ANALISIS PENGGUNAAN VERBA BERSINONIM TETSUDAU, TASUKERU, DAN SUKUU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG.

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN VERBA BERSINONIM TETSUDAU,

TASUKERU, DAN SUKUU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Oleh

ADZANIA AYU NELANDA 0906609

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JEPANG FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

ANALISIS PENGGUNAAN VERBA BERSINONIM TETSUDAU,

TASUKERU, DAN SUKUU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

oleh

Adzania Ayu Nelanda

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang Fakultas Pendidikan

Bahasa dan Seni

©Adzania 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Agustus 2014

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difotokopi, atau cara lainnya tanpa izin penulis.


(3)

ADZANIA AYU NELANDA

ANALISIS PENGGUNAAN VERBA BERSINONIM TETSUDAU,

TASUKERU, DAN SUKUU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Pembimbing I

Drs. H. Sudjianto, M.Hum NIP. 19590605 198503 1 004

Pembimbing II

Linna Meilia Rasiban, M.Pd. NIP. 19800507 200801 2 010

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang

Dra. Neneng Sutjiati, M.Hum. NIP. 19601108 198601 2 001


(4)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

SINOPSIS ... iii

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan dan Batasan Masalah ... 5

1. Rumusan Masalah ... 5

2. Batasan Masalah ... 5

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Definisi Operasional ... 7

E. Metode Penelitian ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II KAJIAN TEORI ... 13

A. Sinonim (Ruigigo) ... 13

1. Pengertian Sinonim ... 13

2. Permasalahan dalam Sinonim ... 15


(5)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Verba (Dooshi) ... 20

1. Pengertian Verba ... 20

2. Jenis-jenis Verba ... 21

C. Penelitian Terdahulu Tentang Tetsudau dan Tasukeru ... 23

BAB III METODOLOGI ... 30

A. Metode Penelitian ... 30

B. Objek Penelitian ... 31

C. Instrumen dan Sumber Data Penelitian ... 32

D. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV ANALISIS DATA ... 35

A. Analisis Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu dalam ... Kalimat Bahasa Jepang ... 36

1. Analisis Makna Verba Tetsudau ... 36

2. Analisis Makna Verba Tasukeru ... 48

3. Analisis Makna Verba Sukuu ... 59

B. Analisis Persamaan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, ... dan Sukuu dalam Kalimat Bahasa Jepang ... 70

1. Verba Tetsudau dengan Tasukeru ... 71

2. Verba Tasukeru dengan Sukuu ... 74 C. Analisis Perbedaan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, ...


(6)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan Sukuu dalam Kalimat Bahasa Jepang ... 78

1. Verba Tetsudau dengan Tasukeru ... 79

2. Verba Tasukeru dengan Sukuu ... 83

D. Perbandingan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu ... dalam Konteks Kalimat Bahasa Jepang ... 85

1. Verba Tetsudau ... 86

2. Verba Tasukeru ... 89

3. Verba Sukuu ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

A. Kesimpulan ... 98

1. Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu ... 99

2. Persamaan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu ... 99

3. Perbedaan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu ... 100

4. Perbandingan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu ... 101

B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104


(7)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRAK

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu dalam Kalimat Bahasa Jepang

Adzania Ayu Nelanda 0906609

Jumlah verba bersinonim dalam kosakata Bahasa Jepang sangat banyak. Oleh karena itu, agar dapat mengaplikasikan Bahasa Jepang dengan baik, pembelajar Bahasa Jepang perlu memahami persamaan dan perbedaan makna setiap verba bersinonim. Namun dalam perkuliahan atau pun buku paket pelajaran Bahasa Jepang, penjelasan mengenai verba bersinonim sangat minim jumlahnya. Pembelajar Bahasa Jepang memerlukan waktu belajar ekstra untuk dapat memahami suatu kelompok verba bersinonim karena kebanyakan sumber ditulis dengan Bahasa Jepang. Selain itu, diperlukan tingkat pemahaman dan kemampuan berbahasa Jepang yang cukup tinggi agar tidak terjadi salah penafsiran. Begitu pula dengan verba bersinonim tetsudau, tasukeru, dan sukuu.

Ketiga verba ini jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia bisa berarti „menolong‟ atau „membantu‟. Seorang pembelajar awam yang tidak paham perbedaan ketiga verba tersebut akan menggunakannya tanpa pikir panjang sehingga dapat menimbulkan kesalahan penggunaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna, persamaan, perbedaan verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu serta mengetahui apakah ketiga verba tersebut dapat saling menggantikan atau tidak dalam sebuah kalimat yang sama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang menganalisis makna ketiga verba yang terdapat dalam jitsurei dari berbagai sumber.

Dalam penelitian ini diperoleh hasil yaitu, persamaan ketiga verba ini adalah mengeluarkan tenaga sendiri untuk meringankan beban atau penderitaan makhluk/benda lain, sedangkan perbedaannya tetsudau sama sekali tidak mengandung nuansa bahaya, berbeda dengan tasukeru dan sukuu. Pada tasukeru, orang yang ditolong masih mempunyai kekuatan dalam dirinya, sedangkan dalam

sukuu, orang yang ditolong berada dalam kondisi sangat tidak berdaya. Kemudian,


(8)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kata kunci: tetsudau, tasukeru, sukuu, sinonim

