NASKAH PUBLIKASI TESIS Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar Di Kabupaten Pati.

NASKAH PUBLIKASI TESIS

PERANAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD)
DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DASAR
DI KABUPATEN PATI

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Disusun Oleh :
NANIK KUSMIATI
NIM. Q. 100090267

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
TAHUN 2012

1

2


ABSTRAK
Nanik Kusmiati, Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam
Implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati. Program Pascasarjana.
Universitas Muhammadiyah Surakarta. Tesis. 2012.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: (1) mendeskripsikan
karakteristik peran DPRD dalam kebijakan tata kelola pendidikan dasar di
Kabupaten Pati. (2) Mendeskripsikan karakteristik peran DPRD dalam kebijakan
pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati.
.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan
Etnografi untuk menganalisis fenomena sosial. Pengumpulan data dilakukan dengan
cara wawancara dengan narasumber, baik informan kunci maupun informan
pelengkap, Observasi selama kegiatan penelitian dan dokumentasi, profil DPRD dan
foto. Analisa data dilakukan dengan Model Analisis Interaktif, meliputi reduksi data,
sajian data dan penarikan kesimpulan yang dilakukan berulang-ulang hingga data
dianggap telah lengkap. Keabsahan data diuji dengan triangulasi sumber
(membandingkan data dari narasumber yang berbeda) dan triangulasi metode
(membandingkan data dengan metode yang berbeda)
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai
berikut: 1) Karakteristik peran DPRD dalam kebijakan tata kelola pendidikan dasar di

Kabupaten Pati mencakup peran dalam fungsi perencanaan, pengimplementasian dan
pengawasan. Peran DPRD dalam perencanaan meliputi fungsi perwakilan, budgeting,
legislasi dan fungsi pengawasan yang direferentasikan penyusunan RPJMD. Peran
DPRD dalam mengimplementasikan kebijakan tata kelola pendidikan dasar
diwujudkan melalui fungsi DPRD sebagai fungsi sebagai regulator, policy making,
dan budgeting, representasikan tuntutan rakyat, advokasi anggregasi, administrative
oversight, legislasi, anggaran dan pengawasan. (2) Karakteristik peran DPRD dalam
kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati meliputi peran DPRD
dalam fungsi legislasi, fungsi budgeting, dan fungsi pengawasan. Peran DPRD yang
berkaitan dengan fungsi legislasi diimplementasikan dalam bentuk membuat Perda,
menetapkan APBD, melaksanakan pengawasan pelaksanaan Perda dan APBD. Peran
DPRD berkaitan dengan fungsi budgeting diimplementasikan dalam bentuk
menyusun, merencanakan, menyetujui atau menolak dan menetapkan RAPBD
menjadi APBD. Peran DPRD berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan pembiayaan
Pendidikan dilaksanakan mulai perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan, serta
evaluasi. Peran DPRD berkaitan dengan fungsi pengawasan dilaksanakan sesuai
dengan tugas dan kewenangan terhadap penyelenggaraan pemerintahan di daerah
termasuk terhadap pelayanan publik seperti kebijakan pembiayaan pendidikan agar
efektif dan efisien. Saran disampaikan kepada DPRD Pati, Dinas Pendidikan
Kabupaten Pati, dan sekolah hendaknya meningkatkan komitmen, kinerja dan

perannya dalam mengelola kebijakan tata kelola pendidikan dan pembiayaan dengan
harapan dapat meningkatkan kemajuan pendidikan di Kabupaten Pati.
Kata kunci: Peran DPRD, Kebijakan Pendidikan

3

ABSTRACT
Nanik Kusmiati, Q. 100090267. The Role of House Representatives (DPRD)
in Primary Education Policy Implementation in Pati Regency. Graduate School.
Muhammadiyah University of Surakarta. Thesis. 2012.
The purposes of this research is to: (1) describe the characteristics the role of
parliament in policy governance of basic education in the District of Pati. (2)
Describe the characteristics of the role of parliament in financial policy in the District
Primary Education Pati.
This is a qualitative research with Ethnography design, because this design is
precise to analyze social phenomena. Method of collecting data has been done by
interview with informants, including key informant and other ones, observation
during activities, and documentation parliament profiles and photos. Data analyzing
has been done by analyzes interactive model, consist of data reduction, data display
and verification for several times until data completed. Validity for this data is tested

