku untuk semua tidak selalu dapat menyentuh lapisan masyarakat ini.

3. Protecting

Adalah pemberdayaan mengandung arti pula melindungi dalam proses pemberdayaan harus dicegah, yang lemah menjadi bertambah lemah karena kurang berdaya dalam menghadapi yang kuat, oleh karena itu dalam konsep pemberdayaan masyarakat, perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar sifatnya, dalam rangka ini adanya peraturan perundangan yang secara jelas dan tegas melindungi golongan yang lemah sangat diperlukan, melindungi harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya persaingan yang tidak seimbang. Pemberdayaan masyarakat bukan membuat masyarakat menjadi tergantung pada berbagai program pemberian, karena pada dasarnya setiap apa yang dinikmati harus dihasilkan atas usaha sendiri dan hasilnya dapat dipertukarkan dengan pihak lain.

Menurut Wrihatnolo dan Dwidjowijoto (2007 : 119-120) mengemukakan terdapat minimal tiga strategi pemberdayaan yang umum dipahami atau dilaksanakan :

1. Pemberdayaan yang hanya berkutat di “daun” dan “ranting” atau pemberdayaan konformis. Karena struktur sosial, struktur ekonomi, dan struktur politik yang ada


(28)

sudah dianggap given, pemberdayaan masyarakat hanya dilihat sebagai upaya meningkatkan daya adaptasi terhadap struktur yang sudah ada. Bentuk aksi strategi ini adalah mengubah sikap mental masyarakat yang tidak berdaya dan pemberian bantuan, baik modal maupun subsidi.

2. Pemberdayaan yang hanya berkutat di “batang” atau pemberdayaan reformis. Konsep ini tidak mempermasalahkan tatanan sosial, ekonomi, politik, dan budaya yang ada. Yang dipersoalkan adalah praktik dilapangan atau pada kebijakan operasional. Dengan demikian, pemberdayaan difokuskan pada upaya peningkatan kinerja operasional dengan membenahi pola kebijakan, peningkatan kualitas SDM, penguatan kelembagaan, dan sebagainya.

3. Pemberdayaan yang berkitat di “akar” atau pemberdayaan stuktural. Strategi tersebut melihat bahwa ketidak berdayaan masyarakat disebabkan oleh struktur sosial, politik, budaya, dan ekonomi yang kurang memberikan peluang bagi kaum lemah. Dengan demikian, pemberdayaan harus dilakukan melalui transformasi struktural secara mendasar dengan meredesign struktur kehidupan yang ada. Karena sifat revolusionernya, konsep terakhir ini disebut juga critical paradigm.

2.2.3. Koperasi

Menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian menyebutkan Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

Ada tiga pengertian Koperasi sebagai pegangan untuk mengenal Koperasi lebih jauh. Menurut Chaniago dalam Sitio dan Tamba (2001 : 17), mendefenisikan Koperasi sebagai suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum, yang memberikan kebebasan kepada anggota untuk masuk dan keluar, dengan bekerja sama secara


(29)

kekeluargaan menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya.

Menurut Hatta dalam Sitio dan Tamba (2001 : 17), mendefinisikan Koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasar tolong-menolong. Semangat tolong-menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan ‘seorang buat semua dan semua buat orang’.

Menurut International Labour Organization dalam Sitio dan Tamba (2001 : 16), Koperasi adalah suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan dan bersedia menanggung resiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan.

Berdasarkan ketiga defenisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam Koperasi setidak-tidaknya terdapat dua unsur yang saling berkaitan satu sama lain. Unsur pertama adalah ekonomi, sedangkan unsur kedua adalah unsur sosial.

Agar Koperasi tidak menyimpang dari tujuan itu, pembentukan dan pengelolaan Koperasi harus dilakukan secara demokratis. Pada saat pembentukannya, Koperasi harus dibentuk berdasarkan kesukarelaan dan kemauan bersama dari para pendirinya. Kemudian pada saat pengelolaanya tiap-tiap anggota Koperasi harus turut berpartisipasi dalam mengembangkan usaha dan mengawasi jalannya kegiatan Koperasi.

Bila dirinci lebih jauh beberapa pokok pikiran yang dapat ditarik dari uraian mengenai pengertian Koperasi tersebut adalah suatu perkumpulan yang didirikan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang bertujuan untuk memperjuangkan peningkatan kesejahteraan ekonomi anggotanya yang bersifat sukarela mempunyai hak dan kewajiban


(30)

yang sama, berkewajiban untuk mengembangkan serta mengawasi jalannya usaha Koperasi dan Resiko dan Keuntungan Usaha Koperasi ditanggung dan dibagi secara adil.

Dasar hukum keberadaan Koperasi di Indonesia adalah pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian. Dalam penjelasan pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945 antara lain dikemukakan :

“….perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang sesuai dengan itu ialah Koperasi”.

Sedangkan menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992, yang dimaksud dengan Koperasi di Indonesia adalah :

“…..badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas azas kekeluargaan”.

Berdasarkan kutipan penjelasan pasal 33 Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tersebut, dapat diketahui bahwa Koperasi di Indonesia tidak semata-mata dipandang sebagi bentuk perusahaan sebagaimana halnya Perseroan Terbatas, Firma, atau Perusahaan Komanditer (CV). Selain dipandang sebagai bentuk perusahaan yang memiliki asas dan prinsip tersendiri, Koperasi di Indonesia juga dipandang sebagai alat untuk membangun sistem perekonomian.

Hal itu sejalan dengan tujuan Koperasi sebagaimana di dalam pasal 3 Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 disebutkan bahwa :

Koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Dengan tujuan seperti itu, mudah dimengerti bila Koperasi mendapat kehormatan sebagai satu-satunya bentuk perusahaan yang secara konstitusional dinyatakan sesuai dengan susunan perekonomian yang hendak dibangun di Indonesia.


