PENDAHULUAN Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Infusa Kulit Batang Bauhinia Varigata L. Pada Bakteri Streptococcus Mutans.

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada zaman modern sekarang ini penelitian tentang antibiotik masih
menjadi fokus para peneliti untuk mengatasi terjadinya resistensi bakteri terhadap
beberapa antibiotik yang sudah ada. Penelitian antibakteri tidak hanya fokus pada
obat sintesis namun juga obat tradisional yang berbahan alami. Banyak
masyarakat sekarang ini yang lebih memilih obat tradisional sebagai alternatif
pengobatan. Salah satu contoh tanaman yang digunakan untuk pengobatan yaitu
Bauhinia varigata.
Tanaman Bauhinia varigata merupakan salah satu tanaman yang banyak
tumbuh diberbagai daerah baik di kota maupun di desa.Tanaman ini biasa
digunakan untuk memperindah taman kota. Banyak masyarakat yang masih belum
mengetahui manfaat dari tanaman ini selain sebagai penyejuk dan perindang
taman.Bauhinia dapat digunakan sebagai obat tradisional, seperti di daerah NTT.
Sebagian masyarakat terutama di Kabupaten Sumba Baratmenggunakan Bauhinia
sebagai obat kumur untuk meredakan sakit gigi dengan memanfaatkan kulit
batangnya.
Bauhinia varigata juga digunakan di beberapa negara seperti di India
sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit seperti dispepsia, bronkitis,

kusta, maag, untuk mencegah obesitas, sebagai astringent, tonik dan obat cacing
(Sharma et al., 2010). Bagian tanaman yang digunakan untuk pengobatan yaitu
bagian kulit, akar dan daun (Maury et al., 2012).
Pada penelitian–penelitian yang sudah ada, peneliti melakukan penelitian
mengenai aktivitas antibakteri pada bagian kulit batang dan daun tanaman
Bauhinia. Para peneliti menggunakan bakteri Gram negatif dan positif untuk
melakukan pengujian antibakteri. Pada penelitian ini, pengujian antibakteri
dilakukan pada bakteri Streptococcus mutans yang merupakan bakteri Gram
1

2

positif (Jawetz et al., 2001) dengan memanfaatkan kulit batang Bauhinia. Bakteri
S. mutans merupakan salah satu penyebab terjadinya masalah pada gigi manusia
yang dapat menyebabkan karies pada gigi. Penyakit karies gigi masih banyak
dijumpai dimasyarakat dan merupakan masalah yang terjadi akibat kurang
memperhatikan kebersihan pada gigi.
Karies gigi merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan oleh
asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang ada
dalam saliva (Samad,2008). Awal penyebab dari karies gigi yaitu plak. Plak

merupakan lapisan lembut yang terbentuk dari beberapa campuran diantaranya
leukosit, enzim, makrofag, komponen anorganik, matriks ekstraseluler, sisa-sisa
makanan serta bakteri yang melekat pada permukaan gigi (Dewi, 2011). Bakteri
S. mutans memanfaatkan karbohidrat yang ada untuk mengubahnya menjadi plak
pada gigi. Karbohidrat berasal dari makanan yang masuk di dalam mulut atau
makromolekul yang ada pada mulut(Whiley dan Beighton, 1998).
Karies gigi dapat dicegah dengan menggunakan tindakan pencegahan
primer. Tindakan ini meliputi modifikasi kebiasaan, pendidikan kesehatan gigi,
kebersihan mulut, diet dan konsumsi gula serta perlindungan terhadap gigi.
Perlindungan terhadap gigi yang dilakukan yaitu dengan cara penggunaan fluor
(Herdiyati dan Sasmita, 2010). Penggunaan fluor bertujuan untuk melindungi gigi
dari karies. Fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang
dapat

memfermentasi

karbohidrat

sehingga


dapat

menghambat

proses

demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Fluor dapat ditemukan pada
sediaan pasta gigi atau obat kumur. Obat kumur yang mengandung fluor dapat
menurunkan karies sebanyak 20-50% (Angela, 2005).
Penelitian dilakukan menggunakan dua metode ekstraksi yaitu metode
infudasi dengan pelarut air dan metode maserasi dengan pelarut etanol. Pemilihan
kedua metode ekstraksi ini disesuaikan dengan pelarut yang digunakan dalam
mengekstraksi kulit batang Bauhinia. Pemilihan menggunakan pelarut air
dimaksudkan untuk menggambarkan sediaan yang digunakan oleh masyarakat
sebagai obat tradisional. Pelarut etanol dipilih karena etanol memiliki kemampuan
menarik senyawa aktif dalam tanaman lebih baik dari pada pelarut yang lain.

