HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI DENGAN PRESTASI RENANG 25 METER GAYA BEBAS PADA MAHASISWA PENJASKES ANGKATAN 2012 TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI DENGAN PRESTASI RENANG 25 METER GAYA BEBAS

PADA MAHASISWA PENJASKES ANGKATAN 2012 TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

NEVY ANGGRAENI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapat Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(2)

ABSTRAK

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI DENGAN PRESTASI RENANG 25 METER GAYA BEBAS

PADA MAHASISWA PENJASKES ANGKATAN 2012 TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Oleh

NEVY ANGGRAENI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran jelas tentang hubungan kekuatan otot lengan dan tungkai dengan prestasi renang 25 meter gaya bebas pada Mahasiswa Penjaskes Angkatan 2012 tahun pelajaran 2012/2013.

Jenis penelitian yang digunakan adalah dekriptif korelasional, dengan populasi yang berjumlah 20 orang, dan semua populasi adalah Mahasiswa laki-laki, sampel yang digunakan adalah seluruh jumlah dari populasi yaitu 20 orang. Instrumen yang digunakan tes kekuatan otot lengan (pull and push strenght test), tes kekuatan otot tungkai (leg strenght test), dan tes renang 25 meter, sedangkan teknik analisis data menggunakan korelasi product moment dan korelasi ganda. Hasil penelitian memperoleh r hitung=0,647 ≥ r tabel = 0,444. Karena r hitung = 0,647 ≥ r tabel = 0,444, maka tolak Ho artinya ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai secara bersama-sama terhadap renang gaya bebasdengan kontribusi sebesar 41,86% Maka dapat peneliti simpulkan bahwa kekuatan otot lengan dan tungkai memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi renang 25 meter gaya bebas pada Mahasiswa Penjaskes Angkatan 2012 tahun pelajaran 2012/2013

Kata kunci : Kekuatan Otot Lengan, otot Tungkai, Prestasi Renang 25 Meter Gaya Bebas


(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Batasan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Ruang Lingkup Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 8

B. Renang ... 10

C. Renang Gaya Bebas ... 12

D. Teknik Dasar Renang Gaya Bebas ... 13

E. Kolam Renang ... 18

F. Kekuatan Otot Lengan ... 19

G. Kekuatan Otot Tungkai ... 22

H. Kerangka Pikir ... 26

I. Hipotesis ... 27

III.METODOLOGI PENELITIAN... 29

A. Metode Penelitian ... 29

B. Variabel Penelitian ... 30

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 30

D. Populasi dan Sampel ... 32

E. Intrumen Penelitian ... 32

F. Teknik Analisis Data... 34

IV.HASIL DAN PEMBAHASAN... 37

A. Hasil Penelitian ... 37


(7)

V. SIMPULAN DAN DARAN ... 44

A. Simpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 46


(8)

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pembangunan di bidang pendidikan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Hal ini dalam rangka agar tidak terjadi ketinggalan dari negara lain yang sudah berkembang, sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

Tujuan Pendidikan Nasional mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya yaitu (1) manusia yang beriman dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, (2) berbudi pekerti yang luhur, (3) memiliki pengetahuan dan ketrampilan, (4) sehat jasmani dan rokhani, (5) berkepribadian mantap dan mandiri serta, (6) bertanggung jawab kemasyarakatan. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan tersebut, maka ditempuh upaya melalui berbagai jalur pendidikan baik formal maupun non formal, salah satunya melalui pendidikan jasmani.


(9)

2

Pendidikan jasmani ini merupakan suatu kegiatan pendidikan yang dominan memanfaatkan aktifitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan, bukan prestasi dalam cabang olahraga. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan adanya pengembangan prestasi bagi siswa yang memiliki bakat dan kemampuan dalam cabang olahraga tertentu. Dengan demikian, aktivitas gerak dalam pendidikan jasmani adalah suatu kegiatan pendidikan di sekolah yang berfungsi sebagai wahana dalam pembentukan anak didik seiring dengan pertumbuhan serta perkembangannya menuju terciptanya manusia Indonesia yang utuh, maju, dan mandiri.

Materi pokok pendidikan jasmani merupakan materi yang dipelajari oleh siswa/mahasiswa, sebagai sarana untuk mencapai kompetensi dasar atau tujuan pembelajaran. Renang merupakan olahraga yang terbaik untuk menjaga kesehatan dan pembentukan tubuh, dikatakan demikian karena pada saat berenang hampir semua otot tubuh bergerak, sehingga otot-otot dapat berkembang dengan pesat dan kekuatannya meningkat. Renang merupakan salah satu materi dalam kurikulum pendidikan jasmani, cabang olahraga renang ini memiliki empat gaya yaitu gaya bebas, gaya bebas, gaya punggung, dan gaya kupu-kupu. Keempat gaya tersebut harus dikuasai oleh Mahasiswa sebagai calon guru di sekolah, olahraga renang ini sangat di minati oleh kalangan masyarakat, khususnya anak-anak sangat menggemari olahraga air ini, animo yang begitu besar dari kalangan masyarakat mengharapkan tenaga pendidik yang cukup mahir di bidangnya. Melalui mata kuliah renang yang di pelajari oleh Mahasiswa penjaskes diharapkan mampu menguasai empat gaya tersebut, namun tidaklah mudah bagi Mahasiswa untuk menguasai gaya-gaya tersebut memerlukan latihan terus-menerus untuk


(10)

memperoleh gaya yang maksimal, sebagai langkah awal Mahasiswa penjaskes diharapkan dapat menguasai gaya yang mudah di pahami dan di lakukan yaitu gaya bebas.

Renang merupakan salah satu cabang olahraga yang sedang berkembang di Indonesia saat ini, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya perkumpulan atau club renang yang sudah terbentuk di daerah-daerah khususnya provinsi Lampung yaitu Jaka Utama, Matahari Swimming Club, Arwana Club, Tirta Pahoman, dan lain-lain. Renang adalah salah satu cabang olahraga yang disenangi oleh anak di sekolah, olahraga renang ini digemari karena merupakan pelajaran yang dilakukan diluar kelas dan bersifat rekreasi. Renang gaya bebas disebut gaya crawl, gaya bebas adalah gaya yang dilakukan perenang selain gaya dada, kupu-kupu, penggung, gaya ini menyerupai cara berenang seekor binatang, gerakan asli gaya ini adalah menirukan gerakan dari anjing yang berenang atau dikenal dengan istilah dog style (renang gaya anjing). Dalam pelajaran renang berenang, perenang pemula belajar gaya bebas atau gaya bebas. Diantara ketiga nomor renang resmi yang diatur Federasi Renang Internasional (FINA), perenang gaya bebas adalah perenang yang paling lambat, untuk itu gaya renang ini mudah untuk dipelajari. Pada umumnya Mahasiswa menyukai mata kuliah renang, namun tidak sedikit Mahasiswa yang mengalami kesulitan, salah satu faktor kurangnya kekuatan otot lengan dan tungkai pada saat berenang, koordinasi gerakan kaki dan tangan pun sangatlah penting untuk diperhatikan pada saat akan mengambil nafas, hingga gerakan pun akan menjadi satu kesatuan gerak yang sempurna. Diduga oleh penulis setelah melakukan observasi kelapangan dengan hasil wawancara terhadap Mahasiswa pemahaman pada saat di bangku SMA pun menjadi salah


(11)

4

satu faktor penghambatnya, karena beberapa sekolah masih ada yang belum melaksanakan standar kompetensi ini, hingganya pada saat menjadi Mahasiswa masih belajar tahap-tahap gerak yang seharusnya dipelajari di SMA. Kekuatan otot dan tungkai ini juga merupakan salah faktor unsur kecepatan dan kekuatan, dengan mengingat hukum Newton III semakin besar gaya yang kita keluarkan maka akan semakin banyak gaya yang dihasilkan, oleh karena itu kekuatan kaki dan lengan pada saat berenang adalah fektor pendorong terbesar untuk menghasilkan kecepatan yang maksimal.