(31)

2.2.3.1. Landasan Koperasi

Untuk mendirikan Koperasi yang kokoh perlu adanya landasan tertentu. Landasan ini merupakan suatu dasar tempat berpijak yang memungkinkan Koperasi untuk tumbuh dan berdiri kokoh serta berkembang dalam pelaksanaan usaha-usahanya untuk mencapai tujuan dan cita-citanya. Landasan-landasan Koperasi tersebut adalah :

1. Landasan Idiil Koperasi Indonesia yang dimaksud dengan landasan Idiil Koperasi adalah dasar atau landasan yang digunakan dalam usaha untuk mencapai cita-cita Koperasi. Koperasi sebagai kumpulan sekelompok orang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota. Gerakan Koperasi sebagai organisasi ekonomi rakyat yang hak hidupnya dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 akan bertujuan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Jadi tujuannya sama dengan apa yang dicita-citakan oleh seluruh bangsa Indonesia, karena itu Landasan Idiil Negara Republik Indonesia yaitu PANCASILA. Dasar Idiil ini harus diamalkan oleh Koperasi, karena pancasila memang menjadi falsafah Negara dan bangsa Indonesia.

2. Landasan Strukturil dan Gerak Koperasi Indonesia Landasan Strukturil Koperasi adalah Undang-Undang Dasar 1945, karena di Indonesia berlaku Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan ketentuan atau tata tertib dasar yang mengatur terselenggaranya falsafah hidup dan moral cita-cita suatu bangsa dan karena Koperasi di Indonesia adalah Undang-Undang Dasar 1945. Pada pasal 33 ayat 1 yang berbunyi : “perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan”. Dan di dalam penjelasan pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bangun usaha yang sesuai dengan itu ialah Koperasi. Dengan demikian Koperasi merupakan perwujudan dari pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945, dan pasal 33


(32)

ayat 1 tersebut merupakan landasan gerak koperasi, artinya agar ketentuan-ketentuan yang terperinci tentang Koperasi Indonesia harus berlandaskan dan bertitik tolak dari jiwa pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Di dalam pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 ini hanya memuat ketentuan-ketentuan pokok perekonomian, oleh karena itu, maka koperasi masih perlu diatur secara khusus dalam suatu bentuk Undang-Undang Koperasi.

3. Landasan Mental Koperasi Indonesia, Landasan Mental Koperasi Indonesia adalah setia kawan dan kesadaran berpribadi. Rasa setia kawan haruslah disertai dengan kesadaran akan harga diri berpribadi, keinsafan akan harga diri sendiri dan percaya pada diri sendiri adalah mutlak untuk menaikkan derajat penghidupan dan kemakmuran. Oleh karena itu dalam Koperasi harus tergabung ke dua landasan mental diatas, yaitu setia kawan dan kesadaran berpribadi sebagai dua unsur yang dorong-mendorong, hidup-menghidupi dan awas-mengawasi.

2.2.3.2. Sendi-Sendi Dasar Koperasi

Sendi-sendi dasar Koperasi di Indonesia menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1922 pasal 6 adalah sebagai berikut :

1. Sifat keanggotaannya sukarela dan terbuka untuk setiap Warga Negara Indonesia. 2. Rapat Anggota merupakan kekuasaan tertinggi sebagai pencerminan demokrasi dalam

Koperasi.

3. Pembagian sisa hasil usaha diatur menurut jasa masing-masing anggota. 4. Adanya pembatasan bunga atas modal.

5. Mengembangkan kesejahtraan anggota khususnya dan masyarakat pada umumnya. 6. Usaha dan ketatalaksanaannya bersifat terbuka.


(33)

7. Swadaya, swakerta dan swasembada sebagai pencerminan dari pada prinsip dasar percaya pada diri sendiri.

2.2.3.3 Prinsip-Prinsip Koperasi Indonesia

Menurut Raiffeisen dalam Sitio dan Tamba (2001 : 23), prinsip-prinsip Koperasi Indonesia sebagai berikut :

a. Swadaya.

b. Daerah kerja terbatas. c. SHU untuk cadangan.

d. Tanggung jawabanggota tidak terbatas. e. Pengurus bekerja atas dasar kesukarelaan. f. Usaha hanya kepada anggota.

g. Keanggotaan atas dasar watak, bukan uang.

Menurut Schulze dalam Sitio dan Tamba (2001 : 23), prinsip-prinsip Koperasi Indonesia sebagai berikut :

a. Swadaya.

b. Daerah kerja tak terbatas.

c. SHU untuk cadangan dan untuk dibagikan kepada anggota. d. Tanggung jawab anggota terbatas.

e. Pengurus bekerja dengan mendapat imbalan. f. Usaha tidak terbatas tidak hanya untuk anggota.

Menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 prinsip-prinsip Koperasi di Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka. b. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi.


(34)

c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota.

d. Pemberian batas jasa yang terbatas terhadap modal. e. Kemandirian.

f. Pendidikan perkoperasian. g. Kerja sama antar Koperasi.

Dari ketiga prinsip Koperasi Indonesia tersebut dapat dilihat bahwa essensi kerja Koperasi sebagai badan usaha tidaklah berbeda secara nyata. Hanya saja dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 ada penambahan mengenai prinsip kerja sama antara Koperasi. Ini dapat dipahami bahwa, untuk mengantisipasi tren globalisasi ekonomi, Koperasi perlu meningkatkan kekuatan tawar-menawarnya (bargaining power) dengan menjalin kerja sama antar Koperasi.

2.2.4. Rencana Strategi Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota Surabaya. 2.2.4.1. Tujuan

1. Menigkatkan dan memberdayakan masyarakat Koperasi dan UMKM serta sektor Informal.

2. Mengatasi dan mengurangi tingkat pengangguran dan kemiskinan.

3. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat ( masyarakat Koperasi, UMKM serta Sektor Informal.

