IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN BARU (COTYLELOBIUM MELANOXYLON).

IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN RARU
(Cotylelobium melanoxylon)

Oleh:
Mega Sylvia Fitri
NIM 4102220008
Program Studi Biologi

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Sain

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014

v

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dan penyusunan skripsi
ini dengan judul “IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN
RARU (Cotylelobium melanoxylon)” yang merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Sains di jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri
Medan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, mulai dari
pengajuan proposal penelitian, pelaksanaan sampai penyusunan skripsi antara
lain: Ibu Drs. Uswatun Hasanah, M. Si selaku dosen pembimbing dan ketua
Laboratorium Biologiserta Bapak Idramsa, S. Pd, M. Si yang

telah banyak

meluangkan waktu dalam membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan
kepada penulis selama melaksanakan penelitian hingga penulisan skripsi ini
selesai. Kepada Bapak Dekan, Pembantu Dekan I, II, dan III di lingkungan
FMIPA UNIMED. Bapak Drs. Tri Harsono, M. Si selaku ketua jurusan Biologi
dan Bapak Drs. Lazuardi, M. Si selaku sekretaris jurusan Biologi. Kepada Ibu Dr.

Fauziyah Harahap, M. Si selaku dosen Pembimbing Akademik, Ibu Drs. Martina
Restuati, M. Si, Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd, dan Bapak Drs. Tri Harsono, M. Si
selaku dosen penguji yang telah memberi saran untuk penyempurnaan skripsi ini.
Kepada Pemerintah Indonesia yang telah memberikan kesempatan berupa
beasiswa Bidik Misi selama penulis menjalankan studi di Program Studi Biologi,
Jurusan Biologi FMIPA UNIMED.
Kepada kedua orangtua, Ayah Syalfie dan Ibu Armawati, Abang (Irsan
Wahyu Gunawan dan Aulia Zulkarnain) dan Zuanda yang dengan tulus dan
sepenuh hati memberikan dorongan moril dan materil bagi keberhasilan penulis,
serta seluruh keluarga atas segala doa dan dukungannya, penulis ucapkan terima
kasih.

vi

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Eka Pratiwi, Nurhidayah
Marpaung, Restya Ulfa, Astrid Siska Pratiwi, Febri Sembiring, Ananda, Safrizal
Dalimunthe, Khairunnisa Sembiring, Julaili Irni, dan rekan-rekan kelas Non-Dik
2010 serta Laboran Biologi yang sudah banyak membantu penulis dalam
melaksanakan penelitian.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan juga pembaca. Penulis menyadari bahwa
skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

iii

IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN RARU
(Cotylelobium melanoxylon)

Mega Sylvia Fitri
4102220008

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jamur endofit dari kulit batang
tanaman Raru (Cotylelobium melanoxylon). Penelitian ini sangat menarik untuk
dikembangkan guna mencari sumber antimikroba dan sumber obat alami dari
metabolit sekunder yang dihasilkan oleh jamur endofit. Penelitian ini
menggunakan teknik identifikasi secara manual dengan melihat dan
membandingkan karakteristik morfologi makroskopis dan mikroskopis setiap

isolat jamur endofit kemudian mencari indeks similaritasnya sehingga diperoleh
dendogram yang membagi setiap isolat menjadi beberapa klaster/genus. Data
kemudian dianalisis menggunakan analisis cluster Simple Matching Coefficient
dalam program Multi Variate Statistical Package (MVSP) dimana setiap isolat
yang memiliki indeks similaritas ≥70% dikelompokkan menjadi satu klaster/
genus. Dari 38 isolat jamur endofit yang ditemukan, diperoleh 10 klaster/ genus
jamur endofit.Kesepuluh klaster/ genus tersebut antara lain genus Miselia Steril,
Debaromyces sp., Aspergillus sp., Nigrospora sp.,Botrytis sp., Scopulariopsis sp.,
Fusarium sp., Hyphae 1, Hyphae 2, danAlternaria sp.Dari genus Aspergillus sp.
yang ditemukan terdapat dua warna koloni dan konidia yang berbeda yaitu hitam
dan hijau yang merupakan spesies Aspergillus niger dan Aspergillus flavus.Dari
dendogram yang dihasilkan, klaster VIII dan klaster IX merupakan satu genus
yang sama karena memiliki indeks similaritas yaitu 0,729 atau 72,9% serta
karakter morfologi makroskopis dan mikroskopis yang sama, tetapi belum ada
literatur yang menerangkan tentang genus tersebut, sehingga dalam penelitian ini
klaster VIII dan IX digolongkan menjadi kelompok Hifa 1 dan Hifa 2.

iv

IDENTIFIKASI JAMUR ENDOFIT DARI TUMBUHAN RARU

(Cotylelobium melanoxylon)

