EFEKTIVITAS PEMBEKALAN KEMAMPUAN ASESMEN PEMBELAJARAN BAGI MAHASISWA CALON GURU KIMIA.

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KOMPETENSI DAN PEMBEKALAN CALON GURU DALAM ASESMEN PEMBELAJARAN KIMIA 11 A. Kompetensi dan Standar Kompetensi Calon Guru Kimia... 11

1. Pengertian Kompetensi dan Standar Kompetensi Guru 11 2. Standar Kompetensi Calon Guru Kimia dalam Asesmen... 18

3. Pembekalan Kemampuan Asesmen Melalui CBTE dan ... SBTE 21 B. Asesmen dalam Kerangka Sistem Pembelajaran ... 23


(2)

1. Pengukuran, Penilaian, Evaluasi dan Asesmen dalam Pendidikan

23

2. Pengertian Asesmen... 27

3. Tujuan Asesmen ... 29

4. Prinsip-prinsip Asesmen ... 30

5. Asesmen Alternatif ... 30

6. Perbedaan Asesmen Alternatif dan Asesmen Tunggal ... 35

C. Kimia, Pembelajaran Kimia danPembekalan Calon Guru Kimia 37 1. Hakekat Kimia dan Asesmen dalam Pembelajaran Kimia 37 2. Pembekalan Kemampuan Asesmen Calon Guru Kimia 47 3. Strategi untuk Membekali Kemampuan Asesmen 53 D. Penelitian yang Relevan ... 63

BAB III METODE PENELITIAN ... 66

A. Paradigma dan Desain Penelitian………. 66

B. Lokasi dan Subjek Penelitian... 70

C. Prosedur Penelitian... 71

D. Instrumen Penelitian... 76

E. Teknik Pengumpulan Data... 80

F. Teknik Analisis Data... 82

BAB IV ANALISIS DATA, TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 85

A. Analisis Data Hasil Penelitian ... 86 1. Proses Pembekalan dan Kemampuan Asesmen Pembelajaran

bagi Calon Guru Kimia


(3)

2. Desain dan Validasi Program Perkuliahan Asesmen ... Pembelajaran Kimia Berbasis Inkuiri

94

3. Efektivitas Program PEPKBI dalam Meningkatkan... Pengetahuan Asesmen Pembelajaran Kimia

102

4. Efektivitas Program PEPKBI dalam Meningkatkan... Kemampuan Asesmen Calon Guru Kimia

110

5. Respon Calon Guru dalam Implementasi Program PEPKBI 119

B. Temuan dan Pembahasan ... 128

1. Proses Pembekalan Asesmen Pembelajaran bagi Calon Guru Kimia 128 2. Pengembangan Program Perkuliahan Asesmen Pembelajaran Kimia Berbasis Inkuiri 135 3. Efektivitas Program PEPKBI dalam Meningkatkan ... Kemampuan Asesmen Calon Guru Kimia 138 BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI 147 A. Kesimpulan ... 147

B. Saran ... 148

C. Rekomendasi ... 149

DAFTAR PUSTAKA ... 153


(4)

DAFTAR TABEL

Tebel Halaman

2.1 Kompetensi Guru Kimia dalam Asesmen 19

2.2 Perbandingan Asesmen Alternatif dan Tes Baku 36 2.3 Perubahan Penekanan dalam Pembelajaran Sains 51

2.4 The 5E Learning Cycle Model 61

3.1 Desain Validasi Program 76

3.2 Jenis dan Kegunaan Instrumen Penelitian 77 3.3 Bentuk, Sumber, dan Teknik Pengumpulan Data 81

3.4 Teknik Analisis Data 82

4.1 Gambaran Perkuliahan Asesmen Pembelajaran Kimia 87 4.2 Tanggapan Mahasiswa Terhadap Pembekalan

Kemampuan Asesmen

88

4.3 Tanggapan Mahasiswa Tentang Aspek yang Kurang dibekali

88

4.4 Gambaran Perkuliahan Simulasi Pembelajaran Kimia 89 4.5 Jenis Asesmen yang dikembangkan Mahasiswa pada

RPP

90

4.6 Aspek Kemampuan Asesmen yang dibekali Kepada Guru dan Calon Guru Kimia

91

4.7 Faktor Penyebab tidak digunakannya Performansi asesmen

92

4.8 Pengalaman Mahasiswa Mengikuti Asesmen Perkuliahan lain

93

4.9 Perbedaan Skor rata-rata Tes Teori Asesmen Pembelajaran Kimia antara Kelompok eks dan kntrl

103

4.10 Analisis skor penguasaan teori Asesmen Pembelajaran Kimia Calon Guru Berdasarkan Topik Pembelajaran pada kelas Eksperimen