2.2.4.2. Strategi

1. Peningkatan Sumber Daya Manusia Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah serta Sektor Informal.

2. Pembinaan Kelembagaan Koperasi dan Usaha Koperasi. 3. Pembinaan UMKM dan penataan Sektor Informal.


(35)

4. Penyuluhan, Bintek, Diklat, Seminar, Sarasehan tentang perkoperasian dan UMKM.

5. Tersedianya Hardware dan Software serta jaringan internet.

2.2.4.3. Kebijakan

Kebijakan yang diambil oleh Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Surabaya untuk mencapai tujuan tersebut di atas adalah sebagai berikut :

1. Pemuktahiran data Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. 2. Peningkatan kinerja aparatur dinas serta mekanisme pelayanan kepada

masyarakat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

3. Peningkatan pemberdayaan terhadap Koperasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah serta sektor Informal.

2.2.5. Pembinaan

Pengertian pembinaan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan usaha mikro, kecil, dan menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendamping, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha mikro, kecil, dan menengah.

Pengertian pembinaan menurut Thoha (2003 : 7), merumuskan pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua unsur dari pengertian ini yakni


(36)

pembinaan itu sendiri bisa berupa suatu tindakan, proses, atau pernyataan dari suatu tujuan, dan kedua pembinaan itu bisa menunjukkan kepada “perbaikan” atas sesuatu.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pembinaan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembinaan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan suatu usaha melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendamping, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing usaha sehingga dapat menunjukkan adanya kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi, atas berbagai kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu.

Dengan demikian program pembinaan usaha kecil merupakan suatu program yang membina usaha kecil dengan meningkatkan kemampuan diri pengusaha kecil itu sendiri secara keseluruhan baik dalam bidang manajemen, pengetahuan, kewirausahaan, penguasaan teknologi dan peningkatan kemampuan SDM yang dimiliki oleh usaha kecil itu sendiri dan tentunya dengan diciptakan iklim usaha yang mendukung sehingga tercipta kepastian dan kesempatan usaha secara merata.

2.2.5.1 Tujuan Pembinaan

Secara umum tujuan dari pembinaan organisasi menurut Thoha (2003 : 24), dapat diamati sebagai berikut :

1. Untuk meningkatkan kepercayaan dan dukungan diantara anggota organisasi.

2. Untuk meningkatkan kesadaran berkonfrontasi dengan masalah-masalah organisasi baik dalam kelompok ataupun diantara anggota-anggota kelompok.

3. Meningkatkan suatu lingkungan “kewenangan dalam tugas” yang didasarkan atas pengetahuan dan keterampilan.

4. Untuk meningkatkan derajat keterbukaan dalam berkomunikasi baik vertical, horizontal, maupun diagonal.


(37)

5. Untuk meningkatkan tingkat kesemangatan dan kepuasan orang-orang yang ada dalam organisasi.

6. Untuk mendapatkan pemecahan yang sinergik terhadap masalah-masalah yang

mempunyai frekuensi besar.

7. Untuk meningkatkan tingkat pertanggung jawaban pribadi dan kelompok baik di dalam pemecahan masalahnya maupun didalam pelaksanaanya.

2.2.6. Pelatihan

Menurut Hamalik (2001 : 10), pelatihan adalah suatu proses yang meliputi serangkaian tindak (upaya) yang dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga kerja yang dilakukan oleh tenaga kerja profesional kepelatihan dalam satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan efektivitas dan produktifitas tenaga kerja.

Menurut Mangkunegara (2005 : 44) komponen-komponen pelatihan dalam meningkatkan sumber daya manusia meliputi :

1. Tujuan dan sasaran pelatihan dan pengembangan harus jelas dan dapat diukur. 2. Para pelatih (trainer) harus memiliki kualifikasi yang memadai.

3. Materi latihan dan pengembangan harus disesuaikan tujuan yang hendak dicapai.

4. Metode pelatihan dan pengembangan harus sesuai dengan tingkat kemampuan

peserta.

5. Peserta pelatihan dan pengembangan (trainer) harus memenuhi persyaratan yang ditentukan.

Menurut Hamalik (2001 : 16-17), secara umum pelatihan bertujuan mempersiapkan dan membina tenaga kerja, baik struktural maupun fungsional, yang memiliki kemampuan dalam profesinya atau professional yang mendukung aspek kemampuan keahlian dalam pekerjaan, kemasyarakatan dan kepribadian agar lebih berdaya guna dan berhasil guna,


(38)

kemampuan melaksanakan loyalitas, kemampuan melaksanakan dedikasi dan kemampuan berdisiplin yang baik.

Secara khusus pelaksanaan pelatihan menurut Hamalik (2001 : 16) bertujuan untuk : 1. Mendidik, melatih, serta membina tenaga kerja yang memiliki keterampilan produktif

dalam rangka pelaksanaan program organisasi dilapangan.

2. Mendidik, melatih serta membina unsur-unsur ketenaga kerjaan yang memiliki kemampuan dan hasrat belajar terus menerus untuk meningkatkan dirinya sebagai tenaga yang tangguh, mandiri, professional, ber etos kerja yang tinggi dan produktif. 3. Mendidik, melatih serta membina tenaga kerja sesuai dengan bakat, minat, dan

pengalamannya masing-masing.

4. Mendidik dan melatih tenaga kerja yang memiliki derajat relevansi yang tinggi dengan kebutuhan pengembangan.

Menurut Hamalik (2001 : 16) Tujuan Pelatihan erat kaitannya dengan Jenis Pelatihan antara lain :

1. Pelatihan Induksi

Bertujuan untuk membantu tenaga kerja baru untuk melaksanakan pekerjaannya; kepadanya diberikan informasi selengkapnya tentang seluk beluk organisasi bersangkutan.