Faktor pendukung untuk dapat mencapai prestasi yang diharapkan seperti (1) aspek fisik yang meliputi biomotor dasar yang harus dikembangkan adalah kekuatan, kecepatan, Fleksibilitas, koordinasi. (2) aspek teknik yaitu pull, push, recovery, dan entry. (3) aspek taktik yakni strategi dalam prestasi, dan (4) aspek mental. Dari keempat aspek tersebut diatas, aspek fisik merupakan komponen dasar yang harus dikembangkan sesuai usia, komponen tersebut yaitu kekuatan, kecepatan, fleksibilitas, dan koordinasi.

Kondisi fisik yang prima sangat diutamakan, karena untuk mencapai teknik yang sempurna akan lebih mudah, misalnya untuk melatih teknik gerakan lengan dan kaki, apabila kekuatan otot lengan dan tungkainya baik, maka akan mempermudah menguasai teknik maupun mencapai kecepatan tinggi yang diharapkan oleh pelatih ataupun perenang. Persiapan kondisi fisik merupakan aspek paling penting untuk latihan olahraga sebelum menuju arah pengembangan aspek lainnya dalam usaha menuju prestasi atau kemampuan yang optimal.


(12)

Dari fungsi kekuatan diatas, penulis dapat menyimpulkan, bahwa seorang perenang harus memiliki unsur-unsur fisik. khususnya kekuatan otot lengan dan otot tungkai, tentunya unsur tersebut mutlak diperlukan bagi atlet renang. Mengingat luasnya permasalahan, maka peneliti mengambil salah satu bentuk kemampuan fisik untuk mengetahui seberapa besar sumbangan yang diberikan pada cabang olahraga renang. Peneliti menganggap bahwa salah satu bentuk kemampuan fisik yang berpengaruh terhadap kemampuan renang adalah kekuatan otot lengan dan otot tungkai.

Mahasiswa Penjaskes diharapkan memiliki kondisi fisik yang lebih baik dari mahasiswa lain pada umumnya, mengingat mereka telah melalui berbagai tes atau ujian untuk dapat menjadi mahasiswa Penjaskes, yang semestinya kekuatan ototnya juga lebih baik, serta sebagian besar mahasiswa penjaskes lebih baik gerakan olahraganya dibandingkan mahasiswi penjaskes. Dari hal tersebut penulis ingin mengetahuai apakah ada Hubungan antara kekuatan otot lengan dan tungkai terhadap prestasi renang 25 meter gaya bebas pada mahasiswa Penjaskes di Universitas Lampung .

Berkaitan dengan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, untuk itulah saya sebagai peneliti ingin mengetahui gambaran hubungan antara kekuatan otot lengan dan tungkai terhadap keterampilan renang 25 meter gaya bebas, diduga oleh penulis kekuatan otot lengan dan tungkai ini memiliki hubungan dengan keterampilan 25 meter gaya bebas.


(13)

6

Dari uraian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kekuatan Otot Lengan Dan Tungkai Dengan Prestasi Renang 25 meter Gaya Bebas Pada Mahasiswa Penjaskes Angkatan 2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Masih kurangnya pemahaman tentang koordinasi gerakan.

2. Belum terpenuhinya penerapan latihan kekuatan otot lengan dan tungkai.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, dan batasan masalah, maka penelitian ini dapat dirumuskan masalah bagaimanakah Hubungan Kekuatan Otot Lengan Dan Tungkai Dengan Prestasi Renang 25 meter Gaya Bebas Pada Mahasiswa Penjaskes Angkatan 2012?

D. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas, maka penulis membatasi masalah dalam penelitian hanya pada Hubungan Kekuatan Otot Lengan Dan Tungkai Dengan Prestasi Renang 25 meter Gaya Bebas Pada Mahasiswa Penjaskes Angkatan 2012.

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas dapat dirumuskan masalah penelitian diharapkan hasil penelitian memberikan gambaran jelas tentang Hubungan Kekuatan Otot Lengan Dan Tungkai Dengan Prestasi Renang 25 meter Gaya Bebas Pada Mahasiswa Penjaskes Angkatan 2012.


(14)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi di bidang ilmu pengetahuannya pada umumnya, dan ilmu keolahragaan pada khususnya, mengenai kekuatan otot lengan dan tungkai dengan prestasi renang 25 meter gaya bebas pada mahasiswa penjaskes angkatan 2012.

2. Manfaat Praktis

a) Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi kepada guru pendidikan jasmani dan siswa dapat digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan kekuatan otot lengan dan tungkai dalam renang gaya bebas.

b) Penelitian ini dapat dijadikan salah satu sumber kepada dosen untuk dapat melakukan latihan kekuatan otot lengan dan tungkai sebagai penunjang kondidi fisik pada renang gaya bebas.

c) Bagi peneliti lainnya menjadi bahan informasi peneliti untuk kepentingan penelitian berikutnya.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:

Obyek penelitian : Hubungan Kekuatan Otot Lengan Dan Tungkai Dengan Prestasi Renang 25 meter Gaya Bebas Pada Mahasiswa Penjaskes Angkatan 2012

Subyek peneliti : Mahasiswa Penjaskes Angkatan 2012 Tempat Penelitian : Kolam Renang Universitas Lampung


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hakikat Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu kajian yang sungguh luas, titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, pendidikan jasmani berkaitan dengan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya yaitu hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya.

Menurut Syarifudin (1997:12) tujuan pendidikan jasmani dan kesehatan adalah:

1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika dan perkembangan sosial.

2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemauan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.

3. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis melalui aktivitas jasmani.


(16)

4. Mengetahui dan memahami konsep aktivitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.

5. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efesien dan terkendali.

6. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.

Abdullah dan Agus Manadji (1994:6) Pendidikan Jasmani terdiri dari perubahan dan penyesuaian yang terjadi pada individu bila ia bergerak dan mempelajari gerak. Pendidikan Jasmani merupakan suatu proses yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui berbagai kegiatan jasmani untuk memperoleh pertumbuhan jasmani, kesehatan dan kesegaran jasmani, kemampuan dan keterampilan, kecerdasan dan perkembangan watak serta kepribadian yang harmonis daam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas berdasarkan pancasila Cholik Mutohir dalam Toho Cholik dan Rusli (1997).

Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, baik jasmani, psikomotor, kognitif, dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu


(17)

10

siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif.

Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai minat anak dan menggali potensi dirinya, melalui pendidikan jasmani anak-anak menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak, menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral.

B. Renang

Renang telah dikenal sejak masa prasejarah, lukisan dari jaman batu telah ditemukan di dalam

gua para perenangdekat Wadi Sora (Sura) dibagian barat-daya Mesir. Pada tahun 1538 Nicolas

Wynman, Profesor bahasa berkebangsaan Jerman, menulis buku renang pertama kali,

Colymbetes. Kompetisi renang di Eropa dimulai sekitar tahun 1800, sebagian besar

menggunakan gaya bebas.

