PENERAPAN METODE EXPERIENTIAL BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MENUMBUHKAN CIVIC DISPOSITIONS PADA SISWA.

(1)

NO. DAFTAR FPIPS : 2017/UN.40.2.2/PL/2014

PENERAPAN METODE EXPERIENTIAL BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK

MENUMBUHKAN CIVIC DISPOSITIONS PADA SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS 2 SMA Kartika XIX-2 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh

EKA MEITIA SAPUTRI 1005759

JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

PENERAPAN METODE EXPERIENTIAL BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK

MENUMBUHKAN CIVIC DISPOSITIONS PADA SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS 2 SMA Kartika XIX-2 Bandung)

Oleh

EKA MEITIA SAPUTRI

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© EKA MEITIA SAPUTRI 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,


(3)

LEMBAR PENGESAHAN EKA MEITIA SAPUTRI

PENERAPAN METODE EXPERIENTIAL BASED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK

MENUMBUHKAN CIVIC DISPOSITIONS PADA SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS 2 SMA Kartika XIX-2 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Aim Abdulkarim, M.Pd. NIP. 19590714 198601 1 001

Pembimbing II

Dr. Hj. Komala Nurmalina, M.Pd. NIP. 13034502500

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP. 19630820 198803 1 001


(4)

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI Pernyataan

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

UcapanTerimaKasih ... iv

Daftar Isi ... v

DaftarTabel ... vi

DaftarGambar ... vii

DaftarLampiran ... viii

DaftarBagan ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 7

C. RumusanMasalahPenelitian ... 8

D. TujuanPenelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian ... 9

F. Struktur Organisasi Skripsi ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HakikatPendidikanKewarganegaraan ... 12

B. FungsidanTujuanPendidikanKewarganegaraan ... 13

C. TinjuanTeoritisTentangPembelajaran ... 16

D. PembelajaranPKn ... 17

1. PengertianPembelajaranPendidikanKewarganegaraan 2. StrategiPembelajaranPendidikanKewarganegaraan 3. Aspek-aspekKompetensidalamPendidikanKewarganegaraan E. Metode Experiential Based Learning ... 20

1. PengertianMetode 2. PengertianMetodePembelajaran 3. Experiential Based Learning (PembelajaranBerbasisPengalaman) F. TeoriBelajarPendukung Experiential Learning ... .. 32

G. KarakterdanPendidikanKarakter ... ... 36

H. KarakterKewarganegaraan (Civic Dispositions) ... . 38

I. Kaitanantara Civic Education denganPendidikanKarakter ... .... 44

J. PenelitianTerdahulu ... 47

BAB III METODE PENELITIAN A. LokasidanSubjekPenelitian ... 48


(5)

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. LokasiPenelitian 2. SubjekPeneitian

B. PendekatandanMetodePenelitian... 49 1. PendekatanPenelitian

2. MetodePenelitian 3. ProsedurPenelitian

C. Langkah-Langkah PTK... 53 1. MenyusunRancanganTindakan (Planning)

2. Pelaksanaantindakan (Action) 3. Pengamatan (Observing) 4. Refleksi (Reflecting)

D. DefinisiOperasional ... 54 1. KonsepPembelajaran

2. PendidikanKewarganegaraan 3. Karakterkewarganegaraan

4. MetodeExperiential Based Learning

E. TeknikPengumpulanData ... ... 56 F. TeknikPengolahandanAnalisis Data ... .... 57 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Umum Lokasi dan Subjek Penelitian ... 61 B. Hasil Peneltian... 69 C. Peningkatan Hasil Penelitian Tindakan Kelas ... .. 197 G. AnalisisImplementasiMetode Experiential Based Learning

DalamPembelajaranPendidikanKewarganegaraanUntukMenumbuhkan Civic Dispositions PadaSiswa ... 200 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(6)

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Data Pendidik/Guru Di SMA Kartika XIX 2 Bandung ... 64

Tabel 4.2 Data SeluruhSiswa di SMA Kartika XIX 2 Bandung ... 65

Tabel 4.3 Fasilitas SMA Kartika Xix 2 Bandung ... 66

Tabel 4.4 CatatanLapanganObservasiAwal ... 70

Tabel 4.5 HasilPre TestPadaSiklus I ... 76

Tabel 4.6 AnggotaKelompokpadaPelaksanaanTindakanSiklus I ... 78

HASIL ANGKET SIKAP SISWA PADA SIKLUS I Tabel 4.7 Indikator “BertanggungJawab” ... 81

Tabel 4.8 Indikator “BekerjaSama” ... 83

Tabel 4.9 Indikator “MenghormatiHarkatdanMartabatKemanusiaanSetiapIndividu” ... 84

Tabel 4.10 Indikator “SikapReligius” ... 86

Tabel 4.11 Indikator “PatuhPadaAturanSosial” ... 88

Tabel 4.12 Indikator “BersikapNasionalisdanCinta Tanah Air.” ... 89

Tabel 4.13 Indikator “MenghargaiKeberagaman” ... 91

Tabel 4.14 Indikator “SikapPeduli.” ... 92

Tabel 4.15 Indikator “SikapTangguh.” ... 93

Tabel 4.16 Indikator “Jujur” ... 94

Tabel4.17 Indikator “Aktif, BerpikirLogis, Kritis, KreatifdanInovatif, Berpartisipasidalamkegiatan di kelas” ... 95

Tabel4.18 HasilObservasiPelaksanaanPembelajaranFokusPenelitian Guru ... 99

Tabel 4.19 HasilObservasiPelaksanaanPembelajaranFokusPenelitianSiswa ... 103

Tabel 4.20 HasilPostTesPadaSiklus I ... 111

Tabel 4.21 HasilPre TesPadaSiklus II ... 119

Tabel 4.22 AnggotaKelompokpadaPelaksanaanTindakanSiklus II ... 122

HASIL ANGKET SIKAP SISWA PADA SIKLUS II Tabel 4.23 Indikator “BertanggungJawab” ... 124


(7)

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.25Indikator “Menghormati Harkat dan Martabat Kemanusiaan Setiap

Individu” ... 127

Tabel 4.26Indikator “SikapReligius” ... 129

Tabel 4.27 Indikator “PatuhPadaAturanSosial” ... 130

Tabel 4.28 Indikator “BersikapNasionalisdanCinta Tanah Air.” ... 132

Tabel 4.29 Indikator “MenghargaiKeberagaman” ... 133

Tabel 4.30 Indikator “SikapPeduli.” ... 134

Tabel 4.31 Indikator “SikapTangguh.” ... 135

Tabel 4.32 Indikator “Jujur” ... 137

Tabel 4.33 Indikator “Aktif, BerpikirLogis, Kritis, KreatifdanInovatif, Berpartisipasidalamkegiatan di kelas” ... 138

Tabel 4.34Hasil Observasi Pelaksanaan PembelajaranFokus Penelitian Guru ... 141

Tabel 4.35 HasilObservasiPelaksanaanPembelajaranFokusPenelitianSiswa ... 145

Tabel 4.36 HasilPostTesPadaSiklus II ... 152

Tabel 4.37 HasilPre testPadaSiklus III ... 158

Tabel 4.38 AnggotaKelompokpadaPelaksanaanTindakanSiklus III ... 162

HASIL ANGKET SIKAP SISWA PADA SIKLUS III Tabel 4.39 Indikator “BertanggungJawab” ... 164

Tabel 4.40 Indikator “BekerjaSama” ... 166

Tabel 4.41 Indikator “MenghormatiHarkatdanMartabatKemanusiaanSetiapIndividu” ... 168

Tabel 4.42 Indikator “SikapReligius” ... 170

Tabel 4.43 Indikator “PatuhPadaAturanSosial” ... 171

Tabel 4.44 Indikator “BersikapNasionalisdanCinta Tanah Air.” ... 172

Tabel 4.45 Indikator “MenghargaiKeberagaman” ... 173

Tabel 4.46 Indikator “SikapPeduli.” ... 174

Tabel 4.47 Indikator “SikapTangguh.” ... 176

Tabel 4.48 Indikator “Jujur” ... 177

Tabel 4.49 Indikator “Aktif, BerpikirLogis, Kritis, KreatifdanInovatif, Berpartisipasidalamkegiatan di kelas” ... 178


(8)

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 4.50 HasilObservasiPelaksanaanPembelajaranFokusPenelitian Guru ... 182 Tabel 4.51 HasilObservasiPelaksanaanPembelajaranFokusPenelitianSiswa ... 186 Tabel 4.52 HasilPost testPadaSiklus III ... 194 Tabel4.53