106


(5)

Guru Pada Kelompok Kontrol dan Eksperimen 4.12 Data Kemampuan Calon Guru dalam Merancang

Penilaian

112

4.13 Data Kemampuan Calon Guru dalam Pengembangan Berbagai Alat Penilaian

114

4.14 Data Kemampuan Calon Guru dalam Menganalisis alat Penilaian

115

4.15 Data Kemampuan Calon Guru dalam Mengolah hasil Penilaian

118

4.16 Korelasi Skor Antar Observer 119

4.17 Data Skor rata-rata Aktivitas Pembelajaran pada tatap muka kesatu

120

4.18 Data Skor rata-rata Aktivitas Pembelajaran pada tatap muka kedua

122

4.19 Data Skor rata-rata Aktivitas Pembelajaran pada tatap muka ketiga

123


(6)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

3.1 Paradigma Penelitian 67

3.2 Desain Program 69

4.1 Pencapaian Tes Teori Asesmen Pembelajaran Kimia 103 4.2 Peningkatan Skor Tes Teori Asesmen Pembelajaran

Kimia tiap Topik pada Kelompok Eksperimen

107

4.3 Peningkatan Skor Tes Teori Asesmen Pembelajaran Kimia tiap Topik pada Kelompok Eksp. dan Kontrl

110

4.4 Diagram Kemampuan Calon Guru dalam Merancang Penilaian

112

4.5 Diagram Kemampuan Calon Guru dalam Mengembangkan Berbagai alat penilaian

114

4.6 Diagram Kemampuan Calon Guru dalam Menganalis alat penilaian

116

4.7 Diagram Kemampuan Calon Guru dalam Mengolah hasil penilaian

118

4.8 Skor Aktivitas Pembelajaran Program PAPKBI 121 4.9 Skor Aktivitas Pembelajaran Program PAPKBI 122 4.10 Skor Aktivitas Pembelajaran Program PAPKBI 124 4.11 Skor Aktivitas Pembelajaran Program PAPKBI 125 4.12 Data Respon Mahasiswa Terhadap Pelaksanaan

Program


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN HALAMAN

1 Proses dan Hasil Pengembangan Program 148

2 Silaby Perkuliahan 153

3 Satuan Acara Perkuliahan 154

4 Kisi-kisi Tes Asesmen Pembelajaran Kimia 172 5 Soal dan Jawaban Tes Asesmen Pembelajaran Kimia 184

6 Validitas dan Reliabilitas tes 193

7 Format Observasi 196

8 Angket Respon Mahasiswa 197

9 Lembar Kerja Mahasiswa 198


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Peraturan Mendiknas No. 20 tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan mengamanatkan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan, bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas kegiatan pembelajaran (http://www.snapdrive.net/files/ 579300/standar_penilaian_pendidikan.pdf). Salah satu prinsip yang dijadikan dasar pelaksanaannya adalah penilaian bersifat menyeluruh dan berkesinambungan. Artinya, penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

Sebagai bagian integral dari proses pembelajaran, penilaian harus menjadi bagian dari kompetensi yang dimiliki guru. Oleh karenanya Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru memandang penting bagi guru untuk memiliki kemampuan dalam menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar serta memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi tersebut untuk kepentingan pembelajaran, sebagai bagian dari kompetensi pedagogiknya (http:www.bsnp-indonesia.org/files/dokumen/ Lampiran Permen No.16 Tahun 2007.pdf).

Berkaitan dengan itu Rustaman (2006) menyarankan, penilaian IPA hendaknya mengukur pengetahuan dan konsep, keterampilan proses sains (KPS), dan penalaran tingkat tinggi (berpikir kritis, logis, kreatif) serta menggunakan penilaian portofolio dan asesmen kinerja untuk KPS dan kemampuan kerja ilmiah selama pembelajaran IPA. Oleh karenanya


(9)

sangatlah logis apabila guru atau calon guru memiliki kemampuan mengenai berbagai teknik penilaian IPA tersebut.

Dalam proses belajar mengajar, penilaian tidak hanya melihat pada aspek hasil belajar (produk) karena ini belumlah cukup untuk menilai keberhasilan proses pembelajaran, tetapi yang tidak kalah pentingnya adalah penilaian proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar siswa diperoleh di sepanjang proses pembelajaran, oleh karena itu penilaian tidak hanya dilakukan pada akhir periode melainkan dilakukan secara terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian kegiatan penilaian meliputi aktivitas proses (Wenzel, 2007)

Dalam pembelajaran kimia, seorang guru atau calon guru kimia, diharapkan dapat melakukan penilaian proses dan hasil pembelajaran kimia secara komprehensif dan benar. Komprehensif artinya penilaian yang dilakukan mencakup berbagai aspek kompetensi belajar sesuai dengan konteksnya baik dalam penilaian proses maupun hasil. Benar artinya penilaian yang dilakukan sesuai dengan tujuan dan prinsip-prinsip penilaian yang objektif, valid, reliabel, demokratis dan berkeadilan.