Gaya bebas yang kemudian disebut the trudgen, diperkenalkan pada tahun 1973 oleh John Arthur Trudgen, menirunya dari Orang Amerika asli. Renang menjadi bagian dari pertandingan Olympiade modern yang pertama tahun 1896 di Atena. Pada tahun 1902 the trudgen diperbaharui oleh Richard Cavill, menggunakan sentakan mengibas. Pada tahun 1908, asosiasi renang sedunia, Federasi Renang Amatir International (FINA/ Federation Internationale de Natation de Amateur) dibentuk. Gaya kupu-kupu pertama kali merupakan


(18)

variasi dari gaya bebas, sampai akhirnya ia diterima sebagai gaya yang terpisah pada tahun 1952.

Renang merupakan gerakan sewaktu bergerak di air, dan biasanya tanpa perlengkapan buatan, manusia sudah dapat berenang sejak zaman prasejarah, bukti tertua mengenai berenang adalah lukisan-lukisan tentang perenang dari Zaman Batu telah ditemukan di "gua perenang" yang berdekatan dengan Wadi Sora di Gilf Kebir, Mesir barat daya. Catatan tertua mengenai berenang berasal dari 2000 SM. Beberapa di antara dokumen tertua yang menyebut tentang berenang adalah Epos Gilgamesh, Iliad, Odyssey, dan Alkitab (Kitab Yehezkiel 47:5, Kisah Para Rasul 27:42, Kitab Yesaya 25:11), serta Beowulf dan hikayat-hikayat lain. Pada 1538, Nikolaus Wynmann seorang profesor bahasa dari Jerman menulis buku mengenai renang yang pertama, Perenang atau Dialog mengenai Seni Berenang (Der Schwimmer oder ein Zwiegespräch über die Schwimmkunst).

Perlombaan renang di Eropa dimulai sekitar tahun 1800 setelah dibangunnya kolam-kolam renang. Sebagian besar peserta waktu itu berenang dengan gaya bebas. Pada 1873, John Arthur Trudgen memperkenalkan gaya rangkak depan atau disebut gaya trudgen dalam perlombaan renang di dunia Barat. Trudgen menirunya dari teknik renang gaya bebas suku Indian di Amerika Selatan. Renang merupakan salah satu cabang olahraga dalam Olimpiade Athena 1896. Pada tahun 1900, gaya punggung dimasukkan sebagai nomor baru renang Olimpiade. Persatuan renang dunia, Federation Internationale de Natation (FINA) dibentuk pada 1908. Gaya kupu-kupu yang pada awalnya merupakan salah satu variasi gaya bebas diterima sebagai suatu gaya tersendiri pada tahun 1952.


(19)

12

Dalam renang untuk rekreasi, orang berenang dengan gaya bebas, gaya punggung, gaya bebas dan gaya kupu-kupu. Gaya renang yang dilombakan dalam perlombaan renang adalah gaya kupu-kupu, gaya punggung, gaya dada, dan gaya bebas. Dalam lomba renang nomor gaya bebas, perenang dapat menggunakan berbagai macam gaya renang, kecuali gaya bebas, gaya punggung, dan gaya kupu-kupu. Tidak seperti halnya gaya dada, gaya punggung, dan gaya kupu-kupu, Federasi Renang Internasional tidak mengatur teknik yang digunakan dalam nomor renang gaya bebas. Walaupun demikian, hampir semua perenang berenang dengan gaya krol, sehingga gaya krol (front crawl) digunakan hampir secara universal oleh perenang dalam nomor renang gaya bebas.

C. Renang Gaya Bebas

Gaya bebas adalah berenang dengan posisi dada menghadap ke permukaan air, kedua belah tangan secara bergantian digerakkan jauh ke depan dengan gerakan mengayuh, sementara kedua belah kaki secara bergantian dicambukkan naik turun ke atas dan ke bawah. Sewaktu berenang gaya bebas, posisi wajah menghadap ke permukaan air, pernapasan dilakukan saat lengan digerakkan ke luar dari air, saat tubuh menjadi miring dan kepala berpaling ke samping. Sewaktu mengambil napas, perenang bisa memilih untuk menoleh ke kiri atau ke kanan. Dibandingkan gaya berenang lainnya, gaya bebas merupakan gaya berenang yang bisa membuat tubuh melaju lebih cepat di air.

Menurut Muhajir (2004:168), renang gaya bebas adalah gaya yang dilakukan perenang selain gaya dada, gaya punggung, gaya kupu-kupu dan sewaktu berenang sudah sampai ujung kolam (berbalik). Perenang bisa menyentuh dinding kolam dengan apa saja dari badan perenang,


(20)

gaya bebas menyerupai cara berenang binatang, oleh sebab itu disebut crawl yang artinya merangkak.

D. Teknik Dasar Renang Gaya Bebas

1) Latihan gerakan meluncur Pelaksanaan latihan meluncur:

a) Berdiri di pinggir kolam dan salah satu kaki menempel pada dinding kolam.

b) Badan dibungkukkan ke depan sejajar dengan permukaan air dan kedua lengan diluruskan.

c) Tolakkan kaki yang menempel pada dinding kolam sekuat-kuatnya dan pertahankan agar badan tetap lurus.

d) Pertahankan posisi kaki dan tangan tetap lurus sejajar dengan permukaan air sampai berhenti, usahakan jangan mengambil nafas selama dalam keadaan meluncur.

e) Lakukan berulang-ulang sampai memiliki kecepatan dan jauh ke depan. Untuk Lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah:


(21)

14

2) Latihan Gerakan Kaki

Cara pelaksanaan latihan gerakan kaki adalah:

a) Latihan gerakan kai dapat dilakukan secara bersama-sama pada waktu latihan meluncur. b) Atau dengan cara berdiri menghadap dinding kolam, kedua tangan berpasangan pada

dinding kolam.

c) Kedua kaki diluruskan ke belakang dengan posisi badan tertelungkup.

d) Kaki digerakkan ke atas dan kebawah secara bergantian dalam keadaan lemas (rileks). e) Gerakan kaki dimulai dari pangkal paha.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah:

Gambar 2.Latihan gerakan kaki, Sodikin Chandra (2010:140) 3) Latihan Gerakan Tangan

Gerakan lengan pada renang gaya bebas berperan terutama sebagai pendorong/ penggerak di samping untuk pengatur keseimbangan tubuh, adapun teknik gerakan kaki renang gaya bebas adalah:


(22)

a) Posisi awal, kedua tangan lurus di atas kepala (kedua telapak tangan agak berdekatan, tetapi tidak perlu menempel).

b) Kemudian tarik tangan kiri ke bawah, terus ditarik sampai ke belakang.

c) Kemudian angkat tangan kiri keluar dari permukaan air dan ayunkan tangan kiri tersebut sejauh mungkin ke depan (ketika tangan di atas permukaan air, siku tangan kiri agak ditekuk di dekat telinga. Kemudian diluruskan kembali dan diayunkan sejauh mungkin ke depan masuk ke permukaan air).

d) Pada waktu tangan kiri diangkat keluar dari permukaan air, langsung gerakkan dan tarik tangan kanan ke bawah sampai ke belakang -sama dengan gerakan tangan kiri pada langkah b.

e) Kemudian angkat tangan kanan keluar dari permukaan air dan ayunkan tangan kanan tersebut sejauh mungkin ke depan (ketika tangan di atas permukaan air, siku tangan kanan agak ditekuk di dekat telinga. Kemudian diluruskan kembali dan diayunkan sejauh mungkin ke depan masuk ke permukaan air) sama dengan gerakan tangan kiri pada langkah.

4) Latihan Mengambil Nafas

Dalam latihan bernafas dapat dilakukan secara bersama-sama dengan latihan gerakan tangan, yang dapat dilakukan dengan cara:

Latihan di tempat

Latihan mengambil nafas di tempat pelaksanaannya adalah: a) Prinsipnya sama dengan latihan gerakan tangan di tempat.

b) Pada waktu siku bengkok dan diangkat, pada saat itu pula kepala dimiringkan sehingga muka keluar dari permukaan air untuk menghirup udara (bernafas).


