PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP CIVIC SKILLS SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN: Penelitian Quasy Experiment Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 9 di SMPN 3 Darangdan Kabupaten Purwakarta.

(1)

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP

CIVIC SKILLS SISWA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN

(Penelitian Quasy Experiment Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 9 di SMPN 3 Darangdan Kabupaten Purwakarta)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Oleh:

HERMIN ROSNAWATI 1103335

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

Hermin Rosmawati, 2013

Pengaruh Model Problem Based Learning

Terhadap Civic Skills Siswa pada

Pembelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan

Oleh Hermin Rosnawati S.Pd UPI Bandung, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

© Hermin Rosnawati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013


(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Pengaruh Model “Problem Based Learning” Terhadap Civic Skills Siswa. Tesis Hermin Rosnawati.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penerapan suatu model pembelajaran yaitu model Problem Based Learning terhadap pengembangan kompetensi kewarganegaraan yaitu civic skills dalam konsep intellectual skills dan participatory skills. Dengan tujuan penerapan model problem based learning dapat digunakan menjadi salah satu model pembelajaran yang efektif dan berpengaruh positif terhadap civic skills siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasy experiment) dengan desain non equivalen groups pretest-posttest. Dalam desaian ini terdapat kelompok eksperimen 9-C dan kelompok kontrol kelas 9-D dengan populasi SMP Negeri 3 Darangdan Kabupaten Purwakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan pretest, posttest dan angket, dengan teknik analisis data menggunakan independent sampel t test.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model problem based learning berpengaruh terhadap civic skills siswa dalam PKn. Secara khusus maka hasilnya menunjukkan bahwa kondisi civic skills siswa dalam PKn sebelum penerapan problem based learning masih kurang. Kemudian terdapat perbedaan yang menunjukkan positif signifikan civic skills baik dalam konsep intellectual skills dan juga participatory skills antara kelas kontrol atau kelas yang menggunakan metode konvensional dengan kelas eksperimen yang menggunakan model problem based learning. Hal ini terlihat dengan nilai mean setiap variabel yang diperoleh kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai mean yang diperoleh kelas kontrol

Direkomendasikan bahwa model problem based learning perlu ditingkatkan oleh guru dalam upaya mengembangkan kecakapan kewaraganegaraan siswa.

Kata kunci: Problem Based Learning (PBL), Civic Skills, Intellectual Skills, Participatory Skills Pelajaran PKn.


(6)

Hermin Rosmawati, 2013

ABSTRACT

The Influence Model of "Problem Based Learning" to Students Against Civic Skills. Hermin Rosnawati thesis.

This study was conducted to determine the effect of applying a learning model of Problem Based Learning is a model for the development of civic skills that civic competence in the concept of intellectual skills and participatory skills. With the purpose of applying the model of problem-based learning can be used to be one model of effective learning and positive effect on students' civic skills.

This study uses a quantitative approach with quasi-experimental methods (Quasi experiment) design with non-equivalent groups pretest-posttest. In this design contained 9-C experimental group and a control group class 9-D with population of SMP Negeri 3 Darangdan Purwakarta. The data was collected pretest, posttest and questionnaire, with data analysis technique using independent samples t test. Results of this study show that the application of problem based learning models affect the civic skills of students in civics. In particular, the results indicate that the condition of the civic skills of students in civics before the implementation of problem-based learning is still lacking. Then there is a significant positive difference indicates good civic skills in the concept of intellectual skills and also participatory skills between classes or grade control using conventional methods with experimental class that uses problem based learning models. It can be seen with a mean of each variable obtained experimental class higher than the mean value obtained control class

Recommended that the model of problem based learning need to be improved by the teacher in developing students' civic skills.

Keywords: Problem Based Learning (PBL), Civic Skills, Intellectual Skills, Appraisal Skills Civics Lesson.


(7)

i

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengaruh Model

Problem Based Learning terhadap Civic Skills Siswa pada Pembelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan” ini dan seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika ilmu yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan tersebut, saya siap menanggung resiko yang dijatuhkan kepada saya apabila dikemudian hari ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap karya saya.

Bandung, Juli 2013

Yang membuat pernyataan,

Hermin Rosnawati


(8)

ii

Hermin Rosmawati, 2013

KATA PENGANTAR

Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan saat ini salah satunya adalah lemahnya proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang relevan saat ini adalah pembelajaran kontekstual yang memiliki tujuan untuk mengarahkan warga negara pada tantangan kehidupan yang dinamis yaitu tantangan pada era globalisasi. Untuk itu diperlukan suatu prose pembelajaran yang dapat menggali dan menghasilkan warga negara yang memiliki kecerdasan berpikir, bertindak, dan dapat berpatisipasi aktip dalam kehidupannya sehari-hari.

Tesis dengan judul “Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Civic Skills Siswa” merupakan penelitian quasi eksperimen yang dilakukan pada siswa SMPN 3 Darangdan Kabupaten Purwakarta dengan tujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model Problem Based Learning dalam upaya meningkatkan keterampilan kewarganegaraan baik itu keterampilan intelektual maupun keterampilan berpartisipasi.

Meskipun tesis ini mendapat bimbingan yang intensif, namun karena keterbatasan dan kemampuan dalam menerima bimbingan serta arahan dari para pembimbing sehingga tesis ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, kritik dan saran sangat diharapkan sebagai bahan masukan bagi perbaikan ke depannya. Dengan berbagai kekurangan yang ada mudah-mudahan tesis ini dapat memberi manfaat bagi para pembaca.

Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan dengan pahala yang setimpal. Amiiin.

Bandung, Juli 2013

Hermin Rosnawati NIM. 1103335


(9)

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahNya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Semoga hasil penelitian yang terangkum dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan umumnya dan bagi pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan khususnya.

Tentunya banyak pihak yang telah membantu selesainya tesis ini. Untuk itu saya ucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. DR. H. Sapriya, M.Ed, sebagai pembimbing I sekaligus sebagai Ketua Prodi PKn yang dengan kesabaran dan ketulusannya di tengah kesibukan beliau secara maksimal membimbing saya dengan berbagai saran, arahan yang mendalam guna terselesaikannya tesis ini dengan baik.

2. DR. Hj. Kokom Komalasari, M.Pd, sebagai pembimbing II yang tanpa bosan dengan kesabaran dan ketelitiannya memberikan bimbingan, arahan-arahan, dan masukan-masukan yang berarti, serta selalu memberikan motivasi kepada saya untuk terus mengerjakan dan melaksanakan penulisan tesis ini meskipun di tengah kesibukan apapun tanpa harus mengabaikan tugas-tugas lainnya, sehingga Alhamdulillah tesis ini dapat diselesaikan.

3. DR. Cecep Darmawan, S.Pd, S.Ip, M.Si, selaku pembimbing akademik yang selalu terbuka kapan saja memberikan bimbingan akademik kepada saya selama menempuh pendidikan di Program Stusi PKn SPS UPI Bandung serta dengan sabar memberikan bimbingan dalam penyusunan proposal tesis. 4. Seluruh staf dosen pengajar di program study PKn yang telah memberikan

ilmu pengetahuan dan wawasan yang sangat luas sehingga saya selalu termotivasi untuk terus menambah wawasan yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan saya. Terutama saya sampaikan terima kasih kepada :Prof. DR. Endang Sumantri, M.Ed, Prof. Idrus Affandi, S.H, M.Pd, Prof. DR. H. Dasim


(10)

iv

Hermin Rosmawati, 2013

Budimansyah, M.Si, Prof. DR. H. Udin S. Winataputra, M.A, Prof. DR. H. Karim Suryadi, M.Si, Prof. DR. H Suwarma Al Muchtar, S.H, M.Pd, Prof. Ace Suryadi, M.Sc, P.Hd,Prof. DR. H. Aim Abdul Karim, M.Pd, DR. Sunatra, S.H, DR. Dadan Dasari, M.Pd

5. Kedua orang tua tercinta, Bapak R. Lukito Prawiradono (alm) yang selalu menjadi insfirasi bagi saya untuk terus semangat belajar dan mencari ilmu tanpa batas waktu dan ibunda Hj. Suriah yang senantiasa memberi restu dan iringan doa tulus setiap saat untuk keberhasilan dan kelancaran study saya. Semoga Allah senantiasa membalas segala kebaikan dan ketulusannya.

6. Suamiku tercinta Hendarji, yang dengan sabar dan ikhlas serta penuh perhatian selalu memberikan semangat, doa, dan rela hati untuk ditinggal beberapa hari dalam seminggu ketika ada jadwal kuliah sampai dengan selesainya study ini, dan tidak pernah mengeluh ketika harus meluangkan waktu untuk mengantar atau menjemput saya selama penyelesaian akhir studi ini. Dengan penuh cinta tak lupa saya ucapkan terima kasih untuk anak-anakku tersayang Silmy Shephia Nurashila (Kaka) dan Daffa Nurfajri (Dede) yang telah menjadi insfirasi bagi saya untuk dapat menyelesaikan study ini dengan baik. Protes mereka ketika ditinggal menjadi motivasi bagi saya untuk dapat menyelesaikan study ini tepat waktu.