Mega Sylvia Fitri
4102220008

Abstract
This research aims to identify the endophytic fungi from the bark of the plant
Raru (Cotylelobium melanoxylon). This research is very exciting to be developed
in order to find the source of antimicrobial drugs and natural sources of secondary
metabolites produced by the endophytic fungi. This study uses the technique of
identification manually by looking at and comparing the macroscopic and
microscopic morphological characteristics of each isolate endophytic fungi then
seek to obtain a dendogram similarity index is split into several clusters each
isolate/ genus. Data were analyzed by using cluster analysis Simple Matching
Coefficient in the Multi Variate Statistical Package (MVSP) where each isolate
has a similarity index of ≥ 70% were grouped into one cluster/ genus. From 38
isolates of endophytic fungi that has found, obtained 10 clusters/ endophytic fungi
genus. Tencluster/ genus include the genus Sterile Mycelia, Debaromyces sp.,
Aspergillus sp., Nigrospora sp.,Botrytis sp., Scopulariopsis sp., Fusarium sp.,
Hyphae 1, Hyphae 2, and Alternaria sp. Of the genus Aspergillus sp. found there

are two colors of different colonies and conidia black and green which is a species
of Aspergillusniger and Aspergillusflavus. The resulting of dendogram, cluster
VIII and cluster IX is the same genus as having a similarity index is 0.729 or
72.9% as well as macroscopic and microscopic morphological characters are the
same, but there is no literature which describes the genus, so in this study cluster
VIII and IX were classified into groups hyphae 1 and hyphae 2.

vii

DAFTAR ISI

Halaman
Lembar Pengesahan
Riwayat Hidup
Abstrak
Abstract
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Daftar Tabel

Daftar Lampiran

i
ii
iii
iv
v
vii
ix
xi
xii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
1.2. Ruang Lingkup
1.3. Batasan Masalah
1.4. Rumusan Masalah
1.5. Tujuan Penelitian
1.6. Manfaat Penelitian


1
1
4
4
4
4
5

BAB II TINJAUAN TEORI
2.1. Tanaman Raru (Cotylelobium melanoxylon)
2.2. Pengertian Jamur Endofit
2.3. Karakteristik Morfologi Jamur
2.3.1. Morfologi Makroskopis
2.3.2. Morfologi Mikroskopis
2.4. Reproduksi Jamur Endofit
2.5. Syarat Tumbuh Jamur
2.6. Metode Identifikasi Jamur Endofit
2.6.1. Metode Manual
2.6.2. Produksi Enzim
2.6.3. Karakterisasi Molekuler (Isolasi DNA)

2.7. Keanekaragaman Jamur Endofit

6
6
8
11
11
12
13
15
16
16
16
17
18

BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.2. Alat dan Bahan
3.3. Teknik Pengumpulan Data atau Prosedur

3.3.1. Pengumpulan Sampel
3.3.2. Pembuatan Media
3.3.2.1. Potato Dextrose Agar (PDA)

23
23
23
24
24
24
24

viii

3.3.2.2. Malt Extract Agar (MEA)
3.3.2.3. Yeast Extract Agar (YEA)
3.3.3. Sterilisasi Permukaan
3.3.4. Isolasi Sampel
3.3.5. Pemurnian Isolat
3.3.6. Karakterisasi dan Identifikasi

3.3.6.1. Karakteristik Makroskopis
3.3.6.2. Karakteristik Mikroskopik
3.4. Teknik Analisis Data

25
25
26
27
27
28
28
28
31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.2. Pembahasan
4.2.1. Perbandingan Karakter Setiap Genus
4.2.2.Deskripsi Jamur Endofit

32
32
35
36
40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran

56
56
56

DAFTAR PUSTAKA

57

LAMPIRAN

63

xi

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Jamur Endofit dan Aktivitas Biologinya

9

Tabel 4.1. Hasil Identifikasi Jamur Endofit dari Kulit Batang
Tumbuhan Raru (Cotylelobium melanoxylon)

32

Tabel 4.2. Persamaan dan Perbedaan Karakter Genus Jamur
Endofit yang Diperoleh

36

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Kulit Batang Tanaman Raru

7

Gambar 2.2. Tanaman Raru (Cotylelobium melanoxylon)

7

Gambar 2.3. Bentuk-Bentuk Spora

14

Gambar 2.4. Bentuk Perkembangan Konidia

15

Gambar 2.5. Fusarium sp.

19

Gambar 2.6. Cladosporium sp.

20

Gambar 2.7. Aspergillus sp.

20

Gambar 2.8. Alternaria sp.

21

Gambar 2.9. Nigrospora sp.

22

Gambar 2.10. Penicillium sp.