(23)

16

c) Waktu mengambil nafas biasanya dilakukan pada waktu gerakan tangan kanan saja. d) Perbandingannya 2 kali menarik tangan sekali mengambil nafas.

Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah:

Gambar 4. Latihan mengambil napas di tempat, Sodikin Chandra (2010:142) • Latihan sambil meluncur

Latihan mengambil nafas di tempat pelaksanaannya adalah:

a) Pada prinsipnya sama dengan latihan di tempat, hanya dilakukan dalam keadaan meluncur.

b) Cara mengambil nafas dilakukan satu arah saja, yaitu ke arah kanan.

5) Koordinasi gerakan kaki dan lengan

Cara pelaksanaan koordinasi gerakan kaki dan lengan adalah: a) Meluncur di kolam renang.


(24)

c) Tarik lengan kanan ke bawah dada dengan siku ditekuk, kemudian melanjutkan dengan mendorong lengan kanan ke belakang sampai lurus. Telapak tangan menghadap ke belakang di samping paha.

d) Tarik lengan kanan ke atas dengan siku ditekuk, kemudian masukkan telapak tangan ke depan sampai lurus.

e) Gerakan lengan kanan dan kiri secara bergantian.

6) Kombinasi gerakan lengan dan pernapasan

Gerakan pernapasan dilakukan mengikuti gerakan lengan, gerakan pernapasan dilakukan dengan memiringkan atau menengokkan kepala ke samping kiri atau kanan tergantung kebiasaan perenang. Pada saat lengan mendayung/mendorong miringkan kepala ke samping hingga mulut di permukaan air, ambil napas melalui mulut. Kepala kembali ke posisi semula bersamaan dengan memutar lengan ke depan atas, buang napas dengan cara ditiupkan melalui mulut.

7) Koordinasi gerakan kaki, lengan, dan pernapasan

Koordinasi gerakan merupakan gabungan dari gerakan kaki, gerakan lengan, dan pernapasan, gerakan rengan gaya bebas dimulai dari gerakan meluncur, dilanjutkan gerakan kaki, gerakan lengan, dan gerakan pernapasan. Gerakan kaki dan lengan tidak bekerja sendiri-sendiri, tetapi irama gerakan kaki disesuaikan dengan irama gerakan tangan, koordinasi antar gerakan tersebut merupakan pengatur keseimbangan dan tenaga penggerak. Pada renang gaya bebas, terdapat empat macam koordinasi dihitung dari berapa kali gerakan kaki (pukulan) dalam suatu gerakan lengan lengkap dari kiri dan kanan. Ada yang melakukan dua kali pukulan,


(25)

18

empat kali pukulan, enam kali pukulan, ini berarti tiga kali gerakan kaki keatas dalam setiap satu kali gerakan lengan.

E. Kolam Renang

Kolam renang yang digunakan untuk lomba harus mengikuti aturan-aturan yang ditetapkan oleh badan internasional (FINA), kolam renang yang dimaksud harus mempunyai persyaratan sebagai berikut:

1. Panjang kolam renang 25 meter. 2. Lebar kolam renang 21 meter. 3. Dinding harus vertical dan sejajar. 4. Banyaknya lintasan 8 buah.

5. Lebar lintasan 2,5 meter.

6. Suhu air berkisar 23-25ocelcius.

7. Kedalaman air minimum 1,80 meter untuk perlombaan

8. Tempat start tidak boleh licin dan kemiringannya tidak boleh lebih dari 100.

9. Garis-garis tanda lintasan dibuat di dasar kolam untuk member petunjuk kepada perenang. Menurut Sodikin, (2010:136) peralatan-peralatan yang digunakan dalam renang adalah sebagai berikut:

a. Papan pelampung. b. Sabuk pelampung c. Pelampung kaki d. Masker

e. Snorkel

f. Kacamata renang g. Penjepit hidung

h. Sepatu katak dan kaos kaki/sepatuboot. i. Stopwatch


(26)

F. Kekuatan Otot Lengan

Adapun pengertian atau batasan dari kekuatan itu sendiri oleh Giriwijoyo (1992:65) dijelaskan,“Kekuatan adalah kemampuan otot untuk mengembangkan tegangan maksimal

tanpa memperhatikan faktor waktu . ”

Ajan dan Baroga (1988:19) menjelaskan, “Kekuatan merupakan kapasitas manusia untuk

menahan beban dan diukur dalam kilogram. ” Sugiyanto (1993:19-20) menjelaskan,Kekuatan adalah kemampuan fisik yang dihasilkan dari kemampuan kontraksi otot dalam

mengangkat atau menahan beban, semakin besar penampang otot maka makin besar pula yang bisa dihasilkan. Kondisi fisiologis otot sangat berperan dalam menentukan kualitas kekuatan, dengan latihan yang teratur, kontinyu dan mengkonsumsi protein dalam masa latihan akan meningkatkan kualitas kekuatan. Mengenai aspek biokimia, kekuatan kontraksi otot tergantung dari ciri rangsangan syaraf, cara penyampaian rangsang serta kerja ATP (Adenosin Triposfat) terhadap myosin di dalam otot karena akan mempengaruhi kemampuan otot dalam bekerja. Pengerahan kemauan yang keras dan konsentrasi pada saat latihan, bertanding dan segala hal yang akan dilakukan sangat menentukan kualitas kekuatan yang dimiliki seorang . Dengan demikian maka jelaslah bahwa kekuatan adalah komponen kondisi fisik dasar dan memberikan peranan yang sangat penting terhadap pencapaian suatu prestasi.

Kekuatan otot atau muscular strength adalah tegangan yang dapat dikerahkan oleh otot atau sekelompok otot terhadap beban atau tahanan dengan sekali usaha secara maksimal. Kekuatan otot bisa diartikan sebagai kemampuan menggunakan gaya tegang untuk melawan beban atau hambatan. (Agus Mukholid, 2007:49) Kekuatan ditentukan oleh volume otot dan kualitas


(27)

20

kontrol pada otot yang bersangkutan. Untuk meningkatkan kekuatan otot dapat dapat dilakukan dengan cara latihan berbeban. Meningkatkan kemampuan otot harus disesuaikan dengan tuntutan dari cabang olahraga yang dilakukan, dengan kata lain kebutuhan kekuatan otot dari setiap jenis cabang olahraga tidaklah sama. Faktor-faktor yang dapat menentukan kualitas kekuatan otot adalah sebagai berikut:

a) Besar kecilnya potongan melintang otot.

b) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban. c) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh.

d) Usia

e) JenisKelamin.

Kekuatan otot lengan merupakan salah satu unsur penting yang mempengaruhi dalam gerak setiap

berolahraga. Kekuatan Otot Lengan dapat menunjang segala aktifitas baik di dalam latihan

maupun di dalam pertandingan . serta kekuatan otot lengan merupakan salah satu komponen fisik yang sangat penting peranannya dalam mendukung keberhasilan aktivitas manusia. Kekuatan merupakan salah satu fungsi penting yang harus dimiliki oleh seorang atlit/perenang, karena setiap gerakan dalam olahraga memerlukan kekuatan otot disamping unsur unsur lain. kekuatan otot juga memegang peranan penting dalam melindungi dari kemungkinan cidera.

