PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH.

(1)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

(Studi Kuasi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi D4 Akuntansi Tingkat Pertama Politeknik Pos Indonesia )

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh :

KHAIRANINGRUM MULYANTI 1201549

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

(Studi Kuasi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi D4 Akuntansi Tingkat Pertama Politeknik Pos Indonesia )

Oleh

Khairaningrum Mulyanti S.Pd UPI Bandung, 2009

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Fakultas Pendidikan Ekonomi

©Khairaningrum Mulyanti 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

(Studi Kuasi Eksperimen pada Mahasiswa Program Studi D4 Akuntansi Tingkat Pertama Politeknik Pos Indonesia )

Tesis ini telah disetujui oleh:

Pembimbing I

Prof. Dr.H. Eeng Ahman,MS NIP. 19611022 198603 1 002

Pembimbing II

DR. H. Nugraha, SE.,M.Si.,Ak NIP 19661226 199001 1 002

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS NIP 19611022 198603 1 002


(4)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

PROBLEM SOLVING (TAPPS) UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kebiasaan berpikir dan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), serta perbedaan peningkatan kebiasaan berpikir dan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi yang menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dengan mahasiswa yang menggunakan pembelajaran ekspositori. Metode yang digunakan kuasi eksperimen. Subjek penelitian yaitu mahasiswa tingkat pertama Program Studi D4 Akuntansi Politeknik Pos Indonesia. Teknik analisis data yang digunakan paired sample t-test, Mann Whitney, dan independent sample t-test dengan bantuan software SPSS V.21. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan berpikir dan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa setelah melaksanakan proses pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving lebih tinggi dibandingkan dengan sebelum melaksanakan proses pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving. Peningkatan kebiasaan berpikir dan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi yang melaksanakan proses pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang melaksanakan proses pembelajaran ekspositori. Dengan hasil tersebut para dosen dapat menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik TAPPS ini sebagai alternatif pembelajaran di jenjang pendidikan tinggi, khususnya pada bidang akuntansi

Kata Kunci : kebiasaan berpikir, kemampuan pemecahan masalah, pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS)


(5)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

THE IMPLEMENTATION OF COLLABORATIVE LEARNING TECHNIQUE THINK ALOUD PAIR (TAPPS) TO INCREASE HABITS OF MIND AND PROBLEM SOLVING

ABILITY

The purpose of this research was to find out whether there is a difference on students’ habits of mind and problem solving ability in Introduction to Accounting course, before and after the implementation of collaborative learning technique Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS), and the difference of increasement on students’ habits of mind and problem solving ability in Introduction to Accounting course which applied collaborative learning technique Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) compared to students who applied expository learning. The method applied in this research was quasi-experiment. The subject was first year students of D4 Accounting study program in Politeknik Pos Indonesia. The data analysis technique were paired sample t-test, Mann Whitney, and independent sample t-test through software SPSS V.21. The results showed that the students’ ability in habits of mind and problem solving was higher after the implementation of collaborative learning technique Think Aloud Pair Problem Solving compared to before the implementation. The increase of students’ habits of mind and problem solving ability in Introduction to Accounting course which applied collaborative learning technique Think Aloud Problem Solving was higher than the students’ that applied expository learning. With the results, lecturers can use collaborative learning technique Think Aloud Pair Problem Solving as an alternative learning in a higher education, particularly in the areas of accounting subject

Keywords : Problem solving ability, habits of mind, collaborative learning technique Think Aloud Problem Solving (TAPPS)


(6)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


(7)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ...v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang Penelitian ...1

1.2. Rumusan Masalah ...10

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian………11

1.3.1. Tujuan Penelitian ...11

1.3.2. Manfaat Penelitian ...12

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 14 2.1. Kajian Pustaka ...14

2.1.1. Kebiasaan Berpikir (Habits Of Mind)... 14

2.1.2. Pemecahan Masalah...19

2.1.3. Pembelajaran Kolaboratif ...29

2.1.4. Penelitian Terdahulu ...46

2.2. Kerangka Pemikiran ...49

2.3. Hipotesis ...53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...55

3.1. Objek Penelitian ...55

3.2. Metode Penelitian ...55

3.3. Desain Penelitian ...56

3.4. Operasionalisasi Variabel ...57

3.5. Alur Penelitian ...58

3.5.1 Tahap Persiapan ...59

3.5.2 Tahap Pelaksanaan...70

3.5.3 Tahap Penyusunan Laporan ...72

3.6. Pengujian Hipotesis ...72

3.6.1 Uji Normalitas ...73

3.6.2 Uji Homogenitas ...73

3.6.3 Uji Gain Ternormalisasi ...74

3.6.4 Pengujian Hipotesis ...75

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...79

4.1 Deskripsi Penelitian ...79

4.1.1 Subjek Penelitian ...79


(8)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4.1.3 Implementasi Pembelajaran Kolaboratif Teknik TAPPS ...83

4.1.4 Data Hasil Penelitian ...87

4.2 Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ...91

4.2.1 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas ...91

4.2.2 Uji Gain Ternormalisasi ...96

4.2.3 Pengujian Hipotesis ...98

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ...113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...129

5.1 Kesimpulan ...129

5.2 Saran ...130


(9)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel

1. 1 Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Mata Kuliah

Pengantar Akuntansi ... 4

1. 2 Kebiasaan Berpikir (Habits Of Mind) Mahasiswa ... 6

2. 1 Indikator Habits Of Mind Menurut Costa & Kallick ... 18

2. 2 Beda Pokok Pembelajaran Kolaboratif & Pembelajaran Kooperatif ... 33

2. 3 Penelitian Terdahulu ... 46

3. 1 Desain Penelitian ... 56

3. 2 Operasionalisasi Variabel ... 57

3. 3 Pedoman Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah ... 62

3. 4 Bobot Nilai Jawaban responden ... 64

3. 5 Interpretasi Harga Koefisien Korelasi... 65

3. 6 Interpretasi Koefisien Reliabilitas ... 66

3. 7 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal... 67

3. 8 Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal ... 68

3. 9 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 72

3. 10 Kriteria Gain ... 75

4. 1 Hasil Uji Coba Pretest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah ... 80

4. 2 Hasil Uji Coba Pretest Soal Kemampuan Pemecahan Masalah ... 82

4. 3 Hasil Uji Coba Tes Kebiasaan Berpikir (Habits of Mind) ... 83

4. 4 Deskripsi Habits of Mind Kelas Eksperimen ... 88

4. 5 Deskripsi Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 89

4. 6 Deskripsi Gain Kebiasaan Berpikir Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 90

4. 7 Deskripsi Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 90

4. 8 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Kebiasaan Berpikir Kelas Eksperimen ... 92

4. 9 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 93

4. 10 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Gain Kebiasaan Berpikir Kelas Eksperimen-Kontrol ... 94

4. 11 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen-Kontrol ... 95

4. 12 N-Gain Habits of Mind Kelas Kontrol ... 96

4. 13 N-Gain Habits of Mind Kelas Eksperimen ... 97

4. 14 N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol ... 97

4. 15 N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 98


(10)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

4.17 Uji Paired Sample t-Test Kebiasaan Berpikir Kelas Eksperimen ... 99 4. 18 Korelasi Pretest dan Posttest Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 102 4. 19 Paired Sample t-Test Kemampuan Pemecahan Masalah Eksperimen ... 103 4.20 Uji Independent Sample t-Test Perbedaan Peningkatan Kebiasaan Berpikir

(Habits of Mind) Kelas Eksperimen-Kontrol ... 106 4.21 Uji Mann-Whitney Perbedaan Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen-Kontrol ... 110 ...