要旨

日本語 文 け 日本語類義語 手伝う 助け 救う 使用 析

ア ニア ア ネ ン

0 0660

日本語 中 類義語 く あ 日本語 適 使用

う 日本語学習者 各類義語表現 い 深く理解す 必要 あ 考え

い 大学 日本語 授業や使わ い キス 中 類義語

関 説明 少 く 不十 思わ 多く 類義語 関す 参考

書 日本語 書い あ 日本語学習者 一 類義語表現 理解す

学習時間 増やす必要 あ 他 不適 解釈 避け

理解力 日本語能力 必要 い 手伝う 助け 救う 3 類

義語 う 考え

こ 3 単語 イン ネ ア語 訳す menolong membantu いう意

味 表 い 3 単語 違い い初級 ベ 日本語学習者 理

解不十 まま使用す 誤用 起こす う

本研究 手伝う 助け 救う 3 日本語類義語 意

味や類似点 相違点 置 換え 可能性 い 考察す スク プ

法 用い 小説や漫画 日本語教科書 ま ま 参考文献 収

集 析 考察す

本研究 手伝う 助け 救う 類似点 他 人や 負担

軽く う 自 力 出すこ いうこ 明確 一方 相違点

手伝う 助け 救う 違 危険 ニ アンス 全く い

いうこ 助け 場合 助け 人 ま 少 本人 力

残 い 救う 場合 救わ 人 自 う う

い 力 残 い い いうニ アンス 表す 最後 こ 3 単語

やや限 い 文 置 換え 可能 あ


(9)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ABSTRACT

Analysis of Synonym Verb Tetsudau, Tasukeru, and Sukuu in Japanese Sentence

Adzania Ayu Nelanda 0906609

The synonym verb in Japanese vocabularies are many. That is why, to apply Japanese language, the learner needs to understand the synonym and also antonym in every verb. However, the explanation about it is difficult to be found whether in classroom or textbook. The learner have to spend more time to comprehend a group of verb because there are many sources were written in Japanese language. Moreover it needs the holistic understanding thus misjudging can be avoided. So in verbs tetsudau, tasukeru, dan sukuu.

The three of them if translated into Indonesia can be “menolong” or

“membantu”. The new learner cannot understand directly, thus it can be misusing. This research aimed to to know meaning, synonym, and antonym of

tetsudau, tasukeru and sukuu and also to figure out whether those can be used in a

same sentence. The method used in this research is descriptive analysis to analyse those verb in jitsurei in every sources.

The result of this research are, the synonym of this verb is to help or lend a hand in order to lighten the burden of the other which is in suffer, or have some problem. Meanwhile the difference is, in tetsudau it does not include the sense of helping someone escape from danger like tasukeru and sukuu. In tasukeru, the person which is helped still can afford himself, while in sukuu, the person which is helped is powerless. Those verbs can replace other only in particular context.


(10)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, yaitu sebagai alat komunikasi yang mengandung suatu makna. Fungsi bahasa sebagai alat komunikasi merupakan saluran perumusan maksud, pengungkapan perasaan, dan memungkinkan terciptanya kerjasama antar manusia. Dengan bahasa, maka segala kebutuhan jasmani dan rohani dapat terpenuhi. Oleh karena itu, bahasa menjadi sarana komunikasi vital dalam kehidupan bermasyarakat.

Ketika mempelajari sebuah bahasa, kita akan menemukan bahwa setiap bahasa memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Sama halnya dengan bahasa Jepang yang memiliki karakter tersendiri dan berbeda dengan bahasa Indonesia, sehingga dianggap sulit untuk dipelajari. Dari perbedaan tersebut, sering muncul berbagai masalah yang dapat menghambat proses pembelajaran. Masalah yang dihadapi oleh pembelajar saat mempelajari bahasa Jepang, umumnya menyangkut penguasaan huruf, pemahaman kaidah kebahasaan serta penguasaan kosakata.

Kualitas kemampuan berbahasa seorang pembelajar bahasa asing tergantung pada kuantitas dan kualitas kosakata yang ia miliki. Semakin banyak kosakata yang dimiliki, maka akan semakin besar pula kemungkinan ia terampil dalam berbahasa.


(11)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kosakata dalam bahasa Jepang memiliki nuansa dan makna yang spesifik. Sering pembelajar menemukan beberapa kata yang sepintas memiliki kemiripan arti, namun ternyata setelah ditelaah lebih lanjut memiliki arti atau penggunaan yang berbeda. Dalam bahasa Jepang, terdapat banyak kata yang bersinonim (ruigigo) , baik dalam kategori nomina (meishi), adjektiva (keiyooshi), maupun verba (dooshi).

Penggunaan ruigigo sering ditemukan, baik dalam buku pelajaran maupun dalam percakapan sehari-hari. Akan tetapi, baik dalam kamus Jepang-Indonesia maupun dalam buku pelajaran, informasi mengenai kosakata bersinonim masih sangat kurang, baik penjelasan persamaan dan perbedaan, makna, ataupun contoh penggunaannya, sehingga pembelajar tidak tahu bahwa kalimat yang dibuat atau diucapkannya sudah tepat sesuai dengan kaidah atau belum.

Seperti pada verba bersinonim agaru dan noboru. Kedua verba tersebut berarti „naik‟ bila diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia. Perhatikan contoh berikut.

1) 猫が屋根 てっぺ に{アガッタ/ノボッタ}。

Neko ga yane no teppen ni (agatta/nobotta).

Kucing naik ke puncak atap.

2) 子供たちが山 頂上に{アガッタ/ノボッタ}。

Kodomotachi ga yama no choojoo ni (agatta/nobotta).

Anak-anak naik ke puncak gunung.


(12)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ada dua macam penafsiran. Pertama, jika kita menafsirkan bahwa puncak gunung dan puncak atap merupakan titik akhirnya, maka digunakan verba agaru. Dengan kata lain, baik kucing maupun anak-anak yang menjadi subjek dalam kedua kalimat tersebut, tiba disana sebagai hasil perpindahan dari tempat lain. Misalnya, kucing dari halaman rumah naik ke atas atap, atau anak-anak naik ke puncak gunung dari kaki gunung dan sebagainya. Jadi, yama no choojoo dan yane no

teppen merupakan toutatsuten (tujuan akhir).

Kedua, noboru digunakan jika kita memandang bahwa tempat tersebut bukan hanya berupa titik akhir (tempat tujuan) saja, melainkan juga sebagai

tempat kegiatan/ aktivitas naik tersebut. Misalnya pada contoh 2), proses naiknya

kucing ke puncak atap, bisa dari halaman melalui dinding; atau kucing tersebut bergerak dari atap bagian bawah hingga ke atap bagian puncaknya. Dinding atau bagian atap yang dilalui kucing tadi tentunya merupakan suatu jalan yang dilalui atau keiro. Tetapi, jika kata teppen dan choojoo pada kedua kalimat tersebut dihilangkan, maka penjelasannya akan lain lagi (Sutedi, 2010: 135).