22

Gambar 3.1.Diagram Prosedur Kerja

31

Gambar 4.1. Dendogram Isolat Jamur Endofit dari Kulit Batang 34
Tumbuhan Raru (Cotylelobiummelanoxylon)
Menggunakan AnalisisSimple Matching Coefficient
Gambar 4.2. Koloni Miselia Steril (a) dan Morfologi
Mikroskopisnya (b)

41

Gambar 4.3. Koloni Debaromyces sp. (a) dan Morfologi
Mikroskopisnya (b)

42

Gambar 4.4. KoloniAspergillus sp. Berwarna Hitam (a) dan
Hijau (b)

44

Gambar 4.5. Morfologi Mikroskopis Aspergillus sp. Berwarna
Coklat (a) dan Hijau(b)

44

Gambar 4.6. Koloni Nigrosporasp. (a) dan Morfologi
Mikroskopisnya (b)

46

Gambar 4.7. Koloni Botrytissp. (a) dan Morfologi
Mikroskopisnya (b)

48

Gambar 4.8. Koloni Scopularyopsis sp. (a) dan Morfologi
Mikroskopisnya (b)

46

x

Gambar 4.9. Koloni Fusarium sp. (a) dan Morfologi
Mikroskopisnya (b)

51

Gambar 4.10. Koloni Nigrospora sp. (a) dan Morfologi
Mikroskopisnya (b)

53

Gambar 4.11. Koloni Hifa 1 dan Hifa 2 (a) dan Morfologi
Mikroskopisnya (b)

54

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Data Karakteristik Morfologi Makroskopis dan
Mikroskopis Isolat Jamur Endofit

63

Lampiran 2. Hasil Analisis Simple Matching Coefficient Dengan
Program MVSP

64

Lampiran 3. Data Hasil Perhitungan Analisis Simple Matching
CoefficientSecara Manual

66

Lampiran 4. Matriks Indeks Similaritas Hasil Perhitungan Secara
Manual

91

Lampiran 5. Nilai Indeks Similaritas Sorted – Unsorted

92

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

102

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara tropis yang kaya dengan flora dan fauna. Banyak
jenis tumbuhan merupakan sumber plasma nutfah yang tidak ternilai (Melliawati,
dkk. 2006). Sumber daya hayati Indonesia, khususnya mikroorganisme belum
banyak diteliti dan dimanfaatkan, padahal potensi sebagai sumber bahan aktif dan
senyawa berharga yang terkandung di dalamnya sangatlah besar (Sugijanto, dkk.
2009). Saat ini, hanya sekitar 80.000-100.000 spesies jamur yang telah
dideskripsikan (Suwannarach, dkk. 2012). Salah satu sumber utama metabolit
sekunder berkhasiat obat adalah jamur endofit, tetapi belum banyak yang
dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat (Sugijanto, dkk. 2009., Melliawati,
dkk. 2009).
Jamur endofit hidup di dalam jaringan tanaman tanpa menyebabkan efek
negatif pada tanaman tersebut (Suryanarayanan, dkk. 2011., Kumar, dkk. 2013.,
Xing, dkk. 2011., Qiu, dkk. 2008). Laju pertumbuhan jamur endofit berbeda pada
setiap bagian tanaman, baik akar, batang, serta daun, dan beberapa diantaranya
memiliki inang yang spesifik (Qiu, dkk. 2008., Suryanarayanan, dkk. 2011).
Telah didokumentasikan bahwa jamur endofit dapat memberikan
aktivitas yang menguntungkan bagi tanaman inangnya, seperti mendukung
pertumbuhan, kesehatan tanaman inang, berkontribusi dalam pertahanan tanaman
inang terhadap patogen seperti herbivora, ataupun stres terhadap lingkungan
(Xing, dkk. 2011,. Li, dkk. 2010), memainkan fungsi ekologi yang terpenting
dalam suksesi tanaman (Qiu, dkk. 2008), dan merupakan tempat penyimpanan
metabolit sekunder yang beberapa diantaranya memiliki aktivitas biologi yang
menguntungkan (Li, dkk. 2010., Zhao, dkk. 2012., Suryanarayanan, dkk. 2011).
Beberapa jamur endofit telah ditemukan memproduksi komponen kimia
yang mirip dengan komponen kimia yang diproduksi oleh tanaman inangnya
(Wang, dkk. 2011., Xing, dkk. 2011). Komponen kimia tersebut diantaranya telah
menjadi sumber potensi yang menghasilkan antibiotik, antiviral, antikanker