2. Pelatihan Kerja

Bertujuan untuk memberikan instruksi khusus dalam rangka pelaksanaan tugas-tugas sesuai dengan jawatan dan jenis pekerjaannya.

3. Pelatihan Pengawas

Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenai pemeriksaan, pengawasan, dan pelatihan tenaga lainnya.


(39)

Bertujuan untuk memberikan yang diperlukan dalam jabatan manajemen puncak (Top Management).

5. Pengembangan Pemimpin

Bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memimpin bagi tenaga unsur pimpinan dalam suatu organisasi lembaga.

2.2.7. Pemasaran

Menurut Kotler ( 2005 : 10 ) mendefenisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial yang dengan prose situ individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk dan jasa yang bernilai dengan pihak lain.

Sedangkan menurut Swasta ( 1995 : 5 ) mendefinisikan pemasaran sebagai sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Dari pengertian-pengertian pemasaran di atas dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu bentuk kegiatan yang mencaku unsur pemasaran seperti perencanaan, menentukan harga, mempromosikan serta mendistribusikan barang tersebut kepada konsumen yang membutuhkannya.

2.2.7.1. Konsep Pemasaran

Menurut Kotler ( 2005 : 20 ) konsep pemasaran yang dijadikan sebagai pedoman oleh organisasi untuk melakukan kegiatan pemasaran dibagi menjadi 5 yaitu :


(40)

Konsep produksi merupakan salah satu konsep bisnis tertua. Konsep produksi berpendapat bahwa konsumen akan lebih menyukai produk yang tersedia secara luas dan murah.

2. Konsep Produk

Konsep produk berpendapat bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang menawarkan fitur yang paling bermutu, berkinerja, atau inovatif. Para manajer organisasi itu memusatkan perhatian untuk menghasilkan produk yang unggul dan memperbaiki mutunya dari waktu ke waktu.

3. Konsep penjualan

Konsep penjualan berkeyakinan bahwa para konsumen dan perusahaan jika dibiarkan tidak akan secara teratur membeli cukup banyak produk yang ditawarkan oleh organisasi tertentu. Oleh karena itu, organisasi tersebut harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif. Konsep ini mengasumsikan bahwa para konsumen umumnya menunjukkan keengganan atau penolakan untuk membeli sehingga harus dibujuk supaya membeli.

4. Konsep Pemasaran

Konsep pemasaran menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah bahwa perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam menciptakan, menyerahkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada pasar sasaran yang terpilih.


(41)

5. Konsep Pemasaran Masyarakat

Konsep pemasaran masyarakat menegaskan bahwa organisasi adalah menentukan kebutuhan, keinginan, dan kepentingan pasar sasaran serta memberikan kepuasan yang diinginkan secara lebih efektif dan efisien dibandingkan pesaing dengan cara yang tetap mempertahankan atau meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan konsumen. Konsep pemasaran masyarakat menuntut para pemasar untuk memasukkan pertimbangan sosial dan etis ke praktik pemasaran mereka. Mereka harus menyeimbangkan dan menagatur kriteria yang sering bertentangan antara laba perusahaan, pemuasan keinginan konsumen, dan kepentingan publik.

2.2.8. Konsep Usaha Kecil dan Menengah.

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, pengertian dari Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

Sedangkan menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah pengertian dari Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.


(42)

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, ada beberapa kriteria dari Usaha Kecil, yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000.00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sedangkan Kriteria Usaha Menengah menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yaitu :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp. 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

Berdasarkan defenisi serta kriteria dari Usaha Kecil dan Menengah yang diungkapkan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa Usaha Kecil dan Menengah merupakan usaha yang dimiliki oleh perorangan dan dikelola secara bersama-sama serta mempunyai kemampuan terbatas dalam bidang modal, manajemen tenaga kerja berproduksi secara terbatas sesuai dengan kemampuan dari Usaha Kecil, dan Menengah itu sendiri.


(43)

2.3. Kerangka Berpikir

Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam melaksanakan pemberdayaan melalui pembinaan usaha kecil yang berkaitan dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam hal ini dengan diberikannya kegiatan pendidikan dan pelatihan serta di dukung dengan aspek permodalan dan pemasaran, hal tersebut merupakan beberapa upaya untuk dapat mengembangkan kegiatan usaha serta mencapai hasil yang maksimal. Berdasarkan dari uraian tersebut maka dapat disusun suatu alur kerangka berpikir sebagai berikut :


(44)

Gambar I Kerangka berpikir

Renstra Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2006-2010

Kebijakan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Tentang

Pemberdayaaan Usaha Kecil Menengah yang Tertuang Dalam UU No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM

Pelatihan Pemasaran

Usaha Kecil Menengah Berkembang

Sumber : Rencana Strategis Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Kota

Surabaya.

PemberdayaanUKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Untuk memperoleh hasil yang baik dalam suatu penelitian, maka diperlukan teknik-teknik tertentu secara ilmiah atau sering disebut dengan metode penelitian. Untuk kepentingan itu maka perlu diketahui dan dipelajari hingga tercapai tujuan yang diinginkan. Hal ini sangat penting karena dengan metode penelitian akan dapat diperoleh data yang valid dan relevan dengan tujuan penelitian.

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif. Melalui metode kualitatif, peneliti mendengar dan melihat narasumber berbicara yang sesungguhnya tentang dirinya sendiri sesuai dengan perspektif masing-masing dan mengamati mereka berperilaku seadanya sesuai dengan posisi dan peran di dalam sistem sosial masing-masing pula.

Sedangkan defenisi lain penelitian kualitatif menurut (Kirk dan Miler dalam Moleong, 2007 : 4) adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut, dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.

3.2. Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada dasarnya adalah masalah. Masalah dalam hal ini adalah keadaan yang membingungkan akibat adanya dua faktor atau lebih faktor (Moleong, 2007 : 386). Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif merupakan batas yang harus dilalui oleh


(46)

seorang penulis dalam melaksanakan penelitian, dengan merumuskan masalah sebagai fokus penelitian untuk mencari pemecahannya.