(11)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2. 1 Interaksi Dimensi Belajar... 15

2. 2 Hirearki Domain Keterampilan Intelektual Menurut Gagne ... 22

2. 3 Tahapan Pemecahan Masalah Menurut G. Polya ... 24

2.4 Hubungan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Akuntansi .. 28

2.5 Zone of Proximal Development... 37

2. 6 Prosedur Pembelajaran Kolaboratif Teknik TAPPS ... 45

2. 7 Kerangka Pemikiran ... 53

2. 8 Model Kausalitas Variabel Penelitian ... 53

3. 1 Alur Penelitian ... 59

4. 1 Grafik Perbandingan Kebiasaan Berpikir Kelas Eksperimen ... 100

4. 2 Grafik Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Eksperimen .... 104

4. 3 Perbandingan Rata-Rata Kebiasaan Berpikir Kontrol-Eksperimen ... 108

4. 4 Perbandingan N-Gain Kebiasaan Berpikir kelas Kontrol&Eksperimen 109 4. 5 Perbandingan N-Gain Indikator Kebiasaan Berpikir ... 109

4. 6 Perbandingan Rata-Rata Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol-Eksperimen ... 111

4. 7 Perbandingan N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 112


(12)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

1 Daftar Mahasiswa Kelas Eksperimen 2 Daftar Mahasiswa Kelas Kontrol 3 Silabus Perkuliahan

4 Satuan Acara Perkuliahan

5 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Akuntansi (Pretest) 6 Soal Tes Pemecahan Masalah (Pretest)

7 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Akuntansi (Posttest) 8 Soal Tes Pemecahan Masalah (Posttest)

9 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kebiasaan Berpikir 10 Angket Penelitian Kebiasaan Berpikir

11 Soal Pemecahan Masalah Akuntansi (Treatment Kelas Eksperimen) 12 Sampel Hasil Pemecahan Masalah Akuntansi

13 Hasil Uji Instrumen Penelitian

14 Skor Indikator Kemamampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen 15 Skor Indikator Kemamampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol 16 Skor Indikator Kebiasaan Berpikir Kelas Eksperimen

17 Skor Indikator Kebiasaan Berpikir Kelas Kontrol

18 Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Kontrol-Kelas Eksperimen

19 Perbandingan Kebiasaan Berpikir Kelas Kontrol-Kelas Eksperimen 20 Dokumentasi

21 Soal Tes Pemecahan Masalah (Pra Penelitian) 22 Kuesioner Pra Penelitian Habits of Mind Mahasiswa


(13)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian

Peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, baik di tingkat dasar, menengah, maupun tinggi agar lulusannya mumpuni dalam bidangnya senantiasa diupayakan baik oleh pemerintah maupun pihak swasta. Pada tingkat perguruan tinggi terutama, peningkatan mutu pendidikan sangat berpengaruh kepada para lulusan yang siap menghadapi tuntutan para pencari kerja, atau bahkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), hingga Agustus 2013, sebanyak 11,51% dari angka pengangguran di Indonesia berasal dari pengangguran intelektual. Kemenakertrans mendefinisikan tenaga kerja intelektual sebagai lulusan diploma atau universitas. Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa ada yang tidak sesuai dan tidak berhasil dalam pendidikan di tingkat tinggi, dapat diduga bahwa daya analisis, evaluasi, kreativitas, rasa percaya diri, kemandirian dan keberanian mengambil risiko serta kemampuan pemecahan masalah para lulusan Perguruan Tinggi baik Diploma maupun Universitas masih rendah. Selain itu juga hal tersebut menandakan standar kualifikasi tenaga kerja di negara kita belum cukup kuat untuk menyikapi perubahan dunia bisnis dalam era globalisasi sekarang ini.

Salah satu cara yang dilakukan oleh Pemerintah melalui Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk meminimalisir keadaan tersebut adalah menyusun Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) atau yang juga dikenal sebagai Indonesian Qualification Framework (IQF). Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (2011) mengemukakan bahwa KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat menyandingkan, menyetarkan, dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur


(14)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

pekerjaan di berbagai sektor. KKNI ini merupakan perwujudan mutu dan jati diri Bangsa Indonesia terkait dengan sistem pendidikan dan pelatihan nasional yang dimiliki Indonesia.

KKNI terdiri dari Sembilan jenjang kualifikasi, dimulai dari tingkat SD sampai dengan S3. Jenjang pendidikan S1/D4 berada pada level kualifikasi 6 (enam). Deskriptor kualifikasi SDM level 6 (enam) pada KKNI terdiri dari empat paragraf. Paragraf yang pertama yaitu mampu memanfaatkan IPTEKS dalam bidang keahliannya dan mampu beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi dalam penyelesaian masalah, paragraf kedua berbunyi menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoritis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah prosedural, paragraf ketiga mendeskripsikan untuk mampu mengambil keputusan strategis berdasarkan analisis informasi dan data, juga memberikan petunjuk dalam memilih berbagai alternatif solusi, serta paragraf keempat yaitu bertanggungjawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja organisasi.

Dari keempat paragraf mengenai deskripsi kualifikasi SDM level enam pada KKNI tersebut, dua paragraf menitikberatkan pada kemampuan dalam penyelesaian masalah. Pemecahan masalah atau yang sering disebut problem solving merupakan tujuan yang prinsipal dalam proses pembelajaran. Dengan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh mahasiswa, dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan sejumlah kemampuan dirinya sendiri. Pemecahan masalah merupakan suatu kegiatan manusia yang menggabungkan konsep-konsep dan aturan-aturan yang telah diperoleh sebelumnya, dan bukan merupakan keterampilan genetik.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu keterampilan intelektual tingkat tinggi. Menurut Gagne (1985) pemecahan masalah didefinisikan sebagai “…the synthesis of other rules and concepts into higher order rules which can be applied to a constrained situasion”. Kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh mahasiswa ditandai dengan


(15)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

kemampuannya mengurai masalah menjadi tujuan-tujuan, dan satu persatu tujuan tersebut dipecahkan mengikuti siklus dari proses tersebut. Gagne et-al (1992) dalam Purba (2010) menyatakan untuk keterampilan pemecahan masalah, mahasiswa dituntut terampil menggunakan kaidah-kaidah yang sesuai untuk memecahkan masalah. Dalam hal ini mahasiswa mampu mengidentifikasi dan memahami permasalahan serta terampil dalam memilih, menggunakan, mengembangkan, dan mengorganisasikan kaidah atau aturan tingkat tinggi untuk memecahkan masalah.

Kemampuan pemecahan masalah tersebut sejalan dengan KKNI pada level 6 (enam) yang sudah dibahas sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa pada level tersebut output pendidikan harus memiliki kemampuan pemecahan masalah yang memadai, begitu juga dalam Program Studi Akuntansi. Sesuai dengan deskripsi kualifikasi SDM dalam KKNI yang ditetapkan oleh Ditjen Dikti Republik Indonesia, lulusan dari program akuntansi harus memiliki beberapa kualifikasi yang terkait dengan kemampuan pemecahan masalah khususnya pada bidang akuntansi. Diantaranya adalah mampu memilih dan mengembangkan solusi yang tepat dan benar menurut kaidah akuntansi untuk menyelesaikan masalah dibidang akuntansi dan mampu melakukan riset yang dapat digunakan dalam memberikan berbagai alternatif penyelesaian masalah di bidang akuntansi.

Begitupun dengan Program Studi D4 Akuntansi Keuangan Politeknik Pos Indonesia yang bertujuan untuk menghasikan lulusan yang memiliki kemampuan teknis dalam bidang Akuntansi Keuangan yang salah satunya ditandai dengan keterampilan mahasiswa dalam pemecahan masalah. Tetapi pada kenyataannya tujuan tersebut belum sepenuhnya tercapai. Hal tersebut terlihat pada tabel 1.1 yang menyajikan data hasil penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh penulis melalui tes pemecahan masalah dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi yang diberikan kepada mahasiswa tingkat dua Program Studi D4 Akuntansi Keuangan (soal tes telampir pada lampiran 21)


(16)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Tabel 1. 1

Hasil Kemampuan Pemecahan Masalah Mahasiswa Mata Kuliah Pengantar Akuntansi

Program Studi D4 Akuntansi Keuangan Politeknik Pos Indonesia

No

Nilai

Kemampuan Pemecahan

Masalah Frekuensi

(Orang)

Persentase (%) Rentang

Angka Mutu

Huruf Mutu

1 81-100 A 2 3

2 61-80 B 13 18

3 41-60 C 29 35

4 21-40 D 22 36

5 0-20 E 6 8

Jumlah 72 100

Sumber:Hasil pengolahan data prasurvey (2014)

Penilaian hasil belajar mahasiswa sesuai dengan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No 232/U/2000 tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi Dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa dinyatakan dengan huruf A,B,C,D, dan E yang kriterianya dapat ditentukan sendiri oleh Institusi atau Dosen yang mengajar mata kuliah yang bersangkutan. Dalam penilaian hasil belajar mahasiswa di atas, penulis menggunakan metode Penilaian Acuan Patokan (PAP) dengan tingkat kompetensi tinggi. Berdasarkan data dalam Tabel 1.1 terlihat mahasiswa yang memiliki kemampuan pemecahan masalah dengan sangat baik jumlahnya sangat kecil, hanya 15 orang atau sekitar 21% dari seluruh mahasiswa yang mendapatkan Huruf Mutu A dan B dengan rentang nilai yang didapatkan antara 61-100. Dari 72 orang mahasiswa yang diberikan tes ini, 35% diantaranya mendapatkan nilai C, 36 % mendapatkan nilai D, dan 8% mahasiswa mendapatkan nilai E.


