Pelaksanaan bimbingan agama dalam membentuk sikap santun pada remaja di Pesantren Al-Qur’an Nur Medina Pondok Cabe Tangerang Selatan ABDULLAH UBAID FDK

PELAKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM
MEMBENTUK SIKAP SANTUN PADA REMAJA DI
PESANTREN AL-QUR’AN NUR MEDINA PONDOK CABE
TANGERANG SELATAN

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh :
Abdullah Ubaid
NIM : 1111052000019

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2015 M


PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi Berjudul : PELz^TKSANAAN BIMBINGAN AGAMA DALAM
MENIBENTUK SIKAP SANTUN PADA REMAJA DI PESANTREN ALQUR'AN NUR MEDINA PONDOK CABE TANGERANG SELATAN, OlEh
Abdullah Ubaid, NiM : 1111052000019, telah diujikan dalam sidang
munaqosyah Fakultas ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada Selasa, 31 Januari 2A17. Slaipsi ini telah diterima
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) pada jurusan
Bimbingan dan Penluluhan Islam.
Jakarta, 31 Januan 2017

Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Penguj i,

Sekretaris,

I

ll,o


NqsLEeklijlegprqJ.Si
NIP. 19580910

NIP. 19650301 199903 1 001

8743 2 001

Anggota,
Penguji

II

f***

Artiarini Puspita Arrvan. M.Psi
NrP. 19861r09 2011012 016

Pembiinbing


Nurul Hidavati. S.Ae..' M.Pd
NIP. 19690322 199603 2 001

ABSTRAK
Abdullah Ubaid 1111052000019 Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam
Membentuk Sikap Santun pada Remaja di Pesantren al-Qur’an Nur Medina
Pondok Cabe Tangerang Selatan Dibawah bimbingan Nurul Hidayati, S.Ag.,
M.Pd
Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk yang sangat
majemuk, dan tercatat sebagai negara yang berpenduduk muslim terbanyak di
dunia saat ini. Karena itu, dengan keberagaman penduduk Indonesia, metode
penyebaran agama bagi para penyuluh agama sangat kompleks, dengan semakin
banyak tuntutan hidup, baik di perkotaan maupun di pedesaan. Kemajuan
teknologi juga sangat terasa pengaruhnya bagi para pembimbing dan penyuluh
agama, khususnya Islam, yang ingin terus mempertahankan eksistensinya di
negara Indonesia ini.
Salah satu jalan yang ditempuh untuk mempertahankan dan menyebarkan
agama Islam, adalah dengan cara mendirikan sebuah lembaga pendidikan, baik
formal, non formal atau informal. Berkaitan dengan itu semua, harus ada pihak
yang membimbing dan ada yang terbimbing, sarana-prasarana dan lain-lain. PPA

Nur Medina yang terletak di Pondok Cabe Tangerang Selatan adalah salah satu
lembaga yang menyelenggarakan program pendidikan tersebut
Penelitian ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan agama
pada remaja atau santri dalam membentuk sikap santun di PPA Nur Medina
Pondok Cabe Tangerang Selatan. Metode penulisan yang digunakan penulis
adalah metode kualitatif data deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil
bentuk kata-kata atau gambar dari pada angka-angka.
Bimbingan agama di PPA Nur Medina dilaksanakan setiap hari, waktunya
pada malam hari pukul 18:30-20:15 WIB dan pagi hari 05:00-06:10 WIB. Secara
langsung maupun tidak langsung, PPA Nur Medina telah melaksanakan kegiatan
bimbingan dan penyuluhan agama bagi remaja maupun masyarakat sekitar
pesantren.

Kata Kunci : Bimbingan Agama, Sikap Santun, Remaja

iv

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbillalamin, segala puji hanya milik Allah SWT. Tuhan

seluruh alam, atas rahmat, ridlo, barokah dan pertolongannya yang tak terbatas
kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam Membentuk Sikap Santun pada Remaja di
Pesantren al-Qur’an Nur Medina” dengan baik dan tepat waktu. Sholawat dan
salam selalu penulis curahkan kepada Nabi terakhir, Rasulullah Muhammad
SAW. beserta keluarga, sahabat-sahabat dan para pengikutnya. Atas kemuliaan
akhlak dan risalah yang disampaikan kepada kita, semoga dapat memberikan suri
tauladan kepada kita semua hingga akhir zaman nanti, Aamiin.
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana strata satu di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini, tidak akan terwujud tanpa
adanya rahmat, ridlo dan pertolongan Allah SWT dan juga dari Rasulullah SAW.
Penulis juga sadar akan bantuan moril dan materiil dari banyak pihak, terutama
kepada Ibu dan Bapak penulis, Ibu Ro’aitu binti Ramullah dan Bapak Abdul
Qodir bin Waryadi, begitu besar cinta kasih dan sayangnya terhadap penulis, do’a
dan kebaikan yang selalu diberikan kepada penulis, sehingga penulis tidak mampu
untuk membalas semuanya, sekedar bisa membahagiakannya, semoga Allah
muliakan Ibu dan Bapak, dunia sampai akhirat, amin.


v

Terima kasih juga penulis sampaikan untuk adik dan keponakan beserta
ayahnya, Milatussolikha bin Abdul Qodir, Nasywa Fairoza Mufti bin Farid Mufti,
Farid bin Abdul Majid dan untuk keluarga besar Bani Ramullah, Paman Bibi,
Sepupu, Le’ Iqon, juga orang terkasih penulis De’ Badriyatun Ni’mah binti Alm.
Muchtarom bin Kaswad, Umi Maskuroh binti Alm. H. Muchyidin yang selalu ada
dalam suka dan duka. Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang bertakwa,
hamba yang soleh dan solihah, yang mampu memberi manfaat bagi sebanyakbanyak manusia, amin.
Dengan segala kerendahan hati, penulis juga menyampaikan ucapan
terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. Dr. Dede Rosyada M.A selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Dr. Arief Subhan M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Dr. Suparto, M.Ed., Ph.D selaku Wadek Bidang Akademik,
Dr. Roudhonah, M.A selaku Wadek Bidang Administrasi Umum, Dr
Suhaimi, M.Si selaku Wadek Kemahasiswaan.
3. Dra. Rini L. Prihatini M.Si. selaku Ketua Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.