PertumbuhanIndikatorKarakterKewarganegaraanPadaSiswaBerdasarkan Data AngketPadaSetiapSiklus ... 198


(9)

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Bagan 4.1 Pertumbuhan Civic Dispositions SiswaPadaSiklus I ... 202 Bagan 4.2 Pertumbuhan Civic Dispositions SiswaPadaSiklus II ... 204 Bagan 4.3 Pertumbuhan Civic Dispositions SiswaPadaSiklus III ... 206


(10)

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 BaganRelasiantar EL denganaspekpembelajaran ... 24

Gambar 2.2 Siklus Model Experiential Based Learning David Kolb... 26

Gambar 2.3 Siklusempatlangkah experiential based learning david Kolb ... 27


(11)

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN SK SKRIPSI DAN DOSEN PEMBIMBING SURAT IZIN MELAKSANAKAN PENELITIAN PEDOMAN WAWANCARA

ANGKET SIKAP SISWA

PEDOMAN OBSERVASI GURU PEDOMAN OBSERVASI SISWA MATRIKS PENELITIAN

KISI-KISI PENELITIAN

HASIL ANGKET SIKAP SISWA SIKLUS I, II, III HALAMAN PENGESAHAN

RPP DAN SILABUS

BUKU LAPORAN KEMAJUAN PENULISAN SKRIPSI FOTO DOKUMENTASI


(12)

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa


(13)

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penerapan Metode Experiential Based Learning Dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Menumbuhkan Civic Dispositions Pada Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS II SMA KARTIKA XIX 2 BANDUNG).

Eka Meitia Saputri (1005759)

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang berkaitan dengan metode pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dimana masih ada guru yang menggunakan metode klasikal yaitu ceramah, sehingga harapan dan tujuan akan perubahan sikap dan karakter kewarganegaraan pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan masih sulit tercapai. Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk menumbuhkan Karakter Kewarganegaraan atau Civic Dispositions yang merupakan bagian dari Civic Competence. Dimana aspek ini mengedepankan ranah afektif siswa dan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Penelitian dilaksanakan di SMA Kartika XIX 2 Bandung, subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2 dengan jumlah siswa 28 orang. Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan menerapkan metode Experiential Based Learning, dimana tingkat pertumbuhan Civic Dispositions siswa diukur dengan penilaian dan angket sikap siswa pada setiap siklus. Berdasarkan hasil penelitian dari keseluruhan tindakan siklus, adanya pertumbuhan civic dispositionspada siswa dari siklus I hingga siklus III. Adapun pertumbuhan dari siklus I hingga siklus III yang tergolong kategori yang baik pada setiap indikatornya yaitu : Bertanggung Jawab 62,96%, Bekerja Sama 58,33%, Jujur 67,9%, Peduli 67,9%, Menghormati Harkat dan Martabat Manusia 68,78%, Religius 76,54%, Tangguh 77,83%, Patuh pada aturan Sosial 66,66%, Bersikap Nasionalis dan Cintah Tanah Air 61,72,% Menghargai keberagaman76,85% dan Aktif, Berpikir Kritis, Logis, Inovatif, Kreatif dan Berpartisipasi dalam kegiatan di kelas 58,64%. Pertumbuhan yang terjadi dari setiap indikatornya mencapai hasil yang memuaskan dan membanggakan,dan rata-rata diatas 50%. Penerapan metode experiential based learning siswa dituntut untuk terlibat aktif dalam seluruh kegiatan didalam kelas, siswa tidak hanya duduk diam mendengarkan penjelasan guru, tapi turut serta berkomentar dan menanggapi apa saja yang disampaikan oleh guru. Penerapan metode dengan didukung model-model pembelajaran yang menarik dan di inovasi dengan kreatif sehingga menimbulkan suasana belajar yang hidup dan menyenangkan. Hambatan yang ditemukan selama proses penerapan metode ini adalah tentang kurangnya pengetahuan siswa tentang metode Experiential based learning ini sebelumnya serta alokasi aktu yang masih sulit diaur dan disesuaikan dengan penerapan metode ini. Upaya yang dilakukan dengan menggunakan media yang efektif sehingga waktu yang digunakan cukup. Kesimpulannya adalah perlunya pengembangan yang konsisten dan intens untuk mempertahankan karakter kewarganegaraan yang sudah ada dalam diri siswa, sehingga mampu menunjukkan perubahan yang semakin baik kedepannya.


(14)

1 Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Sejak tahun 2010, pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional, mencanangkan penerapan pendidikan karakter bagi semua tingkat pendidikan, baik dari jenjang sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Program ini dicanangkan bukan tanpa alasan. Sebab, selama ini dunia pendidikan dinilai kurang berhasil dalam menghantarkan generasi bangsa menjadi pribadi-pribadi yang bermatabat. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang sering kali di identikkan berkaitan besar dengan Pendidikan Karakter.

Sekolah adalah wadah dimana setiap orang menempa diri, menuntut ilmu sehingga menjadi warga negara yang cerdas dan berintelektual. Saat ini banyak sekali lembaga-lembaga pendidikan yang berlomba memajukan mutu dari segi intelektualitas, dan hanya meningkatkan kecerdasan otak saja, namun mengabaikan kecerdasan hati, jiwa dan perilaku, pendidikan tampaknya mengalami kepincangan dalam mencapai tujuannya yang hakiki. Akibatnya sering kali kita menjumpai perilaku tidak terdidik yang justru dilakukan oleh kaum terdidik.

Dari hal diatas dapat diketahui bahwa ternyata dunia pendidikan hanya mampu melahirkan manusia yang cerdas secara otak atau intelektual, namun gagal secara moral. Jika pendidikan hanya mampu menghasilkan sisiwa atau lulusan yang hanya baik dalam segi kecerdasan, tapi buruk dalam hal karakter dan perilaku, patut diakui ini bersumber dari perkembangan jaman, dan arus globalisasi, pemikiran dan modernitas yang sudah mewabah ini berdampak besar pada pertumbuhan karakter dan watak siswa.

Hal ini berpengaruh juga pada penurunan dalam hal akademik, terutama terhadap pelajaran-pelajaran yang berbau teoritis dan hanya mengandalkan buku teks sebagai bahan ajar, selain dengan adanya perkembangan tekonologi sebagai salah satu faktor yang menyebabkan siswa terkadang malas untuk


(15)

2

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengikuti pelajaran yang konseptual, seperti mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, saat ini PKn sering kali hanya dianggap mata pelajaran yang kurang membuat siswa berkembang karena kegiatan belajar mengajar hanya bersumber dari guru saja (teacher oriented) adanya sistem pembelajaran yang dikenal one way traffic yang menyebabkan keaktifan, dan keterampilan siswa menjadi berkurang, siswa mengalami kurangnya pengalaman dan keterlibatan langsung dalam kelas, padahal jelas berdasarkan pengertiannya Pendidikan Kewarganegaraan menurut Nu’man Somantri (dalam Nurmalina dan Syaifullah, 2008, hlm.03) dijelaskan bahwa :

Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu di proses guna melatih siswa berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Sementara Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 37, yang menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran wajib untuk jenjang sekolah dasar. Dengan pernyataan ini PKn memiliki dasar hukum yang sangat kuat dan wajib tidak saja untuk diselenggarakan tetapi juga dikembangkan sesuai dengan tuntutan perubahan jaman. Implementasi dari UU SISDIKNAS ini adalah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan Pemerintah tentang SNP ini kemudian dijabarkan lagi dalam peraturan yang berada satu tingkat di bawahnya dengan adanya Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), yang mana pengertian PKn dijelaskan bahwa :

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.


(16)

3

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam kaitannya dengan pendidikan, saat ini Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sudah menjadi bagian inheren dan instrumensasi pendidikan nasional Indonesia. Winataputra (dalam Budimansyah dan Karim Suryadi, 2008, hlm. 05) mengemukakan bahwa :

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) dinilai sebagai “nurturant effect” atau dampak pengiring dari berbagai mata pelajaran didalam maupun diluar sekolah dan sebagai dampak pengirim dari interaksi manusia dalam kehidupan sehari-hari, yang berkenaan dengan pengembangan tanggung jawab warga negara

Dari pengertian diatas jelas bahwa Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan mempersiapkan dan meciptakan warga Negara yang dalam hal ini dikatakan siswa untuk dapat bersikap demokratis, dan mampu untuk berpikir kritis, analitis, terampil, bertanggung jawab dan berkarakter. Jelas bahwa PKn merupakan mata pelajaran yang sangat dekat dengan pembentukan karakter pada siswa, oleh karena itu sering kali mata pelajaran PKn dianggap gagal ketika moral dan karakter siswa tidak sesuai harapan dan cita-cita bangsa.