(17)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Golongan mahasiswa yang mendapatkan nilai C dan D menandakan golongan yang cukup dan kurang, serta golongan E termasuk golongan kurang sekali. Dari tabel 1.1 diatas total mahasiswa yang termasuk dalam golongan-golongan tersebut berjumlah 57 orang mahasiswa atau sekitar 79%. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan mahasiswa tingkat dua Program Studi D4 Akuntansi Politeknik Pos Indonesia memiliki kemampuan pemecahan yang tidak cukup baik.

Tujuan yang paling penting dari pendidikan sebenarnya adalah mengembangkan kebiasaan mental yang memungkinkan individu untuk belajar mengenai segala hal yang mereka inginkan atau mereka butuhkan untuk memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan hidupnya. Seringkali individu tidak dapat merespon masalah yang dihadapinya, artinya individu tersebut tidak mengetahui apa dan bagaimana masalah itu terjadi dan bagaimana mengatasinya. Dalam situasi tersebut, diperlukan perilaku cerdas dalam arti tidak hanya mengetahui informasi, tetapi juga mengetahui bagaimana harus bertindak. Kemampuan berperilaku cerdas tersebut disebut sebagai Habits of Mind (Costa & Kallick, 2000). Selain kemampuan pemecahan masalah, mahasiswa juga dituntut untuk memiliki kebiasaan berpikir atau yang selanjutnya dalam penelitiaan ini juga disebut sebagai habits of mind yang baik. Memiliki kebiasaan berpikir (habits of mind) yang baik berarti memiliki watak berperilaku cerdas (to behave intelligently) ketika menghadapi masalah atau jawaban yang tidak segera diketahui (Costa & Kallick, 2000). Habits of mind terbentuk ketika merespon jawaban pertanyaan atau masalah yang jawabannya tidak segera diketahui, sehingga kita bisa mengobservasi bagaimana mahasiswa mengingat sebuah pengetahuan dan bagaimana mahasiswa menghasilkan sebuah pengetahuan. Kecerdasan manusia dilihat dari pengetahuan yang dimilikinya dan terlebih penting dilihat dari cara bagaimana seorang individu bertindak (Costa & Kallick, 2000). Marzano (1992) membagi habits of mind ke dalam tiga kategori yaitu: (1) self regulation ,(2) critical thinking, dan (3) Creative thinking.


(18)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Selain kurangnya kemampuan pemecahan masalah, permasalahan yang ada di lingkungan Politeknik Pos Indonesia adalah rendahnnya habits of mind yang dimiliki oleh mahasiswa. Hal tersebut ditunjukkan pada hasil survey pendahuluan yang dilakukan oleh penulis dengan membagikan kuesioner kepada para mahasiswa Program Studi D4 Akuntansi mengenai habits of mind yang dimilikinya (soal kuesioner terlampir pada lampiran 22).

Tabel 1. 2

Kebiasaan Berpikir (Habits Of Mind) Mahasiswa Program Studi D4 Akuntansi Keuangan

Politeknik Pos Indonesia

Kategori & Aspek

Habits Of Mind

Selalu Sering

Kadang-Kadang Jarang

Tidak

Pernah Total

F % F % F % F % F % F %

Self Regulation

1 3 3.00% 23 23.00% 37 37.00% 30 30.00% 7 7.00% 100 100% 2 1 1.00% 9 9.00% 33 33.00% 38 38.00% 19 19.00% 100 100% 3 13 13.00% 37 37.00% 35 35.00% 15 15.00% 0 0.00% 100 100%

Critical Thinking

4 14 14.00% 28 28.00% 43 43.00% 14 14.00% 1 1.00% 100 100% 5 10 10.00% 30 30.00% 47 47.00% 13 13.00% 0 0.00% 100 100% 6 9 9.00% 29 29.00% 51 51.00% 10 10.00% 1 1.00% 100 100%

Creative Thinking

7 8 8.00% 26 26.00% 34 34.00% 32 32.00% 0 0.00% 100 100% 8 4 4.00% 20 20.00% 32 32.00% 40 40.00% 4 4.00% 100 100% 9 1 1.00% 12 12.00% 16 16.00% 32 32.00% 39 39.00% 100 100%

Rata-Rata 7.00% 23.78% 36.44% 24.89% 7.89% 100% Sumber:Hasil pengolahan data prasurvey (2014)

Penulis menyebarkan kuesioner mengenai habits of mind kepada 100 orang mahasiswa Program Studi D4 Akuntansi Politeknik Pos Indonesia. Kuesioner tersebut mencakup tiga kategori habits of mind dan beberapa aspek


(19)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

pembentuk yang dikemukakan oleh Marzano, yaitu : (1) self regulation meliputi (a) menyadari pemikiraanya sendiri, (b) membuat rencana secara efektif, (c) menyadari dan menggunakan sumber-sumber informasi yang diperlukan. (2) critical thinking meliputi (a) akurat dan mencari akurasi, (b) bersifat terbuka, (c) menahan diri dari sifat impulsif. (3) Creative thinking meliputi: (a) dapat melibatkan diri dalam tugas meski jawaban dan solusinya tidak segera nampak, (b) melakukan usaha semaksimal kemampuan dan pengetahuannya, (c) menghasilkan cara baru melihat situasi yang berbeda dari cara biasa yang berlaku pada umumnya. Dari Tabel 1.2 tersebut dapat kita lihat presentase rata-rata mahasiswa yang memiliki habits of mind yang sangat baik sekitar 30,78%, nilai yang lebih kecil jika dibandingkan dengan rata-rata mahasiswa memiliki tingkat habits of mind yang rendah yaitu sekitar 32,78%. Sedangkan sisanya sebesar 36,44% masuk ke dalam kategori cukup.

Dari hasil survey pra penelitian yang dilakukan oleh penulis di atas mengenai kemampuan pemecahan masalah dan habits of mind yang dimiliki oleh para mahasiswa masih berada pada batas yang cukup. Walaupun masuk kedalam kategori cukup, tetapi pada kenyataannya para mahasiswa tersebut masih jarang menggunakan kebiasaan berpikir dengan baik. Begitupun dengan kemampuan pemecahan msalah yang mereka miliki, rentang nilai dari 41-60 yang masuk ke dalam kategori Cukup menandakan hasil yang mereka capai belum maksimal. Kedua hal tersebut mengindikasikan adanya permasalahan, salah satunya adalah permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Hasil wawancara yang juga dilakukan oleh penulis diperoleh jawaban menurut mahasiswa bahwa keadaan tersebut paling besar disebabkan oleh cara penyampaian dosen yang kurang jelas dan kurang menarik, interaksi yang dilakukan antara dosen dan mahasiswa hanya pada saat perkuliahan berjalan, dan proses perkuliahan yang monoton.

Dari sudut pandang para dosen, tidak cukup baiknya kemampuan pemecahan masalah dan habits of mind yang dimiliki oleh mahasiswa disebabkan oleh rendahnya motivasi para mahasiswa untuk belajar, para mahasiswa sangat


(20)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

mudah menyerah ketika mereka dihadapkan oleh tugas yang diberikan oleh dosen, pola belajar para mahasiswa juga tidak terstruktur, seringkali mereka tidak membuat rencana dalam proses belajar. Kurangnya interaksi antara teman sebayanya berkaitan dengan proses pembelajaran juga menjadi faktor pemicu permasalahan tersebut, seringkali mereka pasif dan tidak berusaha untuk bekerjasama. Dari penjelasan tersebut, dapat kita temukan beberapa hal yang menyangkut aspek-aspek habits of mind.