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah Peranan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam Pemberdayaan UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut Pemerintah Kota Surabaya, yang dilaksanakan melalui :

1. Pelatihan.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang memberikan Pelatihan Kewirausahaan dan Pelatihan Teknologi Produksi (Bintek), dengan sasaran kajian sebagai berikut :

a. Memberikan bimbingan teknis

b. Manajemen pembukuan.

Tujuan dari pelatihan tersebut agar pengusaha kecil dapat mengembangkan usahanya, karena kebanyakan dari usaha kecil menengah belum bisa menerapkan manajemen atau mengatur usaha yang dimiliki. Serta para pengusaha kecil menengah kebanyakan menggunakan alat yang masih tradisional. Diharapkan dengan pemberian metode-metode pelatihan dan bimbingan teknis produksi, manajemen pembukuan yang lebih baik dapat memberikan arahan tentang bagaimana cara mengelola usaha supaya lebih berkembang serta dapat memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

2. Pemasaran.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam hal pemasaran berfungsi sebagai pengawasan atau monitoring. Pada sistem pemasaran sasaran kajian yaitu sebagai berikut :


(47)

b. Memfasilitasi open stan.

Diharapkan dengan diadakanya fasilitasi pemasaran dengan mengikuti pemeran dapat memberikan kesempatan batik mangrove dapat dikenal dan dengan adanya fasilitasi open stan ukm batik mangrove dapat memasarkan produknya dengan baik sehingga dapat meningkatkan usahanya dan dapat berkembang.

3.3. Situs Penelitian

Situs Penelitian merupakan tempat yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti guna memperoleh data. Agar memperoleh data yang akurat dan mendekati kebenaran sesuai dengan fokus penelitian, maka peneliti menetapkan situs penelitian ini dilakukan di :

1. Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya sebagai instansi yang bertanggung jawab dan mempunyai peranan penting dalam pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

2. Usaha Kecil Menengah Batik Mangrove daerah Kecamatan Rungkut Kota Surabaya yang merupakan pendukung perekonomian daerah yang memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah dan perlu diberikan pembinaan.

3.4. Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain (Loftland dalam Moleong, 2007 : 157). Berkaitan dengan hal itu sumber data adalah tempat dimana peneliti dapat menemukan data dan informasi yang menjadi sumber data dari penelitian ini adalah :


(48)

1. Informan kunci ( Key Person), yang memiliki data dan bersedia memberikan data yang benar-benar relevan, kompeten, serta menguasai permasalahan, yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah.

a. Ratnawati, BA selaku Staf Bidang Usaha Kecil dan Menengah. b. Kelompok UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut.

2. Dokumen sebagai sumber data lain yang sifatnya melengkapi data utama yang relevan dengan masalah dan fokus penelitian antara lain data dokumentasi, bisa berupa peraturan-praturan, aturan-aturan formal, arsip, berita surat kabar yang relevan dengan permasalahan penelitian.

3.5. Jenis Data

Jenis Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua macam jenis data yaitu :

1. Data primer, adalah data utama yang diperoleh langsung dari informan pada saat dilakukan penelitian melalui wawancara mendalam yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi yang berkaitan dengan kegiatan pembinaan Sumber Daya Manusia yang dilakukan oleh Dinas Koperasi dalam pemberdayaan usaha kecil menengah. 2. Data Sekunder, adalah merupakan data pelengkap yang diperoleh dari

dokumen-dokumen atau arsip-arsip lain yang ada relevansinya dengan penelitian seperti melalui media dan instansi yang bersangkutan.

3.6. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan bagian terpenting dalam penelitian karena hakekat dari penelitian adalah Pencarian data yang nantinya diinterprestasikan dan dianalisa dalam penelitian


(49)

kualitatif, pengumpulan data diperlukan suatu teknik untuk memudahkan dalam upaya-upaya mengumpulkan data di lapangan.

Teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi (pengamatan)

Pengamatan bisa digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan penulis dari motif, kepercayaan, perhatian, perilaku tak sadar, kebiasaan dan sebagainya. Pengamatan memungkinkan pengamat untuk melihat dunia, membuat peneliti merasakan apa yang dirasakan dan dihayati oleh subyek, dan pengamatan memungkinkan pembentukan pengetahuan yang diketahui bersama. Peneliti melakukan observasi di Usaha Kecil dan Menengah Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut.

b. Wawancara atau interview

Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007 : 186), wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu dan dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interview) yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut

Wawancara jenis ini tidak dilaksanakan dengan struktur ketat, tetapi dengan pertanyaan yang semakin memfokus pada permasalahan sehingga informasi yang dikumpulkan cukup mendalam. Kelonggaran semacam ini mampu mendapatkan kejujuran informan untuk memberikan informasi yang sebenarnya, terutama yang berkenaan dengan perasaan, sikap, dan pandangan mereka terhadap pelaksanaan kerjanya. Teknik wawancara semacam ini dilakukan dengan semua informan yang ada pada lokasi peneliti terutama untuk mendapat data valid guna menjawab permasalahan penelitian.


(50)

1. Kasi Usaha Kecil dan Menengah 2. Staf Usaha Kecil dan Menengah 3. Kelompok Batik Mangrove

c. Penggunaan Dokumen

Pada teknik ini penelitian menggunakan dokumen sebagai sumber data karena dokumen sebagai sumber data dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk menguji, menafsirkan, dengan cara mengumpulkan data yang terdapat pada situs penelitian.