Semua tujuan diatas tidak semata-mata bisa terwujud secara instan dan cepat tanpa melalui proses dan kegiatan yang mendukung untuk terlaksana tujuan dan cita-cita bangsa. Saat ini siswa tidak hanya bisa didorong dengan pemberian materi pelajaran secara teori dari guru kepada siswa saja, karena hal diatas cenderung hanya akan membuat siswa menjadi pasif dan mengandalkan pengetahuan yang datang dari guru sebagai sumberkedua setelah buku, dan hal ini pula yang terlihat dari materi-materi PKn yang pada dasarnya memberikan bekal pendidikan untuk membentuk siswa yang memiliki karakter atau watak yang baik sesuai dengan yang diharapkan masih belum terlihat nyata, padahal watak atau karakter siswa dapat dibentuk atau dirubah, sehingga materi pelajaran yang disampaikan oleh guru mendapat hasil yang baik, ketika civic dispositions siswa terbentuk.

Pengalaman langsung dalam proses belajar mengajar juga menunjang siswa untuk dapat memiliki keaktifan, meningkatkan pengetahuan, dan


(17)

4

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan serta yang paling utama dapat membentuk watak atau karakter siswa, karena dengan keterlibatan siswa secara langsung dalam kelas, siswa memperoleh pengalaman dan dapat memetik nilai-nilai langsung baik dalam kelas, atau nantinya diluar kelas saat guru memberikan tugas, watak atau karakter ini secara perlahan akan terlihat sendirinya, mulai dari watak yang negatif dapat diperbaiki hingga yang positif harus dipertahankan.

Berdasarkan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan menurut Permendiknas No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dijelaskan bahwa :

Tujuan pembelajaran PKn adalah agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan

2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya

4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Dari tujuan diatas jelas dikatakan bahwa PKn bertujuan agar peserta didik bisa berpartisipasi aktif, dalam hal ini siswa mampu menciptakan suasana kelas yang demokratis, mulai dari adanya musyawarah dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kepentingan kelas, kerja sama kelompok dalam pembelajaran dan hasil pembelajaran yang dicapai. Keterlibatan siswa secara langsung dalam berbagai kegiatan di sekolah, masyarakat, serta bangsa dan negara dapat menunjang terbentuknya watak atau karakter dari masing-masing siswa, keterlibatan aktif siswa dalam kelas tidak hanya akan berdampak pada peningkatan dari sisi afektif siswa, tetapi dari sisi psikomotor, kognitif dan yang terpenting nantinya akan membuat siswa menjadi warga Negara yang baik.


(18)

5

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dari kenyataannya saat ini tujuan diatas belum dapat terlaksana dan tercapai secara maksimal karena masih ada metode klasik yang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran, selain itu faktor penghambat lainnya adalah kondisi siswa baik secara psikologis maupun fisik, pengaruh lingkungan dan modernitas yang berkembang saat ini sedikit banyak memberikan efek tidak baik pada perkembangan watak atau karakter siswa.

Terbatasnya media dan alat pembelajaran juga merupakan faktor dalam sulitnya terbentuk karakter siswa dalam pembelajaran dikelas. Media dan alat pembelajaran inilah yang menjadi salah satu modal utama keberlangsungan tujuan pendidikan yang baik,serta faktor-faktor lainnya. Hasil belajar yang dicapai juga sangat berpengaruh pada proses pembentukan karakter ini, selain metode klasikal dan kuno yang masih digunakan oleh guru, serta kurangnya keterlibatan siswa dalam kelas inilah yang menyebabkan minimnya proses pengalaman bagi siswa.

Masalah penggunaan metode yang kurang tepat inilah sehingga berdampak pada kurang terbentuknya karakter kewarganegaraan pada diri siswa. Hal ini lah yang terjadi di SMA Kartika XIX-2 Bandung, kegiatan belajar mengajar di sekolah ini hanya terjadi one way traffic dimana proses belajar mengajar hanya terjadi dari guru dan siswa, dan ini adalah proses belajar yang kurang efektif, sebaiknya adanya two way traffic atau multiple way traffic, sehingga keterlibatan, keaktifan dan partisipasi siswa dalam kelas bisa terwujud, pengalaman siswa sangat diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar yang nantinya akan berdampak pada pembentukan karakter atau watak yang baik bagi siswa.

Proses belajar mengajar berbasis pengalaman dapat membantu siswa untuk dapat terlibat aktif. Hamalik (2001, hlm. 213) menyatakan bahwa :

“Pembelajaran berdasarkan pengalaman memberi seperangkat atau serangkaian situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru.”

Dari pengertian diatas bahwa sudah selayaknya guru bisa menggunakan metode pembelajaran yang berbasis pengalaman sehingga siswa bisa memiliki


(19)

6

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan yang tinggi, keaktifan, dan partisipasi yang baik dalam kelas, Metode yang digunakan dalam pembelajaran PKn di SMA KARTIKA XIX-2 Bandung, masih menggunakan metode yang klasikal dan mengandalkan metode ceramah sehingga hanya teacher oriented dan membuat siswa menjadi pasif.

Selain hanya mengandalkan lembar kegiatan siswa (LKS) sebagai sumber belajar, hal ini membuat siswa cenderung mengalami kejenuhan dan keterbatasan dalam belajar dan berkembang. Kurang banyaknya referensi dari perpustakaanpun membuat siswa sebagian hanya mampu mencapai nilai minimum dalam setiap hasil belajarnya.

Pengetahuan, keaktifan dan keterampilan serta terbentuknya watak kewarganegaraan yang dimiliki siswapun harus didorong dari pengetahuan yang dimiliki oleh guru dan hal itu pula yang menyebabkan semangat belajar mereka serta motivasi mereka tidak begitu tinggi. Sehingga watak atau karakrer yang dimiliki oleh siswa masih sangat buruk. Karakter siswa saat ini dipengaruhi banyak oleh kemajuan teknologi, dan lingkungan sekitar yang sedikit banyak juga berpengaruh negatif pada perkembangan dan kemampuan intelektual siswa, karakter siswapun saat ini mulai tidak sejalan dengan tujuan Pendidikan pada umumnya, dan tujuan PKn khususnya. Adapun tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) menurut Maftuh dan Sapriya (2005, hlm. 320), sebagai berikut:

Agar setiapwarganegaramenjadiwarganegara yang baik (to be good citizenship), yaituwarga yang memilikikecerdasan (civic intelligence), baikintelektual, emosional, sosialmaupun spiritual; memiliki rasa banggadantanggungjawab (civic responsibility); danmampuberpartisipasidalamkehidupanbermasyarakatdanbernegara (civic participation) agar tumbuh rasa kebangsaandancintatanah air.

Dari pernyataan diatas, dapat disimpulkan bahwa guru memerlukan metode dan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan sekarang, Masalah diatas harus dipecahkan agar mata pelajaran PKn tidak dianggap sebagai mata pelajaran yang tidak dapat dikembangkan dan tidak dapat digunakan dalam model-model pembelajaran yang variatif, karena pada


(20)

7

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dasarnya mata pelajaran PKn dapat dikembangkan dan dimodifikasi sehingga anggapan membosankan dan menjenuhkan terhadap mata pelajaran ini dapat dihapuskan dan dihilangkan. Hal ini pun akan berpengaruh pada anggapan bahwa PKn belum ammpu menghasilkan anak bangsa yang berkarakter yang memiliki sifat, perilaku serta karakter yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma, layaknya yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pada kenyataannya mata pelajaran PKn sudah sejak lama memiliki tujuan yang salah satunya mampu menghasilkan dan menciptakan generasi bangsa yang dalam hal ini siswa memiliki karakter dan watak yang baik, baik itu di lingkungan sekolah maupun masyarakat.