by data triangulation (by comparing data from different sources) and methods
triangulation (by comparing data from different methods).
The result of this research such as are: (1) Characteristics of the role of
parliament in the governance of basic education policy in Pati District includes roles
in the planning, implementation and supervision. Role of Parliament in the planning
include a representative function, budgeting, legislative and oversight functions
direferentasikan RPJMD preparation. Role of Parliament in implementing policy
governance of basic education is realized through a functioning parliament as a
function as a regulator, policy making, and budgeting, represent the demands of the
people, advocacy anggregasi, administrative oversight, legislation, budgeting and
supervision. (2) Characteristics of the role of parliament in financing policy in Pati
District Primary Education covers the role of Parliament in the legislative function,
the function of budgeting, and monitoring functions. The role of Parliament relating
to the legislative function is implemented in the form of the decision, set budgets, to
supervise the implementation of legislation and budget. The role of Parliament
relating to the budgeting functionality is implemented in the form of preparing,
planning, approve or reject the proposed budget and set a budget. The role of
Parliament relating to the implementation of education financing policies
implemented from the planning, execution and reporting, and evaluation. The role of
Parliament relating to the monitoring function is implemented in accordance with the

duties and authority of governance in areas including public services such as
education funding policy to be effective and efficient. Advice submitted to Parliament
Pati Pati District Education Office, and schools should promote commitment,
performance and its role in managing the governance of education policy and
financing in the hope of improving the progress of education in the District of Pati.
Key words: The role of Parliament, Education Policy

4

PENDAHULUAN
Peraturan Daerah Kabupaten Pati No. 12 Tahun 2010 dijelaskan
Pemerintah daerah mempunyai visi pendidikan terwujudnya pendidikan yang
bertumpu pada kualitas, kekhususan dan potensi daerah. Dengan visi pendidikan
tersebut misi yang dilaksanakan adalah: (1) meningkatkan pemerataan SDM yang
memiliki kemampuan dalam penguasaan dan pendayagunaan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni budaya guna mengembangkan potensi, inisiatif, dan daya
kreasi masyarakat yang mandiri berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa;
(2)

meningkatkan


kerjasama

dalam

bidang

pendidikan

sebagai

upaya

pengembangan kegiatan pendidikan; (3) meningkatkan peran pendidikan dalam
menumbuhkembangkan pekerti yang luhur dan rasa cinta kepada budaya
adiluhung; dan (4) memberikan kesempatan dan pemerataan pendidikan yang
bermutu pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang dapat
diakses dengan mudah (Merditomo, 2010 : 10).
Implementasi dari visi dan misi pendidikan di Kabupaten Pati perlu
didukung oleh tata kelola pendidikan yang memadai. Tata kelola pendidikan yang

memadai mencakup: (1) pendidikan formal yang meliputi : pendidikan dasar,
pendidikan menengah umum dan kejuruan, pendidikan khusus, pendidikan
layanan khusus, pendidikan keagamaan, pendidikan bertaraf internasional dan
pendidikan berbasis lokal, dan pendidikan oleh lembaga asing; (2) pendikan
nonformal yang meliputi: Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Pendidikan
Keterampilan dan Pelatihan Kerja; (3) peserta didik; (4) pendidik dan tenaga
kependidikan; (5) kurilukum; (6) evaluasi, akreditasi dan sertifikasi; (7) wajib
belajar; (8) Sarana dan Prasarana; (9) pendanaan pendidikan; peran serta
masyarakat kerjasama dan pengawasan (Merditomo, 2010 : 12).
DPRD menjalankan tiga fungsi yakni: regulator, policy making, dan
budgeting.

DPRD berperan sebagai regulator

yakni mengatur seluruh

kepentingan daerah, baik yang termasuk urusan-urusan rumah tangga daerah
(otonomi)

maupun


urusan-urusan

pemerintah

pusat

yang

diserahkan

pelaksanannya ke daerah (tugas pembantuan). Policy Making yaitu merumuskan
kebijakan pembangunan dan perencanaan programprogram pembangunan di

5

daerahnya. Budgeting yaitu perencanaan angaran daerah (APBD) (Kartiwa, 2008:
3). Selain menjalankan tiga fungsi tersebut, DPRD juga berperan sebagai
kekuasaan penyeimbang (balanced power) yang mengimbangi dan melakukan
kontrol efektif terhadap Kepala Daerah dan seluruh jajaran pemerintah daerah.