2

(Kumar, dkk. 2013., Wang, dkk. 2011), dan antioksidan seperti phenolic dan
flavonoid (Sharma, dkk. 2013). Salah satunya adalah senyawa taxol yang
dihasilkan oleh tanaman Taxus sp. ternyata senyawa taxol tersebut juga dihasilkan
oleh jamur endofit genus Taxomyces sp. yang diisolasi dari tanaman ini dan
senyawa taxol tersebut merupakan senyawa yang paling efektif sebagai antikanker
(Chandra, 2012). Saat ini, jamur endofit merupakan salah satu sumber bioaktif
metabolit sekunder yang bermanfaat dalam bidang pengobatan, pertanian, dan
industri (Xing, dkk. 2011., Zhao, dkk. 2012).
Penelitian tentang jamur endofit yang terdapat pada tumbuhan famili
Dipterocarpaceae telah dilakukan oleh Wang, dkk (2008) yang membuktikan
bahwa terdapat jamur endofit Penicillium sp. yang diisolasi dari tumbuhan Hopea
hainanensis. Sudjaritvorakul, dkk (2010) juga menemukan jamur endofit dari
genus Phyllosticta spp., Nodulisporium spp., dan Xylaria spp. dari 4 spesies
tumbuhan Dipterocarpaceae. Sedangkan Suryanarayanan, dkk (2011) meneliti 75
tanaman dikotiledon dari 33 famili termasuk Dipterocarpaceae dan menemukan
jamur endofit dari genus Alternaria spp., Fusarium spp., Phoma spp., Phomopsis
spp., dan Colleotricum spp.
Pada saat ini, telah banyak penelitian yang berhasil mengisolasi jamur
endofit serta senyawa metabolit sekundernya dari berbagai jenis tanaman,
diantaranya genus Colletotricum sp,. dari batang tanaman Cinnamomum
bejolgotha (Suwannarach, dkk. 2012), Aspergillus, Curvularia, Drechslera,
Fusarium, dan Penicillium dari tanaman Ocimum sanctum (Sharma, dkk. 2013),
Guignardia, Restalosiopsis, Phomopsis, Talaromyces, dan Trichoderma dari
tanaman mangrove (Suciatmih, dkk. 2013), Aspergillus, Penicillium, dan
Trichoderma dari tanaman Melia azedarach (Melliaceae) (Regina, dkk. 2003.,
Shekhawat, dkk. 2013), Taxomyces, Fusarium, Ozonium, Cuspidata, Nigrospora,
dan Cladosporium dari tanaman Taxus sp., serta Xylaria, Hypoxylon, Guignardia,
dan Nigrospora dari tanaman Zanthoxylum (Rutaceae) dan Cinnamomum
(Lauraceae) (Ho, dkk. 2012).
Penelitian yang telah diuraikan diatas, terhadap

jamur endofit dari

berbagai jenis tanamam, belum ada yang meneliti tentang jamur endofit pada

3

tumbuhan Cotylelobium melanoxylon dari famili Dipterocarpaceae di Indonesia.
Famili Dipterocarpaceae merupakan famili tumbuhan meranti-merantian dengan
ciri buah yang memiliki sayap, pohon berukuran kecil hingga sangat besar,
kayunya mengandung damar, batang berbentuk silinder, berlekuk dan biasanya
berbanir. Genus yang termasuk famili Dipterocarpaceae di Indonesia yaitu
Anisoptera, Dipterocarpus, Cotylelobium, Dryobalanops, Hopea, Shorea,
Parashorea, Vatica, dan Upuna (Onrizal, 2010). Salah satu tumbuhan yang
termasuk famili ini adalah Cotylelobium melanoxylon. Tumbuhan ini merupakan
tumbuhan yang oleh International Union for Conservation of Nat (IUCN) pada
tahun 1998 menetapkan tumbuhan ini berstatus Endagered (terancam punah),
padahal manfaat dari tumbuhan ini sangatlah besar (Annonim, 2013). Kayunya
digunakan sebagai bahan bangunan sedangkan kulit kayunya memiliki nilai
etnobotani yang penting (Pasaribu, 2007).
Telah diketahui bahwa kulit batang tumbuhan C. melanoxylon digunakan
oleh masyarakat Tapanuli dalam pembuatan minuman tradisonal tuak (nira aren)
untuk menambah cita rasa dan kadar alkohol yang sesuai, mencegah buih, dan
menghambat peragian pada minuman tersebut (Pasaribu, 2007). Kulit batang C.
melanoxylon mengandung senyawa oligostilbenoid yang efektif untuk kanker,
antifungal, sitotoksik terhadap sel tumor, antiinflamasi, antibakteri, serta senyawa
hopeafenol yang ditemukan pada semua spesies Dipterocarpaceae diusulkan
sebagai chemical marker famili tumbuhan ini. Kulit batang tumbuhan ini juga
mengandung unsur tapisan dan sel-sel parenkim yang berfungsi melakukan
transportasi cairan dan makanan ke seluruh bagian tanaman, kondisi ini
merupakan kondisi yang paling sesuai untuk pertumbuhan jamur endofit
(Pasaribu, 2009).
Berdasarkan kajian ilmiah, kulit kayu ini mengandung kadar tanin yang
cukup tinggi dan cocok digunakan sebagai bahan pengawet makanan dan juga
digunakan sebagai obat penyakit gula/ diabetes dengan cara meminum air
rebusannya (Pasaribu, 2007). Senyawa saponin yang terdapat didalamnya dapat
menurunkan kadar glukosa darah yang telah diuji cobakan pada tikus wistar
diabetes (Pasaribu, 2009). Kulit kayu yang digunakan oleh masyarakat sebagai