Oleh karena itu perlu adanya metode yang sesuai sehingga hal tersebut tidak terjadi, metode ExperientialBased Learningmerupakan metode yang dianggap sesuai untuk menumbuh kembangkan civic dispositions pada diri siswa. Metode ini sebelumnya belum pernah diterapkan disekolah ini, oleh karena itu peneliti ingin melaksanakan penelitian tindakan kelas di sekolah ini, Berdasarkanlatarbelakangdiatas,

penelititertarikuntukmenelitimetodeExperiential Based

Learningdenganberbagai model pembelajaran yang

sesuaidenganmetodeiniolehkarenaitupenelitimengangkatjudul“PENERAPAN

METODE EXPERIENTIAL BASED LEARNING DALAM

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN UNTUK MENUMBUHKAN CIVIC DISPOSITIONSPADA SISWA” (Penelitian Tindakan Kelas di XI IPS II SMA KARTIKA XIX 2 BANDUNG).

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah, masih kurang bertumbuhnya karakter kewarganegaraan dalam diri siswa, hal ini diakibatkan kurangnya aktivitas belajar yang melibatkan siswa secara langsung, baik dalam proses pembelajaran ataupun tidak. Siswa yang kurang terlibat aktif didalam kelas, cenderung bersifat acuh pada pelajaran yang


(21)

8

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sedang berlangsung, sehingga berdampak pada pembentukan karakter baik pada diri siswa.

C. Rumusan Masalah

Agar penelitaian ini mencapai sasaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka penulis merasa perlu untuk mengidentifikasi apa yang menjadi permasalahannya. Secara umum masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan metode Experiential Based Learning pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhkan Civic Dispositions pada diri siswa.” .

Untuk memudahkan pembahasan hasil penelitian dan masalah pokok tersebut dapat dikaji lebih terfokus dan rinci, maka peneliti mengidentifikasikan masalah-masalah dalam beberapa sub pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran PKn dengan menggunakan metode Experiential Based Learning dalam usaha menumbuhkan civic dispositions pada siswa?

2. Bagaimana proses pembelajaran PKn dengan menggunakan metode Experiential Based Learnig dalam pembelajaran di kelas?

3. Bagaimana pengaruh penerapan Metode Experiential Based Learning dalam proses pembelajaran PKn terhadap bertumbuh kembangnya karakter kewarganegaraan dalam diri siswa?

4. Apa sajakah kendala yang dihadapi oleh guru dan siswa dalam menerapkan metode Experiential Based Learningpada mata pelajaran PKn?

5. Bagaimana upaya penanggulangan kendala-kendala yang dihadapi ketika menerapkan metode Experiential Based Learning pada mata pelajaran PKn?

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum


(22)

9

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sesuai dengan rumusan permasalahan, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran secara faktual dan aktual dari diterapkannya metode Experiential based learningdalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk menumbuhkancivic dispositions pada siswa.

2. Tujuan Khusus

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses perencanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menggunakan metode Experiential Based Learning.

2. Untuk mengetahui proses pelakasanan pembelajaran PKn dengan menggunakan metode Experiential Based Learning.

3. Untuk mengetahui pengaruh dari metode Experiential Based Learningdalam proses pembelajaran PKnterhadap terbentuknya karakter kewarganegaraan dalam dirisiswa.

4. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh Guru dan Siswa dalam penerapan metodeExperientialBased Learning dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

5. Untuk mengetahui upaya penanggulagan kendala-kendala yang ditemui ketika menerapkan metode Experiential Based Learning pada saat pembelajaran PKn.

E. Manfaat Penelitian

Secara garis besar penelitian ini berkaitan dengan upaya untuk memperolehinformasi dan data mengenai penerapan Metode Experiential

Based Learning dalam mata pelajaran PKn dalam menumbuhkanCivic

Dispositions pada diri siswa. 1. Manfaat teoritis


(23)

10

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan informasi, pengetahuan dan bahan tambahan atau referensi tentang metode pembelajaran yang bisa diterapkan di sekolah, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang berhubungan dengan pembentukan dan pengembangan karakter.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti Selanjutnya

Sebagai tambahan informasi dan wawasan dalam menerapkan metode

ExperientialBased Learning dalam mata pelajaran Pendidikan

kewarganegaraan, untuk menumbuhkan Civic Dispositions pada siswa yang bisa diterapkan peneliti dikelas, dan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang akan meneliti hal yang sama dengan kajian berbeda yang lebih luas.

b. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi guru agar dapat lebih meningkatkan kompetensinya dalam mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menjadikan EBL sebagai alternatif metode dan model pembelajaran.

c. Bagi siswa

Mampu membantu siswa untuk dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran yang biasanya hanya bersifat teacher oriented dan dapat mengembangkan kemampuan siswa yang belum diketahui oleh guru, karena siswa cenderung pasif.

d. Bagi sekolah

Dapat dijadikan sebagai tolak ukur, proses dan hasil belajar atau prestasi sekolah pada umumnya. Selanjutnya dapat digunakan untuk meningkatkan mutu para pendidik dan peserta didik.


(24)

11

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab, yaitu:

BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, subjek dan lokasi penelitian, dan sistematika penulisan

BAB II : Tinjauan Pustaka, pada bab ini diuraikan dokumen-dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta teori-teori yang menduug penelitian penulis BAB III : Metodologi Penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan

pendekatan da metodologi penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, tahap penelitian, serta teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian mengenai penerepan metode Experiential Based Learning dalam mata pelajaran PKn untuk menumbuh kembangkan Civic Dispostions pada siswa.

BAB IV : Analisis hasil penilitian. Dalam bab ini penulis menganalisis hasil temuan data dari penerapan metode Experience Based Learning dalam pembelajaran PKn, Pengaruh terhadap karakter kewarganegaraan, kendala yang dihadapi, serta upaya untuk mengatasi kendala.

BAB V : Kesimpulan dan Saran. Dalam bab ini penulis berusaha mencoba memberka kesimpulan dan saran sebagai penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasikan dan dikaji dalam skripsi.


(25)

12

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa


(26)

48

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat dimana penelitian dilaksanakan guna memperoleh data aktual dan faktual yang peneliti butuhkan. Nasution dalam bukunya Metode Penelitian Kualitatif (2003, hlm. 43) mengemukakan

bahwa “lokassi penelitian menunjukkan pada tempat atau lokasi sosial dimana

penelitian dilakukan, yang dicirikan oleh adanya 3 unsur yaitu pelaku, tempat dan kegiatan yang dapat diobservasi.” . Adapun wilayah kajian yang menjadi latar dalam penelitian ini dilakukan di SMA Kartika XIX -2 Bandung, Kelurahan Isola, Kecamatan Sukasari, Kota Bandung, lebih tepatnya kelas XI IPS 2.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah SMA Kartika XIX-2 KPAD Bandung,tepatnya siswa-siswi Kelas XI IPS 2 yang berjumlah 28 orang. Pertimbangan memilih SMA Kartika XIX-2 Bandung sebagai ruang lingkup penelitian adalah adanya masalah dalam pembentukan karakter siswa dalam pelajaran PKn, yang berdampak pada hasil belajar siswa, penggunaan metode pembelajaran yang klasikal sehingga hanya adanya teacher oriented dan menyebabkan siswa menjadi pasif dan kurang komunikasi, hal ini berpengaruh besar pada perkembangan watak atau karakter peserta didik dalam kehidupan sehari-hari baik disekolah atau diluar sekolah.

Secara lebih terperinci, subjek penelitian dalam penelitian ini adalah: a. Guru PKN


(27)

49

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Pendekatan dalam penelitian Ilmiah diartikan sebagai cara-cara atau langkah dengan tata urutan tertentu agar dapat dicapai pengetahuan yang benar (Narbuko dan Achmad, 2003, hlm. 42).

Metode penelitian merupakan cara untuk mengumpulkan, menyusun, dan menganalisis data tentang masalah yang menjadi objek penelitian.

1. Pendekatan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah peneliti rumuskan pada bagian awal, maka pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bodgan dan Taylor (Meleong 2005, hlm. 03), menyatakan bahwa :

“Penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriftif berupa kata-kata tertulis ataupun lisan dari

orang dan pelaku yang diamati.”

Oleh karena itu penelitian ini bersifat deskriptif maka peneliti memfokuskan diri memecahkan masalah aktual yang terjadi pada saat penelitian dilaksanakan. Nasution (2003, hlm. 18) juga menyatakan

pendapatnya bahwa “pendekatan kualitatif disebut juga pendekatan

naturalistik, disebut kualitatif karena tidak menggunakan alat-alat pengukur. Sedangkan disebut naturalistik karena situasi lapangan bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya tanpa dimanipulasi dan tanpa eksperimen atau

tes.”