Proses pembelajaran yang banyak dipraktikkan sekarang ini sebagian besar berbentuk ekspositori, mahasiswa sebatas mendengarkan sambil membuat catatan. Dosen menjadi pusat peran dalam pencapaian hasil pembelajaran dan seakan-akan menjadi satu-satunya sumber ilmu. Pola pembelajaran dosen aktif dengan mahasiswa pasif ini mempunyai efektivitas pembelajaran yang rendah. Pembelajaran yang diterapkan saat ini berfokus pada penghafalan materi saja. Karena itu, metode pembelajaran yang banyak digunakan saat ini belum dapat mengasah kemampuan analisis mahasiswa, kepekaan terhadap permasalahan, melatihpemecahan masalah serta kemampuan mengevaluasi permasalahan secara holistik.

Pembelajaran yang seharusnya adalah sebuah proses yang memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk membangun pengalaman nyata di kelas, laboratorium, bahkan melalui diskusi untuk selanjutnya dapat memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan materi yang disampaikan tersebut, bahkan dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata, yang sering disebut sebagai pembelajaran aktif. Pembelajaran itu sebaiknya mengutamakan proses, mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan, menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial, dan dilakukan dalam upaya membangun pengalaman. Pembelajaran aktif secara sederhana didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan mahasiswa secara aktif dalam proses pembelajaran. “Pembelajaran aktif mengkondisikan agar pesera didik selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa


(21)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran” (Warsono, 2013: 12).

Pembelajaran aktif dapat dilakukan secara individual maupun berkelompok. Masing-masing pembelajaran tersebut memiliki kebaikannya tersendiri, tetapi dalam pembelajaran aktif secara kolaboratif juga mengembangkan hubungan sosial dengan para pengajar dan pelajar lainnya. Srinivas dalam Warsono (2013:53) menyatakan jika pembelajaran dilakukan secara berkelompok, para siswa akan meraih manfaat yang lebih besar karena mendapatkan informasi yang luas dari berbagai sudut pandang yang berbeda dengan pandangannya sendiri.

Hal tersebut juga sesuai dengan teori konstruktivisme yang diutarakan Vigotsky yang menekankan pada hakikat belajar sosial kultur yang intinya adalah penerapan teknik saling tukar gagasan antar individu. Dalam mengontruksi pengetahuannya, seringkali mahasiswa memerlukan scaffolding. Scaffolding merupakan pengaturan dan panduan yang diberikan oleh orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. Menurut Ormrod (1999:368) “…scaffolding support mechanism, provide by a more competent individual, that helps a learner successfully perform a task within his or her ZPD”. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa scaffolding adalah pemberian bantuan yang dapat mendukung mahasiswa agar lebih kompeten dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan jangkauan kemampuan kognitifnya serta dapat mencapai zone of proximal development (ZPD).

Salah satu model pembelajaran yang menggunakan scaffolding sebagai arah pelaksanaannya adalah pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif adalah “… perpaduan dua atau lebih pelajar yang bekerja bersama-sama dan berbagi beban kerja secara setara sembari, secara perlahan, mewujudkan hasil-hasil pembelajaran yang diinginkan” (Barkley, 2012:6). Pembelajaran kolaboratif didasarkan pada asumsi epistimologis yang berbeda dan berasal dari konstruktivisme sosial. Matthews dalam Barkley (2012:8) memotret esensi filosofis yang mendasari pembelajaran kolaboratif dengan menyatakan:


(22)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Pembelajaran kolaboratif bisa berlangsung apabila pelajar dan pengajar bekerja sama menciptakan pengetahuan…Pembelajaran kolaboratif adalah sebuah pedagogi yang pusatnya terletak dalam asumsi bahwa manusia selalu menciptakan makna bersama dan proses tersebut selalu memperkaya dan memperluas wawasan mereka.

Bermacam teknik dalam model pembelajaran kolaboratif mengakomodir berbagai macam keadaan dan faktor-faktor yang menjadi pembentuk proses pembelajaran tersebut. Teknik-teknik tersebut oleh Barkley (2012:145) dikelompokkan dalam lima kategori yaitu Diskusi, pengajaran resiprokal oleh teman, menyelesaikan masalah, pengelola informasi grafis, dan menulis. Melihat fenomena dan permasalahan yang didapatkan penulis melalui pra penelitian yang dilakukan, maka penulis memilih untuk menggunakan teknik pembelajaran kolaboratif yang termasuk dalam kategori menyelesaikan masalah yang bertujuan agar para mahasiswa fokus pada praktik strategi-strategi penyelesaian masalah.

Salah satu teknik pembelajaran kolaboratif yang termasuk dalam kategori menyelesaikan masalah adalah Think-Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) yang dapat diartikan sebagai menyelesaikan masalah berpasangan secara lisan. TAPPS merupakan kombinasi dari thinking-aloud dan teachback techniques. “TAPPS tidak hanya melihat pemahaman siswa melalui cara berfikirnya dalam memecahkan masalah, tetapi juga melalui cara mengajarkan kembali apa yang telah mereka pelajari kepada orang lain” (Jonassen, et al, 2003: 139).

Barkley dkk (2012:259) menyebutkan dalam TAPPS, pasangan mahasiswa menerima sejumlah masalah dan juga berperan sebagai problem solver-penyelesai masalah, dan listener- pendengar. Problem solver “berpikir lisan”, berbicara berdasarkan langkah-langkah penyelesaian masalah. Mitranya mendengarkan dengan seksama apa yang disampaikan oleh problem solver, mengikuti langkah-langkahnya, berusaha memahami penalaran di balik langkah-langah tersebut, dan memberi saran jika ada langkah yang keliru. Kedua peran tersebut secara bergantian diperankan oleh masing-masing pasangan mahasiswa.

Dari uraian di atas, penulis akan melakukan penelitian eksperimen kepada mahasiswa Program Studi Akuntansi untuk mengetahui sejauh mana penerapan


(23)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

model pembelajaran kolaboratif teknik TAPPS berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah dan habits of mind mahasiswa. Penelitian tersebut berjudul “Penerapan Pembelajaran Kolaboratif Teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) untuk Meningkatkan Kebiasaan Berpikir dan Kemampuan Pemecahan”.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan sebelumnya, permasalahan umum dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan model pembelajaran kolaboratif tipe TAPPS dapat mempengaruhi kebiasaan berpikir (habits of mind) dan kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki mahasiswa dalam pembelajaran akuntansi, dan dapat dirumuskan secara rinci sebagai berikut:

1. Bagaimana kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi sebelum dan sesudah proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving?

2. Bagaimana peningkatan kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi di kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori? 3. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam mata kuliah

Pengantar Akuntansi sebelum dan sesudah proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving?

4. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi di kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori?


(24)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

1.3.Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi sebelum dan sesudah proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving?

2. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi sebelum dan sesudah proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving?

3. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi di kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori?

4. Untuk mengetahui bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa dalam mata kuliah Pengantar Akuntansi di kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran kolaboratif teknik Think-Aloud Pair Problem Solving dan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran ekspositori?

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat dilakukannya penelitian ini dapat dilihat secara teoritis maupun empiris. Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.2.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran mengenai bagaimana penerapan model pembelajaran kolaboratif teknik TAPPS dapat mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah dan kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa baik di tingkat sekolah ataupun di tingkat perguruan tinggi.


(25)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

1.3.2.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini dapat memberikan informasi bermanfaat untuk pengambilan kebijakan bagi lembaga pendidikan dan pemerintah dalam meningkatkan kebiasaan berpikir (habits of mind) dan kemampuan pemecahan masalah dan mahasiswa.

2. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang ingin meneliti dengan topik yang sama.


(26)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Objek Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:38) pengertian objek penelitian adalah “… suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Objek penelitian disebut juga sebagai variabel penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel eksogen (X) adalah pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS). Sedangkan dalam penelitian ini terdapat dua buah variabel endogen, yaitu kemampuan pemecahan masalah (Y1) dan habits of mind mahasiswa (Y2). Penelitian ini dilaksanakan terhadap mahasiswa tingkat pertama Program Studi D4 Akuntansi Politeknik Pos Indonesia.