Dalam penelitian ini, penulis memilih verba tetsudau, tasukeru dan sukuu yang merupakan kata bersinonim dalam bahasa Jepang. Ketiga verba tersebut memiliki kemiripan arti sehingga dapat menimbulkan kesalahan pemakaian. Perhatikan ketiga kalimat di bawah ini.

1) 彼 兄 店 手伝った。

Kare wa ani no mise o tetsudatta.


(13)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kare wa ani no mise o tasuketa.

3) 彼 兄 店 救った。

Kare wa ani no mise o sukutta.

Ketiga kalimat di atas benar secara gramatikal dan lazim digunakan. Akan tetapi, ketiganya mengandung makna dan memiliki nuansa yang jelas berbeda. Masih banyak pembelajar bahasa Jepang yang tidak mengetahui perbedaan makna ketiga kalimat tersebut. Agar dapat berkomunikasi dengan baik, pembelajar perlu mengetahui perbedaan ketiganya dan mampu menggunakan ketiga verba tersebut dalam situasi yang tepat. Dengan demikian, apa yang hendak ia sampaikan bisa diterima dan dipahami maksudnya dengan baik oleh lawan bicara.

Sebelumnya, telah dilakukan penelitian mengenai sinonim verba tetsudau dan tasukeru oleh Nenin Sawiah (2009) yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Analisis Makna Verba Tasukeru dan Tetsudau sebagai Sinonim.

Dalam penelitian terdahulu ini, hanya membahas mengenai persamaan dan perbedaan kedua verba bersinonim tersebut. Sementara itu, penulis merasa untuk memahami sebuah kelompok verba bersinonim secara menyeluruh, tidak akan cukup bila hanya dengan mengetahui persamaan dan perbedaannya saja. Oleh sebab itu, penulis melanjutkan penelitian terdahulu dengan menambahkan satu verba lain yang memiliki makna mirip yakni sukuu sebagai objek penelitian, juga menambahkan analisis mengenai makna yang terkandung dalam masing-masing verba dan analisis mengenai apakah verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu dapat saling menggantikan dalam sebuah konteks kalimat atau tidak.


(14)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Verba tetsudau, tasukeru dan sukuu sering digunakan baik dalam ragam tulisan maupun ragam lisan bahasa Jepang sehingga perlu dipelajari secara jelas dan tepat penggunaannya agar tidak terjadi kesalahpahaman pada pihak lawan bicara. Dalam buku pelajaran bahasa Jepang yang digunakan di Universitas Pendidikan Indonesia khususnya, ketiga verba ini cukup sering ditemukan, seperti dalam buku pelajaran bunpoo ditemukan sekitar 5% penggunaan, dalam kaiwa juga sekitar 5%, dan dalam dokkai ditemukan sekitar 3% penggunaan. Sedangkan dalam kehidupan sehari-hari orang Jepang, ketiga verba ini amat sering digunakan. Yang menarik adalah, berdasarkan pengalaman penulis, meskipun orang Jepang (masyarakat biasa, bukan ahli linguistik atau yang berkecimpung dalam bidang akademis) sering menggunakannya, tapi mereka tidak bisa menjelaskan pada orang lain, khususnya orang asing, apa dan bagaimana perbedaannya. Oleh karena itu, penelitian ini dirasa perlu dilakukan untuk meminimalisir kesalahan penggunaan.

Dengan dilatarbelakangi hal tersebut, penulis akan melakukan penelitian yang dituangkan ke dalam bentuk skripsi dengan judul “Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu dalam Kalimat Bahasa Jepang”.

B. Rumusan dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis uraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut.


(15)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Apa makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam kalimat bahasa Jepang?

2. Apa persamaan makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam konteks kalimat bahasa Jepang?

3. Apa perbedaan makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam konteks kalimat bahasa Jepang?

4. Apakah verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dapat saling menggantikan dalam kalimat bahasa Jepang?

2. Batasan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, penulis membatasi penelitian ini yakni hanya dengan membahas tentang makna, persamaan, dan perbedaan makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam kalimat bahasa Jepang, serta mengkaji apakah verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dapat saling menggantikan dalam kalimat bahasa Jepang.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjawab permasalahan yang telah dipaparkan pada rumusan masalah di atas. Adapun tujuan dari penelitian ini penulis rumuskan sebagai berikut.

1. Untuk memahami makna verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam kalimat bahasa Jepang.


(16)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Untuk memahami persamaan verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam konteks kalimat bahasa Jepang.

3. Untuk memahami perbedaan makna verba tetsudau, tasukeru dan

sukuu dalam konteks kalimat bahasa Jepang.

4. Untuk mengetahui apakah verba tetsudau, tasukeru dan sukuu dapat saling menggantikan dalam kalimat bahasa Jepang serta dapat mengaplikasikannya dalam kegiatan sehari-hari.

Adapun manfaat teoritis dan manfaat praktis yang ingin diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperjelas pengetahuan mengenai makna, persamaan dan perbedaan verba bersinonim tetsudau, tasukeru dan sukuu, serta mengetahui apakah ketiga verba tersebut dapat saling menggantikan, yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan penguasaan bahasa Jepang.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi reverensi dalam upaya mengatasi masalah pembelajar bahasa Jepang terutama dalam penggunaan verba tetsudau, tasukeru dan sukuu, serta sebagai masukan bagi pengajar dalam pengajaran bahasa Jepang di lembaga-lembaga pendidikan bahasa Jepang di Indonesia. Untuk lebih jelasnya, penelitian ini diperuntukan bagi:


(17)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

khususnya, dan di seluruh Indonesia pada umumnya.

2) Pengajar bahasa Jepang di Universitas Pendidikan Indonesia khususnya, dan di seluruh Indonesia pada umumnya.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini ada beberapa istilah yang digunakan. Untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan istilah yang digunakan, penulis memaparkan definisi istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Analisis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 58), tertulis beberapa pengertian analisis yakni sebagai berikut: 1)Penyelidikan terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb); 2) penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan; 3) penyelidikan kimia dengan menguraikan sesuatu untuk mengetahui zat bagiannya dsb; 4) penjabaran sesudah dikaji sebaik-baiknya; 5) pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya.

Analisis dalam penelitian ini adalah analisis terhadap penggunaan verba bersinonim tetsudau, tasukeru dan sukuu dalam kalimat bahasa Jepang.