3.7. Analisis Data

Analisa data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data, data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri catatan lapangan dan komentar penulis gambar foto, dokumen berupa laporan, Biografi, artikel dan sebagainya. Pekerjaan analisa data dalam hal ini ialah mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberikan kode dan mengkategorikannya. Pengrorganisasian dan pengolahan data tersebut bertujuan menemukan tema dan hipotesis kerja yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif (Moleong, 2007 : 280).

Dalam penelitian kualitatif digunakan analisa data yang telah dikembangkan oleh (Miles dan Huberman, 1992 : 18-20), dengan menggunakan Analisa Model Interaktif melalui empat prosedur yaitu :

1. Pengumpulan data

Data tersebut yang dikumpulkan merupakan data yang berupa kata-kata. Data tersebut dikumpulkan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.

2. Reduksi data

Sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan pengabstrakan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan yang tertulis di lapangan.


(51)

3. Penyajian data

Sebagai sekumpulan informasi tersusun yang diberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan dengan melihat penyajian-penyajian, kita dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukakan. Hal ini dilakukakn untuk memudahkan peneliti melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari data penelitian, sehingga dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan.

4.Verifikasi atau menarik kesimpulan.

Merupakan satu kegiatan dari konfigurasi yang utuh selama penelitian berlangsung. Sedangkan verifikasi merupakan kegiatan pemikiran kembali yang melintas dalam pemikiran penganalisis selama peneliti mencatat suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan atau peninjauan kembali serta tukar pikiran, dengan kata lain makna yang terkandung dalam kata harus diuji kebenarannya dan kecocokannya (validitasnya).

Dari data diatas yang diperoleh dilapangan tidak dibuktikan dengan angka-angka melainkan berupa uraian-uraian sehingga menggambarkan hasil yang sesuai dengan data yang telah dianalisis.


(52)

Gambar 2

Analisis Interaksi Menurut Miles dan Huberman

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penyajian Data

Sumber : Data Analisis kualitatif Miles dan Huberman (1992 : 20)

3.8. Keabsahan Data

Setiap penelitian memerlukan standart untuk melihat derajat kepercayaan atau kebenarannya dari hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatatif, standart tersebut disebut dengan keabsahan data. Menurut Lincoln dan Guba dalam Moleong (2007 : 324), untuk menjamin keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sifat kriteria yang digunakan yaitu :

1. Derajat Kepercayaan (Credibility)

Pada dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan menggantikan konsep validitas dari penelitian non kualitatif. Kriteria ini berfungsi untuk melakukan penyelidikan sedemikian rupa, sehingga tingkat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah sebagai berikut :

a. Memperpanjang Masa Observasi


(53)

Dengan memperpanjang masa observasi sehingga dihrapkan data dapat diedit dan kemudian diadakan pengecekan kembali ke lapangan.

b. Pengamatan Terus-menerus

Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus-menerus, peneliti dapat memperhatikan seseuatu lebih mendalam.

c. Membicarakan dengan orang lain

Sebagai langkah untuk berdiskusi dengan orang lain yang memiliki pengetahuan tentang pokok penelitian yang ditetapkan, hal ini sebagai usaha untuk memenuhi derajat kepercayaan.

d. Melakukan Triangulasi

Untuk memeriksa kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari narasumber lain, pada berbagai fase penelitian dilapangan, pada waktu yang berlainan dan dalam penelitian ini metode tersebut digunakan untuk menguji data para informan dengan dokumen yang ada.

e. Mengadakan Pemeriksaan Ulang

Berarti memeriksa ulang secara garis besar setelah wawancara dengan para informan peneliti.

2. Keteralihan (Transferability)

Adalah sebagai persoalan empiris yang bergantung pada kesamaan antara konteks pengirim dan penerima. Untuk proses ini peneliti mencari dan mengumpulkan data kejadian dan empiris dalam konteks yang sama. Dengan demikian peneliti bertanggung jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya. Untuk memenuhi kriteria ini maka peneliti berusaha untuk menyajikan hasil penelitian dengan memperbanyak wacana ilmiah melalui penjelasan secara terperinci.


(54)

3. Standar Ketergantungan (Dependability)

Dalam hal ini yang dilakukan adalah memeriksa proses penelitian dan taraf kebenaran data serta tafsirannya. Untuk itu peneliti perlu menyediakan data sebagai berikut : a. Data mentah, seperti catatan pada saat observasi dan wawancara, hasil rekaman (jika

ada), dokumen dan lain sebagainya yang disajikan dalam bentuk laporan lapangan. b. Hasil analisis data, berupa rangkuman, konsep-konsep.

c. Hasil sintesis data, seperti tafsiran kesimpulan, defenisi, tema, pola, hubungan literature dan laporan akhir.

d. Catatan mengenai proses data yang digunakan, yakni mengenai metodologi, desain, strategi, prosedur, rasional, usaha-usaha agar penelitian tercapai, serta upaya untuk melakukan pemeriksaan dan pelacakan dari suatu kebenaran.

4. Kepastian (Confirmability)

Dalam upaya mewujudkan kepastian penelitian, maka peneliti mendiskusikan dengan dosen pembimbing, setiap rencana dan tahap penelitian dan konsep yang dihasilkan dari lapangan. Dengan demikian diperoleh masukan untuk menambah kepastian dari hasil penelitian, dan disamping untuk menguji penelitian ini memenuhi syarat kepastian


(55)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Gambaran Umum Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya merupakan unsur pelaksana Pemerintah Kota Surabaya. Berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor 68 Tahun 2005 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dan Keputusan Walikota Surabaya Nomor 188.45/103/435.1.2.1/2006 tentang Kegiatan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang diberi tugas untuk melaksanakan kewenangan dibidang Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam ruang geraknya harus tetap mengacu pada perkembangan ekonomi kerakyatan khususnya yang berkaitan dengan perkembangan perkoperasian dan Sektor Informal yang keberadaanya dapat mempengaruhi pertumbuhan Perekonomian Kota Surabaya.

