Perencanaan struktur bank pasar 2 lantai Bayu Aji Sanjaya
PERENCANAAN STRUKTUR BANK PASAR 2 LANTAI
Bayu Aji Sanjaya
I 8505039
PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL GEDUNG
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
(2)
Perencanaan Struktur Bank Pasar 2 Lantai
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Semakin Pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia saat ini menuntut bangsa Indonesia untuk dapat menghadapi segala kemajuan dan tantangan. Hal itu dapat terpenuhi apabila sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia memiliki kualitas pendidikan yang tinggi, Karena pendidikan merupakan sarana utama untuk semakin siap menghadapi perkembangan ini.
Bangsa Indonesia telah menyediakan berbagai sarana guna memenuhi sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam merealisasikan hal ini Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai salah satu lembaga pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut memberikan Tugas Akhir sebuah perencanaan gedung bertingkat dengan maksud agar menghasilkan tenaga yang bersumber daya dan mampu bersaing dalam dunia kerja.
1.2. Maksud Dan Tujuan
Dalam menghadapi pesatnya perkembangan jaman yang semakin modern dan berteknologi, serta derasnya arus globalisasi saat ini, sangat diperlukan seorang teknisi yang berkualitas. Khususnya dalam bidang teknik sipil, sangat diperlukan teknisi-teknisi yang menguasai ilmu dan keterampilan dalam bidangnya. Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta sebagai lembaga pendidikan bertujuan untuk menghasilkan ahli teknik yang berkualitas, bertanggungjawab, kreatif dalam menghadapi masa depan serta dapat mensukseskan pembangunan nasional di Indonesia.
(3)
Perencanaan Struktur Bank Pasar 2 Lantai
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Program D III Jurusan Teknik Sipil memberikan Tugas Akhir dengan maksud dan tujuan :
1. Mahasiswa dapat merencanakan suatu konstruksi bangunan yang sederhana sampai bangunan bertingkat.
2. Mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan, pengertian dan pengalaman dalam merencanakan struktur gedung.
3. Mahasiswa dapat mengembangkan daya fikirnya dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapi dalam perencanaan struktur gedung.
1.3. Kriteria Perencanaan
1. Spesifikasi Bangunan
a. Fungsi Bangunan : Bank Pasar b. Luas Bangunan : 768 m2 c. Jumlah Lantai : 2 lantai d. Tinggi Lantai : 4 m
e. Konstruksi Atap : a. Plat beton bertulang b. Rangka kuda-kuda baja f. Penutup Atap : Genteng
g. Pondasi : Foot Plat
2. Spesifikasi Bahan
a. Mutu Baja Profil : BJ 37 b. Mutu Beton (f’c) : 25 MPa
c. Mutu Baja Tulangan (fy) : Polos: 240 MPa. Ulir: 360 Mpa.
1.4. Peraturan-Peraturan Yang Digunakan dalam perhitungan antara lain:
1. Standart tata cara perhitungan struktur beton untuk bangunan gedung (SKSNI T-15-1991-03)
2. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983
3. Standart tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung PPBBI 1984
(4)
BAB 2
DASAR TEORI
2.1. Dasar Perencanaan
2.1.1. Jenis Pembebanan
Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Beban-beban yang bekerja pada struktur dihitung menurut Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, beban-beban tersebut adalah :
1. Beban Mati (qd)
Beban mati adalah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian–penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung. Untuk merencanakan gedung, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung adalah :
a) Bahan Bangunan :
1. Beton Bertulang ... 2400 kg/m3 2. Pasir ... 1800 kg/m3 3. Beton biasa ... 2200 kg/m3 b) Komponen Gedung :
1. Langit – langit dan dinding (termasuk rusuk – rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku),terdiri dari :
- semen asbes (eternit) dengan tebal maximum 4mm ... ... 11 kg/m2 - kaca dengan tebal 3 – 4 mm ... … 10 kg/m2
(5)
maksimum 5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m... 7 kg/m2 3. Penutup lantai dari tegel, keramik dan beton (tanpa adukan)
per cm tebal ... 24 kg/m2 4. Adukan semen per cm tebal ... ... 21 kg/m2 5. Penutup atap genteng dengan reng dan usuk ... ... 50 kg/m2 6. Dinding pasangan batu merah setengah bata ... .1700 kg/m2
2. Beban Hidup (ql)
Beban hidup adalah semua bahan yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu gedung, termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan (PPIUG 1983).Beban hidup yang bekerja pada bangunan ini disesuaikan dengan rencana fungsi bangunan tersebut. Beban hidup untuk bangunan ini terdiri dari :
Beban atap ... 100 kg/m2 Beban tangga dan bordes ... 300 kg/m2 Beban lantai ... 250 kg/m2
Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari sistem pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau, seperti diperlihatkan pada tabel :
(6)
Tabel 2.1 Koefisien reduksi beban hidup
Penggunaan Gedung Koefisien Beban Hidup untuk Perencanaan Balok Induk PERUMAHAN / HUNIAN:
Rumah sakit / Poliklinik PERTEMUAN UMUM :
Ruang Rapat, R. Pagelaran, Musholla PENYIMPANAN :
Perpustakaan, Ruang Arsip PEDAGANGAN
Toko, Toserba, pasar
TANGGA
Rumah sakit/ Poliklinik KANTOR :
Kantor/ Bank
0,75
0,90
0,80
0,80
0,75
0,60
Sumber : PPIUG 1983
3. Beban Angin (W)
Beban Angin adalah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara (PPIUG 1983).
Beban Angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan positif dan tekanan negatif (hisapan), yang bekerja tegak lurus pada bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan positif dan negatif yang dinyatakan dalam kg/m2 ini ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien – koefisien angin. Tekan tiup harus diambil minimum 25 kg/m2, kecuali untuk daerah di laut dan di tepi laut sampai sejauh 5 km dari tepi pantai. Pada daerah tersebut tekanan hisap diambil minimum 40 kg/m2.
(7)
Sedangkan koefisien angin untuk gedung tertutup : 1.Dinding Vertikal
a) Di pihak angin ... + 0,9 b) Di belakang angin ... - 0,4
2. Atap segitiga dengan sudut kemiringan
a) Di pihak angin : < 65 ... 0,02 - 0,4 65 < < 90 ... + 0,9 b) Di belakang angin, untuk semua ... - 0,4
2.1.2. Sistem Kerjanya Beban
Bekerjanya beban untuk bangunan bertingkat berlaku sistem gravitasi, yaitu elemen struktur yang berada di atas akan membebani elemen struktur di bawahnya, atau dengan kata lain elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih besar akan menahan atau memikul elemen struktur yang mempunyai kekuatan lebih kecil. Dengan demikian sistem kerjanya beban untuk elemen – elemen struktur gedung bertingkat secara umum dapat dinyatakan sebagai berikut; Beban pelat lantai didistribusikan terhadap balok anak dan balok portal, beban balok portal didistribusikan ke kolom dan beban kolom kemudian diteruskan ke tanah dasar melalui pondasi.
2.1.3. Provisi Keamanan
Dalam Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983, struktur harus direncanakan untuk memiliki cadangan kekuatan untuk memikul beban yang lebih tinggi dari beban normal. Kapasitas cadangan ini mencakup faktor pembebanan
(8)
(U), yaitu untuk memperhitungkan pelampauan beban dan faktor reduksi (), yaitu untuk memperhitungkan kurangnya mutu bahan di lapangan. Pelampauan beban dapat terjadi akibat perubahan dari penggunaan untuk apa struktur direncanakan dan penafsiran yang kurang tepat dalam memperhitungkan pembebanan. Sedang kekurangan kekuatan dapat diakibatkan oleh variasi yang merugikan dari kekuatan bahan, pengerjaan, dimensi, pengendalian dan tingkat pengawasan.
Tabel 2.2 Faktor Pembebanan U
No. KOMBINASI BEBAN FAKTOR U
1. 2. 3. 4. 5.
D, L D, L, W D, W D, Lr, E D, E
1,2 D +1,6 L
0,75 ( 1,2 D + 1,6 L + 1,6 W ) 0,9 D + 1,3 W
1,05 ( D + Lr E ) 0,9 ( D E )
Keterangan :
D = Beban mati L = Beban hidup
Lr = Beban hidup tereduksi
W = Beban angin E = Beban gempa
Tabel 2.3 Faktor Reduksi Kekuatan
No GAYA
1. 2. 3. 4. 5.
Lentur tanpa beban aksial
Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur Geser dan torsi
Tumpuan Beton
0,80 0,80 0,65 – 0,80
0,60 0,70
(9)
Karena kandungan agregat kasar untuk beton struktural seringkali berisi agregat kasar berukuran diameter lebih dari 2 cm, maka diperlukan adanya jarak tulangan minimum agar campuran beton basah dapat melewati tulangan baja tanpa terjadi pemisahan material sehingga timbul rongga – rongga pada beton. Sedang untuk melindungi dari karat dan kehilangan kekuatannya dalam kasus kebakaran, maka diperlukan adanya tebal selimut beton minimum :
Beberapa persyaratan utama pada Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983 adalah sebagai berikut :
a. Jarak bersih antara tulangan sejajar yang selapis tidak boleh kurang dari db atau 25 mm, dimana db adalah diameter tulangan
b. Jika tulangan sejajar tersebut diletakkan dalam dua lapis atau lebih, tulangan pada lapisan atas harus diletakkan tepat diatas tulangan di bawahnya dengan jarak bersih tidak boleh kurang dari 25 mm
Tebal selimut beton minimum untuk beton yang dicor setempat adalah:
a. Untuk pelat dan dinding = 20 mm
b. Untuk balok dan kolom = 40 mm
c. Beton yang berhubungan langsung dengan tanah atau cuaca = 50 mm
2.2. Perencanaan Atap
1. Pada perencanaan atap ini, beban yang bekerja adalah : Beban mati
Beban hidup Beban angin 2. Asumsi Perletakan
Tumpuan sebelah kiri adalah Sendi. Tumpuan sebelah kanan adalah Rol.
3. Analisa tampang menggunakan peraturan PPBBI 1984. Dan untuk perhitungan dimensi profil rangka kuda kuda:
(10)
a. Batang tarik
ijin ma k P Fn
2
2/ 1600 / 2400 3 2 cm kg cm kg l
ijin
Fbruto = 1,15 x Fn ……( < F Profil ) Dengan syarat σ terjadi ≤ 0,75 σ ijin σ terjadi =
Fprofil Pma k
. 85 . 0
b. Batang tekan
i lk λ x 2 leleh leleh
g ...dimana,σ 2400kg/cm σ
. 0,7
E π
λ
λ λ λ g s
Apabila = λs ≤ 1 ω = 1
0,813 < λs < 1 ω
λ -1,593 1,41 s
λs ≥ 1 ω 2,381.s2
kontrol tegangan :
2 maks. / 1600 . 75 , 0 Fp ω . P
σ ijin kg cm
2.3. Perencanaan Tangga
Untuk perhitungan penulangan tangga dipakai kombinasi pembebanan akibat beban mati dan beban hidup yang disesuaikan dengan Peraturan Pembebanan
(11)
Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1983) dan SK SNI T -15 -1991-03 dan analisa struktur mengunakan perhitungan SAP 2000.
sedangkan untuk tumpuan diasumsikan sebagai berikut : Tumpuan bawah adalah Jepit.
Tumpuan tengah adalah Jepit. Tumpuan atas adalah Jepit. Perhitungan untuk penulangan tangga
u n
M
M
dimana, 0,80 m =
c y
xf f
' 85 ,
0
Rn = 2
bxd Mn
=
fy 2.m.Rn 1
1 m
1
b =
fy 600
600 .
. fy
fc . 85 , 0
max = 0,75 . b
min < < maks tulangan tunggal < min dipakai min = 0,0025 As = a da . b . d
Luas tampang tulangan As = xbxd
2.4. Perencanaan Plat Lantai
(12)
Beban mati
Beban hidup : 250 kg/m2 2. Asumsi Perletakan : jepit penuh
3. Analisa struktur menggunakan tabel 13.3.2 PPIUG. 4. Analisa tampang menggunakan SKSNI
Pemasangan tulangan lentur disyaratkan sebagai berikut : 1. Jarak minimum tulangan sengkang 25 mm
2. Jarak maksimum tulangan sengkang 240 atau 2h
Penulangan lentur dihitung analisa tulangan tunggal dengan langkah-langkah sebagai berikut :
u n
M
M
dimana,0,80
m =
c y
xf f
' 85 , 0
Rn = 2
bxd Mn
=
fy 2.m.Rn 1
1 m
1
b =
fy 600
600 .
. fy
fc . 85 , 0
max = 0,75 . b
min < < maks tulangan tunggal < min dipakai min = 0,0025 As = a da . b . d
Luas tampang tulangan As = xbxd
(13)
2.5. Perencanaan Balok Anak
1. Pembebanan
2. Asumsi Perletakan : jepit jepit
3. Analisa struktur pada perencanaan atap ini menggunakan program SAP 2000. 4. Analisa tampang menggunakan peraturan SKSNI T -15-1991-03.
Perhitungan tulangan lentur :
u n
M
M
dimana, 0,80
m =
c y
xf f
' 85 , 0
Rn = 2
bxd Mn
=
fy 2.m.Rn 1
1 m
1
b =
fy 600
600 .
. fy
fc . 85 , 0
max = 0,75 . b
min < < maks tulangan tunggal < min dipakai min =
y
f' 4 , 1
Perhitungan tulangan geser :
60 , 0
Vc = 16x f'cxbxd Vc = 0,6 x Vc Φ.Vc ≤ Vu ≤3 Φ Vc
(14)
( perlu tulangan geser ) Vu < Vc < 3 Ø Vc (tidak perlu tulangan geser) Vs perlu = Vu – Vc
( pilih tulangan terpasang )
Vs ada =
s d fy Av. . ) (
( pakai Vs perlu )
2.6. Perencanaan Portal
1. Pembebanan 2. Asumsi Perletakan
Jepit pada kaki portal. Bebas pada titik yang lain
3. Analisa struktur pada perencanaan atap ini menggunakan program SAP 2000. Perhitungan tulangan lentur :
u n
M
M
dimana, 0,80
m =
c y
xf f
' 85 , 0
Rn = 2
bxd Mn
=
fy 2.m.Rn 1
1 m
1
b =
fy 600
600 .
. fy
fc . 85 , 0
(15)
min < < maks tulangan tunggal < min dipakai min =
y
f' 4 , 1
Perhitungan tulangan geser :
60 , 0
Vc = 16x f'cxbxd Vc = 0,6 x Vc Φ.Vc ≤ Vu ≤3 Φ Vc ( perlu tulangan geser ) Vu < Vc < 3 Ø Vc (tidak perlu tulangan geser) Vs perlu = Vu – Vc
( pilih tulangan terpasang )
Vs ada =
s d fy Av. . ) (
( pakai Vs perlu )
2.7. Perencanaan Pondasi
1. Pembebanan : Beban aksial dan momen dari analisa struktur portal akibat beban mati dan beban hidup.
2. Analisa tampang menggunakan peraturan SKSNI T -15-1991-03. Perhitungan kapasitas dukung pondasi :
yang terjadi =
2
.b.L 6 1
M tot A
Vtot
= σtana hter ja di< ijin tanah…...( dianggap aman ) Sedangkan pada perhitungan tulangan lentur
(16)
Mu = ½ . qu . t2
m =
c y
xf f
' 85 , 0
Rn = 2
bxd Mn
=
fy 2.m.Rn 1
1 m
1
b =
fy 600
600 .
. fy
fc . 85 , 0
max = 0,75 . b
min < < maks tulangan tunggal < min dipakai min = 0,0036 As = a da . b . d
Luas tampang tulangan As = xbxd
Perhitungan tulangan geser :
Vu = x A efektif
60 , 0
Vc = 16x f'cxbxd Vc = 0,6 x Vc Φ.Vc ≤ Vu ≤3 Φ Vc ( perlu tulangan geser ) Vu < Vc < 3 Ø Vc (tidak perlu tulangan geser) Vs perlu = Vu – Vc
(17)
Vs ada =
s d fy Av. . ) (
(18)
BAB 3
PERENCANAAN ATAP
3.1. Rencana Atap
Gambar 3.1 Rencana atap
Keterangan :
KK A = Kuda-kuda utama A G = Gording
1/2KK = Setengah kuda-kuda utama GN = Gunung-gunung
JL = Jurai Luar TS = Track Stang
JD = Jurai Dalam N = Nok
(19)
3.1.1. Dasar Perencanaan
Secara umum data yang digunakan untuk perhitungan rencana atap adalah sebagai berikut :
a. Bentuk rangka kuda-kuda : seperti tergambar. b. Jarak antar kuda-kuda : 4,00 m
c. Kemiringan atap () : 35
d. Bahan gording : baja profil lip channels ( ).
e. Bahan rangka kuda-kuda : baja profil double siku sama kaki (). f. Bahan penutup atap : genteng.
g. Alat sambung : baut-mur.
h. Jarak antar gording : 1,628 m
i. Bentuk atap : Gunungan dan limasan. j. Mutu baja profil : Bj-37 (ijin = 1600 kg/cm2)
(Leleh = 2400 kg/cm2)
3.2
. Perencanaan Gording
3.2.1. Perencanaan Pembebanan
Dicoba menggunakan gording dengan dimensi baja profil tipe lip channels/ kanal kait ( ) 150 x 75 x 20 x 4,5 pada perencanaan kuda- kuda dengan data sebagai berikut :
a. Berat gording = 11 kg/m. b. Ix = 489 cm4. c. Iy = 99,2 cm4. d. h = 150 mm e. b = 75 mm
f. ts = 4,5 mm g. tb = 4,5 mm h. Zx = 65,2 cm3. i. Zy = 19,8 cm3.
Kemiringan atap () = 35. Jarak antar gording (s) = 1,628 m. Jarak antar kuda-kuda (L) = 4,00 m.
(20)
Pembebanan berdasarkan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG) 1983, sebagai berikut :
a. Berat penutup atap = 50 kg/m2. b. Beban angin = 25 kg/m2. c. Berat hidup (pekerja) = 100 kg. d. Berat penggantung dan plafond = 18 kg/m2
3.2.2. Perhitungan Pembebanan
a. Beban Mati (titik)
Berat gording = 11 kg/m
Berat penutup atap = 1,638 x 50 = 81,4 kg/m Berat Plafond = (1,334 x 18 ) = 24,012 kg/m +
= 116,412 kg/m qx = q sin = 116,412 x sin 35 = 66,7712 kg/m.
qy = q cos = 116,412 x cos 35 = 95,36 kg/m. Mx1 = 1/8 . qy . L2 = 1/8 x 95,36 x (4)2 = 190,72 kgm. My1 = 1/8 . qx . L2 = 1/8 x 66,7712 x (4)2 = 133,5424 kgm.
b. Beban hidup
y
P Py Px
x y
P qy qx
(21)
P diambil sebesar 100 kg.
Px = P sin = 100 x sin 35 = 57,358 kg. Py = P cos = 100 x cos 35 = 81,916 kg. Mx2 = 1/4 . Py . L = 1/4 x 81,915 x 4 = 81,916 kgm. My2 = 1/4 . Px . L = 1/4 x 57,358 x 4 = 57,358 kgm.
c. Beban angin
TEKAN HISAP
Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m2. Koefisien kemiringan atap () = 35.
1) Koefisien angin tekan = (0,02– 0,4) = 0,3 2) Koefisien angin hisap = – 0,4
Beban angin :
1) Angin tekan (W1) = koef. Angin tekan x beban angin x 1/2 x (s1+s2) = 0,3 x 25 x ½ x (1,628+1,628) = 12,21 kg/m. 2) Angin hisap (W2) = koef. Angin hisap x beban angin x 1/2 x (s1+s2)
= – 0,4 x 25 x ½ x (1,628+1,628) = -16,28 kg/m.
