Kontribusi Pemanfaatan Mangrove terhadap Pendapatan Perempuan dalam Rumah Tangga di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya

KONTRIBUSI PEMANFAATAN MANGROVE TERHADAP
PENDAPATAN PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA DI
KECAMATAN RUNGKUT, KOTA SURABAYA

SISCA WIDIYA AFIYANTI

DEPARTEMEN MANAJAMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Kontribusi
Pemanfaatan Mangrove terhadap Pendapatan Perempuan dalam Rumah Tangga di
Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya” adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2013

Sisca Widiya Afiyanti
NIM E14090091

ABSTRAK
SISCA WIDIYA AFIYANTI. Kontribusi Pemanfaatan Mangrove terhadap
Pendapatan Perempuan dalam Rumah Tangga di Kecamatan Rungkut, Kota
Surabaya. Dibimbing oleh DUDUNG DARUSMAN.
Pemanfaatan mangrove tidak hanya dijadikan sebagai sarana rekreasi yang
menyuguhkan keindahan estetika tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
dasar dalam pembuatan makanan, sabun cair, bahkan pewarna batik. Keterlibatan
perempuan dalam kegiatan pemanfaatan mangrove memberikan kesempatan
kepada perempuan untuk melakukan sejumlah peranan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui kondisi mangrove, produk-produk hasil pemanfaatan mangrove
serta peran perempuan dalam pemanfaatan mangrove juga terhadap pendapatan
rumah tangga. Penelitian dilakukan dengan metode purposive sampling terhadap
34 responden dengan komposisi responden laki-laki dan perempuan sebesar 1:33.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa kawasan Pamurbaya memliki jenis flora dan

fauna yang beragam. Jenis mangrove yang mendominasi adalah Avicennia sp.,
Bruguiera sp., Rhizopora sp., Sonneratia sp., dan Xylocarpus sp. Jenis fauna yang
paling banyak ditemukan adalah Crustaseae dan
monyet ekor panjang.
Pemanfaatan mangrove menghasilkan beragam produk meliputi produk makanan
contohnya tempe, sirup, minuman segar, roti, kue kering, tepung, kerupuk, keripik,
permen dan mie instan. Produk sabun yaitu sabun cuci tangan, sampo, sabun
pencuci kain batik dan sabun pembersih lantai. Produk unggulan lainnya berupa
batik mangrove, kerudung sulam dan bordir. Alokasi waktu produktif perempuan
dalam kegiatan pemanfaatan mangrove rata-rata sebanyak 4.5 jam/hari. Hal ini
menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya dapat menjalankan peran domestik
tetapi juga peran produktif. Nilai kontribusi ekonomi perempuan terbesar yaitu
32.4% dari total pendapatan rumah tangga. Nilai ini masih kurang setara apabila
dibandingkan dengan nilai kontribusi ekonomi laki-laki karena alokasi waktu
yang digunakan 2 kali lebih besar dari alokasi waktu perempuan. Berdasarkan
peran dalam pengambilan keputusan rumah tangga diperoleh sebesar 45.3% ratarata keputusan berasal dari perempuan sedangkan keputusan oleh laki-laki sebesar
2.4%. Hal ini menggambarkan bahwa perempuan mempunyai peran yang besar
dalam rumah tangga.
Kata kunci: kontribusi pendapatan, pengambilan keputusan, peran perempuan,
produk mangrove


ABSTRACT
SISCA WIDIYA AFIYANTI. Contribution of Mangrove Utilization for Female’s
in the Household Income at Rungkut, Surabaya. Supervised by DUDUNG
DARUSMAN.
Mangrove is not only utilized for the recreation purposes that presented the
aesthetics of nature but also can be utilizing as a raw materials for foods, liquid
soaps, and even batik’s dye. The involvement of women in the mangrove
utilization activities provide opportunities to female to do a number of roles.This

research aims to describe the condition of mangroves, the products from
mangroves utilization, the role of female in magroves utilization’s and its
contribution to the household income. This research was conducted with
purpossive sampling method for 34 respondents with the composition of male and
female respondents is 1:33. The research showed that Pamurbaya has many kind
of flora and fauna. The dominant mangrove’s species are Avicennia sp., Bruguiera
sp., Rhizopora sp., Sonneratia sp., dan Xylocarpus sp. Fauna species most
commonly found is Crustaseae and long-tailed monkeys. There are many kinds of
mangrove’s products, including food products such as tempe, syrup, fresh drinks,
breads, pastries, flour, crackers, chips, candy and instant noodles, the soap

products such as hand soap, shampoo, batik cloth washing soap, and floor
cleaning soap. The other products are mangrove batik, embroidery and
embroidered veil. Average of of female's time allocations in mangrove
utilizations work is about 4.5 hours / day. This suggests that female is not only
doing a domestic role but also a productive role. The largest female’s economic
contribution for the household income is 32.4% , that value is still less than the
male’s economics contribution, its because male spent their time for the
productive work twice higher than female’s. In the household decision-making,
this research obtained 45.3% domestic decisions are taken by female and only
about 2.4% by male. This illustrates that females have major role in the household
(domestic) sector.
Keywords: contribution to revenue, decision-making, mangrove products, the
role of female

KONTRIBUSI PEMANFAATAN MANGROVE TERHADAP
PENDAPATAN PEREMPUAN DALAM RUMAH TANGGA DI
KECAMATAN RUNGKUT, KOTA SURABAYA

SISCA WIDIYA AFIYANTI


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehu tanan
pada Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Kontribusi Pemanfaatan Mangrove terhadap Pendapatan
Perempuan dalam Rumah Tangga di Kecamatan Rungkut, Kota
Surabaya
Nama
: Sisca Widiya Afiyanti
NIM
: E14090091


Disetujui oleh

Prof. Dr. Ir. Dudung Darusman, MA
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian dilaksanakan sejak bulan April 2013 ini ialah peran
perempuan, dengan judul “Kontribusi Pemanfaatan Mangrove terhadap
Pendapatan Perempuan dalam Rumah Tangga di Kecamatan Rungkut, Kota
Surabaya”.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Dudung

Darusman, MA selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis
sampaikan kepada Ibu Dra. Lulut Sri Yuliani, MM beserta seluruh anggota binaan
Koperasi Kampung Unggulan Olahan Mangrove Komunitas Wanita Pesisir Griya
Tiara Kusuma, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima
kasih juga disampaikan kepada ayah (Sisdianto), ibu (Aaf Agustini), Ruli
Indrapraja, S. Hut, Ayu Alhidayati, Dilla Faradina, Endita Dwi, Hastuti Dyah
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Mei 2013
Penulis

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi


DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

2

Tujuan Penelitian

3


Manfaat Penelitian

3

METODE

3

Waktu dan Tempat Penelitian

3

Alat dan Bahan

3

Jenis Data

3


Metode Pengumpulan Data di Lapangan

4

Metode Analisis Data

4

HASIL DAN PEMBAHASAN

5

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

5

Kondisi Hutan Mangrove Pamurbaya

8


Kondisi Sosial Ekonomi Responden

10

Pemanfaatan Mangrove

11

Alokasi Waktu Kerja Perempuan dalam Kegiatan Pemanfaatan Mangrove

16

Pendapatan Rumah Tangga

17

Pengeluaran Rumah Tangga

18

Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga

19

Simpulan

20

Saran

21

DAFTAR PUSTAKA

21

RIWAYAT HIDUP

31

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

Jenis-jenis mangrove yang dimanfaatkan
Produk hasil pemanfaatan mangrove di Koperasi Kampung Unggulan
Jumlah alokasi waktu kerja rata-rata perempuan
Jumlah rata-rata pendapatan rumah tangga bulan maret 2013
Pengambilan keputusan dalam rumah tangga