Dalam cabang olahraga renang khususnya pada gaya bebas , kekuatan otot lengan sangat menentukan tercapainya suatu hasil yang maksimal. Kemampuan lengan dalam melakukan suatu gerakan harus optimal, jika lengan kurang memiliki kemampuan fisik seperti kekuatan maka kemampuan dalam melakukan gerakan-gerakan yang baik tidak akan tercapai.


(28)

Kontraksi otot ini menghasilkan tenaga eksternal untuk menggerakkan anggota tubuh. Kekuatan lengan berkaitan atau berhubungan erat dengan kemampuan renang pada gaya bebas dengan menggunakan kekuatan dinamis karena dalam melakukan gaya tersebut perenang berusaha untuk memindahkan posisi badan dari ujung kolam ke ujung kolam, dalam hal ini lengan adalah alat penggerak dalam melakukan ayunan menghambat tahanan didalam air guna membawa tubuh didalam menyikapi teknik-teknik yang ada pada gaya bebas itu sendiri.

Menurut Soejoko H (1992 : 14 -15 ) ada beberapa fungsi kekuatan otot lengan dalam olahraga renang antara lain:

1. Untuk menggerakkan lengan sebagai pendayung: latisimusdorsi pectoralis major, teres major, dan triceps otot-otot ini penting untuk menariklengan ke dalam air dan menjadi tenaga dorong untuk ke empat gaya renang yang di perlombakan.

2. Untuk menggerakkan lengan memutar kedalam: teres major, sub scapularis, latisimus dorsi, dan pectoralis major. Pada ke empat gaya renang yang diperlombakan otot-otot ini digunakan untuk memutar lengan bila perenang melakukan gaya dengan benar. Untuk menggambarkan gerakan ini dengan meluruskan lengan kedepan secara mendatar, siku bengkokkan sehingga membentuk sudut 450, selanjutnya angkat siku tersebut dan turunkan tangan.

3. Untuk menggerakkan pergelangan tangan dan fleksor jari-jari: fleksor carpi, ulnaris, dan palmaris longus. Banyak di antara perenang yang otot-ototnya ini kurang kuat menahan air, sehingga waktu lengannya ditarik jari-jarinya terbuka.

4. Untuk menggerakkan extensor siku: triseps. Pada saat orang perenang akan mengakhiri tarikan lengannya dalam gaya crawl, dada, dan kupu-kupu akan menggunakan otot extensor,


(29)

22

sikunya untuk menyibakkan air ke belakang (Soejoko H., 1992 : 14-15).

Tentunya tidak lepas dari hal di atas maka kondisi fisik utama yang menunjang sebagai penopang agar mampu melakukan gerakan gaya bebas yang baik dan maksimum karena kekuatan itu sendiri merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik yang dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan.

G. Kekuatan Otot Tungkai

Kekuatan merupakan faktor utama dalam melakukan aktivitas fisik dan juga kemampuan dari otot yang dapat mengatasi tahanan atau beban dalam menjalankan aktivitas. Kegunaan kekuatan otot di samping mencapai prestasi maksima l juga untuk mempermudah mempelajari teknik dan juga untuk mencegah terjadinya cedera dalam berolahraga. Seperti yang dikemukakan oleh Hairi dan Sadjono yang di kutip oleh I Putu Gede Adiatmika, dkk. “Kekuatan (strength) adalah komponen kondisi fisik yang

menyangkut masalah kemampuan seorang pada saat menggunakan otot-ototnya menerima beban”.

Sedangkan kekuatan otot adalah tenaga, gaya atau ketegangan yang dapat dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot pada suatu kontraksi dengan beban maksimal. Seseorang mungkin memiliki kekuatan pada bagian otot tertentu namun belum tentu memiliki pada bagian otot lainnya.


(30)

Rahmat Hermawan (2002:45) otot merupakan suatu organ/alat yang penting sekali memungkinkan tubuh dapat bergerak. Gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk, dimana pada sel-sel sitoplasma ini merupakan benang-benang halus yang panjang disebut miofibril. Kalau sel otot yang mendapatkan ransangan maka miofibril akan memendek, dengan kata lain sel otot akan memendekkan dirinya ke arah tertentu/berkontraksi, seperti hal nya bila kita berolahraga, kita menggerakkan otot-otot. Jadi untuk menggerakkan sebuah benda, otot harus mengerahkan kontraksi dalam dengan kecepatan maksimal. Kontraksi menyebabkan gerakan pada anggota tubuh. Kedudukan otot menentukan efek kontraksi otot.

Dijelaskan dalam Rahmat Hermawan (2002: 47) bahwa macam-macam otot berdasarkan fungsinya adalah sebagai berikut:

1. Menurut bentuk dan serabutnya,yaitu otot serabut sejajar atau bentuk kumparan, otot bentuk kipas,otot bersirip dan melingkar/spinter.

2. Menurut jumlah kepalanya yaitu otot berkepala dua, otot berkepala tiga/triseps dan otot berkepala empat/quadriseps.

3. Menurut pekerjaannya,yaitu: (a) Otot sinergis yaitu otot yang melakukan pekerjaan bersama-sama, (b) Otot antargonis yaitu otot yang bekerjanya berlawanan, (c) Otot abductor yaitu otot yang bekerja menggerakkan anggota menjauhi tubuh, (d) Otot adduktor yaitu otot yang menggerakkan anggota mendekati tubuh, (e) Otot ekstensor bekerja membengkokkan sendi tulang atau melipat sendi, (f) Otot ekstenesor otot yaitu otot yang bekerja meluruskan kembali tulang kepada kedudukan semula, (g) Otot pronator,


(31)

24

dimana ulna dan radial dalam keadaan sejajar, (h) Otot supinator, dimana ulna dan radial menjadi menyilang, (i) Endorotasi, memutar ke dalam, (j) Eksorotasi, memutur ke keluar, (k) Dilatasi,memanjangkan otot, (l) Kontraksi, memendekan otot.

Menurut letaknya otot-otot tubuh di bagi dalam beberapa golongan: (a) Otot bagian kepala, (b) Otot bagian leher, (c) Otot bagian bebas, (d) Otot bagian perut, (e) Otot bagian punggung, (f) Otot bahu dan lengan, (g) Otot pinggul, (h) Otot anggota gerak bawah.

Lihatlah gambar di bawah sebagai berikut:

Gambar 5.Tulang-Tulang Pembentuk Tungkai. Pate, (1993)


(32)

Gambar 6. Otot-Otot Tungkai. Pate, (1993)

Kekuatan (strength) adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuanya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja (M. Sajoto, 1995:8). Jadi kekuatan otot tungkai adalah kemampuan otot-otot tungkai untuk menahan beban sewaktu bekerja.

Kekuatan otot tungkai pada dasarnya adalah kemampuan otot pada saat melakukan kontraksi. Yang terpenting dalam setiap latihan haruslah dilakukan sedemikian rupa sehingga perenang haruslah menggunakan tenaga yang maksimal seperti yang dikemukakan oleh Mochamad Sajoto bahwa :


(33)

26

kekuatan atau strength adalah komponen kondisi fisik, yang menyangkut masalah seorang

atlet pada saat mempergunakan kelompok otot-ototnya, menerima beban waktu tertentu.

Selanjutnya James A. Balley menambahkan bahwa,otot yang kuat akan memberikan

stabilitas yang kuat bagi persendian, dan oleh karena otot yang kuat memperkeci l kemungkinan akan terkilir”. kemudian Saleh Moeh mengatakan bahwa :Di samping

masalah kekuatan adalah hal-hal yang perlu diketahui yaitu masalah yang ada hubungannya dengan kekuatan”.