7. Kakak-kakakku tercinta, Titin Rahmawati, S.Pd, Liliek Triastuti, S.Pd, Tanti Puspawati, Dody Wahyudi, Rudi Winarno, serta keponakan-keponakanku terutama Diena Nurhasanah, S.Pd dan Lely Nuaeni, yang selalu memberikan dorongan bagi saya untuk dapat menyelesaikan studi ini. Terima Kasih untuk semua perhatian yang kalian berikan semoga mendapat balasan dari Allah SWT.

8. Kepala SMPN 3 Darangdan, Bapak Toha Saprudin, S.Pd yang telah memberikan ijin kepada saya untuk melanjutkan study serta memberika ijin kepada saya untuk melakukan penelitian seluas-luasnya. Bety Rosana, S.Pd, yang telah dengan ikhlas mengatur jadwal mengajar saya dengan menyesuaikan jadwal kuliah, Diah Kiaaningsih, S.Pd & Kang Yayat Ahadiat, S.Pd serta keluarganya yang selalu memberikan dorongan serta doa untuk


(11)

v

selalu dengan setia menemani saya ketika harus lembur mengerjakan tugas sekolah karena waktu yang tersita dengan study ini. Dan semua teman-teman staf guru serta TU yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu di sini, saya ucapkan terima kasih atas semua pengertiannya untuk memberikan keleluasaan kepada saya dalam menyelesaikan study ini.

9. Anak-anakku kelas 9 C dan 9 D (Ayu Ratnasari cs dan Ima Hermawati cs) yang telah bersedia untuk dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini, dan selalu semangat mengikuti pembelajaran sesuai skenario pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini.

10. Sahabat-sahabatku seperjuangan, Pkn SPS UPI kelas B : Adi Kosasih Saputra yang selalu dengan sabar dan ikhlas mau menerima email tugas kuliah saya untuk dikumpulkan ketika saya sedang di kampung. Teman-teman : Elis Nurjanah, Erna Octaviani, Fety Novianti, Senalice Mara, Rohany, Dedeh Kartini, Virly, Thomy Sastra Wijaya, Juanda, Dwi Sri Mulyono, Kusnadi, Hadi Rianto, Syarif Firmansyah, Ridwan Lesmana. Tak lupa teman-temanku kelas A yang selalu tak henti-hentinya memberikan semangat. Semoga kebersamaan kita memiliki arti yang mendalam dan tak terlupakan sepanjang hidup kita.

11. Semua pihak yang telah membantu saya dalam mengikuti dan menyelesaikan study ini, semoga semua kebaikan yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT. Amiiin...

Bandung, Juli 2013

Hermin Rosnawati NIM. 1103335


(12)

vi

Hermin Rosmawati, 2013

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...

LEMBAR PERENYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Struktur Organisasi Tesis ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13

A. Hakekat Pembelajaran Pendidikan Kewargangeraan 1. Pengertian Belajar dan Pembelajaran ... 13

2. Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan ... 16

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 20

B. Pembelajaran Kontekstual ... 23

C. Problem Based Learning 1. Pengertian Problem Based Learning ... 25

2. Hakikat Problem Based Learning ... 26

3. Tujuan dan Ciri-ciri Problem Based Learning a. Tujuan Problem Based Learning ... 27

b. Ciri-ciri Problem Based Learning ... 27

4. Karakteristik Problem Based Learning ... 28

5. Manfaat Problem Based Learning... 30

6. Keunggulan dan Kelemahan Problem Based Learning a. Keunggulan Problem Based Learning ... 31

b. Kelemahan Problem Based Learning ... 33

7. Langkah-langkah Problem Based Learning ... 33

D. Kompetensi Kewarganegaraan ... 34

1. Civic Knowledge (Pengetahuan Kewarganegaraan) ... 41

2. Civic Skills (Keterampilan/Kecakapan Kewarganegaraan) ... 44

a. Intellectual Skills (Kecakapan Intelektual) 44 b. Participatory Skills (Kecakapan Partisipatoris) 45 E. Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan melalui Model Problem Based Learning ... 46


(13)

vii

G. Karangka Pemikiran ... 49

H. Hipotesis ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 52

B. Desain Penelitian ... 53

C. Metode Penelitian ... 58

D. Definisi Operasional ... 58

E. Instrumen Penelitian ... 64

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 65

G. Teknik Pengumpulan Data ... 71

H. Analisis Data ... 71

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 73

B. Gambaran Umum Hasil Penelitian 1. Kondisi Civic Skills Siswa dan Pembelajaran PKn Sebelum Penerapan Model Problem Based Learning... 77

a. Kondisi Civic Skills Siswa ... 77

b. Kondisi Pembelajaran PKn... 77

2. Proses Pembelajaran Problem Based Laerning ... 79

3. Pengujian Hipotesis Penelitian ... 94

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 100

1. Kondisi Civic Skills Siswa dan Pembelajaran PKn Sebelum Penerapan Model Problem Based Learning ... 100

2. Proses Pembelajaran Problem Based Laerning ... 106

3. Perbedaan yang Positif Signifikan Civic Skills Siswa pada Kelas yang Menggunakan Model Problem Based Learning dengan Kelas Kontrol ... 111

4. Perbedaan yang Positif Signifikan Intellectual Skills siswa pada kelas Eksperimen dengan kelas kontrol ... 115

5. Perbedaan yang Positif Signifikan Participatory Skills siswa pada kelas Eksperimen dengan kelas kontrol ... 117

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN 1. Kesimpulan Umum ... 120

2. Kesimpulan Khusus ... 120

B. REKOMENDASI ... 122

DAFTAR PUSTAKA ... 124 LAMPIRAN


(14)

viii

Hermin Rosmawati, 2013

DAFTAR TABEL

2.1 Kompetensi Kewarganegaraan Siswa SMP ... 36

3.1 Data Siswa Kelas 9... 53

3.2 Quasi eksperimen dengan nonequivalen Control groups pretestposttest .... 54

3.3 Rancangan penelitian dengan kelompok kontrol dan Kelompok eksperimen ... 54

3.4 Variabel dan Indikator Penelitian... 62

3.5 Uji Validitas Variabel Intellectual Skills ... 67

3.6 Uji Validitas Variabel Participatory Skills ... 68

3.7 Uji Reliabilitas Variabel Intellectual Skills ... 70

3.8 Uji Reliabilitas Variabel Participatory Skills ... 70

4.1 Data Siswa ... 76

4.2 Pretest Civic Skills Siswa ... 77

4.3 Pemahaman Siswa Terhadap Model Problem Based Learning ... 90

4.4 Civic Skills ... 92

4.5 Intellectual Skills ... 93

4.6 Participatory Skills ... 94

4.7 Uji Asumsi Normalitas ... 95

4.8 Uji Hipotesis Civic Skills ... 96

4.9 Uji Hipotesis Intellectual Skills ... 98


(15)

ix

DAFTAR GAMBAR

3.1 Alur Penelitian ... 57 3.2 Hubungan Antar Variabel ... 62


(16)

x

Hermin Rosmawati, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Izin Penelitian 2. SK Pembimbing 3. Kisi-Kisi Instrumen 4. Instrumen Penelitian 5. Silabus

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 7. Data Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

8. Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen Untuk Validasi Item Soal 9. Hasil Pengolahan Data Uji Coba Instrumen Untuk Realibilitas Item Soal 10.Data Penelitian Hasil Pretest Kelas Eksperimen

11.Data Penelitian Hasil Posttets Kelas Eksperimen 12.Data Penelitian Hasil Pretest Kelas Kontrol 13.Data Penelitian Hasil Posttest Kelas Kontrol 14.Dukumen Kegiatan


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap warga negara dituntut untuk dapat hidup berguna dan bermakna bagi bangsa dan negara, serta mampu mengantisipasi perkembangan dan perubahan masa depannya, untuk itu diperlukan pembekalan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlandaskan pada nilai-nilai agama, nilai-nilai moral, etika, dan nilai-nilai budaya bangsa, yang dikemas dalam nilai-nilai ideologi bangsa yaitu Pancasila. Nilai-nilai tersebut berperan sebagai panduan dan pegangan hidup warga negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dalam UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa disetiap jenis, jalur, dan jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan bahasa, pendidikan agama, dan pendidikan kewarganegaraan. Implementasi dari Undang-Undang Sisdiknas tersebut Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu muatan kurikulum yang ada pada setiap jenjang pendidikan mulai dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi.

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan pembelajaran yang bertujuan diantaranya adalah membentuk warga negara yang demokratis dan dapat memecahkan masalah yang dihadapi dengan penuh tanggung jawab. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (Wahab dan Sapriya, 2011:311) adalah untuk membentuk warga negara yang baik (to be good citizens). Somantri dalam Wahab dan Sapriya (2011:311) melukiskan “warga negara yang baik adalah warga negara yang patriotik, toleran, setia terhadap bangsa dan negara, beragama, demokratis, ..., Pancasilais sejati”. Wahab dalam Wahab dan Sapriya (2011:311) mengidentifikasi warga negara yang baik adalah warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan dengan baik hak-hak dan kewajibannya sebagai individu warga negara yang memiliki kepekaan dan tanggung jawab sosial, mampu memecahkan masalah-masalahnya sendiri dan juga masalah-masalah kemasyarakatan secara cerdas sesuai dengan fungsi dan perannya (socially sensitive, socially responsible, dan socially intelegence), memiliki sikap disiplin


(18)

Hermin Rosmawati, 2013

pribadi, mampu berpikir kritis, kreatif, dan inovatif agar dicapai kualitas pribadi dan perilaku warga negara dan warga masyarakat yang baik (socio civic behavior dan desirable personal qualities).

Dalam lampiran Permendiknas No. 22/2006 tentang Standar Isi juga disebutkan bahwa tujuan PKn untuk jenjang SD, SMP, dan SMA tidak berbeda. Semua berorientasi pada kemampuan/kompetensi peserta didik yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan kejiwaan dan intelektual, emosional, dan sosial. PKn bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2. Berpartisifasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa – bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Wahab dan Sapriya (2011:305) mengemukakan bahwa dalam era reformasi dan dalam kehidupan demokrasi setiap orang sebagai warga negara memperoleh kebebasan dan diperlakukan secara adil, untuk itu setiap warga negara harus memperoleh kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang baik. Dalam pendewasaan dan sikap keterbukaan dan kebebasan baik politik maupun ekonomi harus dijelaskan secara tuntas bahwa: dasar-dasar demokrasi itu sebagaimana yang dikemukakan Chaplin dan Messick dalam Wahab dan Sapriya (2011:305) diantaranya adalah sebagai berikut:

Each person has one role.

Citizens have equal protection under the law. Decision are mode by majority vote.

Decisions and laws can be reviewed and amended by lawful process. Decisions and government acts are based on law.

Tujuannya adalah agar setiap warga negara menjadi cerdas, dapat berpikir kritis dan kreatif serta memiliki sikap disiplin pribadi agar dapat berpartisipasi dalam mengatasi berbagai persoalan baik pribadi, maupun masyarakat


(19)

lingkungannnya. Lahirnya warga negara seperti itu menuntut perubahan-perubahan mendasar dalam pendidikan umumnya dan pendidikan kewarganegaraan khususnya.

Robinson (Wahab dan Sapriya,2011:315) mengidentifikasi tujuan civic education yang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan kewarganegaraan sebagai berikut :

1. Knowledge and skills to assist in solving the problem of our times. 2. Awareness of the effacts of science on civilization and its use to

improve the quality of life.

3. Readiness for effective economic life.

4. Ability to make judgement for effective life in a changing world. 5. Recognition that we live in a open-ended world wich requires

receptivity to new facts, new ideas, and new ways of life.

6. Participation in the process of decision-making through expression of views to representatives, expent, and specialists.

7. Belief in both liberty for the individual and equality for all, as guaranteed by the constitution of the Untred States.

8. Pride in the achievements of the United States, appreciation of the contributions of other peoples, and support for international peace and cooperation.

9. Use ofe the creative art to sensitize oneself to universal human experience and to the unigueness of the individual.

10. Compassion and sensitivity for the needs, feelings, and aspirationsof other human beings.

11. Development of democratic principles and application to daily life.

Rumusan tujuan yang cukup rinci tersebut pada hakikatnya mengarahkan warga negara pada tantangan kehidupan yang dinamis yakni tantangan pada era globalisasi. Warga negara yang diharapkan adalah warga negara yang cerdas (an informed citizenry), warga negara yang mampu berpikir analitis (analytical citizenry), dan warga negara yang memiliki komitmen dan mampu melibatkan diri (a commitment and involved citizenry) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta pergaulan internasional. Oleh karena itu, dalam menghadapi kehidupan pada era globalisasi perlu ada penyesuaian rumusan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang lebih fungsional dan dapat membantu siswa dalam memecahkan masalah serta mampu mengambil keputusan bagi kehidupan diri, masyarakat, bangsa dan negara. Dengan kata lain, tujuan PKn hendaknya disesuaikan dengan tuntutan dan perkembangan zaman, artinya bukan


(20)

Hermin Rosmawati, 2013

hanya membangun warga negara yang baik semata melainkan warga negara yang cerdas (smart citizen) dalam menghadapi lingkungan kehidupannya. Hal ini perlu mendapat perhatian mengingat tantangan kehidupan saat ini tidak cukup dan dapat diselesaikan hanya oleh warga negara yang baik melainkan perlu pula oleh warga negara yang memiliki kecerdasan. Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh seorang warga negara adalah kecerdasan dalam berbagai aspek, yakni kecerdasan dalam intelektual, emosional, sosial, dan bahkan spiritual. Kecerdasan yang dimiliki oleh seorang warga negara diharapkan dapat dimanfaatkan untuk berpikir dalam menganalisis berbagai masalah. Dalam hal ini, seorang warga negara harus memiliki sejumlah keterampilan/kecakapan (skills), meliputi keterampilan berpikir, berkomunikasi, berpartisipasi, bahkan keterampilan meneliti untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Semua kecerdasan yang dimiliki dan keterampilan yang dikuasainya diharapkan dapat digunakan untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan dan tindakan yang dilakukan baik terhadap anggota masyarakat lain sesama warga negara dan bangsa bahkan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Adalah penting bagi siswa yang juga merupakan bagian dari warga negara memiliki keterampilan tersebut, dan keterampilan tersebut dapat diperoleh oleh siswa melalui proses pembelajaran ataupun melalui kegiatan pengembangan diri di sekolah. Dalam hal ini sekolah memiliki kewajiban untuk dapat mencetak siswa menjadi manusia-manusia yang memiliki keterampilan berpikir, berkomunikasi, berpartisipasi, dan keterampilan memecahkan masalah, yang dapat diaplikasikan dalam lingkungan sekolah ataupun lingkungan yang lebih luas di masyarakat.

Membangun warga negara yang baik dan cerdas (good and smart citizen) tentulah bukan hal yang mudah, ini perlu usaha maksimal yang dilakukan oleh berbagai pihak yang berhubungan dengan manusia dalam hal ini adalah siswa. Diantaranya adalah lingkungan dimana siswa hidup dan menjalani kehidupan sehari-harinya yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Sekolah adalah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu dan pengetahuan, termasuk didalamnya adalah pembelajaran tentang


(21)

kemampuan dan keterampilan hidup, yang dikemas dan diramu, serta diintegrasikan dengan mata pelajaran yang ada.

Melalui proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah khususnya dalam proses pembelajaran pendidikan kewarganegaraan diharapkan dapat membentuk warga negara yang dapat berpikir, bertindak, dan atau berperilaku sesuai dengan aturan yang menjadi pedoman hidup dan kehidupannya di masyarakat. Seperti yang dikemukakan Lickona (2012:7) “bahwa pada dasarnya pendidikan memiliki dua tujuan, yaitu membimbing para generasi muda untuk menjadi cerdas dan memiliki perilaku berbudi”.

Sebagai salah satu mata pelajaran yang sangat penting bagi pembentukan karakter penerus bangsa. Dalam proses pembelajarannya, PKn harus dapat menciptakan situasi kelas yang kondusif. Di mana proses belajar lebih berpusat kepada siswa (student centered), suasana kelas yang lebih demokratis, serta guru harus mampu untuk menggali setiap potensi yang ada di dalam diri siswa. Hal ini diperkuat oleh pendapat Surya (2004:77) yang mengemukakan tentang ciri-ciri proses pengajaran yang efektif, diantaranya yaitu:

1. Berpusat pada siswa, dalam hal ini siswa menjadi subyek utama. Oleh karena itu, dalam proses pengajaran hendaknya siswa menjadi perhatian utama dari para guru.

2. Interaksi edukatif antara guru dengan siswa, maksudnya guru harus memahami serta dapat menumbuhkan rasa percaya diri siswa.

3. Suasana Demokratis, suasana kelas yang demokratis ini akan lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih mewujudkan dan mengembangkan hak dan kewajibannya.

4. Variasi metode mengajar, dengan metode mengajar yang bervariasi, guru tidak mengajar hanya dengan satu metode saja, melainkan berganti-ganti sesuai dengan keperluannya.

5. Guru profesional, guru harus mempunyai keahlian yang memadai, rasa tanggung jawab yang tinggi serta memiliki rasa kebersamaan dengan sejawatnya.

6. Bahan yang sesuai dan bermanfaat, harus bersumber pada kurikulum yang telah ditetapkan dengan baku.

7. Lingkungan yang kondusif, keberhasilan suatu pendidikan akan banyak ditentukan oleh keadaan lingkungannya.

8. Sarana belajar yang menunjang, proses pembelajaran dan pengajaran akan berlangsung secara efektif apabila ditunjang dengan sarana yang baik.


(22)

Hermin Rosmawati, 2013

Dari ciri-ciri proses pengajaran yang efektif tersebut, pada dasarnya sesuai dengan proses pengajaran PKn yang ideal, di mana kelas merupakan laboratorium demokrasi, yang memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengemukakan pendapat, dan guru menggali kepercayaan diri siswa dan menanamkan pemahaman kepada siswa dengan menggunakan berbagai metode yang bervariasi dalam suasana lingkungan kelas yang kondusif.

Untuk menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan tentunya bukan hal mudah untuk mewujudkannya, hal ini akan menjadi kesulitan yang berarti bagi guru andaikan guru tidak mengaplikasikan seluruh kreativitasnya dalam mengemas suatu proses pembelajaran yang ideal sesuai dengan tuntutan da perkembangan yang ada. Dalam hal ini guru dituntut untuk kreatif, inovatif dalam membuat rancangan dan melaksanakan proses pembelajaran, hal ini harus didukung oleh strategi, metode, media, dan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Siswa cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, karena selama ini pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hapalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar Pendidikan Kewarganegaraan siswa di sekolah.

Adanya berbagai metode pembelajaran tak lain untuk menggugah semangat belajar dan meningkatkan kecerdasan siswa. Namun di antara beberapa metode, rata-rata guru menerapkan metode pembelajaran ceramah murni. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Sundawa (2005:340), bahwa:

Di lapangan menunjukkan bahwa sebagian guru PKn dalam proses belajar mengajar (PBM) terbatas pada penggunaan metode ceramah dan tanya jawab, sementara itu dilihat dari substansi materinya, kelemahan umum dalam meningkatkan mutu pendidikan terbatas pada proses pembelajaran mata pelajaran PKn yang selama ini masih terpengaruh oleh proses indoktrinasi, padahal dalam proses pembelajaran PKn memerlukan keterlibatan siswa secara aktif dalam pengembangan berpikir kritis.


(23)

Dari apa yang dikemukakan di atas, ketika dalam proses pembelajaran siswa tidak dilibatkan secara aktif, maka kemampuan siswa dalam berpikir tentu tidak akan berkembang. Untuk itu, diperlukan adanya strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dan motivasi belajar siswa. Menurut Sardiman (2007:75) “motivasi belajar memiliki peranan khas dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Peserta didik yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar”.

Sebagai ujung tombak pelaksana pendidikan, kita wajib tahu apa yang menyebabkan hal itu terjadi, sehingga proses pembelajaran yang seharusnya penuh makna (meaning full learning), yang terjadi hanyalah suatu kegiatan tanpa makna dan membosankan. Melalui perenungan yang panjang, kita harus tahu apa yang menjadi penyebab serta solusi apa yang harus kita ambil. Ada yang harus menjadi prioritas utama dalam memperbaiki proses pembelajaran, yaitu dengan penggunaan metode, model, dan media pembelajaran yang bervariasi.

Melalui pendidikan kewarganegaraan diharapkan terbentuk warga negara yang demokratis, yaitu warga negara yang berani mengemukakan pendapat secara benar, menghargai adanya perbedaan pendapat, tidak memaksakan pendapat terhadap orang lain, berpikir kritis dan kreatif, serta memiliki kemampuan berkomukasi secara baik dan santun. Kemampuan-kemampuan tersebut dapat dilatih dengan baik melalui penerapan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui apakah problem based learning dapat meningkatkan civic skills siswa.

Agar PKn dapat diserap oleh para peserta didik dengan baik, sehingga terpenuhinya tiga kompoenen utama PKn Civis Knowledge, Civic Skills, dan Civic Disposition seperti dimaksud oleh Margaret S. Branson , maka diperlukan suatu model pembelajaran bagi peserta didik. Banyak model pembelajaran yang disajikan oleh para pakar pendidikan untuk mencapai tujuan pembelajaran matapelajaran. Salah satunya, model pembelajaran problem based learning (pembelajaran berbasis masalah).


(24)

Hermin Rosmawati, 2013

Menurut Arends (2008:12), bahwa: “Model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan ketrampilan yang lebih tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan diri sendiri.”

Pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning atau PBL) baru muncul akhir abad ke 20, tepatnya dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980). Model ini muncul sebagai hasil penelitian mereka terhadap kemampuan bernalar mahasiswa kedokteran di McMaster Medical School Kanada.

Pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan pembelajaran melalui metode pemecahan masalah (problem solving). Problem solving menuntut siswa secara individual mencari jawaban dari serangkaian pertanyaan berdasarkan informasi yang diberikan guru. Dipihak lain PBL mengarahkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil untuk mencari situasi masalah dan melalui pencarian ini diharapkan dapat menguji kesenjangan antara pengetahuan dan keterampilan mereka untuk menentukan informasi mana yang perlu mereka peroleh juga untuk menyelesaikan dan mengelola situasi yang ada.

Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberikan pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter), dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.

Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar di dalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda di antara mereka.


(25)

Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai proses pembelajaran berakhir . Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru di sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Berdasarkan uraian di atas maka penelitian quasi eksperimen ini, dirancang untuk mengkaji pengaruh model “Problem Based Learning” terhadap civic skills siswa.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalahan umum pada penelitian ini adalah ”Apakah model Problem Based Learning berpengaruh terhadap civic skills siswa.

Permasalahan umum tersebut dijabarkan menjadi sub-sub rumusan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi civic skills siswa dan pembelajaran PKn sebelum penerapan model problem based learning ?

2. Apakah terdapat perbedaan yang positif signifikan civic skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas yang tidak menggunakan model problem based learning ?

3. Apakah terdapat perbedaan yang positif signifikan intellectual skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas yang tidak menggunakan model problem based learning ?

4. Apakah terdapat perbedaan yang positif signifikan participatory skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas yang tidak menggunakan model problem based learning ?


(26)

Hermin Rosmawati, 2013

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis dan menemukan :

1. Kondisi civic skills siswa dan pembelajaran PKn sebelum penerapan model problem based learning

2. Perbedaan yang positif signifikan civic skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas yang tidak menggunakan model problem based learning

3. Perbedaan yang positif signifikan intellectual skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas yang tidak menggunakan model problem based learning

4. Perbedaan yang positif signifikan participatory skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas yang tidak menggunakan model problem based learning

D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan acuan dalam proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran PKn, umumnya bagi mata pelajaran lainnya. Dengan harapan penelitian ini menjadi inspirasi upaya pengembangan teori pembelajaran PKn, khususnya model Problem Based Learning dan teori civic competences, khususnya civic skills.

b. Manfaat Praktis

Selain memiliki manfaat teoritis, hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat praktis bagi dunia pendidikan, diantaranya :

1) Bagi peneliti, penelitian ini dapat memperkaya khasanah keilmuan dan kemampuan dalam penerapan Problem Based Learning pada mata pelajaran PKn guna meningkatkan kemampuan afektif dan psikomotor siswa.

2) Bagi Prodi PKn, hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu referensi dalam penerapan model pembelajaran pada mata pelajaran PKn.


(27)

3) Bagi lembaga pendidikan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangsih pemikiran guna mengembangkan proses pembelajaran melalui penerapan berbagai model pembelajaran dalam meningkatkan civic skills siswa, sehingga dapat meningkatkan kualitas output sekolah,

4) Bagi pendidik, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru untuk menerapkan berbagai macam model pembelajaran sebagai upaya meningkatkan civic skills siswa secara optimal.

5) Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi tepat dalam upaya meningkatkan civic skills siswa

E. Struktur Organisasi Tesis

Sebagai pendahuluan, Bab I menyajikan latar belakang permasalahan yang memberi konteks munculnya masalah; identifikasi dan perumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat/signifikansi penelitian; dan struktur organisasi tesis.

Dalam Bab II disajikan kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesa penelitian. Kajian pustaka yang berisi deskripsi, analisis konsep, teori-teori, dan penelitian terdahulu yang relevan mengenai Pendidikan Kewarganeragaraan, dan keterkaitan antara pembelajaran dengan model Problem Based Learning terhadap peningkatan Civic Skills (Keterampilan kewarganegaraan) siswa. Kerangka pemikiran merupakan tahapan yang harus ditempuh untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji teoritis antar variabel penelitian. Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dirumuskan dalam penelitian atau submasalah yang diteliti.

Bab III mengenai metodologi menguraikan lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian dan justifikasi pemilihan desain penelitian, metode penelitian dan justifikasi penggunaan metode penelitian tersebut, definisi operasional yang dirumuskan dalam setiap indikator, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan alasan rasionalnya, serta analisis data.

Dalam Bab IV, disajikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengolahan atau analisa data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan


(28)

Hermin Rosmawati, 2013

masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan atau analisis temuan.

Selanjutnya dalam Bab V disajikan kesimpulan dan saran. Kesimpulan menyajikan penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian. Saran atau rekomendasi yang ditujukan kepada pembuat kebijakan, kepada pengguna hasil penelitian, dan kepada peneliti berikutnya yang berminat untuk melakukan penelitian selanjutnya.


(29)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 3 Darangdan Kabupaten Purwakarta Propinsi Jawa Barat. Secara geografis sekolah ini berada di sebuah desa yang memiliki jarak kurang lebih 20 km dari kota kabupaten, namun sekolah ini termasuk sekolah yang mengalami kemajuan setiap tahunnya, di lihat dari prestasi yang diperoleh baik bidang akademik maupun non akademik..

Dalam upaya peningkatan mutu pendidikan di SMPN 3 Darangdan Kabupaten Purwakarta berusaha memenuhi delapan standar pendidikan yang menjadi acuan untuk mencapai kemajuan yang diharapkan. Dimulai dari tenaga pendidik dan kependidikannya yang sesuai dengan kualifikasi, untuk tenaga pendidik 100% memiliki kualifikasi S1 dan 80% sudah memiliki sertifikat pendidik.

2. Subjek Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMPN 3 Darangdan Kabupaten Purwakarta. Dengan jumlah populasi sebanyak 513 siswa, dengan rincian kelas 7 berjumlah 175 siswa, kelas 8 berjumlah 160 siswa, dan kelas 9 berjumlah 178 siswa. Subjek populasi dalam penelitian ini dilaksanakan di kelas 9, dengan pertimbangan bahwa kelas 9 merupakan kelas tertinggi di jenjang pendidikan dasar sehingga seluruh kompetensi sebagian besar sudah tersampaikan dan dikuasai siswa.

Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan karakteristik siswa di kelas yang setara dilihat dari aktivitas dan kreativitas dalam pembelajaran berdasarkan pengalaman peneliti dan guru-guru lain yang mengajar. Maka yang menjadi sampelnya adalah kelas 9 C sebagai kelas eksperimen dan 9 D sebagai kelas kontrol.


(30)

Hermin Rosmawati, 2013

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013, selama 3 (tiga) bulan pada hari efektif belajar di sekolah.

Berikut ini data jumlah siswa kelas 9 SMPN 3 darangdan Kabupaten Purwakarta

Tabel 3.1 Data Siswa Kelas 9

NO KELAS JUMLAH SISWA

1 9 A 36

2 9 B 35

3 9 C 36

4 9 D 36

5 9 E 35

Jumlah 178

A. Desain Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain quasi eksperiment nonequivalen groups pretest-posttest. Rancangan ini dipilih dalam penelitian ini, karena rancangan ini dianggap tepat untuk mencari pengaruh metode PBL terhadap civic skills siswa. Juga dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa sesuatu kondisi terjadi serta hubungan sebab akibat antara beberapa variabel. Seperti dikemukakan oleh Sugiyono (2011:79), bahwa: “Desain ini hampir sama dengan pretest-postest control group design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random”. Sedangkan pretest-postest control group design itu terletak pada kelompok true eksperimental design. Sugiyono (2011:76),


(31)

mengatakan bahwa: “Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik bila nilai kelompok eksperimen tidak berbeda secara signifikan. Pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3)”. Perbedaan kedua desain

eksperimen tersebut hanyalah terletak pada pengelompokkan bentuk eksperimen. nonequivalen groups pretest-posttest terletak pada kelompok eksperimen quasi eksperiment, sedangkan pretest-postest control group design terletak pada kelompok true eksperimental design.

Desain quasi eksperimen digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based Learning (PBL) terhadap civic skills siswa pada pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan nonequivalen Control groups pretest-posttest. Adapun rancangan penelitian oleh Sugiyono (2011:79) digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.2

Quasi eksperimen dengan nonequivalen Control groups pretest-posttest.

2.

Untuk kepentingan penelitian, maka desain yang tergambar di atas dijabarkan dalam tabel di bawah ini:

Tabel 3. 3

Rancangan penelitian dengan kelompok kontrol dan Kelompok eksperimen

O1 X O2


(32)

Hermin Rosmawati, 2013

KELOMPOK PRE-TEST PERLAKUAN POST-TEST

EKSPERIMEN O1 X O2

KONTROL O3 O4

Keterangan:

O1 : Tes awal (pre-test) untuk kelompok eksperimen.

O3 : Tes awal (pre-test) untuk kelompok kontrol.

O2 : Tes akhir (post-test) untuk kelompok eksprimen.

O4 : Tes akhir (post-test) untuk kelompok kontrol.

X : Perlakuan dengan model Problem based learning terhadap civic skills siswa dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Pada bagan di atas terlihat bahwa kelompok eksperimen diberi perlakuan sedangkan kelompok kontrol tidak diberi perlakuan, keduanya diuji baik pre test maupun post tes. Pre test dilaksanakan dengan tujuan untuk melihat bahwa baik kelas kontro maupun kelas eksperimen memiliki tingkat homogenitas yang sama terutama aspek tingkat akademis siswa sehari-hari dalam pembelajaran PKn. Sedangkan pengujian post tes dipergunakan untuk membuktikan bahwa kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan model problem based learning berpengaruh signifikan terhadap pengembangan kompetensi warga negara .

Langkah-langkah dalam melaksanakan desain penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan Penelitian

a. Melakukan studi pendahuluan yang melipiti kajian teori tentang Pendidikan Kewarganegaraan, problem based learning, dan civic skills. b. Menyususn perangkat pembelajaran yang meliputi analisis SK-KD,

desain pembelajaran, desain penilaian, silabus, dan RPP.

c. Penyusunan kisi-kisi instrumen penelitian dan pemberian skor instrumen


(33)

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

a. Mengadakan pre test pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan instrumen yang dapat mengukur kemampuan intelektual dan kemampuan partisipatoris siswa awal.

b. Menerapkan model problem based learning melalui langkah-langkah problem based learning di kelas eksperimen. Sedangkan pada kelas kontrol menggunakan metode konvensional.

c. Memberikan post tes pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan instrumen yang sama pada saat melakukan pretest

d. Menyebarkan instrumen tanggapan siswa tentang model Problem Based Learning pada kelas eksperimen.

3. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

a. Memilih dan memisahkan data yang berasal dari responden, kemudian memasukan skor yang diperoleh setiap responden ke dalam tabel yang sudah disediakan.

b. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan civic skills siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol dilakukan analisis kuantitatif melalui uji statistik non parametrik, dengan menggunakan uji independent t test.


(34)

Hermin Rosmawati, 2013

Studi Pendahuluan

Persiapan Penelitian

Menentukan subyek penelitian

Penyusunan materi, instrumen, uji coba, dan

revisi

Kelas Eksprimen Kelas Kontrol

Melatih Guru Menggunakan Model Problem Based Learning

(PBL)

Post-test

Pengolahan dan analisa data

Pembelajaran dengan Menggunakan Model Problem

Based Learning (PBL)

Observasi Guru dan Peserta Didik

Pre-test

Pembelajaran dengan Menggunakan Metode

Konvensional

Pengolahan dan analisa data

Pengolahan dan analisa data


(35)

Gambar 3.1. Alur Penelitian

C. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasy experiment), menurut Samad (2009), menyatakan bahwa: “Quasi experiment menggunakan seluruh subjek dalam kelompok belajar untuk diberikan perlakuan (treatment), bukan menggunakan subjek yang diambil secara acak.” Sejalan dengan itu, Darmadi (2011:36), menyatakan bahwa: “Quasi arti lain dari semu. Penelitian quasi eksperimen dapat diartikan sebagai penelitian eksperimen atau eksperimen semu.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang telah diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan memanipulasi semua variabel yang relevan.

D. Definisi Operasional 1. Problem Based Learning

Howard dan Kelson dalam Amir (2009:21) mengungkapkan rumusan problem based learning.

Problem based learning (PBL) adalah kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut mahasiswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim.Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari.

Selain Barrows, Dutch dalam Amir (2009:21) juga merumuskan Problem based learning.

Problem based learning merupakan metode instruksional yang menantang mahasiswa agar “belajar untuk belajar”, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi maslah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk


(36)

Hermin Rosmawati, 2013

mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis mahasiswa dan inisiatif atas materi pelajaran. Problem based learning mempersiapkan mahasiswa untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa Problem based learning adalah merupakan metode pembelajaran yang menuntut siswa untuk mencari dan menemukan sendiri masalah-masalah nyata dan atau yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan ajar, dengan tujuan melatih siswa untuk berpikir kritis, menganalisis, dan menyimpulkan pemecahan dari masalah yang dikemukakannya dengan cara bekerja sama dengan teman sekelompok.

Tujuh langkah proses Problem based learning yang dikemukakan Amir (2009:24) adalah 1) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas; 2) Merumuskan masalah; 3) Menganalisis masalah; 4) Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam; 5) Memformulasikan tujuan pembelajaran; 6) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok); 7) Mensintesa (menggabungkan dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk guru/kelas.

Dalam implementasiya dibutuhkan guru yang memiliki kreatifitas dalam menyusun rencana pembelajaran serta menuntut profesionalitas guru sebagai fasilitator dalam kelas, sehingga kelas menjadi tempat yang nyaman dan kondusif bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan berkomunikasi yang baik, sehingga proses pembelajaran yang dilaksanakan menghasilkan interaksi antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, dan siswa dengan pembelajaran.

Guru profesional dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain :

1. Kemampuan menguasai bahan ajar; 2. Kemampuan dalam mengelola kelas;

3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar; 4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil.


(37)

Berdasarkan uraian di atas, model Problem Based Learning apabila diterapkan di kelas 9 akan dapat meningkatkan civic skills siswa.

2. Civic Skills

Dalam Branson (1999: 17-22) civic skills adalah kecakapan kewarganegaraan yang mencakup kecakapan intelektual dan kecakapan partisipatoris yang relevan. Kecakapan-kecakapan intelektual yang penting untuk seorang warga negara yang berpengetahuan, efektif, dan bertanggung jawab disebut kemampuan berpikir. The National Standards For Civics and Government dan The Civics Framework for 1998 National Assessment of Educational Progress (NAEP) membuat kategori kecakapan-kecakapan ini sebagai kemampuan mengidentifikasi dan membuat deskripsi; menjelaskan dan menganalisis; dan mengevaluasi, mengambil/menentukan dan mempertahankan pendapat tentang isu-isu publik. Disamping kemampuan intelektual, pendidikan untuk warganegara dalam masyarakat demokratis harus difokuskan pada kecakapan-kecakapan untuk partisipasi yang bertanggung jawab, efektif, dan ilmiah, dalam proses politik dan dalam civil society. Kecakapan-kecakapan tadi dapat dikategorikan sebagai interaksi (interacting), memonitor (monitoring), dan mempengaruhi (influencing). Interaksi berkaitan dengan kecakapan-kecakapan warganegara dalam berkomunikasi dan bekerjasama dengan orang lain, monitoring berarti mengawasi/pengawasan.

Sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang terdapat dalam standar isi berdasarkan Permendiknas No 22 tahun 2006 kelas 9 semester 2 adalah :

Standar Kompetensi : “Memahami dampak globalisasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”. Dan Kompetensi Dasarnya adalah :

b. Menjelaskan pengertian dan pentingnya globalisasi bagi Indonesia c. Mendeskripsikan politik luar negeri Indonesia dalam hubungan


(38)

Hermin Rosmawati, 2013

d. Mendeskripsikan dampak globalisasi terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

e. Menetukan sikap terhadap dampak globalisasi

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti merumuskan variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model Problem Based Learning (Pembelajaran Berbasis masalah) (X), sedangkan variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Civic Skills (Keterampilan/kecakapan kewarganegaraan) dengan sub variabel Intellectual Skills ( kecakapan intelektual) (Y1), dan Participatory Skills (kecakapan partisipatoris) (Y2). Variabel penelitian dapat dideskripsikan sebagai berikut :

Gambar 3.2

Hubungan Antar Variabel

Tabel 3.4

Variabel dan Indikator Penelitian

VARIABEL SUB VARIABEL INDIKATOR

Model Problem Based Learning

Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas :

Memahami berbagai istilah dan konsep yang Model Problem Based

Learning (PBL) (X)

Participatory Skills

(KeterampilanPartisipatoris) (Y2)

Intellectual Skills

(Keterampilan Intelektual) (Y1)

Civic Skills

(Keterampilan/kecakapan kewarganegaraan)


(39)

ada dalam masalah

Merumuskan masalah :

Menjelaskan hubungan yang terjadi antara fenomena

Menganalisis masalah :

Menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah

Menata gagasan dan menganalisisnya dengan dalam :

Melihat keterkaitan satu

dengan yang lainnya suatu masalah

Memformulasikan tujuan pembelajaran :

Merumuskan tujuan pembelajaran dikaitkan dengan analisis masalah


(40)

Hermin Rosmawati, 2013

yang dibuat

Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain (di luar diskusi kelompok :

Mencari informasi tambahan dan dimana harus mencarinya

Mampu belajar sendiri dengan efektif

Mensintesa

(menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan :

Mempresentasikan

Mendapatkan informasi baru

Membuat sintesis Keterampilan

Kewarganegaraan (Civic Skills)

(Y)

Intellectual Skills (Keterampilan intelektual)

(Y1)

Kemampuan Berpikir Kritis :

1.1.Kemampuan

membedakan antara dampak negatif dan dampak positif dari globalisasi

1.2.Memahami dampak globalisasi dalam kehidupan


(41)

berbangsa, dan bernegara

1.3.Memahami perbedaan dampak positif dan dampak negatif globalisasi

1.4.Memberikan contoh dampak positif dan dampak negatif globalisasi dalam kehidupan

1.5.Mempertahankan pendapat yang telah dikemukakan

1.6.Menyarankan apa

yang akan

ditimbulkan dari suatu peristiwa atau perbuatan

Kecakapan Berpartisipasi (Participatory Skills) (Y2)

1. Kemampuan Partisipasi Umum : 1.1.Mengemukakan ide 1.2.Mendengarkan ide 1.3.Mengambil dan

melaksanakan keputusan

1.4.Mempertimbangkan pro dan kontra


(42)

Hermin Rosmawati, 2013

Masalah :

1.1 Memperngaruhi orang lain

1.2 Mengatasi konflik Berorientasi ke depan membuat keputusan dan berpikir sebelum bertindak

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Instrumen pembelajaran, yaitu berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dijadikan sebagai acuan dalam proses belajar mengajar yang telah disesuaikan dengan model pembelajaran problem based learning (PBL).

b. Angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang diketahuinya (Arikunto, 2006: 98). Angket digunakan dalam penelitian untuk memperoleh data mengenai sikap atau respon siswa terhadap metode pembelajaran yang digunakan guru.

3. Proses Pengembangan Instrumen

Sebelum melakukan penyebaran kuesioner terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap instrumen untuk mengetahui validitas, reliabilitasnya. Perlakukan terhadap data hasil uji coba adalah :

1. Uji Validitas uji (person korelasi)

Uji validitas adalah pengujian dengan tujuan menguji ketepatan dalam menggunakan suatu alat ukur. Uji validitas digunakan untuk melihat apakah alat ukur atau pertanyaan yang dipergunakan dalam kuesioner dapat


(43)

mengukur secara cermat atau tidak. Nilai validitas dicari dengan menggunakan koefisien korelasi Product Moment (Program SPSS-series 19 atau exsel 2007), yaitu pengujian validitas terhadap korelasi skor item pertanyaan dengan skor total sebagai kriterianya (Arikunto, 1998). Instrument yang dikatakan valid atau shahih, dimana taraf signifikansinya lebih kecil dari 5% (Arikunto, 1998). Hal ini dilakukan untuk mengetahui jumlah soal yang dianggap valid dan sebaliknya.

Menurut Anwar ( 2002 : 5 ), validasi digunakan untuk menunjukan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukur dan pengujian validasi dalam setiap butir digunakan analisis item yang mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Item yang mempunyai korelasi positif dengan skor total serta korelasi yang tinggi menunjukan bahwa item tersebut memiliki validitas yang tinggi pula.

Nilai korelasi diatas 0,3 dikatakan bahwa item tersebut memberikan tingkat kevalidan yang cukup. Sebaliknya apabila korelasi dibawah 0,3 item tersebut kurang valid. Metode yang digunakan adalah pearson product Moment sebagai berikut adalah uji validitas dengan korelasi product moment dengan rumus manual:

a. Validitas angket dihitung dengan menggunakan rumus Korelasi Product Moment (Pearson), yaitu:

2 2



2 2

) ( ) ( ) )( ( i i i i i i i i xy Y Y n X X n Y X Y X n r            keterangan :

rxy = koefisien korelasi

n = jumlah responden uji coba X = skor tiap item

Y = skor seluruh item responden uji coba

b. Uji signifikansi terhadap validitas dilakukan dengan menggunakan uji-t, yaitu :


(44)

Hermin Rosmawati, 2013 ) 1 ( ) 2 ( 2 xy xy hit r n r t   

dengan kriteria : Jika thitung > ttabel (alpha=5%, derajat kebebasan=n-2), maka butir item

valid dan signifikan.

Namun untuk membantu dan mempermudah uji validitas dalam penelitian ini digunakan SPSS 19 seperti pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.5

Uji Validitas Variabel Intellectual Skills

No. Item

Rxy t hitung

t tabel (95%, 28)

keterangan

1 0,377 2,408 2,030 valid 2 0,394 2,533 2,030 valid 3 0,368 2,344 2,030 Valid 4 0,470 3,151 2,030 Valid 5 0,613 4,591 2,030 Valid 6 0,484 3,270 2,030 Valid 7 0,363 2,302 2,030 Valid 8 0,349 2,206 2,030 Valid 9 0,354 2,241 2,030 Valid 10 0,496 3,381 2,030 Valid 11 0,349 2,206 2,030 Valid 12 0,496 3,375 2,030 Valid 13 0,331 2,074 2,030 Valid


(45)

14 0,397 2,563 2,030 Valid 15 0,335 2,100 2,030 Valid

Dari tabel di atas diperoleh informasi bahwa semua instrumen intellectual skills valid. Hal tersebut dikarenakan memenuhi kriteria dimana thitung lebih besar daripada ttabel, maka butir item valid.

Tabel 3.6

Uji Validitas Variabel Participatory Skills

No.

Item Rxy t hitung

t tabel

(95%, 28) Keterangan 1 0,356 2,252 2,030 Valid 2 0,415 2,699 2,030 Valid 3 0,371 2,362 2,030 Valid 4 0,391 2,513 2,030 valid 5 0,339 2,129 2,030 valid 6 0,370 2,355 2,030 Valid 7 0,402 2,598 2,030 Valid 8 0,412 2,678 2,030 Valid 9 0,387 2,486 2,030 Valid 10 0,382 2,446 2,030 Valid 11 0,376 2,399 2,030 Valid 12 0,361 2,293 2,030 valid 13 0,331 2,074 2,030 valid 14 0,409 2,654 2,030 valid 15 0,433 2,841 2,030 valid 16 0,558 3,976 2,030 valid 17 0,477 3,209 2,030 valid 18 0,334 2,098 2,030 valid 19 0,371 2,365 2,030 valid


(46)

Hermin Rosmawati, 2013

20 0,386 2,474 2,030 valid 21 0,433 2,845 2,030 valid 22 0,392 2,520 2,030 valid 23 0,382 2,444 2,030 valid 24 0,340 2,141 2,030 valid 25 0,395 2,541 2,030 valid 26 0,595 4,380 2,030 valid 27 0,418 2,719 2,030 valid 28 0,360 2,284 2,030 valid 29 0,369 2,350 2,030 valid 30 0,408 2,642 2,030 valid

Dari tabel uji instrumen participatory skills di atas, menunjukan bahwa semua butir soal valid. Hal itu dikarenakan memenuhi kriteria dimana thitung lebih

besar daripada ttabel, maka butir item valid.

2. Uji Reliabilitas

Bila alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama hasil yang diperoleh konsisten, maka alat ukur tersebut dapat dikatakan reliable. Uji reliabilitas menunjuk pada tingkat kemantapan atau konsistensi suatu alat ukur (kuesioner).

Nilai reliabilitas dihitung dengan menggunakan rumus alpha, dengan rumus manual maka seperti berikut ini:

2

11 1 2

1 n t k r k             Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya item

n2 = jumlah varian butir

t2 = varians total


(47)

2 2 2 ( ) n X X n n     

n2 = varians butir tiap item

n = jumlah responden uji coba instrumen

2

= kuadrat jumlah skor seluruh responden dari setiap item

2

= jumlah kuadrat jawaban responden dari setiap item

Varians total dihitung dengan rumus : 2 2 2 ( ) t Y Y n n      dengan ;

t2 = varians total

n = jumlah responden uji coba instrumen

2

= kuadrat jumlah skor seluruh responden dari setiap item

2

= jumlah kuadrat skor responden

Namun untuk membantu dan mempermudah uji alpha dalam penelitian ini, maka digunakan SPSS 19 dengan hasil pada tabel dibawah ini:

Tabel 3.7

Uji Reliabilitas Variabel Intellectual Skills

Cronbach's Alpha N of Items

.647 15

Dari tabel di atas, diperoleh informasi bahwa reliabilitas instrumen untuk variabel intellcktual skills nilai reliabilitas instrumen yang dihitung dengan rumus Alpha Cronbach diperoleh nilai 0,647. Dengan nilai tersebut maka dapat dikatakan reliabel.


(48)

Hermin Rosmawati, 2013

Uji Reliabilitas Variabel Participatory Skills

Cronbach's

Alpha N of Items

0,8481 30

Dari tabel di atas, diperoleh informasi bahwa reliabilitas instrumen untuk variabel participatory skills nilai reliabilitas instrumen yang dihitung dengan rumus Alpha Cronbach diperoleh nilai 0,8481. Dengan nilai tersebut maka dapat dikatakan reliabel.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik angket. Angket (questioner) dibuat dengan tujuan untuk mengumpulkan data dari kelompok-kelompok besar yang beraneka ragam (heterogen) dan terpencar-pencar. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan informasi yang mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri (self raport) atau pengetahuan, keyakinan dan pengalaman pribadi subyek yang diteliti sebagai data utama atau data primer yang diperlukan dalam penelitian.

Berdasarkan teknik pengumpulan data di atas, maka dilakukan prosedur pengumpulan data sebagai berikut:

a. Angket Intellectual Skills

Angket Intellectual Skills dari nomor 1-15 diukur dengan menggunakan skala likert dengan pola skala terdiri dari skor jawaban: 5 = selalu, 4 = sering, 3 = kadang-kadang, 2 = pernah, 1 = tidak pernah. b. Angket Participatory Skills

Angket Participatory Skills diukur dengan kemampuan partisipasi umum dari nomor 1-20, (merujuk pada Civics Assement Database dari National Centre For Learning And Citizenship) dengan skor jawaban: 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = biasa-biasa, 2 = kurang, 1 = kurang baik.


(49)

Kemudian angket keterampilan partisipatori dalam keahlian pemecahan masalah diukur dengan skala likert dari nomor 21-30 dengan skor jawaban 5 = sangat setuju, 4 = setuju, 3 = ragu-ragu, 2 = tidak setuju, 1 = sangat tidak setuju.

5. Analisis Data

Setelah data hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh, maka dilakukan analisis statistik untuk mengetahui perbedaan kelompok tersebut. Teknik analisis data dalam penelitian ini, menggunakan teknik pengolahan yang terdiri dari:

1. Uji Asumsi Normalitas

Uji asumsi normalitas dengan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, sebagai asumsi awal yang harus dipenuhi untuk pengujian selanjutnya.

2. Uji Hipotesis

a. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang positif signifikan civic skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas kontrol.

b. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang positif signifikan intellectual skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas kontrol.

c. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang positif signifikan partcsipatory skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas control.

Kemudian setelah itu, dilakukan teknik analisis data dengan independent sampel t test, dan untuk membantu mempermudah dalam independent sampel t test maka digunakan SPSS 19. Independent sample uji t test digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian cara mengetahui apakah terdapat perbedaan


(50)

Hermin Rosmawati, 2013

antara dua kelompok data dari sebuah variabel penelitian. Penafsiran hasil analisis data yang telah diolah, dianalisis serta disajikan untuk kemudian dikaitkan dengan hipotesis yang telah diperoleh


(51)

Hermin Rosmawati, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN PENELITIAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis serta temuan-temuan penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesimpulan Umum

Model problem based learning dengan langkah-langkah: mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas, merumuskan masalah, menganalisis masalah, menata gagasan dan menganalisisnya dengan dalam, memformulasikan tujuan pembelajaran, mencari informasi tambahan dari sumber yang lain dan mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan, berpengaruh terhadap civic skills siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan yang signifikan intektual skills dan partisipatori skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas control.

2. Kesimpulan Khusus

a. Kondisi civic skills siswa sebelum penerapan model problem based learning antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan, hal ini didasarkan pada hasil pretest yang nilai rata-ratanya relative sama. Begitu pula dengan kondisi pembelajaran PKn, dimana masih kurang dan respon siswa yang rendah, hal ini dikarena proses pembelajaran yang masih menggunakan metode konvensional.

b. Terdapat perbedaan yang positif signifikan civic skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas control. Dengan kata lain, model problem based learning berpengaruh terhadap civic skills siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Ini berarti bahwa meningkatnya civic skills siswa, ditandai dengan semakin meningkatnya kemampuan berfikir siswa yang samakin kritis dan kraetif serta mampu berkomunikasi serta bekerjasama. Data hasil penelitian menunjukan bahwa proses pembelajaran di kelas yang menggunakan model PBL lebih baik dibandingkan dengan proses pembelajaran model konvensional.

c. Terdapat perbedaan yang positif signifikan intellectual skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas control. Dengan kata lain, model problem based learning berpengaruh terhadap intellectual skills siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tingkat kecapakan intelektual siswa di kelas eksperimen yang cenderung meningkat. Dengan model problem based learning siswa dapat berfikir kritis, diantaranya siswa dapat menjelaskan


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. KESIMPULAN PENELITIAN

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan pengujian hipotesis serta temuan-temuan penelitian, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Kesimpulan Umum

Model problem based learning dengan langkah-langkah: mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas, merumuskan masalah, menganalisis masalah, menata gagasan dan menganalisisnya dengan dalam, memformulasikan tujuan pembelajaran, mencari informasi tambahan dari sumber yang lain dan mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan, berpengaruh terhadap civic skills siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan yang signifikan intektual skills dan partisipatori skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas control.

2. Kesimpulan Khusus

a. Kondisi civic skills siswa sebelum penerapan model problem based learning antara kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak ada perbedaan yang signifikan, hal ini didasarkan pada hasil pretest yang nilai rata-ratanya relative sama. Begitu pula dengan kondisi pembelajaran PKn, dimana masih kurang dan respon siswa yang rendah, hal ini dikarena proses pembelajaran yang masih menggunakan metode konvensional.

b. Terdapat perbedaan yang positif signifikan civic skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas control. Dengan kata lain, model problem based learning berpengaruh terhadap civic skills siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Ini berarti bahwa meningkatnya civic skills siswa, ditandai dengan semakin meningkatnya kemampuan berfikir siswa yang samakin kritis dan kraetif serta mampu berkomunikasi serta bekerjasama. Data hasil penelitian menunjukan bahwa proses pembelajaran di kelas yang menggunakan model PBL lebih baik dibandingkan dengan proses pembelajaran model konvensional.

c. Terdapat perbedaan yang positif signifikan intellectual skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas control. Dengan kata lain, model problem based learning berpengaruh terhadap intellectual skills siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Hal ini dapat dilihat dari hasil tingkat kecapakan intelektual siswa di kelas


(2)

124

Hermin Rosmawati, 2013

Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Civic Skill Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

yang menjadi isu global, memberikan tanggapan terhadap dampak positif dan negatif globalisasi serta menyampaikan ide/gagasan dalam menghadapi globalisasi. Kemampuan tersebut dapat tercapai dengan baik pada siswa kelas eksperimen dibandingkan dengan siswa kelas kontrol.

d. Terdapat perbedaan yang positif signifikan participatory skills siswa pada kelas yang menggunakan model problem based learning dengan kelas control. Dengan kata lain, model problem based learning berpengaruh terhadap participatory skills siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan. Hal ini dapat dilihat dari kecakapan tingkat partisipatoris siswa dikelas eksperimen yang cenderung meningkat. Dengan menggunakan model problem based learning siswa dapat mengemukakan ide, mendengarkan ide, mengambil dan melaksanakan keputusan, mempertimbangkan pro dan kontra, mempengaruhi orang lain, mengatasi konflik, berorientasi ke depan, membuat keputusan, dan berfikir sebelum bertindak pada siswa kelas eksperimen bisa tercapai dengan baik dibandingkan dengan kelas kontrol.

B.REKOMENDASI

Berdasar hasil analisis data dan refleksi dalam penelitian ini, ada beberapa rekomendasi yang berhubungan dengan pengembangan model problem based learning berpengaruh terhadap civic skills siswa pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan yaitu sebagai berikut:

1. Bagi Guru:

a. Guru PKn khususnya serta mata pelajaran lain pada umumnya perlu mengaplikasikan model problem based learning secara kontinyu dan menyeluruh. Hal ini disebabkan dari hasil penelitian bahwa pembelajaran pengembangan model problem based learning dapat mengembangkan berbagai kecakapan (skills) siswa, seperti civis skills, intellectual skills dan participatory skills.

b. Guru sebaiknya mampu mempersiapkan dan merencanakan pembelajaran serta memfungsikan perannya sebagai seorang fasilitator, director-motivator, mediator, rekonstruktor pembelajaran bagi para siswanya. Sehingga dapat menciptakan suatu proses pembelajaran yang dapat menggugah dan menggetarkan ranah nilai, potensi dan motivasi siswa dalam belajar.


(3)

c. Guru hendaknya berupaya untuk meningkatkan kemampuannya untuk menjadi inovator yang akan menciptakan suatu inovasi pembelajaran dalam rangka meningkatkan kualitas belajar siswa.

d. Para guru PKn sebaiknya menyadari dan mengantisipasi faktor-faktor lain yang dapat mengembangkan pengembangan model problem based learning agar dapat memperkaya proses juga hasil pembelajaran.

e. Guru diharapkan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya praktis memahami, menganalisa, dan membatasi persoalan-persoalan yang berkaitan dengan tugas kesehariannnya di sekolah.

f. Guru sebaiknya melibatkan siswa secara aktif dalam setiap proses pembelajaran sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggungjawab bersama yang harus dilakukan secara konsekuen.

2. Bagi Sekolah:

a. Fasilitas pembelajaran perlu ditingkatkan agar tercipta pembelajaran yang memadai.

b. Bagian kurikulum untuk mengatur jadwal, seluruh guru mata pelajaran lain untuk melakukan kolaborasi, Kepala Sekolah juga orang tua agar mengizinkan para siswa untuk memanfaatkan waktu di luar jam belajar. c. Kepala Sekolah agar membantu model problem based learning ini dan

terprogram sehingga pembiayaannya dapat dimasukkan dalam RKAS (Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah).

d. Pihak sekolah harus lebih meningkatkan koordinasi dengan instansi dan lembaga pemerintah dan non pemerintah sehingga mempermudah bagi para siswa untuk mencari dan menggali informasi.

3. Pemangku kebijakan, dalam hal ini bagi pemerintah dan Lembaga terkait agar kualitas pembelajaran meningkat baik dalam proses dan hasil, berkewajiban menyediakan dan memfasilitasi perangkat-perangkat pembelajaran, pelatihan-pelatihan serta buku panduan baku mengenai pembelajaran portofolio secara menyeluruh dan merata ke seluruh pelosok.

4. Orang tua dan masyarakat, adanya peran serta aktif dari orang tua dan masyarakat dalam menciptakan iklim yang sehat sehingga inovasi pendidikan dilakukan dengan baik .

5. Penelitian ini bisa merekomendasikan bahwa pembelajaran pengembangan model problem based learning dapat dijadikan motode atau model mengajar untuk PKn yang sangat efektif dalam mengembangkan kecakapan kewarganegaraan siswa dan dilaksanakan harus secara konsisten, menyeluruh,


(4)

126

Hermin Rosmawati, 2013

Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Civic Skill Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

6. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengembangkan penelitian tentang model problem based learning dengan aspek kompetensi lainnya. Selain itu juga, peneliti selanjutnya dapat mengembangkan metode lain seperti Penelitian Tindakan Kelas dan Research & Development.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, Taufik (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup

Arends (2008). Learning To Teach (Belajar Untuk Mengajar). Yogyakarta: Puskata Pelajar.

Budimansyah, D dan Suryadi, K (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung : Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPS UPI.

Budimansyah, D. (2008). Revitalisasi Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan melalui Praktek Belajar Kewarganegaraan (Project Citizen). Acta Civicus Jurnal Pendididikan Kewarganegaraan. 1,(2), 179-198

Branson (1998). The Role of Civic Educatio. Calabasas:CCE

_______ (1999). (Terjemahan Syaripudin, dkk). Belajar “Civic Education” dari Amerika. Yogyakarta: Lembaga Kajian Islam dan Sosial (LKIS)

Creswell, John W (2010). Research Design : Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dahar, Ratna W (1996). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2003). Pendekatan Kontekstual (Contextual Teacheng and learning (CTL), Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual : Konsep dan Aplikasi. Bandung:

Rafika Aditama.

Lickona, T (2012). Educating for Character: Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Jakarta : Bumi Aksara

Muslich, M. (2011). Pendidikan Karakter : Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.

Parera, Jos Daniel. (1987). Belajar Mengemukakan Pendapat.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006. Tentang Standar Isi. Jakarta: Depdiknas.

Purwanto, Ngalim. (1992). Psikologi Pendidikan.

Rahmat, dkk. (2009). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Rusman. (2011). Model-Model Pembelajaran. Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group

Sapriya dan Winataputra. (2004). Pendidikan Kewarganegaraan model pengembangan materi dan pembelajaran. Bandung: Lab PKN-FPIPS UPI


(6)

Hermin Rosmawati, 2013

Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Civic Skill Siswa Pada Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Sardiman (2007) Interaksi dan Motivasi Belajar. Bandung: PT Remaja Rosda Karya Sudjana, Nana. (1989). Dasar-dasar Proses Balajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Somantri, Numan. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Dedi Supriadi & Rohmat Mulyana (ed). Bandung: PPS-FPIPS UPI dan PT. Remaja Rosda Karya.

Suryadi, Ace. (2006). Pendidikan Nilai Moral dalam Dimensi PKN.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta

Wahab, A.A. dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Winataputra, U. (2001). “Jatidiri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana

Sistemik Pendidikan Demokrasi”: Suatu Kajian Konseptual Dalam Konteks Pendidikan IPS. Desertasi Doktor pada Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia: Tidak diterbitkan

Winataputra, U.S dan Budimansyah. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan : Dalam Perspektif Internasional (Konteks teori, dan Profil Pembelajaran). Bandung: Widya Aksara Press.

Perundang-undangan

Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas

Webside

http://andriez1980.blogspot.com http://id.answers.yahoo.com http://sultonudin.blogspot.com

http://en.wikipedia.org/wiki/Contextual_learning. http://www.cord.org/contextual-teaching-and-learning http://@ayuluvemo.co.id