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dipimpin oleh Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala Daerah, melalui Sekretaris Daerah Pemerintah Kota Surabaya.

4.1.2. Lokasi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Lokasi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya terletak dijalan Gayungsari No. 1 Surabaya.


(56)

Untuk melaksanakan kewenangan dibidang Koperasi dan sektor informal tersebut Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menetapkan visi sebagai berikut :

Visi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya

“ Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang berkualitas dan Peduli ”

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan tersebut diatas Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya perlu menetapkan misi guna menentukan tujuan dan sasaran yang akan dicapai, sehingga dapat diambil langkah kegiatan yang harus dilaksanakan dan bagaimana cara untuk melaksanakannya.

Misi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya a. Mewujudkan Koperasi yang berkualitas.

b. Mewujudkan Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang Berkualitas.

c. Mewujudkan pengembangan dan peningkatan akses UMKM dan Kewirausahaan terhadap sumber daya produktif dan keunggulan kompetitif.

d. Mewujudkan terbinanya Sektor Informal (PKL) diwilayah Surabaya.

Dengan ditetapkannya visi dan misi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah tersebut diharapkan pelaksanaan kewenangan dibidang Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang lebih terarah.

4.1.4. Tujuan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

1. Meningkatkan dan memberdayakan masyarakat Koperasi dan UMKM serta Sektor informal.

2. Mengatasi dan mengurangi tingkat penganguran dan kemiskinan.


(57)

Sektor Informal).

4.1.5. Strategi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

1. Peningkatan Sumber Daya Manusia Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta Sektor Informal (PKL).

2. Pembinaan Kelembagaan Koperasi dan Usaha Koperasi. 3. Pembinaan UMKM dan penataan Sektor Informal (PKL).

4. Penyuluhan, Bintek, Diklat, Seminar, Sarasehan tentang perkoperasian dan UMKM.

5. Tersedianya Hardware dan Sofware serta jaringan Internet.

4.1.6. Tugas Pokok dan Fungsi Dinas

Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sesuai Peraturan Walikota No. 91 Tahun 2008. Dinas Mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Dinas dalam melaksanakan tugasnya menyelenggarakan fungsi yaitu : a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya.

b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya.

c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya. d. Pengelolaan ketatausahaan Dinas

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Daerah sesuai dengan tugas dan fungsinya.

4.1.7. Sasaran dan Kebijakan Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya.


(58)

a. Sasaran Dinas

Sasaran yang diinginkan kedepan, Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya adalah sebagai berikut :

a. Sasaran pertama adalah terwujudnya pembinaan kelembagaan dan usaha 1.130

koperasi.

b. Sasaran kedua adalah terwujudnya pembinaan kelembagaan dan usaha 1.585 Usaha Mikro dan 4000Pedagang Kaki Lima (PKL).

Sasaran Tahun 2006-2010

Sasaran 2006 2007 2008 2009 2010

Koperasi baik 555 665 820 975 1.130

Usaha Mikro 1.045 1.180 1.315 1.450 1.585

PKL 2000 2.500 3000 3.500 4.000

Sumber : Rencana Strategi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. b. Kebijakan

Dalam rangka mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan tersebut Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya menetapkan beberapa kebijakan program dan kegiatan sebagai berikut

1. Kebijakan

Kebijakan yang diambil oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya untuk mencapai tujuan tersebut diatas adalah sebagai berikut :

a. Pemutakhiran data Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

b. Peningkatan kinerja aparatur dinas serta mekanisme pelayanan kepada masyarakat usaha mikro, kecil, dan menengah serta sektor informal.

c. Peningkatan pemberdayaan terhadap koperasi, usaha mikro, kecil, dan menengah serta sektor informal.


(1)

bertujuan untuk mempromosikan Batik Mangrove agar dikenal luas oleh masyarakat sehingga dapat mempermudah UKM Batik mangrove dalam memasarkan hasil produknya.

b. Fasilitasi Open Stan

Fasilitasi open stan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam pemberdayaan kepada UKM Batik Mangrove. Hal ini dilakukan untuk membantu UKM Batik dalam memasarkan hasil produknya.

Berdasarkan hasil temuan yang diperoleh penulis bahwa pelaksanaan fasilitasi open stan yang dilakukan oleh dinas koperasi dengan cara membantu UKM Batik Mangrove dalam pembukaan stan. Dinas koperasi memberikan bantuan perijinan, pengurusan dokumen agar dapat membuka stan baru.

Berdasarkan teori dari Swasta ( 1995 : 5 ) bahwa pemasaran sebagai suatu sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial.

Dari penjelasan teori diatas tentang pemasaran yang dilakukan oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dengan fasilitasi open stan bertujuan agar produk hasil dari UKM Batik Mangrove yang dihasilkan dapat didistribusikan secara luas. Dengan adanya stan yang lebih banyak akan mempermudah kepada UKM Batik Mangrove dalam memasarkan hasilnya kepada para konsumen sehingga diharapkan agar proses pemasaran dapat berjalan dengan baik.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah disampaikan sebelumnya, maka peneliti ingin mencoba memberikan suatu kesimpulan dalam Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Dalam Pemberdayaan UKM Batik Mangrove di Kecamatan Rungkut Pemerintah Kota Surabaya. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut :

1. Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam Pelatihan.

Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah dalam pelatihan bimbingan teknis dan manajemen pembukuan sebagai eksekutor atau pelaksana. Pelatihan bimbingan teknis yang dilaksanakan oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dengan cara memberikan pengetahuan mengenai manajemen usaha dan manajemen produksi kepada anggota UKM Batik sedangkan menajemen pembukuan dengan cara manberikan pelatihan bagaimana melakukan pembukuan sudah dilaksanakan dengan baik. Namun untuk pelaksanaan pelatihan manajemen pembukuan masih belun maksimal karena para peserta pelatihan yang diikuti anggota UKM Batik Mangrove yang sebagian besar ibu rumah tangga masih belum mengerti melakukan pembukuan yang baik.


