PENERAPAN LATIHAN OLAH VOKAL DALAM BERNYANYI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN.

(1)

PENERAPAN LATIHAN OLAH VOKAL DALAM

BERNYANYI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN

SOSIAL ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

(Single Subjek Research Terhadap Anak Tunagrahita Ringan Kelas VIII SMPLB di SLB – C Purnama Asih)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikian Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh

Hana Haniefan Latiefah 0607079

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

ABSTRAK

PENERAPAN LATIHAN OLAH VOKAL DALAM BERNYANYI TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN SOSIAL ANAK

TUNAGRAHITA RINGAN

(Single Subjek Research Terhadap Anak Tunagrahita Ringan Kelas VIII SMPLB di SLB– C PurnamaAsih)

Oleh : Hana Haniefan Latiefah (0607079)

Anak Tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam fungsi kecerdasan dan perilaku adaptif yang terjadi pada masa perkembangan, yaitu antara masa konsepsi hingga usia 18 tahun. Dengan keterbatasan yang mereka miliki menimbulkan munculnya permasalahan yang dihadapi anak tunagrahita ringan, salah satunya yaitu dalam perilaku adaptif, perilaku adaptif itu sendiri mencakup bidang-bidang: komunikasi, merawat diri, mengurus rumah, keterampilan sosial, kehidupan kemasyarakatan, mengarahkan diri, kesehatan dan keselamatan, keterampilan akademik, penggunaan waktu senggang dan pekerjaan. Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis di SLB – C Purnama asih, penulis menemukan bahwa anak tunagrahita ringan mengalami hambatan dalam keterampilan sosialnya, itu menyebabkan anak tersebut susah untuk bergaul dan kurang adanya interaksi dengan lingkungan. Maka dari itu penulis melakukan penelitian dengan cara mengikutsertakan 2 subjek tersebut untuk mengikuti latihan olah vokal dalam kegiatan bernyanyi. Kegiatan bernyanyi tersebut dilakukan secara bersama-sama dengan diiringi musik. Sesuai dengan permasalahan diatas, maka dirumuskan penelitian sebagai berikut: Apakah latihan olah vokal dalam bernyanyi dapat berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan sosial pada anak tunagrahita ringan? Untuk menjawab rumusan diatas, dilakukanlah penelitian terhadap anak tunagrahita ringan yang duduk di kelas VIII SMPLB. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen single subject research dengan desain A-B-A, yaitu A-1 (baseline 1), B (intervensi), dan A-2 (baseline -2). Dari data hasil penelitian yang sudah terkumpul, terlihat perbedaan antara fase baseline 1 (A-1) dengan baseline 2 (A-2), kedua subjek mengalami peningkatan dalam keterampilan sosial. Peningkatan yang diperoleh subjek AM sebesar 75 point sedangkan subjek MY sebesar 76,25 point. Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti menyarankan kepada pendidik agar lebih mengembangkan keterampilan sosial melalui latihan olah vokal dalam bernyanyi sehingga keterampilan sosial anak tunagrahita ringan terus meningkat.


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

1. Tujuan Penelitian ... 5

2. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II KETERAMPILAN SOSIAL ANAL TUNAGRAHITA RINGAN DAN LATIHAN OLAH VOKAL DALAM BERNYANYI ... 6

A. Konsep Dasar Anak Tunagrahita ... 6

1. Pengertian Anak Tunagrahita ... 6

2. Klasifikasi Anak Tunagrahita ... 6

a. Tunagrahita ringan ... 7

b. Tunagrahita sedang ... 7

c. Tunagrahita berat ... 7

3. Karakteristik Anak Tunagrahita Ringan ... 8

4. Permasalahan Anak Tunagrahita Ringan ... 10

5. Kebutuhan Belajar Anak Tunagrahita Ringan ... 11

B. Konsep Keterampilan Sosial ... 12

1. Pengertian Keterampilan Sosial ... 12


(4)

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial ... 16

4. Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Ringan ... 18

C. Latihan Olah Vokal Dalam Bernyanyi ... 19

1. Teknik Olah Vokal dalam Bernyanyi ... 21

2. Manfaat Pembelajaran Olah Vokal dalam Bernyanyi bagi Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita ... 24

D. Penelitian yang Relevan ... 26

E. Kerangka Berfikir... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Variabel Penelitian ... 29

1. Definisi Konsep ... 29

a. Variabel Bebas ... 29

b. Variabel Terikat (Target Behavior) ... 29

2. Definisi Operasional Variabel ... 30

a. Variabel Bebas ... 30

b. Variabel Terikat (Target Behaviour) ... 31

B. Metode Penelitian ... 32

C. Desain Penelitian ... 33

D. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 34

1. Subjek Penelitian ... 34

2. Lokasi Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 35

a. Teknik Pengumpulan Data ... 35

b. Instrumen Penelitian ... 36

c. Uji Validitas Instrumen ... 37

F. Teknik Pengolahan Data ... 38

G. Analisis Data ... 39

1. Analisis Dalam Kondisi ... 39

2. Analisis Antar Kondisi ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41


(5)

1. Hasil Baseline – 1 (A 1) ... 41

2. Hasil Intervensi (B) ... 43

3. Hasil Baseline 2 (A2) ... 44

B. Analisis Data ... 47

1. Analisis Dalam Kondisi ... 47

a Panjang Kondisi ... 47

b Estimasi Kecenderungan Arah ... 47

c Kecenderungan Stabilitas ... 49

d Jejak Data ... 57

e Level Stabilitas Rentang ... 57

f Perubahan Level ... 58

g Rangkuman Hasil Analisis Visual Dalam Kondisi ... 59

2. Analisis Antar Kondisi ... 61

a Jumlah Variabel yang Diubah ... 61

b Perubahan Arah dan Efeknya ... 61

c Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 62

d Level Perubahan ... 63

e Data Overlap ... 64

C. Pembahasan ... 70

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

A. Kesimpulan ... 73

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Interpersonal Behavior (Perilaku Interpersonal) ... 13