(18)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Verba

Kridalaksana (2008: 254) menjelaskan dalam kamusnya bahwa verba adalah kelas kata yang biasanya berfungsi sebagai predikat; dalam beberapa bahasa lain verba mempunyai ciri morfologis seperti ciri kala, aspek, persona, atau jumlah. Sebagian besar verba mewakili unsur semantis perbuatan, keadaan atau proses; kelas ini dalam bahasa Indonesia ditandai dengan kemungkinan untuk diawali dengan kata tidak dan tidak mungkin diawali dengan kata seperti sangat, lebih, dsb.; mis.

datang, naik, bekerja, dsb.

Nomura dalam Sudjianto dan Dahidi (2007: 149) mengungkapkan bahwa

dooshi (verba) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang, yang

dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Verba yang dimaksud dalam penelitian ini adalah verba tetsudau,

tasukeru dan sukuu.

3. Sinonim

Menurut tim penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 1315), sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk bahasa lain; muradif.

Dalam kamus linguistik yang disusun oleh Kridalaksana (2008: 222) sinonim adalah bentuk bahasa yang maknanya mirip atau sama dengan bentuk lain; kesamaan itu berlaku bagi kata, kelompok kata, atau kalimat,


(19)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

walaupun umumnya yang dianggap sinonim hanyalah kata-kata saja. Sedangkan dalam istilah linguistik bahasa Jepang, sinonim (ruigigo) adalah beberapa kata yang memiliki bunyi ucapan yang berbeda namun memiliki makna yang sangat mirip. Jadi bentuk kata antara 生徒 dan 学生 , 学ぶ dan 習う berbeda tetapi artinya mirip. Kata-kata

seperti inilah yang disebut ruigigo (Iwabuchi dalam Sudjianto & Dahidi, 2007: 114).

4. Kalimat

Menurut Bloomfield (dalam Ba`dulu & Herman, 2005: 48) kalimat adalah suatu bentuk linguistis, yang tidak termasuk kedalam suatu bentuk yang lebih besar karena merupakan suatu konstruksi gramatikal.

Kemudian menurut Kridalaksana dkk. (dalam Ba`dulu & Herman, 2005: 49) kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan baik secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa.

Dan menurut Muslich (2010: 123) kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran yang utuh secara ketatabahasaan. Dalam wujud lisannya kalimat diiringi alunanan nada, disela jeda, diakhiri intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam bahasa tulis, kalimat dimulai dengan huruf kapital, diakhiri tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru, serta kemungkinan di dalamnya ada spasi, koma,


(20)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tidak koma, titik dua, atau sepasang garis apit pendek.

E. Metode Penelitian

Menurut Suprapto (dalam Permana, 2010: 5) penelitian adalah suatu kegiatan mengkaji (study) secara teliti dan teratur dalam suatu bidang ilmu menurut kaidah tertentu. Kaidah yang dianut adalah kaidah metode. Metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan, atau suatu kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, terarah dan terkonteks, yang relevan dengan maksud dan tujuan.

1. Jenis Metode Penelitian

Metode yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk menjawab permasalahan secara aktual (Sutedi, 2009: 58). Objek penelitian ini adalah verba tetsudau, tasukeru dan sukuu sebagai sinonim.

2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, untuk memperoleh data yang relevan penulis melakukan studi literatur. Selain dengan mengacu pada teori peneliti terdahulu, penulis juga mengumpulkan buku-buku literatur atau sumber yang


(21)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

relevan dengan masalah penelitian, kemudian dianalisis berdasarkan contoh kalimat atau jitsurei yang diperoleh. Adapun langkah-langkah pengumpulan datanya sebagai berikut.

a. Mencari dan mengumpulkan berbagai referensi seperti buku sumber dan lainnya yang relevan dan menunjang penelitian.

b. Mencari dan mengumpulkan contoh-contoh kalimat jitsurei yang relevan dan representatif mengenai penggunaan verba tetsudau,

tasukeru dan sukuu.

3. Sumber Data Penelitian

Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif, yaitu berupa jitsurei yang diambil dari jurnal, kamus, buku teks, novel, dorama, anime, manga, majalah, atau internet dalam bahasa Jepang, dan dari kalimat buatan sendiri (sakurei).

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini untuk mendapatkan data berupa literatur mengenai verba tetsudau, tasukeru dan sukuu diperoleh dari data hasil kepustakaan dari sumber-sumber sebagai berikut.

a. Buku-buku referensi, baik yang berbahasa Jepang maupun bahasa Indonesia.


(22)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tetsudau, tasukeru dan sukuu.

c. Kamus.

d. Karya tulis ilmiah terdahulu. e. Internet.

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan disusun dalam lima bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut. Bab I adalah pendahuluan yang di dalamnya diuraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II adalah kajian teori, yang di dalamnya diuraikan penjelasan mengenai sinonim (ruigigo), verba (dooshi), serta makna verba tetsudau, tasukeru, dan

sukuu berdasarkan hasil penelitian terdahulu.

Bab III adalah metodologi penelitian, didalamnya penulis menguraikan tentang pengertian metode itu sendiri, objek penelitian, instrumen dan sumber data penelitian, dan teknik analisis data. Bab IV berupa analisis data yang menguraikan tentang hasil penelitian terhadap verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu yang terdapat dalam kalimat-kalimat bahasa Jepang.

Terakhir adalah bab V yang merupakan kesimpulan dan saran untuk penelitian selanjutnya. Di sini penulis menguraikan kesimpulan-kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan, serta saran dalam menentukan tema bagi penelitian selanjutnya.


(23)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Noor (2013: 22) dalam bukunya mengemukakan bahwa metodologi adalah ilmu tentang kerangka kerja untuk melaksanakan penelitian yang bersistem; sekumpulan peraturan, kegiatan dan prosedur yang digunakan oleh pelaku suatu disiplin ilmu; studi atau analisis teoritis mengenai suatu cara/ metode; atau cabang ilmu logika yang berkaitan dengan prinsip umum pembentukan pengetahuan (knowledge).