Dalam penelitian kualitatif ini peneliti sendiri yang melakukan penelitian langsung dan pengumpulan data secara langsung, sejalan dengan pernyataan ini, Moleong (2005, hlm. 09) menyatakan bahwa “dalam penelitain kualitatif peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain

merupakan alat pengumpul data yang utama.”

Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Moleong, Nasution dalam bukunya Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif juga menyatakan :

Dalam penelitian naturalistik, peneliti sendirilah yang menjadi instrumen utama yang terjun langsung ke lapangan serta berusaha


(28)

50

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sendiri mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara. Pendekatan naturalistik sangat mengutamakan manusia sebagai instrumen penelitian, sebab mempunyai adaptibilitas yang tinggi. Jadi senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang berubah-ubah yang dihadapi dalam penelitian itu.

Samahalnyadenganpendapatahlilainnya, Sugiyono (2012, hlm. 12) menyatakanbahwaMetodepenelitianKualitatifinidisebutpenelitian naturalistic karenapenelitiannyadilakukandalamkondisi yang alamiah (natural setting) disebutjugasebagaimetodeetnographi.Metodekualitatifmenggunakan data yang terkumpuldananalisisnyalebihbersifatkualitatif.

Berdasarkan beberapa pernyataan diatas menjadi alasan peneliti melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif, dengan tujuan hanya untuk mengamati fenomena yang ada secara alami, hal ini berarti bukan untuk melakukan pengukuran secara terkontrol. Proses penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan terjun langsung ke lapangan, berorientasi pada penemuan, eksplorasi, perluasan dan menggambarkan secara menyeluruh.

Dalam hal ini peneliti hanya menggambarkan dan menganalisis metode Experiential Based Learning pada pembelajaran PKn, yang diterapkan di kelas XI IPS 2 SMA Kartika XIX 2 Bandung guna menumbuh kembangkan ranah afektif siswa yang berhubungan dengan karakter warga negara siswa sebagai warga negara muda. Jadi penelitian ini hanya bermaksud menggambarkan masalah yang peneliti temukan.

Hal ini dipertegas oleh Arikunto (1996, hlm. 05) yang menyatakan

bahwa “apabila peneliti bermaksud mengetahui keadaan sesuatu megenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauhmana, dan sebagainya, maka penelitian bersifat deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan dan

menerangkan peristiwa.”

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yang bermaksud untuk menggambarakan permasalahan dan peristiwa yang berlangsung dilapangan yaitu di SMA Kartika XIX 2 Bandung.


(29)

51

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Metode Penelitian

Mengingat bentuk dari penelitian yang dilaksanakan adalah suatu kajian reflektif, dalam rangka mengatasi masalah belum bertumbuhnya karakter kewarganegaraan dalam diri siswa sebagai warga negara muda di kelas XII IPS 2, SMA Kartika XIX 2 Bandung, maka metode yang dianggap tepat untuk di gunakan dalam penelutian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Reseacrh).

Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu bentuk penelitian refleksi diri (Self reflective) yang dilakukan oleh para partisipan dalam situasi sosial untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran :

a. Praktik-praktik sosial atau pendidikan yang dilakukan sendiri b. Pengertian mengenal praktik-praktik tersebut

c. Situasi dimana praktik-praktik tersebut dilaksanakan.

(Carr dan Kemmis dalam Kusumah dan Dedi, 2011, hlm. 08). Sementara pendapat lain dikemukan oleh Hopkins (dalam Wiriaatmadja, 2006, hlm. 11) yang menyatakan :

Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substansif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Pemilihan metode PTK dalam penelitian ini karena peneliti menemukan permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran, oleh karena itu diperlukan sebuah solusi untuk mengatasi kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran serta dapat memperbaiki kinerja guru dan keprofesionalan guru dalam upaya peningkatan mutu pendidikan serta mutu pembelajaran khususnya mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

3. Prosedur Penelitian

Sebelum sampai pada tahap pengumpulan dan analisis data, maka terlebih dahulu, maka peneliti mempersiapkan langkah-langkah sebelum penelitian dilaksanakan, tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut :


(30)

52

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Tahap Persiapan Penelitian

Tahap ini disebut juga sebagai tahap pra lapangan. Pada tahap ini, peneliti mencoba untuk mengajukan rancangan (proposal) penelitian. Selanjutnya proposal penelitian tersebut diseminarkan di hadapan tim dosen penguji untuk mendapatkan koreksi, masukan dan sekaligus perbaikan hingga mendapatka pengesahan dan persetujuan dari Ketua Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (Jurusan PKn) yang selanjutnya direkomendasikan untuk mendapatkan pembimbing skripsi.

Sebelum melaksanakan penelitian terlebih dahulu dilakukan studi pendahuluan (observasi awal) yang dilaksanakan pada akhir bulan Agustus 2013, dan selama proses pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL)dan pada awal bulan Maret 2014, untuk melihat lebih jauh apa yang menjadi masalah di dalam pembelajaran di kelas serta untuk mengetahui kondisi lapangan sesungguhnya. Hal pertama yang dilakukan ialah mendatangi guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk memperoleh informasi mengenai jalannya proses pembelajaran dikelas. Kedua, peneliti melakukan observasi kelas untuk melihat proses pembelajaran dikelas secara langsung. Ketiga, melakukan pertemuan balikan untuk mengadakan perencanaan bersama antara guru Pendidikan Kewarganegaraan dengan peneliti untul membicarakan tentang materi yang akan disampaikan fokus observasi berdasarkan kriteria-kriteria yang disepakati bersama serta waktu dan tempat kegiatan observasi akan dilaksanakan.

b) Tahap Pelaksanaan Penelitian 1) Tahap Perencanaan.

Pada tahap ini peneliti melakukan pembicaraan nonformal dengan guru dan melakukan wawancara pertama tentang penerapan metode Experiential Based Learning dalam pembelajaran PKn untuk menumbuh kembangkan Civic Dispositions pada siswa serta permasalahan atau kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran. Kemudian peneliti mensosialisasikan penerapan Metode Experiential Based Learning untuk membantu memecahkan permasalahan


(31)

53

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang ada. Guru mitra setuju untuk menerapkan metode ini dengan langkah-langkah yang sudah dipersiapkan oleh peneliti. Setelah itu peneliti dan guru mitra merencanakan tentang kelas yang akan dijadikan subjek penelitian yaitu kelas XI IPS 2.

2) Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini peneliti mengadakan wawancara dengan siswa dan guru tentang pembelajaran yang selama ini dilakukan serta tentang penerapan metode experiential based learning untuk menumbuhkan civic dispositons pada siswa. Kemudian kegiatan utama dari penelitian ini adalah menerapkan metode experiential based learning dalam pembelajaran dikelas, kurang lebih selama 1 bulan dari bulan Maret sampai dengan bulan April 2014 dengan menggunakan tiga siklus.

C. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)

Adapun untuk penjelasan prosedur penelitian tindakan kelas dalam tiap siklus adalah :

1. Menyusun Rancangan Tindakan (Planning)

Dalam tahap ini, peneliti melakukan observasi awal dan wawancara dengan Guru PKn, merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan, menentukan pokok bahasan, membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, mengembangkan skenario pembelajaran, menyiapkan sumber belajar, dan membuat lembar observasi untuk digunakan dalam penelitian tindakan kelas. 2. Pelaksanaan tindakan (Action)

Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti melaksanaan tindakan sesuai dengan rangcangan yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan harus dilakukan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Tindakan pertama yang dilakukan disesuaikan dengan proses belajar dikelas.

3. Pengamatan (Observing)

Pengamatan dilakukan pada saat tindakan dilaksanakan, pengamatan dilakukan dengan memakai lembar observasi, peneliti mencatat setiap kejadian


(32)

54

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang berlangsung. Sehingga peneliti dapat memperoleh data yang akurat, yang dapat dijadikan sebagai masukan untuk siklus selanjutnya.

4. Refleksi (Reflecting)

Pada tahap releksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan, kemudian mengadakan pertemuan dengan guru mitra yang dalam ini observer untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario, RPP, dan lain-lain, untuk memperbaiki kegiatan belajar di siklus berikutnya sampai tiga kali siklus.

SIKLUS I

SIKLUS II

Gambar 3.1

Siklus PTK model Kemmis & Taggart

Dengan demikian penelitian ini berlangsung pada setiap siklus yang didalamnya meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta refleksi, dan akan berhenti apabila data dirasa telah cukup.