4

obat atau bahan pembuatan tuak merupakan kulit kayu yang dijual dipasaran
dengan ciri kulit beralur pendek yang berwarna putih kehijauan dan tebal kulit
berkisar 0,6 – 1,0 cm (Pasaribu, 2007).
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin meneliti jenis jamur
endofit yang terdapat pada tumbuhan Cotylelobium melanoxylon. Telah diketahui
bahwa jamur endofit yang diperoleh oleh penelitian sebelumnya memiliki potensi
sebagai antimikroba, antikanker, antioksidan dan senyawa lainnya yang mirip
dengan senyawa yang diproduksi oleh tanaman inangnya. Atas dasar inilah,
peneliti ingin mengidentifikasi jenis jamur endofit dari kulit batang tumbuhan
Cotylelobium melanoxylon, sehingga diharapkan jamur endofit yang diperoleh
nantinya mampu menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang dapat
digunakan dalam bidang medis, pertanian dan industri, serta dapat dimanfaatkan
untuk kesejahteraan masyarakat.

1.2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penelitian ini yaitu mengidentifikasi jamur endofit yang
terdapat di dalam kulit batang tumbuhan Raru (Cotylelobium melanoxylon) yang
sudah tua.

1.3. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi hanya pada isolasi, karakterisasi, identifikasi jamur
endofit yang terdapat di dalam kulit batang tumbuhan Raru (Cotylelobium
melanoxylon) yang sudah tua dan identifikasi hanya sampai pada tingkat genus.

1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Jamur jenis apa saja yang
terdapat pada kulit batang tumbuhan Raru (Cotylelobium melanoxylon) ?”
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jamur endofit yang
terdapat di dalam kulit batang tumbuhan Cotylelobium melanoxylon.

5

1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat tentang jenis-jenis
jamur endofit yang terdapat di dalam kulit batang tumbuhan Raru (Cotylelobium
melanoxylon) sehingga dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi
bagi mahasiswa biologi dan masyarakat khususnya yang peduli terhadap
kehidupan jamur.

56

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat
dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat 10 klaster/ genus jamur endofit yang ditemukan di dalam kulit
batang tumbuhan Raru (Cotylelobium melanoxylon). Kesepuluh genus
tersebut diantaranya adalah genus Miselia Steril, Debaromyces sp.,
Aspergillus sp., Nigrospora sp., Botrytis sp., Scopulariopsis sp., Fusarium
sp., Hifa 1, Hifa 2, dan Alternaria sp.
2. Genus Aspergillus sp. yang diperoleh pada penelitian ini terdiri dari dua
spesies berdasarkan warna koloni dan konidianya yaitu Aspergillus niger
dan Aspergillus flavus.
3. Klaster VIII dan klaster IX merupakan satu genus yang sama berdasarkan
indeks similaritasnya serta karakteristik morfologi makroskopis dan
mikroskopisnya, namun belum diketahui secara pasti nama genus dari
isolat jamur endofit pada klaster VIII dan IX tersebut.

5.2. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan , peneli menyarankan agar:
1. Dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan analisis tingkat
molekuler sehubungan dengan beberapa genus jamur endofit dari kulit
batang tumbuhan Raru (Cotylelobium melanoxylon) yang belum
teridentifikasi.
2. Hasil identifikasi jamur endofit dari kulit batang tumbuhan Raru
(Cotylelobium melanoxylon) ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi
untuk menghasilkan sumber senyawa antimikroba baru.

57

DAFTAR PUSTAKA

Amin, N., (2013), Diversity of Endophytic Fungi From Root of MAIZE Var.
Pulut (Waxy Corn Local Variety of South Sulawesi, Indonesia),
International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences
2(8): 148-154.
Annonim., (2010), http: // www.mycolog. com/ Conidium_ontogeny_quiz. gif &
imgrefurl (Diakses pada tangal 5 Oktober 2013).
Annonim., (2011): http://hidupsehati.com/wp-content/uploads/2011/09/Gambar6.3-Jenis-jenis-spora-aseksual-pada-jamur.jpg&imgrefurl (Diakses pada
tanggal 4 Oktober 2013).
Annonim., (2013), www.iucnredlist.org/Cotylelobium%20melanoxylon_files/
redlist_logo.gif (Diakses pada tanggal 10 November 2013).
Annonim., (2013), http://www.forestryimages.org (Diakses pada tanggal 3
Oktober 2013).
Bezerra, J. D. P., Santos, M. G. S., Svedese, V. M., Lima, D. M. M., Fernandes,
M. J. S., Paiva, L. M., Souza-Motta, C. M., (2012), Richness of
Endophytic Fungi Isolated from Opuntia ficus-indica Mill. (Cactaceae)
and Preliminary Screening for Enzyme Production, World J Microbiol
Biotechnol 28(1): 1989-1995. http://search.proquest.com/docview/
1013443342/fulltextPDF/140288D65913F4D46C5/3? accountid= 38628
(Diakses pada tanggal 28 September 2013).
Bhagat, J., Amarjeet, K., Madhunika, S., Saxena, A. K., dan Chandha, B. S.,
(2012), Molecular and Functional Characterization of Endophytic Fungi
from Traditional Medical Plants, World J Microbiol Biotechnol 28(1):
http://search.proquest.com/docview/920092480/fulltextPDF/
963-971.
1402596ECAB664581BA/ 5? accountid= 38628 (Diakses pada tanggal
27 September 2013).
Cappucino, J. G., dan Nathalie Sherman., (1987), Microbiology: A Laboratory
Manual, The Benjamin/ Cummings Publishing Company, INC,
California.
Capriotti, A., (1960), Debaryomyces phaffii sp. N., A New Yeast Isolated From A
Finnish Soil, J. Bacteriol 82(1):326-330.

58

Chandra, S., (2012), Endophytic Fungi: Novel Sources of Anticancer Lead
Molecules, Appl Microbiol Biotechnol 95(1): 47-59. http://search.
proquest.com/docview/1018462822/fulltextPDF/1402897EB0A58DF331
6/60?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 28 September 2013).
Chen, X., Xiaoxue, S., Shaohe, L., Shujun, Z., dan Linhan, B., (2010), Studies on
A Chlorogenic Acid-Producing Endophytic Fungi Isolated From
Eucommia ulmoides Oliver, J Ind Microbiol Biotechnol 37(1): 447-454.
http://search.proquest.com/docview/235104421/fulltextPDF/1402596EC
AB664581BA/7?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27 September
2013).
Devi, N. N., dan Femina Wahab., (2012), Antimicrobial Properties of Endophytic
Fungi Isolated From Medical Plant Camelia sinensis, Int J Pharm Bio Sci
3(3): 420-427.
Dwidjoseputro, D., (1990), Dasar-Dasar Mikrobiologi, Penerbit Djambatan,
Jakarta.
Elavarasi, A., Gnanaprakash, S. R., dan Murugaiyan, K., (2012), Taxol Producing
Mangrove Endophytic Fungi Fusarium oxysporum from Rhizophora
annamalayana, Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine: S1081S1085.
Fardiaz, S., (1992), Mikrobiologi Pangan, Penerbit Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Gandjar, I., Robert A. S., Karin, T. V., Ariyanti, O., dan Iman, S., (1999),
Pengenalan Kapang Tropik Umum, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.
Goveas, S. W., Royston, M., Shashi, K. N., dan Leo D’Souza., (2011), Isolation
of Endophytic Fungi from Coscinium fenestratum- A Red Listed
Endangered Medicinal Plant, EurAsia Journal of BioSciences 5(1): 4853.
Heyne, K., (1987), Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III, Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan, Jakarta.
Ho, M. Y., Wen, C. C., Hung, C. H., Wen, H. C., dan Wen, H. C., (2012),
Identification of Endophytic Fungi of Medicinal Herbs of Lauraceae and
Rutaceae with Antimicrobial Property, Taiwania 57(3):229-241).
Indratmi, D., (2008), Mekanisme Penghambatan
Colletotricuhum
gloeosporioldes patogen Penyakit Antraknosa Pada Cabai Dengan
Khamir Debaromyces sp., Penelitian pengembangan Ipteks, Fakultas
Pertanian, Universitas Muhammadiyah Malang.

59

Kavanagh, K., (2005), Fungi Biology and Aplications, John Wiley & Sons,
Inggris.
Kumar, S., Kaushik, N., Ebel, R. E., Ebel, R., dan Proksc, P., (2011), Isolation,
Characterization, and, Bioactivity of Endophytic Fungi of Tylophora
indica, World J microbiol Biotechnol 27(1): 571-577. http://search.
proquest.com/docview/851440376/fulltextPDF/1402596ECAB664581B
A/20?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27 September 2013).
Kumar, S., dan Nutan Kaushik., (2013), Endophytic Fungi Isolated from Oil-Seed
Crop Jatropha curcas Produces Oil and Exhibit Antifungal Activity, Plos
One 8(2):
1-9. http://search.proquest.com/docview/1330878836/
fulltextPDF /1402574E21D5F99E298/16?accountid=38628 (Diakses
pada tanggal 27 September 2013).
Li, H. Y., Chun, A. Z., Chen, J. L., dan Xiao, F. X., (2010), Endophytic Fungi
Diversity of Aquatic/ Riparian Plants and Their Antifungal Activity In
Vitro, Journal of Microbiology 48(1): 1-6.
Li, J., Jianglin, Z., Lijian, X., Ligang, Z. L., dan Jingguo, W., (2008), Endophytic
Fungi From Rhizomes of Paris polyphylla var. Yunnanensis, World J
Mocrobiol Biotechnol 24(1): 733-737.
Malloch, D., (2000), Moulds: Their Isolation, Cultivation, and Identification,
University of Toronto Press, Toronto.
Melliawati, R., Dian, N. D., Apridah, C. D., dan Harmastini, S., (2006),
Pengkajian Bakteri Endofit Penghasil Senyawa Bioaktif Untuk Proteksi
Tanaman, Biodiversitas 7(3): 221-224.
Melliawati, R., dan Harni., (2009), Senyawa Antibakteri Escherichia coli ATCC
35218 dan Staphylococcus aureus ATCC 25923 dari Kapang Endofit
Taman Nasional Gunung Halimun, Jurnal Natur Indonesia 12(1): 21-27.
Ningsih, R., Mukarlina., dan Linda, R., (2012), Isolasi Dan Identifikasi Jamur
Dari Organ Bergejala Sakit Pada Tanaman Jeruk Siam (Citrus nobilis
var. microcarpa), Protobiont 1(1): 1-7.
Onrizal., (2010), Dipterocarpaceae: http://onrizal.files.wordpress.com/2010/05/
dipterocarpaceae.pdf (Diakses pada tanggal 28 November 2013).
Pasaribu, G., (2007), Sifat Fisis dan Mekanis Empat Jenis kayu Andalan Asal
Sumatera
Utara:
http://forda-mof.org/files/1007%20SIFAT
%20FISIS%20MEKANIS%20EMPAT%20JENIS%20KAYU%20AND
ALAN%20-%20GUNAWAN. pdf (Diakses pada tanggal 3 Oktober
2013).

60

Pasaribu, G. T., (2009), Zat Ekstraktif Kayu Raru dan Pengaruhnya Terhadap
Penurunan Kadar Gula Darah Secara In Vitro, Tesis, Sekolah
Pascasarjana, IPB, Bogor.
Qi, F., Tianzhung, J., dan Yaguang, Z., (2012), Characterization of Endophytic
Fungi from Acer ginnala Maxim. In An Aetificial Plantation: Media
Effect and Tissue-Dependent Variation, Plos One 7(10): 1-7.
http://search.proquest.com/docview/1326551998/fulltextPDF/1402574E2
1D5F99E298/5?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27 September
2013).
Qiu, S. J., Guo, L. D., Zang, W., Ping, W. X., dan Chi, D. F., (2008), Diversity
and Ecological Distribution of Endophytic Fungi Associated with
Medicinal Plants, Sci China Ser C-Life Sci 51(8): 751-759.
http://search.proquest.com/docview/224577810/fulltextPDF/1402574E21
D5F99E298/8?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27 September
2013).
Regina, M., Geris, D. S., Edson, R. F., Waldireny, C. R., dan Maria, F., (2003),
Endophytic Fungi from Melia azedarach, World Journal of Microbiology
& Biotechnology 19(1): 767-770.
Saryono., Atria Martina., dan Chainulfifah A. M., (2002), Isolasi dan
Karakterisasi Jamur Penghasil Inulinase yang Tumbuh Pada Umbi Dahlia
(Dahlia variabilis), Jurnal Natur Indonesia 4(2): 171-177.
Sharma, R., dan Kumar, B. S. V., (2013), Isolation Characterization and
Antioxidant Potential of Endophytic Fungi of Ocimum sanctum Linn.
(Lamiaceae), Indian Journal of Applied Research 3(7): 5-10.
Shekhawat, K. K., Rao, D. V., dan Amla, B., (2013), In vitro Antimicrobial
Activities of Endophytic Fungi Isolates from Medicinal Tree - Melia
azedarach L., Journal of Microbiology Research 3(1): 19-24.
Sudantha, I. M., dan Abdul Latief Abadi., (2007), Identifikasi Jamur Endofit dan
Mekanisme Antagonismenya Terhadap jamur Fusarium oxysporum f. sp.
Vanillae pada Tanaman Vanili, Agroteksos 17(1): 24-38.
Suciatmih., dan Maman Rahmansyah., (2013), Endophytic Fungi Isolated from
Mangrove Plant and Have Antagonism Role Against Wilt, ARPN Journal
of Agricultural and Biological Science 8(3): 251-257.
Sudjaritvorakul, T., Whalley, A. J. S., Sihanonth, P., dan Roengsumran, S.,
(2010), Antimicrobial Activity from Endophytic Fungi Isolated from
Plant Leaves in Dipterocarpous Forest at Viengsa District Nan Province,
Thailand, Journal of Agricultural Technology 6(2): 309-315.

61

Sugijanto, N. E., Putra, H., Pritayuni, F., Albathaty, N., dan Noor, C. Z., (2009),
Daya Antimikroba Ekstrak Lecythophora sp., Endofit yang Diisolasi dari
Alyxia reiwardtii, Berk. Penel. Hayati 15(1): 37-44.
Suryanarayanan, T. S., Murali, T. S., Thirunavukkarasu, N., Rajulu, M. B, G.,
Venkatesan, G., dan Sukumar, R., (2011), Endophytic Fungal
Communities in Woody Perennials of Tropical Forest Types of The
Western Ghats, Southern India, Biodivers Conserv 20(1): 913-928.
http://search.proquest.com/docview/862125155/fulltextPDF/1402574E21
D5F99E298/6?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27 September
2013).
Suwannarach, N., Boonsom, B., Wipornpan, N., Eric, H. C. M., Kevin, D. H., dan
Saisamorn, L., (2012), Diversity of Endophytic Fungi Associated with
Cinnamomum bejolghota (Lauraceae) in Northern Thailand, Chiang Mai
J. Sci 39(3): 389-398.
Tan, X. M., Xiao, M. C., Chun, L. W., Xiao, H. J., Jin, L. C., Juan, C., Shun, X.
G., dan Li, F. Z., (2012), Isolation and Identification of Endophytic Fungi
in Roots of Nine Holcoglossum Plants (Orchidaceae) Collected From
Yunnan, Guangxi, and Hainan Provinces of China, Curr Microbiol 64(1):
http://search.proquest.com/docview/915475816/fulltextPDF/
140-147.
1402596ECAB664581BA/14?accountid= 38628 (Diakses pada tanggal
27 September 2013).
Thanh, V. N., Martha, S., Dyk, V., Michael, J., dan Wingfield, (2002),
Debaromyces mycophilus sp. Nov., A Siderophore- Dependent Yeast
isolated From Woodliced, FEMS Yeast Research 2(1): 415-427.
Vashishta, B. R dan Sinha, A. K., (2002), Botany for Degree Students Part II:
Fungi, S. Chand & Company, New Delhi.
Wang, F. W., Hou, Z. M., Wang, C. R., Li, P., dan Shi, D. H., (2008), Bioactive
Metabolites from Penicillium sp., An Endophytic Fungus Residing in
Hopea hainanensis, World J Microbiol Biotechnol 24(1): 2143-2147.
http://search.proquest.com/docview/193927856/fulltextPDF/14028BD0F
216E04BD01/1?accountid=38628 (Diakses pada 28 September 2013).
Wang, Y., Qing, G. Z., Zhi, B. Z., Ri, M. Y., Ling, Y. W., dan Du, Z., (2011),
Isolation and Characterization of Endophytic Huperzine A- Producing
Fungi From Huperzia serrata, J Ind Microbiol Biotechnol 38(1): 12671278.
http://search.proquest.com/docview/884855163/fulltextPDF/
1402574E21D5F99E298/3?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27
September 2013).

62

Xing, Y. M., Juan, C., Jin, L. C., Xiao, M. C., dan Shun, X. G., (2011),
Antimicrobial Activity and Biodiversity of Endophytic Fungi in
Dendrobium devonianm and Dendrobium thyrsiflorum from Vietnam,
Curr Microbiol 62(1): 1218-1224.http://search.proquest.com/docview/
857926291/fulltextPDF/1402596ECAB664581BA/4?accountid=38628
(Diakses pada tanggal 27 September 2013).
Yunianto, P., Syofi, R., Indra, R., Wahyu, P. S., dan Wahono, S., (2012), Isolation
and Identification of Endophytic Fungi From Srikaya Plants (Annona
squamosa) Having Potential Secondary Metabolites as Anti-Breast
Cancer Activity, Microbiologi Indonesia 6(1): 23-29.
Zhao, J. H., Zhang, Y. L., Wang, L. W., Wang, J. Y., dan Zhang, C. L., (2012),
Bioactive Secondary Metabolites from Nigrospora sp. LLGLM003, An
Endophytic Fungus of The Medicinal Plant Moringa oleifera Lam.,
World J Microbiol Biotechnol 28(1): 2107-2112. http://search.
proquest.com/docview/1013443338/fulltextPDF/1402574E21D5F99E29
8/7?accountid=38628 (Diakses pada tanggal 27 september 2013).