Berdasarkan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli di atas, seorang perenang harus melatih otot-ototnya terutama otot besar yaitu otot tungkai yang merupakan kelompok dasar dari gerak tubuh. Kekuatan otot pada setiap cabang olahraga sangat dibutuhkan terutama pada cabang olahraga renang . Dalam olahraga renang kekuatan otot tungkai berperan dalam melakukan gerakan lecutan kaki untuk melaju dengan cepat. Dengan demikian fungsi otot tungkai dalam olahraga renang sangat dominan sehingga perlu terus dilatih untuk mencapai kekuatan yang maksimal.

H. Kerangka Pikir

Hasil belajar terlihat dari perubahan tingkah laku pada diri seseorang yang meliputi perubahan pada tiga ranah yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Pada mata pelajara Pendidikan Jasmani maka ranah psikomotor adalah target utama dalam penentuan keberhasilan pembelajaran, namun tidak terlepas dari peningkatan ranah kognitif dan juga afektif. Renang adalah salah satu mata kuliah yang harus dikuasai oleh Mahasiswa,


(34)

Mahasiswa diharapkan mampu mempraktikkan renang gaya bebas dengan baik dan tertanam nilai-nilai luhur seperti percaya diri, keberanian, tidak pantang menyerah dalam diri siswa tersebut. Renang merupakan cabang olahraga yang diminati, sebab renang merupakan pendidikan yang dilakukan di luar kelas, nomor renang terbagi empat yaitu gaya bebas, kupu-kupu, gaya bebas, dan gaya punggung. Namun renang merupakan kecakapan siswa mampu mengkoordinasikan gerakan kaki, tangan serta nafas, tidaklah mudah bagi anak-anak untuk melakukan ini, oleh karena itu peran guru dalam kompetensi dasar ini sangatlah penting untuk diperhatikan. Kreatif, serta turut serta dalam lapangan merupakan salah satu cara agar anak mampu melakukan sesuai dengan yang diajarkan.

Kekuatan otot lengan dan tungkai sangatlah penting dalam gerak renang gaya bebas, semakin kuat lengan dan tungkai diduga penulis dapat mencapai waktu tercepat dan hasil yang maksimal, dan tidak dipungkiri koordinasi tangan dan kaki yang baik juga menentukan hasil waktu jarak tempuh yang baik.

I. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (1998:67) hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Sukardi, (2003:42) mengatakan hipotesis adalah jawaban yang masih bersifat sementara dan bersifat teoritis. Menurut Kunandar (2009:89) bahwa hipotesis dalam penelitian tindakan bukan hipotesis perbedaan atau hubungan melainkan hipotesis tindakan, rumusan hipotesis memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan.


(35)

28

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah suatu konsep yang berfungsi sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah:

Ha1 : Kekuatan otot lengan memberikan hubungan dengan prestasi renang gaya bebas pada Mahasiswa Penjaskes angkatan 2012 Tahun Pelajaran 2012/2013

Ha2: Kekuatan otot tungkai memberikan hubungan dengan prestasi renang gaya bebas pada Mahasiswa Penjaskes angkatan 2012 Tahun Pelajaran 2012/2013

H3: Kekuatan otot lengan dan tungkai memiliki hubungan dengan prestasi renang gaya bebas pada Mahasiswa Penjaskes angkatan 2012 Tahun Pelajaran 2012/2013


(36)

III. METODELOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan kekuatan otot lengan dan tungkai dengan prestasi renang gaya bebas 25 meter pada Mahasiswa Penjaskes angkatan 2012 Tahun Pelajaran 2012/2013, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional. Menurut Arikunto (1991) Penelitian deskriptif korelasional atau penelitian korelasional yaitu untuk mengetahui seberapa erat hubungan antara kedua variabel atau lebih. Tujuan penelitian korelasional untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, seberapa eratnya hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan itu.

Menurut Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar (2008:131) Penelitian deskriptif korelasi adalah penelitian untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dua variabel atau lebih dan untuk mengetahui berapa besarnya sumbangan (kontribusi) variabel bebasnya (dependent variable) atau X terhadap variabel terikat (independent variable) atau Y.

Peneliti menduga bahwa unsur kekuatan otot lengan dan tungkai memberikan hubungan yang berarti dengan prestasi renang gaya bebas 25 meter. Hubungan


(37)

30

kekuatan otot lengan dan tungkai dengan prestasi renang gaya bebas 25 meter dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 7. Kerangka Pikir Keterangan :

X1 : Kekuatan otot lengan X2 : Kekuatan otot tungkai

Y : Prestasi renang gaya bebas 25 meter.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu gejala yang bervariasi yang menjadi obyek penelitian (Suharsimi Arikunto, 1991:118). Sedangkan dalam penelitian ini ada dua variabel bebas dan satu variabel terikat.

1. Variabel bebas adalah yang mempengaruhi, yaitu kekuatan otot lengan (X1) dan kekuatan otot tungkai (X2).

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi, yaitu prestasi renang gaya bebas 25 meter (Y).

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk menyamakan persepsi mengenai variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini, maka perlu dipaparkan definisi operasional variabel sebagai berikut:

X1

X2


(38)

1. Hubungan adalah sumbangan, sokongan. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 520) Dalam setiap cabang olahraga unsur kondisi fisik memberikan hubungan dalam penguasaan teknik gerak bukan hanya sebagai faktor pendukung, tetapi terkadang juga sebagai unsur utama.

2. Kekuatan otot atau muscular strength adalah tegangan yang dapat dikerahkan oleh otot atau sekelompok otot terhadap beban atatu tahanan dengan sekali usaha secara maksimal. Kekuatan otot bisa diartikan sebagai kemampuan menggunakan gaya tegang untuk melawan beban atau hambatan

3. Renang merupakan gerakan sewaktu bergerak di air, dan biasanya tanpa perlengkapan buatan, manusia sudah dapat berenang sejak zaman prasejarah, bukti tertua mengenai berenang adalah lukisan-lukisan tentang perenang dari Zaman Batu telah ditemukan di "gua perenang" yang berdekatan dengan Wadi Sora di Gilf Kebir, Mesir barat daya.

4. Gaya bebas adalah berenang dengan posisi dada menghadap ke permukaan air, kedua belah tangan secara bergantian digerakkan jauh ke depan dengan gerakan mengayuh, sementara kedua belah kaki secara bergantian dicambukkan naik turun ke atas dan ke bawah. Sewaktu berenang gaya bebas, posisi wajah menghadap ke permukaan air, pernapasan dilakukan saat lengan digerakkan ke luar dari air, saat tubuh menjadi miring dan kepala berpaling ke samping. Sewaktu mengambil napas, perenang bisa memilih untuk menoleh ke kiri atau ke kanan


(39)

32

D. Populasi dan Sampel 1) Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek suatu penelitian (Arikunto, 1988:155), sedangkan menurut Riduwan (2005:3) populasi adalah keseluruhan dari karakteristik atau unit hasil pengukuran yang menjadi objek penelitian. Jadi populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Penjaskes angkatan 2012 yang berjumlah 20 orang.

2) Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang di teliti (Arikunto, 1998:117). Untuk mengambil sampel dalam penelitian ini, penulis berpedoman terhadap pendapat (Arikunto, 2002:112) yang mengemukakan “Apabila subjek penelitian kurang dari 100 maka lebih baik di ambil semua hingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, selanjutnya jika populasi subjeknya lebih dari 100 dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”. Jumlah Mahasiswa Penjaskes angkatan 2012 sebanyak 20 orang maka penulis mengambil semua populasi tersebut, serta seluruh mahasiswa penjaskes angkatan 2012 telah mendapatkan materi gaya bebas.