D. Definisi Operasional 1. Konsep Pembelajaran

Komalasari (2010, hlm. 03) menjelaskan Hakikat Pembelajaran, sebagaimana dikemukakannya bahwa :

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan subjek didik/pembelajaran yang direncanakan atau

PROBLEM PLANNING

ACTION & OBSERVE

REFLECTION

REVISED PLAN

ACTION & OBSERVE


(33)

55

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didesain , dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

Pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik baik guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Tim Pengembang MKDU Kurikulum dan Pembelajaran, 2002, hlm. 48).

2. Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan menurut Nu’man Somantri dalam (Nurmalina dan Syaifullah, 2008, hlm. 03) dijelaskan bahwa :

Pendidikan Kewarganegaraan adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh positif dari pendidikan sekolah, masyarakat, dan orang tua, yang kesemuanya itu di proses guna melatih siswa berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi ditegaskan bahwa :

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945.

3. Karakter kewarganegaraan

Karakter Kewarganegaraan (Civic Dispositions), merupakan watak atau sifat-sifat yang harus dimiliki setiap warga Negara untuk mendukung efektifitas partisipasi politik, berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya martabat dan harga diri warga Negara.

Civic Disposition (Watak-Watak Kewarganegaraan), komponen ini

sesungguhnya merupakan dimensi yang paling substantif dan esensial dalam mata pelajaran PKn. Dimensi watak Kewarganegaraan dapat dipandang sebagai "muara" dari pengembangan kedua dimensi sebelumnya. Dengan memperhatikan visi, misi, dan tujuan mata pelajaran PKn, karakteristik mata


(34)

56

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pelajaran ini ditandai dengan penekanan pada dimensi watak, karakter, sikap dan potensi lain yang bersifat afektif.

4. Metode ExperientialBased Learning

Pembelajaran dengan model experiential learning mulai diperkenalkan

pada tahun 1984 oleh David Kolb dalam bukunya yang berjudul “ Experiential Learning, experience as the source of learning and development”. Experiential Learning mendefinisikan belajar sebagai “proses bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman. Pengetahuan diakibatkan

oleh kombinasi pemahaman dan mentransformasikan pengalaman” (Kolb

1984, hlm. 41).

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto, 1996, hlm. 145). Observasi dilakukan secara langsung yaitu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas, secara langsung di SMA Kartika XIX-2 Bandung, kelas XI IPS 2. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar observasi untuk siswa dan lembar observasi untuk guru/peneliti. Lembar observasi untuk siswa berupa lembar observasi penilaian kinerja (proses) dan lembar observasi aktifitas belajar siswa. Sedangkan lembar observasi untuk guru adalah lembar observasi yang digunakan untuk mengamati pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti.

b. Wawancara

Teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti dan responden secara sungguh-sungguh (Danial, 2007, hlm. 60).Wawancara dilakukan langsung dengan guru pendidikan kewarganegaraan dan siswa di SMA Kartika XIX 2 Bandung.


(35)

57

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Angket

Kuisoner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain dengan maksud agar orang yang diberi tersebut bersedia memberikan respon sesuai dengan permintaan pengguna (Arikunto, 1997, hlm. 140). Penggunaan angket ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan hal penelitian ini dan sumber informasinya dari penelitian yang tidak lain siswa kelas XI IPS 2 SMA Kartika XIX 2 Bandung. Penggunaan angket dimaksudkan untuk memperoleh data berupa keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat serta untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran PKn dengan menggunakan metode experiential based learning.

d. Studi Dokumentasi.

MenurutSugiyono (2012, hlm. 326) Dokumenmerupakancatatanperistiwa yang sudahberlalu yang bisaberupagambar, tulisanmaupun monumental dariseseorang.Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data informasi sesuai dengan masalah penelitian.

e. Studi Literatur

Penelitian ini tidak hanya menggali informasi dari hasil wawancara dan studi dokumentasi perlu adanya studi literatur untuk memperlengkap hasil penelitian yang menggunakan beberapa literatur, yaitu berupa buku, jurnal, artikel, dan sebagainya yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. f. Catatan lapangan

Menurut Bogdan dan Biklen (Meleong, 2007, hlm. 209) adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif data yang diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.


(36)

58

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan pengamatan yang terus menerus mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif, sehingga teknik analis data yang digunakan belum adanya pola yang jelas.

Analisis data kualiatif menurut Bogdan & Biklen (Moleong, 2007, hlm. 248) adalah:

Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesikannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Reduksi data

Data yang diperoleh dilapangan dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya, jadi laporan sebagai bahan mentah disingkatkan, diberi susunan yang lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan. Data yang direduksi memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan.

Reduksi data pada penelitian ini bertujuan untuk mempemudah pemahaman peneliti terhadap data yang telah tekumpul dari hasil penelitian. Dalam hal ini, peneliti akan mengumpulkan informasi dan data dari narasumber dan dari informasi lain mengenai metode pembelajaran yang selama ini diterapkan apa kendala yang dihadapi oleh guru dalam menyampaikan materi, dan apa yang menjadi hambatan siswa dalam memahami pelajaran dan menerima transfer ilmu yang disampaikan oleh guru. b. Penyajian atau Display Data

Display data adalah sekumpulan informasi yang akan memberikan gambaran penelitian secara menyeluruh. Dengan kata lain menyajikan data secara terperinci dan menyeluruh dengan mencari pola hubunganya. Penyajian data ini diawali dari hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan kepala sekolah, guru pendidikan kewarganegaraan dan siswa kelas XI IPS II.


(37)

59

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Penyajian data pada penelitian ini dipergunakan untuk menyusun informasi mengenai penerapan experience based learning dalam pelajaran PKn di kelas XI IPS II, SMA Kartika XIX-2 Bandung.

c. Pengambilan Kesimpulan atau Verifikasi

Kesimpulan senantiasa harus diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi dapat singkat dengan mencari data baru, dapat pula lebih mendalam. Kesimpulan dilakukan untuk mencari arti, makna, penjelasan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan atau verifikasidalam penelitian inimerupakan hasil dari penelitian yang telah dilaksanakan dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dipahamisehingga dapat menyimpulkan apa yang menjadi kendala, mengapa karakter siswa di sekolah tidak sesuai dengan harapan dan cita-cita bersama seperti yang dicanangkan pemerintah sejak 2010 yang lalu.


(38)

215 Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, analisis, refleksi dan perencanaan terhadap setiap tindakan yang dilakukan pada penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas XI IPS 2 SMA Kartika XIX 2 Bandung, dengan menerapkan metode Experiential Based Learning pada pembelajaran PKn untuk menumbuhkan Civic Dispositions pada siswa. Penelitian yang dilaksanakan dalam tiga siklus ini secara garis besar maka diperoleh kesimpulan umum bahwa penerapan metode Experiential Based Learning pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mampu menumbuhkan Civic Dispositions pada siswa dikelas XI IPS 2 SMA Kartika XIX 2 Bandung .

Secara lebih jelas hasil penelitian pada siklus I yang dilaksanakan pada tanggal 14 Maret 2014, siklus II pada tanggal 28 Maret 2014, dan siklus III tanggal 04 April 2014.

Adapun kesimpulan khusus dari penelitian ini adalah :

1. Pelaksanaan metode Experiential Based Learning dalam menumbuhkan civic dispositions pada siswa adalah dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : menyusun RPP dan Silabus, menyiapkan materi pelajaran, menentukan model pembelajaran pendukung yang dapat menunjang aktifitas dan keterlibatan siswa di dalam kelas, menyiapkan media pembelajaran dan menyiapkan soal tes untuk menguji kemampuan siswa. Dengan langkah-langkah diatas, teknik pembelajaran yang digunakan adalah diskusi kelompok. Pola pembelajaranpun tidak hanya pada tingkat hapalan saja tetapi siswa dituntut untuk menganalisis, mengomentari isu yang diberikan guru dan melibatkan keterlibatan siswa didalam kelas. Berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan pembelajaran mulai dari tindakan I, tindakan II dan tindakan III bahwa penerapan metode experiential based learning pada pembelajaran Peendidikan Kewarganegaraan di kelas XI IPS 2 SMA


(39)

216

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kartika XIX 2 sangat efektif digunakan dalam merubah sikap dan menumbuhkan Civic Dispositions pada siswa, hal ini sesuai dengan tujuan PKn yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memiliki dan karakter yang sesuai dengan yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

2. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode experiental based learning mampu memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam proses pembelajaran, seluruh kegiatan dan aktivitas di kelas,dapat melibatkan siswa untuk turut serta aktif dan berpartisipasi, siswa terlatih untuk memetik hikmah dan pesan moral yang didapat dari proses pembelajaran PKn dengan didukung berbagai macam model pembelajaran efektif yang juga mampu memberikan pengalaman langsung pada siswa. Pandangan pada mata pelajaran PKn yang monoton dan terkesan jenuh dan membosan bisa luntur secara perlahan karena siswa merasa tidak adanya one way traffic dalam proses pembelajaran, terjalin komunikasi yang baik dari berbagai arah antara guru-siswa, siswa-siswa,dan kelompok-kelompok. Hal ini membuktikan bahwa keterlibatan siswa dalam kelas dengan memberikan pengalaman langsung dapat menunjang beberapa aspek, peningkatan pemahaman siswa tentang materi, hasil belajar, serta sikap dan karekter yang dimiliki siswa.