Peran ini diwujudkan dalam fungsi-fungsi berikut: representation, advokasi,
administrative oversight. Fungsi

representation yaitu mengartikulasikan

keprihatinan, tuntutan, harapan dan melindungi kepentingan rakyat ketika
kebijakan dibuat, sehingga DPRD senantiasa berbicara atas nama rakyat. Fungsi
advokasi

yaitu

sebagai

anggregasi

aspirasi

yang

komprehensif


dan

memperjuangkannya melalui negosiasi kompleks dan sering alot, serta tawarmenawar politik yang sangat kuat. Administrative oversight yaitu menilai atau
menguji dan bila perlu berusaha mengubah tindakan-tindakan dari badan
eksekutif yang kebijakan pemerintah bermasalah dengan cara memanggil dan
meminta keterangan, melakukan angket dan interpelasi, bahkan pada akhirnya
dapat meminta pertanggung jawaban Kepala Daerah (Solihin, 2010 : 13).
DPRD harus mampu menjawab tiga kebutuhan dasar bagi efektifitas
pelaksanaan fungsi DPRD dalam proses kebijakan anggaran daerah, yaitu: (1)
Anggota DPRD memiliki sikap dan perilaku yang produktif mendorong APBD
yang mensejahterakan masyarakat daerah. (2) Anggota DPRD memiliki
pengetahuan dan wawasan yang diperlukan untuk mengembangkan pilihanpilihan kebijakan anggaran yang menjawab permasalahan publik, seperti
kesehatan, pendidikan and pengembangan ekonomi lokal. (3) Anggota DPRD
memiliki keterampilan teknik analisis untuk memberikan masukan-masukan kritis
terhadap kebijakan anggaran daerah dan memantau secara umum penyusunan
anggaran daerah (Antlov, 2009 : 5).
Bertitik tolak dari fungsi-fungsi tersebut menggambarkan bahwa DPRD
memiliki peran yang sangat besar dalam menentukan kebijakan di daerah
khususnya dalam hal pendidikan dasar. DPRD memiliki peran dalam turut

menentukan kebijakan program pendidikan di tingkat Kabupaten yang mencakup
5 program kegiatan yang meliputi:

Peningkatan Mutu Pendidikan Dasar,

Peningkatan Pendidikan Dasar, Penyetaraan Guru Pendidikan Dasar dan

6

Menengah, Peningkatan dan Pengembangan UPT Dinas Pendidikan, dan
Peningkatan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka tertarik untuk mengangkat
“Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam Implementasi
Kebijakan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati”, sebagai judul dalam tesis ini.
Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah: bagaimana karakteristik peranan
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam implementasi Kebijakan
Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati?. Dengan sub fokus sebagai berikut:
Bagaimana karakteristik peran DPRD dalam kebijakan tata kelola pendidikan
dasar di Kabupaten Pati? Bagaimana karakteristik peran DPRD dalam kebijakan
pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati?.
Tujuan Penelitian adalah 1. Mendeskripsikan
dalam

kebijakan

tata

karakteristik peran

DPRD

kelola pendidikan dasar di Kabupaten Pati. 2.

Mendeskripsikan karakteristik peran DPRD dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan
Dasar di Kabupaten Pati.
KAJIAN TEORI
Peran DPRD dalam Tata Kelola Pendidikan Dasar di Tingkat Kabupaten
Secara umum peran ini diwujudkan dalam tiga fungsi, yaitu: regulator,

policy making dan budgeting. Adapun masing-masing dapat diuraikan sebagai

berikut:
Peran DPRD dalam fungsi Regulator
Peran DPRD sebagai fungsi regulator adalah mengatur seluruh kepentingan
daerah, baik yang termasuk urusan-urusan rumah tangga daerah (otonomi) maupun
urusan-urusan pemerintah pusat yang diserahkan pelaksanannya ke daerah (tugas
pembantuan).
Fungsi regulator DPRD dalam tata kelola pendidikan dasar diwujudkan dalam
tiga peran yakni: melakukan perubahan alokasi APBD untuk pendidikan, perbaikan
regulasi untuk penyelenggaraan pendidikan dasar, dan mengusulkan Raperda
(Kartiwa, 2006: 5).

7

Peran DPRD dalam fungsi Policy Making
Peran DPRD sebagai fungsi policy making adalah merumuskan kebijakan
pembangunan dan perencanaan program-program pembangunan di daerahnya. Peran
DPRD sebagai policy making diwujudkan dalam bentuk fungsi legalisasi.
Peran DPRD dalam fungsi Budgeting
Peran DPRD dalam fungsi