3.2.Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. ”Penelitian eksperimen diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan” ( Sugiyono 2008 : 107 ). Jenis eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu (quasi experiment), dimana penelitian eksperimen semu berupaya mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tetapi pemilihan kedua kelompok tersebut dilakukan tidak secara acak, kedua kelompok tersebut ada secara alami. Artinya data yang ada dalam penelitian ini bersumber dari sebuah lingkungan yang telah ada tanpa ada intervensi dari peneliti (Ghozali, 2008: 17). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) terhadap peningkatan kemampuan pemecahan masalah dan habits of mind mahasiswa dalam pembelajaran Akuntansi.


(27)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

3.3.Desain Penelitian

Desain eksperimen yang digunakan adalah Quasi Experimental Design. Desain ini merupakan pengembangan dari True Experimental Design. Adapun bentuk desain Quasi Experimental yang digunakan adalah Nonequivalent Kontrol Group Design. Desain ini sama dengan pretest – posttest kontrol group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3. 1 Desain Penelitian

Eksperimen t1 X t2

Kontrol t3 C t4

Sumber:(Sugiyono, 2008 : 116)

Dalam penelitian ini terdapat kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang keduanya diberikan pretest ( t1 dan t3 ) untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan kemampuan antara kedua kelompok tersebut. Hasil pretes yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan dengan kelompok kontrol. Selanjutnya kelompok eksperimen diberi perlakuan pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) ( X ) sementara kelompok kontrol menggunakan pembelajaran ekspositori ( C ). Kemudian kelompok eksperimen dan kelompok kontrol diberi posttest (t2 dan t4) untuk melihat hasil dari penggunaan model pembelajaran TAPPS pada kelompok eksperimen, serta melihat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dan kebiasaan berpikir mahasiswa apakah ada peningkatan hasil jika dibandingkan ketika pretest.

3.4.Operasionalisasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri dari satu variabel eksogen, yaitu pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) (X) , dan dua variabel endogen, yaitu kemampuan pemecahan masalah mahasiswa (Y1)


(28)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dan habits of mind mahasiswa (Y2). Operasionalisasi variabel endogen penelitian ini dapat dilihat pada table 3.2 berikut ini:

Tabel 3. 2

Operasionalisasi Variabel Variabel Konsep

Teoritis

Konsep Empiris

Konsep Analitis Skala Pengukuran Kemampuan

Pemecahan Masalah (Y1)

Usaha mencari jalan keluar menemukan sesuatu yang belum

diketahui untuk mengatasi kesulitan dan menghindari kesulitan yang mungkin timbul untuk mencapai suatu tujuan yang tidak dengan segera dapat dicapai. (Polya, 1973; Foshay& Kirkley, 2003) Kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan masalah akuntansi Polya (1973) 1. Understanding (Tahap Memahami Masalah)

2. Planning (Tahap Pemikiran Suatu Rencana)

3. Solving (Pelaksanaan Rencana)

4. Checking (Tahap Peninjauan Kembali) Interval melalui tes Kebiasaan Berpikir (Habits Of Mind) (Y2)

Sebuah kebiasaan yang terbentuk ketika merespon jawaban pertanyaan atau masalah yang

jawabannya tidak segera diketahui, sehingga kita bisa 1.Respon mahasiswa ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan akuntansi yang jawabannya tidak segera diketahui. 2.Bagaimana mahasiswa dapat Marzano (1992) 1. Self Regulation

a. Menyadari pemikirannya sendiri b. Membuat rencana secara efektif

c. Menyadari dan menggunakan sumber-sumber informasi yang diperlukan 2. Critical Thinking

Ordinal melalui kuesioner


(29)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Variabel Konsep Teoritis

Konsep Empiris

Konsep Analitis Skala Pengukuran mengobservasi bagaimana mahasiswa mengingat sebuah pengetahuan dan bagaimana mahasiswa menghasilkan sebuah pengetahuan. (Marzano, 1992; Costa & Kallick, 2000)

mengingat dan

menghasilkan pengetahuan

a. Akurat dan mencari akurasi b. Bersifat terbuka c. Menahan diri

dari sifat impulsif

3. Creative Thinking a. Dapat

melibatkan diri dalam tugas meski jawaban dan solusi tidak segera tampak b. Melakukan usaha semaksimal kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki c. Menghasilkan cara baru melihat situasi yang berbeda dari cara biasa yang berlaku umum

3.5.Alur Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap persiapan penelitian, tahap pelaksanaan penelitian, tahap akhir penelitian. Secara sistematis, peneliti menggambarkan prosedur penelitian seperti pada gambar berikut ini:


(30)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Kemampuan

Pemecahan Masalah Habits Of MInd

Konsep materi Pengantar Akuntansi 2

Pembelajaran Kolaboratif Teknik TAPPS

Pembuatan rancangan penelitian, perangkat ajar, dan

instrumen penelitian coba instrument tesJudgment dan uji

Pemilihan objek penelitian dan pelaksana eksperimen

Kelas Kontrol

Post Y1K Y2K

Gain Y1K Y2K

1 2

4 3

C

Studi Pendahuluan

HIpotesis

Kelas Eksperimen

Pre Y1K Y2K

Post Y1E Y2E X

Pre Y1E Y2E

Gain Y1E Y2E Dibandingkan

Analisis Data

Kesimpulan

Gambar 3. 1 Alur Penelitian

Secara rinci alur penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut:

3.5.1 Tahap Persiapan

Pada tahap ini, peneliti melakukan identifikasi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan, melihat berbagai penyebab dari permasalah yang muncul serta mencari hal-hal yang dapat mempengaruhi perbaikan dalam permasalahan tersebut. Dari data-data yang ditemukan oleh peneliti pada saat studi pendahuluan, ditetapkan variabel-variabel penelitian yaitu kemampuan pemecahan masalah, kebiasaan berpikir (Habits of Mind), dan pembelajaran kolaboratif teknik Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS). Peneliti juga


(31)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

melakuka pra survey mengenai kemampuan pemecahan masalah mahasiswa serta kebiasaan berpikir yang dimiliki para mahasiswa terutama dalam perkuliahan akuntansi. Dari ketiga variabel penelitian disusunlah proposal penelitian yang diseminarkan dengan tujuan mendapatkan kritik dan saran serta memperoleh informasi apakah rancangan penelitian tersebut layak untuk dilaksanakan.

Langkah selanjutnya dalam tahap pertama ini adalah menyusun rancangan penelitian yang didalamnya terdapat penentuan teknik pengumpulan data; perangkat ajar berupa Silabus perkuliahan, Satuan Acara Perkuliahan (SAP) mata kuliah Pengantar Akuntansi 2 berdasarkan kurikulum yang ditetapkan oleh Program Studi D4 akuntansi Keuangan, yang di dalamnya tercantum materi dan skenario pembelajaran baik pada kelas kontrol dan kelas eksperimen (terlampir); penyusunan instrumen penelitian; serta judgment dan pengujian instrumen tes yang bertujuan untuk menguji apakah instrumen yang disusun layak dipakai dalam penelitian. Berikut ini akan dipaparkan mengenai teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian.

3.5.1.1Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara atau metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan yang paling tepat digunakan dalam sebuah penelitian adalah sebuah teknik pengumpulan data yang dapat menghasilan data yang valid dan reliable yang betul-betul dapat merepresentasikan penelitian yang kita lakukan. Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Tes, Arikunto (2010: 53) mengungkapkan “… tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan”. Dalam penelitian, tes digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan mahasiswa melalui sejumlah item pertanyaan materi-materi yang dipelajari yang bersifat pemecahan masalah


(32)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

2. Angket, yaitu pengumpulan data melalui penyebaran seperangkat pertanyaan maupun pernyataan tertuis kepada objek penelitian yang menjadi anggota sampel dalam penelitian. Angket atau keusioner dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa.

3. Studi Dokumentasi, yaitu studi yang digunakan untuk mencari dan memperoleh hal-hal berupa catatan-catatan, laporan-laporan, serta dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Studi Literature, yaitu pengumpulan data yang dilakukan melalui buku, laporan ilmiah, media cetak dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, atau yang disebut juga sebagai preferensi.

