Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Pemasaran Berkaitan dengan Kebertahanan Usaha Kerajinan Kain Tenun ATBM Medono Kota Pekalongan T1 362009034 BAB V

(1)

75

BAB V

HASIL PENELITIAN

Predikat “Kota Batik” telah sejak lama melekat pada Kota Pekalongan dan dikenal hingga ke mancanegara, terbukti dengan adanya sebutan ”The World City of Batik” sehingga menjadi kebanggaan tersendiri. Selain memiliki produk unggulan batik, ternyata kota Pekalongan juga memiliki produk unggulan lain yaitu kerajinan kain tenun ATBM. Namun, sangat disayangkan produk kain tenun ATBM ini belum berkembang sepesat produk kain batik dan belum dikenal oleh masyarakat luas. Kerajinan kain tenun ATBM merupakan sebuah peninggalan nenek moyang, yang patut kita lestarikan. Sentra industri tradisional kain tenun ATBM seperti ini jarang sekali kita temukan di Indonesia. Sentra indutri kain tenun ATBM di kota Pekalongan dapat kita jumpai di Kelurahan Medono Kecamatan Pekalongan Barat.

Pada tahun 1997-2001 produk kerajinan kain tenun ATBM Medono mengalami perkembangan yang sangat pesat, sehingga hampir seluruh warga di Medono menjadi pelaku usaha kerajinan kain tenun dan pengrajin kain tenun. Terbukti pada masa keemasannya terdapat 152 pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM. Seiring dengan perkembangan zaman, pada tahun 2001-2007, produk kerajinan kain tenun ATBM Medono ini mengalami kemerosotan. Akibat dari kemerosotan ini banyak pelaku usaha yang menjual alat tenun dan dan kemudian beralih profesi. Pelaku usaha pun menjadi berkurang dan hanya tersisa 16-20 pelaku usaha. Namun, pada saat melakukan penelitian di lapangan, peneliti menemukan fakta bahwa pelaku usaha yang sampai saat ini masih menjalankan usaha kerajinan kain tenun ATBM dan masih tetap bertahan hanya tersisa 5 (lima) pelaku usaha.

Meskipun mengalami kemerosotan, pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono Kota Pekalongan yang masih tersisa ini mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan masih mempertahankan usahanya walaupun banyak pelaku usaha yang beralih profesi, namun sebagai pendukung untuk


(2)

76

memperkenalkan dan mempromosikan kerajinanan kain tenun ATBM kepada calon konsumen dan konsumen, pelaku usaha Medono juga menerapkan komunikasi pemasaran dan memiliki strategi bertahan untuk tetap hidup.

5.1 Refleksi Hasil Penelitian

Guna memperkenalkan suatu produk kepada konsumen, perusahaan harus berusaha menyusun suatu strategi komunikasi pemasaran yang tepat dan efektif dimana strategi yang dilakukan bukan hanya sekedar memberikan informasi namun harus dapat membujuk. Komunikasi pemasaran merupakan aspek penting dalam keseluruhan misi pemasaran serta penentu suksesnya pemasaran. Komunikasi pemasaran adalah usaha untuk menyampaikan pesan kepada publik terutama konsumen sasaran mengenai keberadaan produk di pasar. Komunikasi pemasaran (promotional mix) secara umum sering digunakan untuk menyampaikan pesan karena biasanya pemasar sering menggunakan berbagai jenis promosi secara simultan dan terintegrasi dalam rencana promosi produk. Menurut Kotler (2001) bauran promosi (promotion mix) sebagai strategi komunikasi pemasaran terdapat lima jenis promosi, yaitu periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat atau publisitas, penjualan personal (personal selling), dan pemasaran langsung.

Para pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono juga menjalankan komunikasi pemasaran (promotional mix) sebagai pendukung dalam memperkenalkan produk kain tenun ATBM Medono kepada calon konsumen dan konsumen secara keseluruhan yang dirancang sedemikian rupa sehingga proses komunikasi berjalan efektif dengan biaya yang efisien sehingga calon konsumen dan konsumen secara keseluruhan dapat mengetahui keberadaan produk di pasar. Berikut adalah strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono kota Pekalongan, antara lain:

1. Periklanan

Periklanan merupakan semua bentuk penyajian non personal dan promosi ide, barang atau jasa yang dilakukan oleh perusahaan.


(3)

77

Kegiatan periklanan merupakan bentuk promosi yang dilakukan oleh kabid perindustrian Kota Pekalongan dengan tujuan untuk menginformasikan keberadaan produk kerajinan kain tenun ATBM Medono yang disampaikan lewat suatu media. Media yang digunakan adalah pemasangan iklan luar ruang yang ditujukan kepada seluruh masyarakat untuk membujuk calon konsumen dan konsumen agar berpikir, bersikap atau bertindak untuk membeli. Keberadaan iklan luar ruang ini cukup strategis karena berada pada jalur pantura.

Gambar 20. Periklanan Melalui Media Luar Ruang

Pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono juga pernah melakukan periklanan dengan membuat brosur, namun pembuatan brosur hanya pada saat kerajinan kain tenun ini mengalami masa keemasan, saat ini pembuatan brosur tidak dilanjutkan kan lagi karena adanya faktor penghambat yaitu kurangnya biaya.

2. Penjualan Personal (personal selling)

Penjualan personal (personal selling), dimana interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesanan yang melibatkan pikiran, emosi, serta tentu saja berhadapan langsung dengan konsumen.

Kegiatan strategi penjualan personal oleh pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono dimana interaksi langsung antara karyawan


(4)

78

atau pemilik usaha kain tenun langsung dengan calon konsumen maupun konsumen, interaksi langsung dengan memperlihatkan contoh-contoh desain hasil produk interior rumah tangga, membantu pelanggan yang mengalami kesulitan ketika memilih bahan produk interior rumah tangga yang berkualitas bagus, dan memberikan potongan harga.

Salah satu pelaku usaha kain tenun ATBM Medono yaitu ibu Nuryam pemilik AR Collection mengatakan:

“Sementara saya belum promosi melalui apa-apa, kita di rumah

dan kita ada pelanggan yang datang.”

Gambar 21. Ibu Nuryam sebagai pemilik AR ollection Dalam penjualan personal, proses alur komunikasi terjadi dua arah, sehingga calon konsumen dan konsumen secara langsung bisa bertanya mengenai produk kepada tenaga penjualan. Tenaga penjualan juga bisa menerima umpan balik secara langsung dari konsumen dalam bentuk keberatan pertanyaan atau komunikasi non verbal. Dengan berbagai pengetahuan dan sarannya, penjualan personal dapat membangun preferensi, keyakinan dan mendorong calon konsumen atau konsumen untuk bertindak (membeli).

3. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

Pemasaran langsung memainkan peran penting dalam komunikasi pemasaran bagi perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk


(5)

79

kebutuhan konsumen maupun produk industri. Pemasaran langsung (direct marketing) adalah upaya perusahaan atau organisasi untuk berkomunikasi langsung dengan calon pelanggan sasaran dengan maksud untuk menimbulkan tanggapan dan atau transaksi penjualan.

Strategi pemasaran langsung yang dilakukan oleh pelaku usaha kain tenun ATBM Medono Kota pekalongan adalah melalui internet (online) yaitu Facebook dan BBM.

Gambar 22. Pemasaran Langsung melalui facebook Pelaku usaha ini pun melakukan strategi pemasaran langsung dengan cara mengirimkan gambar produk-produk baru kepada calon konsumen maupun konsumen. Ibu woro selaku pemilik Biru Kuning sebagai salah satu pelaku usaha kain tenun ATBM Medono mengungkapkan:

“Promosi melalui online (BBM), ya itu pelanggan-pelanggan yang masih bertahan tak kirimin gambar-gambar yang baru.”


(6)

80

Kehadiran internet memudahkan pelaku usaha kain tenun ATBM Medono untuk mempromosikan produk-produk interior rumah tangga kepada calon konsumen dan konsumen yang tidak hanya berada di kota Pekalongan namun juga untuk menjangkau calon konsumen dan konsumen yang berada diluar kota.

Kemampuan bertahan industri kecil ini sejalan dengan pendapat Audretsch (1997) yang menyatakan bahwa bertahan suatu perusahaan tergantung dari: (1)

the staruo size, banyaknya jumlah karyawan yang dimiliki pada waktu perusahaan dimulai, (2) capital intensity, mencerminkan biaya produksi yang harus dikeluarkan, terutama untuk biaya-biaya tetap, dan (3) debt structure, struktur modal terutama yang disebabkan oleh banyaknya bunga utang sebagai beban tetap yang harus ditanggung.

Dikaitkan dengan deskripsi diatas, peneliti menganalisis bagaimana kemampuan bertahan usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono Kota pekalongan. Pelaku usaha kerajinan kain tenun ini pada waktu memulai usahanya juga memiliki karyawan, biaya produksi dan modal. Namun pada saat masa keemasan dan masa kemerosotan yang dialami saat ini jumlah karyawan, biaya produksi dan modal memiliki perbedaan yang sangat jauh, antara lain:

(1) Jumlah karyawan (The Starup Size)

Jumlah karyawan yang dimiliki pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono Kota Pekalongan pada awal usaha ini dimulai rata-rata memiliki karyawan berjumlah sekitar 50 orang. Namun akibat terjadinya kemerosotan bahkan ada pelaku usaha yang saat ini hanya memiliki 1 karyawan.

(2) Biaya Produksi (Capital Intensity)

Biaya produksi yang dikeluarkan pelaku usaha kain tenun ATBM Medono dulu pada masa keemasan dan sekarang yang diakibatkan terjadinya kemerosotan sangatlah jauh berbeda. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pelaku usaha kain tenun ATBM Medono yaitu Ibu Nuryam sebagai pemilik AR Collection.


(7)

81

“Kalo biaya produksi bagusan dulu, kalo kita istilahnya modal katakan modal cuman 100 ribu, nanti bisa beli lebih banyak, tapi sekarang modal segitu mungkin kurang, terus hasilnya juga tipis.”

(3) Struktur Modal (Debt Structure)

Sejak usaha kain tenun ATBM Medono dimulai, para pelaku usaha ini memakai modal sendiri sampai saat ini. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pelaku usaha kain tenun ATBM Medono yaitu Ibu Titik sebagai pemilik Liliana Handicraft

“Modal dari dulu kan sudah muter, modal sendiri takut kalo mau pinjam bank.Yang ada aja di putar.”

Teori evolusi sosiokultural (theory of sociocultural) adalah perspektif kedua yang telah digunakan untuk mendeskripsikan proses di mana organisasi mengumpulkan dan memahami informasi. Ungkapan yang tepat menggambarkan teori ini adalah survival of the fittest (yang dapat bertahan adalah yang paling mampu menyesuaikan diri).

Menurut Schindehutte dan Morris (2001), strategi survival industri kecil tergantung pada tingkat adaptasinya. Adaptasi mempengaruhi perubahan perilaku strateginya, meningkatkan kompetisinya, dan mendorong keselarasan dengan lingkungannya. Tidak ada sebuah organisasi pun yang bersifat statis sepanjang waktu. Berbagai penyesuaian, perubahan serta peningkatan akan searah dengan operasi perusahaannya. Tingkat adaptasi yang timbul dan hasil dari adaptasi selalu beragam antar perusahaan (Chakravarthy, 1982; Bonk, 1996). Adaptasi organisasi muncul sebagai suatu bentuk koalisasi untuk mengelola kebutuhan-kebutuhan organisasi agar tetap survival (bertahan) (Preffer, 1981).

Para pelaku usaha ini berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan sesama pelaku usaha dengan tujuan untuk berjuang dalam menghadapi perubahan dan persaingan. Keberadaan pelanggan yang membuat para pelaku usaha ini dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan sesama pelaku usaha dalam menghadapi perubahan dan persaingan.


(8)

82

Pelanggan merupakan aset penting bagi perusahaan, karena tanpa pelanggan perusahaan tidak akan ada. Kelangsungan suatu bisnis atau usaha mutlak tergantung dari ada tidaknya perhatian yang besar terhadap kebutuhan pelanggan. Keberadaan pelanggan yang masih ada mampu membuat pelaku usaha kain tenun ATBM Medono untuk terus menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam menghadapi perubahan dan persaingan sehingga produk interior rumah tangga hasil kerajinan kain tenun ATBM Medono sampai sekarang masih eksis walaupun dengan pengrajin yang semakin sedikit. Selain itu, para pelaku usaha kain tenun ATBM juga saling melakukan sharing dengan sesama pelaku UKM tentang bagaimana agar produk kain tenun ATBM Medono tetap bertahan dan eksis di pasaran, serta melakukan sharing dengan disperindagkop seperti mengusulkan pelatihan ketenagakerjaan.

Saat ini, iklim kompetisi dalam dunia usaha semakin terasa. Di sisi lain perubahan lingkungan yang demikian pesat semakin mendukung kompetisi yang yang terjadi. Tujuan akhir tiap perusahaan atau organisasi adalah bertahan, dan manusia bekerja untuk menemukan strategi terbaik untuk tetap hidup. Semua itu dilaksanakan untuk menambah jumlah calon konsumen dan konsumen agar kerajinan kain tenun ATBM Medono diminati dan dikenal oleh masyarakat luas. Begitu halnya juga dengan pelaku usaha kain tenun ATBM Medono kota Pekalongan selain menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam menghadapi perubahan dan persaingan, pelaku usaha ini juga mempunyai strategi bertahan agar usaha yang dijalankan tetap hidup.

Strategi bertahan yang dilakukan oleh pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono, antara lain:

1. Terus menjaga kualitas produk.

2. Mencari dan menggali hal baru untuk berinovasi, misalnya perpaduan produk kain tenun ATBM interior rumah tangga dengan batik.


(9)

83

4. Mencetuskan desain-desain baru sehingga calon konsumen atau konsumen tidak bosan.

Menjalin hubungan baik dengan pelanggan merupakan hal penting dalam komunikasi pemasaran. Agar tetap menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan, pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono punya cara untuk menjalin komunikasi dengan pelanggan yaitu melalui telepon dan bbm-an. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Nuryam pemilik AR Collection bahwa:

“Kita menjalin komunikasi dengan pelanggan biasanya telepon, untuk pembayaran biasa transfer.”

Adapun strategi bertahan agar strategi komunikasi pemasaran (promosi) tetap hidup adalah pelaku usaha selalu memposting gambar produk baru dengan desain baru kemudian gambar tersebut dikirim ke calon konsumen dan konsumen. Seperti yang diutarakan oleh ibu woro pemilik Biru Kuning bahwa:

“Ya itu pelanggan-pelanggan yang masih bertahan tak kirimin gambar-gambar yang baru.”

Berbagai kendala juga masih dialami oleh pelaku usaha dalam menjalankan usaha kain tenun ATBM. Adapun kendala-kendala yang masih dialami oleh pelaku usaha kain tenun ATBM Medono, antara lain:

1. Bahan baku 2. Tenaga kerja 3. Modal

4. Kurangnya pengetahuan dalam menggunakan teknologi

Pada tahun 2016 disperindagkop akan mencoba lagi mengembangkan kerajinan kain tenun ATBM dimana memiliki program dan akan merubah secara perlahan keerajinan kain tenun ATBM akan dialihkan ke tenun fashiondikarenakan penyerapan pasarnya lebih besar tanpa menghilangkan produk interior rumah tangga. Pihak disperindagkop pun akan menggandeng desainer dari Jakarta sehingga kota Pekalongan mempunyai tenun fashion yang berbeda dari yang lain. Selain itu, disperindagkop juga akan memiliki kegiatan bagi pekerja


(10)

84

kerajinan kain tenun ATBM yaitu pelatihan kemampuan dan keterampilan bagi pekerja ATBM serta bantuan bahan baku. Proses adaptasi yang dilakukan oleh disperindagkop adalah menyerap pasar sejauh-jauhnya bahkan hingga ke luar pulau.

Pelaku usaha kain tenun ATBM ini juga masih memiliki harapan yang besar terhadap perkembangan kerajinan kain tenun agar produk kerajinan kain tenunATBM Medono Kota Pekalongan tetap hidup, tidak hanya di kota pekalongan namun juga di luar kota serta dikenal oleh masyarakat luas. Harapan tersebut yaitu produk kerajinan kain tenun ATBM Medono bisa bangkit kembali, bisa jaya dan semakin semarak agar bisa bertumbuh lagi lebih dari dulu, pemerintah bisa memasarkan produk kerajinan kain tenun ATBM Medono, dan mendapat modal agar usaha kain tenun ini bisa dikembangkan lagi.


(1)

79

kebutuhan konsumen maupun produk industri. Pemasaran langsung (direct marketing) adalah upaya perusahaan atau organisasi untuk berkomunikasi langsung dengan calon pelanggan sasaran dengan maksud untuk menimbulkan tanggapan dan atau transaksi penjualan.

Strategi pemasaran langsung yang dilakukan oleh pelaku usaha kain tenun ATBM Medono Kota pekalongan adalah melalui internet (online) yaitu Facebook dan BBM.

Gambar 22. Pemasaran Langsung melalui facebook Pelaku usaha ini pun melakukan strategi pemasaran langsung dengan cara mengirimkan gambar produk-produk baru kepada calon konsumen maupun konsumen. Ibu woro selaku pemilik Biru Kuning sebagai salah satu pelaku usaha kain tenun ATBM Medono mengungkapkan:

“Promosi melalui online (BBM), ya itu pelanggan-pelanggan yang masih bertahan tak kirimin gambar-gambar yang baru.”


(2)

80

Kehadiran internet memudahkan pelaku usaha kain tenun ATBM Medono untuk mempromosikan produk-produk interior rumah tangga kepada calon konsumen dan konsumen yang tidak hanya berada di kota Pekalongan namun juga untuk menjangkau calon konsumen dan konsumen yang berada diluar kota.

Kemampuan bertahan industri kecil ini sejalan dengan pendapat Audretsch (1997) yang menyatakan bahwa bertahan suatu perusahaan tergantung dari: (1) the staruo size, banyaknya jumlah karyawan yang dimiliki pada waktu perusahaan dimulai, (2) capital intensity, mencerminkan biaya produksi yang harus dikeluarkan, terutama untuk biaya-biaya tetap, dan (3) debt structure, struktur modal terutama yang disebabkan oleh banyaknya bunga utang sebagai beban tetap yang harus ditanggung.

Dikaitkan dengan deskripsi diatas, peneliti menganalisis bagaimana kemampuan bertahan usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono Kota pekalongan. Pelaku usaha kerajinan kain tenun ini pada waktu memulai usahanya juga memiliki karyawan, biaya produksi dan modal. Namun pada saat masa keemasan dan masa kemerosotan yang dialami saat ini jumlah karyawan, biaya produksi dan modal memiliki perbedaan yang sangat jauh, antara lain:

(1) Jumlah karyawan (The Starup Size)

Jumlah karyawan yang dimiliki pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono Kota Pekalongan pada awal usaha ini dimulai rata-rata memiliki karyawan berjumlah sekitar 50 orang. Namun akibat terjadinya kemerosotan bahkan ada pelaku usaha yang saat ini hanya memiliki 1 karyawan.

(2) Biaya Produksi (Capital Intensity)

Biaya produksi yang dikeluarkan pelaku usaha kain tenun ATBM Medono dulu pada masa keemasan dan sekarang yang diakibatkan terjadinya kemerosotan sangatlah jauh berbeda. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pelaku usaha kain tenun ATBM Medono yaitu Ibu Nuryam sebagai pemilik AR Collection.


(3)

81

“Kalo biaya produksi bagusan dulu, kalo kita istilahnya modal katakan modal cuman 100 ribu, nanti bisa beli lebih banyak, tapi sekarang modal segitu mungkin kurang, terus hasilnya juga tipis.” (3) Struktur Modal (Debt Structure)

Sejak usaha kain tenun ATBM Medono dimulai, para pelaku usaha ini memakai modal sendiri sampai saat ini. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pelaku usaha kain tenun ATBM Medono yaitu Ibu Titik sebagai pemilik Liliana Handicraft

“Modal dari dulu kan sudah muter, modal sendiri takut kalo mau pinjam bank.Yang ada aja di putar.”

Teori evolusi sosiokultural (theory of sociocultural) adalah perspektif kedua yang telah digunakan untuk mendeskripsikan proses di mana organisasi mengumpulkan dan memahami informasi. Ungkapan yang tepat menggambarkan teori ini adalah survival of the fittest (yang dapat bertahan adalah yang paling mampu menyesuaikan diri).

Menurut Schindehutte dan Morris (2001), strategi survival industri kecil tergantung pada tingkat adaptasinya. Adaptasi mempengaruhi perubahan perilaku strateginya, meningkatkan kompetisinya, dan mendorong keselarasan dengan lingkungannya. Tidak ada sebuah organisasi pun yang bersifat statis sepanjang waktu. Berbagai penyesuaian, perubahan serta peningkatan akan searah dengan operasi perusahaannya. Tingkat adaptasi yang timbul dan hasil dari adaptasi selalu beragam antar perusahaan (Chakravarthy, 1982; Bonk, 1996). Adaptasi organisasi muncul sebagai suatu bentuk koalisasi untuk mengelola kebutuhan-kebutuhan organisasi agar tetap survival (bertahan) (Preffer, 1981).

Para pelaku usaha ini berusaha beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan sesama pelaku usaha dengan tujuan untuk berjuang dalam menghadapi perubahan dan persaingan. Keberadaan pelanggan yang membuat para pelaku usaha ini dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar dan sesama pelaku usaha dalam menghadapi perubahan dan persaingan.


(4)

82

Pelanggan merupakan aset penting bagi perusahaan, karena tanpa pelanggan perusahaan tidak akan ada. Kelangsungan suatu bisnis atau usaha mutlak tergantung dari ada tidaknya perhatian yang besar terhadap kebutuhan pelanggan. Keberadaan pelanggan yang masih ada mampu membuat pelaku usaha kain tenun ATBM Medono untuk terus menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam menghadapi perubahan dan persaingan sehingga produk interior rumah tangga hasil kerajinan kain tenun ATBM Medono sampai sekarang masih eksis walaupun dengan pengrajin yang semakin sedikit. Selain itu, para pelaku usaha kain tenun ATBM juga saling melakukan sharing dengan sesama pelaku UKM tentang bagaimana agar produk kain tenun ATBM Medono tetap bertahan dan eksis di pasaran, serta melakukan sharing dengan disperindagkop seperti mengusulkan pelatihan ketenagakerjaan.

Saat ini, iklim kompetisi dalam dunia usaha semakin terasa. Di sisi lain perubahan lingkungan yang demikian pesat semakin mendukung kompetisi yang yang terjadi. Tujuan akhir tiap perusahaan atau organisasi adalah bertahan, dan manusia bekerja untuk menemukan strategi terbaik untuk tetap hidup. Semua itu dilaksanakan untuk menambah jumlah calon konsumen dan konsumen agar kerajinan kain tenun ATBM Medono diminati dan dikenal oleh masyarakat luas. Begitu halnya juga dengan pelaku usaha kain tenun ATBM Medono kota Pekalongan selain menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam menghadapi perubahan dan persaingan, pelaku usaha ini juga mempunyai strategi bertahan agar usaha yang dijalankan tetap hidup.

Strategi bertahan yang dilakukan oleh pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono, antara lain:

1. Terus menjaga kualitas produk.

2. Mencari dan menggali hal baru untuk berinovasi, misalnya perpaduan produk kain tenun ATBM interior rumah tangga dengan batik.


(5)

83

4. Mencetuskan desain-desain baru sehingga calon konsumen atau konsumen tidak bosan.

Menjalin hubungan baik dengan pelanggan merupakan hal penting dalam komunikasi pemasaran. Agar tetap menjalin hubungan yang baik dengan pelanggan, pelaku usaha kerajinan kain tenun ATBM Medono punya cara untuk menjalin komunikasi dengan pelanggan yaitu melalui telepon dan bbm-an. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Nuryam pemilik AR Collection bahwa:

“Kita menjalin komunikasi dengan pelanggan biasanya telepon, untuk pembayaran biasa transfer.”

Adapun strategi bertahan agar strategi komunikasi pemasaran (promosi) tetap hidup adalah pelaku usaha selalu memposting gambar produk baru dengan desain baru kemudian gambar tersebut dikirim ke calon konsumen dan konsumen. Seperti yang diutarakan oleh ibu woro pemilik Biru Kuning bahwa:

“Ya itu pelanggan-pelanggan yang masih bertahan tak kirimin gambar-gambar yang baru.”

Berbagai kendala juga masih dialami oleh pelaku usaha dalam menjalankan usaha kain tenun ATBM. Adapun kendala-kendala yang masih dialami oleh pelaku usaha kain tenun ATBM Medono, antara lain:

1. Bahan baku 2. Tenaga kerja 3. Modal

4. Kurangnya pengetahuan dalam menggunakan teknologi

Pada tahun 2016 disperindagkop akan mencoba lagi mengembangkan kerajinan kain tenun ATBM dimana memiliki program dan akan merubah secara perlahan keerajinan kain tenun ATBM akan dialihkan ke tenun fashiondikarenakan penyerapan pasarnya lebih besar tanpa menghilangkan produk interior rumah tangga. Pihak disperindagkop pun akan menggandeng desainer dari Jakarta sehingga kota Pekalongan mempunyai tenun fashion yang berbeda dari yang lain. Selain itu, disperindagkop juga akan memiliki kegiatan bagi pekerja


(6)

84

kerajinan kain tenun ATBM yaitu pelatihan kemampuan dan keterampilan bagi pekerja ATBM serta bantuan bahan baku. Proses adaptasi yang dilakukan oleh disperindagkop adalah menyerap pasar sejauh-jauhnya bahkan hingga ke luar pulau.

Pelaku usaha kain tenun ATBM ini juga masih memiliki harapan yang besar terhadap perkembangan kerajinan kain tenun agar produk kerajinan kain tenunATBM Medono Kota Pekalongan tetap hidup, tidak hanya di kota pekalongan namun juga di luar kota serta dikenal oleh masyarakat luas. Harapan tersebut yaitu produk kerajinan kain tenun ATBM Medono bisa bangkit kembali, bisa jaya dan semakin semarak agar bisa bertumbuh lagi lebih dari dulu, pemerintah bisa memasarkan produk kerajinan kain tenun ATBM Medono, dan mendapat modal agar usaha kain tenun ini bisa dikembangkan lagi.