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Sosial ... 38

Tabel 4.1 Data baseline1 (A1) Subjek AM ... 41

Tabel 4.2 Data baseline1 (A1) Subjek MY ... 41

Tabel 4.3 Data intervensi (B) Subjek AM ... 43

Tabel 4.4 Data intervensi (B) Subjek MY ... 43

Tabel 4.5. Data baseline 2 (A2) Subjek AM ... 44

Tabel 4.6. Data baseline 2 (A2) Subjek MY ... 44

Tabel 4.7 Data panjang kondisi. ... 47

Tabel 4.8. Estimasi kecenderungan arah subjek AM ... 49

Tabel 4.9. Estimasi kecenderungan arah subjek MY ... 49

Tabel 4.10. Kecenderungan stabilitas subjek AM ... 56

Tabel 4.11. Kecenderungan stabilitas subjek MY ... 57

Tabel 4.12. Jejak data subjek AM ... 57

Tabel 4.13. Jejak data subjek MY ... 57

Tabel 4.14. Level stabilitas rentang subjek AM ... 58

Tabel 4.15. Level stabilitas rentang subjek MY ... 58

Tabel 4.16. Perubahan level subjek AM ... 58

Tabel 4.17. Perubahan level subjek MY ... 59

Tabel 4.18. Rangkuman hasil analisis visual dalam kondisi subjek AM ... 59

Tabel 4.19. Rangkuman hasil analisis visual dalam kondisi subjek MY ... 60

Tabel 4.20. Data jumlah variabel yang diubah ... 61

Tabel 4.21. Perubahan arah dan Efeknya. Subjek AM ... 61

Tabel 4.22 Perubahan arah dan Efeknya. Subjek MY. ... 62

Tabel 4.23.Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek AM ... 62

Tabel 4.24 Perubahan Kecenderungan Stabilitas Subjek MY. ... 62

Tabel 4.25. Perubahan Level Subjek AM ... 63

Tabel 4.26. Perubahan Level Subjek MY ... 63


(7)

Tabel 4.28. Persentase Data Overlap. Subjek MY ... 67 Tabel 4.29. Rangkuman Analisis Antar Kondisi Subjek AM ... 67 Tabel 4.30. Rangkuman Analisis Antar Kondisi Subjek MY ... 68


(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Hasil Baseline 1 (A1) Subjek AM ... 42

Grafik 4.2. Hasil Baseline 1 (A1) Subjek MY ... 42

Grafik 4.3. Hasil intervensi (B) Subjek AM ... 44

Grafik 4.4. Hasil intervensi (B) Subjek MY ... 44

Grafik 4.5. Hasil baseline 2 (A2) Subjek AM ... 45

Grafik 4.6. Hasil baseline 2 (A2) Subjek MY ... 45

Grafik 4.7. Hasil pengukuran baseline 1 (A1), intervensi (B) dan baseline 2 (A2) Subjek AM ... 46

Grafik 4.8. Hasil pengukuran baseline 1 (A1), intervensi (B) dan baseline 2 (A2) Subjek MY ... 46

Grafik 4.9. Estimasi kecenderungan arah. Subjek AM ... 48

Grafik 4.10. Estimasi kecenderungan arah. Subjek MY ... 48

Grafik 4.11. Kecenderungan stabilitas baseline 1 (A1) Subjek I ... 50

Grafik 4.12. Kecenderungan stabilitas intervensi (B) Subjek I ... 52

Grafik 4.13. Kecenderungan stabilitas baseline 2 (A2) Subjek I ... 53

Grafik 4.14. Kecenderungan stabilitas baseline 1 (A1) Subjek II ... 54

Grafik 4.15. Kecenderungan stabilitas intervensi (B) Subjek II ... 55

Grafik 4.16. Kecenderungan stabilitas baseline 2 (A2) Subjek II ... 56

Grafik 4.17. Data overlap baseline 1 (A1) dan intervensi (B) Subjek AM ... 64

Grafik 4.18. Data overlap baseline 1 (A1) dan intervensi (B) Subjek MY ... 65

Grafik 4.19. Data overlap intervensi (B) ke baseline 2 (A2) Subjek AM ... 66

Grafik 4.20. Data overlap intervensi (B) ke baseline 2 (A2) Subjek AM ... 67

Grafik 4.21. Mean level Subjek AM ... 69


(9)

DAFTAR GAMBAR


(10)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai mahluk sosial dituntut untuk dapat berinteraksi dan senantiasa berusaha untuk bisa menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Manusia membutuhkan bantuan orang lain dan butuh bermasyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, selama hidupnya manusia akan terus melakukan hubungan sosial dengan lingkungan sekitarnya. Dalam melakukan hubungan sosial tersebut setiap individu harus memiliki keterampilan sosial agar kegiatan mereka dalam bersosialisasi dapat berlangsung dengan lancar.

Keterampilan sosial harus dimiliki oleh semua orang begitupun anak-anak, keterampilan sosial diperoleh melalui proses belajar, baik belajar dari orang tua sebagai figur yang paling dekat dengan anak maupun belajar dari teman sebaya dan lingkungan masyarakat. Michelson, dkk. (dalam Ramdhani, 1994:36) menyebutkan bahwa keterampilan sosial merupakan suatu keterampilan yang diperoleh individu melalui proses belajar mengenai cara-cara mengatasi atau melakukan hubungan sosial dengan tepat dan baik.

Kebanyakan anak merasa kesulitan dalam berinteraksi dengan teman, guru maupun orang yang baru dikenalnya. Para orang tua sering beranggapan bahwa keterampilan sosial anaknya tidaklah begitu penting untuk diperhatikan dalam kehidupannya. Karena anak akan dapat belajar dengan sendirinya untuk berinteraksi secara baik dengan teman, saudara atau orang lain.

Sama halnya dengan anak tunagrahita pada dasarnya mereka memiliki dorongan untuk dapat berinteraksi dan melakukan hubungan sosial dengan lingkungan dan masyarakat yang ada disekitarnya, tetapi dalam hal ini anak tunagrahita juga memiliki ketidakmampuan dalam belajar dan menyesuaikan diri dengan masyarakat termasuk dalam berinteraksi sosial, yang kesemuanya itu berkaitan dengan penyesuaian perilaku atau perilaku adaptifnya. Maka dari itu diperlukannya keterampilan sosial agar anak dapat berinteraksi dengan baik. Grossman (Matson & Ollendick, 1988 : 83) berpendapat :


(11)

2

“Defisit keterampilan sosial adalah salahsatu karakteristik dari anak tunagrahita. Fakta ini jelas terlihat karena kurangnya kemampuan intelektual dan keterbelakangan sosial yang terjadi pada anak tunagrahita ringan, sehingga mereka memerlukan bantuan dalam perilaku sosial”. Menurut Sunardi dalam Tarmansyah (1995:75) mengemukakan tentang problem kepribadian yang terjadi pada anak tunagrahita diantaranya cemas, takut, tegang, sangat pemalu, menyendiri, tidak punya teman, mudah tersinggung, terlalu perasa/sensitiv, sedih depresi, rendah diri, tidak berharga, kurang percaya diri, mudah bingung, menyembunyikan diri, sering menangis, dan sangat tertutup. Lingkungan keluarga merupakan lingkungan terdekat dengan anak, dan sebagai pengembang awal kemampuan sosial anak, disamping lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga merupakan salah satu lembaga formal yang mempunyai peran yang sangat besar dalam mengembangkan kepribadian siswa karena sekolah merupakan tempat yang tepat untuk mengorganisir berbagai kegiatan yang menunjang perkembangan sosial siswa.