4. Ir. Noer Bekti Negoro M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam.
5. Nurul Hidayati, S.Ag., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang
senantiasa mendukung, membantu dan mengarahkan penulis dalam
bimbingan skripsi hingga selesai.

vi

6. Dr. Hj. Roudhonah, MA., Drs. H. Mahmud Jalal, MA., Noor Bekti
Negoro, M.Si., Artiarini Puspita Arwan, M.Psi. selaku penguji skripsi dan
tim pengarahan perbaikan skripsi penulis.
7. Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi khususnya Jurusan
Bimbingan dan Penyuluhan Islam, dan segenap staf pegawai UIN Syarif
Hidayatullah yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namanya,
penulis ucapkan terima kasih yang tak terhingga atas ilmu yang telah
diberikan, atas kesabaran, perhatian, kasih sayangnya dalam mendidik
penulis hingga selesai jenjang pendidikan strata satunya.
8. Ustadz H. Endang Husna Hadi S.Ag selaku pengasuh, pimpinan PPA Nur
Medina Pondok Cabe Tangerang Selatan Banten, dan Ibu Ustadzah Hj.
Arbiyah Mahfuz S.Th.I. al-Hafidzoh beserta keluarga, yang telah

memberikan izin penulis untuk melaksanakan penelitian, yang selalu
ikhlas, sabar dan penuh kesungguhan dalam membimbing, mengarahkan
dan memberi motivasi untuk meraih apa yang menjadi cita-cita penulis.
Semoga Allah karuniakan rahmat, ridlo, kesehatan, panjang umur dan
barokah rizkinya, amin.
9. Guru-guru SDN Sidayu, SMP Takhassus al-Qur’an, SMA Takhassus alQur’an Wonosobo, PP Asasul Huda Klawen Bawang Batang, PPTQ AlAsyariyyah Kalibeber Wonosobo, rumah tahfiz Ngebrak Kalibeber
Wonosobo, Madrasatul Huffaz 1 (MH1) Gedongan Cirebon, Pesantren alQur’an Nur Medina dan Pesantren Yatim Cahaya Madinah Pondok Cabe
Pamulang Tangerang Selatan Banten.

vii

Alm. H. Suprapto, Bu Djumirah, Pak Muhaimin, Pak Sofar, Bu
Tiana, Pak Abass, Mbah Su’udi Sulaiman, Mbah Muntaha al-Hamilul
Qur’an, Mbah Mustahal Asyari’, Bapak Asad al-Hamilul Qur’an, Abah
Faqih, Mak Badi’, KH. Abu Bakar Sofwan al-Hamilul Qur’an, Ustdaz H.
Endang Husna Hadiawan, Ibu Ustadzah Hj. Arbiyah Mahfuz, Haji Ahmad
Suparli, Dr. Muhson Nawawi, semoga Allah selalu karuniakan keberkahan
dimanapun berada.
10. Sahabat Takhasusku semua, Dian Widiyanto, Muhammad Na’im, Hanif
Wibowo, Imam Baihaqi, Bisroh, Muhammad Taufik, Vairuz, Putra, Duna,

Ipul, Iyus, Mbah Dullah, IPI, Latif, Azon. Teman sekampung Abdulloh
Jono,Haryanto, Zainudin Mullah, Subkhi, DAS, Humam Nasirudin, Lutfi,
Umam Azizi, Roziquin, teman sekamar Kg Tolib, Kg Muslih, Kg Hafid,
Kg Zamroni, Kg Sofyan, Kg Mufid Rembang Cak Ruswanto Tegal. Blok
H Tahfiz Putra al-Asyariyyah, Blok D Putra, Blok J Putra, bawah Masjid
Kalibeber, semoga kita bisa terus saling memberi motivasi dan
bersilaturrahim.
11. Sahabat Pesantren Yatim Cahaya Madinah, Mbak Laila, Mbak Ana
Dzikriyana Idris, Zulkarnaen, Syafei, Firman, Cak Nun, Mbak Cha Idris,
Anak Abah Durrotul Gholiah, Wawah Mawaddah, Sulton, Uci, Amar,
Praja, Cindy, Rizqi Maulana, Dinda Azura Stefani Gatot, semoga kita bisa
terus mengabdi dan berkarya.
12. Keluarga Besar PPA Nur Medina, Miss Acil, Mas So Veri, BBG, Muslih
Muchbir, Rifat, semoga kita senantiasa bisa menjaga ukuwah Islamiah.

viii

13. Keluarga BPI 2011, Alaika Firmansyah, Ang Jamal, Khoirul, Nahrub,
Jaid, Egi, Hari Dimong, Muzani, Elsa, Safarudin, Geri, Sabri, Kun Inang,
Tyara, Maria Ulfa Kamal, Wirda, Unis, Nadia Alim, Shifa, Fajriah, Irma,

Cinuy Blink, Nurhasanah, Winda, Milaty, Nadia Sabrina, Heppy Aulia,
Muzaai, Lidya Rahmi, Novita, Lina Suwarti, semoga kita meraih sukses.
14. Teman-teman UIN, Khoiri, SC Ali Munandar, Ajengan Muiz, Gus Najmul
Umam, Haris, Heri dkk semoga selalu semangat meraih cita-cita.
Tiada kata yang mampu untuk membalas semuanya, selain “maturnuwun,
terimakasih”, semoga Allah karuniakan balasan kebaikan dan pahala yang berlipat
ganda atas semua yang telah diberikan kepada penulis, dengan sebaik-baiknya
balasan dan semoga kita semua selalu dalam naungan rahmat dan ridlo-Nya,
Aamiiin.

Jakarta, 3 Desember 2015

Abdullah Ubaid

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN................................................................................. iii
ABSTRAK............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR........................................................................................... v
DAFTAR ISI.......................................................................................................... x
BAB I

PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A.
B.
C.
D.
E.
F.

BAB II

Latar Belakang Masalah............................................................ 1
Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 5
Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................. 5
Metodologi Penelitian............................................................... 7
Tinjauan Pustaka....................................................................... 9
Sistematika Penulisan.............................................................. 11

LANDASAN TEORI................................................................... 13
A. Teori-Teori Bimbingan Agama.............................................. 13
1. Bimbingan....................................................................... 12
2. Agama........................................................................ 15
3. Bimbingan Agama..................................................... 17
4. Tujuan Bimbingan Agama............................................. 18
5. Metode dan Teknik Bimbingan dan Penyuluhan
(Konseling) Islam...................................................... 20
6. Syarat dan Kriteria Pembimbing................................ 28
B. Sikap....................................................................................... 30
1. Pengertian Sikap............................................................... 30
2. Pengertian Santun............................................................. 33
3. Pengertian Akhlak............................................................ 34
4. Pengertian Etika................................................................ 34
5. Pengertian Moral.............................................................. 35
6. Pengaruh Sikap Santun dalam Hidup............................... 36
C. Remaja.................................................................................... 38
1. Pengertian Remaja............................................................ 38