3.5.1.2Instrumen Penelitian

Berdasarkan teknik pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini, maka instrument yang digunakan juga mengacu pada hal tersebut. Dalam penelitan ini ada dua buah variabel endogen yang ingin diukur, yaitu kemampuan pemecahan masalah, dan habitsof mind. Kedua variabel tersebut memiliki skala yang berbeda, sehingga instrument yang digunakanpun berbeda.

1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah

Tes kemampuan pemecahan masalah Akuntansi dalam penelitian ini adalah menggunakan tes uraian. Menurut Hudojo (2005: 150), tes uraian dalam kegiatan mengajar belajar bermanfaat untuk, antara lain:

(1)mengungkapkan kemampuan intelektual yang tinggi, sebab siswa mengorganisasikan pengetahuannya untuk menemukan jawaban dengan menggunakan kata-katanya sendiri, (2) mengungkapkan cara berpikir logis, namun tes tentang membuktikan teorema yang sudah dibicarakan akan mendorong hafalan, dan (3) mendorong siswa untuk terbiasa dalam menentukan langkah-langkah penyelesaian masalah disertai alasan-alasannya.

Peneliti memilih tes uraian dalam penelitian ini karena dengan dalam penyelesaian soal urain, proses berpikir mahasiswa, pemahaman terhadap


(33)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

masalah, langkah-langkah pengerjaan, langkah-langkah pemecahan masalah, serta ketelitian mahasiswa dalam menyelesaikan soal akan terlihat. Materi yang digunakan untuk menyusun tes ini adalah materi perkuliahan pengantar akuntansi 2 yaitu pos-pos aktiva tetap yang sudah dipelajari dalam perkuliahan sebelum penelitian ini dilakukan dalam pretes serta pos kewajiban lancar dan jangka panjang sebgai materi yang diberikan selama proses penelitian ini berlangsung dalam posttest. Pemberian tes dilakukan melalui pretest dan posttest untuk mengukur peningkatan kemampuan pemecahan masalah bukan hanya pada salah satu materi saja, tetapi juga kemampuan pemecahan masalah dalam mata kuliah pengantar akuntansi secara keseluruhan yang diwakili oleh kedua materi tersebut. Sebelum membuat soal tes, peneliti terlebih dahulu menyusun kisi-kisi soal tes tersebut untuk dikonsultasikan kepada dosen pembimbing. Tujuan judgment tersebut untukmengetahui validitas teoritik dari instrument yang akan dibuat. Peyusunan kisi-kisi soal kemampuan pemecahan masalah mencakup empat indikator pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya (1973). Kisi-kisi soal kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada lampiran 5 dan lampiran 6.

Dengan skor maksimal 10 setiap butir soal pemecahan masalah, pedoman penilaian untuk kemampuan pemecahan masalah dalam penelitian ini mencakup indikator pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya (1973) yang diadaptasi dari problem Solving Rubric National Central for Research on Evaluation, Standards, and Student Testing (CRESST) berikut ini:

Tabel 3. 3

Pedoman Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah

NO Aspek

Kemampuan

Kriteria Penilaian Skor Total Skor Maksimal

1 Memahami masalah (understanding)

a. Memahami masalah soal selengkapnya

2

2 b. Salah menafsirkan

masalah, mengabaikan kondisi soal

1

c. Salah

menginterpretasikan


(34)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

NO Aspek

Kemampuan

Kriteria Penilaian Skor Total Skor Maksimal /salah sama sekali

2

Membuat suatu rencana penyelesaian

(planning)

a. Membuat rencana sesuai dengan prosedur dan memperoleh jawaban yang benar

4

4 b. Membuat rencana yang

benar tetapi belum lengkap

3

c. Membuat rencana yang benar tetapi salah dalam hasil/tidak ada hasil

2

d. Membuat rencana pemecahan masalah soal yang tidak dilaksanakan

1

e. Tidak ada rencana/ membuat rencana yang tidak relevan 0 3 Melaksanakan Rencana (solving)

a. Melaksanakan proses dengan benar dan memperoleh jawaban yang benar

2

2 b. Melaksanakan prosedur

yang benar dan

mungkin jawaban benar tetapi salah dalam perhitungan

1

c. Tidak ada jawaban sama sekali/ jawaban salah 0 4 Memeriksa kembali hasil (checking) a. Pemeriksaan dilaksanakan untuk melihat kebenaran proses 2 2 b. Ada pemeriksaan tetapi

tidak tuntas

1

c. Tidak ada pemeriksaan atau tidak ada

pemeriksaan atau tidak ada keterangan


(35)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

NO Aspek

Kemampuan

Kriteria Penilaian Skor Total Skor Maksimal

Total Skor Maksimal 10

Sumber: (Eflina, 2013:33)

2. Tes habits of mind (kebiasaan berpikir)

Dalam mengukur kebiasaan berpikir (habits of mind) mahasiswa peniliti menggunakan kuesioner (angket). Questionnaire (kuesioner) menurut Riduwan (2013:99) adalah “daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain yang bersedia memberikan respons sesuai dengan permintaan penguna”. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner tertutup, yang merupakan “kuesioner yang disajikan dalam bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya” (Riduwan, 2013:100).

Adapun kuesioner untuk mengukur habits of mind mahasiswa tercantum indikator-indikator habits of mind yang diungkapkan oleh Marzano dalam bentuk pernyataan dengan alternatif jawaban skala Likert point. Masing-masing jawaban dari 5 alternatif jawaban yang tersedia diberi bobot nilai seperti pada tabel 3.4 berikut:

Tabel 3. 4

Bobot Nilai Jawaban responden No

Jawaban Responden Skor

Positif Negatif

1 Sangat setuju /selalu 5 1

2 Setuju / sering 4 2

3 Ragu-ragu / kadang-kadang 3 3

4 Tidak setuju / pernah 2 4

5 Sangat tidak setuju / tidak pernah 1 5

Sumber: (Riduwan, 2013: 86)

Proses penyusunan instrumen baik berupa tes pemecahan masalah maupun tes kebiasaan berpikir (habits of mind) tersebut dilakukan dengan mengadaptasi dari instrumen penelitian serupa yang telah dilakukan serta bimbingan para dosen pembimbing. Setelah menyusun instrumen penelitian, langkah selanjutnya yang


(36)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

dilakukan oleh peneliti adalah judgment penelitian kepada dosen pembimbing dan melakukan pengujian instrumen.

Sebelum kedua tes tersebut digunakan, instrumen penelitian tersebut diujicobakan kepada objek di luar kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Lalu dilanjutkan dengan proses menganalisis hasil pengujian tersebut dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya pembeda, serta tingkat kesukaran untuk tes kemampuan pemecahan masalah, serta pengujian validitas dan reliabilitas pada tes kebiasaan berpikir (habits of mind) sehingga instrumen penelitian yang disusun layak digunakan di dalam penelitian ini.

1. Uji Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat keabsahan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Pengujian terhadap isi dari alat tes kemampuan pemecahan masalah dalam perkuliahan Pengantar Akuntansi 2 divalidasi oleh dosen ahli pendidikan akuntansi untuk menilai kesesuaian isi materi dari alat tes tersebut. Sedangkan pengujian validitas kriteria dilakukan menggunakan teknik korelasi Product Moment dengan rumus :

 

2 2 2 2

) ( )

(

) (

) (

Y Y

N X

X N

Y X XY

N r

(Arikunto, 2010 : 27) Dengan menggunakan taraf signifikan

= 0,05 koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (n-2), dimana n menyatakan jumlah banyaknya responden. Jika r hitung > r 0,05 dikatakanvalid, sebaliknya jika r hitung r 0,05 tidak valid. Untuk menginterpretasikan nilai koefisien korelasi ini digunakan tolok ukur seperti pada tabel berikut


(37)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Tabel 3. 5

Interpretasi Harga Koefisien Korelasi r XY Interpretasi Validitas 0,800 – 1,00

0.600 – 0,800 0,400 – 0,600 0,200 – 0,400 0,00 – 0,200

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah

(Arikunto 2010: 75 ) Dalam penelitian ini, pengukuran validitas soal tes pemecahan masalah dilakukan dengan bantuan program analisis butir soal uraian ANATES V.4 for windows. Sedangkan instrumen penelitian berupa kuesioner habits of mind yang diadaptasi dari penelitian sebelumnya dan sudah melalui pengujian instrumen, tetapi peneliti tetap melakukan pengujian validitas terhadap angket tersebut dengan menggunakan bantuan program SPPS statistiks V. 21.