13
15
16
18
19

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

Peta Kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya)
Peta Kecamatan Rungkut
Tegakan mangrove; (a) Rhizopora sp.; (b) Xylocarpus sp.; (c)
Avicennia sp.; (d) Sonneratia sp.
4 Komposisi umur responden
5 Komposisi tingkat pendidikan responden
6 Kawasan wisata mangrove Wonorejo; (a) Jogging track (b) Bibit
Bruguiera sp. (c) Penanaman di daerah pesisir (d) Penanaman di
daratan
7 Jenis-jenis mangrove untuk bahan baku yang akan diolah; (a) Buah
Sonneratia sp.; (b) Buah Bruguiera sp.; (c) Buah Sonneratia sp. yang
dikeringkan; (d) Kulit buah Bruguiera sp.
8 Pembuatan batik; (a) Pembuatan warna alami dan (b) Pemberian tawas
pada kain batik
9 Produk makanan dan sabun
10 Alokasi waktu total rata-rata perempuan
11 Pengeluaran dalam rumah tangga bulan maret 2013

6
7
9
10
11

12

14
14
16
17
18

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6

Daftar pertanyaan kuisioner responden
Komposisi jenis bakau di Pamurbaya
Data karakteristik responden
Data pendapatan dan pengeluaran responden
Data alokasi waktu kerja responden dalam pemanfaatan mangrove
Data Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga

22
24
26
28
29
30

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mangrove merupakan suatu formasi hutan yang tumbuh di daerah pasang
surut, lantai hutannya tergenang pada saat pasang dan bebas dari genangan pada
saat surut. Ekosistem mangrove merupakan ekosistem interface antara ekosistem
daratan dengan ekosistem lautan. Ekosistem ini mempunyai fungsi yang spesifik
dimana keberlangsungannya bergantung pada dinamika yang terjadi di ekosistem
daratan dan lautan. Mangrove termasuk sumberdaya yang dapat dipulihkan
(renewable resources) yang menyediakan berbagai jenis produk (barang dan jasa)
dan pelayanan lindungan lingkungan seperti proteksi terhadap abrasi, pengendali
intrusi air laut, mengurangi tiupan angin kencang, mengurangi tinggi dan
kecepatan arus gelombang, rekreasi dan pembersih air dari polutan (Kusmana
2010).
Pemanfaatan mangrove tidak hanya dijadikan sebagai sarana rekreasi yang
menyuguhkan keindahan estetika semata, tetapi juga dapat dimanfaatkan sebagai
bahan dasar dalam pembuatan makanan, sabun cair, bahkan pewarna untuk
membuat batik. Batik tersebut menggunakan berbagai pewarna alami dari
mangrove. Kegiatan pemanfaatan mangrove dapat dikerjakan oleh tenaga kerja
baik laki-laki maupun perempuan. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan
pemanfaatan mangrove memberikan kesempatan kepada perempuan untuk
melakukan sejumlah peranan.
Yunus (2007) mengungkapkan bahwa ada beberapa hal mendasar untuk
memilih kaum perempuan sebagai tenaga kerja. Pertama, umumnya perempuan
bukan angkatan kerja yang produktif sehingga dengan bantuan kredit mereka
dapat mengerjakan usaha produktif disela mengurus rumah tangganya. Kedua,
secara kultural perempuan yang terbiasa mengurus ekonomi rumah tangga
memiliki potensi sebagai manajer keuangan. Ketiga, secara emosional mereka
dapat dekat dengan anak-anaknya, baik dalam hal nutrisi maupun pendidikan.
Lewat kaum perempuan inilah diharapkan perubahan yang mendasar dapat
dimulai. Pilihan terhadap wanita untuk menjadi tenaga kerja didasarkan pada
pemikiran bahwa tanggung jawab wanita terhadap keluarga lebih besar dan wanita
cenderung mengutamakan membelanjakan uangnya hanya untuk kepentingan
keluarga.
Perempuan dipilih karena dalam konsep ekonomi rumah tangga, perempuan
merupakan manajer keuangan keluarga yang baik. Perempuan memiliki naluri
yang alami dalam mengurus keuangan keluarga dimana penghasilan suami harus
didayagunakan sebaik-baiknya untuk mencukupi belanja rumah tangga, biaya
sekolah anak dan sebagainya. Lingkungan sosial suatu rumah tangga diyakini
akan berjalan lebih baik apabila peran perempuan (seorang ibu) dapat berjalan
dengan baik dalam hal mengurus suami, mengurus anak-anak dan mengurus
rumah. Apabila dapat mengurus sebuah keluarga dengan baik tentunya perempuan
diharapkan dapat mengurus usaha dengan bijaksana sehingga akan memberikan
hasil terbaik. Dijelaskan pula oleh Puspitawati dan Sarma (2012) apabila prestasi
pendidikan perempuan dalam kondisi baik, produktifitas perempuan dalam bidang
ekonomi dapat ditingkatkan sehingga perempuan mampu memberdayakan dirinya

2
sendiri dan keluarganya secara lebih mandiri serta mampu menyejahterakan
kehidupan secara optimal. Hal ini menggambarkan bahwa perempuan dapat
menjadi tolak ukur keberhasilan rumah tangga bahkan suatu bangsa.
Dewi (2003) menyimpulkan dalam penelitiannya di usaha pesuteraan
Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi bahwa tenaga kerja perempuan
sebesar 43.4% terlibat aktif dalam pengelolaan kegiatan tersebut dan tenaga
perempuan usia produktif (21-30 tahun) berjumlah 4 kali lebih besar bila
dibandingkan dengan tenaga kerja laki-laki pada rentang usia yang sama.
Perempuan mengalokasikan waktu rata-rata lebih besar daripada laki-laki yaitu
6.58 jam/hari. Berdasarkan pengambilan keputusan dalam rumah tangga sebesar
62.5% berasal dari keputusan perempuan. Hal ini menunjukan indikasi bahwa
perempuan benar-benar telah berperan secara langsung dalam kegiatan kehutanan
di Indonesia. Penelitian mengenai hal serupa perlu dilakukan agar menjadi
masukan berarti di dalam merencanakan strategi pembangunan kehutanan ke
depan sehingga dalam pelaksanaan program kehutanan selanjutnya keterlibatan
perempuan benar-benar dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara
keseluruhan.

Perumusan Masalah
Banyaknya tanaman mangrove yang diekploitasi oleh anggota masyarakat
sehingga berakibat lingkungan kawasan konservasi Pantai Timur Surabaya
(Pamurbaya) menjadi rusak. Dampak lainnya, banyak satwa terancam punah dan
mengkibatkan abrasi dan erosi di sekitar pantai. Hal ini diduga karena adanya
desakan ekonomi di kalangan masyarakat padahal seharusnya ekosistem
mangrove memberikan kesempatan ekonomi kepada masyarakat sambil
melestarikan ekosistem mangrove tersebut dengan menjaga dan merawat
lingkungan secara lestari.
Ketidakmampuan ekosistem mangrove dalam memberikan kesempatan
ekonomi bagi masyarakat menyebabkan ketidakberdayaan masyarakat untuk
peduli pada mangrove. Upaya pemberdayaan sangat penting untuk membangun
kepedulian masyarakat terhadap mangrove. Keterlibatan masyarakat, khususnya
perempuan dalam kegiatan pemanfaatan mangrove di kecamatan Rungkut,
kawasan Pamurbaya perlu ditelaah secara mendetail untuk mengetahui sejauh
mana peran perempuan terhadap pemanfaatan mangrove teresebut. Perempuan
sebagai pencarian nafkah berarti menempati posisi sebagai isteri, anak, ibu,
anggota keluarga, pencari nafkah sekaligus pekerja rumah yang menunjukkan
seperangkat jumlah penanan perempuan. Peranan perempuan yang dimaksud
disini adalah dalam kegiatan produktif dan rumah tangga.
Pembangunan sektor kehutanan dalam pengelolaan hutan lestari
membutuhkan partisipasi masyarakat, termasuk perempuan. Kegiatan
pemanfaatan mangrove saat ini banyak melibatkan tenaga kerja perempuan
sebagai tenaga kerja andalannya dikarenakan keuletan, ketelitian, dan kemahiran
di dalam memanfaatkan mangrove. Hal ini memerlukan bukti empirik berupa
penelitian tentang peranan perempuan dalam keterlibatan pengelolaan hutan
secara lestari, kegiatan produktif dan kegiatan rumah tangga yang diukur melalui

3
alokasi curahan kerja rata-rata, kontribusi ekonomi terhadap pendapatan dan
pengeluaran rumah tangga serta pola pengambilan keputusan dalam rumah tangga.