Beban yang bekerja pada sumbu x, maka hanya ada harga Mx : 1) Mx (tekan) = 1/8 . W1 . L2 = 1/8 x 12,21 x (4)2 = 24,42 kgm. 2) Mx (hisap) = 1/8 . W2 . L2 = 1/8 x -16,28 x (4)2 = -32,56 kgm.
Tabel 3.1 Kombinasi gaya dalam pada gording
Momen
Beban Mati (kgm)
Beban Hidup (kgm)
Beban Angin Kombinasi
Tekan (kgm)
Hisap (kgm)
Minimum (kgm)
Maksimum (kgm)
Mx My
190,72 133,5424
81,916 57,358
24,42
-
-35,56
-
237,076 190,9
297,056 190,9
(22)
3.2.3. Kontrol Terhadap Tegangan
Kontrol terhadap tegangan Maximum
Mx = 297,056 kgm = 29705,6 kgcm. My = 190,9 kgm = 19090 kgcm.
σ =
2 2 Zy M y Zx M x = 2 2 19,8 19090 65,2 29705,6
= 1066,371 kg/cm2< σ ijin = 1600 kg/cm2 Kontrol terhadap tegangan Minimum
Mx = 237,076 kgm = 23707,6 kgcm. My = 190,9 kgm = 19090 kgcm.
σ = 2 2 Zy M y Zx M x = 2 2 19,8 19090 65,2 23707,6
= 1030,429 kg/cm2< σ ijin = 1600 kg/cm2
3.2.4 Kontrol Terhadap Lendutan Di coba profil : 150 x 75 x 20 x 4,5 E = 2,1 x 106 kg/cm2
Ix = 489 cm4 Iy = 99,2 cm4
qx = 0,6678 kg/cm qy = 0,954 kg/cm Px = 57,358 kg Py = 81,916 kg
400
180 1
Zijin 2,22 cm
Zx =
Iy E L Px Iy E L qx . . 48 . . . 384 . .
5 4 3
= 2 , 99 . 10 . 1 , 2 . 48 400 . 358 , 57 2 , 99 . 10 . 1 , 2 . 384 ) 400 .( 6678 , 0 . 5 . 6 3 6 4
(23)
Zy =
Ix E
L Py Ix E
l qy
. . 48
. .
. 384
. .
5 4 3
=
489 . 10 . 1 , 2 . 48
) 400 .( 916 , 81 489 . 10 1 , 2 . 384
) 400 .( 954 , 0 . 5
6 3 6
4
= 0,416 cm
Z = Zx2Zy2
= (1,4357)2 (0,416)2 1,495 cm Z Zijin
1,495 cm 2,22 cm ……… aman !
Jadi, baja profil lip channels ( ) dengan dimensi 150 x 75 x 20 x 4,5 aman dan mampu menerima beban apabila digunakan untuk gording.
3.3. Perencanaan Setengah Kuda-kuda
2,8
1.628
4 1
2
3
5 6
7 8
9 10
11
4
(24)
3.3.1. Perhitungan Panjang Batang Setengah Kuda-kuda
Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.2 Perhitungan panjang batang pada setengah kuda-kuda
Nomer Batang Panjang Batang
1 1,628 m
2 1,628 m
3 1,628 m
4 1,333 m
5 1,333 m
6 1,333 m
7 0,934 m
8 1,628 m
9 1,870 m
10 2,297 m
11 2,800 m
3.3.2. Perhitungan luasan Setengah Kuda-kuda
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v
(25)
Panjang atap ve = 3 x 1,628 = 4,884 m Panjang atap eb = 1,221 m
Panjang atap vb = ve + eb = 6,105 Panjang atap ac = 5,789 m
Panjang atap df =
vb ac ve.
= 4,631 m
Panjang atap gi =
vb ac vh.
= 3,860 m
Panjang atap jl =
vb ac vk.
= 3,087m
Panjang atap mo =
vb ac vn.
= 2,316 m
Panjang atap pr =
vb ac vq.
= 1,544 m
Panjang atap su =
vb ac vt.
= 0,772m
Luas atap giac
= )
2
(giacxhb
= ) 2,035
2 789 , 5 860 , 3
( x = 9,818 m2
Luas atap mogi
= )
2
(mo gixnh
= ) 1,628
2 860 , 3 316 , 2
( x = 5,027 m2
Luas atap sumo
= )
2
(sumoxtn
= ) 1,628
2 316 , 2 772 , 0
(26)
Luas atap vsu
=½. Su. tv
=½. 0,772.0,814 =0,3142 m2
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v
a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v
Gambar 3.4. Luasan Plafon
Panjang plafond ve = 3 x 1,334 = 4,002 m Panjang plafond eb = 1 m
Panjang plafond vb = ve + eb = 5,002 m Panjang plafond ac = 5,789 m
Panjang plafond df =
vb ac ve.
= 4,631 m
Panjang plafond gi =
vb ac vh.
= 3,860 m
Panjang plafond jl =
vb ac vk.
= 3,087m
Panjang plafond mo =
vb ac vn.
= 2,316 m
Panjang plafond pr =
vb ac vq.
(27)
Panjang plafond su =
vb ac vt.
= 0,772m
Panjang plafond hb = 1,667 m Panjang plafond nh = 1,334 m Panjang plafond tn = 1,334 m Panjang plafond tv = 0,667 m
Luas plafond giac
= )
2
(giacxhb
= ) 1,667
2 789 , 5 860 , 3
( x = 8,043 m2
Luas plafond mogi
= )
2
(mo gixnh
= ) 1,334
2 860 , 3 316 , 2
( x = 4,120 m2
Luas plafond sumo
= )
2
(sumoxtn
= ) 1,334
2 316 , 2 772 , 0
( x = 2,060 m2
Luas plafond vsu
=½. Su. tv
=½. 0,772.0,667 =0,2574 m2
3.3.3. Perhitungan Pembebanan Setengah Kuda-kuda
Data-data pembebanan :
Berat gording = 11 kg/m (sumber tabel baja)
Jarak antar kuda-kuda = 4,00 m (sumber : gambar perencanaan) Berat penutup atap = 50 kg/m2 (sumber PPIUG 1983) Berat profil = 25 kg/m (sumber : tabel baja)
(28)
1
2
3
11
6 5
4 7
8
9 10
P4
P3
P2
P1
P5 P6 P7
Gambar 3.5.Pembebanan Setengah Kuda-kuda akibat beban mati
a) Perhitungan Beban
Beban Mati
1) Beban P1
a) Beban gording = Berat profil gording x Panjang Gording = 11 x 4,631 = 50,941 kg
b) Beban atap = Luasan atap giac x Berat atap = 9,818 x 50 = 490,9 kg
c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg ( 1 + 4 ) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,628 + 1,334) x 25 = 37,025 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 37,025 = 11,1075 kg e) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
= 10 x 37,0255 = 3,7025 kg
f) Beban plafon =Luasan plafond giac x berat plafon = 8,043 x 18 = 144,774 kg
2) Beban P2
a) Beban gording = Berat profil gording x Panjang Gording = 11 x 3,087 = 33,957 kg
b) Beban atap = Luasan atap mogi x berat atap = 5,027 x 50 = 251,35 kg
(29)
c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (1 + 2 + 7 +8) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,628 + 1,628 + 0,934 + 1,628) x 25
= 72,725 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 72,725 = 21,8175 kg e) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
= 10 x 72,725 = 7,2725 kg 3) Beban P3
a) Beban gording = Berat profil gording x Panjang Gording = 11 x 1,544 = 16,984 kg
b) Beban atap = Luasan atap sumo x berat atap = 2,514 x 50 = 125,7 kg
c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (2 + 3 + 9 + 10 ) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,628 + 1,628 + 1,870 + 2,297) x 25
= 92,7875 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 92,7875 = 27,837 kg e) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
= 10 x 92,7875 = 9,279 kg 4) Beban P4
a) Beban atap = Luasan atap vsu x berat atap = 0,3142 x 50 = 15,71 kg
b) Beban kuda-kuda = ½ x Btg(3 +11) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,628 + 2,800 ) x 25 = 55,35 kg
c) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda = 10 x 55,35 = 5,535 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 55,35 = 16,605 kg 5) Beban P5
(30)
= ½ x (1,333 +1,333 +0,934) x 25 = 45 kg
b) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda = 10 x 45 = 4,5 kg
c) Beban plafon =Luasan plafond mogi x berat plafon = 4,120 x 18 = 74,16 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 45 = 13,5 kg 6) Beban P6
a) Beban kuda-kuda = ½ x Btg(5 + 6 + 8+9) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,333 +1,333 +1,628+1,87) x 25
= 77,05 kg
b) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda = 10 x 77,05 = 7,705 kg
c) Beban plafon =Luasan plafond sumo x berat plafon = 2,060 x 18 = 37,08 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 77,05 = 23,115 kg 7) Beban P7
a) Beban kuda-kuda = ½ x Btg(6 + 10 + 11) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,333 +2,297 + 2,8) x 25
= 80,375 kg
b) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda = 10 x 80,375 = 8,038 kg
c) Beban plafon =Luasan plafond vsu x berat plafon = 0,2574 x 18 = 4,6332 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 80,375 = 24,113 kg
(31)
1
2
3
11
6 5
4 7
8
9 10
W2
W3
W4
W1
Tabel 3.3 Rekapitulasi Pembebanan Setengah Kuda-kuda
Beban
Beban Atap
(kg)
Beban gording
(kg)
Beban Kuda -
kuda (kg)
Beban Bracing
(kg)
Beban Plat Penyambug
(kg)
Beban Plafon (kg)
Jumlah Beban
(kg)
Input SAP 2000 ( kg )
P1 490,9 50,941 37,025 3,7025 11,1075 144,77
4 738,45 750 P2 251,35 33,957 72,725 7,2725 21,8175 --- 387,13 400 P3 125,7 16,984 92,7875 9,279 27,837 --- 272,59 300
P4 15,71 --- 55,35 5,535 16,605 --- 93,2 100
P5 --- --- 45 4,5 13,5 74,16 137,16 150
P6 --- --- 77,05 7,705 23,115 37,08 144,95 150
P7 --- --- 80,375 8,038 24,113 4,6332 117,16 150
Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada P1, P2, P3, P4 = 100 kg
Beban Angin
Perhitungan beban angin :
Gambar 3.6. Pembebanan setengah kuda-kuda utama akibat beban angin
(32)
1) Koefisien angin tekan = 0,02 0,40
= (0,02 x 35) – 0,40 = 0,3
a) W1 = luasan atap giac x koef. angin tekan x beban angin
= 9,818 x 0,3 x 25 = 73,635 kg
b) W2 = luasan atap mogi x koef. angin tekan x beban angin
= 5,027 x 0,3 x 25 = 37,7025 kg
c) W3 = luasan atap sumo x koef. angin tekan x beban angin
= 2,514 x 0,3 x 25 = 18,855 kg
d) W4 = luasan atap vsu x koef. angin tekan x beban angin
= 0,3142 x 0,3 x 25 = 2,3565 kg
Tabel 3.4. Perhitungan beban angin Beban
Angin Beban (kg)
Wx
W.Cos (kg)
(Untuk Input SAP2000)
Wy
W.Sin (kg)
(Untuk Input SAP2000)
W1 73,635 60,318 61 kg 42,235 43 kg
W2 37,7025 30,884 31 kg 21,325 22 kg
W3 18,855 15,445 16 kg 10,814 11 kg
W4 2,3565 1,930 2 kg 1,351 2 kg
Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai beriku:
Tabel 3.5. Rekapitulasi gaya batang setengah kuda-kuda
Batang
kombinasi Tarik (+)
( kg )
Tekan (-) ( kg )
1 - 485,81
2 135,91 -
3 693,80 -
4 348,98 -
5 348,98 -
6 - 185,18
7 181,34 -
(33)
9 556,24 -
10 - 808,09
11 - 0,83
3.3.4. Perencanaan Profil Kuda- kuda
a. Perhitungan profil batang tarik
Pmaks. = 693,80 kg ijin = 1600 kg/cm2
2 ijin
maks.