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan konsistensi. Suatu instrumen penelitian dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut konsisten dalam memberikan penilaian atas apa yang diukur. Sugiyono(2008 : 173) mengatakan bahwa ”Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”.

Untuk menghitung uji reliabilitas, penelitian ini menggunakan rumus alpha dari Cronbach sebagaimana berikut:

2

11 1 2

1

n t

k r

k

 

  

 

 

(Arikunto, 2010: 171) Dimana; r11 = reliabilitas instrumen

k = banyak butir pernyataan atau banyaknya soal


(38)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

t = varians total

Kriteria penafsiran mengenai tolok ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas menurut Guilford dalam Sundayana (2014: 70) sebagai berikut:

Tabel 3. 6

Interpretasi Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Interpretasi

0,80 ≤ r ≤ 1,00 0,60 ≤ r ≤ 0,80 0,40 ≤ r ≤ 0,60 0,20 ≤ r ≤ 0,40 0,00 ≤ r ≤0,20

Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah Sumber:(Arikunto 2010: 76)

Sama halnya dengan pengujian validitas, dalam pengujian reliabilitas tes kemampuan pemecahan masalah peneliti menggunakan program ANATES versi 4 dan program SPPS statistiks V. 21 untuk menguji reliabilitas kuesioner kebiasaan berpikir (habits of mind).

3. Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran dari suatu instrumen dapat dilihat dari indeks kesukaran yang merupakan bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu instrumen dalam hal ini soal tes kemampuan pemecahan masalah. Taraf kesukaran sebuah soal dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Arikunto, 2010 : 208) Keterangan:

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab soal dengan betul JS = Jumlah seluruh siwa peserta tes

Klasifikasi interpretasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut: Tabel 3. 7

Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal

Tingkat Kesukaran Kriteria

P = 0,00 Terlalu Sukar

JS

B

P


(39)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Tingkat Kesukaran Kriteria

0,00 < P ≤ 0,03 0,30 < P ≤ 0,07 0,70 < P < 1,00

P = 1,00

Sukar Sedang Mudah Terlalu mudah Sumber: (Arikunto, 2010: 210)

Taraf kesukaran soal merupakan kesanggupan siswa dalam menjawab soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya, sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena diluar jangkauannya. Dalam penelitian ini, pengukuran taraf kesukaran soal tes dilakukan dengan menggunakan software ANATES V.14.

4. Daya Pembeda

Menurut Arikunto (2010:211) ”Daya pembeda adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang berkemampuan rendah”. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda soal disebut indeks diskriminasi (D). Seluruh peserta tes dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok atas (upper group) dan kelompok bawah (lower group). Suharsimi Arikunto (2010 : 212) menjelaskan:

a.) Untuk kelompok kecil, seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, yaitu 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.

b.) Untuk kelompok besar biasanya hanya diambil kedua kutubnya saja, yaitu 27% skor teratas sebagai kelompok atas dan 27% skor terbawah sebagai kelompok bawah.

Daya pembeda ini digunakan untuk menganalisis data hasil uji coba instrumen penelitian dalan hal tingkat perbedaan setiap butir soal, dengan menggunakan rumus:

(Arikunto,2010 : 213)

Keterangan:

P P J B J B

B A B B A A


(40)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

J = Jumlah peserta tes

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB =Banyaknya peserta kelompok bawah

BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar P = � = �roporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P = � = �roporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

Tabel 3. 8

Interpretasi Daya Pembeda Butir Soal

Daya Pembeda Kriteria

D : negatif D : 0,00 – 0,20 D : 0,20 – 0,40 D : 0,40 – 0,70 D : 0,70 – 1,00

Sangat jelek Jelek (poor) Cukup (satistactory)

Baik (good) Baik sekali (excellent)

Sumber:(Arikunto , 2010 : 218)

Seperti pada pengukuran soal tes pemecahan masalah sebelumnya, pengukuran daya pembeda soal dalam penelitian ini juga menggunakan bantuan software ANATES V.14

3.5.1.3Populasi dan Sampel

Selain penyusunan perangkat pembelajaran, penyusunan dan pengujian instrumen penelitian, dalam tahap persiapan penelitian, peneliti juga menentukan siapa objek penelitian yang diwakili dengan pemilihan populasi dan sampel penelitian, serta menentukan siapa yang menjadi pelaksana eksperimen dalam penelitian ini.

“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya”. (Sugiyono, 2008 : 117). Hal senada juga dipaparkan oleh Riduwan (2013:55) yang menyatakan bahwa populasi adalah ” objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan


(1)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Barkley, Elizabert E., K. Patricia Cross, dan Claire Howell Major. (2012) Collaborative Learning Techniques. Diterjemahkan oleh Nurlita Yusron. Bandung: Nusa Media

Costa, A.L. & Kallick, B. (2000). Assessing the habits of mind. In A.L. Costa & B. Kallick (Eds.)

Gagné, R.M. (1985). The Conditions of Learning and Theory of Instruction (4th Edition). New York: CBS College Publishing

Riduwan. (2008). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta

Riduwan. (2013). Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta Rusman (2011) Model-Model Pembelajaran. Depok: Raja Grafindo persada Sato, Manabu (2007). Tantangan yang Harus Dihadapi Sekolah, makalah dalam

bacaan rujukan untuk Lesson Study- Berdasarkan pengalaman Jepang dan IMSTEP. Jakarta: Sisttems

Slavin, R.E. (2000). Educational Psychology:Theory and Practice, Edisi 6 Boston: Allyn and Bacon

Sugiyono. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suparno, P (1997) filsafat kontruktivisme dalam pendidikan. Yogyakarta: Kanisius

Thobroni, Muhammad & Arif Mustofa. (2011). Belajar dan Pembelajaran: Pengembangan Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Trihendradi, Cornelius. (2013). Langkah Mudah Menguasai SPSS 21. Yogyakarta: Andi Publisher

Warsono & Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif: Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

JURNAL ILMIAH:

Agustina, Linda (2007) Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Mahasiswa Melalui Pembelajaran Kolaboratif dengan Pendekatan


(2)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Pemecahan Masalah. Jurnal Pendidikan Ekonomi “Dinamika Pendidikan” Universitas Negeri Semarang. Tersedia: http://journal.unnes.ac.id/

nju/index.php/DP/article/view/443 ( 18 Januari 2014)

Huang, Jiunn, O’Shaughnessy, Jhon & Wagner. (2005). Prerequisite Change and

I’ts Effect on Intermediate Accounting Performance. Journal of Education for Business May/Jun 2005. ProQuest Education Journal.