Berdasarkan studi pendahuluan, terdapat anak tunagrahita ringan yang duduk di tingkat sekolah menengah pertama yang mendapat kesulitan dalam hal keterampilan sosial dengan teman – temannya seperti bergaul dengan teman sekelasnya, memberi perhatian kepada orang lain, membantu orang lain, memulai percakapan dan lain sebagainya.

Kesulitan-kesulitan ini dapat diatasi dengan pemberian kegiatan-kegiatan yang menunjang untuk meningkatkan perkembangan sosial anak yaitu dengan kegiatan bernyanyi, disamping itu anak tersebut juga mempunyai hobi dalam bernyanyi tetapi anak mempunyai kesulitan dalam mengekspresikan dirinya.

Chaplin berpendapat dalam Dictionary of psychology membatasi rumusan Process of acquiring responses as a result of special practice. “Belajar ialah proses memperoleh respon-respon sebagai akibat adanya latihan khusus”. (Syah M, 1995: 89).

Dengan dikemukakannya teori diatas, pada penelitian ini yang bertujuan untuk meningkatkan keterampilan sosial, maka dilakukanlah kegiatan dengan pola latihan, karena pola latihan merupakan suatu proses dalam pembelajaran.


(12)

3

Pembelajaran musik mempunyai manfaat-manfaat tertentu khususnya bagi anak berkebutuhan khusus. Pembelajaran musik dapat dijadikan terapi dengan menggunakan musik sebagai medianya. Menurut Astati (2001 : 12) Tujuan pembalajaran musik bagi anak tunagrahita dirancang berdasarkan karakteristik anak tunagrahita, salah satunya dalam mengembangkan kemampuan sosial.

Salah satu manfaat musik untuk anak tunagrahita yaitu membentuk kembali hubungan interpersonal, dalam prosesnya dilakukan dengan aktifitas-aktifitas bermusik secara berkelompok. Melalui kegiatan ini hubungan interpersonal anak akan dikembangkan melalui proses bermain musik dimana masing-masing anak dituntut untuk menjaga kekompakan dan keserasian yang dikendalikan oleh melodi, harmoni, irama musik. Dan bernyanyi sebagai salah satu aktifitas musikal merupakan suatu kegiatan olah vokal yang dilakukan dengan memperhatikan beberapa aspek-aspek teknik vokal.

Menurut Meiliawati (2011 : 18) “Teknik olah vokal adalah sebuah cara atau usaha untuk memproduksi suara yang baik dan benar agar dapat bernyanyi dengan baik dengan cara mempelajari dasar-dasar teknik bernyanyi”.

Bernyanyi adalah kegiatan musik yang fundamental, karena anak dapat mendengar melalui inderanya sendiri, menyuarakan beragam tinggi nada dan irama musik dengan suaranya sendiri. (Kholifatul, 2008). Menyanyi tak hanya bagian dari kecerdasan seni, melainkan juga cara untuk mengasah kecerdasan sosial-emosi anak karena ia harus menyajikan lagu dengan emosi dan ekspresi yang tepat sesuai isi lagu. Melatih organ dalam bernyanyi merupakan hal yang penting selain harus didukung pula oleh latihan-latihan yang dilakukan secara bertahap dan terus menerus, latihan tersebut dinamakan latihan olah vokal, latihan olah vokal dilakukan agar kita tahu bagaimana cara melakukan kegiatan bernyanyi yang baik dan benar yang dilakukan secara bersama-sama.

Latihan olah vokal sebagai bagian dari kegiatan bernyanyi yaitu latihan yang dilakukan sebelum kegiatan bernyanyi dimulai, dengan cara melakukan latihan pernapasan, menggerakkan rongga mulut, membunyikan suara dengan intonasi berbeda, yang dilakukan secara bersama-sama.


(13)

4

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti ingin mengetahui bagaimana penerapan latihan olah vokal dalam bernyanyi terhadap peningkatan keterampilan sosial anak tunagrahita ringan kelas VIII SMPLB di SLB-C Purnama Asih.

B. Identifikasi Masalah

Adapun yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Kedua subjek mempunyai kesulitan dalam keterampilan sosial di sekolahnya seperti sulit bergaul dengan teman sekelasnya, tidak mau bergabung untuk melakukan kegiatan kelompok, kurangnya perhatian terhadap lingkungan sekitar dan kurang memiliki kepekaan terhadap orang lain.

2. Salah satu cara untuk meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita ringan adalah melalui latihan olah vokal dalam kegiatan bernyanyi

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini tidak meluas dan lebih terarah, maka peneliti membatasi penelitian ini dengan hal-hal berikut:

1. Subjek yang diteliti difokuskan pada anak tunagrahita ringan kelas VIII SMPLB

2. Keterampilan sosial anak tunagrahita ringan dalam aspek Perilaku Interpersonal.

3. Penelitian ini menerapkan pendekatan latihan olah vokal dalam upaya meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita ringan.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan sebelumnya, dan agar penelitian memiliki sasaran yang jelas, penelitian merumuskan masalah sebagai berikut:


(14)

5

“Apakah penerapan latihan olah vokal dalam bernyanyi dapat berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan sosial pada anak tunagrahita ringan?”

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah latihan olah vokal dalam bernyanyi dapat berpengaruh dalam keterampilan sosial Anak Tunagrahita Ringan.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar peningkatan keterampilan sosial pada anak tunagrahita ringan kelas 2 SMPLB sebelum dan sesudah diberikan latihan olah vokal dalam bernyanyi.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung kepada pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan pendidikan khususnya yang berkecimpung dalam pendidikan luar biasa. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Bagi guru: penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi guru bahwa latihan olah vokal dalam bernyanyi merupakan salah satu bentuk pendekatan yang berguna bagi perkembangan perilaku adaprif siswa terutama dalam meningkatkan keterampilan sosial. Dan memberikan sumbangan ilmiah yang dapat memotifasi guru dalam menghadapi permasalahan anak terutama dalam segi perilaku adaptifnya.

b. Bagi siswa : penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perilaku adaptif siswa terutama dalam hal keterampilan sosial dengan menggunakan cara yang tepat yaitu dengan latihan olah vokal dalam bernyanyi.


(15)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian 1. Definisi Konsep

a. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan ataupun timbulnya variabel terikat, atau disebut juga target behavior. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah latihan olah vokal dalam bernyanyi.

Bernyanyi adalah panduan antara seni ilmu pengetahuan yang menghubungkan permainan dua aspek yaitu aspek mental dan aspek fisik, Cristy (1977:3). Bernyanyi juga bermanfaat untuk mengasah kecerdasan sosial-emosi anak karena ia harus menyajikan lagu dengan emosi dan ekspresi yang tepat sesuai isi lagu.

Bernyanyi merupakan salah satu cabang seni musik di luar seni musik instrumental yang membutuhkan kata-kata. Karena itu latihan menyanyi berarti juga latihan membentuk vokal dan konsonan yang membentuk kata-kata itu. Keduanya harus dilatih untuk memperoleh suara yang indah dan dapat dimengerti, suara yang digunakan untuk bernyanyi itu harus pula diolah lagi dengan teknik-teknik vokal agar tercapai suatu keindahan. Teknik olah vokal adalah sebuah cara atau usaha untuk memproduksi suara yang baik dan benar agar dapat bernyanyi dengan baik dengan cara mempelajari dasar-dasar teknik bernyanyi.

b. Variabel Terikat (Target Behavior)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Keterampilan sosial.


(16)

30

Keterampilan sosial merupakan salah satu aspek yang mendukung dan menunjang proses interaksi. Combs & Slaby (1986: 7) mengungkapkan, keterampilan sosial dapat diartikan sebagai kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain pada konteks sosial melalui cara-cara spesifik yang secara sosial dapat diterima atau bernilai dan pada waktu yang sama memiliki keuntungan untuk pribadi dan orang lain.

Anak sebagai bagian dari lingkungan sosial memerlukan keterampilan sosial untuk memudahkan anak merealisasikan diri dalam hubungan dengan teman sebaya dan orang dewasa.

2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Bebas

Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah latihan olah vokal dalam bernyanyi. Pembelajaran musik melalui kegiatan olah vokal itu sendiri dapat membetuk hubungan interpersonal bagi anak dengan melakukan aktifitas-aktifitas bermusik secara berkelompok dan anak dituntut untuk menjaga kekompakannya.

Adapun tahapan yang harus dilatih dalam kegiatan olah vokal diantaranya:

1) Posisi anak melingkar dan saling berpegangan tangan kemudian anak diminta melakukan teknik pernapasan diafragma, pernapasan yang mengambil/menarik kekuatan napas untuk mengisi paru-paru dengan menyebabkan rongga perut atau diafragma, yang juga diikuti dengan mengembangkan tulang rusuk dan dilakukan secara bersama-sama. 2) Latihan Rahang Bawah

Dengan posisi saling berhadapan, anak diminta untuk menggerakkan rongga mulut, fungsinya agar mulut tidak kaku pada saat melakukan kegiatan bernyanyi.


(17)

31

3) Latihan Bibir

- Rahang bawah/gigi terkatup, bibir ditarik ke samping lalu dikerucutkan kedepan.

- Mulut terbuka, kedua bibir dilipat ke dalam diantara gigi seri atas dan bawah.

- Buat lah suara brrr (deru mobil) sepanjang mungkin.

- Buatlah pisisi A, I, U, E, O, bergantian dengan atau tanpa suara. 4) Latihan Lidah

- Julurkan lidah sepanjang mungkin dengan ujungnya terkait pada gigi seri atau bawah bergantian.

- Lidah dijulurkan lalu digerakkan ke kiri dan ke kanan, ke atas dan ke bawah.

- Lidah dijulurkan secara bergantian ditegangkan dan dilemaskan. 5) Latihan Langit-langit Lunak

Posisi rongga mulut siap mengucapkan b dan m, d dan n, k dan ng, secara bergantian dalam keadaan mulut terkatup.

6) Latihan Suara / Vokalisasi

- Menyanyikan berbagai tingkatan nada dimulai dari tangga nada bernada sedang, makin rendah, lalu makin tinggi.

- Menyanyikan berbagai variasi interval dengan solmisasinya. - Latihan diiringi instrument musik harmonis.

- Anak dibagi kedalam 2 kelompok

Kelompok pertama menyanyikan lagu pada bait pertama Kelompok kedua menyanyikan lagu pada bait kedua

Pada bagian reff, kelompok pertama dan kedua menyanyikan secara berbarengan

b. Variabel Terikat (Target Behavior)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikatnya adalah keterampilan sosial.

Adapun keterampilan sosial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah:


(18)

32

Perilaku Interpersonal ialah bentuk perilaku yang menunjukkan tingkah laku sosial individu dalam mengenal dan mengadakan hubungan dengan sesama individu lain, diantaranya: 1) Bergabung dengan temannya, 2) Mau menerima temannya, 3) Memiliki kepekaan terhadap orang lain.

Pengukuran aspek keterampilan sosial dalam penelitian ini menggunakan skor. Skor 1 jika anak diam saja, skor 2 anak ada interaksi tetapi dengan bantuan, skor 3 jika anak mampu berinteraksi tanpa bantuan sama sekali.

B. Metode Penelitian

Metode penelitian sangat menentukan dalam menghimpun data yang diperlukan dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan karena peneliti ingin mengkaji suatu peristiwa atau gejala-gejala yang muncul dengan secermat mungkin sehingga dapat diketahui sejauh mana terjadinya sebab akibat munculnya gejala tersebut. Arikunto (1993:3) mengemukakan bahwa:

Eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang bisa mengganggu. Eksperimen selalu dilakukan dengan maksud melihat akibat dari suatu perlakuan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian yang menggunakan metode eksperimen akan diperoleh hubungan sebab akibat munculnya gejala yang ada dalam penelitian tersebut. Dengan demikian, penelitian yang menggunakan metode eksperimen diharapakan dapat memperoleh data akurat dalam menguji hipotesis yang diajukan serta menjawab permasalahan yang terjadi.

Dalam penelitian ini, rancangan eksperimen yang digunakan adalah metode eksperimen dengan Single Subject Research (SSR), yaitu untuk


(19)

33

mengetahui seberapa besar pengaruh dari suatu perlakuan (intervensi) yang diberikan kepada subjek secara berulang-ulang dalam waktu tertentu.

C. Desain Penelitian

Dalam penelitian dengan subjek tunggal ini (SSR), desain yang digunakannya adalah desain A-B-A, dimana desain ini dapat menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variabel terikat. Sunanto (2006:44) mengemukakan:

“Desain A-B-A merupakan salah satu pengembangan dari desain dasar A-B. Mula-mula perilaku sasaran diukur secara kontinu pada kondisi baseline (A-1) dengan periode waktu tertentu kemudian pada kondisi intervensi (B). Berbeda dengan desain A-B, pada desain A-B-A setelah pengukuran pada kondisi intervensi (B) pengukuran pada kondisi baseline ke (A2) diberikan. Penambahan kondisi baseline ke (A2) ini dimaksudkan sebagai kontrol untuk kondisi intervensi sehingga keyakinan untuk menarik kesimpulan ada hubungan fungsional antara variabel bebas dengan variabel terikat lebih kuat”.

Prosedur pelaksanaan desai A-B-A adalah target behavior diukur secara kontinyu pada konsisi baseline (A1) dengan periode waktu 30 menit per sesi. Setelah data menjadi stabil pada kondisi baseline, intervensi (B) diberikan dengan periode waktu 30 menit persesi. Pengumpulan data dilakukan secara kontinyu sampai data mencapai level stabil atau jelas. Setelah pengukuran pada kondisi intervensi, dilakukan pengukuran pada kondisi baseline kedua (A-2). Baseline kedua (A-1) ini dilakukan sebagai kontrol kondisi intervensi sehingga memungkinkan peneliti menarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang fungsional antara variabel terikat (latihan olah vokal dalam bernyanyi) dan variabel bebas (keterampilan sosial). Apabila secara visual desain A-B-A digambarkan sebagai berikut:


(20)

34

Gambar 3.1 Desain Penelitian A-B-A

Keterangan :

A-1 = (Baseline-1) merupakan fase awal mengetahui keterampilan sosial anak tunagrahita ringan sebelum diberikan intervensi. Fase ini dilakukan selama 4 sesi. Pada kondisi ini merupakan suatu gambaran murni sebelum diberikan perlakuan. Gambaran murni tersebut adalah kondisi awal perilaku anak pada saat melakukan kegiatan bernyanyi tanpa melakukan latihan olah vokal terlebih dahulu.

B = (Intervensi) pada fase ini subjek diberikan perlakuan yaitu diberikan latihan olah vokal dalam kegiatan bernyanyi secara berulang-ulang. Subjek diberikan latihan olah vokal pada saat memulai kegiatan bernyanyi. Intervensi ini diberikan selama 8 sesi.

A-2 = (Baseline-2) Sebagai fase akhir setelah diberikan perlakuan atau intervensi. Baseline ini berfungsi untuk melihat sejauhmana pengaruh keterampilan sosial subjek setelah diberikan latihan olah vokal dalam kegiatan bernyanyi. Fase ini dilakukan selama 4 sesi.

D. Subjek dan Lokasi Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini yaitu dua orang siswa tunagrahita ringan kelas VIII SMPLB. Adapun identitas siswa tersebut adalah sebagai berikut :

a. Nama : AM Usia : 17 tahun Jenis kelamin : Perempuan


(21)

35

Karakteristik : Secara fisik AM sama seperti anak normal pada umumnya, hanya saja AM kurang bergaul dengan teman sekelasnya ataupun dengan kelas lain. Pada waktu istirahat AM lebih suka berdiam diri di kelas, AM akan menjawab seperlunya bila ditanya. b. Nama : MY

Usia : 16 tahun Jenis kelamin : Perempuan

Karakteristik : MY termasuk orang yang pemalu dan kepercayaan dirinya kurang, apabila bertemu dengan orang baru MY lebih banyak diam dan tidak berani menyapa atau bertanya kepada orang baru. MY lebih senang bermain hanya dengan satu orang teman saja dan kurang berinteraksi dengan teman sekelasnya.

2. Lokasi penelitian

Lokasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah di SLB-C Purnama Asih Bandung. Dimana sekolah ini memiliki fasilitas yang cukup lengkap diantaranya ruangan kesenian dan beberapa unit alat-alat kesenian seperti organ, angklung, dan lain-lain.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian a. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan guna mengumpulkan informasi atau data yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berupa tes dan dokumentasi.

Tes merupakan suatu instrument yang digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa. Menurut Ridwan (2004: 76) dalam Ramadhany (2011: 43), “ Tes yaitu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan dan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.”


(22)

36

Tes yang diberikan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan sosial pada kedua subjek penelitian yang akan diberikan pada tiga fase atau tahapan, masing-masing tahapan tersebut adalah tahap baseline-1 (A-1) untuk mengetahui kemampuan awal subjek, lalu intervensi (B) untuk mengetahui ketercapaian keterampilan selama mendapatkan perlakuan, dan terakhir baseline-2 (A-2) untuk mengetahui kemampuan kedua subjek setelah diberi perlakuan.

Kriteria penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah skor 3 jika anak dapat berinteraksi tanpa bantuan sama sekali, skor 2 anak ada interaksi tetapi dengan bantuan, dan skor 1 jika anak hanya diam saja. . Kemudian setelah data terkumpul maka skor akan dihitung dengan menggunakan persentase sebagai berikut:

Persentase = Σ Skor yang diperoleh X100 % Σ Skor maksimal

Teknik dokumentasi merupakan kegiatan dimana peneliti menggunakan dokumen-dokumen untuk mengumpulkan dan mencatat informasi tentang subjek penelitian. Peneliti mengumpulkan informasi mengenai kemampuan sosial subjek melalui hasil asesmen dengan guru yang bersangkutan, foto-foto dan hasil wawancara dengan guru kelas.

b. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat untuk memperoleh atau mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Menurut Sugiono (2008:148) “ Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan fenomena alam maupun sosial yang diamati”.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu instrument keterampilan sosial. Penggunaan instrumen dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh latihan olah vokal terhadap keterampilan sosial yang dimiliki oleh subjek.

Untuk mencapai tujuan penelitian ini, peneliti menyusun beberapa langkah pembuatan instrumen agar pelaksanaannya lebih mudah, yaitu:


(23)

37

1) Membuat kisi-kisi

Pembuatan kisi kisi berguna untuk untuk memberikan gambaran untuk menyusun pembuatan butir soal pada variabel yang telah ditentukan. 2) Pembuatan butir soal

Pembuatan butir soal disesuaikan dengan indikator yang telah ditentukan pada kisi-kisi soal. Butir-butir soal yang dibuat sebanyak 15 soal tentang perilaku keterampilan sosial.

3) Membuat kriteria penilaian

Penilaian dilakukan dengan menggunakan skor, misalnya dalam aspek perilaku terhadap lingkungan (contoh soal : Menjaga kekompakan saat bernyanyi bersama) skor 1 jika anak diam saja, skor 2 anak ada interaksi tetapi dengan bantuan, skor 3 jika anak mampu berinteraksi tanpa bantuan sama sekali. Setelah dibuatkan penilaian butir soal, maka tahap selanjutnya adalah uji validitas instrument.

c. Uji Validitas Instrumen

Uji coba instrument dilaksanakan dengan maksud untuk mengetahui tingkat validitas dari instrument yang digunakan untuk penelitian. Setelah dilakukan uji coba maka kita dapat mengetahui apakah instrument yang telah dibuat tersebut apakah perlu diperbaiki atau layak tidaknya digunakan untuk penelitian. Untuk mengukur tingkat validitas, peneliti menggunakan validitas isi berupa expert-judgement dengan teknik penilaian oleh para ahli. Para ahli dalam penelitian ini adalah ahli dalam bidang PLB (Pendidikan Luar Biasa) baik guru maupun dosen yang telah berpengalaman. Pada penelitian ini validitas instrument akan dilakukan oleh 2 orang dosen PLB FIP UPI dan 2 orang guru SLB-C Purnama Asih Bandung.

Hasil expert-judgementdikatakan valid jika perolehan skornya diatas 50%. Adapaun perhitungannya dihitung dengan menggunakan rumus:


(24)

38

F

P 100%

N   Keterangan: P = Persentase F = Jumlah Cocok N = Jumlah Penilai ahli

Tabel 3.1

Kisi-kisi instrumen keterampilan sosial

Perilaku Aspek Indikator

Keterampilan sosial

Interpersonal Behavior (Perilaku Interpersonal) ialah bentuk perilaku yang menunjukkan tingkah laku sosial individu

dalam mengenal dan

mengadakan hubungan dengan sesama individu lain (dengan teman sebaya atau guru)

Bergabung dengan temannya Mau menerima temannya

Memiliki kepekaan terhadap orang lain

F. Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah data terkumpul sebelum adanya kesimpulan. Setelah data terkumpul kemudian data diolah dan dianalisi dalam statistik deskriptif yaitu teknik analisis yang menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, dengan tujuan untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang hasil intervensi dalam jangka tertentu. Data dari hasil penelitian dijabarkan secara detail dalam bentuk grafik atau diagram, bentuk grafik yang digunakan adalah grafik garis. Sehingga terlihat jelas apakah ada pengaruh dari suatu intervensi terhadap target behavior.


(25)

39

G. Analisis Data

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Setelah terkumpul semua data, data tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk dihitung dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan utama menganalisis data adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran (target behavior) yang ingin dirubah, komponen paling penting yang akan dianalisis meliputi :

1. Analisis Dalam Kondisi

Komponen analisis dalam kondisi ini meliputi : a. Panjang kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi yang juga menggambarkan banyaknya sesi dalam kondisi tersebut.

b. Kecenderungan arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis yang sama banyak.

c. Tingkat stabilitas (level stability)

Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.

d. Jejak data (data path)

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menaik, menurun, dan mendatar.

e. Rentang

Rentang maksudnya disini adalah jarak antara data terbesar dengan data terkecil pada setiap kondisi (fase)

f. Tingkat perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan data atau merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.


(26)

40

2. Analisis Antar Kondisi

Sedangkan komponen-komponen analisis antar kondisi dalam menganalisis antar kondisi meliputi :

a. Variabel yang diubah

Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan. b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Merupakan perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi.

c. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data.

d. Perubahan level data

Menunjukkan seberapa besar data berubah dari fase kodisi ke kondisi lainnya (selisih antara sesi terakhir dengan sesi pertama pada fase kondisi selanjutnya)

e. Data yang tumpang tindih

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari keadaan data yang sama pada kedua kondisi.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah:

a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1.

b. Menskor hasil penilaian pada kondisi treatmen/intervensi. c. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2.

d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi baseline-1, kondisi intervensi, dan kondisi baseline-2.

e. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi, dan skor pada kondisi baseline-2.

f. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.


(27)

73

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh keterangan bahwa kegiatan olah vokal dalam bernyanyi dapat meningkatkan keterampilan sosial pada subjek AM dan MY. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan perilaku sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

Adapun perilaku interpersonal dalam keterampilan sosial yang terlihat pada subjek AM sebelum diberikan intervensi seperti anak lebih banyak menyendiri di kelas tidak mau bergabung dengan temannya untuk mengikuti kegiatan kelompok, anak lebih banyak diam atau duduk saja pada saat diikutkan dalam kegiatan bersama. Setelah diberikan intervensi, anak mau bergabung mengikuti kegiatan bernyanyi bersama, dapat mengekspresikan lagu yang dinyanyikan walaupun agak sedikit kaku, mau melakukan kontak fisik seperti berpegangan tangan dengan teman lain, berani mengeluarkan suara saat bernyanyi didepan teman-temannya. Mau mengajak teman sekelasnya untuk mengikuti suatu kegiatan. Apabila dilihat dari mean level subjek AM terlihat Pada baseline 1 (A1) mean level subjek AM untuk keterampilan sosial adalah 52,5%. Pada baseline 2 (A2) subjek AM mengalami peningkatan menjadi 75 %.

Sedangkan perilaku interpersonal dalam keterampilan sosial pada subjek MY sebelum diberikan intervensi terlihat seperti, anak mau ikut bernyanyi tapi harus ditemani olah satu teman dekat nya saja, berani bernyanyi dan mengeluarkan suara tetapi dalam keadaan sendiri, lebih suka duduk dikelas dari pada melakukan kegiatan dengan teman-temannya. Setelah diberikan intervensi, anak mau diajak bergabung dengan teman lain tidak harus ditemani oleh satu orang teman saja, mau mengajak teman lain untuk mengikuti kegiatan bersama, dapat mengekspresikan lagu yang dinyanyikan, berani mengeluarkan suara didepan teman-teman yang lain tetapi masih harus diberikan dorongan secara verbal. Persentase mean level untuk subjek MY pada baseline 1 (A1) adalah 51,25%, subjek MY mengalami peningkatan pada baseline 2 (A2) menjadi 76,25


(28)

74

Hasil tersebut menunjukan bahwa latihan olah vokal dalam bernyanyi dapat meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita ringan kelas VIII SMPLB di SLB-C Purnama Asih.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti menyarankan beberapa hal diantaranya :

1. Bagi pendidik

Diharapkan bagi para pendidik dapat memberikan masukan bahwa latihan olah vokal dalam bernyanyi merupakan salah satu bentuk pendekatan yang berguna bagi perkembangan perilaku adaptif terutama dalam meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita ringan.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan yang ada pada latihan olah vokal ini untuk bisa digunakan dalam meningkatkan keterampilan sosial. ,selain itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode lain sehingga dapat mengetahui perbedaannya apabila diberikan intervensi pada suatu kelompok dan dibandingkan hasilnya pada setiap subjek.


(29)

DAFTAR PUSTAKA

Alimin, Z. Hambatan Belajar dan Perkembangan Anak dengan Gangguan Kognitif/Kecerdasan dan Motorik. (Online). Tersedia di :

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241984031-ZAENAL_ALIMIN/MODUL_3_UNIT_1.pdf (24-4-2012)

Amin, M. (1995). Ortopedagogik anak tunagrahita. Proyek pembinaan dan pengembangan

Astati. Menuju Kemandirian Anak Tunagrahita. (Online). Tersedia di :

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194808011974032-ASTATI/BAHAN_AJAR-KEMANDIRIAN.pdf

Cartledge,G., and Milburn, J.F. (1986). Teaching Social Skills To Children. America : Pergamon Books, Inc.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Bandung : Refika Aditama

Delphie, B. (2009). Bimbingan perilaku adaptif. Yogjakarta: Intan Sejati Klaten.

Jarolimek. J, (1977). Social studies competencies and skills, learning to teach as an intern. Amerika : macmillan publishing Co., Inc.

Matson, J.L., and Ollendick T.H. (1988). Enhancing children’s social skills,assessment and training. Pergamon Press.

Raharjo, E. (2007),Musik sebagai media terapi. (Online). Tersedia di

journal.unnes.ac.id/index.php/harmonia/article/download/772/705 (28-8-12) Sugiyono, Prof, Dr. (2010) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta


(30)

Sunanto, J., Takeuchi, K.,dan Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal.Univercity of Tsukuba : Criced

Universitas Prndidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah . Bandung

Wahyu, (2012). Kebutuhan belajar anak tunagrahita ringan (Online). Tersedia di :

http://www.pabk-4you.com/2012/06/kebutuhan-belajar-anak-tunagrahita.html (10 januari 2013)

Yanti, D. (2005) Keterampilan sosial pada anak mengengah akhir yang mengalami gangguan perilaku (Online). Tersedia di:

http://repository.usu.ac.d/bitstream/123456789/3624/1/psikologi-desvi%20yanti.pdf (05 Juni 2011)


(1)

Hana Haniefah Latiefah, 2013

Penerapan Latihan Olah Vokal Dalam Bernyanyi Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Ringan

G. Analisis Data

Analisis data merupakan tahap terakhir sebelum menarik kesimpulan. Setelah terkumpul semua data, data tersebut kemudian diolah dan dianalisis untuk dihitung dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Tujuan utama menganalisis data adalah untuk mengetahui pengaruh intervensi terhadap perilaku sasaran (target behavior) yang ingin dirubah, komponen paling penting yang akan dianalisis meliputi :

1. Analisis Dalam Kondisi

Komponen analisis dalam kondisi ini meliputi :

a. Panjang kondisi

Panjang kondisi adalah banyaknya data dalam kondisi yang juga menggambarkan banyaknya sesi dalam kondisi tersebut.

b. Kecenderungan arah

Kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis yang sama banyak.

c. Tingkat stabilitas (level stability)

Menunjukkan tingkat homogenitas data dalam suatu kondisi. Tingkat kestabilan dapat ditentukan dengan menghitung banyaknya data yang berada di dalam rentang 50% di atas dan di bawah mean.

d. Jejak data (data path)

Jejak data merupakan perubahan dari data satu ke data lain dalam suatu kondisi dengan tiga kemungkinan yaitu menaik, menurun, dan mendatar.

e. Rentang

Rentang maksudnya disini adalah jarak antara data terbesar dengan data terkecil pada setiap kondisi (fase)

f. Tingkat perubahan (level change)

Tingkat perubahan menunjukkan besarnya perubahan data atau merupakan selisih antara data pertama dengan data terakhir.


(2)

40

Hana Haniefah Latiefah, 2013

Penerapan Latihan Olah Vokal Dalam Bernyanyi Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu 2. Analisis Antar Kondisi

Sedangkan komponen-komponen analisis antar kondisi dalam menganalisis antar kondisi meliputi :

a. Variabel yang diubah

Merupakan variabel terikat atau sasaran yang difokuskan.

b. Perubahan kecenderungan arah dan efeknya

Merupakan perubahan kecenderungan arah grafik antara kondisi baseline dan intervensi.

c. Perubahan stabilitas dan efeknya

Stabilitas data menunjukkan tingkat kestabilan perubahan dari sederetan data.

d. Perubahan level data

Menunjukkan seberapa besar data berubah dari fase kodisi ke kondisi lainnya (selisih antara sesi terakhir dengan sesi pertama pada fase kondisi selanjutnya)

e. Data yang tumpang tindih

Data yang tumpang tindih antara dua kondisi terjadi akibat dari keadaan data yang sama pada kedua kondisi.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data tersebut adalah:

a. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-1.

b. Menskor hasil penilaian pada kondisi treatmen/intervensi. c. Menskor hasil penilaian pada kondisi baseline-2.

d. Membuat tabel penilaian untuk skor yang telah diperoleh pada kondisi

baseline-1, kondisi intervensi, dan kondisi baseline-2.

e. Membandingkan hasil skor pada kondisi baseline-1, skor intervensi, dan skor pada kondisi baseline-2.

f. Membuat analisis dalam bentuk grafik garis sehingga dapat dilihat secara langsung perubahan yang terjadi dari ketiga fase.


(3)

Hana Haniefah Latiefah, 2013

Penerapan Latihan Olah Vokal Dalam Bernyanyi Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh keterangan bahwa kegiatan olah vokal dalam bernyanyi dapat meningkatkan keterampilan sosial pada subjek AM dan MY. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan perilaku sebelum dan sesudah diberikan intervensi.

Adapun perilaku interpersonal dalam keterampilan sosial yang terlihat pada subjek AM sebelum diberikan intervensi seperti anak lebih banyak menyendiri di kelas tidak mau bergabung dengan temannya untuk mengikuti kegiatan kelompok, anak lebih banyak diam atau duduk saja pada saat diikutkan dalam kegiatan bersama. Setelah diberikan intervensi, anak mau bergabung mengikuti kegiatan bernyanyi bersama, dapat mengekspresikan lagu yang dinyanyikan walaupun agak sedikit kaku, mau melakukan kontak fisik seperti berpegangan tangan dengan teman lain, berani mengeluarkan suara saat bernyanyi didepan teman-temannya. Mau mengajak teman sekelasnya untuk mengikuti suatu kegiatan. Apabila dilihat dari mean level subjek AM terlihat Pada baseline 1 (A1) mean level subjek AM untuk keterampilan sosial adalah 52,5%. Pada baseline 2 (A2) subjek AM mengalami peningkatan menjadi 75 %.

Sedangkan perilaku interpersonal dalam keterampilan sosial pada subjek MY sebelum diberikan intervensi terlihat seperti, anak mau ikut bernyanyi tapi harus ditemani olah satu teman dekat nya saja, berani bernyanyi dan mengeluarkan suara tetapi dalam keadaan sendiri, lebih suka duduk dikelas dari pada melakukan kegiatan dengan teman-temannya. Setelah diberikan intervensi, anak mau diajak bergabung dengan teman lain tidak harus ditemani oleh satu orang teman saja, mau mengajak teman lain untuk mengikuti kegiatan bersama, dapat mengekspresikan lagu yang dinyanyikan, berani mengeluarkan suara didepan teman-teman yang lain tetapi masih harus diberikan dorongan secara verbal. Persentase mean level untuk subjek MY pada baseline 1 (A1) adalah 51,25%, subjek MY mengalami peningkatan pada baseline 2 (A2) menjadi 76,25


(4)

74

Hana Haniefah Latiefah, 2013

Penerapan Latihan Olah Vokal Dalam Bernyanyi Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Hasil tersebut menunjukan bahwa latihan olah vokal dalam bernyanyi dapat meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita ringan kelas VIII SMPLB di SLB-C Purnama Asih.

B. Saran

Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti menyarankan beberapa hal diantaranya :

1. Bagi pendidik

Diharapkan bagi para pendidik dapat memberikan masukan bahwa latihan olah vokal dalam bernyanyi merupakan salah satu bentuk pendekatan yang berguna bagi perkembangan perilaku adaptif terutama dalam meningkatkan keterampilan sosial anak tunagrahita ringan.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan yang ada pada latihan olah vokal ini untuk bisa digunakan dalam meningkatkan keterampilan sosial. ,selain itu penelitian selanjutnya diharapkan dapat menggunakan metode lain sehingga dapat mengetahui perbedaannya apabila diberikan intervensi pada suatu kelompok dan dibandingkan hasilnya pada setiap subjek.


(5)

Hana Haniefah Latiefah, 2013

Penerapan Latihan Olah Vokal Dalam Bernyanyi Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Alimin, Z. Hambatan Belajar dan Perkembangan Anak dengan Gangguan Kognitif/Kecerdasan

dan Motorik. (Online). Tersedia di :

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195903241984031-ZAENAL_ALIMIN/MODUL_3_UNIT_1.pdf (24-4-2012)

Amin, M. (1995). Ortopedagogik anak tunagrahita. Proyek pembinaan dan pengembangan

Astati. Menuju Kemandirian Anak Tunagrahita. (Online). Tersedia di :

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/194808011974032-ASTATI/BAHAN_AJAR-KEMANDIRIAN.pdf

Cartledge,G., and Milburn, J.F. (1986). Teaching Social Skills To Children. America : Pergamon Books, Inc.

Delphie, B. (2006). Pembelajaran anak berkebutuhan khusus. Bandung : Refika Aditama

Delphie, B. (2009). Bimbingan perilaku adaptif. Yogjakarta: Intan Sejati Klaten.

Jarolimek. J, (1977). Social studies competencies and skills, learning to teach as an intern. Amerika : macmillan publishing Co., Inc.

Matson, J.L., and Ollendick T.H. (1988). Enhancing children’s social skills,assessment and

training. Pergamon Press.

Raharjo, E. (2007),Musik sebagai media terapi. (Online). Tersedia di

journal.unnes.ac.id/index.php/harmonia/article/download/772/705 (28-8-12) Sugiyono, Prof, Dr. (2010) Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta


(6)

Hana Haniefah Latiefah, 2013

Penerapan Latihan Olah Vokal Dalam Bernyanyi Terhadap Peningkatan Keterampilan Sosial Anak Tunagrahita Ringan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Sunanto, J., Takeuchi, K.,dan Nakata, H. (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek

Tunggal.Univercity of Tsukuba : Criced

Universitas Prndidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah . Bandung

Wahyu, (2012). Kebutuhan belajar anak tunagrahita ringan (Online). Tersedia di :

http://www.pabk-4you.com/2012/06/kebutuhan-belajar-anak-tunagrahita.html (10 januari 2013)

Yanti, D. (2005) Keterampilan sosial pada anak mengengah akhir yang mengalami gangguan

perilaku (Online). Tersedia di:

http://repository.usu.ac.d/bitstream/123456789/3624/1/psikologi-desvi%20yanti.pdf (05 Juni 2011)