Penelitian sebagai upaya untuk memperoleh kebenaran, harus didasari oleh proses berpikir ilmiah yang dituangkan dalam metode ilmiah. Kata metode berasal dari bahasa Yunani methodos, terdiri dari dua kata yaitu meta (menuju, melalui, mengikuti) dan hodos (jalan, cara, arah). Arti kata methodos adalah metode ilmiah yaitu cara melakukan sesuatu menurut aturan tertentu. Adapun metodologi berasal dari kata metode dan logos, yaitu berarti ilmu yang membicarakan tentang metode. Melihat dari pengertiannya, metode dapat dirumuskan suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai disiplin (ilmu) untuk mencapai suatu tujuan.

Kemudian, Djajasudarma (2006: 4) menyebutkan bahwa metode penelitian merupakan alat, prosedur, dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam mengumpulkan data).


(24)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis verba bersinonim tetsudau,

tasukeru, dan sukuu dalam kalimat bahasa Jepang, yakni mencakup makna,

persamaan dan perbedaan ketiga verba tersebut, serta menganalisis apakah ketiga verba tersebut bisa saling menggantikan dalam sebuah kalimat bahasa Jepang.

Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif karena bahasa yang dikaji merupakan bahasa Jepang modern yang digunakan oleh masyarakat pada masa sekarang ini.

Yang dimaksud penelitian deskriptif adalah metode yang bertujuan membuat deskripsi; maksudnya membuat gambaran, lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena- fenomena yang diteliti. Metode ini dikatakan pula sebagai pencarian data dengan interpretasi yang tepat (Djajasudarma, 2006: 9).

B. Objek Penelitian

Objek yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu sebagai sinonim. Dengan demikian, penelitian ini merupakan studi kasus terhadap makna ketiga verba tersebut.

Kajian kebahasaan yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan telaahan secara sinkronis, yaitu bahasa Jepang modern yang digunakan di masa kini. Sementara itu, generalisasinya dilakukan secara induktif, yaitu berdasarkan pada hasil analisis ketiga verba tersebut yang berpedoman pada dua jenis data, yaitu jitsurei dan sakurei. Jitsurei adalah contoh penggunaan yang berupa kalimat


(25)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam teks konkrit seperti dalam tulisan ilmiah, surat kabar, kamus, novel, dan sebagainya. Sakurei adalah contoh penggunaan yang dibuat oleh peneliti sendiri yang tingkat kebenarannya diterima oleh umum (penutur asli).

C. Instrumen dan Sumber Data Penelitian

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah studi literatur, yaitu mencari contoh kalimat sebanyak-banyaknya dari sumber data yang akurat, baik sumber jitsurei maupun sakurei. Sumber data yang digunakan berupa contoh kalimat yang diperoleh dari buku teks, kamus, novel, penelitian terdahulu, film, situs internet, dan ditambah dengan contoh kalimat yang dibuat oleh penulis sendiri.

Sutedi (2010: 128) menjelaskan kelebihan jitsurei antara lain, pertama, kita bisa menemukan contoh pemakaian yang terkadang tidak terpikirkan dalam benak kita sehingga usaha untuk mencari jitsurei sebanyak-banyaknya sangat diperlukan. Kedua, analisis yang berdasarkan pada jitsurei bisa lebih akurat. Adapun kelemahannya, yaitu pertama, ada kalanya contoh tersebut menyimpang dari biasanya. Misalnya dalam karya sastra, seperti puisi atau syair lagu, termasuk terjemahan. Kedua, jika hanya menggunakan jitsurei saja maka analisis tersebut bukan merupakan suatu riset ilmiah (jikken kagaku) melainkan hanya berupa kegiatan penelaahan saja (kansatsu kagaku).

Di sisi lain, kelebihan dari sakurei yakni kita bisa membuat contoh yang tidak gramatikal, hal ini tidak mungkin bisa ditemukan dalam jitsurei. Karena,


(26)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk menganalisis suatu kata perlu dibuat contoh yang tidak gramatikal atau contoh yang salah. Adapun kelemahannya yaitu, pertama, karena ada keterbatasan pada diri peneliti, jika datanya hanya tergantung pada sakurei saja, maka data yang diperoleh kurang akurat. Kedua, dengan sakurei bisa mempengaruhi peneliti lebih cenderung membuat contoh agar bisa membuktikan hipotesis yang telah dirumuskannya sehingga kurang objektif.

Oleh karena itu, jitsurei dan sakurei sangatlah diperlukan karena posisi keduanya dapat saling melengkapi satu sama lain.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini mengacu pada teori peneliti terdahulu seperti Tian, dkk. (1998), Koizumi, dkk. (1996), Morita (1989), Bunkachoo (1994), dan lain-lain. Dalam menganalisis sinonim, umumnya menggunakan permutasi (pertukaran) dan subtitusi (penggantian). Dengan menggunakan teknik ini, dapat diketahui apakah kata tersebut dapat digunakan dalam konteks tertentu sementara yang lain tidak bisa. Teknik ini dapat memberi gambaran apakah suatu kata dalam suatu kalimat dapat digantikan oleh sinonimnya atau tidak, sehingga dapat dilihat perbedaan mendasar dalam suatu makna.

Berikut merupakan langkah-langkah yang akan penulis tempuh dalam penelitian ini.


(27)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pada tahap ini, penulis akan mengumpulkan jitsurei yang relevan dengan penelitian. Sumbernya antara lain diambil dari penelitian terdahulu, kamus, novel, situs internet, dan lain-lain.

Tahap 2: Analisis data

Setelah data pada tahap 1 terkumpul, langkah berikutnya adalah melakukan analisis makna dengan membuat deskripsi tentang makna yang terkandung dalam verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu dengan melihat dari jitsurei yang telah dikumpulkan sebelumnya.

Setelah itu, penulis akan membandingkan ketiga verba untuk menganalisis persamaan dan perbedaannya. Dalam tahap pendeskripsian makna, persamaan, dan perbedaan ketiga verba ini, selain berlandaskan pada literatur, penulis juga berdiskusi dengan native agar penelitian ini bersifat valid dan objektif.

Terakhir, penulis melakukan analisis apakah ketiga verba dapat saling menggantikan satu sama lain dalam sebuah konteks kalimat yang sama, yang dilakukan dengan cara subtitusi. Dalam tahap ini, penulis perlu memperhatikan kelaziman pemakaian, nilai rasa, makna dasar dan makna perluasannya, nuansa yang terkandung, serta ragam bahasanya sehingga tahap ini tidak terlepas dari kegiatan diskusi dengan native.