Budgeting yaitu perencanaan angaran daerah

(APBD). Fungsi anggaran penganggaran merupakan penyusunan dan penetapan
anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama-sama pemerintah daerah. Dalam
menjalankan fungsi ini, DPRD terlibat secara aktif, proaktif, dan sebagai legitimator
usulan APBD ajuan pemerintah daerah.
Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen untuk menjamin
pelaksanaan kegiatan sesuai dengan kebijakan dan rencana yang telah ditetapkan
serta memastikan tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Bagi pemerintah
daerah, fungsi pengawasan merupakan suatu mekanisme peringatan dini (early
warning system), untuk mengawal pelaksanaan aktivitas mencapai tujuan dan

sasaran. Sedangkan bagi pelaksana pengawasan, fungsi pengawasan ini merupakan
tugas mulia untuk memberikan telaahan dan saran, berupa tindakan perbaikan.
Peran DPRD dalam Kebijakan Pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten.
Peran sebagai legislasi dalam pembiayaan pendidikan
DPRD memiliki peran yang amat penting dalam kebijakan pembiayaan
pendidikan yaitu berperan sebagai legislasi yaitu membuat Perda bersama dengan
Bupati. Salah satu Perda yang dibuat adalah APBD. DPRD memiliki fungsi
Budgeting yaitu perencanaan angaran daerah (APBD) yang berkaitan dengan

pendidikan. Fungsi anggaran penganggaran merupakan penyusunan dan penetapan
anggaran pendapatan dan belanja daerah bersama-sama pemerintah daerah. Dalam
menjalankan fungsi ini, DPRD harus terlibat secara aktif, proaktif, dan bukan reaktif
dan sebagai legitimator usulan APBD ajuan pemerintah daerah (Sugianto, 2008: 10).
Pengawasan keuangan daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Pasal 42 menjelaskan bahwa DPRD mempunyai tugas dan wewenang melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan Perda dan peraturan perundang-undangan lainnya,

8

peraturan kepala daerah, APBD, kebijakan pemerintah dalam melaksanakan program
pembangunan daerah dan kerjasama internasional di daerah. Berdasarkan dari
Undang-Undang tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengawasan keuangan
daerah dilakukan oleh DPRD yang berfokus kepada pengawasan terhadap
pelaksanaan APBD.
Pengawasan terhadap pelaksanaan APBD wujudnya adalah dengan melihat,
mendengar, dan mencermati pelaksanaan APBD yang dilakukan oleh SKPD, baik
secara langsung maupun berdasarkan informasi yang diberikan oleh konstituen, tanpa
masuk ke ranah pengawasan yang bersifat teknis. Apabila ada dugaan penyimpangan,
dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut:
Memberitahukan kepada Kepala Daerah untuk ditindaklanjuti oleh Satuan Pengawas
Internal, membentuk pansus untuk mencari informasi yang lebih akurat,
Menyampaikan adanya dugaan penyimpangan kepada instansi penyidik (Kepolisian,
Kejaksaan, dan KPK) (Fanindita, 2010).
Pengawasan anggaran meliputi seluruh siklus anggaran, mulai dari tahap
perencanaan,
pengawasan

pelaksanaan,
anggaran

maupun

merupakan

pertanggungjawaban.
proses

pengawasan

Secara

sederhana

terhadap

kesesuaian

perencanaan anggaran dan pelaksanaannya dalam melaksanakan pembangunan
daerah. Pengawasan terhadap pelaksaanaan perlu dilakukan, hal ini bertujuan untuk
memastikan seluruh kebijakan publik yang terkait dengan siklus anggaran
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
berorientasi pada prioritas publik. Namun sebelum sampai pada tahap pelaksanaan,
anggota dewan harus mempunyai bekal pengetahuan mengenai anggaran sehingga
nanti ketika melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran, anggota dewan
telah dapat mendeteksi apakah ada terjadi kebocoran atau penyimpangan alokasi
anggaran.
Fungsi DPRD sebagai pengawas keuangan daerah/APBD
Pengawasan anggaran secara yuridis telah diatur baik di tingkat UndangUndang, peraturan pemerintah dan juga dalam peraturan daerah mengenai
pengelolaan keuangan daerah. Dalam konteks pengelolaan keuangan, pengawasan
terhadap anggaran dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 132 yang menyatakan bahwa DPRD

9

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan daerah tentang APBD.
Pengawasan tersebut bukan berarti pemeriksaan, tapi lebih mengarah pada
pengawasan untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dalam APBD.
Hal ini sesuai juga dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun
2006 yang menyatakan bahwa untuk menjamin pencapaian sasaran yang telah
ditetapkan, DPRD melakukan pengawasan atas pelaksanaan APBD. Ini berarti bahwa
pengawasan yang dilakukan oleh DPRD merupakan pengawasan eksternal dan
ditekankan pada pencapaian sasaran APBD. Pengawasan merupakan tahap integral
dengan keseluruhan tahap pada penyusunan dan pelaporan APBD. Pengawasan
diperlukan pada setiap tahap bukan hanya pada tahap evaluasi saja (Mardiasmo,
2001). Pengawasan yang dilakukan oleh dewan dimulai pada saat penyusunan APBD,
pelaksanaan APBD, perubahan APBD dan pertanggungjawaban APBD (Modjo,
2007).
Tata Kelola Pendidikan Dasar di Dinas Pendidikan Kabupaten
Lahirnya UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tersebut menjadi tonggak reformasi
kebijakan Pendidikan Nasional, sehingga memungkinkan disentralisasi pendidikan
dapat berjalan hingga otonomi sekolah dan guru dalam rangka menyiapkan mutu
pendidikan yang memiliki keseimbangan kemampuan antara karakter dan kapabilitas.
Otonomi sekolah yang digulirkan saat ini sebagai implementasi kebijakan
desentralisasi pendidikan nampaknya belum berjalan mulus, kerana sekolah yang
tadinya sudah terbiasa dengan sistem sentralisasi dengan ciri menunggu petunjuk dari
pusat, saat ini mendapat tantangan untuk melahirkan kreativitas dan inovasi semua
warga sekolah sendiri. Namun dari sisi lain kebijakan desentralisasi hingga ke
sekolah ini merupakan peluang emas yang harus ditangkap dengan semangat dan
komitmen tinggi. Kinilah saatnya sekolah harus berubah sesuai dengan potensinya
sendiri. Inilah saatnya sekolah harus menunjukkan warna dan ragam secara optimal
tanpa harus menunggu dari pusat lagi (Kreasindo, 2011:1).
Pola pendidikan yang dikembangkan di Dinas Pendidikan sesuai dengan
kebijakan nasional yang dikenal dengan tiga pilar kebijakan pendidikan yaitu
perluasan dan pemerataan pendidikan, peningkatan mutu dan relevansi pendidikan,
dan tata kelola, akuntabbilitas, dan pencitraan publik. Ketiga kebijakan tersebut
menjadi indikator keberhasilan ketika sekolah menjalankan otonomitasnya.

10

Dinas Pendidikan Kabupaten memiliki tugas kewenangan desentralisasi dan
dekonsentrasi di bidang pendidikan, generasi muda, dan olahraga serta tugas
pembantuan yang diberikan oleh Pemerintah. Untuk menyelenggarakan tugas pokok
tersebut Dinas Pendidikan mempunyai fungsi yaitu:
Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan kebijakan yang diterapkan oleh Kepala
Dinas berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan yang berlaku, Pembinaan
Pendidikan Dasar; Pembinaan Pendidikan Menengah; Pembinaan Pendidikan Luar
Sekolah; Pembinaan Generasi Muda; Pembinaan Olahraga; Pengelolaan Urusan
Ketatausahaan; Pengelolaan Unit Pelaksan Teknis Dinas.
Dalam penyelenggaraan tata kelola pendidikan unsur-unsur organisasi Dinas
Pendidikan terdiri dari: bagian Tata Usaha, Sub Dinas Bina Pendidikan Dasar, Sub
Dinas Bina Pendidikan Menengah, Sub Dinas Pendidikan Luar Sekolah, Sub Dinas
Bina Generasi Muda, Sub Dinas Bina Olahraga. Sesuai dengan implementasi
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah metode
penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah di mana
peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Pada penelitian ini desain yang digunakan adalah etnografi.

Etnografi

adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai suatu proses, etnografi
melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok di mana dalam
pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui
wawancara satu persatu dengan anggota kelompok tersebut. Penaliti mempelajari arti
atau makna dari setiap perilaku, bahasa dan interaksi dalam kelompok (Harsono,
2011 : 20).
Lokasi penelitian ini di Lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Kabupaten
Pati, yang terdiri 12 UPT Dinas Pendidikan Kecamatan di wilayah Kabupaten Pati.
Objek penelitian kebijakan DPRD dalam implementasi kebijakan pendidikan dasar.
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitatif dan jenis sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah: wawancara mendalam (in-depth interviewing), observasi langsung dengan

11

partisipasi aktif , mencatat dokumen (content analysis) dan Focus Group Discussion
(diskusi kelompok terarah)
Pada penelitian ini teknik yang digunakan untuk menganalisis kasus dengan
menggunakan model analisis interaktif Milles dan Huberman (2000: 20). Kegiatan
pokok analisis model ini meliputi : Pengumpulan data, Reduksi data, penyajian data,
simpulan-simpulan : penarikan simpulan/ verifikasi.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat ditemukan beberapa hal
sebagai berikut:
Karakteristik peran DPRD dalam kebijakan tata kelola pendidikan dasar di
Kabupaten Pati. Peran DPRD dalam merencanakan kebijakan tata kelola pendidikan
dasar di Kabupaten Pati. DPRD memiliki peran yang sangat penting dalam dalam
merencanakan kebijakan tata kelola pendidikan dasar di Kabupaten Pati karena
memiliki wewenang untuk menyusun RPJMD yang didalamnya membahas tentang
tata kelola pendidikan dalam kurun waktu lima tahunan. b. Karakteristik peran
DPRD

dalam

mengimplementasikan

kebijakan tata kelola pendidikan dasar di

Kabupaten Pati. Peran DPRD dalam implementasi kebijakan tata kelola pendidikan
dasar di Kabupaten Pati, dijalankan sesuai dengan fungsi DPRD sebagai fungsi
sebagai regulator, policy making, dan budgeting, representasikan tuntutan rakyat,
advokasi anggregasi, administrative oversight, legislasi, anggaran dan pengawasan.
Karakteristik peran DPRD dalam pengawasan kebijakan tata kelola pendidikan dasar
di Kabupaten Pati. Peran DPRD dalam kebijakan tata kelola pendidikan dasar di
Kabupaten Pati mencakup dalam bidang perencanaan, implementasi dan pengawasan.
Dalam bidang perencanaan penyusunan RPJMD tata kelola pendidikan dalam kurun
waktu lima tahunan. Dalam bidang implementasi kebijakan tata kelola pendidikan
DPRD menjalankan fungsinya sebagai regulator, policy making, dan budgeting,
representasikan tuntutan rakyat, advokasi anggregasi, administrative oversight,
legislasi, anggaran dan pengawasan. Dalam bidang kepengawasan DPRD melakukan
pengawasan fungsional dan legislatif. Peran DPRD dalam kebijakan pembiayaan
Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati. Peran DPRD difokukan pada fungsi legislasi,
budgeting, pelaksanaan kebijakan dan pengawasan kebijakan pembiayaan Pendidikan
Dasar di Kabupaten Pati. Peran DPRD yang berkaitan dengan fungsi legislasi dalam
kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di

Kabupaten Pati. Peran DPRD yang

12

berkaitan dengan fungsi legislasi dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di
Kabupaten Pati diimplementasikan dalam bentuk menyusun Raperda, mengubah
Raperda, mengesahkan Perda dan menyusun APBD. Dalam menyusun Raperda,
Perda dan APBD DPRD mendapatkan masukan dari Dinas Pendidikan Kabupaten,
UPT Pendidikan Kecamatan dan Satuan Pendidikan dalam bentuk informasi, usulan
pembiayaan, pelaporan yang disampaikan kepada Banggar untuk dibawa ke sidang
Paripurna DPRD bersama Badan Eksekutif untuk ditetapkan menjadi Perda atau
APBD. Peran DPRD berkaitan dengan fungsi budgeting kebijakan pembiayaan
Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati peran DPRD berkaitan dengan fungsi budgeting
kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di

Kabupaten Pati diwujudkan dalam

bentuk menjalankan tugas dan wewenang untuk turut serta dalam merencanakan dan
menetapkan RAPBD dan APBD serta Perda tentang pembiayaan pendidikan. Di
samping itu juga menjalankan amanah UUD 1945 Pasal 31 ayat 4, melaksanakan
amanat UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dan PP No.
19/2005 tentang Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP), dan PP 48/2008
tentang Pendanaan Pendidikan. Peran DPRD berkaitan dengan pelaksanaan kebijakan
pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati. Peran DPRD berkaitan dengan
pelaksanaan kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati mencakup:
Peran DPRD dalam prencanaan kebijakan pembiayaan pendidikan di Kabupaten Pati.
Peran DPRD dalam menentukan kebijakan penggunaan dana pendidikan di
Kabupaten Pati. Peran DPRD dalam menentukan kebijakan pertanggungjawaban
penggunaan anggaran pembiayaan pendidikan di Kabupaten Pati
pertanggungjawaban Pemerintah Daerah dan

yang meliputi:

pertanggungjawaban kewajiban

pendidikan untuk masyarakat. Peran DPRD berkaitan dengan fungsi pengawasan
dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati. Peran DPRD
berkaitan dengan fungsi pengawasan dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar
di Kabupaten Pati menyangkut jenis, bentuk, mekanisme dan tata tertib pengawasan
mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, pengorganisasian dan
tindak lanjut kepengawasan.
Berdasarkan uraian penelitian di atas diperoleh teori hasil penelitian sebagai berikut:
Peran DPRD dalam kebijakan tata kelola pendidikan dasar. Semakin efektif peran
DPRD dalam merencanakan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan tata kelola

13

pendidikan dasar maka implementasi kebijakan pendidikan makin baik. Peran DPRD
dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar. Semakin efektif peran DPRD dalam
kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar melalui legislasi, budgeting, prosedur
pelaksanaan penyusunan anggaran, dan pengawasan maka pertanggungjawaban
DPRD makin baik.
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan
Karakteristik peran DPRD dalam kebijakan tata kelola pendidikan dasar di
Kabupaten

Pati

mencakup

karakteristik

peran

dalam

fungsi

perencanaan,

pengimplementasian dan pengawasan sebagai berikut: Peran DPRD dalam
perencanaan disesuaikan dengan fungsi dan kedudukannya sebagai fungsi
perwakilan, budgeting, legislasi dan fungsi pengawasan dalam pelaksanaan
pendidikan yang direferentasikan penyusunan RPJMD termasuk dalam tata kelola
pendidikan. Peran DPRD dalam mengimplementasikan kebijakan tata kelola
pendidikan dasar diwujudkan melalui fungsi DPRD sebagai fungsi sebagai regulator,
policy making, dan budgeting, representasikan tuntutan rakyat, advokasi anggregasi,
administrative oversight, legislasi, anggaran dan pengawasan. Penekanan tata kelola

pendidikan ditekankan pada kepastian mekanisme pembiayaan pendidikan, perbaikan
kurikulum, akuntabilitas manajemen sumber daya pendidikan. Peran DPRD dalam
pengawasan kebijakan tata kelola pendidikan dasar dilakukan melalui dua cara
pengawasan fungsional dan pengawasan legislatif.
Karakteristik peran DPRD dalam kebijakan pembiayaan Pendidikan Dasar di
Kabupaten Pati dibagi menjadi empat yaitu peran DPRD dalam fungsi legislasi,
fungsi budgeting, dan fungsi pengawasan dalam pembiayaan pendidikan. Peran
DPRD yang berkaitan dengan fungsi legislasi diimplementasikan dalam bentuk
membuat Perda, menetapkan APBD,

melaksanakan pengawasan terhadap

pelaksanaan Perda dan APBD. Peran DPRD berkaitan dengan fungsi budgeting
diimplementasikan dalam bentuk

menyusun, merencanakan, menyetujui atau

menolak dan menetapkan RAPBD menjadi APBD. Peran DPRD berkaitan dengan
pelaksanaan kebijakan pembiayaan Pendidikan dilaksanakan mulai perencanaan,
pelaksanaan dan pelaporan, serta evaluasi. Tahapan dimulai dari arah dan kebijakan,

14

strategi dan prioritas, anggaran program, APBD, perencanaan, laporan pelaksanaan
APBD, evaluasi kinerja dan evaluasi hasil. Peran DPRD berkaitan dengan fungsi
pengawasan

dilaksanakan

sesuai

dengan

tugas

dan

kewenangan

terhadap

penyelenggaraan pemerintahan di daerah termasuk terhadap pelayanan publik seperti
kebijakan pembiayaan pendidikan agar efektif dan efisien.
Saran
Ada tiga saran yang dapat peneliti sampaikan pada penelitian ini sebagai
kontribusi atau sumbang pemikiran terhadap Peranan Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD) dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati
DPRD Pati
DPRD hendaknya meningkatkan peran dan komitmennya terhadap kebijakan
pendidikan di Kabupaten Pati agar pendidikan dapat berkembang lebih maju.

Dinas Pendidikan Kabupaten Pati
Dinas pendidikan hendaknya mengelola pendidikan sebaik-baik-baiknya
dengan meningkatkan kinerjanya.
Sekolah
Sekolah hendaknya mendukung kebijakan pendidikan yang telah dirumuskan
dalam UUD45, Perda dan RPJM Kabupaten Pati.

15

DAFTAR PUSTAKA
Abbas Ghozali, 2010. Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP). Jakarta :
USAID
Anonimus, 2000. Beberapa Permasalahan Pokok Pembangunan Pendidikan,
Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan,
Jakarta: Depdiknas.
Anonimus. 2000. Identifikasi dan Penjabaran Kewenangan Pendidikan dan
Kebudayaan dan PP Nomor 25 tahun 2000. Jakarta : Depdiknas.
Anonimus, 2010. PERPPU Penyelenggara dan Tata Kelola Pendidikan , Jakarta:
Dirjen Dikti
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta : Balaipustaka.
______. 1996. Petunjuk Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah Dasar . Jakarta
______. 1996. Penyelenggaraan Pendidikan di Sekolah Dasar . Jakarta: Direktorat
Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
______.1996. Pedoman Operasional Penyelenggaraan Program Pendidikan
Masyarakat. Semarang : Kanwil Depdiknas Prop. Jawa Tengah.
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MBS) Jilid I, II,
III. Jakarta : Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah .
______.2003. Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen.
Djohar MS. 2006. Peran Pendidikan dalam Peningkatan Kualitas Sumber Daya
Manusia . Jurnal Pendidikan No. 13, Jakarta : Lanto Putra Perkasa
Fasli Jalal dan Dedi Supriadi. 2001. Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi
Daerah. Yogyakarta: Adi Cita
Harsono, M.S. 2011. Etnografi Pendidikan Sebagai Desain Penelitian Kualitatif,
Surakarta : UMS
Hans Antlov. 2007. Legal Drafting. Penyusunan Peraturan Daerah. Jakarta : LGS
______. 2009. Analisis APBD untuk Anggota DPRD. Jakarta : LGSP.
Hermanto Rohman. 2010. Democratic Budgeting : “Menciptakan Anggaran Daerah
Yang Berkeadilan” file:///G:/Budgeting DPRD.htm

16

Indra Perwira, 2006. Tinjauan Umum Peran dan Fungsi DPRD, KPK, Jakarta :
www.lgsp.or.id
James P. Spradley. 2006. Metode Etnografi, Yogyakarta : Tiara Wacana
Jonathan Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta :
Graha Ilmu.
Kartiwa. 2006. Good Local Governance : Membangun Birokrasi Pemerintah yang
Bersih dan Akuntabel, Malang : Unisma.
Lexy J. Moleong, 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya
Meri Yarni, 2010. Fungsi Legislasi DPRD dalam Kerangka Otonomi (Studi Kasus
DPRD Kota Jambi dan DPRD Kabupaten Muaro Jambi. Tesis, Jambi :
Universitas Muaro Jambi.
Muhammad Surya. 2003. Kapita Selekta Kependidikan di SD . Jakarta. UT
Nanang Fatah. 2001. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung : Andira.
Nina Toyamah, 2004. Alokasi Anggaran Pendidikandi Era Otonomi Daerah,
Implikasinya terhadap Pengelolaan Pelayanan Pendidikan Dasar . Jakarta:
Lembaga Penelitian Semeru.
Sasmita, 2008. Panduan Praktis Memahami Perancangan Peraturan Daerah.
Jakarta : Cappler Project.
Sugiyono, 1997. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Suharsimi Arikunto, 1997. Prosedur Penelitian Kuantitatif. Yogyakarta : Rineka
Cipta.
Syahruddin, 2008. Peranan DPR dalam Otonomi Daerah. Jakarta : Media Wiyata.
Sutopo. H. B. 2006. Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Undang-Undang Otonomi Daerah 1999. Jakarta: Sinar Grafika.
Taifur. 2008. Peranan DPRD untuk Mencapai Tujuan Desentralisasi dan Perspektif
Daerah tentang Pelaksanaan Desentralisasi di Kabupaten Jambi. A. Tesis.
Bengkulu: USU.
Yusuf Anwar, 2006. Good Governance dalam Rangka Optimalisasi Fungsi dan
Peran DPRD, KPK, Jakarta : USAID.

Dokumen yang terkait

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Simalungun Periode 2009-2014)

0 56 76

Persepsi Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan Tentang Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Medan Tahun 2013

5 57 111

Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (Suatu Studi Terhadap Kinerja Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Simalungun Periode 2009-2014)

0 22 77

Hubungan Wakil dengan yang Diwakili (Studi Perbandingan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sumatera Utara Periode 1999-2004 dengan Periode 2004-2009)

1 45 101

Hak Recall Partai Politik Terhadap Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Dalam Korelasinya Dengan Pelaksanaan Teori Kedaulatan Rakyat.

8 114 110

Minat Menonton anggota Dewan Perwakilan Daerah Tapanuli Selatan terhadap Berita Politik Di Metro TV ( Studi Korelasi Tentang Tayangan Berita Politik Dan Minat Menonton Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Tapanuli Selatan Terhadap Metro TV )

1 39 143

PERANAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DASAR Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar Di Kabupaten Pati.

0 2 15

PENDAHULUAN Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar Di Kabupaten Pati.

0 2 12

PERANAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DASAR Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati.

0 3 15

PENDAHULUAN Peranan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dalam Implementasi Kebijakan Pendidikan Dasar di Kabupaten Pati.

0 3 13