3

Ekstrak etanol kulit batang Bauhinia diketahui lebih efektif terhadap bakteri Gram

positif dibandingkan bakteri Gram negatif (Sahu et al., 2012)
Penelitian yang dilakukan Kumar et al. (2012) telah membuktikan bahwa
kulit batang tanaman B. varigata memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Penelitian
yang dilakukan oleh Dhale (2011) juga menunjukkan bahwa kulit batang
Bauhinia memiliki aktivitas antibakteri yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan
hasil zona hambat pada bakteri Gram positif Staphylococcus aureus sebesar 18
mm, Bacillus subtilis 10 mm dan pada bakteri Gram negatif Pseudomonas
aeruginosa 16 mm dan Escherichia coli 12 mm. Berdasarkan uraian diatas
penelitian akan dilakukan dengan menggunakan ekstrak air dan etanol kulit
batang B. varigata yang akan diujikan sebagai antibakteri pada S. mutans bakteri
penyebab karies gigi. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu
kulit batang B. varigata yang digunakan berada di daerah yang berbeda dengan
penelitian yang sudah ada dan bakteri yang digunakan juga merupakan bakteri
Gram positif yang berbeda dan jarang digunakan dalam penelitian-penelitian yang
sudah ada sebelumnya.

B.

Rumusan Masalah


Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu :
Bagaimana efektifitas ekstraketanol dan infusa kulit batang B. varigata terhadap
bakteri S. mutans?

C.

Tujuan Penelitian

Mengetahui potensi aktivitas antibakteri ekstrak etanol dan infusa kulit batang B.
varigata pada bakteri S. mutans

4

D. Tinjauan Pustaka
1.

Bauhinia varigata Linn

a.


Deskripsi
B. varigata merupakan tanaman yang memiliki ukuran yang bervariasi,

dari kecil hingga besar. Ketinggian tanaman ini bisa mencapai 15 m dengan
diameter 50 cm dan memiliki ranting yang bercabang. Warna kulit berwarna abuabu kecoklatan, karakteristik kulit halus hingga pecah–pecah bersisik. Kulit dalam
berwarna merah muda, berserat dan pahit (Orwa, 2009).

Gambar 1. Tanaman Bauhinia varigata L.

b.

Kandungan Kimia

Tumbuhan Bauhinia memiliki beberapa kandungan kimia dibeberapa bagian
seperti pada batang, bunga, daun, akar dan biji.
1)

Batang
Kandungan kimia yang terdapat dalam batang Bauhinia yaitu


quercitroside,

isoquercitroside,

rutoside,

myricetol

glycoside,

glycoside, lupeol dan β-sitosterol.

 
Quercitroside

Kaemferol

myricetol

kaempferol


5

 

 

lupeol

 
beta sitoserol

Gambar 2. Kandungan kimia pada bagian batang.

2)

Bunga

Pada bagian bunga terdapat kandungan kimia antara lain cynidin-3-glucodise,
malvidin-3-glucoside,


peonidin-3-glucoside,

kaempferol-3-glucoside

dan

peonidin-3-diglucosi (Sahu et al., 2012)

3)

Daun

Kandungan kimia yang terdapat dalam daun Bauhinia antara lain catechol, ellagic
acid, sterol, dan vitamin C (Sahuet al., 2012)

c.