netto 0,434cm
1600 693,80
σ
P
F
Fbruto = 1,15 . Fnetto = 1,15 . 0,434 cm2 = 0,5 cm2 Dicoba, menggunakan baja profil 40. 40. 6
F = 2 . 4,48 cm2 = 8,96 cm2.
F = penampang profil dari tabel profil baja
Kontrol tegangan yang terjadi :
2 maks.
kg/cm 91,098
8,96 . 0,85
693,80
F . 0,85
P σ
0,75ijin
91,098 kg/cm2 1200 kg/cm2……. aman !!
b. Perhitungan profil batang tekan
Pmaks. = 808,09 kg
lk = 2,297 m = 229,7 cm
Dicoba, menggunakan baja profil 40 . 40 . 6 ix = 1,19 cm
F = 2 . 4,48 = 8,96 cm2
026 , 199 1,19 229,7 i
lk
λ
x
(34)
111,07
kg/cm 2400
σ
dimana, ...
σ
. 0,7
E
π
λ 2
leleh leleh
g
1,792
111,07 199,026
λ λ
λ
g s
Karena s≥ 1 maka :
2 s 2,381.
= 7,647 Kontrol tegangan yang terjadi :
2 maks.
kg/cm 689,673
8,96 47 808,09.7,6
F
ω
. P
σ
ijin
689,673 1600 kg/cm2 ………….. aman !!!
3.3.5. Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan
Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut () = 12,7 mm ( ½ inches) Diameter lubang = 13,7 mm.
Tebal pelat sambung () = 0,625 . d
= 0,625 . 12,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm
Tegangan geser yang diijinkan Teg. Geser = 0,6 . ijin
= 0,6 . 1600 = 960 kg/cm2 Tegangan tumpuan yang diijinkan
Teg. tumpuan = 1,5 . ijin
(35)
Kekuatan baut :
a) Pgeser = 2 . ¼ . . d2 . geser
= 2 . ¼ . . (1,27)2 . 960 = 2430,96 kg b) Pdesak = . d . tumpuan
= 0,9 . 1,27 . 2400 = 2743,20 kg P yang menentukan adalah Pgeser = 2430,96 kg. Perhitungan jumlah baut-mur,
333 , 0 2430,96
808,09 P
P n
geser
maks.
~ 2 buah baut
Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a) 1,5 d S1 3 d
Diambil, S1 = 2,5 d = 2,5 . 1,27 = 3,175 cm = 3 cm b) 2,5 d S2 7 d
Diambil, S2 = 5 d = 5 . 1,27
= 6,35 cm = 6 cm b. Batang tarik
Digunakan alat sambung baut-mur.
Diameter baut () = 12,7 mm ( ½ inches ) Diameter lubang = 13,7 mm.
Tebal pelat sambung () = 0,625 . d
= 0,625 x 12,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm
Tegangan geser yang diijinkan
Teg. Geser = 0,6 . ijin = 0,6 . 1600 =960 kg/cm2
Tegangan tumpuan yang diijinkan
Teg. tumpuan = 1,5 . ijin = 1,5 . 1600 = 2400 kg/cm2
Kekuatan baut :
(36)
= 2 . ¼ . . (127)2 . 960 = 2430,96 kg
b) Pdesak = . d . tumpuan = 0,9 . 1,27. 2400 = 2473,2 kg
P yang menentukan adalah Pgeser = 2430,96 kg. Perhitungan jumlah baut-mur,
0,286 2430,96
693,80 P
P n
geser
maks.
~ 2 buah baut
Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a) 1,5 d S1 3 d
Diambil, S1 = 2,5 d = 2,5 . 1,27 = 3,175 cm
= 3 cm b) 2,5 d S2 7 d
Diambil, S2 = 5 d = 5 . 1,27 = 6,35 cm
= 6 cm
Tabel 3.6. Rekapitulasi perencanaan profil setengah kuda-kuda Nomer
Batang
Dimensi Profil Baut (mm)
1 40 . 40 . 6 2 12,7 2 40 . 40 . 6 2 12,7 3 40 . 40 . 6 2 12,7 4 40 . 40 . 6 2 12,7 5 40 . 40 . 6 2 12,7 6 40 . 40 . 6 2 12,7 7 40 . 40 . 6 2 12,7 8 40 . 40 . 6 2 12,7 9 40 . 40 . 6 2 12,7 10 40 . 40 . 6 2 12,7 11 40 . 40 . 6 2 12,7
(37)
3.4. Perencanaan Jurai
2,8
5,657 1
6
4 5
11
7 8
9
10 2
3
Gambar 3.7. Panjang Batang jurai
3.4.1. Perhitungan Panjang Batang jurai
Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3.7. Perhitungan panjang batang pada jurai
Nomer Batang Panjang Batang (m)
1 2,104
2 2,104
3 2,104
4 1,886
5 1,886
6 1,886
7 0,933
8 2,104
9 1,867
10 2,653
(38)
3.4.2. Perhitungan luasan jurai a b c d e f g j m p s v tq n kh i l o r u c' f' i' l' o' r' u' a b c d e f g h i j k l o n q t p r v s u m c' f' i' l' o' r' u'
Gambar 3.8. Luasan Jurai
Panjang atap vu’ = 0.5 x 1,628 = 0,814 m Panjang atap vu’ = ur’ = r’o’ = o’l’ = l’i’ = i’f’ Panjang atap f’c’ = 1,221 m
Panjang atap i’c’ = i’f’ + f’c’ = 0,814 + 1,221 = 2,035 Panjang atap bc = 2,611m
Panjang atap hi = 1,666 m Panjang atap no = 1 m Panjang atap tu = 0,333 m Panjang atap ef = 2 m Panjang atap kl = 1,333 m Panjang atap qr = 0,667 m
Luas atap abcihg
= (2 x (
2 bc hi
(39)
= ( 2 x (
2 611 , 2 666 , 1
x 2,035)
= 8,704 m2
Luas atap ghionm
= (2 x (
2 no hi
x o’i’)
= ( 2 x (
2 1 666 , 1
x 1,628)
= 4,341 m2
Luas atap mnouts
= (2 x (
2
tu no
x u’o’)
= ( 2 x (
2 333 , 0 1
x 1,628)
= 2,171 m2
Luas atap stuv
= 2 x ( ½ x tu x vu’) = 2 x ( ½ x 0,333 x 0,814) = 0,272 m2
Panjang Gording def
= de + ef = 2 + 2 = 4 m
Panjang Gording jkl
= jk + kl
= 1,333 + 1,333 = 2,666 m
Panjang Gording pqr
= pq + qr
(40)
a b c d e f g j m p s v tq n kh i l o r u c' f' i' l' o' r' u' a b c d e f g h i j k l o n q t p r v s u m c' f' i' l' o' r' u' Gambar 3.9. Luasan Plafon Jurai
Panjang plafond vu’ = 0.5 x 1,333 = 0,666 m Panjang plafond vu’ = ur’ = r’o’ = o’l’ = l’i’ = i’f’ Panjang plafond f’c’ = 1 m
Panjang plafond i’c’ = i’f’ + f’c’ = 0,666 + 1 = 1,666 Panjang plafond bc = 2,611 m
Panjang plafond hi = 1,666 m Panjang plafond no = 1 m Panjang plafond tu = 0,333 m
Luas plafond abcihg
= (2 x (
2 bc hi x i’c’)
= ( 2 x (
2 611 , 2 666 , 1
(41)
Luas plafond ghionm
= (2 x (
2 no hi
x o’i’)
= ( 2 x (
2 1 666 , 1
x 1,333) = 3,554 m2
Luas plafond mnouts
= (2 x (
2 tu no
x u’o’)
= ( 2 x (
2 333 , 0 1
x 1,333) = 1,777 m2
Luas plafond stuv
= 2 x ( ½ x tu x vu’)
= 2 x ( ½ x 0,333 x 0,666) = 0,222 m2
3.4.3. Perhitungan Pembebanan Jurai Data-data pembebanan :
Berat gording = 11 kg/m (sumber tabel baja) Berat penutup atap = 50 kg/m2 (sumber PPIUG 1983) Berat profil = 25 kg/m (sumber : tabel baja)
1
6
4 5
11
7 8
9 10 2
3
P5 P6 P7
P4
P3
P2
P1
(42)
a. Perhitungan Beban
Beban Mati
1) Beban P1
a) Beban gording = Berat profil gording x Panjang Gording def = 11 x 4 = 44 kg
b) Beban atap = Luasan atap abcihg x Berat atap = 8,704 x 50 = 435,2 kg
c) Beban plafon =Luasan plafond abcihg x berat plafon = 7,130 x 18 = 128,34 kg
d) Beban kuda-kuda = ½ x Btg ( 1 + 4 ) x berat profil kuda kuda = ½ x (2,104 + 1,886) x 25 = 49, 875 kg
e) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 49,875 = 14,963 kg f) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
= 10 x 49,875 = 4,988 kg 2) Beban P2
a) Beban gording = Berat profil gording x Panjang Gording jkl = 11 x 2,666 = 29,326 kg
b) Beban atap = Luasan atap ghionm x berat atap = 4,341 x 50 = 217,05 kg
c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (1 + 2 + 7 + 8) x berat profil kuda kuda = ½ x (2,104 + 2,104 + 0,933 + 2,104) x 25
= 90,563 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 90,563 = 27,17 kg e) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
= 10 x 90,563 = 9,057 kg 3) Beban P3
a. Beban gording = Berat profil gording x Panjang Gording pqr = 11 x 1,334 = 14,674 kg
b. Beban atap = Luasan atap mnouts x berat atap = 2,171 x 50 = 108,55 kg
(43)
c. Beban kuda-kuda = ½ x Btg (2 + 3 + 9 + 10 ) x berat profil kuda kuda = ½ x (2,104 + 2,104 + 1,867 + 2,653) x 25
= 109,1 kg
d. Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 109,1 = 32,73 kg e. Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda = 10 x 109,1 = 10,91 kg 4) Beban P4
a) Beban atap = Luasan atap stuv x berat atap = 0,272 x 50 = 13,6kg
b) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (3 + 11) x berat profil kuda kuda = ½ x (2,104 + 2,8 ) x 25 = 61,3 kg
c) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda = 10 x 61,3 = 6,13 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 61,3 = 18,39 kg 5) Beban P5
a) Beban kuda-kuda = ½ x Btg(4 + 5 + 7) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,886 + 1,886 + 0,933) x 25
= 58,813 kg
b) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda = 10 x 58,813 = 5,882 kg
c) Beban plafon =Luasan plafond ghionm x berat plafon = 3,554 x 18 = 63,972 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 73,513 = 17,644 kg 6) Beban P6
a) Beban kuda-kuda = ½ x Btg(5+6+8+9) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,886+1,886+2,104+1,867) x 25
(44)
b) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda = 10 x 96,788 = 9,679 kg
c) Beban plafon =Luasan plafond mnouts x berat plafon = 1,777 x 18 = 31,986 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 96,788 = 29,037 kg 7) Beban P7
a) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (6 + 10 + 11) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,886 + 2,653 + 2,8) x 25
= 91,738 kg
b) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda = 10 x 91,738 = 9,174 kg
c) Beban plafon =Luasan plafond stuv x berat plafon = 0,222 x 18 = 3,996 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 91,738 = 27,522 kg
Tabel 3.8. Rekapitulasi Pembebanan jurai
Beban
Beban Atap
(kg)
Beban gording
(kg)
Beban Kuda -
kuda (kg)
Beban Bracing
(kg)
Beban Plat Penyambug
(kg)
Beban Plafon
(kg)
Jumlah Beban
(kg)
Input SAP
(kg) P1 435,2 44 49,88 4,99 14,97 128,34 677,38 700 P2 217,05 29,33 90,57 9,06 27,17 - 373,18 400 P3 108,55 14,68 109,1 10,91 32,73 - 275,97 300
P4 13,6 - 61,3 6,13 18,39 - 99,42 100
P5 - - 58,82 5,89 17,65 63,98 146,34 200
P6 - - 96,79 9,68 29,04 31,99 167,5 200
(45)
1
11
6 4
7 8
9 10
W1
W2
W3
W4
2
3
5
Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada P1, P2, P3, P4 = 100 kg
Beban Angin
Perhitungan beban angin :
Gambar 3.11. Pembebanan jurai akibat beban angin
Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m2. 2) Koefisien angin tekan = 0,02 0,40
= (0,02 x 35) – 0,40 = 0,3
a) W1 = luasan atap abcihg x koef. angin tekan x beban angin
= 8,704 x 0,3 x 25
= 65,28 kg
b) W2 = luasan atap ghionm x koef. angin tekan x beban angin
= 4,341 x 0,3 x 25
= 32,56 kg
c) W3 = luasan atap mnouts x koef. angin tekan x beban angin
= 2,171 x 0,3 x 25
= 16,29 kg
d) W4 = luasan atap stuv x koef. angin tekan x beban angin
= 0,272 x 0,3 x 25
(46)
Tabel 3.9. Perhitungan beban angin Beban
Angin Beban (kg)
Wx
W.Cos (kg)
(Untuk Input SAP2000)
Wy
W.Sin (kg)
(Untuk Input SAP2000)
W1 65,28 53,475 54 kg 37,444 38 kg
W2 32,56 26,672 27 kg 18,676 19 kg
W3 16,29 13,344 14 kg 9,344 10 kg
W4 2,04 1,672 2 kg 1,171 2 kg
Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang jurai sebagai berikut :
Tabel 3.10. Rekapitulasi gaya batang jurai
Batang
kombinasi Tarik (+)
( kg )
Tekan (-) ( kg )
1 - 634,94
2 235,33 -
3 1018,99 -
4 524,46 -
5 524,46 -
6 - 275,04
7 241,65 -
8 - 894,15
9 642,58 -
10 - 1007,65
(47)
3.4.4. Perencanaan Profil jurai
a. Perhitungan profil batang tarik
Pmaks. = 1018,99 kg ijin = 1600 kg/cm2
2 ijin
maks.
netto 0,637cm
1600 1018,99
σ
P
F
Fbruto = 1,15 . Fnetto = 1,15 . 0,637 cm2 = 0,733 cm2 Dicoba, menggunakan baja profil 50. 50. 6
F = 2 . 5,69 cm2 = 11,38 cm2.
F = penampang profil dari tabel profil baja
Kontrol tegangan yang terjadi :
2 maks.
kg/cm 105,344
11,38 . 0,85
1018,99
F . 0,85
P σ
0,75ijin
105,344 kg/cm2 1200 kg/cm2……. aman !!
b. Perhitungan profil batang tekan
Pmaks. = 1007,65 kg
lk = 2,653 m = 265,3 cm
Dicoba, menggunakan baja profil 50 . 50 . 6 ix = 1,50 cm
F = 2 . 5,69 = 11,38 cm2
867 , 176 1,50 265,3 i
lk
λ
x
cm 111,07
kg/cm 2400
σ
dimana, ...
σ
. 0,7
E
π
λ 2
leleh leleh
g
(48)
1,593
111,07 176,867
λ λ
λ
g s
Karena s≥ 1 maka :
2 s 2,381.
= 6,043 Kontrol tegangan yang terjadi :
2 maks.
kg/cm 535,082
11,38 043 1007,65.6,
F
ω
. P
σ
ijin
535,082 1600 kg/cm2 ………….. aman !!!
3.4.5. Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan
Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut () = 12,7 mm ( ½ inches) Diameter lubang = 13,7 mm.
Tebal pelat sambung () = 0,625 . d
= 0,625 . 12,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm
Tegangan geser yang diijinkan Teg. Geser = 0,6 . ijin
= 0,6 . 1600 = 960 kg/cm2 Tegangan tumpuan yang diijinkan
Teg. tumpuan = 1,5 . ijin
= 1,5 . 1600 = 2400 kg/cm2 Kekuatan baut :
a) Pgeser = 2 . ¼ . . d2 . geser
(49)
b) Pdesak = . d . tumpuan
= 0,9 . 1,27 . 2400 = 2743,20 kg P yang menentukan adalah Pgeser = 2430,96 kg. Perhitungan jumlah baut-mur,
415 , 0 2430,96 1007,65 P
P n
geser
maks.
~ 2 buah baut
Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a) 1,5 d S1 3 d
Diambil, S1 = 2,5 d = 2,5 . 1,27 = 3,175 cm = 3 cm b) 2,5 d S2 7 d
Diambil, S2 = 5 d = 5 . 1,27
= 6,35 cm = 6 cm b. Batang tarik
Digunakan alat sambung baut-mur.
Diameter baut () = 12,7 mm ( ½ inches ) Diameter lubang = 13,7 mm.
Tebal pelat sambung () = 0,625 . d
= 0,625 x 12,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm
Tegangan geser yang diijinkan
Teg. Geser = 0,6 . ijin = 0,6 . 1600 =960 kg/cm2
Tegangan tumpuan yang diijinkan
Teg. tumpuan = 1,5 . ijin = 1,5 . 1600 = 2400 kg/cm2
Kekuatan baut :
a) Pgeser = 2 . ¼ . . d2 . geser
= 2 . ¼ . . (127)2 . 960 = 2430,96 kg
(50)
b) Pdesak = . d . tumpuan = 0,9 . 1,27. 2400 = 2473,2 kg
P yang menentukan adalah Pgeser = 2430,96 kg. Perhitungan jumlah baut-mur,
0,420 2430,96
1018,99 P
P n
geser
maks.
~ 2 buah baut
Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a) 1,5 d S1 3 d
Diambil, S1 = 2,5 d = 2,5 . 1,27 = 3,175 cm
= 3 cm b) 2,5 d S2 7 d
Diambil, S2 = 5 d = 5 . 1,27 = 6,35 cm
= 6 cm
Tabel 3.11 Rekapitulasi perencanaan profil jurai Nomor
Batang
Dimensi Profil Baut (mm)
1 50 . 50 . 6 2 12,7 2 50 . 50 . 6 2 12,7 3 50 . 50 . 6 2 12,7 4 50 . 50 . 6 2 12,7 5 50 . 50 . 6 2 12,7 6 50 . 50 . 6 2 12,7 7 50 . 50 . 6 2 12,7 8 50 . 50 . 6 2 12,7 9 50 . 50 . 6 2 12,7 10 50 . 50 . 6 2 12,7 11 50 . 50 . 6 2 12,7
(51)
3.5.
Perencanaan Kuda-kuda Utama A
3.5.1. Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda
35°
4,884
8
2,8 1,628
1 2 3 4 5 6
12 11
10 9
8
7
13 14
15 16
17
18 19
20 21
Gambar 3.12 Panjang batang kuda-kuda
Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini :
Tabel 3.12 Perhitungan panjang batang pada kuda-kuda utama A (KK) No batang Panjang batang
1 1,333 m
2 1,333 m
3 1,333 m
4 1,333 m
5 1,333 m
6 1,333 m
7 1,628 m
8 1,628 m
9 1,628 m
10 1,628 m
11 1,628 m
12 1,628 m
13 0,934 m
14 1,628 m
(52)
16 2,297 m
17 2,8 m
18 2,297 m
19 1,870 m
20 1,628 m
21 0,934 m
3.5.2. Perhitungan Luasan Setengah Kuda-Kuda Utama A
a b c d e f g h i j k l n o p m q r s t u v w
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
n
o
p
m
q
r
s
t
u
v
w
Gambar 3.13 Luasan Kuda-kuda
Panjang atap io = pv = 3 x 1,628 = 4,884 m Panjang atap uv = 0,814 m
Panjang atap vw = 1,221 m Panjang atap pw = pv + vw = 6,105 m Panjang atap ov = 2,00 m Panjang atap gv = 4,00 m Panjang atap uw = uv + vw
(53)
Luas atap aipqjb = ab x ap = 0,814 x 4,00 = 3,256 m2 Luas atap bjqsld
= bq x bd =4,00 x 1,628 =6,512 m2 Luas atap dlsunf
= ds x df =4,00 x 1,628 =6,512 m2 Luas atap fnuwh
= fu x fh =4,00 x 2,035 =8,140 m2
Panjang Gording ap = 4,00 m Panjang Gording cr
= 4,00 m Panjang Gording et
= 4,00 m Panjang Gording gv
(54)
a b c d e f g h i j k l n o p m q r s t u v w
a
b
c
d
e
f
g
h
i
j
k
l
n
o
p
m
q
r
s
t
u
v
w
Gambar 3.14 Luasan Plafon
Panjang plafon pv = 3 x 1,333 = 3,999 m Panjang plafon uv = 0,666 m Panjang plafon vw = 1,00 m Panjang plafon pw = pv + vw
= 4,999 m Panjang plafon ov = 2,00 m Panjang plafon hw = 4,00 m
Luas plafon aipqjb = ap x ab
= 4,00 x 0,666 = 2,664 m2
Luas plafon bjqsld = bq x bd
= 4,00 x 1,333 = 5,332 m2
Luas plafon dlsunf = ds x df
(55)
Luas plafon fnuwh = fu x fh
= 4,00 x 1,666 = 6,664 m2
3.5.3. Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama A
Data-data pembebanan :
Berat gording = 11 kg/m (sumber tabel baja)
Jarak antar kuda-kuda = 4,00 m (sumber : gambar perencanaan) Berat penutup atap = 50 kg/m2 (sumber PPIUG 1983) Berat profil = 25 kg/m (sumber : tabel baja)
1 2 3 4 5 6
12 11
10 9
8
7
13 14
15 16
17
18 19
20 21
P4
P3
P2
P1
P5
P6
P7
P8 P9 P10 P11 P12
Gambar 3.15 Pembebanan Kuda- kuda utama A akibat beban mati
a. Perhitungan Beban
Beban Mati
1) Beban P1 = P7
a) Beban gording = Berat profil gording x jarak kuda-kuda = 11 x 4,00 = 44,00 kg
(56)
= 8,140 x 50 = 407 kg
c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (1 + 7) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,333 + 1,628) x 25 = 37,013 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 37,013 = 11,104 kg e) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
= 10 x 37,013 = 3,702 kg
f) Beban plafon = Luasan plafond fnuwh x berat plafon = 6,664 x 18 = 119,96 kg
2) Beban P2 =P6
a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording et = 11 x 4,00 = 44 kg
b) Beban atap = Luasan atap dlsunf x berat atap = 6,512 x 50 = 325,6 kg
c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg(7+8 +13 +14) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,628 + 1,628 + 0,934 + 1,628) x 25
= 61,05 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 61,05 = 18,32 kg e) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
= 10 x 61,05 = 6,11 kg 3) Beban P3 = P5
a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording cr = 11 x 4,00 = 44 kg
b) Beban atap = Luasan atap bjqsld x berat atap = 6,512 x 50 = 325,6 kg
c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (8 +9 +15+16) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,628 +1,628 +1,870+2,297) x 25 = 92,79 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 92,79 = 27,84 kg e) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda = 10 x 92,79 = 9,279 kg
(57)
4) Beban P4
a) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording ap = 11 x 4 = 44 kg
b) Beban atap = ( 2 x Luasan atap aipqjb ) x berat atap = ( 2x3,256 ) x 50 = 325,6 kg
c) Beban kuda-kuda = ½ x Btg(9+10 +17) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,628 + 1,628 + 2,8) x 25
= 75,7 kg
d) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 75,7 = 22,71 kg e) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
= 10 x 75,7 = 7,57 kg 5) Beban P8 = P12
a) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (1+2+13) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,333+1,333+1,628 ) x 25 = 53,675 kg
b) Beban plafon =Luasan plafond dlsunf x berat plafon = 5,332 x 18 = 95,976 kg
c) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 53,675 = 16,103 kg d) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
= 10 x 53,675 = 5,368 kg 6) Beban P10
a) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (3+4+16+17+18) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,333+1,333+2,297+2,8+2,297) x 25
= 125,75 kg
b) Beban plafon =( 2 x luasan plafond aipqjb ) x berat plafon = ( 2 x 2,664 ) x 18 = 95,904 kg
c) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 125,75 = 37,725 kg d) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
(58)
7) Beban P9 = P11
a) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (2+3+14+15) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,333+1,333+1,628+1,870)x25 = 77,05 kg
b) Beban plafon =Luasan plafond bjqsld x berat plafon = 5,332 x 18 = 95,976 kg
c) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 30 x 77,05 = 23,115 kg d) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda
= 10 x 77,05 = 7,705 kg Tabel 3.13 Rekapitulasi beban mati
Beban
Beban Atap
(kg)
Beban gording
(kg)
Beban Kuda -
kuda (kg)
Beban Bracing
(kg)
Beban Plat sambung
(kg)
Beban Plafon
(kg)
Jumlah Beban
(kg)
Input SAP
(kg)
P1=P7 453,45 44 46,275 4,628 13,883 48,87 605,166 650
P2=P6 268,6 44 90,9 9,09 27,27 - 424,9 450
P4 122,7 44 94,64 9,464 28,392 - 266,196 350 P8=P12 - - 56,263 5,626 16,879 79,218 157,986 200 P10 - - 125,75 15,714 47,141 36,18 256,173 300 P9=P11 - - 77,05 7,705 23,115 95,976 189,408 200 P3=P5 185,2 44 115,9 11,59 34,77 - 367,48 400
Beban Hidup
Beban hidup yang bekerja pada P1, P2, P3, P4, P5, P6, P7 = 100 kg
Beban Angin
(59)
W5
W8 W7
W6
W1
W2
W3
W4
21 20
19 18 17 16 15 14 13
6 5
4 3
2 1
7
8
9 10
11
12
Gambar 3.16 Pembebanan kuda-kuda utama A akibat beban angin
Beban angin kondisi normal, minimum = 25 kg/m2. 1). Koefisien angin tekan = 0,02 0,40
= (0,02 x 35) – 0,40 = 0,3
a). W1 = luasan atap fuhw x koef. angin tekan x beban angin
= 8,140 x 0,3 x 25 = 61,05 kg
b). W2 = luasan atap dsfu x koef. angin tekan x beban angin
= 6,512 x 0,3 x 25
= 48,64 kg
c). W3 = luasan atap bqds x koef. angin tekan x beban angin
= 6,512 x 0,3 x 25
= 48,64 kg
d). W4 = luasan atap apqb x koef. angin tekan x beban angin
= 3,256 x 0,3 x 25
= 24,42 kg
2). Koefisien angin hisap = - 0,40
a). W5 = luasan atap apqb x koef. angin tekan x beban angin
= 3,256 x -0,4 x 25
(60)
b). W6 =luasan atap bqds x koef. angin tekan x beban angin
= 6,512 x -0,4 x 25
= -65,12 kg
c). W7 = luasan atap dsfu x koef. angin tekan x beban angin
= 6,512 x -0,4 x 25
= -65,12 kg
d). W8 = luasan atap fuhw x koef. angin tekan x beban angin
= 8,140 x -0,4 x 25
= -81,40 kg
Tabel 3.14 Perhitungan beban angin Beban
Angin Beban (kg)
Wx
W.Cos (kg)
(Untuk Input SAP2000)
Wy
W.Sin (kg)
(Untuk Input SAP2000)
W1 61,05 50,01 51 kg 35,02 36 kg
W2 48,64 39,85 40 kg 27,90 28 kg
W3 48,64 39,85 40 kg 27,90 28 kg
W4 24,42 20,04 21 kg 14,01 15 kg
W5 -32,56 -26,68 -27 kg -18,68 -19 kg
W6 -65,12 -53,35 -54 kg -37,36 -38 kg
W7 -65,12 -53,35 -54 kg -37,36 -38 kg
W8 -81,40 -66,68 -67 kg -46,69 -47 kg
Dari perhitungan mekanika dengan menggunakan program SAP 2000 diperoleh gaya batang yang bekerja pada batang kuda-kuda utama sebagai berikut :
Tabel 3.15. Rekapitulasi gaya batang kuda-kuda utama A
Batang
kombinasi Tarik (+)
( kg )
Tekan (-) ( kg )
1 2985,56 -
(61)
3 2391,29 -
4 2347,99 -
5 2898,97 -
6 2898,97 -
7 - 3488,53
8 - 2762,88
9 - 2071,37
10 - 2050,85
11 - 2742,34
12 - 3467,98
13 241,34 -
14 - 725,91
15 658,77 -
16 - 975,50
17 1906,19 -
18 - 975,50
19 658,77 -
20 - 725,91
21 241,34 -
3.5.4. Perencanaan Profil Kuda- kuda utama A
a. Perhitungan profil batang tarik
Pmaks. = 2985,56 kg ijin = 1600 kg/cm2
2 ijin
maks.
netto 1,866cm
1600 2985,56
σ
P
F
Fbruto = 1,15 . Fnetto = 1,15 . 1,866 cm2 = 2,146 cm2 Dicoba, menggunakan baja profil 50. 50. 6
F = 2 . 5,69 cm2 = 11,38 cm2
(62)
Kontrol tegangan yang terjadi : 2 maks. kg/cm 308,649 11,38 . 0,85 2985,56 F . 0,85 P σ
0,75ijin
308,649 kg/cm2 1200 kg/cm2……. aman !!
b. Perhitungan profil batang tekan
Pmaks. = 3488,53 kg
lk = 1,628 m = 162,8 cm
Dicoba, menggunakan baja profil 50 . 50 . 6 ix = 1,50 cm
F = 2 . 5,69 = 11,38 cm2
54 , 108 1,50 162,8 i lk λ x 111,07cm kg/cm 2400 σ dimana, ... σ . 0,7 E π λ 2 leleh leleh g 0,978 111,07 108,54 λ λ λ g s
Karena s < 1 maka : = 1 Kontrol tegangan yang terjadi :
2 maks. kg/cm 306,55 11,38 3488,53.1 F ω . P σ
ijin
(63)
3.5.5. Perhitungan Alat Sambung a. Batang Tekan
Digunakan alat sambung baut-mur. Diameter baut () = 12,7 mm ( ½ inches) Diameter lubang = 13,7 mm.
Tebal pelat sambung () = 0,625 . d
= 0,625 . 12,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm
Tegangan geser yang diijinkan Teg. Geser = 0,6 . ijin
= 0,6 . 1600 = 960 kg/cm2 Tegangan tumpuan yang diijinkan
Teg. tumpuan = 1,5 . ijin
= 1,5 . 1600 = 2400 kg/cm2 Kekuatan baut :
a) Pgeser = 2 . ¼ . . d2 . geser
= 2 . ¼ . . (1,27)2 . 960 = 2430,96 kg b) Pdesak = . d . tumpuan
= 0,9 . 1,27 . 2400 = 2743,20 kg P yang menentukan adalah Pgeser = 2430,96 kg. Perhitungan jumlah baut-mur,
436 , 1 2430,96 3488,53 P
P n
geser
maks.
~ 2 buah baut
Digunakan : 2 buah baut Perhitungan jarak antar baut : a) 1,5 d S1 3 d
Diambil, S1 = 2,5 d = 2,5 . 1,27 = 3,175 cm = 3 cm b) 2,5 d S2 7 d
Diambil, S2 = 5 d = 5 . 1,27
(64)
b. Batang tarik
Digunakan alat sambung baut-mur.
Diameter baut () = 12,7 mm ( ½ inches ) Diameter lubang = 13,7 mm.
Tebal pelat sambung () = 0,625 . d
= 0,625 x 12,7 = 7,94 mm. Menggunakan tebal plat 8 mm
Tegangan geser yang diijinkan
Teg. Geser = 0,6 . ijin = 0,6 . 1600 =960 kg/cm2
Tegangan tumpuan yang diijinkan
Teg. tumpuan = 1,5 . ijin = 1,5 . 1600 = 2400 kg/cm2
Kekuatan baut :
a) Pgeser = 2 . ¼ . . d2 . geser
= 2 . ¼ . . (127)2 . 960 = 2430,96 kg
b) Pdesak = . d . tumpuan = 0,9 . 1,27. 2400 = 2473,2 kg
P yang menentukan adalah Pgeser = 2430,96 kg. Perhitungan jumlah baut-mur,
1,229 2430,96
2985,56 P
P n
geser
maks.
~ 2 buah baut
Digunakan : 2 buah baut
Perhitungan jarak antar baut : a) 1,5 d S1 3 d
Diambil, S1 = 2,5 d = 2,5 . 1,27 = 3,175 cm
= 3 cm b) 2,5 d S 7 d
(65)
Diambil, S2 = 5 d = 5 . 1,27 = 6,35 cm
= 6 cm
Tabel 3.16 Rekapitulasi perencanaan profil kuda-kuda utama A
Nomer Batang Dimensi Profil Baut (mm)
1 50 . 50 . 6 2 12,7 2 50 . 50 . 6 2 12,7 3 50 . 50 . 6 2 12,7 4 50 . 50 . 6 2 12,7 5 50 . 50 . 6 2 12,7 6 50 . 50 . 6 2 12,7 7 50 . 50 . 6 2 12,7 8 50 . 50 . 6 2 12,7 9 50 . 50 . 6 2 12,7 10 50 . 50 . 6 2 12,7 11 50 . 50 . 6 2 12,7 12 50 . 50 . 6 2 12,7 13 50 . 50 . 6 2 12,7 14 50 . 50 . 6 2 12,7 15 50 . 50 . 6 2 12,7 16 50 . 50 . 6 2 12,7 17 50 . 50 . 6 2 12,7 18 50 . 50 . 6 2 12,7 19 50 . 50 . 6 2 12,7 20 50 . 50 . 6 2 12,7 21 50 . 50 . 6 2 12,7
(66)
3.6. Perencanaan Kuda-kuda Utama (KK B)
3.6.1. Perhitungan Panjang Batang Kuda-kuda B
35°
4,884
8
2,8 1,628
1 2 3 4 5 6
12 11
10 9
8
7
13 14
15 16
17
18 19
20 21
Gambar 3.17 Panjang batang kuda-kuda B
Perhitungan panjang batang selanjutnya disajikan dalam tabel dibawah ini : Tabel 3.17 Perhitungan panjang batang pada kuda-kuda utama B (KK)
No batang Panjang batang
1 1,333 m
2 1,333 m
3 1,333 m
4 1,333 m
5 1,333 m
6 1,333 m
7 1,628 m
8 1,628 m
9 1,628 m
10 1,628 m
11 1,628 m
12 1,628 m
13 0,934 m
14 1,628 m
15 1,870 m
16 2,297 m
(67)
18 2,297 m
19 1,870 m
20 1,628 m
21 0,934 m
3.6.2. Perhitungan Luasan Setengah Kuda-Kuda Utama B
a b c d e f g h
a
b
c
d
e
f
g
h
i j k l m n o p
p
o
n
m
l
k
j
i
q r
s t
u v
w
Gambar 3.18 Luasan Kuda-kuda B
Panjang atap io = 3 x 1,628 = 4,884 m Panjang atap op = 1,221 m
Panjang atap ip = io + op = 6,105 m Panjang atap ov = 2,00 m Panjang atap go = 2,00 m
Panjang atap pw =
io vo ip.
= 2,5 m
Panjang atap nu =
io vo in.
= 1,67 m
Panjang atap ls =
io ov il.
(68)
= 1,00 m
Panjang atap jq =
io ov ij.
= 0,34 m Panjang atap np = ½ mo + op
= ( 0,5 x 1,628 ) + 1,221 = 2,035 m
Luas atap fuhw
= ( fh x hp ) + (
2 pw nu x np)
= ( 2,035 x 2 ) + (
2 5 , 2 67 , 1 x 2,035)
= 8,313 m2 Luas atap dsfu
= ( df x fn ) + (
2 nu ls x ln)
= ( 1,628 x 2 ) + (
2 67 , 1 00 , 1 x 1,628)
= 5,43 m2 Luas atap bqds
= ( bd x dl ) + (
2 ls jq x jl)
= ( 1,628 x 2 ) + (
2 00 , 1 34 , 0 x 1,628)
= 4,35 m2 Luas atap aibq
= ( ab x bj ) + (0,5 x ij x jq)
= ( 0,814 x 2 ) + (0,5 x 0,814 x 0,34) = 1,77 m2
Panjang Gording gv
= go + ov = 2 + 2
(69)
Panjang Gording et = em + mt
atap mt =
io ov im.
= 1,34 m = em + mt
= 2 + 1,34 = 3,34 m Panjang Gording cr = ck + kr
atap kr =
io ov ik.
= 0,67 m = ck + kr
= 2 + 0,67 = 2,67 m
a b c d e f g h
a
b
c
d
e
f
g
h
ij k l m n o p
p
o
n
m
l
k
j
i
q r
s t
u
v
w
Gambar 3.19 Luasan Plafon Kuda – Kuda B Panjang plafon io = 3 x 1,333
= 3,999 m Panjang plafon op = 1,00 m Panjang plafon ip = io + op
= 4,999 m Panjang plafon ov = 2,00 m
(70)
Panjang plafon hp = 2,00 m
Panjang plafon pw =
io vo ip.
= 2,51 m
Panjang plafon nu =
io vo in.
= 2,04 m
Panjang plafon ls =
io ov il.
= 1,222 m
Panjang plafon jq =
io ov ij.
= 0,408 m Panjang plafon np = ½ mo + op
= ( 0,5 x 1,333 ) + 1 = 1,67 m
Luas plafon fuhw
= ( fn x fh ) + (
2 pw nu x np)
= ( 2 x 1,67 ) + (
2 51 , 2 04 , 2 x 1,67)
= 7,14 m2 Luas plafon dsfu
= ( df x fn ) + (
2 nu ls x ln)
= ( 1,333 x 2 ) + (
2 04 , 2 222 , 1 x 1,333)
= 4,841 m2 Luas plafon bqds
= ( bd x dl ) + (
2 ls jq x jl)
= ( 1,333x 2 ) + (
2 222 , 1 408 , 0 x 1,333)
(71)
= 3,753 m2 Luas plafon aibq
= ( ab x bj ) + (0,5 x ij x jq)
= ( 0,666 x 2 ) + (0,5 x 0,666 x 0,408) = 1,468 m2
3.6.3. Perhitungan Pembebanan Kuda-kuda Utama B
Data-data pembebanan :
Berat gording = 11 kg/m (sumber tabel baja)
Jarak antar kuda-kuda = 4,00 m (sumber : gambar perencanaan) Berat penutup atap = 50 kg/m2 (sumber PPIUG 1983) Berat profil = 25 kg/m (sumber : tabel baja)
1 2 3 4 5 6
12 11
10 9
8
7
13 14
15 16
17
18 19
20 21
P4
P3
P2
P1
P5
P6
P7
P8 P9 P10 P11 P12
Gambar 3.20 Pembebanan Kuda- kuda utama B akibat beban mati
b. Perhitungan Beban
Beban Mati
1) Beban P1 = P7
(72)
= 11 x 4,00 = 44 kg
h) Beban atap = Luas atap fuhw x Berat atap = 8,313 x 50
= 415,65 kg
i) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (1 + 7) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,333 + 1,628) x 25
= 37,0125 kg
j) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 37,0125
= 11,104 kg
k) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 37,0125
= 3,702 kg
l) Beban plafon = Luas plafon fuhw x berat plafon = 7,14 x 18
= 128,52 kg 2) Beban P2 =P6
f) Beban gording = Berat profil gording x panjang gording et = 11 x 3,34
= 36,74 kg
g) Beban atap = Luas atap dsfu x berat atap = 5,43 x 50
= 271,5 kg
h) Beban kuda-kuda = ½ x Btg (7+8 +13 +14) x berat profil kuda kuda = ½ x (1,628 + 1,628 + 0,934 + 1,628) x 25
= 72,73 kg
i) Beban plat sambung = 30 x beban kuda-kuda = 0,3 x 72,73
= 21,82 kg
j) Beban bracing = 10 x beban kuda-kuda = 0,1 x 72,73
(1)
Tugas Akhir
Perencanaan Struktur Bank Pasar 2 Lantai 169
BAB 9 Rekapitulasi 9.2 Tulangan beton
No Elemen Dimensi Tul. Tumpuan Tul. Lapangan Tul. Geser Ket. 1 Pondasi
portal 1,5x1,5x0,3 - 16-120 mm Ø10–200 Pondasi portal 2 Pondasi
tangga 1,0x1,9x0,3 - 13–125 mm Ø8–200 Pondasi tangga 3 Sloof 200/300 4D16 mm 2D16 mm Ø8–120 mm Lantai 1
arah x dan y 4 Kolom 40/40 3D16 mm 3D16 mm Ø8–200 mm Lantai
1 dan 2 5 Plat
tangga t = 0,12 13-160 mm 13-160 mm Ø8–200 mm - 6 Balok
bordes 150/300 413 mm 313 mm Ø8–120 mm - 7 Balok portal
memanjang 400/700 4D19 mm 4D19 mm Ø10–200 mm Lantai 2 arah x 8 Balok portal
melintang 20/40 4D19 mm 4D19 mm Ø10–200 mm Lantai 2 arah y 9 Balok
Anak 1 150/200 2D16 mm 2D16 mm Ø8–70 mm Lantai 2 arah y 10 Balok
Anak 2 200/400 2D19 mm 5D19 mm Ø8–170 mm Lantai 2 arah x 11 Balok
Anak 3 400/700 2D22 mm 8D22 mm Ø10–150 mm
Lantai 2 arah x dan y 12 Plat lantai
Arah X t = 0,12 10–160 mm 10–240 mm - Lantai 2 arah x 13 Plat lantai
Arah Y t = 0,12 10–110 mm 10–240 mm - Lantai 2 arah y 14 Rink
(2)
Tugas Akhir
Perencanaan Struktur Bank Pasar 2 Lantai 170
(3)
Tugas Akhir
Perencanaan Struktur Bank Pasar 2 Lantai
BAB 10 Kesimpulan
BAB 10
KESIMPULAN
Dari hasil perencanaan dan perhitungan struktur bangunan yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Perencanaan struktur bangunan di Indonesia mengacu pada peraturan dan pedoman perencanaan yang berlaku di Indonesia.
2. Dalam merencanakan struktur bangunan, kualitas dari bahan yang digunakan sangat mempengaruhi kualitas struktur yang dihasilkan.
3. Perhitungan pembebanan digunakan batasan – batasan dengan analisa statis equivalent.
4. Dari perhitungan diatas diperoleh hasil sebagai berikut :
Perencanaan atap
Kuda – kuda utama A dipakai dimensi profil siku 50.50.6 diameter baut 12,7 mm jumlah baut 2
Kuda – kuda utama B dipakai dimensi profil siku 60.60.6 diameter baut 12,7 mm jumlah baut 3 dan 4
Setengah kuda – kuda dipakai dimensi profil siku 40.40.6 diameter baut 12,7 mm jumlah baut 2
Jurai dipakai dimensi profil siku 50.50.6 diameter baut 12,7 mm jumlah baut 2
Perencanaan Tangga
Tulangan tumpuan yang digunakan Ø 13 – 160 mm Tulangan lapangan yang digunakan Ø 13 – 160 mm Tulangan geser yang digunakan Ø 8 – 200 mm
Tulangan arah sumbu panjang yang digunakan pada pondasi D 13 – 125 mm Tulangan arah sumbu pendek yang digunakan pada pondasi D 13 – 125 mm Tulangan geser yang digunakan pada pondasi Ø 8 – 200 mm
(4)
Tugas Akhir
Perencanaan Struktur Bank Pasar 2 Lantai
BAB 10 Kesimpulan
171
Perencanaan plat lantai Tulangan arah X
Tulangan lapangan yang digunakan Ø 10 – 240 mm Tulangan tumpuan yang digunakan Ø 10 – 160 mm Tulangan arah Y
Tulangan lapangan yang digunakan Ø 10 – 240 mm Tulangan tumpuan yang digunakan Ø 10 – 110 mm
Perencanaan balok anak 1
Tulangan tumpuan yang digunakan 2D16 mm Tulangan lapangan yang digunakan 2D16 mm Tulangan geser yang digunakan Ø8–70 mm
Perencanaan balok anak 2
Tulangan tumpuan yang digunakan 2D19 mm Tulangan lapangan yang digunakan 5D19 mm Tulangan geser yang digunakan Ø8–170 mm
Perencanaan balok anak 3
Tulangan tumpuan yang digunakan 2D22 mm Tulangan lapangan yang digunakan 8D22 mm Tulangan geser yang digunakan Ø10–150 mm
Perencanaan portal
Perencanaan tulangan balok portal Arah Memanjang Tulangan tumpuan yang digunakan 4 D 19 mm Tulangan lapangan yang digunakan 4 D 19 mm Tulangan geser yang digunakan Ø 10 – 200 mm Perencanaan tulangan balok portal Arah Melintang Tulangan tumpuan yang digunakan 4 D 19 mm Tulangan lapangan yang digunakan 4 D 19 mm
(5)
Tugas Akhir
Perencanaan Struktur Bank Pasar 2 Lantai
BAB 10 Kesimpulan
172
Tulangan geser yang digunakan Ø 10 – 200 mm
Perencanaan Tulangan Kolom
Tulangan tumpuan yang digunakan 3 D 16 mm Tulangan lapangan yang digunakan 3 D 16 mm Tulangan geser yang digunakan Ø 8 – 200 mm
Perencanaan Tulangan Ring Balk
Tulangan tumpuan yang digunakan 2 D 13 mm Tulangan lapangan yang digunakan 2 D 13 mm Tulangan geser yang digunakan Ø 8 – 200 mm
Perencanaan Tulangan Sloof
Tulangan tumpuan yang digunakan 4 D 16 mm Tulangan lapangan yang digunakan 2 D 16 mm Tulangan geser yang digunakan Ø 8 – 120 mm
Perencanaan pondasi portal
Tulangan lentur yang digunakan D 16-120 mm Tulangan geser yang digunakan Ø10–200 mm
5. Adapun Peraturan-peraturan yang digunakan sebagai acuan dalam penyelesaian analisis, diantaranya :
a. Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002), Direktorat Penyelidik Masalah Bangunan, Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Bandung.
b. Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perhitungan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1729-2002), Direktorat Penyelidik Masalah Bangunan, Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Bandung.
(6)
Tugas Akhir
Perencanaan Struktur Bank Pasar 2 Lantai
BAB 10 Kesimpulan
173
c. Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung (PPIUG), 1989, Cetakan ke-2, Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Direktorat Jendral Cipta Karya Yayasan Lembaga Penyelidik Masalah Bangunan, Bandung.
d. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja Untuk Pembangunan Gedung, Departemen Pekerjaan Umum, Bandung.
e. Peraturan Perencanaan Bangunan Baja Indonesia (PPBBI), 1984, Cetakan ke -2, Yayasan Lembaga Penyelidikan masalah bangunan.
f. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBBI), 1971, N.1-2 Cetakan ke-7, Direktorat Penyelidik Masalah Bangunan, Direktorat Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Bandung.