E. Instrumen Penelitian 1. Pelaksanaan Tes

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) tes renang 25 meter, (2) tes kekuatan otot lengan (pull and push strenght test) yang bertujuan untuk mengukur kekuatan otot lengan dalam menarik dan mendorong, (3) tes kekuatan otot tungkai (leg strength test) yang bertujuan untuk mengukur kekuatan otot tungkai, dan didistribusikan dengan tabel norma tes tersebut.


(40)

Norma tes kekuatan otot lengan putra

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 44

2 Baik 34-43

3 Sedang 25-33

4 Kurang 18-24

5 Kurang sekali <17

Tabel 2. Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74) Norma tes kekuatan otot lengan putri

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 39

2 Baik 30-38

3 Sedang 22-29

4 Kurang 15-21

5 Kurang sekali <14

Tabel 3. Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74) Norma tes kekuatan otot tungkai putra

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 241

2 Baik 214-240

3 Sedang 160-213

4 Kurang 137-159

5 Kurang sekali <137

Tabel 4. Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74) Norma tes kekuatan otot tungkai putri

No Klasifikasi Standar Nilai

1 Sangat baik > 136

2 Baik 114-135

3 Sedang 66-113

4 Kurang 49-65

5 Kurang sekali <49

Tabel 5. Pelatihan Kesehatan Olahraga , (2000:74)

2. Fasilitas dan Alat

Fasilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah kolam renang, sedangkan alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Alat tulis, 2) Kamera,


(41)

34

3) Pelampung, 4) Peluit, 5) Blangko (kertas kerja), 6) Pull and push dynamometer, 7)Legdynamometer.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi carl pearson dan korelasi ganda. Sehubungan penelitian ini adalah penelitian populasi, maka tidak diperlukan uji prasyarat.

1. Pengujian Hipotesis

a. Mencari Koefisien Korelasi

Untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat dapat digunakan korelasi product moment dan korelasi ganda. Menurut Sudjana (2005: 369) Koefisien korelasi antara variabel X1 dengan Y, dan X2 dengan Y dapat dicari dengan menggunakan rumus korelasi Carl Pearson :

 

2

2

 

2

i 2 i i i X -X -X X -X r           n n n i Keterangan :  i X

r = Koefisien korelasi n = Jumlah sampel X = Skor variabel X Y = Skor variabel Y

∑X = Jumlah skor variabel X ∑Y = Jumlah skor variabel Y ∑X2

= Jumlah kuadrat skor variabel X ∑Y2


(42)

Dalam Sugiyono (2008: 226) Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila hubungan antara dua variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka hubungan tersebut sempurna. Jika didapat r = -1 maka terdapat korelasi negatif sempurna, artinya setiap peningkatan pada variabel tertentu maka terjadi penurunan pada variabel lainnya. Sebaliknya jika didapat r = 1, maka diperoleh korelasi positif sempurna. Artinya ada hubungan yang positif antara variabel, dan kuat atau tidaknya hubungan ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien korelasi. Dan koefisien korelasi adalah 0 maka tidak terdapat hubungan.

Tabel 6. Interpretasi koefisien korelasi nilai r. Interval Koefisien

Korelasi

Interpretasi Hubungan 0,80 - 1,00

0,60 - 0,79 0,40 - 0,59 0,20 - 0,39 0,00 - 0,19

Sangat kuat Kuat Cukup kuat Rendah Sangat rendah

Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan signifikan atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel Product Moment, dengan taraf signifikan 0,05 (taraf kepercayaan 95%).

Kaidah pengujian signifikan : Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada hubungan yang signifikan dan jika r hitung < r tabel, maka terima Ho artinya tidak ada hubungan yang signifikan.

Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan menggunakan rumus koefisien determinasi (Sudjana, 2005: 369).


(43)

36

KP = r2x 100 % Keterangan :

KP = Nilai koefisien determinasi r2 = Koefisien korelasi dikuadratkan

b. Mencari Korelasi Ganda

Untuk mencari hubungan kedua variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan rumus Korelasi Ganda ( )

   

2 X X X X Y X Y X 2 Y X 2 Y X Y X X 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 r 1 r r r 2 r r R     Keterangan : Y X X1 2

R

: Koefisien korelasi ganda antar variabel X1 dan X2 secara bersama-sama dengan variabel Y

Υ

X1

r : Koefisien korelasi X1 terhadap Y

Υ

X2

r : Koefisien korelasi X2 terhadap Y

2 1X

X

r : Koefisien korelasi X1 terhadap X2

Untuk mengetahui sumbangan kedua variabel bebas dengan variabel terikat, koefisien determinasi dicari dengan mengalikan koefisisen korelasi ganda yang telah dikuadratkan (R2) dengan 100%.


(44)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dengan kemampuan renang 25 meter gaya bebas pada mahasiswa Penjaskes angkatan 2012.

2. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan kemampuan renang 25 meter gaya bebas pada mahasiswa Penjaskes angkatan 2012.

3. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai secara bersama-sama dengan kemampuan renang 25 meter gaya bebas pada mahasiswa Penjaskes angkatan 2012.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi mahasiswa dalam usaha meningkatkan prestasi renang gaya bebasnya

agar perlu mengetahui unsur-unsur kondisi fisik penentu peningkatan renang agar dapat hasil yang optimal.


(45)

45

2. Guru Pendidikan Jasmani dalam usaha meningkatkan kemampuan renang siswa khususya renang gaya bebas maka perlu memperhatikan kondisi fisik siswa sehingga dapat direncanakan program khusus guna tercapainya prestasi yang diharapkan.

3. Bagi dosen untuk dapat melakukan latihan kekuatan otot lengan dan tungkai sebagai penunjang kondidi fisik pada renang gaya bebas.

4. Bagi peneliti lain bahwa masih ada unsur lain yang mempengaruhi penguasaan renang gaya bebas, hal ini dapat diteliti kembali guna menjadi bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan penguasaan renang gaya bebas.


(46)

1 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. ... (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. Hazeldine, R.. 1989. Fitness For Sport. Trowbridge: Edwood Burn

Limited, hal. 93-99.

Hermawan, Rahmat. Ilmu Faal : Fisiologi. Univesitas Lampung.

Muhajir. 2003. Pendidikan Jasmani Untuk Kelas 1 SMP. Bandung : Yudhistira Mukholis Agus. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek. Erlangga : Jakarta. Nurhasan. (1986). Tes dan Pengukuran, Karunika Universitas Terbuka : Jakarta. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2000. Buku Pedoman dan Modul

Pelatihan Kesehatan Olahraga. Depdiknas. Jakarta. .

Ridwan, (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian Pemula, Alfabeta : Bandung.

Roji. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta Sodikin, Chandra. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk

SMP/MTS Kelas VIII, Jakarta : CV. Arya Duta

Syarifudin Aip (1997). Filsafah dan Sejarah Pendidikan Jasmani : Jakarta Suparno. (2001). Pintar Berbahasa Indonesia. Rineka Cipta : Jakarta.

Suranto, Heru. (1991). Pengetahuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Universitas Terbuka


(47)

2 Surayin. (1998). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Yudhistira

Sutarmin. (2007). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 2, Jakarta: Pt. Wangsa Jatra Lestari

Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka : Jakarta.

Unila. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, Bandar Lampung : Universitas Lampung.