Khasiat Dan Kegunaan
B. varigata banyak digunakan di beberapa negara seperti di India sebagai


obat tradisional untuk mengobati penyakit seperti dispepsia, bronkitis, kusta,
maag, untuk mencegah obesitas, sebagai astringent, tonik dan obat cacing
(Sharma et al., 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Kumar et al., (2012)
disimpulkan bahwa B. varigata memiliki aktifitas antibakteri yang signifikan,
tetapi perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengisolasi, mengkarakterisasi
dan menjelaskan senyawa bioaktif untuk diformulasikan menjadi obat
antimikroba.

2.

Streptococcus mutans

a.

Deskripsi
Bakteri S. mutans merupakan bakteri Gram positif, tidak bergerak, tidak

berspora dan mampu membentuk kapsul (Boyd, 1998). Habitat utama bakteri S.


6

mutans yaitu di mulut, faring dan usus (Loesche, 1986). Bakteri ini merupakan
produsen asam kuat sehingga dapat menyebabkan lingkungan asam dan
menciptakan risiko gigi berlubang (Tanzer et al., 2001).
b.

Klasifikasi

Kingkom

: Monera

Divisio

: Firmicutes

Class

: Bacilli

Order

: Lactobacilalles

Family

: Streptococcaceae

Genus

: Streptococcus

Spesies

: Streptococcus mutans (Boyd, 1980)

3.

Karies Gigi

a. Pengertian
Karies gigi merupakan kerusakan jaringan keras gigi yang disebabkan
oleh asam yang ada dalam karbohidrat melalui perantara mikroorganisme yang
ada dalam saliva (Samad, 2008)

b. Mekanisme terbentuknya karies gigi
Awal penyebab dari karies gigi yaitu plak. Plak merupakan lapisan
lembut yang terbentuk dari beberapa campuran diantaranya leukosit, enzim,
makrofag, komponen anorganik, matriks ekstraseluler, sisa-sisa makanan serta
bakteri yang melekat pada permukaan gigi (Dewi, 2011). Bakteri S. mutans
memanfaatkan karbohidrat yang ada untuk mengubahnya menjadi plak pada gigi.
Karbohidrat berasal dari makanan yang masuk di dalam mulut atau makromolekul
yang ada pada mulut(Whiley dan Beighton, 1998)

c. Pencegahan karies gigi
Karies gigi dapat dicegah dengan menggunakan tindakan pencegahan
primer. Tindakan ini meliputi modifikasi kebiasaan, pendidikan kesehatan gigi,
kebersihan mulut, diet dan konsumsi gula serta perlindungan terhadap gigi.

7

Perlindungan terhadap gigi yang dilakukan yaitu dengan cara penggunaan fluoride
(Herdiyati dan Sasmita, 2010). Tujuan, mekanisme, kelebihan dan kekurangan
penggunaan fluoride sebagai berikut:
1) Tujuan penggunaan fluoride
Penggunaan fluoride bertujuan untuk mencegah gigi berlubang dan
mendukung remineralisasi yang dapat mencegah terjadinya karies.
2) Mekanisme kerja Fluoride
Fluoride bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang
dapat memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel
menjadi fluoride apatit yang lebih tahan asam sehingga dapat menghambat proses
demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi. Fluoride dapat ditemukan pada
sediaan pasta gigi atau obat kumur. Obat kumur yang mengandung fluoride dapat
menurunkan karies sebanyak 20-50% (Angela, 2005).
3) Kelebihan dan kerugian penggunaan Fluoride
Penggunaan fluoride memiliki kekurangan dan kelebihan. Kelebihan dari
penggunaan produk pembersih gigi seperti pasta gigi yang mengandung fluoride
dapat mengurangi gigi berlubang hingga 24%, hal ini berdasarkan pada 74
penelitian yang dilakukan pada 42.000 anak usia dibawah 16 tahun. Selain
memiliki kelebihan, penggunaan fluoride memiliki kekurangan yaitu dapat terjadi
fluorosis gigi. Fluorosis gigi dapat menyebabkan gigi menjadi keras dan mudah
pecah (cracking). Bentuk fluorosis yang ringan yaitu adanya flek atau noda putih
kecil yang tidak terlalu nampak, sedangkan florosis pada tingkat sedang dan parah
akan menampakkan noda coklat atau hitam, berlubang dan retak pada gigi
(Hardaningsih, 2009)

4.