(3)

2. Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya dalam Pemasaran.

Peran Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pemasaran sebagai fasilitator. Bentuk pemasaran oleh Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya yaitu melalui pameran sudah dilaksanakan dengan baik. Dari kegiatan fasilitasi pemasaran melalui kegiatan pameran dilakukan untuk mempromosikan dan mengenalkan secara luas batik mangrove sehingga dapat membantu UKM Batik Mangrove dalam memasarkan hasil produknya. Sedangkan untuk fasilitasi open stan sudah dilaksanakan dengan baik, namun masih belum maksimal karena untuk open stan pengusaha UKM Batik Mangrove terkendala pada perijinan dan syarat yang harus dipenuhi oleh pengusaha dari penyedia stan.

5.2. Saran

Dari hasil kesimpulan yang diperoleh penelitian maka penulis memberikan saran sebagai berikut :

1. Pelatihan melalui bimbingan teknis sebaiknya bisa lebih sering dilakukan , hal ini agar peserta yang mengikuti pelatihan dapat lebih memahai materi yang diberikan dalam bimbingan teknis. Sedangkan pelatihan melalui manajemen pembukuan yang dilakukan sebaiknya instruktur bisa lebih menjelaskan secara rinci karena para anggota UKM Batik Mangrove yang sebagian besar ibu rumah tangga masih kesulitan untuk memahi bagaimana melakukan pembukuan yang baik.

2. Bentuk fasilitasi pemasaran melalui kegiatan pameran sebaiknya lebih sering dilakukan agar batik mangrove sebagai salah satu batik yang mempunyai ciri khas yang berasal dari Surabaya dapat dikenal luas .Sedangkan bentuk fasilitasi pemasaran melalui fasilitasi open stan sebaiknya Dinas Koperasi Usaha Mikro


(4)

Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya lebih memberikan bantuan perijinan untuk open stan, karena para pengusaha batik mangrove masih mengalami kesulitan dalam pengurusan syarat dan perijinan dari penyedia pengelola stan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar, 2001, Pengembangan Sumber Daya Manusia Manajemen Pelatihan Ketenegakerjaan Pendahuluan Terdahulu, Jakarta : Bumi Aksara.

Jamasy, Owin, 2004, Keadilan Pemberdayaan Penanggulangan Kemiskinan, Bandung : Belantika.

Kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Propinsi Jatim dan Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Penanaman Modal Pemerintah Kota Surabaya, Tentang Data Perkembangan UKM Perdagangan di Kota Surabaya.

Kartasasmita, Ginanjar, 1996, Pembangunan Untuk Rakyat, Memadukan Pertumbuhan Dan Pemerataan, Jakarta : CIDES.

Kotler, Philip. 2005, Manajemen Pemasaran, Edisi 11, Jilid 1, Jakarta : PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Mangkunegara, Prabu Anwar, 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya.

Mashoed, 2004, Pemberdayaan Masyarakat Miskin, Surabaya : Papyrus.

Miles M. B. & Huberman, A. M., 1992, Analisis Data Kualitatif, Jakarta : Universitas Indonesia (UI – Press).

Moeleong, Lexy, 2004, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja

Rosda Karya.

Rencana Strategi Dinas Koperasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2006 – 2010.

Soekanto, Soerjono, 2002, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Suharto, Edi, 2006, Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat, Bandung : PT.

Refika Aditama.

Suhendra, Drs., SH., Msi, 2006, Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat, Bandung : ALFABETA.

Swasta, Basu, 1999, Perilaku Konsumen, Edisi Keenam, Jilid 1, Terjemahan, Jakarta : Binarupa Aksara.

Thoha, Miftah, 2003, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.


(6)

Wrihatnolo, Randy R. Dan Dwidjowijoto, Riant Nugroho., 2007, Manajemen Pemberdayaan, Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33, Tentang Perkoperasian.

Undang-undang No. 25 Tahun 1992, Tentang Perkoperasian di Indonesia. Undang-undang No. 9 Tahun 1995, Tentang Usaha Kecil.

Undang-undang No.20 Tahun 2008, Tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. http : //www.koran suroboyo-online.com.


Dokumen yang terkait

Prinsip Permberdayaan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Dalam Ketentuan Pembatasan Kepemilikan Waralaba Restoran Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

0 77 85

Strategi Pengembangan Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (Studi Kasus Kerajinan Sapu Moro Bondo di Desa Limau Manis, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

2 62 130

Kajian Hukum Terhadap Pemberdayaan Kredit Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah Menurut Undang-Undang No.20 Tahun 2008

0 51 108

Analisis Implementasi Prosedur Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) pada Bank Syariah (Studi Kasus Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai)

3 52 95

Unit Usaha Jasa Dan Industri Laboratorium Dental FKG-USU: Peningkatan Mutu Pelayanan Prostodontik Dan Inovasi Pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi

1 69 47

KINERJA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH KABUPATEN SEMARANG DALAM PEMBERDAYAAN UKM AGRIBISNIS

1 7 131

STRATEGI KOMUNIKASI PADA DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PEMERINTAH KOTA SURABAYA ( Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Komunikasi Pada Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Pemerintah Kota Surabaya Dalam Penataan PKL).

0 0 109

PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBINAAN SENTRA USAHA KECIL PRODUKSI TEMPE DI KELURAHAN TENGGILIS MEJOYO KECAMATAN TENGGILIS MEJOYO PEMERINTAH KOTA SURABAYA.

8 30 122

STRATEGI DINAS KOPERASI DAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH KOTA SURAKARTA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH.

0 0 1

PERAN DINAS KOPERASI USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM PEMBERDAYAAN UKM BATIK MANGROVE DI KECAMATAN RUNGKUT PEMERINTAH KOTA SURABAYA

0 0 17