Dalam tahap ini, penulis menggunakan tanda-tanda sebagai berikut:

〇 : lazim digunakan


(28)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tahap 3: Generalisasi

Terakhir, merupakan tahap pengambilan kesimpulan atau generalisasi secara induktif tentang makna, persamaan dan perbedaan ketiga verba tersebut berdasarkan pada tahap-tahap sebelumnya. Dari kesimpulan yang diambil kelak diharapkan dapat menjadi referensi, baik bagi pengajar maupun pembelajar bahasa Jepang, sehingga dapat meminimalisir kesalahan dalam penggunaan ketiga verba yang bersangkutan.


(29)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan penulis, diperoleh kesimpulan mengenai makna, persamaan, perbedaan verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu, serta bagaimana posisi ketiga verba dalam konteks kalimat bahasa Jepang sebagai berikut.

1. Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu

Tetsudau

a. Melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan secara bersama-sama (orang yang dibantu dan yang membantu) untuk meringankan beban pelaku inti kegiatan.

b. Sesuatu yang membantu mempengaruhi terjadinya suatu hal.

Tasukeru

a. Mengeluarkan tenaga sendiri untuk menolong makhluk hidup lain agar ia terbebas dari bahaya.

b. Membantu pekerjaan atau hal yang sedang dilakukan orang lain yang kebingungan agar beban yang bersangkutan berkurang.

c. Membantu proses berlangsungnya suatu hal.


(30)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Menyelamatkan nyawa manusia/ hewan dari kondisi berbahaya/ kritis. b. Menyelamatkan suatu hal/ benda dari kondisi berbahaya/ kritis.

c. Menyelamatkan kondisi kejiwaan/ psikologis seseorang.

d. Menolong orang dari kemiskinan, kesengsaraan, dan kelaparan. e. Menyelamatkan dari dosa.

f. Mengubah kondisi atau suasana yang tidak menyenangkan menjadi lebih baik.

2. Persamaan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu

Secara umum, persamaan ketiga verba ini adalah mengeluarkan tenaga sendiri untuk meringankan beban atau penderitaan makhluk/benda lain.

Kemudian persamaannya dibuat lebih spesifik dengan membandingkan verba tetsudau dengan tasukeru, dan verba tasukeru dengan sukuu.

Persamaan Makna Verba Tetsudau dan Tasukeru

a. Membantu pekerjaan orang lain agar beban orang tersebut berkurang dan pekerjaan bisa berjalan dengan baik.

b. Pekerjaan dilakukan bersama-sama dengan pelaku utama kegiatan. c. Selain membantu hal-hal yang bermakna positif, bisa juga digunakan

untuk membantu suatu hal yang cenderung ke arah negatif.

Persamaan Makna Verba Tasukeru dan Sukuu


(31)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Menyelamatkan suatu benda/ instansi dari keadaan genting/ kritis. c. Menolong orang lain yang menderita kemiskinan/ keterbatasan materi. d. Bermakna positif, yang menunjang keberlangsungan hidup sesuatu.

3. Perbedaan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu

Analisis dilakukan dengan membandingkan verba tetsudau dengan

tasukeru, dan verba tasukeru dengan sukuu. Hasilnya sebagai berikut.

Perbedaan Makna Verba Tetsudau dan Tasukeru

a. Tetsudau, posisinya hanya sebatas asisten pembantu. Dengan kata lain,

porsi pekerjaannya hanya sebagian kecil saja bila dibandingkan dengan si empunya pekerjaan.

Tasukeru, porsi kerjanya bisa dikatakan 50:50.

b. Tetsudau, orang yang dibantu memiliki tenaga/kemampuan yang cukup

untuk menyelesaikan pekerjaannya sendiri.

Tasukeru, orang yang dibantu merasa kebingungan dan tidak mampu

menyelesaikan pekerjaannya seorang diri.

c. Tetsudau, tidak digunakan dalam kalimat yang bernuansa membahayakan

nyawa atau keadaan darurat lainnya.

Tasukeru, bisa juga digunakan dalam kalimat yang bernuansa bahaya.

d. Tasukeru, digunakan pula dalam kalimat yang berkaitan dengan


(32)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Tetsudau, pekerjaan harus selalu dilakukan bersama-sama dengan pelaku

utama pekerjaan.

Tasukeru, pekerjaan bisa dilakukan bersama, bisa juga tidak.

Perbedaan Makna Verba Tasukeru dan Sukuu

a. Tasukeru, yang ditolong masih memiliki sedikit kekuatan untuk

menyelamatkan dirinya.

Sukuu, yang ditolong sudah tidak memiliki kekuatan.

b. Tasukeru, porsi kerja yang menolong lebih sedikit daripada sukuu.

Sukuu, karena yang ditolong sudah tidak mampu melakukan apapun

(muryoku), maka otomatis peran orang yang menolong ini bisa dikatakan mendekati 100%.

4. Perbandingan Makna Verba Tetsudau, Tasukeru, dan Sukuu

Ketiga verba ini dapat saling menggantikan dalam kalimat tertentu, tergantung pada subjek, predikat, dan objek yang digunakan. Akan tetapi meskipun bisa saling menggantikan, makna kalimatnya akan berubah, berbeda dengan makna sebelumnya.

Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa verba tetsudau bisa digantikan dengan verba sukuu dengan pilihan subjek, predikat, dan objek yang sangat terbatas, tetapi penggantian tersebut dapat mempengaruhi perubahan makna sangat besar. Verba tetsudau juga bisa digantikan dengan verba tasukeru.


(33)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penggantian ini mempengaruhi perubahan makna kalimat menjadi adanya kesan kebingungan atau rasa tidak mampu pada orang yang dibantu.

Kemudian, diketahui pula bahwa verba tasukeru bisa digantikan dengan verba tetsudau maupun dengan verba sukuu dalam kalimat-kalimat tertentu. Penggantian verba dapat mempengaruhi makna kalimat asal. Jika tasukeru diganti dengan tetsudau, maka kesannya pekerjaan yang dilakukan terasa lebih ringan dan tak ada kesan rasa putus asa atau kebingungan. Dan jika tasukeru diganti dengan

sukuu, tanggung jawab yang menolong terasa lebih besar dan pekerjaan yang

dilakukan memiliki tingkat bahaya yang tinggi.