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.

Penelitian ini bertujuan untuk:
Mengidentifikasi kondisi mangrove Kawasan Pamurbaya dan produk-produk
hasil pemanfaatan mangrove di Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya.
Menghitung alokasi waktu kerja perempuan dalam kegiatan pemanfaatan
mangrove.
Menganalisis kontribusi perempuan terhadap pendapatan dan pengeluaran
dalam rumah tangga.
Menganalisis peran dalam pengambilan keputusan rumah tangga.

Manfaat Penelitian
1.

2.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi:
Bahan publikasi tentang produk-produk hasil pemanfaatan mangrove di
Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya serta peranan perempuan pada sektor
kehutanan.
Memberikan masukan bagi para pengambil keputusan agar dalam menyusun
strategi pembangunan kehutanan mengintegrasikan perspektif gender.

METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2013 di Kecamatan
Rungkut, Kota Surabaya.

Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner, kalkulator, alat
tulis, kamera, laptop, Microsoft Excel dan Microsoft Word. Bahan dalam
penelitian ini adalah responden koperasi kampung unggulan mangrove Kecamatan
Rungkut, Kota Surabaya.

Jenis Data
Data primer
Data yang dikumpulkan meliputi data umum rumah tangga, data alokasi
waktu kerja responden, data kontribusi ekonomi perempuan terhadap pendapatan
rumah tangga, data peran dalam pengambilan keputusan rumah tangga dan data

4
dari pihak-pihak yang berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan mangrove melalui
wawancara dan kuisioner.

Data sekunder
Data yang dikumpulkan dengan mencatat dan mengutip data yang tersedia
pada instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini, meliputi data kondisi
umum tempat dilaksanakannya penelitian, data produk hasil pemanfaatan
mangrove dan data-data lain yang berhubungan dengan penelitian.

Metode Pengumpulan Data di Lapangan
Metode Pengambilan Responden
Metode yang digunakan adalah purposive sampling yaitu pengambilan
contoh yang dipilih secara sengaja berdasarkan tujuan tertentu dengan keadaan
yang dikehendaki. Hal ini didasarkan pada pertimbangan populasi responden yang
tidak diketahui jumlahnya dan lokasi tempat tinggal responden dipilih yang
terdekat dengan lokasi kegiatan pemanfaatan mangrove di Kecamatan Rungkut,
Kota Surabaya.

Wawancara dan Studi Literatur
Wawancara yang dilakukan yaitu tanya jawab dengan responden dan pihakpihak lain yang berkaitan dengan kegiatan pemanfaatan mangrove. Pengumpulan
literatur dilakukan dengan cara mempelajari, mengutip buku dan laporan yang
berkaitan dengan penelitian ini demi menambah kelengkapan data.

Metode Analisis Data
Alokasi Waktu Kerja
Alokasi waktu kerja atau penggunaan jam kerja rata-rata pada kegiatan
pemanfaatan mangrove adalah jumlah waktu rata-rata yang dikeluarkan oleh
tenaga kerja perempuan untuk setiap kegiatan produktif.

Keterangan:
JP = Jam kerja rata-rata binaan perempuan (jam)
TP = Total waktu kerja produktif seluruh responden perempuan (jam)
P = Total responden perempuan (orang)

Pendapatan Total Rumah Tangga
Pendapatan total rumah tangga diperoleh dengan menjumlahkan seluruh
penghasilan yang diperoleh suami dan isteri, yaitu:
Y = X1 + X2

5
Keterangan:
Y = Pendapatan total (Rp)
X1 = Pendapatan responden (Rp)
X2 = Pendapatan suami/istri responden (Rp)
Kontribusi Perempuan terhadap Pendapatan Rumah Tangga
Besarnya kontibusi perempuan terhadap pendapatan rumah tangga dapat
diketahui dengan membagi pendapatan total perempuan dengan pendapatan total
rumah tangga, sebagai berikut:

Keterangan:
Kp = Kontribusi perempuan (%)
Yp = Pendapatan total perempuan (Rp)
Y = Pendapatan total rumah tangga (Rp)

Peran dalam Pengambilan Keputusan Rumah Tangga
Menurut Sajogyo (1983) pola pengambilan keputusan dalam rumah tangga
meliputi:
1. Pengambilan keputusan hanya oleh isteri saja
2. Pengambilan keputusan hanya oleh suami saja
3. Pengambilan keputusan oleh suami dan istri bersama dengan didominasi oleh
isteri
4. Pengambilan keputusan oleh suami dan istri bersama dengan didominasi oleh
suami
5. Pengambilan keputusan secara bersama dan setara.
Hasilnya dihitung dan dibuat persentasenya untuk setiap jenis pola pengambilan
keputusan tersebut sehingga dapat diketahui peran dalam pengambilan keputusan
rumah tangga.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kawasan Pantai Timur Surabaya
Kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya) terletak pada 7˚15’19.60” LS
- 7˚17’13.25” LS dan 112˚48’35.69”BT - 112˚48’40.72”BT. Luasnya mencapai +
2503.9 Ha. Meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Gunung Anyar, Rungkut,
Sukolilo dan Mulyorejo. Panjang pantai Pamurbaya sekitar 14.4 km dari total
panjang pantai Kota Surabaya sekitar 43 km. Pamurbaya menjadi muara bagi 7
sungai, yaitu Kali Kepiting, Kali Dami, Kali Bokor, Kali Wonokromo, Kali
Wonorejo, Kali Kebonagung dan Kali Perbatasan.

6
Kawasan Pamurbaya tergolong kawasan yang landai dengan topografi 0-3
m di atas permukaan laut. Iklim dipengaruhi oleh musim. Curah Hujan rata-rata
adalah 1560 mm/tahun dan 90% nya terjadi selama musim hujan. Pada musim
hujan kelembaban rata-rata mencapai 80% dan pada musim kemarau turun hingga
60%. Suhu rata-rata bulanan antara 21°C di bulan Agustus hingga mencapai 34°C
di bulan April.

Sumber: Dinas Pertanian Kota Surabaya 2012

Gambar 1 Peta Kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya)
Gambar 1 merupakan peta Kawasan Pamurbaya yang letaknya berada di
wilayah timur Kota Surabaya berbatasan dengan selat Madura. Skala yang tertera
pada peta tidak sesuai dengan gambar yang disajikan karena sudah mengalami
perubahan ukuran dengan tujuan menyesuaikan ukuran margin.