Johnson, Scott.,D., Chung Shih., P (1999) The Effect of Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) on the Troubleshooting Ability of Aviation Technician Student. Journal Industrial Teacher Education. Volume 37, No.1. Tersedia: http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JITE/v37n1/john.html (15 Maret 2014)

Jones, G. A & Thornton, C.A. (1993). Vygotsky Revisited: Nurturing Young

Children’s Understanding of Number”. Journal Focus on Learning Problems in Mathematics, Vol. 15, P 18-28

Moallem, M. (2003). An interactive online course: A collaborative design model.Educational Technology Research and Development, 51(4), 85103, ISSN 1042–1629. Journal Articles. Tersedia: http://ldt.stanford.edu/~educ39105/paul/articles_2005/An%20Interactive% 20Online%20Course_Moallem.pdf

Ormrod, J.E (1999) Human Learning. Edisi ke tiga. University of Northern Colorado.Tersedia:https://www.vcu.edu/cte/workshops/teaching _learning/ 2009_resources/ BasicComponentsOfMemory.pdf

Polya. G. (1973) How to Solve It: A New Aspect of Mathematical Method (Second ed). New Jersey: Princeton University Press. Tersedia:

https://notendur.hi.is/hei2/teaching/Polya_HowToSolveIt.pdf (20 Januari

2014)

Prince, Michael. (2004) Does Active Learning Work? A Review of The Research. Journal Of Engineering Education. Volume 93, Issue 3, Page 223-231. Tersedia: http://onlinelibrary.wiley.com/ (20 Januari 2014)

Suratno (2010). Asesmen Teman Sejawat Pada Pembelajaran Kolaboratif Pemecahan Masalah Akuntansi Perusahan Jasa. Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Pascasarjana UNY. Tersedia: journal.uny.ac.id/index.php/jpep/article/download/1410/1197

Wah, Lucille L.,K.. (1998). Thinking Aloud about pair problem solving in chemistry. Institude of Education (Singapore). Journal Teaching &


(3)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Learning 18: 2. Tersedia: http://repository.nie.edu.sg/jspui/ bitstream/

10497/399/1/TL-18-2-89.pdf

Wardlow G.W , Pate M.L, , dan Johnson D.M. (2004). Effects of Thinking Aloud Pair Problem Solving On The Troubleshooting Performance of Undergraduate Agriculture Students In A Power Technology Course. Journal of Agricultural Education, Volume 45, Number 4. Tersedia:

http://pubs.aged.tamu.edu/jae/pdf/Vol45/45-04-001.pdf

ARTIKEL DAN MAKALAH ILMIAH:

Amin, Totok Soefijanto (2013). Pembelajaran Kolaboratif di Perguruan Tinggi. Disampaikan dalam Lokakarya Peningkatan Mutu Praktek Pembelajaran Kolaboratif bagi Dosen FEB Uhamka. 27 Juli 2013. Tersedia: https://www.academia.edu/4117309/Collaborative_Learning_in_Higher_E

ducation_in_Bahasa_Indonesia_

Bondan, Djamilah Widjajanti. (2008). Strategi Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Masalah. Makalah di seminarkan dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika 2008. Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/6910/1/P-8%20Pendidikan%20(Djamilah).pdf Campbell,. (2006) Theorising Habits of Mind as a Framwork for Learning .

Central Queensland University. Makalah, dipresentasikan dalam konferensi AARE Adelaide tahunan. Tersedia:

http://www.aare.edu.au/data/publications/2006/cam06102.pdf

Costa L.Artur, Bena Kallick. Habits of Mind In the Curriculum.tersedia: http://www.habitsofmind.org/sites/default/files/Habits%20of%20Mind%2

0in%20the%20Curriculum.pdf (15 Januari 2014)

Costa, A. L and Kallick B. (2000) Describing 16 Habits of Mind. Habits of Mind: A Developmental Series. Alexandria, VA. Tersedia: ftp://198.175.96.82/education/Common/en/Resources/EO/Archive/Course

_Resources/Thinking/Habits_of_Mind.pdf. (15 Januari 2014)

Dhoruri, Atmini. (2010) Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMP Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Pendidikan Matematika Realistik (PMR). Makalah. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/131568306/Makalah%20LSM%202


(4)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

010%20Pemecahan%20masalah%20final%20atmini.pdf (17 Februari

2014)

Foshay, R and Kirkley, J. (2003) Principles for Teaching Problem Solving. Indiana University. Tersedia: http://www.cimm.ucr.ac.cr/

resoluciondeproblemas/PDFs/Kirkley,%20Jamie.%202003.pdf (22 Januari

2014)

Herman Hudojo. (2005). Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM Press. http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/

JITE/v37n1/john.html

Jonassen, D., Howland, J., Moore, J., and Marra, R.M (2003). Learning to Solve Problems: An Instructional Design Guide. San Fransisco: Pfeiffer A Wiley Imprint.Tersedia:http://bbu.yolasite.com/resources/learning_to_solve_prob

lems.pdf (15 Maret 2014)

Leonard Mangunsong. Penelitian Eksperimen. Artikel. Tersedia: http:/Leoriset.Blogspot.com/2009/07.

Marzano, Robert J. (1992) A Different Kind Of Classroom:Teaching With Demansion Of Learning. N.Pitt St, Alexandria: The Association for Supervision and Curriculum Development. tersedia http://files.eric.ed.gov/fulltext/ED350086.pdf

Nurmaulita (2012) Penerapan Pendidikan Karakter pada Mata Pelajaran Fisika melalui Pembelajaran Salingtemas untuk Membentuk Habits of Mind Siswa Kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Tanah Jawa. Dirjen PPPPTK TK & PLB (KTI online). Tersedia: http://id.scribd.com/doc/88542339/ Penerapan-Pendidikan-Karakter-Pada-Mata-Pelajaran-Fisika

Purba, P. Janulis. (2010). Pemecahan Masalah dan Penggunaan Strategi Pemecahan masalah. Artikel. Tersedia: http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/ JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/194710251980021-JANULIS_P_

PURBA/Makalah_Seminar/Artikel_P.J.Purba.pdf (12 Januari 2014)

Rahman, Abdur. As’ari (2011). Membangun Karakter Pebelajar Unggulan Melalui Pembelajaran Matematika. Prosiding. Disajikan dalam seminar internasional dan konferensi nasioanal pendidikan matematika keempat 21-23 Juli 2011, Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Tersedia:

http://eprints.uny.ac.id/1360/1/P%20-%2046.pdf (19 Maret 2014)

Rustaman, Nuryani.Y. (2011) Pendidikan dan Penelitian Sains dalam Mengembangkan Keterampilan Berpikir Tingkat TInggi untuk


(5)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu

Pembangunan Karakter. Artikel. Tersedia:

http://sembio.fkip.uns.ac.id/wp-content/uploads/2011/07/Pendidikan-dan-Penelitian-Sains-HOT1.pdf

Santoso, Rudi Yohanes. (2010) Teori Vygotsky dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Matematika. (artikel). Tersedia http://portal.widyamandala.ac.id/jurnal/index.php/warta/article/view/107/1 43

Sidharta, A., Darliana. (2005). Keterampilan Berpikir: Modul Diklat Berjenjang. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional

Smith, Patricia L. Tilman J. Ragan. Instructional Design: Second Edition. New York: Jhon Wiley & Sons, Inc. tersedia: http://www.learningdomain.com/MEdHOME2/BrainCognition/Instruc.De

sign.Smith.Ragan.pdf (17 Maret 2014)

Stice, James.,E. (1996). Teaching Problem Solving. Article. Austin: The University of Texas. Tersedia: http://inst.eecs.berkeley.edu/~ee301/fa13/ Readings/teaching_problem_solving_stice.pdf

Wulandari, Sri Danoebroto. (2011). Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kemampuan Siswa Memecahkan Matematika (Mathematics Problem Solving). Artikel. Tersedia: http://id.scribd.com/doc/73325342/Faktor-Dalam-Problem-Solving

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN:

Departemen Pendidikan Nasional. (2000) Keputusan Menteri Nomor 22/U/2000 Tentang Pedoman Penyusunan Kurikulum Pendidikan Tinggi dan Penilaian Hasil Belajar Mahasiswa, Jakarta: Kemendiknas

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. (2011). Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kemendikbud

TESIS DAN DISERTASI

Barsalina, Ferawati (2011). Penerapan Kolaborasi Model Pembelajaran Mind Mapping dan TAPPS untuk Menigkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas XI IPS SMA Swasta Teladan Cinta Damai Medan. Universitas Negeri Medan. Tidak diterbitkan

Setiawati, Euis (2014). Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis, Kreatif, dan Habits of Mind Matematis Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah.


(6)

KHAIRANINGRUM MULYANTI, 2014

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOLABORATIF TEKNIK THINK ALOUD PAIR PROBLEM SOLVING (TAPPS UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BERPIKIR DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |perpustakaan.upi.edu Disertasi. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan

Suryadi, D. (2005). Penggunaan Pendekatan Pembelajaran Tidak Langsung serta Pendekatan Gabungan Langsung dan Tidak Langsung dalam Rangka Meningkatkan Kemampuan Matematik Tingkat Tinggi Siswa SLTP. Disertasi. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Tirta, Prahesti Safitri. (2013). Pembelajaran Quick On The Draw untuk meningkatkan kemampuan penalaran matematis dan Habits of Mind siswa Sekolah Menengah Pertama. Tesis. Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan