HUBUNGAN KEMAMPUAN POWER TUNGKAI, POWER LENGAN, DAN KAPASITAS AEROBIK (VO2 Max) DENGAN PRESTASI RENANG GAYA BEBAS 50 METER.

(1)

HUBUNGAN KEMAMPUAN POWER TUNGKAI, POWER LENGAN, DAN KAPASITAS AEROBIK (VO2 Max) DENGAN

PRESTASI RENANG GAYA BEBAS 50 METER

SKRIPSI

Diajukan untuk memnuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan,

Prodi Jurusan Pendidikan Kepelatihan

Oleh NURCAHYO

0800174

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : NURCAHYO

NIM : 0800174

JUDUL : HUBUNGAN KEMAMPUAN POWER TUNGKAI,

POWER LENGAN, DAN KAPASITAS AEROBIK (VO2 Max)DENGAN PRESTASI RENANGGAYA BEBAS 50 METER

Disetujui dan Disahkan Oleh: Pembimbing I,

Dr. R. Boyke Mulyana M.Pd NIP : 196210231989031001

Pembimbing II,

Drs. Satriya

NIP : 196002101987031004

Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

Dr. R. Boyke Mulyana M.Pd NIP : 196210231989031001


(3)

HUBUNGAN KEMAMPUAN POWER TUNGKAI, POWER LENGAN, DAN KAPASITAS AEROBIK (VO2 Max)DENGAN PRESTASI

RENANGGAYA BEBAS 50 METER

Oleh

NURCAHYO

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

Universitas Pendidikan Indonesia

© NURCAHYO 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(4)

ABSTRAK

HUBUNGAN KEMAMPUAN POWER TUNGKAI, POWER LENGAN, DAN KAPASITAS AEROBIK (VO2 Max) DENGAN PRESTASI RENANG GAYA

BEBAS 50 METER Dosen Pembimbing: Dr. R. Boyke Mulyana M.Pd

Drs. Satriya

NURCAHYO 2013

Pada jaman sekarang prestasi olahraga dikalangan elit atlet sangat dipengaruhi oleh faktor komponen kondisi fisik, tak terkecuali dalam olahraga renang nomor jarak pendek, dalam nomor jarak pendek kondisi fisik sangat mempengaruhi prestasi, bagai mana seorang atlet harus mampu mengeluarkan energi yang cukup explosive dalam waktu yang relatif cukup lama. Dalam renang gaya bebas 50 meter sangat dibutuhkan power tungkai, power lengan yang harus dipertahankan selama kurang lebih 23 detik dan perlu dukungan kapasitas aerobik.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Dengan subjek penelitiannya adalah mahasiswa FPOK yang tergabung dalam UKM renang. Melalui metoda purposive sampling, sampel diperoleh sebanyak 8 orang. Instrumen yang digunakan adalah tes power tungkai dan power lengan, kapasitas aerobik dan renang 50 meter gaya bebas. Pendekatan statistik yang dipakai adalah analisis regresi dan studi korelasional.

Berdasarkan pengolahan data diperoleh hasil sebagi berikut : Hubungan antara power tungkai dengan renang 50 meter diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,905. Hubungan antara power lengan dengan renang 50 meter diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,828. sedangkan hubungan antara kapasitas aerobik dengan renang 50 meter diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,914.

Kesimpulan penelitian ini menunjukan bahwa, 1) Terdapat hubungan yang signifikan antara power tungkai dengan renang 50 meter. 2) Terdapat hubungan yang signifikan antara power lengan dengan renang 50 meter. 3) Terdapat hubungan yang signifikan antara kapasitas aerobik dengan renang 50 meter. Rekomendasi yang ingin penulis berikan dari hasil penelitian ini adalah para pelatih hendaknya memperhatikan faktor kondisi fisik dalam proses pelatihannya.


(5)

Nurcahyo, 2013

Hubungan Kemampuan Power Tungkai, Power Lengan, Dan Kapasitas Aerobik (Vo2 MAX) Dengan

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ……….

KATA PENGANTAR ………... UCAPAN TERIMA KASIH ... DAFTAR ISI ………... DAFTAR TABEL ………...

DAFTAR GAMBAR ………...

DAFTAR LAMPIRAN ………...

BAB I : PENDAHULUAN ………... A. Latar Belakang Masalah ...………... B. Perumusan Masalah ………….………... C. Tujuan Penelitian ... D. Kegunaan Penelitian ... E. Batasan Penelitian ... F. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... G. Definisi Istilah ... BAB II : TINJAUAN TEORETIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS ………...………….

A. TINJAUAN TEORETIS ...………. 1. Tinjauan Olahraga Renang Gaya Bebas ... 2. Tenik Renang Gaya Bebas ... 3. Analisis Gerakan Renang Gaya Bebas ... a. Gerakan Lengan ... b. Gerakan Tungkai ... 4. Komponen Kondisi Fisik ... 5. Power ... 6. Vo2 Max ...

i ii iii v vii viii ix 1 4 4 5 6 6 9 10 10 10 11 17 17 20 21 24 25


(6)

B. KERANGKA BERPIKIR ... 1. Power Lengan Hubungannya dengan Prestasi Renang Gaya Bebas Nomor 50 Meter ... 2. Power Tungkai Hubungannya dengan Prestasi Renang Gaya Bebas Nomor 50 Meter ...

3. Vo2 Max Hubungannya dengan Prestasi Renang Gaya Bebas Nomor 50 Meter ... BAB III : METODOLOGI PENELITIAN .………...

A. Metode Penelitian ………... B. Desain Penelitian ... C. Populasi dan Sampel Penelitian ... D. Langkah-langkah Penelitian ... E. Prosedur Pengambilan Data ...

1. Tes Power Lengan ...……….. 2. Tes Power Tungkai ………... 3. Tes Vo2 Max ... 4. Tes Renang Gaya Bebas 50 Meter ... F. Teknik Pengolahan Data ... BAB IV : HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ...

A. Hasil Pengolahan Data ... B. Diskusi Penemuan ... C. Pembahasan Penelitian ...……… BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN ...………...

A. Kesimpulan ………

B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN-LAMPIRAN …….………...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………...

26 26 27 27 29 29 30 31 32 32 33 36 37 39 39 41 41 45 45 48 48 48 50


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Renang merupakan salah satu olahraga (aquatik) atau dilakukan di air, baik itu sebagai sarana rekreasi maupun sarana kegiatan untuk perlombaan. Seiring dengan perkembangannya, renang merupakan olahraga yang populer dan tersebar ke seluruh dunia.

Prestasi atlet renang Indonesia di Dunia Internasional memang masih jauh dibandingkan dengan negara-negara dari Benua Amerika, Eropa, juga Benua Asia terutama negara Cina. Akan tetapi di wilayah untuk setingkat SEA Games kita perlu berbangga hati, seperti pada kegiatan event olahraga SEA GAMES XXVI di Jakarta dan Palembang pada tanggal 11 – 22 November 2011 yang baru lalu, prestasi atlet renang Indonesia sangat menggembirakan, dan ini pun dibuktikan dengan prestasi renang Indonesia memperoleh peringkat sebagai juara umum.

Kemudian pada level nasional kemarin yaitu provinsi Jawa Barat menjadi juara umum pada even Pekan Olahraga Nasional (PON XVIII) di Riau tahun 2012, dengan raihan 23 medali emas sungguh merupakan sebuah prestasi yang hebat.

Di Indonesia sendiri perkembangan olahraga renang hampir memasyarakat dan mulai menampakan prestasinya dengan ditandai banyaknya perkumpulan renang yang mengikuti setiap kejuaraan baik tingkat regional, nasional maupun internasional. Ada empat gaya yang dipertandingkan dalam suatu perlombaan renang yaitu gaya bebas (front crawl), gaya punggung (back crawl), gaya dada (breast stroke), dan gaya kupu-kupu (butterfly stroke).

Dalam mengikuti suatu perlombaan renang, seorang perenang tidak hanya cukup berbekal kemampuan melakukan teknik gerakan renang yang baik saja, akan tetapi juga harus dapat melakukan start, pembalikan, dan memasuki finish dengan cara yang benar. Tidak jarang seorang perenang yang baik dalam hal teknik, terpaksa menderita kekalahan dalam perlombaan hanya karena perenang jarak pendek tidak memiliki kemampuan power yang bagus untuk menyelesaikan


(8)

jarak renang dengan secepat-cepatnya, begitu juga dengan perenang jarak jauh yang tidak bisa mengatur tempo kecepatan mengeluarkan energi pada seluruh jarak yang diperlombakan.

Berkaitan dengan pencapaian prestasi olahraga renang gaya bebas, maka perenang harus mempunyai potensi yang sesuai dengan cabang olahraga yang ditekuninya, seperti potensi fisik, struktur anatomi tubuh, keadaan psikologis, serta penguasaan teknik dan taktik.

Dalam olahraga renang gaya bebas, laju kecepatan renang dihasilkan oleh gerakan kayuhan lengan dan pukulan tungkai, oleh sebab itu untuk menunjang kemampuan gerakan kayuhan lengan dan gerakan pukulan tungkai yang baik dibutuhkan faktor kondisi fisik yang baik pula.

Mengenai lajunya badan di air dihasilkan oleh gerakan kayuhan lengan dan pukulan kaki di jelaskan oleh Counsilman (1968:2) sebagai berikut :

At any given time a swimmer’s forward speed is the result of two forces is tending to hold him back. This is resistance (or drag), caused by the water he has to push out his way a pull a long with him. The force which pushes him forward is called propulsion, and created by his arm and leg.

Secara garis besar pendapat tersebut menerangkan bahwasannya laju kecepatan renang merupakan perpaduan dua gaya, satu gaya yang menahan perenang disebut dengan resistance (drag), gaya ini disebabkan oleh perpindahan air selama perenang melakukan tarikan pada saat berenang, serta gaya yang mendorong perenang bergerak maju yang dinamakan dengan propulsion (dorongan) dan ini dihasilkan oleh teknik gerakan lengan dan gerakan tungkai.

Laju kecepatan renang gaya bebas ditentutkan oleh gerakan kayuhan lengan dan gerakan pukulan tungkai. Kedua jenis gerakan tersebut memiliki prinsip yang sama, yaitu memindahkan air dari depan ke belakang untuk menghasilkan laju dorongan ke depan. Semakin banyak dan semakin cepat air yang dipindahkan, maka semakin besar pula gaya dorongan yang dihasilkan untuk melaju tubuh perenang.


(9)

3

Gerakan-gerakan renang gaya bebas dilakukan hampir oleh seluruh anggota tubuh, karena dalam renang gaya bebas terdiri dari koordinasi gerakan lengan, pukulan tungkai, dan pengambilan pernafasan. Oleh karena itu untuk dapat melakukan gerakan-gerakan tersebut, setiap perenang diharapkan memiliki kondisi fisik yang prima. Dari analisa gerakan tersebut di atas kondisi fisik yang dibutuhkan oleh perenang gaya bebas menendang air dengan kuat dan cepat adalah power tungkai dan dan untuk kayuhan lengan yang kuat dan cepat dibutuhkan power lengan, serta untuk memelihara kekonstanan gerakan tungkai dan lengan dari mulai start sampai finish dibutuhkan kapasitas aerobik (Vo2 Max) yang bagus.

Power di butuhkan karena menurut analisa peneliti terhadap Triadi Fauzi perenang dari Jabar pada even Pekan Olahraga Nasional (PON XVIII) di Riau tahun 2012, catatan waktunya untuk 50 meter gaya bebas 23,29 detik dengan kayuhan sebanyak 42 kayuhan ini artinya dia untuk sekali kayuh menempuh jarak 1,80 meter. Di bagian Putri Patrisia jarak 50 meter itu ditempuh 26,96 detik dengan kayuhan sebanyak 44 kayuhan artinya dia untuk sekali kayuh menempuh jarak 1,63 meter.

Hal ini menggambarkan bahwa dengan waktu yang cukup lama yaitu 23,29 detik atlet harus melakukan gerakan kayuhan dan tendangan yang eksplosive, gerakan yang eksplosive tersebut dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu hampir 23 detik maka kondisi fisik yang dibutuhkan adalah power yang ditunjang oleh kapasitas aerobik yang bagus. Power menurut Bompa (1994:279) mengatakan bahwa : “Power is the product of two abilities strength and speed”. Sedangkan kapasitas aerobik (VO2 Max) menurut Rumpis dan Rina (2004:11) menjelaskan bahwa “Kemampuan paru-paru untuk menghisap dan menghembuskan udara persatuan kg berat badan per menit”.

Kebutuhan kondisi fisik power untuk renang gaya bebas nomor 50 m pun dikemukanan oleh KOI (Komite Olahraga Indonesia) (2009 :66) yang terdapat pada halaman 4:


(10)

Kelemahan para atlet renang kita pada umumnya adalah kemampuan fisik, untuk perenang secara spesifik pada tingkatan atlet elit nasional seperti misalnya Power yang harus dipertahankan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama (Endurance).

Begitu pula dengan kemampuan kapasitas aerobik (Vo2 Max) yang tinggi akan sangat menguntungkan para atlet renang, sebab bila atlet memiliki Vo2 Max yang tinggi maka ia tidak akan terlalu banyak melakukan gerakan pengambilan nafas dalam renangnya, sehingga ia akan mampu bertahan cukup lama tanpa pengambilan nafas dan ini akan menguntungkan pada prestasi. Karena oksigen yang dibutuhkan sudah tersedia di dalam tubuhnya dengan kapasitas aerobik yang tinggi itu.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka penulis ingin mengungkap pengaruh power tungkai dan power lengan serta kemampuan kapasitas aerobik (Vo2 Max) terhadap pencapaian prestasi renang gaya bebas nomor 50 Meter.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara power tungkai dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter ?

2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara power lengan dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter ?

3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara kapasitas aerobik (VO2 Max) dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter ?

4. Manakah yang memberikan dukungan lebih besar antara power tungkai, power lengan, dan kapasitas aerobik (VO2 Max) terhadap prestasi renang gaya bebas 50 Meter ?


(11)

5

C. Tujuan Penelitian

Atas permasalahan yang diajukan, maka penulis merumuskan tujuan penelitiannya seperti yang terdapat pada halaman 5 :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara power tungkai dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter ?

2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara power lengan dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter ?

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara kapasitas aerobik (VO2 Max) dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter ?

4. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif secara bersama-sama antara power tungkai, power lengan, dan kapasitas aerobik (VO2 Max) dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter ?

D. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para pelatih, pengajar, dan masyarakat yang hobi akan olahraga renang. Secara kajian diharapkan penelitian ini bermanfaat secara :

1. Secara teoretis

Hasil penelitian ini berguna untuk memberikan informasi ilmiah, khususnya cabang olahraga renang agar dapat menjelaskan secara teoritis terutama yang berkaitan dengan peranan kondisi fisik, seperti power dan kapasitas aerobik (VO2 Max) guna menunjang pencapaian prestasi renang khususnya renang jarak pendek 50 Meter gaya bebas. 2. Secara praktis

Adapun secara praktis, penelitian ini dapat direkomendasikan kepada para atlet, pelatih, maupun pembina olahraga renang bahwa kemampuan kondisi fisik terutama power dan VO2 Max dapat diketahui pengaruhnya terhadap kecepatan renang gaya bebas, sehingga informasi


(12)

tersebut dapat dijadikan sebagai landasan bahwa komponen kondisi fisik tersebut harus mendapat perhatian dalam setiap proses latihan.

E. Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang hendak diteliti, hal ini dimaksudkan agar lebih dekat untuk memfokuskan kepada masalah penelitian dan hal ini untuk menghindari salah tafsir terhadap masalah yang terdapat di dalam penelitian, untuk itu penulis membatasi masalah penelitian sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya akan mengukur power tungkai, lengan, kapasitas aerobik (VO2 Max) dan waktu renang 50 meter.

2. Populasi dan sampel yang menjadi objek penelitian adalah semua mahasiswa FPOK UPI yang tergabung dalam kegiatan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) renang.

F. Anggapan Dasar dan Hipotesis

Anggapan dasar adalah suatu pendapat yang dinyatakan kebenarannya dan dijadikan titik tolak penelitian untuk memecahkan suatu masalah. Surakhmad (1990:38) menjelaskan sebagai berikut:

Anggapan dasar, asumsi atau postulat yang menjadi tumpuan segala pandangan dan kegiatan terhadap masalah yang dihadapai, postulat ini menjadi titik pangkal dimana tidak lagi menjadi keragu-raguan penyelidik.

Adapun hal-hal yang menjadi anggapan dasar sehubungan dengan permasalahan-permasalahan penelitian sebagai berikut :

Secara umum, sumber laju gerak renang gaya bebas dihasilkan oleh gerakan lengan dan gerakan tungkai, yang berhasil memindahkan air dari depan ke belakang untuk menghasilkan dorongan maju ke depan. Semakin banyak dan semakin cepat air dipindahkan, maka semakin besar dan kuat dorongan yang dihasilkan untuk mempercepat laju perenang.


(13)

7

Hal ini berkaitan dengan hukum gerak III dari Newton. Sir Isaac Newton mengatakan bahwa “Setiap aksi akan mengakibatkan reaksi yang sama besar dan berlawanan arahnya”. (Imam Hidayat 1999). Dari pernyataan aksi reaksi tersebut, jika dikaitkan dengan kajian penelitian maka sangatlah relevan. Bila seorang perenang pada saat mengayuhkan lengannya pada fase mendorong (push phase) ke belakang, maka reaksinya berupa dorongan ke depan, begitu pula pada saat pukulan kaki menekan air ke bawah, ke atas dan ke belakang, maka reaksinya akan menghasilkan gaya mendorong ke depan.

Gerakan renang gaya bebas ini berdasarkan hukum Bernoulli dengan teori propeller-nya (teori baling-baling) terhadap gerakan lengan, teknik gerakannya dengan lengan menyisir (sweeping).

Seperti yang dijelaskan oleh Imam Hidayat (1999:148) bahwa :

Dengan menyisir, mekanisme gerak di sini memanfaatkan daya angkat seperti pada pesawat terbang / baling-baling kapal laut. Arus angin pada bagian convex (cembung) dan concave (cekung) menyebabkan terjadinya tekanan statis, sehingga terjadilah daya angkat (lift).

Oleh karena itu agar dapat menyisir ke berbagai arah, maka tangan bergerak melengkung, untuk memanfaatkan daya angkat yang sebesar-besarnya, gambar dapat dianalogikan dengan gerakan baling-baling. Namun demikian, yang diperhatikan adalah saat yang tepat pada waktu pengambilan nafas. Selanjutnya unsur gerak dalam melakukan teknik gerak gaya bebas yaitu lengan dan tungkai sebagai komponen utamanya juga ditentukan oleh keadaan panjang tulang, kemampuan otot berupa power.

Berkaitan dengan renang gaya bebas untuk nomor 50 meter yang ditempuh dengan catatan waktu kurang lebih dari 23 detik, maka unsur kondisi fisik yang dibutuhkan adalah power yang mampu dipertahankan dalam jangka waktu tersebut (23 detik).

Untuk 50 meter gaya bebas dengan catatan waktu 23,29 detik dengan kayuhan sebanyak 42 kayuhan ini artinya dia untuk sekali kayuh menempuh jarak 1,80 meter. Di bagian Putri Patrisia jarak 50 meter itu ditempuh 26,96 detik


(14)

dengan kayuhan sebanyak 44 kayuhan, ini artinya si perenang harus mampu mempertahankan kualitas setiap kayuhannya.

Kayuhan renang adalah aktivitas gerak otot ES I (anaerobik) kelangsungan gerak yang bertururt-turut hanya bisa dilakukan apabila suplai oksigen pada otot tersedia dan ini tergantung pada kapasitas VO2 Max, Kayuhan lengan dan tendangan tungkai pada saat berenang dilakukan dengan kuat dan cepat ini dihasilkan dari kontraksi otot (ES I) atau anaerobik, kayuhan dan tendangan tersebut dilakukan sebanyak 32 kali, tingkat kekonstanan kayuhan dan tendangan selama 34 kali tergantung dari kapasitas aerobik yang dimilikinya, karena kapasitas aerobik fungsinya membantnu kelangsungan kapasitas anaerobik, jadi semakin bagus kapasitas aerobik semakin lama kelangsungan anaerobik dapat dipertahankan, seperti yang dijelaskan oleh Giriwijoyo (2007:109) bahwa : “...Tanpa peran serta ES-II olahdaya aerobik tidak mungkin terlaksana dan aktivitas gerak ES I akan segera berhenti. Makin tinggi kemampuan fungsional ES II makin tegar kelangsungan penampilan ES I”.

Selain itu pula kapasitas aerobik (VO2Max) yang tinggi akan sangat menunjang pada saat renang 50 meter gaya bebas yaitu pada saat gerakan mengambil nafas, atlet yang kurang terlatih yang memiliki VO2 Max rendah maka atlet tersebut akan banyak melakukan gerakan mengambil nafas pada saat berenangnya, beda lagi dengan atlet yang terlatih yang memiliki VO2 Max yang tinggi, atlet tersebut akan sedikit atau lebih sedikit dibandingkan atlet yang kurang terlatih dalam hal melakukan gerakan mengambil nafas pada saat sedang berenangnya, ini membuktikan bahwa efektifitas dan efisiensi di miliki oleh atlet yang memiliki VO2 Max tinggi. Oleh karena itu kapasitas aerobik (VO2 Max) akan sangat mendukung pada kecepatan renang gaya bebas 50 meter.

Berdasarkan pada anggapan dasar di atas maka peneliti mengambil hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara power tungkai dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter ?


(15)

9

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara power lengan dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter ?

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara kapasitas aerobik (VO2 Max) dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter ?

4. Kapasitas aerobik (VO2 Max) memberikan dukungan yang lebih besar di bandingkan variabel lain terhadap prestasi renang gaya bebas 50 Meter ?

G. Definisi Istilah

Untuk menghindari penafsiran yang salah, maka penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai istilah-istilah yang dipergunakan di dalam penelitian ini, di antaranya sebagai berikut :

1. Power Lengan 2. Power Tungkai 3. VO2 Max


(16)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Pada bab I telah dikemukakan bahwa masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah hubungan antara power tungkai, power lengan, dan kapasitas aerobik (VO2 Max) dengan prestasi renang gaya bebas nomor 50 meter, dan dengan suatu hipotesis penelitian.

Untuk membenarkan hipotesis yang telah diajukan, maka penulis perlu melakukan pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan suatu metode penelitian, hal ini sesuai dengan pendapat Surakhmad (1990:131), yang

menerangkan bahwa, Suatu metode adalah “...cara utama yang digunakan untuk

mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis, dengan menggunakan teknik serta alat-alat tertentu”.

Metode yang digunakan dalam peneltian ini adalah metode deskriptif, yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti. Mengenai metode deskriptif Furchan, (1982:415) menjelaskan bahwa:

Penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Penelitian diarahkan untuk menetapkan sifat suatu situasi pada waktu penyelidikan itu dilakukan. Dalam penelitian deskriptif, tidak ada perlakuan yang diberikan atau yang dikendalikan seperti yang ditemui dalam penelitian eksperimen. Tujuan penelitian ini untuk melukiskan variabel atau kondisi apa adanya dalam suatu situasi.

Dari pendapat di atas, memberikan makna bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh informasi tentang keterhubungan suatu variabel dengan variabel lainnya, pada saat sekarang yang nampak pada suatu situasi.


(17)

30

Nurcahyo, 2013

Metode deskriptif memiliki ciri-ciri seperti yang dikemukakan oleh Surakhmad (1990:144), yang terdapat pada halaman 30:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa-masa sekarang atau pada masa-masa-masa-masa aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis (karena itu metode ini sering disebut dengan metode analitik) Dari pendapat tersebut di atas, secara umum dapat diambil suatu kesimpulan bahwa, metode deskriptif adalah suatu metode penelitian yang memusatkan pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, dengan cara mengumpulkan data, menyusun, mengolah, serta menganalisisnya. Adapun mengenai pelaksanaan metode deskriptif, Surakhmad, (1990:139) menjelaskan bahwa : “...tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan pengolahan data, serta meliputi analisis dan interpretasi tentang arti data itu...”.

Dari penjelasan di atas, penulis memperoleh gambaran bahwa metode deskriptif dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan tujuan penelitian, oleh karena itu di dalam penelitian ini akan dipergunakan metode deskriptif analitis.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian, seperti terlihat pada Gambar 1.3.

Keterangan :

(X1) : power lengan

(X2) : power tungkai

(X3) : kapasitas VO2 Max

(Y) : prestasi renang gaya bebas 50 meter

Gambar 3.1 Desain Penelitian X1

Y X2


(18)

Dari desain penelitian di atas, ada dua macam variabel yaitu variabel X dan variabel Y. Variabel adalah gejala yang bervariasi sedangkan gejala itu adalah objek penelitian, jadi variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.

Sudjana (1991:23) mengemukakan mengenai definisi variabel sebagai berikut “Variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, objek, gejala, peristiwa, yang dapat diukur secara kuantitatif maupun kualitatif”.

Adapun variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua kategori utama yaitu variabel bebas / independen (X) dan variabel terikat/dependen (Y). Variabel bebas (X) adalah perlakuan yang sengaja dimanipulasi untuk diketahui pengaruhnya terhadap variabel terikat atau lebih mudah lagi variabel yang mempengaruhi. Sedangkan variabel terikat (Y) adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas atau respon dari variabel bebas atau lebih dikenal variabel yang dipengaruhi.

Berdasarkan identifikasi masalah dan perumusan masalah, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel bebas / independen (X1) : power lengan

(X2) : power tungkai

(X3) : kapasitas VO2 Max

2. Variabel terikat / dependen (Y) : prestasi renang gaya bebas 50 meter.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam suatu penelitian merupakan kumpulan individu atau objek yang merupakan sifat-sifat umum. Dalam hal ini Arikunto (1992:12) menjelaskan bahwa: “Populasi adalah keseluruhan objek penelitian.”

Adapun populasi dalam penelitian adalah semua anggota Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) renang UPI. Mengenai pengambilan sampel, penulis berpedoman pada permasalahan penelitian yaitu hubungan antara kemampuan power lengan, power tungkai dan kapasitas VO2 max dengan prestasi renang 50 meter gaya bebas, oleh karena pengambilan sampel berdasarkan pada tujuan penelitian (Purvosive Sampling). Maka sampel yang akan digunakan adalah semua anggota UKM renang yang sudah menguasai teknik renang atau setidaknya


(19)

32

Nurcahyo, 2013

sudah bisa renang gaya bebas dengan baik, sehingga penelitian ini benar-benar hanya melihat kemampuan fisik terhadap prestasi renang gaya bebas oleh karena itu diharapkan sampel itu yang benar-benar sudah bisa renang gaya bebas.

D. Langkah-langkah Penelitian

Secara menyeluruh tahapan penelitian deskriptif mengenai hubungan antara kemampuan power lengan, power tungkai dan kapasitas VO2 max dengan prestasi renang 50 meter gaya bebas, diawali dengan:

1. Melakukan persiapan-persiapan sebelum terjun ke lapangan seperti mengurus surat izin penelitian dan berkonsultasi dengan pembimbing. 2. Melakukan studi lapangan yaitu :

a. Menghubungi sampel yang akan dijadikan obyek penelitian. b. Mengurus perizinan

3. Pelaksanaan penelitian diawali dengan :

a. Menentukan sampel yang akan dijadikan sampel penelitian. b. Menyusun dan menentukan instrumen penelitian.

E. Prosedur Pengambilan Data

Dalam mengumpulkan data dari suatu sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen dan teknik pengumpulan data. Dalam hal ini peneliti menggunakan teknik observasi survey, sedangkan cara pengumpulan datanya adalah pengetesan dan pengukuran.

Tes atau suatu alat ukur harus dapat memenuhi dua syarat utama, tes tersebut harus valid (sah) dan reliabel (dapat dipercaya). Suatu tes dikatakan valid, apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur atau sesuai dengan apa yang diharapkan, misalkan meteran dikatakan valid apabila untuk mengukur jarak, begitupun halnya dengan timbangan dikatakan valid apabila memang dipergunakan untuk mengukur berat.

Pada umumnya alat ukur adalah hasil sintesis atau buah pikiran manusia. Dalam suatu percobaan biasanya pengukuran diadakan sebelum dan sesudah


(20)

percobaan, jika terdapat perbedaan, maka dianggap bahwa perubahan yang terjadi itu adalah pengaruh dari suatu variabel eksperimen. Untuk itu diperlukan alat penelitian yang reliabel, yang pada akhirnya kita dapat mengetahui adanya suatu perubahan dan besarnya perubahan itu adalah sebagai akibat dari variabel penelitian.

Oleh sebab itu, validitas suatu alat ukur merupakan salah satu syarat mutlak dalam menentukan penggunan alat ukur untuk pengukuran dan pengetesan dalam suatu penelitian, karena dengan tingkat validitas suatu alat ukur kita akan mengetahui tingkat kepercayaan terhadap alat ukur tersebut. Disamping itu juga tingkat reliabilitas juga merupakan syarat untuk suatu alat ukur. Karena dengan tingkat reliabilitas suatu alat ukur akan menggambarkan derajat keajegan atau konsistensi hasil pengukuran. Alat ukur yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah tes power lengan, tes power tungkai, tes VO2 max dan tes renang gaya bebas 50 meter.

Adapun prosedur pelaksanaan tesnya adalah sebagai berikut:

1. Tes Power Lengan

Tujuan: untuk mengukur daya ledak atau power lengan.

Untuk tes power lengan, alat ukur yang digunakan adalah Vertical Arm Pull Test tes ini memiliki validitas 0,76 dan reliabilitas 0,94. Mengenai tes ini Barry L Johnson (1969:87) mengemukakan bahwa “To measure the power of the arms and the shoulder girdle in a vetical rope pull and ages level 14 through college”. Prosedur tes:

Alat-alat : - Alat tulis. - Format tes. - Kursi. - Tali besar. - Meteran Pelaksanaan Tes:


(21)

34

Nurcahyo, 2013

- Testee duduk dikursi yang di depannya tepat tali menggantung.

- Jangkau dan pegang tali setinggi mungkin dari posisi duduk dan beri tanda tinggi jangkauan tersebut.

- Kalau sudah siap kemudian teste mencoba mengangkat badannya setinggi mungkin.

- Kemudian catat jarak dari tanda pertama sampai jangkauan tertinggi. - Tesstee di beri kesempatan 3 kali.

Penilaian:

Catat jarak dengan satuan Foot dan berat badan pound. Hasil test dan berat badan di masukan ke rumus :


(22)

(23)

36

Nurcahyo, 2013

Gambar tes Vertical Arm Pull Test:

Gambar 3.2 Tes Power Lengan

2. Tes Power Tungkai

Tujuan: untuk mengukur daya ledak atau power tungkai

Untuk tes power tungkai, alat ukur yang digunakan adalah standing broad jump tes ini memiliki validitas 0,607 dan reliabilitas 0,963. Mengenai tes ini Nurhasan (2000:130) mengemukakan bahwa “Tes ini (standing broad jump) dapat dilakukan mulai usia 10 tahun hingga orang dewasa, baik pria atau wanita, dengan kriterian pure power”.

Prosedur tes : Alat-alat :

- Alat tulis - Format tes - Bak lompat - Papan tolak - Meteran


(24)

Pelaksanaan Tes:

- Tanpa awalan teste berdiri di papan tolakan.

- Mengambil sikap jongkok untuk melakukan lompatan.

- Setelah itu testee melakukan lompatan ke arah atas depan sambil mengayunkan ke dua lengannya untuk menjaga keseimbangan.

- Mendarat dengan ke dua kaki.

- Teste di beri kesempatan 3 kali melakukan Penilaian :

Skor di ambil jarak yang terjauh. Gambar :

Gambar 3.3 Tes Power Tungkai

3. Tes VO2 Max (BLEEP TEST)

Tujuan: Untuk menilai dayatahan aerobik. alat:

-Pita cadence untuk lari bolak balik

-Lintasan lari permukaan yang datar, rata dan tidak licin. -Mesin pemutar kaset (Tape recorder)

-Kerucut pembatas atau patok 4 -Formulir

Pelaksanaan Tes:


(25)

38

Nurcahyo, 2013

- Instruksikan kepada testi untuk lari ke arah batas yang berlawanan dan sentuhkan satu kaki dibelakang garis batas pada saat terdengar bunyi “tuut”. Apabila testi telah sampai sebelum bunyi “tuut”, maka testi harus menunggu sampai tanda bunyi “ tuut”, kemudian balik lagi lari ke arah garis awal start. - Demikian seterusnya lari bolak-balik dan harus mampu mengikuti irama

“TUUT”.

- Pada akhir level pembalikan terakhir tanda bunyi suaranya berbeda. Maka testi harus siap-siap lari dengan intensitas lebih cepat.

- Semakin tinggi level maka intensitas lari semakin cepat.

- Tiap testi terus berlari selama mungkin sehingga testi tidak dapat lagi mengejar tanda bunyi “tuut” dari pita rekaman. Kriteria untuk menghentikan

testi adalah apabila testi tertinggal tanda bunyi “tuut” dua kali berturut-turut

dan dua langkah di belakang garis batas.

Penilaian: Catatlah level dan shuttle terakhir yang dapat dilakukan testee kemudian lihat pada tabel kebugaran (tabel terlampir).

Gambar:

Jarak Sesuai Tabel ± 20 Meter Keterangan:

A. Batas awal B. Batas akhir C . Jarak tempuh

Gambar 3.4

Bleep Test (Uji fisik PPLM 2010)


(26)

4. Tes Renang Gaya Bebas 50 Meter.

Tujuan: untuk mengetes kesepatan renang 50 meter gaya bebas. Alat:

- Alat tulis. - Format penilian

- Kolam renang panjang 50 meter. - Stopwatch

- Peluit Pelaksanaan Tes:

- Testee berdiri di balok tolakan atau balok start.

- Aba – aba siap testee mengambil sikap siap untuk meluncur.

- Pada saat peluit di bunyikan testee meluncur dan melakukan renang gaya bebas secepat-cepatnya sampai ujung kolam.

Pernilaian:

- Catat waktu per 100 detik.

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran data mentah, sehingga perlu pengolahan data, untuk dapat dianalisa sehingga menghasilkan suatu makna atau kesimpulan yang dapat menjelaskan tentang hasil dari penelitian yang berhubungan dengan permasalahan diajukan dalam penelitian ini.

Untuk pengolahan data ini penulis menggunakan prosedur pengolahan data dari buku metode statistik yang disusun oleh Sudjana tahun 1996 dan program statistik SPSS 17.0.

Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data ini sebagai berikut:

1. Menghitung nilai rata-rata dari hasil data mentah setiap variabel. Rumus untuk menghitung rata-rata adalah seperti yang tertera pada halaman 40.


(27)

40

Nurcahyo, 2013

n X X

X : Nilai rata-rata yang dicari

X : Jumlah nilai yang didapat oleh seluruh sampel n : Banyaknya sampel.

2. Menghitung simpangan baku dari semua variabel. Rumus yang digunakan adalah:

 

1 2   

n x x S

S : Simpangan baku X : Nilai yang didapat X :Nilai rata-rata n : Banyaknya sampel.

3. Menguji normalitas data dengan uji Chi kuadrat / Liliefors. 4. Menguji homogenetis populasi yaitu dengan uji dua varians.

5. Menghitung koefisien korelasi, penghitungan ini dilakukan untuk mencari hubungan kedua variabel. Rumus yang dipergunakan.

  

y x xy rxy 2

6. Menghitung signifikansi koefisien korelasi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

 

2

1 2 r n r t   

Arti dari rumus tersebut adalah: t = Nilai t hitung yang dicari r = koefisien korelasi variabel n = Jumlah sampel

7. Langkah terakhir mencari presentase dukungan dari variabel bebas terhadap variabel terikat, maka digunakan rumus determinan sebagai berikut:

D = r2 x 100%

Arti tanda-tanda rumus tersebut adalah:


(28)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pengolahan data di atas, maka penulis mengambil kesimpulan dari permasalahan ”Hubungan kemampuan power lengan, power tungkai, dan kapasitas aerobik (VO2 Max) dengan prestasi renang gaya bebas 50 meter” sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara power tungkai dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara power lengan dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter.

3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kapasitas aerobik (VO2 Max) dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter.

4. Kapasitas aerobik (VO2 Max) memberikan dukungan yang lebih besar terhadap prestasi renang gaya bebas 50 Meter dibandingkan dengan variabel power tungkai dan power lengan.

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan:

1. Bagi para pelatih, pembina, guru, dan pemerhati olahraga khususnya cabang olahraga renang, dalam pembinaan dan pemilihan bakat supaya memperhatikan kemampuan dasar yaitu kemampuan fisik sebagai modal dasar untuk pembinaan prestasi olahraga, guna menunjang pencapaian prestasi atlet atau anak didiknya dimasa yang akan datang.

2. Selain itu juga khususnya bagi para pelatih hendaknya mampu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan fisik yang dibutuhkan dalam renang no 50 meter dan juga diharapkan mengetahui parameter yang diharapkan supaya lebih memudahkan dalam proses latihan.


(29)

49

Nurcahyo, 2013

3. Perlu adanya penelitian ulang, terutama mengenai kontribusi power tungkai terhadap prestasi renang terutama renang gaya bebas no 50 meter. Secara teoritis sangat benar sekali bahwa power tungkai sangat berperan dalam prestasi renang, karena secara kajian biomekanik bahwa tubuh manusia dalam air bisa melaju diakibatkan oleh kayuhan lengan dan lecutan tungkai yang bisa memindahkan air ke belakang dan menyebabkan badan melaju ke depan, akan tetapi hasil penelitian ini mengatakan tidak ada dukungan dari power tungkai oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut untuk penelitian selanjutnya:

- Diharapkan penelitian dilakukan ulang dengan renang hanya menggunakan kayuhan lengan saja.

- Diharapkan penelitian dilakukan ulang dengan renang hanya menggunakan lecutan tungkai saja untuk membuktikan tingkat keberartian dari kemampuan power tungkai.

- Diharapkan penelitian dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

- Diharapkan penelitian dilakukan dengan pelaksanaan pengambilan data yang serius dari setiap sampelnya.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bompa (2001). Theory And Methodology of Training : A Key to Athletic Performance. Dubuque, Iowa: Kendall Hunt Publishing Company.

Counsilman (1968). The Science of Swimming, Eagle Wood Cliff, Nj. Prentice Hall.

Damiri (1988). Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di Sekolah Dasar. Bandung: FPOK, IKIP.

Dikdik Z.S (2007). Pelatihan Kondisi Fisik Pelatih ISL, FPOK, UPI Bandung.

Furchan (1982). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Penerbit,Usaha Nasional Surabaya.

Giriwijoyo (2007). Ilmu Faal Olahraga, Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga. Edisi Ke 4. Bandung: FPOK. UPI. Bandung.

Harsono (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusuma.

Harsono (1988). Kondisi Fisik, FPOK UPI Bandung

Imam Hidayat (1999). Biomekanika Olahraga, FPOK UPI Bandung.

Bloomfield, J. P.A. Ficker, dan K.D Fitch (1992). Applied Anatomy And

Biomechanics in Sport. Blackwell Scientific Publications, Melbourne Oxpord London.

Kemenpora (2010). Uji Fisik PPLM. Jakarta.

KOI (2009). Laporan Sea Games ke 25 tahun2009

Matjan (2010). Kesehatan Olahraga, FPOK UPI BANDUNG.

Moeloek (1988). Pengetahuan Praktis Melatih. Jakarta: Aksara Baru.

Nurhasan (2000). Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. IKIP. Bandung


(31)

51

Sudjana (1996). Metode Statistik. Bandung Tarsito.

Sudradjat (1991). Penguasaan Teknik Dasar Sepak Bola. FPOK IKIP Bandung.

Sudradjat dan Satriya (2000) Metodologi Kepelatihan Olahraga. IKIP Bandung.

Surakhmad (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah. Edisi ke 7. Bandung: Tarsito.

Surakhmad (1990). Pembelajaran Penjas di SD dengan Metode Penjelajahan Gerak. Jurnal IPTEK Olahraga.


(1)

Nurcahyo, 2013

Hubungan Kemampuan Power Tungkai, Power Lengan, Dan Kapasitas Aerobik (Vo2 MAX) Dengan

4. Tes Renang Gaya Bebas 50 Meter.

Tujuan: untuk mengetes kesepatan renang 50 meter gaya bebas. Alat:

- Alat tulis. - Format penilian

- Kolam renang panjang 50 meter. - Stopwatch

- Peluit Pelaksanaan Tes:

- Testee berdiri di balok tolakan atau balok start.

- Aba – aba siap testee mengambil sikap siap untuk meluncur.

- Pada saat peluit di bunyikan testee meluncur dan melakukan renang gaya bebas secepat-cepatnya sampai ujung kolam.

Pernilaian:

- Catat waktu per 100 detik.

F. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran data mentah, sehingga perlu pengolahan data, untuk dapat dianalisa sehingga menghasilkan suatu makna atau kesimpulan yang dapat menjelaskan tentang hasil dari penelitian yang berhubungan dengan permasalahan diajukan dalam penelitian ini.

Untuk pengolahan data ini penulis menggunakan prosedur pengolahan data dari buku metode statistik yang disusun oleh Sudjana tahun 1996 dan program statistik SPSS 17.0.

Langkah-langkah yang penulis gunakan dalam pengolahan data ini sebagai berikut:

1. Menghitung nilai rata-rata dari hasil data mentah setiap variabel. Rumus untuk menghitung rata-rata adalah seperti yang tertera pada halaman 40.


(2)

40

Nurcahyo, 2013

Hubungan Kemampuan Power Tungkai, Power Lengan, Dan Kapasitas Aerobik (Vo2 MAX) Dengan n

X X

X : Nilai rata-rata yang dicari

X : Jumlah nilai yang didapat oleh seluruh sampel n : Banyaknya sampel.

2. Menghitung simpangan baku dari semua variabel. Rumus yang digunakan adalah:

 

1 2   

n x x S

S : Simpangan baku X : Nilai yang didapat

X :Nilai rata-rata n : Banyaknya sampel. 3. Menguji normalitas data dengan uji Chi kuadrat / Liliefors. 4. Menguji homogenetis populasi yaitu dengan uji dua varians.

5. Menghitung koefisien korelasi, penghitungan ini dilakukan untuk mencari hubungan kedua variabel. Rumus yang dipergunakan.

  

y x xy rxy 2

6. Menghitung signifikansi koefisien korelasi. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

 

2

1 2 r n r t   

Arti dari rumus tersebut adalah: t = Nilai t hitung yang dicari r = koefisien korelasi variabel n = Jumlah sampel

7. Langkah terakhir mencari presentase dukungan dari variabel bebas terhadap variabel terikat, maka digunakan rumus determinan sebagai berikut:

D = r2 x 100%

Arti tanda-tanda rumus tersebut adalah:


(3)

Nurcahyo, 2013

Hubungan Kemampuan Power Tungkai, Power Lengan, Dan Kapasitas Aerobik (Vo2 MAX) Dengan BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pada hasil pengolahan data di atas, maka penulis mengambil kesimpulan dari permasalahan ”Hubungan kemampuan power lengan, power tungkai, dan kapasitas aerobik (VO2 Max) dengan prestasi renang gaya bebas 50 meter” sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara power tungkai dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter.

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara power lengan dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter.

3. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kapasitas aerobik (VO2 Max) dengan prestasi renang gaya bebas 50 Meter.

4. Kapasitas aerobik (VO2 Max) memberikan dukungan yang lebih besar terhadap prestasi renang gaya bebas 50 Meter dibandingkan dengan variabel power tungkai dan power lengan.

B. Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis menyarankan:

1. Bagi para pelatih, pembina, guru, dan pemerhati olahraga khususnya cabang olahraga renang, dalam pembinaan dan pemilihan bakat supaya memperhatikan kemampuan dasar yaitu kemampuan fisik sebagai modal dasar untuk pembinaan prestasi olahraga, guna menunjang pencapaian prestasi atlet atau anak didiknya dimasa yang akan datang.

2. Selain itu juga khususnya bagi para pelatih hendaknya mampu mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan fisik yang dibutuhkan dalam renang no 50 meter dan juga diharapkan mengetahui parameter yang diharapkan supaya lebih memudahkan dalam proses latihan.


(4)

49

Nurcahyo, 2013

Hubungan Kemampuan Power Tungkai, Power Lengan, Dan Kapasitas Aerobik (Vo2 MAX) Dengan

3. Perlu adanya penelitian ulang, terutama mengenai kontribusi power tungkai terhadap prestasi renang terutama renang gaya bebas no 50 meter. Secara teoritis sangat benar sekali bahwa power tungkai sangat berperan dalam prestasi renang, karena secara kajian biomekanik bahwa tubuh manusia dalam air bisa melaju diakibatkan oleh kayuhan lengan dan lecutan tungkai yang bisa memindahkan air ke belakang dan menyebabkan badan melaju ke depan, akan tetapi hasil penelitian ini mengatakan tidak ada dukungan dari power tungkai oleh karena itu perlu diperhatikan beberapa hal berikut untuk penelitian selanjutnya:

- Diharapkan penelitian dilakukan ulang dengan renang hanya menggunakan kayuhan lengan saja.

- Diharapkan penelitian dilakukan ulang dengan renang hanya menggunakan lecutan tungkai saja untuk membuktikan tingkat keberartian dari kemampuan power tungkai.

- Diharapkan penelitian dilakukan dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

- Diharapkan penelitian dilakukan dengan pelaksanaan pengambilan data yang serius dari setiap sampelnya.


(5)

Nurcahyo, 2013

Hubungan Kemampuan Power Tungkai, Power Lengan, Dan Kapasitas Aerobik (Vo2 MAX) Dengan DAFTAR PUSTAKA

Arikunto (1992). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Bompa (2001). Theory And Methodology of Training : A Key to Athletic

Performance. Dubuque, Iowa: Kendall Hunt Publishing Company.

Counsilman (1968). The Science of Swimming, Eagle Wood Cliff, Nj. Prentice Hall.

Damiri (1988). Pengajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan di Sekolah Dasar. Bandung: FPOK, IKIP.

Dikdik Z.S (2007). Pelatihan Kondisi Fisik Pelatih ISL, FPOK, UPI Bandung. Furchan (1982). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Penerbit,Usaha Nasional

Surabaya.

Giriwijoyo (2007). Ilmu Faal Olahraga, Fungsi Tubuh Manusia Pada Olahraga. Edisi Ke 4. Bandung: FPOK. UPI. Bandung.

Harsono (1988). Coaching dan Aspek-Aspek Psikologis Dalam Coaching. Jakarta: Tambak Kusuma.

Harsono (1988). Kondisi Fisik, FPOK UPI Bandung

Imam Hidayat (1999). Biomekanika Olahraga, FPOK UPI Bandung. Bloomfield, J. P.A. Ficker, dan K.D Fitch (1992). Applied Anatomy And

Biomechanics in Sport. Blackwell Scientific Publications, Melbourne Oxpord London.

Kemenpora (2010). Uji Fisik PPLM. Jakarta. KOI (2009). Laporan Sea Games ke 25 tahun2009

Matjan (2010). Kesehatan Olahraga, FPOK UPI BANDUNG.

Moeloek (1988). Pengetahuan Praktis Melatih. Jakarta: Aksara Baru. Nurhasan (2000). Tes dan Pengukuran dalam Olahraga. IKIP. Bandung Rumpis dan Rina (2004). Jurnal Olahraga : Kapasitas vital paru-paru, Unesa.


(6)

51

Nurcahyo, 2013

Hubungan Kemampuan Power Tungkai, Power Lengan, Dan Kapasitas Aerobik (Vo2 MAX) Dengan

Sudjana (1996). Metode Statistik. Bandung Tarsito.

Sudradjat (1991). Penguasaan Teknik Dasar Sepak Bola. FPOK IKIP Bandung. Sudradjat dan Satriya (2000) Metodologi Kepelatihan Olahraga. IKIP Bandung. Surakhmad (1990). Pengantar Penelitian Ilmiah. Edisi ke 7. Bandung:

Tarsito.

Surakhmad (1990). Pembelajaran Penjas di SD dengan Metode Penjelajahan