(1)

Dalam Sugiyono (2008: 226) Kuatnya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien korelasi. Koefisien korelasi positif terbesar = 1 dan koefisien korelasi negatif terbesar = -1, sedangkan yang terkecil adalah 0. Bila hubungan antara dua variabel atau lebih itu mempunyai koefisien korelasi = 1 atau -1, maka hubungan tersebut sempurna. Jika didapat r = -1 maka terdapat korelasi negatif sempurna, artinya setiap peningkatan pada variabel tertentu maka terjadi penurunan pada variabel lainnya. Sebaliknya jika didapat r = 1, maka diperoleh korelasi positif sempurna. Artinya ada hubungan yang positif antara variabel, dan kuat atau tidaknya hubungan ditunjukkan oleh besarnya nilai koefisien korelasi. Dan koefisien korelasi adalah 0 maka tidak terdapat hubungan.

Tabel 6. Interpretasi koefisien korelasi nilai r. Interval Koefisien

Korelasi

Interpretasi Hubungan 0,80 - 1,00

0,60 - 0,79 0,40 - 0,59 0,20 - 0,39 0,00 - 0,19

Sangat kuat Kuat Cukup kuat Rendah Sangat rendah

Untuk mengetahui apakah koefisien korelasi hasil perhitungan signifikan atau tidak, maka perlu dibandingkan dengan r tabel Product Moment, dengan taraf

signifikan 0,05 (taraf kepercayaan 95%).

Kaidah pengujian signifikan : Jika r hitung ≥ r tabel , maka tolak Ho artinya ada

hubungan yang signifikan dan jika r hitung < r tabel, maka terima Ho artinya tidak

ada hubungan yang signifikan.

Untuk mengetahui kontribusi variabel X terhadap Y dicari dengan menggunakan rumus koefisien determinasi (Sudjana, 2005: 369).


(2)

36

KP = r2x 100 % Keterangan :

KP = Nilai koefisien determinasi r2 = Koefisien korelasi dikuadratkan b. Mencari Korelasi Ganda

Untuk mencari hubungan kedua variabel bebas dengan variabel terikat dengan menggunakan rumus Korelasi Ganda ( )

   

2 X X X X Y X Y X 2 Y X 2 Y X Y X X 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 r 1 r r r 2 r r R     Keterangan : Y X X1 2

R

: Koefisien korelasi ganda antar variabel X1 dan X2 secara

bersama-sama dengan variabel Y Υ

X1

r : Koefisien korelasi X1 terhadap Y

Υ X2

r : Koefisien korelasi X2 terhadap Y 2

1X

X

r : Koefisien korelasi X1 terhadap X2

Untuk mengetahui sumbangan kedua variabel bebas dengan variabel terikat, koefisien determinasi dicari dengan mengalikan koefisisen korelasi ganda yang telah dikuadratkan (R2) dengan 100%.


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka simpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dengan kemampuan renang 25 meter gaya bebas pada mahasiswa Penjaskes angkatan 2012.

2. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai dengan kemampuan renang 25 meter gaya bebas pada mahasiswa Penjaskes angkatan 2012.

3. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai secara bersama-sama dengan kemampuan renang 25 meter gaya bebas pada mahasiswa Penjaskes angkatan 2012.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut : 1. Bagi mahasiswa dalam usaha meningkatkan prestasi renang gaya bebasnya

agar perlu mengetahui unsur-unsur kondisi fisik penentu peningkatan renang agar dapat hasil yang optimal.


(4)

45

2. Guru Pendidikan Jasmani dalam usaha meningkatkan kemampuan renang siswa khususya renang gaya bebas maka perlu memperhatikan kondisi fisik siswa sehingga dapat direncanakan program khusus guna tercapainya prestasi yang diharapkan.

3. Bagi dosen untuk dapat melakukan latihan kekuatan otot lengan dan tungkai sebagai penunjang kondidi fisik pada renang gaya bebas.

4. Bagi peneliti lain bahwa masih ada unsur lain yang mempengaruhi penguasaan renang gaya bebas, hal ini dapat diteliti kembali guna menjadi bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan penguasaan renang gaya bebas.


(5)

1 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. ... (2006). Prosedur Penelitian, Rineka Cipta : Yogyakarta. Hazeldine, R.. 1989. Fitness For Sport. Trowbridge: Edwood Burn

Limited, hal. 93-99.

Hermawan, Rahmat. Ilmu Faal : Fisiologi. Univesitas Lampung.

Muhajir. 2003. Pendidikan Jasmani Untuk Kelas 1 SMP. Bandung : Yudhistira Mukholis Agus. 2004. Pendidikan Jasmani Teori dan Praktek. Erlangga : Jakarta. Nurhasan. (1986). Tes dan Pengukuran, Karunika Universitas Terbuka : Jakarta. Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani. 2000. Buku Pedoman dan Modul

Pelatihan Kesehatan Olahraga. Depdiknas. Jakarta. .

Ridwan, (2005). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Penelitian Pemula, Alfabeta : Bandung.

Roji. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta Sodikin, Chandra. (2010). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Untuk

SMP/MTS Kelas VIII, Jakarta : CV. Arya Duta

Syarifudin Aip (1997). Filsafah dan Sejarah Pendidikan Jasmani : Jakarta Suparno. (2001). Pintar Berbahasa Indonesia. Rineka Cipta : Jakarta.

Suranto, Heru. (1991). Pengetahuan Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Universitas Terbuka


(6)

2 Surayin. (1998). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan, Jakarta : Yudhistira

Sutarmin. (2007). Pendidikan Jasmani dan Kesehatan 2, Jakarta: Pt. Wangsa Jatra Lestari

Tim Penyusun Kamus Bahasa Pusat. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penerbit Balai Pustaka : Jakarta.

Unila. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung, Bandar Lampung : Universitas Lampung.


Dokumen yang terkait

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT TUNGKAI, POWER LENGAN, DAN POWER TUNGKAI DENGAN JARAK LUNCUR SATU KAYUHAN RENANG GAYA DADA

1 19 47

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN PANJANG TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN RENANG 50 METER GAYA DADA PADA ATLET PUTRA BERPRESTASI KLUB RENANG METAL SC METRO TAHUN 2013

1 22 66

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI DENGAN PRESTASI RENANG 25 METER GAYA BEBAS PADA MAHASISWA PENJASKES ANGKATAN 2012 TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 12 47

HUBUNGAN ANTARA DAYA TAHAN OTOT LENGAN OTOT TUNGKAI DENGAN KEMAMPUAN RENANG 25 METER GAYA DADA MAHASISWI PENJASKESREK 2010 UNIVERSITAS LAMPUNG

0 12 38

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI DAN OTOT LENGAN TERHADAP TEKNIK DASAR TIGER SPRONG PADA SISWA KELAS IX B SMP NEGERI 1 SEPUTIH AGUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

1 7 49

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN MENDORONG DAN OTOT LENGAN MENARIK TERHADAP KECEPATAN RENANG GAYA BEBAS PADA SISWA KELAS VIII C SMP WIYATAMA BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013/2014

0 10 46

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN OTOT TUNGKAI DENGAN KETERAMPILAN SMASH DALAM BADMINTON PADA SISWA EKSTRAKURIKULER SMP NEGERI KOTA METRO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 40 66

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI DENGAN GERAK DASAR RENANG GAYA DADA PADA SISWA KELAS XI SMK NEGERI 4 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

1 33 73

HUBUNGAN KEKUATAN OTOT LENGAN DAN POWER TUNGKAI TERHADAP HASIL RENANG GAYA DADA 25 METER PADA SISWA SMK GUNA DHARMA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015

0 8 59

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN DAN DAYA LEDAK OTOT LENGAN DENGAN HASIL SERVICE DALAM TENIS LAPANGAN PADA MAHASISWA PUTRA PENJASKES SEMESTER V IKIP-PGRI PONTIANAK

0 1 8