Kecamatan Rungkut
Kecamatan Rungkut merupakan salah satu kecamatan di Surabaya bagian
Timur. Luasnya mencapai 2104.182 ha. Memiliki jumlah penduduk sebesar
108440 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 54278 jiwa dan jumlah penduduk
perempuan sebesar 54162 jiwa. Dibagi menjadi 6 kelurahan, yaitu Kedung Baruk
seluas 187.15 ha, Wonorejo seluas 731.86 ha, Medokan Ayu 830.2 ha, Rungkut
Kidul seluas 202.9 ha, Kalirungkut seluas 187.15 ha dan Penjaringan seluas 182.4
ha. Mata pencaharian masyarakat Kecamatan Rungkut sebagai berikut:
1. Petani
: 64 orang
2. Karyawan swasta : 43022 orang
3.Pegawai negeri sipil : 5106 orang

7
4. ABRI/TNI/POLRI : 419 orang
5. Pedagang
: 780 orang
6. Wiraswasta
: 6204 orang
7. Pensiunan
: 2988 orang
8. Lain-lain
: 511 orang
Sektor yang paling berpotensi di Kecamatan Rungkut adalah perikananan.
Komoditas perikanan yang paling banyak diminati adalah bandeng dan udang.
Sektor ini masih memegang peranan penting khususnya dalam perekonomian
masyarakat. Pengelolaan perikanan yang terarah dan terencana dengan baik
diharapkan dapat meningkatkan produksi baik dari segi kuantitas maupun kualitas
dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.

Sumber: Kecamatan Rungkut 2012

Gambar 2 Peta Kecamatan Rungkut

Koperasi Unggulan Mangrove
Koperasi unggulan mangrove adalah koperasi komunitas wanita pesisir
yang didirikan pada tanggal 28 Desember 2007 oleh Dra. Lulut Sri Yuliani, MM.
Direalisasikan pertama kali pada tanggal 27 maret 2008. Terletak di Jl. Wisma
Kedung Asem Indah J 28-29 Kelurahan Kedung Baruk, Kecamatan Rungkut,
Kota Surabaya. Koperasi ini umumnya membina ibu-ibu rumah tangga yang
memiliki waktu luang disamping kegiatan pokoknya yaitu mengurus rumah
tangga. Tahun 2009 koperasi ini menjadi koperasi kampung pusat batik
mangrove, tempe murni dan tempe mangrove kemudian tahun 2010 menjadi
kampung unggulan olahan mangrove dan pusat eksperimen produk unggulan
olahan mangrove pesisir Indonesia.
Realisasi kedua yaitu di Kota Probolinggo. Terdapat 4 desa binaan yang
telah berkembang selama 7 bulan dan menghasilkan produk khas Probolinggo.
Realisasi ketiga di 5 desa Kabupaten Bangkalan, Madura bersama Badan
Pengembangan Wilayah Surabaya dan Madura (BPWS). Realisasi keempat yaitu
di Kota Tarakan, Kalimantan Timur telah berkembang selama 2 bulan dan
produk-produknya mengisi galeri wisata hutan mangrove di Bekantan, Tarakan.
Terdapat beberapa divisi dalam koperasi unggulan mangrove, yaitu divisi
tempe murni & tempe mangrove, divisi batik , divisi bordir dan sulam mangrove,

8
divisi sabun mangrove, divisi sirup instan dan minuman segar mangrove, divisi
kue kering mangrove, divisi roti mangrove, divisi kerupuk ikan dan mangrove,
divisi sablon mangrove, divisi katering dan kuliner mangrove, divisi pemasaran,
divisi penelitian, pendidikan dan pelatihan, divisi aneka keripik mangrove dan
divisi koperasi.

Kondisi Hutan Mangrove Pamurbaya
Kawasan Pamurbaya memiliki luas total sebesar 471.74 ha. Luasan ini
mencakup kawasan tambak masyarakat sebesar 248.46 ha, pantai sebesar 150.97
ha dan kanan kiri sungai sebesar 70.72 ha. Kawasan Pamurbaya meliputi 4
kecamatan dengan luas masing-masing kawasan yaitu Gunung Anyar sebesar
73.95 ha, Rungkut sebesar 154.89 ha, Sukolilo sebesar 96.07 ha dan Mulyorejo
sebesar 146.84 ha.
Kerapatan mangrove adalah sebesar 2000-3000 pohon/ha. Jenis mangrove
yang mendominasi adalah Avicennia sp., Bruguiera sp., Rhizopora sp., Sonneratia
sp., dan Xylocarpus sp. (lihat Lampiran 2). Jenis fauna yang bisa ditemukan
berupa Reptil, Crustaceae, jenis monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan
beberapa jenis burung seperti cangak merah (Ardea purpurea), remetuk laut
(Gerygone sulpurea), gagang-bayam timur (Himantopus leucocephalus) dan
caladi ulam (Dendrocopus macei) (Dinas Pertanian Kota Surabaya 2012).
Menurut Kustanti (2011) mangrove diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,
yaitu kelompok mayor, minor dan kelompok asosiasi mangrove. Pengertian
masing-masing kelompok tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kelompok mayor (vegetasi dominan) merupakan komponen yang melibatkan
karakter morfologi, seperti mangrove yang memiliki sistem perakaran udara
dan mekanisme fisiologi khusus untuk mengeluarkan garam agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Jenis mangrove di Kawasan Pamurbaya
yang termasuk dalam kelompok ini adalah Avicennia sp., Rhizopora sp.,
Sonneratia sp., dan Xylocarpus sp.yang dapat dilihat pada Gambar 3.

(a)

(b)

9

(c)

(d)

Gambar 3 Tegakan mangrove; (a) Rhizopora sp.; (b) Xylocarpus sp.; (c)
Avicennia sp.; (d) Sonneratia sp.
2. Kelompok minor (vegetasi marjinal) merupakan komponen yang tidak
termasuk elemen yang menyolok dari tubuh-tumbuhan yang mungkin terdapat
di sekeliling habitatnya dan yang jarang berbentuk tegakan murni. Jenis-jenis
ini biasanya bersekutu dengan mangrove yang tumbuh pada pinggiran yang
mengarah ke darat dan terdapat secara musiman pada rawa air tawar, pantai,
dataran landai dan lokasi-lokasi mangrove lain yang marjinal. Walaupun jenis
ini ada di mangrove, tetapi jenis-jenis ini tidak terbatas pada zona litoral. Jenis
mangrove di Kawasan Pamurbaya yang termasuk dalam kelompok ini yaitu
Nypa frutican.
3. Asosiasi mangrove merupakan komponen yang jarang ditemukan spesies yang
tumbuh didalam komunitas mangrove yang sebenarnya dan kebanyakan sering
ditemukan dalam tumbuh-tumbuhan darat. Contoh beberapa jenis asosiasi
mangrove di Kawasan Pamurbaya yaitu Calophyllum inophyllum, Cerbera
manghas, Pluchea indica dan Sesuvium portulacastrum.
Di lapangan, flora mangrove tumbuh membentuk zonasi mulai dari pinggir
pantai sampai pedalaman daratan. Menurut Kusmana, dkk (2003) zonasi yang
terbentuk bisa berupa zonasi yang sederhana (satu zonasi, zonasi campuran) dan
zonasi yang kompleks (beberapa zonasi) tergantung pada kondisi lingkungan
mangrove yang bersangkutan. Terdapat beberapa faktor lingkungan yang penting
dalam mengontrol zonasi yaitu :
1. Pasang surut yang secara tidak langsung mengontrol dalamnya muka air (water
table) dan salinitas air dan tanah. Secara langsung arus pasang surut dapat
menyebabkan kerusakan terhadap anakan.
2. Tipe tanah yang secara tidak langsung menentukan tingkat aerasi tanah,
tingginya muka air dan drainase.
3. Kadar garam tanah dan air yang berkaitan dengan toleransi spesies terhadap
kadar garam.
4. Cahaya yang berpengaruh terhadap pertumbuhan anakan dari spesies intoleran
seperti Rhizophora, Avicennia dan Sonneratia.

10
Kondisi Sosial Ekonomi Responden
Karakteristik Responden
Responden yang diambil sebanyak 34 dipilih secara purposive sampling di
Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya. Responden terdiri dari 33 perempuan dan 1
laki-laki yang diwawancarai dengan metode wawancara terstruktur menggunakan
kuisioner. Jumlah responden laki-laki yang diperoleh tidak mewakili kelas umur
dan divisi (lihat Lampiran 3). Perbandingan perempuan dan laki-laki sebesar 97:3.
Hal ini menguatkan dugaan perempuan lebih potensial di dalam kegiatan
pemanfaatan mangrove. Karakteristik responden berdasarkan umur dapat dilihat
pada Gambar 4.
Persentase (%)
50

48.48%

40
30

24.24%

20
10

12.12%
6.06%

3.03%

6.06%

0
27-32

33-38

39-44

45-50

51-56

> 57

Umur (tahun)

Sumber : Hasil wawancara terstruktur 2013

Gambar 4 Komposisi umur responden
Gambar 4 menunjukkan bahwa umur responden berkisar antara 27-57 tahun.
Kelas umur 39-44 tahun mendominasi kegiatan pemanfaatan mangrove yaitu
sebanyak 16 orang dengan presentase 48.48%. Kegiatan ini menjadi kegiatan
sampingan yang dapat memberikan kontribusi ekonomi terhadap rumah tangga.
Responden dengan kelas umur 45-50 tahun sebanyak 8 orang atau sekitar 24.24%
dan jumlah paling kecil terdapat pada kelas umur 51-56 tahun yaitu 3.03%.
Penelitian Dewi (2003) dalam kegiatan usaha pesuteraan alam di kecamatan
Kabandungan, kabupaten Sukabumi memilih responden dengan metode purposive
sampling berdasarkan rumah tangga sehingga jumlah responden perempuan dan
laki-laki seimbang sedangkan penelitian ini memilih responden berdasarkan
tenaga kerja dalam kegiatan pemanfaatan mangrove dengan kondisi tenaga kerja
perempuan lebih mendominasi.

Pendidikan Responden
Sumber daya perempuan berkualitas berarti secara fisik, mental, psikoligis
dan telentanya dalam kondisi sangat baik. Menurut Puspitawati dan Sarma (2012)
apabila prestasi pendidikan perempuan dalam kondisi baik, produktifitas
perempuan dalam bidang ekonomi dapat ditingkatkan sehingga perempuan
mampu memberdayakan dirinya sendiri dan keluarganya secara lebih mandiri

11
serta mampu menyejahterakan kehidupan secara optimal. Pendidikan responden
dapat dilihat pada Gambar 5.
Persentase (%)
42.42%

45
40
35
30

24.24%
21.21%

25
20
15

9.09%

10

3.03%

5
0
SD

SMP

SMA

D3

Sarjana

Pendidikan

Sumber : Hasil wawancara terstruktur 2013

Gambar 5 Komposisi tingkat pendidikan responden
Gambar 5 menunjukkan bahwa responden umumnya memiliki tingkat
pendidikan SMA sebanyak 14 orang dengan persentase 42.42% dan sarjana
sebanyak 8 orang dengan persentase 24.24%, hanya 3 orang atau sekitar 9.09%
dari total responden dengan tingkat pendidikan SD. Hal ini menunjukkan bahwa
perempuan juga memiliki tingkat pendidikan yang baik, bahkan sama dengan lakilaki pada umumnya yang memiliki tingkat pendidikan hingga sarjana. Maka dari
itu kinerja perempuan dalam kegiatan pemanfaatan mangrove ini pun
diperhitungkan.
Berdasarkan penelitian Dewi (2003) jika dilihat dari segi pendidikan,
mayoritas perempuan memiliki tingkat pendidikan yang rendah. Lulusan Sekolah
Dasar sebanyak 15 orang dengan persentase 27.78% dan 6 orang responden
dengan persentase 11.11% tidak tamat sekolah dari total 28 responden perempuan.
Keterbatasan pendidikan ternyata tidak menjadi penghalang bagi tenaga kerja
perempuan dalam mengelola usaha pesuteraan alam.

Pemanfaatan Mangrove
Potensi Ekowisata
Keberadaan vegetasi dan fauna yang terdapat di hutan mangrove merupakan
potensi yang dapat dikembangkan dalam pemenuhan sosial, ekonomi dan
lingkungan. Berbagai macam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari dapat
diambil dari keanekaragaman fungsi dan manfaat hutan tersebut. Fungsi lain yang
memberikan nilai paling besar bagi kehidupan di sekitar hutan mangrove di
sepanjang pesisir adalah fungsi lingkungan. Perlindungan pantai dari angin
kencang, abrasi air laut dan perangkap sedimen adalah beberapa diantaranya.
Secara ekologi, keberadaan habitat hutan mangrove memberikan kontribusi bagi
penyediaan unsur hara dalam ekosistem. Manfaat lainnya adalah potensi
ekowisata (Kustanti 2011).

12
Kawasan Pantai Timur Surabaya meliputi 4 kawasan wisata mangrove,
yaitu Wisata Anyar Mangrove (WAM) yang terletak di Kecamatan Gunung Anyar,
Wisata Mangrove Wonorejo di Kecamatan Rungkut, Kenjeran Park (KenPark) di
Kecamatan Sukolilo dan kawasan wisata mangrove di Kecamatan Mulyorejo.
Diantara empat kawasan mangrove yang terdapat di Kawasan Pamurbaya, hanya
kawasan mangrove Gunung Anyar dan Wonorejo yang dimanfaatkan oleh pihak
koperasi kampung unggulan. Kondisi kawasan mangrove Wonorejo dapat dilihat
pada Gambar 6.

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 6 Kawasan wisata mangrove Wonorejo; (a) Jogging track (b) Bibit
Bruguiera sp. (c) Penanaman di daerah pesisir (d) Penanaman di
daratan
Fasilitas di kawasan wisata mangrove Wonorejo dapat dilihat pada Gambar
6 yaitu jogging track, tempat pembibitan mangrove dan lahan penanaman di
daerah pesisir pantai maupun daerah daratan. Bibit disediakan oleh pihak
pengelola kawasan secara gratis, misalnya bibit Avicennia sp. dan Bruguiera sp.
Kawasan wisata ini dikelola oleh Dinas Pertanian Kota Surabaya. Kawasan ini
juga menjadi sarana untuk pendidikan dan penelitian. Salah satu kegiatan
pendidikan yang sering dilakukan yaitu kegiatan penanaman bersama.
Luas pemanfaatan mangrove oleh koperasi unggulan sebesar 100 ha dari
total 228.84 ha. Bagian mangrove yang dimanfaatkan berupa buah yang telah
jatuh ke lantai hutan, sehingga pemanfaatannya tidak merusak ekosistem
mangrove. Jenis- jenis mangrove yang dimanfaatkan dapat dilihat pada Tabel 1.

13
Tabel 1 Jenis-jenis mangrove yang dimanfaatkan
No
Jenis
KELOMPOK MAYOR DAN MINOR
1
Acanthus ebracteatus
2
Acanthus ilicifolius
3
Avicennia alba
4
Avicennia marina
5
Avicennia officinalis
6
Bruguiera cylindrica
7
Bruguiera gymnorrhiza
8
Bruguiera parviflora
9
Rhizopora mucronata
10
Sonneratia alba
11
Sonneratia caseolaris
12
Sonneratia ovata
13
Xylocarpus moluccensis
14
Xylocarpus granatum
ASOSIASI MANGROVE
15
Barrigtonia asiatica
16
Cerbera manghas
17
Sesuvium portulacastrum

Nama Lokal
Jeruju putih
Jeruju
Api-api
Api-api putih
Api-api
Tanjang putih
Tanjang putih
Tanjang merah
Tanjang lanang
Bogem
Bogem
Prapat
Nyirih
Nyirih
Butun
Bintaro
Alur

Sumber: Dinas Pertanian Kota Surabaya 2012 dan hasil wawancara terstuktur 2013

Tabel 1 menujukkan beberapa jenis mangrove yang dimanfaatkan oleh
koperasi kampung unggulan di sekitar Kawasan Wonorejo, Kecamatan Rungkut
dan Gunung Anyar. Beberapa jenis mangrove yang tidak ditemukan di kawasan
tersebut seperti Ziziphus mauritiana dan Bruguiera sp. diperoleh dari daerah Bali
dan Kalimantan Timur. Mangrove yang telah didapatkan selanjutnya diolah
menjadi produk makanan, pewarna batik, pengawet makanan, sabun dan produkproduk lainnya.

(a)

(b)

14

(c)

(d)

Gambar 7 Jenis-jenis mangrove untuk bahan baku yang akan diolah; (a) Buah
Sonneratia sp.; (b) Buah Bruguiera sp.; (c) Buah Sonneratia sp.
yang dikeringkan; (d) Kulit buah Bruguiera sp.

Produk Unggulan
Ciri khas Kecamatan Rungkut salah satunya adalah batik mangrove yang
menggunakan pewarna dari kulit buah mangrove. Pewarna ini merupakan produk
turunan setelah produk makanan dan produk-produk sabun. Jenis yang biasa
dimanfaatkan adalah Acanthus sp., Avicennia sp., Bruguiera sp., Rhizopora sp.,
Sonnetaria sp. dan Xylocarpus sp. Warna yang dihasilkan beragam seperti merah
muda, hijau, ungu, cokelat dan kuning seperti pada Gambar 8.

(a)
(b)
Gambar 8 Pembuatan batik; (a) Pembuatan warna alami dan (b) Pemberian tawas
pada kain batik
Gambar 8 menunjukkan bahwa warna yang dihasilkan cerah dan tidak
mudah luntur karena pembuatan batik mangrove ini dikerjakan dengan berbagai
tahapan yang memerlukan waktu lama dan menggunakan pewarna alami. Seluruh
rangkaian proses pembuatan batik ini dapat dikerjakan oleh 3 orang pekerja dalam
waktu sekitar satu tahun tergantung desain, corak dan variasi warna yang diminta.
Harga yang ditawarkan cukup tinggi, sesuai dengan kualitas yang dihasilkan.
Produk unggulan selain batik mangrove yaitu kerudung sulam dan bordir motif
batik mangrove yang juga diminati.

15
Produk Makanan
Koperasi kampung unggulan mengasilkan 10 macam produk pemanfaatan
mangrove. Produk-produk tersebut antara lain tempe, sirup, minuman segar, roti,
kue kering, tepung, kerupuk, keripik, permen dan mie instan. Jenis-jenis produk
makanan tersebut tidak seluruhnya menggunakan bahan dasar mangrove. Produkproduk makanan hasil pemanfaatan mangrove dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Produk makanan hasil pemanfaatan mangrove di Koperasi Kampung
Unggulan
Produk
No
Bahan mangrove
Bahan lainnya
Makanan
Sonneratia sp. dan
1 Minuman segar
Air, gula dan rempah
Ziziphus mauritiana
Sonneratia sp. dan
2 Sirup wedang
Air, jahe, gula dan rempah
Ziziphus mauritiana
3 Permen
Sonneratia sp.
Rumput laut, air dan gula
Ikan mujair/ikan bandeng, tepung,
4 Keripik
Sonneratia sp.
bawang dan air
Ikan mujair/ikan bandeng, tepung,
5 Kerupuk
Sonneratia sp.
bawang dan air
Ikan mujair/ikan bandeng, tepung,
6 Mie instan
Sonneratia sp.
telur, minyak sayur, nutrisi dan
air
7 Tepung
Bruguiera sp.
Air
8 Kue kering
Bruguiera sp.
Tepung, air, gula, dll
9 Roti
Bruguiera sp.
Tepung, air, gula, dll
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar bahan baku pengolahan produk
makanan adalah Bruguiera sp., Sonneratia sp. dan Ziziphus mauritiana. Bahan
lainnya ditambahkan sesuai kebutuhan dan komposisi yang telah ditentukan.
Salah satu produk makanan yang juga diproduksi adalah tempe. Jenis tempe yang
diproduksi yaitu tempe kedelai dan tempe mangrove. Permintaan konsumen
terhadap tempe kedelai lebih tinggi daripada tempe mangrove sehingga tempe
mangrove jarang diproduksi.

Produk-produk Lainnya
Produk-produk lainnya yang juga berasal dari jenis-jenis mangrove yaitu
sabun cuci tangan, sampo, sabun pencuci kain batik dan pembersih lantai. Produkproduk tersebut merupakan produk turunan dari produk makanan. Jenis mangrove
yang dimanfaatkan adalah Sonneratia sp. untuk sabun cuci tangan, Cerbera
manghas untuk shampo, Ziziphus mauritiana untuk sabun pencuci kain batik dan
campuran Cerbera manghas dengan Rhizopora untuk pembersih lantai seperti
pada Gambar 9.

16

Gambar 9 Produk makanan dan sabun
Gambar 9 menunjukkan bahwa produk-produk hasil pemanfaatan mangrove
sangat beragam. Contohnya permen, mie pangsit, kerupuk, sirup, sabun dan
produk lainnya. Penjualan produk ini tidak dilakukan dalam skala besar namun
berdasarkan permintaan konsumen dan pameran kerajinan khas suatu kota.

Alokasi Waktu Kerja Perempuan dalam Kegiatan Pemanfaatan Mangrove
Perempuan merupakan salah satu anggota keluarga yang ikut berperan
dalam kegiatan pemanfaatan mangrove. Peran perempuan dapat dilihat dari
curahan waktu kerja yang dialokasikan pada setiap tahapan kegiatan. Alokasi
waktu kerja rata-rata perempuan dalam kegiatan pemanfaatan mangrove dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Jumlah alokasi waktu kerja rata-rata perempuan
Alokasi Waktu (jam/hari)
No
Jenis Kegiatan
Kerja Mengurus rumah tangga
Istirahat
1 Batik
4.7
12.0
7.3
2 Minuman
5.0
12.7
6.3
3 Tempe
4.3
12.3
7.3
4 Kerupuk
4.3
12.4
7.2
5 Sulam dan jahit
4.0
12.0
8.0
6 Mie
5.0
12.0
7.0
7 Sabun
4.0
11.0
9.0
Rata-rata
4.5
12.1
7.5

Total
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0
24.0

Sumber : Hasil wawancara terstruktur 2013

Tabel 3 menunjukkan bahwa waktu total rata-rata yang dicurahkan pada
kegiatan pemanfaatan mangrove sekitar 4.5 jam/hari. Pada kegiatan pembuatan
produk minuman membutuhkan waktu paling banyak yaitu sekitar 5 jam/hari. Hal
ini dikarenakan divisi tersebut harus mengolah bahan baku yang diperoleh terlebih
dahulu untuk menghasilkan produk minuman dan sisanya digunakan untuk
produk turunan lainnya. Pembuatan mie diperlukan waktu 5 jam/hari karena tidak

17
hanya mie yang diolah tetapi ditambahkan pula bumbu pelengkap lainnya
sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama.
Satu lembar kain batik mangrove dapat dikerjakan sekitar 3-4 bulan/3 orang.
Hal ini disebabkan oleh tingkat kesulitan dari corak batik tulis mangrove dan
alokasi waktu yang digunakan oleh tenaga kerja yaitu sekitar 4.7 jam/hari.
Pembuatan tempe dan kerupuk membutuhkan waktu 4.3 jam/hari. Untuk kegiatan
pembuatan sabun serta sulam dan jahit membutuhkan waktu sekitar 4 jam/hari.
Kegiatan yang dilakukan perempuan selain bekerja diluar rumah yaitu
mengurus rumah tangga dan istirahat. Menurut Hubeis (2010) ada tiga peran
gender, yaitu peran reproduktif (domestik), peran produktif, dan peran masyarakat
(sosial). Peran reproduktif adalah peran yang dilakukan oleh seseorang untuk
melakukan kegiatan yang terkait dengan pemeliharaan sumberdaya insani (SDI)
dan tugas kerumahtanggan seperti menyiapkan makanan, berbelanja, mengasuh,
dan mendidik anak. Peran produktif menyangkut pekerjaan yang menghasilkan
barang dan jasa untuk dikonsumsi dan diperjualbelikan. Peran masyarakat atau
peran sosial terkait dengan kegiatan jasa dan partisipasi politik. Alokasi waktu
total rata-rata perempuan dapat dilihat pada Gambar 10.
18.75%
50%

31.25%

Kerja
Istirahat
Mengurus rumah tangga

Sumber : Hasil wawancara terstruktur 2013

Gambar 10 Alokasi waktu total rata-rata perempuan
Gambar 10 menunjukkan bahwa alokasi waktu yang digunakan untuk
mengurus rumah tangga lebih besar dibandingkan dengan waktu untuk bekerja
ataupun istirahat. Alokasi waktu untuk kerja produktif yaitu sekitar 4.5 jam/hari
atau sebesar 18.75%, waktu untuk istirahat sekitar 7.5 jam/hari atau sebesar
31.25% dan waktu untuk mengurus rumah tangga sekitar 12 jam/hari atau
setengah dari waktu total dalam sehari. Hal ini menunjukkakn bahwa perempuan
tidak hanya dapat menjalankan peran domestik tetapi juga peran produktif.

Pendapatan Rumah Tangga
Tingkat pendapatan dalam rumah tangga merupakan indikator penting untuk
mengetahui tingkat hidup suatu rumah tangga. Terdapat kendala dalam
mengumpulkan informasi kejelasan pendapatan rumah tangga, sehingga sulit
untuk mendapatkan data pendapatan dan pengeluaran yang akurat. Pendapatan
rumah tangga dapat juga diperoleh berdasarkan sumber pendapatan dan divisi
responden dalam kegiatan pemanfaatan mangrove. Jumlah rata-rata pendapatan
rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 4.

18
Tabel 4 Jumlah rata-rata pendapatan rumah tangga bulan maret 2013
No

Jenis Kegiatan

1
2

Membuat batik
Membuat tempe
Membuat produk
minuman
Membuat
kerupuk
Sulam dan jahit
Membuat mie
Membuat sabun
TOTAL

3
4
5
6
7

Penghasilan (Rp/bulan)
Persentase (%)
Suami
Isteri
Total
Suami Isteri Total
2,057,142.9 985,714.3 3,042,857.1
67.6 32.4
100
2,366,666.7 366,666.7 2,733,333.3
86.6 13.4
100
2,066,666.7 533,333.3

2,600,000.0

79.5

20.5

100

2,800,000.0 505,555.6

3,305,555.6

84.7

15.3

100

2,333,333.3 233,333.3
3,166,666.7 450,000.0
2,000,000.0 500,000.0

2,566,666.7
3,616,666.7
2,500,000.0
20,365,079.4

90.9
87.6
80.0

9.1
12.4
20.0

100
100
100

Sumber : Hasil wawancara terstruktur 2013

Tabel 4 menunjukan bahwa kegiatan pembuatan batik memberikan
kontribusi terbesar terhadap pendapatan rumah tangga yaitu 32.4% meskipun
waktu yang dialokasikan tidak banyak. Usaha batik mangrove memiliki potensi
yang baik apabila dikembangkan secara komersial karena mampu menghasilkan
pendapatan guna mendukung taraf hidup rumah tangga.
Persentase yang diperoleh dari kegiatan pembuatan produk minuman
sebesar 20.5%, pembuatan sabun sebesar 20%, pembuatan kerupuk sebesar 15.3%,
pembuatan tempe 13.4%, pembuatan mie sebesar 12.4%, serta sulam dan jahit
sebesar 9.1%. Nilai kontribusi ekonomi perempuan dalam rumah tangga masih
kurang setara apabila dibandingkan dengan nilai kontribusi ekonomi laki-laki.
Pendapatan laki-laki minimal mencapai 2 kali lipat pendapatan perempuan dalam
rumah tangga. Hal ini karena alokasi waktu yang digunakan oleh laki-laki lebih
besar 2 kali lipat dibandingkan dengan perempuan (berdasarkan survei dan
wawancara).

Pengeluaran Rumah Tangga
Jenis pengeluaran yang termasuk dalam penelitian ini meliputi pengeluaran
untuk konsumsi rumah tangga, pendidikan, uang saku anak-anak, biaya
transportasi dan lain-lain. Besarnya pengeluaran rumah tangga dapat dilihat pada
Gambar 11.
0.4%
12.7%
16.6%

Jenis Pengeluaran
46.8%

23.5%

Konsumsi
Pendidikan
Uang saku anak
Transportasi
Lain-lain

Sumber : Hasil wawancara terstruktur 2013

Gambar 11 Pengeluaran rata-rata dalam rumah tangga bulan maret 2013

19
Gambar 11 menunjukkan bahwa pengeluaran terbesar dalam rumah tangga
digunakan untuk konsumsi yaitu 46.8% dari total pengeluaran keluarga.
Konsumsi rumah tangga meliputi pengeluaran untuk makanan sehari-hari, listrik,
air dan kebutuhan pokok lainnya. Pengeluaran lainnya yaitu biaya pendidikan
sebesar 23.5% dari total pengeluaran rumah tangga. Hal ini dikarenakan
responden umumnya telah memahami pentingnya pendidikan untuk bekal masa
depan. Meskipun ada beberapa dari responden yang mengalokasikan biaya yang
relatif kecil untuk biaya pendidikan anak-anak.
Biaya rata-rata yang dialokasikan untuk pemberian uang saku anak-anak
sebesar 16.6%. Responden rata-rata memiliki 2 anak sehingga uang saku yang
dikeluarkan tidak besar. Hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
responden sehingga pengelolaan keuangan dalam rumah tangga berjalan sesuai
dengan rencana. Pengeluaran untuk transportasi mencapai 12.7%. Hal ini
disebabkan dalam setiap rumah tangga memiliki kendaraan bermotor rata-rata
lebih dari 1 unit (berdasarkan survei dan wawancara), sehingga kebutuhan bahan
bakar lebih besar. Pengeluaran lain sebesar 0.4% umumnya adalah pengeluaran
tak terduga seperti biaya obat-obatan, rekreasi dan kebutuhan lainnya.

Pengambilan Keputusan dalam Rumah Tangga
Pengambilan keputusan dalam rumah tangga diperlukan untuk mengetahui
peran perempuan di dalam rumah tangga. Keputusan ini diambil untuk setiap
kegiatan dalam rumah tangga seperti pembagian tugas pengurusan rumah tangga,
pola pengasuhan anak, pengaturan pengeluaran rumah tangga, pengaturan
konsumsi rumah tangga dan pendidikan anak dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Pengambilan keputusan dalam rumah tangga
Isteri Suami
Dominan
Jenis Kegiatan
(%)
(%)
isteri (%)
Pengurusan RT
52.9
2.9
11.8
Pengasuhan anak
47.1
2.9
23.5
Pengeluaran
52.9
5.9
26.5
Konsumsi
64.7
0.0
17.6
Pendidikan
8.8
0.0
11.8
Rata-rata
45.3
2.4
18.2

Dominan
suami (%)
0.0
0.0
2.9
2.9
26.5
6.5

Bersama
(%)
32.4
26.5
11.8
14.7
52.9
27.6

Sumber : Hasil wawancara terstruktur 2013

Tabel 5 menunjukkan bahwa pengambilan keputusan dalam rumah tangga
didominasi oleh isteri seperti dalam pengambilan keputusan untuk pengurusan
rumah tangga, pola pengasuhan anak, pengeluaran rumah tangga dan konsumsi
rumah tangga. Pada kegiatan pembagian tugas pengurusan rumah tangga
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh isteri sebesar 52.9%. Umumnya
suami tidak mengurus kegiatan pembagian tugas dalam rumah tangga karena
dianggap tugas tersebut adalah tugas perempuan walaupun ada sebagian suami
yang diakui ikut berperan dalam pengambilan keputusan untuk pembagian tugas
dalam rumah tangga yaitu sebesar 2.9%.

20
Pengambilan keputusan untuk pola pengasuhan anak yang dilakukan oleh
istri mencapai 47.1%. Hal ini tidak lepas dari peran domestik perempuan sehingga
terkesan bahwa tugas ini menjadi tanggung jawab perempuan. Tingkat
pengambilan keputusan untuk pengaturan pengeluaran dan konsumsi rumah
tangga juga didominasi oleh isteri yaitu sebesar 52.9% dan 64.7%. Hal ini
memberikan gambaran bahwa sebagian besar dari rumah tangga yang diteliti
memberikan kepercayaan kepada perempuan untuk mengambil keputusan dalam
pengaturan pengeluaran dan konsumsi rumah tangga.
Lain halnya dengan keempat kegiatan yang didominasi oleh isteri, pada
pengambilan keputusan untuk pendidikan anak, keputusan secara berasama dan
setara lebih mendominasi yaitu sebesar 52.9%. Hal ini dipengaruhi oleh
karakteristik responden yang pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang
sama dengan laki-laki sehingga pihak keluarga memberikan kepercayaan dalam
pengambilan keputusan ini dilakukan secara bersamaan dan setara bahkan
didominasi oleh suami.
Rata-rata pengambilan keputusan dalam rumah tangga oleh perempuan yaitu
sebesar 45.3% sedangkan laki-laki sebesar 2.4% . Hasil serupa diungkapkan oleh
Dewi (2003) bahwa rata-rata pengambilan keputusan sebesar 62.5% dilakukan
oleh perempuan sedangkan oleh laki-laki sebesar 17.5%. Nilai persentase yang
didapatkan oleh perempuan lebih dari 50% dari total pengambilan keputusan
dalam rumah tangga. Peran pengambilan keputusan yang besar tersebut
memberikan kesempatan kepada istri untuk melakukan sejumlah kegiatan
produktif lainnya di luar rumah seperti kegiatan pemanfaatan mangrove sehingga
istri dapat meningkatkan kesejahteraan rumah tangga.

Simpulan
1. Hutan mangrove di Kawasan Pamurbaya khususnya Kecamatan Gunung Anyar
dan Rungkut memiliki flora dan fauna yang beragam. Jenis mangrove yang
mendominasi adalah Avicennia sp., Bruguiera sp., Rhizopora sp., Sonneratia
sp., dan Xylocarpus sp. Jenis fauna yang paling banyak ditemukan adalah
Crustaceae dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).
2. Pemanfaatan mangrove menghasilkan beragam produk. Produk makanan
meliputi tempe, sirup, minuman segar, roti, kue kering, tepung, kerupuk,
keripik, permen dan mie instan serta sabun dan batik. Produk sabun yaitu sabun
cuci tangan, sampo, sabun pencuci kain batik dan pembersih lantai. Produk
unggulan lainnya berupa batik mangrove, kerudung sulam dan bordir.
3. Alokasi waktu produktif perempuan dalam kegiatan pemanfaatan mangrove
rata-rata sebanyak 4.5 jam/hari, untuk istirahat sebanyak 7.5 jam/hari dan
untuk kegiatan dalam rumah tangga sebanyak 12 jam/hari. Hal ini
menunjukkan bahwa perempuan tidak hanya dapat menjalankan peran
domestik tetapi juga peran produktif.
4. Kegiatan pemanfaatan mangrove memberikan kontribusi ekonomi terbesar
yaitu 32.4% dari total pendapatan rumah tangga. Nilai ini masih kurang setara
apabila dibandingkan dengan nilai kontribusi ekonomi laki-laki karena alokasi
waktu yang digunakan 2 kali lebih besar dari alokasi waktu perempuan.

21
5. Berdasarkan peran dalam pengambilan keputusan rumah tangga diperoleh
sebesar 45.3% rata-rata keputusan berasal dari perempuan sedangkan
keputusan oleh laki-laki sebesar 2.4%. Hal ini menggambarkan bahwa
perempuan mempunyai peran yang besar dalam peningkatan kesejahteraan
keluarga dan pelestarian mangrove.
Saran
Melihat keberhasilan kegiatan pemanfaatan mangrove di Kecamatan
Rungkut, Kota Surabaya kiranya dapat dilakukan pembinaan sumberdaya
khususnya perempuan di berbagai daerah lainnya di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi R. 2003. Peran perempuan dalam rumah tangga dan kegiatan usaha
pesuteraan di Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi. [skripsi].
Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor
Dinas Pe

Dokumen yang terkait

Perilaku Ibu Rumah Tangga dalam Menggunakan Minyak Goreng di Desa Orika Kecamatan Pulau Rakyat Kabupaten Asahan Tahun 2004

1 41 84

Faktor-faktor Penyebab Tindak Kekerasan Dalam Rumah Tangga dan Dampaknya Terhadap Korban” (Studi Kasus Pada 3 Orang Korban KDRT yang Ditangani oleh Yayasan Pusaka Indonesia dan PKPA).

6 93 106

Kontribusi Produk Agroforestri Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Nagori Simpang Raya Dasma, Kabupaten Simalungun)

7 82 104

Pengaruh Sosial Ekonomi Terhadap Tindakan Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Kelurahan Durian Kecamatan Medan Timur Kota Medan

10 114 91

Pengaruh Sosial Ekonomi Rumah Tangga Terhadap Kenakalan Remaja Di Desa Sidodadi Kecamatan Birubiru Kabupaten Deli Serdang

7 84 114

Pengaruh Pendapatan Dan Jumlah Anggota Rumah Tangga Terhadap Permintaan Air Minum PDAM Tirtanadi Medan (Studi Kasus Lingkungan XIII, Kelurahan Sei Sikambing C – II, Kecamatan Medan Helvetia, Medan)

2 56 73

Kontribusi Hutan Rakyat Kemenyan Terhadap Pendapatan Rumah Tangga (Studi Kasus di Desa Hutajulu, Kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan)

2 53 66

Analisis Ketimpangan Pendapatan Rumah Tangga Kaitannya Terhadap Pengembangan Wilayah(Studi Kasus : Daerah Pantai, Dataran Rendah, Dan Dataran Tinggi Pegunungan Kabupaten Deli Serdang)

2 21 140

KONTRIBUSI USAHA TRANSPORTASI “OJEK PERAHU” TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI KELURAHAN SINDULANG KECAMATAN TUMINTING KOTA MAN

0 0 6

TIMBULAN DAN PENGUMPULAN SAMPAH RUMAH TANGGA DI KECAMATAN RUNGKUT, SURABAYA

0 1 173