Terakhir, dapat ditarik kesimpulan bahwa verba sukuu bisa digantikan dengan verba tetsudau dengan pilihan subjek, predikat, dan objek yang sangat terbatas, tetapi penggantian tersebut dapat mempengaruhi perubahan makna sangat besar. Verba sukuu juga bisa digantikan dengan verba tasukeru. Penggantian ini pun mempengaruhi makna kalimat menjadi nuansa bahaya yang lebih tipis.

B. Saran

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian terdahulu karya Nenin Sawiah (2009). Dengan dilakukannya analisis ini, diharapkan dapat melengkapi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan semakin memperkaya wawasan serta menambah pemahaman mengenai ketiga verba bersinonim ini.


(34)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

baru yang bisa dijadikan tema penelitian yang akan datang.

Kendala yang ditemukan penulis antara lain, hanya sedikit sakurei yang digunakan dalam penelitian karena keterbatasan kemampuan penulis dalam membuat sakurei. Selain itu, ketiga verba bersinonim ini sangat kental perbedaan nuansanya sehingga perlu dibahas lebih jauh mengenai perbedaan nuansa dalam penggunaan verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu ini.

Karena bahasa ibu kita adalah bahasa Indonesia, perlu dilakukan analisis kontrastif verba bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia agar persamaan dan perbedaan maknanya lebih jelas dan lebih mudah dipahami jika telah dibandingkan dengan bahasa ibu.

Kemudian, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pembelajar bahasa Jepang di Indonesia, khususnya di Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI, penulis juga merasa perlu dilakukan penelitian mengenai analisis kesalahan penggunaan verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu. Saran ini ditujukan bagi:

a. Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Jepang atau Sastra Jepang yang akan melakukan penelitian.

b. Dosen yang berkecimpung dalam dunia penelitian bahasa Jepang di Indonesia pada umumnya, dan di Universitas Pendidikan Indonesia khususnya.


(35)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Muthi. (2013). Analisis Makna Fukugodoushi ~Komu dalam Kalimat

Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Asano, Tsuruko. (1990). Gaikokujin no Tame no Kihongo Yoorei Jiten. Tokyo: Bunkacho.

Ba`dulu, Abdul Muis & Herman. (2005). Morfosintaksis. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Djajasudarma, T. Fatimah. (2006). Metode Linguistik. Bandung: PT Refika Aditama.

Hirose, Masayoshi. (1994). Effective Japanese Usage Guide. Tokyo: Kodansha. Honda, Takeru. (2006). Yudaya-jin no Daifugoo no Oshie II. Tokyo: Daiwa Shobo.

Koizumi, Tamotsu dkk. (1989). Nihongo Kihon Dooshi Yoohoo Jiten. Tokyo: Taishuukan Shoten.

Kokuyo, Rin. (2013). Netto Jun no Susume. Komik Digital dalam Aplikasi Comico: tidak diterbitkan.

Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(36)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Miyauchi, Junko & Inoue Masaji. (2010). Aoi Fuusen. Tokyo: Kumon Shuppan. Muslich, Masnur. (2010). Garis-Garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia.

Bandung: PT Refika Aditama.

Noor, Juliansyah. (2013). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan

Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Oyanagi, Noboru. (2005). New Approach Chuujookyuu Nihongo Kansei-hen. Tokyo: Nihongo Kenkyuusha.

Permana, Ikhsan Satya. (2010). Analisis Makna Verba Afureru dan Koboreru

Sebagai Sinonim. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rahardi, Kunjana. (2009). Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk Karang-Mengarang. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sanpachi. (2013). QUEEN. Komik Digital dalam Aplikasi Comico: tidak diterbitkan.

Sawiah, Nenin. (2009). Analisis Makna Verba Tasukeru dan Tetsudau sebagai

Sinonim. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sei. (2013). Pastel Kazoku. Komik Digital dalam Aplikasi Comico: tidak diterbitkan.

Shibata, Takeshi & Yamada Susumu. (2002). Ruigo Daijiten. Tokyo: Kodansha. Sudjianto, & Ahmad Dahidi. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang.

Jakarta: Kesaint Blanc.

Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.


(37)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

. (2010). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang Edisi Revisi. Bandung: Humaniora.

Tachibana, Yu. (2013). Goto-ke Burazaa Konpurekkusu. Komik Digital dalam Aplikasi Comico: tidak diterbitkan.

Tarigan, Henry Guntur. (1985). Metodologi Pengajaran Bahasa. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FPBS IKIP Bandung.

Tian, Zhongkui, dkk. (1998). Nihongo Ruihyoogen no Nyuansu no Chigai o

Reishoosuru Ruigigo Tsukaiwake Jiten. Tokyo: Kenkyuusha Shuppan.

Sumber dari situs internet: http://www.aozora.gr.jp/ http://indojoho.ciao.jp/ http://lang-8.com

Sumber dari dorama dan anime:

Nemoto, Toshizo. (2012). Inu to Boku. Tokyo: David Production.

Okudera, Satoko & Mamoru, Hosoda. (2012). Ookami Kodomo no Ame to Yuki. Tokyo: Toho.

Shirodaira, Kyo. (2012). Zetsuen no Tempest. Tokyo: Bones.

Takamatsu, Shinji. (2012). Danshi Kookoosei no Nichijoo. Tokyo: Sunrise. Watanabe, Chiho. (2014). First Class. Tokyo: Fuji TV.


(38)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang


(1)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penggantian ini mempengaruhi perubahan makna kalimat menjadi adanya kesan kebingungan atau rasa tidak mampu pada orang yang dibantu.

Kemudian, diketahui pula bahwa verba tasukeru bisa digantikan dengan verba tetsudau maupun dengan verba sukuu dalam kalimat-kalimat tertentu. Penggantian verba dapat mempengaruhi makna kalimat asal. Jika tasukeru diganti dengan tetsudau, maka kesannya pekerjaan yang dilakukan terasa lebih ringan dan tak ada kesan rasa putus asa atau kebingungan. Dan jika tasukeru diganti dengan sukuu, tanggung jawab yang menolong terasa lebih besar dan pekerjaan yang dilakukan memiliki tingkat bahaya yang tinggi.