3. Hasil perubahan sikap dan karakter yang ditunjukkan dari siklus ke siklus menunjukkan pertumbuhan civic dispositions pada siswa dengan hasil yang sangat baik dan memuaskan. Hampir pada seluruh indikator karakter kewarganegaraan yakni : Bertanggung Jawab; Bekerja Sama; Menghormati Harkat dan Martabat Kemanusiaan Setiap Individu; Religius; Patuh pada Aturan Sosial; Bersikap Nasionalis dan Cinta Tanah Air; Peduli; Menghargai Keberagaman; Tangguh; Jujur; Berpikir Kritis,Aktif,Inovatif,Kreatif dan Berpartisipasi di kelas, mulai tumbuh pada diri siswa dari yang awalnya tidak bisa melakukan hal seperti yang disebutkan di dalam angket sikap siswa menjadi terbiasa dan berubah


(40)

217

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ke arah yang lebih positif, dari awalnya bersikap acuh dan egois menjadi yang bersikap sportif dan selalu bekerja sama, terbiasa hidup individualistis dan keras kepala menjadi lebih peduli dan menerima masukan dan nasehat dari teman, guru juga orang tua. Yang pada awalnya bersikap kurang sopan pada guru dan bertindak sesuka hati, sekarang selalu berusaha menghargai dan menghormati hak orang lain. Rasa tanggung jawab yang awalnya tak begitu tinggi dan cenderung mengabaikan perintah atau tugas yang diberikan,mulai berusaha mengerjakan walau masih ada yang terlihat bekerja sama dalam menjawab dan mengerjakan tugas rumah. Sikap malu dan tidak percaya diri yang pernah terlihat pada pra observasi dan siklus I mengalami perubahan dan mulai berani berkomentar.

4. Kendala-kendala yang dihadapi selama pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan metode Experiential Based Learning antara lain : Pertama, Alokasi waktu untuk menerapkan metode experiential based learning secara maksimal, mengingat pelajaran PKn dikelas XI IPS 2 ini hanya 70 menit, karena jadwal mata pelajaran PKn pada hari Jum’at dimana jam pelajaran hanya sampai pukul 11.30 WIB. Oleh karena itu pelaksanaan pembelajaran harus di sesuaikan dengan waktu yang disedikan. Kedua,masih kurangnya pengetahuan dan wawasan siswa tentang metode experiential based learning ini, karena sebelumnya metode ini belum pernah diterapkan dikelas ini. Siswa sering kali meminta peneliti untuk mengulangi langkah-langkah atau perintah dalam penerapan metode experiential based learning ini. Ketiga, masih terdapatnya siswa yang bersifat pasif dan memilih hanya menjadi penonton, bahkan cenderung acuh dengan aktivitas yang terjadi dikelas, ada beberapa siswa hanya memilih untuk diam dan duduk di kursi serta mendengarkan musik. Keempat,siswa masih cenderung mengabaikan tugas yang diberikan oleh guru sehingga pada saat guru memberikan tugas rumah diakhir pelajaran, ada beberapa siswa yang bergegas pulang dan tidak mencatatat tugas yang diberikan,


(41)

218

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sebagian besar siswa memilih untuk melihat atau mencotek tugas milik temannya, sehingga sering kali ditemukan tugas dengan jawaban yang sama. Kelima,sikap siswa yang kurang sopan kepada peneliti sebagai guru peneliti. Kedekatan yang telah terjalin lebih dari 6 bulan antara peneliti dan siswa kelas XI IPS 2 pada saat PLP dilaksanakan, serta jarak umur yang cukup dekat, menyebabkan siswa kelas ini menganggap peneliti sebagai kakak atau sahabat mereka, sehingga mereka cenderung bersikap santai dan merespon dingin teguran atau sanksi yang diberikan oleh peneliti.

5. Upaya-upaya yang dilakukan guru dalam menanggulangi hambatan dan kendala yang terjadi selama proses pembelajaran PKn dengan metode experiential based learning antara lain: a) Guru harus bisa membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang matang mengenai materi yang akan disampaikan atau diajarkan dikelas. Setiap kegiatan yang akan dilakukan di kelas, baik oleh guru maupun siswa harus tersusun dengan baik dan sistematis. b) Guru harus berusaha memahami dengan benar tentang langkah-langkah penerapan metode experiential based learning, langkah-langkah model yang akan digunakan, sehingga guru dapat memberikan penjelasan dan pengarahan yang jelas dan benar kepada siswa. c) Menambah intensitas dan kualitas motivasi, nasehat serta arahan kepada siswa untuk terus terlibat aktif berpartisipasi dalam kegiatan dikelas. Melakukan permainan edukatif serta pemberian reward secara beragam. d) guru harus mampu mengalokasikan waktu dengan baik dan teratur sehingga proses penerapan metode Experiential Based Learning ini berlangsung maksimal dan sistematis, mengingat waktu satu jam pelajaran hanya 35 menit. e) Guru dituntut lebih kreatif dan inovatif menginovasi model-model pembelajaran efektif yang sudah ada, sehingga siswa memiliki motivasi yang tinggi dalam mengikuti segala bentuk kegiatan dan aktivitas didalam kelas, selain itu menuntut mereka untuk memperoleh pengalaman langsung.


(42)

219

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Penerapan metode experiential based learning pada penelitian ini tidak hanya mampu mencapai hasil yang diharapkan, untuk menumbuhkan karakter kewarganegaraan dalam diri siswa tetapi juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dikelas, hal ini menjadi bukti setelah diadakannya pre test dan post test di setiap siklus untuk menguji pemahaman dan pengetahuan siswa tentang materi yang telah dipelajari dan akan dipelajari.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan baik di lapangan maupun maupun secara teoritis, maka ada beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya meningkatkan pemahaman mengenai makknda dan prosedur metode Experiential Based Learning dan memberikan variasi dalam menerapkan metode ini, baik dalam menerapkan model pembelajaran yang berkaitan, sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

b. Metode Experiential Base Learning dapat menjadi alternatif metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk menumbuhkan karakter kewarganegaraan pada siswa.

c. Guru harus mampu mengalokasikan waktu sesuai dengan jam pembelajaran, di samping itu guru harus menguasai situasi belajar megajar baik di dalam maupun diluar kelas.

d. Guru diharapkan dapat melaksanakan perannya sebagai fasilitator dalam membimbing siswa untuk dapat terlibat aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan dikelas, membimbing dan memotivasi siswa untuk dapat berpikir kritis dan percaya diri.


(43)

220

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Guru dapat memanfaatkan berbagai media yang menarik, karena dapat menunjang proses pembelajaran dan meningkatkan kreatifitas guru sebagai pendidik.

2. Bagi Siswa

a. Civic Dispositions yang sudah tumbuh dan berkembang dalam diri siswa diharapkan dapat terus dipertahankan dan di aplikasikan baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat sekitar.

b. Siswa harus mempunyai inisiatif sendiri untuk terus terlibat aktif dalam stiap proses pembelajaran yang ada, sehingga tidak harus mendapat perintah dan desakan dari guru.

3. Bagi Sekolah

Agar proses pembelajaran disekolah menjadi lebih maksimal, maka hendaknya sekolah :

a. Memberikan kebebasan yang bertangung jawab kepada guru untuk berekspresi dan berinovasi secara kreatif dalam menentukan metode pembelajaran yang akan diterapkan di kelas.

b. Memberikan fasilitas sarana dan prasarana sehingga proses pembelajaran dapat bermutu dan berjalan optimal.

c. Penelitian ini dapat dijadikan masukan/input dalam rangka pembinaan guru agar guru dapat lebih berkualitas dimasa yang akan datang. d. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk Penilaian Kinerja

Guru yang meliputi empat kompetensi diantara kompetensi kinerja.

4. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan UPI

a. Sebagai universitas dan jurusan yang menghasilkan calon pendidik yang profesional,diharapkan agar dapat lebih membekali para mahasiswa untuk memahami cara megajar dan teori-teori belajar mengajar sehingga setelah terjun kelapangan mampu menjadi guru profesional, yang tidak hanya mampu memahami materi tetapi


(44)

221

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki manajemen kelas yang baik, dan mengetahui karakter dan kebutuhan siswa.

b. Mengadakan seminar-seminar yang berkaitan tentang keprofesionalitas guru dan tentang peningkatan kualitas siswa sehingga mampu membentuk karakter kewarganegaraan.


(1)

219

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6. Penerapan metode experiential based learning pada penelitian ini tidak hanya mampu mencapai hasil yang diharapkan, untuk menumbuhkan karakter kewarganegaraan dalam diri siswa tetapi juga mampu meningkatkan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran dikelas, hal ini menjadi bukti setelah diadakannya pre test dan post test di setiap siklus untuk menguji pemahaman dan pengetahuan siswa tentang materi yang telah dipelajari dan akan dipelajari.

B. Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan baik di lapangan maupun maupun secara teoritis, maka ada beberapa hal yang dapat menjadi bahan rekomendasi adalah sebagai berikut :

1. Bagi Guru

a. Guru hendaknya meningkatkan pemahaman mengenai makknda dan prosedur metode Experiential Based Learning dan memberikan variasi dalam menerapkan metode ini, baik dalam menerapkan model pembelajaran yang berkaitan, sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat berjalan secara optimal.

b. Metode Experiential Base Learning dapat menjadi alternatif metode yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran untuk menumbuhkan karakter kewarganegaraan pada siswa.

c. Guru harus mampu mengalokasikan waktu sesuai dengan jam pembelajaran, di samping itu guru harus menguasai situasi belajar megajar baik di dalam maupun diluar kelas.

d. Guru diharapkan dapat melaksanakan perannya sebagai fasilitator dalam membimbing siswa untuk dapat terlibat aktif dan berpartisipasi dalam kegiatan dikelas, membimbing dan memotivasi siswa untuk dapat berpikir kritis dan percaya diri.


(2)

220

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Guru dapat memanfaatkan berbagai media yang menarik, karena dapat menunjang proses pembelajaran dan meningkatkan kreatifitas guru sebagai pendidik.

2. Bagi Siswa

a. Civic Dispositions yang sudah tumbuh dan berkembang dalam diri siswa diharapkan dapat terus dipertahankan dan di aplikasikan baik di lingkungan sekolah, rumah, maupun masyarakat sekitar.

b. Siswa harus mempunyai inisiatif sendiri untuk terus terlibat aktif dalam stiap proses pembelajaran yang ada, sehingga tidak harus mendapat perintah dan desakan dari guru.

3. Bagi Sekolah

Agar proses pembelajaran disekolah menjadi lebih maksimal, maka hendaknya sekolah :

a. Memberikan kebebasan yang bertangung jawab kepada guru untuk berekspresi dan berinovasi secara kreatif dalam menentukan metode pembelajaran yang akan diterapkan di kelas.

b. Memberikan fasilitas sarana dan prasarana sehingga proses pembelajaran dapat bermutu dan berjalan optimal.

c. Penelitian ini dapat dijadikan masukan/input dalam rangka pembinaan guru agar guru dapat lebih berkualitas dimasa yang akan datang.

d. Menjadikan hasil penelitian ini sebagai acuan untuk Penilaian Kinerja Guru yang meliputi empat kompetensi diantara kompetensi kinerja.

4. Bagi Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan UPI

a. Sebagai universitas dan jurusan yang menghasilkan calon pendidik yang profesional,diharapkan agar dapat lebih membekali para mahasiswa untuk memahami cara megajar dan teori-teori belajar mengajar sehingga setelah terjun kelapangan mampu menjadi guru profesional, yang tidak hanya mampu memahami materi tetapi


(3)

221

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memiliki manajemen kelas yang baik, dan mengetahui karakter dan kebutuhan siswa.

b. Mengadakan seminar-seminar yang berkaitan tentang keprofesionalitas guru dan tentang peningkatan kualitas siswa sehingga mampu membentuk karakter kewarganegaraan.


(4)

Eka Meitia Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1996). Manejemen Penelitian.Jakarta: Reneka Cipta. Arikunto, S. (1997). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktis.

Jakarta: Reneka Cipta.

Arikunto, S. (2002). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Ainullah Isna, N. (2011). Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter di Sekolah.

Jogjakrta: Laksana.

Aqib, Zainal. et al. (2011). Penelitian Tindakan Kelas Untuk Guru SMP, SMA, SMK. Bandung: CV. Yrama Widya.

Bronson, M.S. (1999). Belajar Civic Education dari Amerika. Yogyakarta : LKIS. Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk

Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, D. & Karim, S. (2008). PKn dan Masyarakat Mulitikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPS UPI.

Danial, E. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.

Depdiknas (2007) Standar Isi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Depdikbud.

Hamalik, O. (2001). Proses BelajarMengajar.Bandung: BumiAksara

Kolb, D (1984). Experiential Learning : experience s the source of learning development. -

Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT.Refika Aditama.

Kusumah, W & Dedi, D. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT.Indeks.

Maftuh, B & Sapriya. (2005). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Melalui Pemetaan Konsep. Jurnal Civicus : Implementasi KBK dalam PKn

dalam Berbagai Konteks.

Marhijanto, Bambang (2002) .Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya : Terbit Terang.


(5)

Eka Meita Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Moleong, L. (2005). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya. Moleong, L. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Rosdakarya. Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara

Narbuko & Akhmad. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Nasution, S (1996) . Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif . Bandung :

Tarsito.

Nasution (2003) .Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta : Bumi Aksara. Nurmalina & Syaifullah (2008) . Memahami Pendidikan Kewarganegaraan.

Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidikan Indonesia.

Permana (2005). Model-model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Bandung: Rajawali Press.

Somantri, Nu’Man (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Dedi

Supriadi & Rohmat Mulyana (ed). Bandung: PPS-FPIPS UPI dan PT. Remadja Rosda Karya.

Tim Pengembang MKDU Kurikulum dan Pembelajaran. (2002). Kurikulum

Pembelajaran. Bandung: Tim Pengembang MKDU Kurikulum dan

Pembelajaran.

Wiriaatmadja, (2006) . Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Wuryan dan Syaifullah, (2008).Ilmu Kewarganegaraan. Bandung : Laboratorium Pkn UPI.

SUMBER PERATURAN dan UNDANG-UNDANG :

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. Jakarta : Depdiknas.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 22 tahun 2006 tentang Standar Isi . Jakarta : Depdiknas.


(6)

Eka Meita Saputri, 2014

Penerapan Metode Experiental Based Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Menumbuhkan Civic Disposition pada Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

SUMBER LAINNYA :

Kolb A. D. (2001). David Kolb original concept relating to kolb's learning styles model. [online]. Tersedia: http://www.infed.org/biblio/b-explrn.htm. Diakses 06 Februari 2014.

Kolb A. And Kolb D. A. (2001). Experiential Learning Theory Bibliograph (1979-2001). Boston Ma :McBer and Co. [online] Tersedia: http://trgmcber.haygroup.com/product/learning/bibliography.htm.Diakses 06 Februari 2013.

Kolb, D. Experiential Learning Theory Bibliograph.Boston Ma: McBer and Co. [online]Tersedia:http://trgmcber.haygroup.com/product/learning/bibliography. htm.Diakses 06 Februari 2014

Oxendine, Chris, James Robinson, dan Ginger Willson. (2007). jurnaltentang experiential learning.Dari Universitas Georgia. [online]. Tersedia: http://www.google.co.id/gwt/jurnalexperientiallearning.html.Diakses 06 Februari 2014.

Smith, M. K. (2001) .'David A. Kolb on experiential learning', the encyclopedia of informal education.[online]. Tesedia: http://www.infed.org/b-explrn.htm. Diakses 06 Februari 2014.

Uwes A. Chaeruman. (2009) Contoh Model Pembelajaran “Experiential”.[online]. Tersedia: http://Research _ Tutorial Gratis Teknologi Pendidikan.htm. [19 April 2009]