Antibakteri
Antibakteri adalah zat atau senyawa kimia yang digunakan untuk

membasmi bakteri, khususnya bakteri yang merugikan manusia. Pengertian ini
kemudian berkembang menjadi kemampuan suatu senyawa dalam menghambat
atau membunuh proses kehidupan suatu mikroorganisme (Jawetz et al., 1991).
Mekanisme kerja antibakteri salah satunya dengan menghambat sintesis asam

8

nukleat (DNA/RNA). Secara umum penghambatan antibakteri dilakukan pada
tahap transkripsi dan replikasi mikroorganisme (Pratiwi, 2008). Bakteri dapat
merubah keadaan dengan mendenaturasi protein dan asam–asam nukleat sehingga
merusak sel tanpa dapat diperbaiki lagi (Pelczar dan Chan, 1988).

5.

Bioautografi
Pengujian bioautografi merupakan metode spesifik untuk mendeteksi

bercak pada kromatogram hasil KLT yang memiliki aktivitas antibakteri,
antifungi, dan antivirus, sehingga mendekatkan metode separasi dengan uji
biologis. Keuntungan menggunakan pengujian bioautografi yaitu sifatnya yang
efisien dalam mendeteksi adanya senyawa antimikroba karena letak bercak dapat
ditentukan walaupun berada dalam campuran yang kompleks sehingga
memungkinkan untuk mengisolasi senyawa aktif tersebut. Kerugian pengujian
bioautografi yaitu tidak dapat digunakan untuk menentukan KHM dan KBM.
(Pratiwi,2008). Metode uji bioautografi dibagi menjadi 3 metode yaitu
bioautografi langsung, bioautografi overlay dan bioautografi kontak (Choma,
2005)

E.

Keterangan Empiris

Penelitian ini diharapkan didapatkan data mengenai aktivitas antibakteri
dari ekstrak etanol dan infus air kulit batang B.varigata terhadap bakteri S. mutans
penyebab terjadinya karies gigi.

Dokumen yang terkait

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA KULIT BATANG Bauhinia varigata L. pada BAKTERI Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Infusa Kulit Batang Bauhinia Varigata L. Pada Bakteri Streptococcus Mutans.

0 4 17

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA KULIT BATANG Bauhinia varigata L. pada BAKTERI Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Infusa Kulit Batang Bauhinia Varigata L. Pada Bakteri Streptococcus Mutans.

0 2 11

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA DAUN KUPU-KUPU (Bauhinia variegata) TERHADAP Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Infusa Daun Kupu-Kupu (Bauhinia Variegata) Terhadap Bakteri Streptococcus Pyogenes.

0 2 14

PENGUJIAN AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL DAN INFUSA DAUN KUPU-KUPU Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Infusa Daun Kupu-Kupu (Bauhinia Variegata) Terhadap Bakteri Streptococcus Pyogenes.

0 3 13

PENDAHULUAN Pengujian Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Dan Infusa Daun Kupu-Kupu (Bauhinia Variegata) Terhadap Bakteri Streptococcus Pyogenes.

0 3 8

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI FRAKSI EKSTRAK ETANOL BATANG INGGU (Ruta angustifolia [L.] Pers) Uji Aktivitas Antibakteri Fraksi Ekstrak Etanol Batang Inggu (Ruta angustifolia [L.] Pers) Terhadap Mencit Yang Diinfeksi Streptococcus mutans dan Staphylococus au

0 0 13

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG KEDONDONG (Spondias pinnata) TERHADAP Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Kedondong (Spondias pinnata) Terhadap Streptococcus mutans Dan Shigella sonnei.

0 0 12

PENDAHULUAN Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Kedondong (Spondias pinnata) Terhadap Streptococcus mutans Dan Shigella sonnei.

0 1 7

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG KEDONDONG (Spondias pinnata) TERHADAP BAKTERI Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Kedondong (Spondias pinnata) Terhadap Streptococcus mutans Dan Shigella sonnei.

0 3 15

AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL BATANG SEREH (Cymbopogon citratus (DC.) Stapf) TERHADAP BAKTERI Streptococcus mutans

0 0 15