Terakhir, dapat ditarik kesimpulan bahwa verba sukuu bisa digantikan dengan verba tetsudau dengan pilihan subjek, predikat, dan objek yang sangat terbatas, tetapi penggantian tersebut dapat mempengaruhi perubahan makna sangat besar. Verba sukuu juga bisa digantikan dengan verba tasukeru. Penggantian ini pun mempengaruhi makna kalimat menjadi nuansa bahaya yang lebih tipis.

B. Saran

Penelitian ini merupakan kelanjutan dari penelitian terdahulu karya Nenin Sawiah (2009). Dengan dilakukannya analisis ini, diharapkan dapat melengkapi penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dan semakin memperkaya wawasan serta menambah pemahaman mengenai ketiga verba bersinonim ini.


(2)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

baru yang bisa dijadikan tema penelitian yang akan datang.

Kendala yang ditemukan penulis antara lain, hanya sedikit sakurei yang digunakan dalam penelitian karena keterbatasan kemampuan penulis dalam membuat sakurei. Selain itu, ketiga verba bersinonim ini sangat kental perbedaan nuansanya sehingga perlu dibahas lebih jauh mengenai perbedaan nuansa dalam penggunaan verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu ini.

Karena bahasa ibu kita adalah bahasa Indonesia, perlu dilakukan analisis kontrastif verba bahasa Jepang dengan bahasa Indonesia agar persamaan dan perbedaan maknanya lebih jelas dan lebih mudah dipahami jika telah dibandingkan dengan bahasa ibu.

Kemudian, untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pembelajar bahasa Jepang di Indonesia, khususnya di Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang UPI, penulis juga merasa perlu dilakukan penelitian mengenai analisis kesalahan penggunaan verba tetsudau, tasukeru, dan sukuu. Saran ini ditujukan bagi:

a. Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa Jepang atau Sastra Jepang yang akan

melakukan penelitian.

b. Dosen yang berkecimpung dalam dunia penelitian bahasa Jepang di Indonesia


(3)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, Muthi. (2013). Analisis Makna Fukugodoushi ~Komu dalam Kalimat Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan. Asano, Tsuruko. (1990). Gaikokujin no Tame no Kihongo Yoorei Jiten. Tokyo:

Bunkacho.

Ba`dulu, Abdul Muis & Herman. (2005). Morfosintaksis. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.

Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Djajasudarma, T. Fatimah. (2006). Metode Linguistik. Bandung: PT Refika Aditama.

Hirose, Masayoshi. (1994). Effective Japanese Usage Guide. Tokyo: Kodansha. Honda, Takeru. (2006). Yudaya-jin no Daifugoo no Oshie II. Tokyo: Daiwa Shobo.

Koizumi, Tamotsu dkk. (1989). Nihongo Kihon Dooshi Yoohoo Jiten. Tokyo: Taishuukan Shoten.

Kokuyo, Rin. (2013). Netto Jun no Susume. Komik Digital dalam Aplikasi Comico: tidak diterbitkan.

Kridalaksana, Harimurti. (2008). Kamus Linguistik Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.


(4)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Miyauchi, Junko & Inoue Masaji. (2010). Aoi Fuusen. Tokyo: Kumon Shuppan. Muslich, Masnur. (2010). Garis-Garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia.

Bandung: PT Refika Aditama.

Noor, Juliansyah. (2013). Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi, dan

Karya Ilmiah. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Oyanagi, Noboru. (2005). New Approach Chuujookyuu Nihongo Kansei-hen. Tokyo: Nihongo Kenkyuusha.

Permana, Ikhsan Satya. (2010). Analisis Makna Verba Afureru dan Koboreru Sebagai Sinonim. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Rahardi, Kunjana. (2009). Penyuntingan Bahasa Indonesia untuk

Karang-Mengarang. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sanpachi. (2013). QUEEN. Komik Digital dalam Aplikasi Comico: tidak diterbitkan.

Sawiah, Nenin. (2009). Analisis Makna Verba Tasukeru dan Tetsudau sebagai Sinonim. Skripsi pada FPBS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sei. (2013). Pastel Kazoku. Komik Digital dalam Aplikasi Comico: tidak diterbitkan.

Shibata, Takeshi & Yamada Susumu. (2002). Ruigo Daijiten. Tokyo: Kodansha. Sudjianto, & Ahmad Dahidi. (2007). Pengantar Linguistik Bahasa Jepang.

Jakarta: Kesaint Blanc.

Sutedi, Dedi. (2009). Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.


(5)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

. (2010). Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang Edisi Revisi. Bandung: Humaniora.

Tachibana, Yu. (2013). Goto-ke Burazaa Konpurekkusu. Komik Digital dalam Aplikasi Comico: tidak diterbitkan.

Tarigan, Henry Guntur. (1985). Metodologi Pengajaran Bahasa. Bandung: Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia FPBS IKIP Bandung.

Tian, Zhongkui, dkk. (1998). Nihongo Ruihyoogen no Nyuansu no Chigai o Reishoosuru Ruigigo Tsukaiwake Jiten. Tokyo: Kenkyuusha Shuppan.

Sumber dari situs internet: http://www.aozora.gr.jp/ http://indojoho.ciao.jp/ http://lang-8.com

Sumber dari dorama dan anime:

Nemoto, Toshizo. (2012). Inu to Boku. Tokyo: David Production.

Okudera, Satoko & Mamoru, Hosoda. (2012). Ookami Kodomo no Ame to Yuki. Tokyo: Toho.

Shirodaira, Kyo. (2012). Zetsuen no Tempest. Tokyo: Bones.

Takamatsu, Shinji. (2012). Danshi Kookoosei no Nichijoo. Tokyo: Sunrise. Watanabe, Chiho. (2014). First Class. Tokyo: Fuji TV.


(6)

Adzania Ayu Nelanda, 2014

Analisis Penggunaan Verba Bersinonim Tetsudau, Tasukeru, Dan Sukuu Dalam Kalimat Bahasa Jepang