BAB III

PROFIL LEMBAGA PESANTREN AL-QUR’AN NUR
MEDINA...................................................................................... 40
A. Sejarah..................................................................................... 40
B. Visi dan Misi Pesantren al-Qur’an Nur Medina..................... 42
C. Tujuan..................................................................................... 43

x

D.
E.
F.
G.
H.
BAB IV

Struktur Organisasi.................................................................. 44
Kegiatan Pembelajaran............................................................ 45
Metode Bimbingan Agama..................................................... 46
Fasilitas................................................................................... 51
Ekstra Kurikuler...................................................................... 51

TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS DATA................... 52
A. Temuan Penelitian................................................................... 52
1. Identifikasi Informan................................................... 52
a) Pembimbing.................................................... 52
b) Terbimbing...................................................... 54
B. Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam Membentuk Sikap
Santun pada Remaja di Pesantren al-Qur’an Nur Medina...... 57
C. Metode Bimbingan Agama dalam Membentuk Sikap Santun
pada Remaja di Pesantren al-Qur’an Nur Medina Pondok Cabe
Tangerang Selatan................................................................... 62
D. Faktor - Faktor Pendukung dan Penghambat Proses Bimbingan
Agama dalam Membentuk Sikap Santun pada Remaja.......... 64
E. Analisis Hasil Penelitian......................................................... 67

BAB V

PENUTUP...................................................................................... 69
A. Kesimpulan................................................................................ 69
B. Saran.......................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dialami oleh
manusia sekarang ini, tidak sedikit menimbulkan dampak negatif
terhadap sikap hidup dan perilaku manusia, baik sebagai manusia yang
beragama, maupun sebagai makhluk individual dan sosial, seperti
halnya

penggunaan

alat

komunikasi

yang

berlebihan

dan

penyalahgunaan jaringan internet.
Dampak negatif yang paling berbahaya terhadap kehidupan
manusia atas kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, ditandai
dengan adanya kecenderungan anggapan bahwa satu-satunya yang dapat
membahagiakan

hidup

manusia

adalah

nilai

material,

tanpa

menghiraukan nilai-nilai spiritual yang sebenarnya berfungsi untuk
memelihara dan mengendalikan akhlak manusia.
Manusia pasti kehilangan kendali dan salah arah bila nilai-nilai
spiritual ditinggalkan, sehingga mudah terjerumus ke berbagai
penyimpangan dan kerusakan akhlak. Misalnya melakukan perampasan
hak-hak orang lain, penyelewengan seksual dan pembunuhan.
Nilai-nilai spiritual yang dimaksudkan dalam Islam adalah ajaran
agama yang berwujud perintah, larangan dan anjuran yang kesemuanya

1

2

berfungsi untuk membina kepribadian manusia dalam kaitannya sebagai
hamba Allah serta anggota masyarakat.1
Banyak ditemukan kasus-kasus kenakalan remaja; misalnya
penggunaan zat adiktif (narkotika), perkelahian, sex bebas dan
sebagainya. Masalah utama kembali kepada akhlak remaja itu sendiri.
Remaja yang demikian adalah remaja yang tidak mengenal akhlak.
Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab, jamak dari “khuluqun”,
yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau
tabiat.2 Ahmad Amin memberikan definisi, bahwa yang disebut akhlak
“Adatul-Iradah”, atau kehendak yang dibiasakan. Definisi ini terdapat
dalam suatu tulisan yang berbunyi: “sementara orang membuat definisi
akhlak, bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan.
Artinya bahwa kehendak itu bila membiasakan sesuatu, maka kebiasaan
itu dinamakan akhlak”.3
Sebaliknya tidak sedikit pula remaja yang baik, karena kesopanan
dan tingkah lakunya yang terpuji dan selalu berbuat kebaikan. Remaja
demikian itu adalah remaja yang shaleh, santun yang berakhlak mulia.
Akhlak dapat menuntun para remaja menemukan dunianya, menyalurkan
bakatnya kepada tindakan sublimatif dan konstruktif.4
Di masa pubertas (remaja) sudah mulai timbul (kegoncangan batin)
sehingga

memerlukan

tempat

perlindungan

jiwa

yang

mampu

memberikan pengarahan positif dalam perkembangan hidup selanjutnya,

1

H. A. Mustafa, Akhlak-Tasawuf, (Bandung : CV. Pustaka Setia, 1997), h. 17
H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Setia, 1997), h. 11
3
H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: Pustaka Setia, 1997), h. 13
4
H. Hamzah Ya’qub, Etika Islam, (Bandung : Diponegoro,1997), h. 29
2

3

yaitu seorang tokoh yang mampu memberikan bimbingan berupa nilainilai agama. Nilai-nilai keagamaan yang disampaikan oleh seorang
pembimbing akan mudah diterima oleh individu yang mengalami
kekosongan batin dan kegoncangan jiwa sehingga bisa menjadikan
pembimbing agama sebagai pelindung dan penyelamat baginya.5
Keadaan jiwa yang penuh dengan kegoncangan itu sangat
memerlukan agama dan membutuhkan suatu pegangan yang dapat
membantu mereka dalam mengatasi dorongan-dorongan dan keinginankeinginan baru yang belum pernah mereka kenal sebelumnya. Keinginan
dan dorongan itu seringkali bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut
oleh orang tua atau lingkungan dimana dia hidup.6
Menurut

Zakiah

Daradjat

dalam

bukunya

yang

berjudul

Problematika Remaja di Indonesia menjelaskan bahwa pada usia ini
merupakan tingkat permulaan perkembangan perasaan keagamaan dalam
pribadi anak, sedangkan perkembangan keagamaan akan terbentuk pada
masa remaja. Perasaaan yang demikian perlu dikembangkan melalui
partisipasi dalam kegiatan keagamaan seperti sembahyang berjama’ah,
menjadi panitia hari-hari besar atau perayaan hari besar agama serta
organisasi dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya.7
Indonesia

merupakan

Negara

dengan

mayoritas

penduduk

beragama Islam. Banyak berdiri lembaga-lembaga pendidikan yang
berkembang, salah satunya adalah pesantren. Adapun pesantren

5

HM. Arifin M, Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Manusia, (Bandung:
CV.Diponegoro,1988) h. 28
6
Zakiah Daradjat, Problematika Remaja di Indonesia, h. 112
7
Zakiah Daradjat, Problematika Remaja di Indonesia, h. 63

4

merupakan lembaga pendidikan Islam yang telah berkembang sejak lama.
Pesantren al-Qur’an Nur Medina adalah salah satu pesantren yang terletak
di wilayah Pondok Cabe Ilir kecamatan Pamulang, Tangerang Selatan,
yang telah mempunyai program kegiatan terkait bimbingan agama.
Bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu
secara terus menerus (continue), supaya individu tersebut dapat
memahami dirinya, sehingga dia sanggup mengarahkan diri dan dapat
bertindak wajar sesuai dengan tuntunan dan keadaan lingkungan sekolah,
keluarga dan masyarakat.8
Sedangkan kata agama dikenal juga kata “din” bahasa Arab dan
kata “religi” dalam bahasa Latin. Adapun kata “agama” terdiri dari a =
tidak dan gama = pergi, yang mengandung arti tidak pergi, tetap di tempat
atau diwarisi turun-temurun.9
Dengan

mengetahui

pelaksanaan

bimbingan

agama

dalam

membentuk sikap santun remaja diharapkan mampu untuk memberikan
gambaran proses bimbingan agama yang sederhana dan efektif.
Berdasarkan fenomena dan berpijak pada latar belakang masalah di
atas, maka dilakukan penelitian terhadap masalah tersebut dan didapatkan
deskripsi yang dituangkan dalam skripsi ini dengan judul “Pelaksanaan
Bimbingan Agama dalam Membentuk Sikap Santun pada Remaja di
Pesantren al-Qur’an Nur Medina Pondok Cabe Tangerang Selatan”.

8

Andi Mapiare, Pengantar Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Surabaya : Usaha
Nasional, 1984), h.127-128
9
Harun Nasution, ed., Ensiklopedia Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1994), h. 9

5

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini difokuskan pada pelaksanaan bimbingan agama
pada remaja mulai 3 Juni 2015 sampai dengan 3 Desember 2015 di
Pesantren al-Qur’an Nur Medina di Pondok Cabe Tangerang Selatan.
2. Perumusan Masalah
Adapun permasalahan umum yang dibahas pada penelitian
ini adalah bagaimana pelaksanaan bimbingan agama dalam
membentuk sikap santun pada remaja di Pesantren al-Qur’an Nur
Medina tahun 2015?
Adapun permasalahan turunan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1.

Bagaimana metode bimbingan agama dalam membentuk
sikap santun pada remaja yang diterapkan di Pesantren alQur’an Nur Medina ?

2.

Apa

faktor

pendukung

dan

penghambat

pelaksanaan

bimbingan agama dalam membentuk sikap santun pada remaja
di Pesantren al-Qur’an Nur Medina ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1) Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan agama dalam
membentuk sikap santun pada remaja di Pesantren al-Qur’an
Nur Medina tahun 2015

6

2) Untuk mengetahui metode pelaksanaan bimbingan agama
dalam membentuk sikap santun pada remaja di Pesantren alQur’an Nur Medina tahun 2015
3) Untuk

mengetahui

faktor

pendukung

dan

penghambat

pelaksanaan bimbingan agama dalam membentuk sikap santun
pada remaja di Pesantren al-Qur’an Nur Medina tahun 2015
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dilihat dari
beberapa segi, yaitu:
1) Ilmu pengetahuan, diharapkan penelitian ini dapat menambah
pengetahuan baru pada mata kuliah Ilmu Dakwah, dan
Bimbingan Penyuluhan Islam (BPI).
2) Akademisi, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan bahan acuan dalam
kegiatan pembentukan sikap santun pada remaja bagi universitas
dan jurusan khususnya pada jurusan BPI.
3) Pondok Pesantren al-Qur’an Nur Medina, diharapkan penelitian
ini dapat memberikan masukan untuk rancangan program
bimbingan agama yang lebih efektif, inovatif dan kreatif hingga
terbentuk remaja yang sholeh, santun dan berakhlak mulia.
Pembimbing agama dapat memberikan kesadaran kepada
masyarakat untuk meningkatkan peran serta dalam mengatasi
permasalahan yang berhubungan dengan akhlak remaja.

7

D. Metodologi Penelitian
Adapun metodologi yang dilakukan penulis pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Pondok Pesantren al-Qur’an Nur
Medina Jl. Cabe III No 79A RT/RW 004/004 Pondok Cabe Ilir
Pamulang Tangerang Selatan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian
yaitu mulai 3 Juni 2015 sampai dengan 3 Desember 2015.
2. Subjek dan Objek Penelitian
a. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah satu orang pimpinan
Pondok Pesantren al-Qur’an Nur Medina, satu orang guru, tiga
remaja/santri dan satu orang dari masyarakat sekitar pesantren.
b. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah bimbingan agama dalam
pembentukan sikap santun remaja yang terdaftar masuk di
Pondok Pesantren al-Qur’an Nur Medina bulan Mei 2015.
3. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis pada penelitian yang
berjudul “Pelaksanaan Bimbingan Agama dalam Pembentukan Sikap
Santun Remaja di Pondok Pesantren al-Qur’an Nur Medina Pondok
Cabe Tangerang Selatan”, yaitu menggunakan jenis penelitian
kualitatif data deskriptif. Data yang dikumpulkan lebih mengambil
bentuk kata-kata atau gambar dari pada angka-angka.

8

Hasil penelitian tertulis berisi kutipan-kutipan dari data
untuk mengilustrasikan dan menyediakan bukti presentasi. Data
tersebut mencakup transkrip wawancara, catatan lapangan, fotografi,
videotape, dokumen pribadi, memo, dan rekaman-rekaman resmi
lainnya10
4. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan
dalam penelitian ini meliputi :
a) Dokumentasi, yaitu penulis mencari keterangan dan bacaan
yang dibutuhkan mengenai masalah yang terkait melalui
sumber-sumber yang ada, juga menelaah dokumen dan arsip
yang dimiliki pesantren.
b) Observasi atau pengamatan langsung di Pondok Pesantren alQur’an Nur Medina Pondok Cabe Tangerang Selatan. Guna
menyelami dan memperoleh gambaran yang jelas tentang peran
pembimbing agama dalam pembentukan sikap santun remaja,
penulis juga terjun langsung dalam proses tersebut bersama
dewan guru dan masyarakat.
c) Wawancara langsung secara mendalam terhadap pihak pesantren
dan masyarakat yang terkait di dalamnya serta jajaran dewan
guru untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

10

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data, (Jakarta: Rajawali Pers), h. 3

9

5. Teknik Analisis Data
Analisa adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan data
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar. Teknis analisa data
yang penulis gunakan adalah analisis deskriptif, dimana semua data
yang penulis peroleh merupakan hasil dari pengamatan dan
wawancara. Sebelumnya penulis mengelompokkan data sesuai
dengan persoalan yang telah di tetapkan kemudian menganalisanya
secara sistematis. Penulis juga menggunakan teori untuk membahas
masalah dalam penelitian.
6. Teknik Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis mengacu pada Pedoman
Penulisan Skripsi, Tesis dan Desertasi Univesitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta cetakan kedua tahun 2007. Sedangkan
penerjemahan ayat-ayat al-Qur’an menggunakan sumber al-Qur’an
dan terjemahnya yang di terbitkan oleh Departemen Agama RI
E. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan tinjauan yang sudah dilakukan dari beberapa sumber
kepustakaan, penulis menemukan skripsi yang dijadikan tinjauan
pustaka sebagai bahan pertimbangan. Adapun tinjauan pustaka dalam
penulisan skripsi ini diantaranya :


Skripsi berjudul “Metode Bimbingan Mental pada Jamaah Calon
Haji di Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Mathla’ul Anwar

10

Karawang” yang disusun oleh Hj. Holipah,11 Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, sasaran yang diteliti
adalah metode bimbingan mental pada jamaah calon haji 1
Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Mathla’ul Anwar adalah
metode langsung yaitu dimana pembimbing melakukan komunikasi
tatap muka dengan calon jamaah haji dalam hal ini ada dua metode
bimbingan yang terdiri dari bimbingan individual dan kelompok.
Penelitian ini hampir sama dengan penelitian yang penulis lakukan,
karena memiliki pembahasan yang sama

tentang metode

pelaksanaan bimbingan. Hal yang membedakan adalah jenis
bimbingannya yaitu bimbingan agama dalam membentuk sikap
santun pada remaja di Pesantren al-Qur’an Nur Medina tahun 2015.
Sedangkan Skripsi yang disusun Hj. Holipah adalah bimbingan
mental pada jamaah calon haji 1 Kelompok Bimbingan Ibadah Haji
(KBIH) Mathla’ul Anwar


Skripsi berjudul “Evaluasi Pelaksanaan Program Terapi Wicara
dalam Meningkatkan Perkembangan Anak Terlantar di Yayasan
Sayap Ibu Kebayoran Baru, Jakarta Selatan” yang disusun oleh Sri
Rahayu.12 Dalam skripsi tersebut Sri Rahayu membahas evaluasi
pelaksanaan terapi wicara dalam meningkatkan perkembangan anak
terlantar. Keterkaitan antara skripsi penulis dengan skripsi Sri

11

Holipah, Metode Bimbingan Mental pada Jamaah Calon Haji di Kelompok Bimbingan
Ibadah Haji (KBIH) Mathla’ul Anwar Karawang, 2009
12
Sri Rahayu, Evaluasi Pelaksanaan Program Terapi Wicara dalam Meningkatkan
Perkembangan Anak Terlantar di Yayasan Sayap Ibu Kebayoran Baru, Jakarta Selatan

11

Rahayu sama-sama membahas mengenai pelaksanaan program.
Sedangkan skripsi yang penulis susun lebih kepada proses
pelaksanaan bimbingan agama dalam membentuk sikap santun pada
remaja di Pesantren al-Qur’an Nur Medina.

F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis
memberikan penjelasan dan gambaran dalam beberapa bab, yaitu:
BAB I: Pendahuluan : Dalam bab ini penulis menggambarkan
beberapa hal yang meliputi latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi
penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.
BAB II: Tinjauan Teori

: Dalam bab ini penulis memaparkan

teori-teori yang meliputi pengertian bimbingan, pengertian Agama,
tujuan bimbingan agama, pengertian sikap, pengertian santun, pengertian
akhlak, pengertian etika, pengertian moral, pengaruh sikap santun dalam
hidup, pengertian remaja.
BAB III Profil Lembaga Pesantren al-Qur’an Nur Medina
Pondok Cabe Tangerang Selatan : Dalam bab ini penulis memaparkan
profil Pesantren al-Qur’an Nur Medina kedalam beberapa aspek yang
terdiri dari sejarah dan latar belakang, visi dan misi, program-program,
fasilitas dan sarana penunjang bagi remaja yang bermukim.
BAB IV Temuan Lapangan dan Analisis Data : Dalam bab ini
terdiri dari deskripsi dan analisis data pembimbing agama dalam

12

pembentukan sikap santun remaja di Pondok Pesantren al-Qur’an Nur
Medina Pondok Cabe Tangerang Selatan, kemudian peran pembimbing
agama yang diinginkan masyarakat, serta kesesuaian pembimbing agama
dalam pembentukan sikap santun remaja yang ada di Pondok Pesantren
al-Qur’an Nur Medina Pondok Cabe Tangerang Selatan.
BAB V Penutup: Pada bab terakhir ini meliputi kesimpulan dan
saran.

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori-Teori Bimbingan Agama
1. Bimbingan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, bimbingan berarti petunjuk
ataupun penjelasan tentang cara mengerjakan sesuatu.13 Secara etimologi
(harfiah), kata bimbingan merupakan terjemah bahasa Inggris “guidance”
yang berarti; menunjukkan, memberikan jalan, menuntun, mempedomani,
menjadi penunjuk jalan, dan mengemudikan.14
Istilah bimbingan merupakan terjemahan dari kata “guidance”.
Bimbingan dalam arti “guidance” menunjukkan pada dua hal, yang
masing-masing berdiri sendiri, yaitu sebagaimana dikatakan oleh W.S
Wingkel adalah:
a) Memberi informasi, yakni memberikan petunjuk, bahkan memberikan
nasihat kepada seseorang atau kelompok. Maka atas dasar
pengetahuan

tersebut,

orang

dapat

menentukan

pilihan

dan

mengambil keputusan.
b) Menuntun atau mengarahkan kepada sesuatu tujuan yang akan dituju,
yang mungkin tempat tersebut hanya diketahui orang yang menuntun
saja.15

13

Tim penyusun kamus, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), Edisi. Ke-2, h. 133
14
M. Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam, (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Syahid, 2008), h. 6
15
W.S. Wingkel, FKIP, IKIP, Senata Darma, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah,
(Jakarta: P.T Gramedia, 1999), h. 18

13

14

Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau
mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam hidupnya.16
Bimo Walgito memberikan batasan mengenai bimbingan adalah
bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekelompok
individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di
dalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu-individu itu
dapat mencapai kesejahteraan hidupnya.17
Dalam agama Islam yang tercantum dalam al-Qur’an, Allah SWT.
mengajarkan untuk saling nasehat menasehati seperti yang tersirat dalam
al-Qur’an Surah Al-Ashr ayat 3 yang artinya: “kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya
mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
Sedangkan bimbingan agama Islam menurut Ainur Rahim Faqih, yaitu
proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras
dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT. sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.18
Dalam pengertian lain disebutkan, bimbingan adalah bantuan yang
diberikan seseorang kepada orang lain dalam menetapkan pilihan dan
penyelesaian diri, serta dalam menyelesaikan masalah-masalahnya.
Bimbingan bertujuan membantu penerimanya untuk dapat tumbuh dan

16

1993), h. 4

Bimo Walgito, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Yogyakarta: Andi Offset,

Elfi Mu’awanah dan Fifa Hidayah, Bimbingan Konseling Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,
2009), Cet2. H. 53-54
18
Ainur Rokhim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Pres,
2001), h. 61
17

15

berkembang secara bebas dan mampu bertanggung jawab terhadap dirinya
sendiri.19
Jadi secara singkat, bimbingan adalah suatu proses bantuan kepada
seseorang maupun kelompok agar dapat memahami dirinya, sehingga ia
sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan lingkungannya dan dapat
memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Bimbingan
yang dilaksanakan dalam rangka menuntun seseorang ke arah kehidupan
yang bermanfaat, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat
ditinggalkan karena dalam kehidupan ini tidak ada manusia yang hidup
dengan sempurna.
2. Agama
H.M. Arifin menjelaskan pengertian agama sebagai istilah yang
sering dipakai sehari-hari dapat dilihat dari dua aspek, yaitu:
a. Aspek Subjektif: agama mengandung pengertian tentang tingkah laku
manusia, yang dijiwai oleh nilai-nilai keagamaan, berupa gerakan batin,
yang mengatur, dan mengarahkan tingkah laku tersebut, kepada pola
hubungan dengan masyarakat serta alam sekitarnya.
b. Aspek Objektif: agama dalam hal ini mengandung nilai-nilai ajaran
Tuhan yang bersifat menuntun manusia ke arah tujuan yang sesuai
dengan kehendak ajaran tersebut. Agama dalam hal ini belum masuk ke
dalam batin manusia, atau belum membudaya dalam tingkah laku
manusia. Oleh karena itu, secara formal agama dilihat dari aspek objektif
dapat diartikan sebagai peraturan yang bersifat Ilahi, yang menuntun
19

Dewa Ketut Sukardi, Sartono, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: P.T. Bina Aksara,
1988), Cet. Ke-1, h. 8

16

orang berakal budi, ke arah ikhtiar untuk mencapai kesejahteraan hidup
di dunia dan di akhirat. 20
Agama sebagai sebuah keyakinan, diyakini sebagai sebuah sarana
bagi manusia dalam berhubungan dengan Tuhan (Allah). Seperti yang
dikatakan William James, sebagaimana dikutip oleh Zakiah Daradjat:
“agama adalah perasaan dan pengalaman bani insan secara individu,
yang menganggap bahwa mereka berhubungan dengan apa yang
dipandangnya sebagai Tuhan”.21
Dikatakan pula bahwa agama adalah kebutuhan jiwa (psikis)
manusia, yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan
hidup, kelakuan, cara menghadapi tiap-tiap masalah.22
Jadi pengertian agama dapat dirumuskan sebagai berikut: agama
merupakan sebuah keyakinan manusia kepada Tuhan, yang dapat
membantu kita dalam mengatur sikap dan pandangan hidup. Agama
sebagai suatu kebutuhan manusia dalam memberikan suatu aturan atau
norma-norma yang dapat memberikan ketenangan dalam jiwanya, selain
itu juga, agama dapat menjadikan seseorang dalam melakukan sesuatu
akan terikat kepada ketentuan antara yang dibolehkan dan yang tidak
dibolehkan, menurut agama yang dianut.
Hal ini tak lepas dari kenyataan bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang selalu berinteraksi dan senantiasa mengikuti perkembangan
zamannya. Jika manusia tidak dapat mengontrol segala keinginannya
20

H.M Arifin., Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Agama, (Jakarta: Golden Terayon

Press), h. 1
21

Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996), Cet. Ke-5, h.18
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1982), Cet. Ke-3 h. 52
22

17

maka dikhawatirkan akan dapat menimbulkan ketidakpuasan dalam
dirinya. Jika hal itu terjadi, akan timbul tekanan batin yang dapat
mengganggu kehidupannya.
Disinilah, agama yang telah diyakini oleh seseorang dirasakan
sebagai sebuah pondasi yang kokoh dalam mengantisipasi segala macam
tantangan-tantangan hidup yang dihadapinya, namun tidak dapat
dipungkiri juga, jika banyak manusia yang kurang begitu memperhatikan
nilai-nilai ajaran agama disaat mereka menerima berbagai macam cobaan
dan masalah.
3. Bimbingan Agama
Bimbingan agama adalah usaha pemberian bantuan kepada
seseorang yang kesulitan lahiriyah maupun batiniyah yang menyangkut
kehidupan masa kini dan masa yang akan datang. Bantuan tersebut berupa
pertolongan mental dan spiritual agar orang bersangkutan mampu
mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui
dorongan dari iman dan taqwanya kepada Tuhan.
Kemudian bimbingan agama Islam adalah proses pemberian
bantuan kepada individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah yang terdapat dalam alQuran dan hadits Nabi SAW., sehingga dapat mencapai kebahagiaan di
dunia dan akhirat.23
Jadi secara singkat, bimbingan adalah suatu proses bantuan kepada
seseorang maupun kelompok agar dapat memahami dirinya, sehingga ia
23

Ainur Rokhim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, (Yogyakarta: UII Press,
2001), h. 61

18

sanggup mengarahkan dirinya sesuai dengan lingkungannya dan dapat
memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Bimbingan
yang dilaksanakan dalam rangka menuntun seseorang ke arah kehidupan
yang bermanfaat, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat
ditinggalkan karena dalam kehidupan ini tidak ada manusia yang hidup
dengan sempurna.
Kemudian, pengertian agama dapat dirumuskan sebagai berikut:
agama merupakan sebuah keyakinan manusia kepada Tuhan, yang dapat
membantu kita dalam mengatur sikap dan pandangan hidup. Agama
sebagai suatu kebutuhan manusia dalam memberikan suatu aturan atau
norma-norma yang dapat memberikan ketenangan dalam jiwanya, selain
itu juga, agama dapat menjadikan seseorang dalam melakukan sesuatu
akan terikat kepada ketentuan antara yang dibolehkan dan yang tidak
dibolehkan, menurut agama yang dianut.
Jadi kesimpulan yang penulis dapatkan dari beberapa pendapat di
atas adalah, bimbingan agama merupakan pemberian bantuan terhadap
individu yang membutuhkan, atau yang sedang mengalami masalah baik
masalah pribadi, keluarga, sosial masyarakat sehingga membutuhkan
bimbingan, pendampingan supaya permasalahan yang sedang dihadapi
segera selesai, dan tujuan akhirnya adalah, yang terbimbing menjadi
pribadi yang beragama, pribadi yang bertuhan.
4. Tujuan Bimbingan Agama
Tujuan dari bimbingan agama secara umum yaitu untuk
meningkatkan dan menumbuh-suburkan kesadaran manusia tentang

19

eksistensinya sebagai makhluk Allah. Disamping itu pula tujuan yang
lainnya untuk membantu pihak yang dibimbing agar mempunyai
kesadaran untuk mengamalkan ajaran agama Islam.24
Kemudian tujuan yang masih bersifat umum tersebut, dapat lebih
dijelaskan menjadi lebih khusus, yaitu :
a) Menanamkan rasa keagamaan
b) Memperkenalkan ajaran-ajaran Islam
c) Melatih untuk menjalankan ajaran-ajaran Islam
d) Membiasakan berakhlak mulia
e) Mengajarkan al-Qur’an.25
Tujuan lain dari Bimbingan Keagamaan adalah :
1) Bimbingan Keagamaan dimaksudkan untuk untuk membantu pihak
yang terbimbing agar mempunyai religious reference (sumber
pegangan) dalam pemecahan masalah-masalah kehidupan.
2) Bimbingan

Keagamaan

yang

ditujukan

kepada

pihak

yang

melakukan bimbingan agar dengan kesadaran dan kemauan bersedia
mengamalkan ajaran keagamaan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari bimbingan keagamaan
adalah untuk memberikan tuntunan tentang ajaran agama Islam sebagai
sumber pegangan. Dengan demikian mereka dapat dapat terhindar dan
mampu mengatasi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya.

24

HM. Arifin, Pokok-Pokok tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1976), h. 29
25
Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam, Al Ikhlas, (tt), Surabaya, hal.60

20

5. Metode dan Teknik Bimbingan dan Penyuluhan (Konseling) Islam
Metode bisa diartikan jalan yang harus dilalui. Pengertian yang
lebih luas lagi, adalah segala sesuatu atau cara yang digunakan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Selain kata metode ada kata teknik dan
pendekatan, keduanya dipahami sebagai cara ilmiah yang dipakai sebagai
instrument dalam melakukan pekerjaan yang sifatnya lebih fokus kepada
subyek atau obyek yang dijadikan sasaran pelayanan. Maka pemahaman
istilah teknik atau pendekatan sering disebut dengan kata strategi dan
teknik khusus dalam melakukan sesuatu sesuai dengan fokus atau pokok
permasalahannya.
Hal ini perlu dikemukakan untuk memberikan wacana yang lebih
luas mengenai berbagai metode dan teknik serta pendekatan yang
digunakan dalam pelayanan bimbingan dan konseling.
Berbagai metode dan teknik yang biasa digunakan dalam
pelayanan bimbingan atau penyuluhan dijelaskan oleh M. Arifin di dalam
buku Dasar-Dasar Bimbingan dan Penyuluhan yang dikutip oleh M. Lutfi
ialah sebagai berikut:
a) Wawancara
Adalah salah satu cara atau teknik yang bisa digunakan untuk
mengungkapkan dan mengetahui fakta-fakta yang ada pada diri
terbimbing. Dalam proses wawancara perlu disediakan alat untuk
mencatat, merekam sebagai bukti yang sah, dan juga untuk acuan
memberikan solusi pada semua persoalan yang ada pada diri
terbimbing.

21

Kelemahan

teknik

wawancara

adalah

hanya

mungkin

dilakukan terhadap klien yang bisa berkomunikasi. Namun kelebihan
dari teknik ini adalah, melalui wawancara permasalahan bisa
diungkapkan secara mendalam, detail antara pembimbing dan
terbimbing.
Dalam konsep bimbingan dan penyuluhan Islam perlu
diperhatikan etika dan tata nilai yang diperbolehkan. Ketika
wawancara pembimbing dan terbimbing bukan mahram, maka perlu
didampingi oleh pihak ketiga atas usulan yang disepakati bersama.
Orang tersebut adalah orang yang bisa menjaga dan memegang
amanah, supaya tidak menimbulkan fitnah dikemudian hari. Sebab
secara umum wawancara dilakukan face to face. Dalam hukum Islam
tidak dibenarkan berkhalwat antara laki-laki dan perempuan yang
bukan mahram.
b) Observasi (Survey)
Adalah salah satu cara yang digunakan untuk mengamati secara
langsung sikap dan perilaku seseorang yang tampak pada saat
tertentu, yang muncul sebagai pengaruh dari kondisi mental atau
kejiwaannya. Sejauh ini ada dua model observasi yang sudah biasa
dilakukan sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Pertama, observasi secara langsung dan ikut terlibat dalam
peristiwa yang sedang dijadikan obyek observasi (participant
observacy). Kedua, observasi non partisipan, yakni pembimbing

22

berada di luar obyek atau peran yang sedang diidentifikasi, bisa dari
jarak dekat atau jarak jauh.
c) Tes (Kuisioner)
Merupakan serangkaian pertanyaan yang kadang diberikan
alternatif jawaban sesuai dengan lingkup masalah yang ingin
diketahui. Teknik ini digunakan untuk mengetahui fakta dan
fenomena kejiwaan yang tidak bisa diperoleh melalui wawancara atau
observasi. Kelemahan teknik ini sering kebenarannya (validitas) tidak
bisa dijamin, karena bisa saja klien tidak sungguh-sungguh dalam
memberikan jawabannya. Sedangkan kelebihannya, bisa lebih banyak
mengungkapkan apa yang dirasakan klien, terutama bagi klien yang
tidak mampu mengungkapkannya secara lisan.
d) Bimbingan Kelompok (Group Guidance)
Teknik bimbingan yang digunakan melalui kegiatan bersama
(kelompok), seperti diskusi, ceramah, seminar dan sebagainya. Teknik
ini

biasanya

digunakan

untuk

mempelajari

dan

mengetahui

komunikasi dan interaksi sosial klien, hubungan timbal balik dan
partisipan klien sewaktu berada dalam kelompok.
Hal ini untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi
sosial yang diberikan bagi klien yang mengalami kesulitan dalam
melakukan interaksi sosial dengan masyarakat. Melalui bimbingan
kelompok secara bertahap, klien diberikan peluang untuk bergaul
dalam kelompok.

23

e) Psikoanalisis (Analisis Kejiwaan)
Adalah salah satu teknik yang digunakan untuk memberikan
penilaian terhadap pengalaman kejiwaan yang dialami klien sejak
kecil, semisal perasaan tertekan, perasaan takut, trauma dan merasa
rendah diri.
Teknik psikoanalisis ini dipopulerkan oleh Sigmund Freud, ia
menjelaskan bahwa faktor alam bawah sadar yang mengendalikan
seseorang baik sedang bermimpi maupun dalam kehidupan seharihari. Freud mengelompokkan proses kehidupan setiap orang, berada
di alam sadar, ambang sadar, bawah sadar dan tidak sadar. Kehidupan
menurut Freud banyak dikendalikan oleh alam bawah sadar, hanya
sebagian kecil kehidupan seseorang berada dalam kesadarannya.
Mungkin karena kaitannya dengan kondisi kejiwaan yang tidak tetap,
berubah-ubah sesuai dengan perkembangan kehidupan yang sedang
dilaluinya.
Menurut Freud permasalahan yang dihadapi seseorang berasal
dari faktor kejiwaan yang pada dasarnya berkaitan dengan alam
bawah sadar. Fenomena yang terlihat pada fisik atau perilakunya
hanya

pantulan

fatamorgana.

dari

Untuk

alam

bawah

memahami

sadarnya,

kejiwaan

seperti

seseorang,

cahaya
perlu

menganalisis kejiwaan orang tersebut, melalui pemetaan dimensi atau
struktur kejiwaannya.

24

f) Non-Direktif (Teknik Tidak Mengarahkan)
Teknik ini pertama kali dikembangkan oleh Carl. R. Rogers,
guru besar psikologi dan psikiatri (Universitas Wisconsin), yang
selanjutnya dikenal dengan teknik “Clien-Centered-Counseling”
(klien sebagai pusat jalannya konseling). Pembimbing hanya
membantu memberikan dorongan dalam memecahkan masalah klien,
dan keputusan terletak pada diri klien sendiri, yakni mengaktifkan
dirinya dalam mengungkapkan dan memecahkan masalah dirinya,
serta

tugas

pembimbing

berupaya

mendorong

tumbuhnya

tanggungjawab pada diri terbimbing
Teknik non direktif biasanya digunakan terhadap orang yang
memiliki masalah ketergantungan yang berlebihan kepada orang lain,
orang tidak memiliki rasa percaya diri pada kemampuannya. Disini
pembimbing berperan dalam mendorong dan menciptakan situasi
yang memungkinkan klien bisa mengembangkan potensi dan bakat
yang dimilikinya.
g) Teknik Direktif (Bersifat Mengarahkan)
Adalah salah satu teknik yang diberikan dan digunakan bagi
klien yang tidak mengerti permasalahannya dan mengalami kesulitan
dalam memahami dan menemukan solusinya.
Dalam bimbingan dan penyuluhan, biasanya ada dua jenis
terbimbing ketika menghadapi permasalahannya, yaitu: pertama,
orang yang mengerti permasalahan pada dirinya sehingga ia mampu
mengungkapkan pada pembimbing. Kedua, orang yang tidak mengerti

25

dan tidak pula punya kemampuan untuk mengungkapkannya, apa lagi
untuk menemukan solusi. Maka terbimbing seperti model kedua itu
lebih tepat mendapatkan pelayanan teknik atau pendekatan direktif,
yang bersifat mengarahkan terhadap timbulnya masalah.
h) Teknik Rasional-Emotif
Pada istilah yang lain, teknik ini disebut dengan “rationalemotif therapy”, atau model “RET” yang dikembangkan oleh Dr.
Albert Ellis (ahli psikologi klinis). Dalam pelayanan bimbingan dan
penyuluhan, teknik ini dimaksudkan untuk mengatasi pikiran-pikiran
yang tidak logis (tidak rasional) yang disebabkan dorongan
emosionalnya yang tidak stabil. Masih banyak sebagian besar
masyarakat Indonesia yang diselimuti oleh paham-paham yang
sempit, atau sebut saja fanatik dan ekstrim, yang mana bisa menjadi
pemicu konflik hanya karena masalah sepele dan sebagainya.
Dalam kaitan ini perlu digunakan bentuk dan teknik rasional
emotif yang dapat mengarahkan seseorang atau kelompok agar bisa
berfikir rasional dan obyektif berdasarkan argumentasi yang
sebenarnya.
Dalam al-Qur’an cukup banyak ditemukan ayat-ayat yang
mengajarkan

agar

bisa

berfikir

rasional.

Misal

al-Qur’an

menggunakan kata-kata “afala ta’qilun” dalam banyak bentuk, yang
artinya “apakah kamu tidak berfikir?”. Bahkan dalam sebuah hadits,
Rasulullah Muhammad SAW. menyatakan “ad-dinu „aqlun, la dina li

26

man la „aqla lahu” artinya agama Islam itu didasari kemampuan akal
(fikiran), maka tiada agama bagi orang yang tidak berakal.
i) Teknik Konseling Klinikal
Pelayanan bimbingan dan penyuluhan dengan menggunakan
teknik klinikal menitikberatkan pada perkembangan skill terbimbing
sesuai dengan latar belakang dan kemampuan yang dimilikinya.
Pendekatan teknik ini tidak hanya berorientasi pada pengembangan
intelektual, tetapi juga kemampuan personal secara keseluruhan, baik
jasmani maupun rohani. Pembimbing mengarahkan orang yang
terbimbing pada kemungkinan atau peluang yang mungkin bisa
bermanfaat sesuai dengan kemampuannya.
Secara khusus dalam pendekatan Islam ada metode atau teknik
yang biasa digunakan, termasuk dalam pelaksanaan dakwah pada
umumnya. Berikut ini secara ringkas akan dijelaskan:
1. Teknik bil-hikmah: adalah cara bijaksana, bersifat akademis.
Teknik ini biasa digunakan untuk orang terbimbing yang
terpelajar, intelek yang memiliki rasional tinggi, tetapi ragu atau
kurang yakin terhadap kebenaran agama, sehingga menjadi
masalah baginya.
2. Teknik bil-mujadalah: teknik melalui perdebatan yang digunakan
dalam menunjukkan dan membuktikan kebenaran ajaran agama,
dengan dalil-dalil. Penggunaan teknik ini lebih tepat untuk orang
yang kritis, yang tidak mudah menerima apa saja yang
disampaikan pembimbing.

27

3. Teknik bil-mauidzoh: menunjukkan contoh yang benar, supaya
orang mengikuti dengan mudah, dikarenakan kemampuan
logikanya sulit menerima bila hanya berupa penjelasan atau teori
yang masih baku (tekstual).
4. Teknik ceramah: penjelasan yang bersifat umum, cara ini lebih
efektif diberikan dalam bimbingan kelompok (group guidance).
Tetapi konselor harus menyesuaikan apa yang akan disampaikan
sesuai dengan kondisi orang yang beragam
5. Teknik diskusi atau tanya jawab: kelebihan teknik ini, orang bisa
menyampaikan semua yang dirasakan secara luas, sehingga
pembimbing mampu memberikan jawaban yang tepat.
6. Teknik persuasif: yaitu berupa dorongan yang positif, santai,
hiburan yang mendidik, sehingga orang termotivasi untuk
melaksanakan saran dan nasihat dari pembimbing dengan senang
hati.
7. Teknik lisan: melalui pesan langsung yang disampaikan dengan
ucapan atau kata-kata, dengan menggunakan