Penilaian pembelajaran kimia dewasa ini lebih ditekankan pada pemahaman dan penalaran ilmiah. Tes tradisional (paper and pencil test) yang hanya menilai pengetahuan ilmiah tidak sesuai lagi dengan tuntutan kurikulum (Mokhtari et ai, 1996). Suatu penilaian otentik diperlukan untuk menilai kemampuan (ability) dalam real life situations (http: www. Usoe.kl2.ut.us/curr/science/Perform/PAST5.htm).

Proses belajar mestinya menghasilkan berbagai kemampuan atau kompetensi. Hasil-hasil belajar meliputi kemampuan yang multidimensi (Gagne, 1984; Anderson & Krathwohl, 2001). Penilaian yang digunakan harus dapat menilai seluruh aspek hasil belajar siswa. Penilaian pada level achievement cenderung hanya menilai dimensi hasil


(10)

belajar yang terbatas (pengetahuan atau keterampilan). Penilaian pada level ability menurut Haladyna (1997) diperlukan untuk menilai hasil belajar secara multidimensi.

Penilaian hasil belajar kimia harus mencakup berbagai aspek kemampan peserta didik. Oleh karena itu, setiap indikator yang merupakan kompetensi dasar spesifik yang dapat dijabarkan lebih lanjut ke dalam instrumen penilaian, harus dikembangkan menjadi tiga instrumen penilaian yang meliputi aspek kognitif, psikomotor, dan afektif. Informasi aspek kognitif dan psikomotor diperoleh dari sistem penilaian yang digunakan untuk mata pelajaran yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar. Informasi aspek afektif diperoleh melalui kuesioner, inventori, dan observasi yang sistematik. Dengan demikian prosedur pengukuran hasil belajar kimia dapat dilakukan dengan prosedur tertulis, prosedur lisan dan prosedur observasi.

Tes tradisional (objective test) tidak dapat digunakan untuk menilai penalaran ilmiah yang mendalam. Tes obyektif juga sulit mengukur pemahaman tentang hakekat kimia dan proses bagaimana ilmuwan kimia bekerja (Marzano, 1994; NRC, 2000). Tes obyektif tidak dapat mengukur kemampuan higher order thinking yang dituntut pada pembelajaran kimia (http:www. Usoe.kl2.ut.us/curr/science/Perform/PAST5.htm). Dengan demikian tes obyektif kurang sesuai untuk mengukur pencapaian seluruh tujuan penting kurikulum kimia di sekolah.

Perubahan kurikulum dari kurikulum berbasis isi (content based curriculum) ke kurikulum berbasis kompetensi (competency based curriculum) yang sekarang lebih dikenal sebagai kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mengakibatkan perubahan paradigma pada proses pembelajaran yaitu dari apa yang harus diajarkan (isi) menjadi tentang apa yang harus dikuasai peserta didik (kompetensi). Perubahan kurikulum tersebut tidak hanya sekadar mengakibatkan terjadinya penyesuaian substansi materi dan


(11)

format kurikulum yang menekankan pada tuntutan kompetensi, tetapi juga terjadi pergeseran pendekatan dari pendekatan pendidikan yang berorientasi masukan (input-oriented education) ke pendekatan pendidikan yang berorientasi hasil atau standar (output

based education).

Perubahan kurikulum telah membawa implikasi pada sistem penilaian. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, penilaian merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar dilakukan tidak hanya setelah pembelajaran tersebut selesai. Penilaian dilakukan juga ketika proses pembelajaran itu berlangsung. Penilaian dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan disebut juga penilaian berbasis kelas. Penilaian dilakukan berdasarkan pada kondisi nyata pembelajaran. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan dikenal beberapa istilah standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang menunjukkan seberapa jauh ketercapaian peserta didik terhadap kompetensi yang dituntut dalam kurikulum.

Meskipun sejak tahun 2004 mulai diterapkan KBK yang kemudian tahun 2006 disempurnakan menjadi KTSP, dalam kenyataannya sampai saat ini, asesmen tradisional seperti bentuk tes pilihan berganda maupun essay masih sangat dominan dalam pembelajaran kimia. Bentuk asesmen ini sesungguhnya lebih cocok untuk mengukur keterampilan kognitif. Jika satu-satunya bentuk asesmen tradisional ini yang diterapkan, maka kompetensi siswa dalam belajar kimia tidak dapat direkam secara komprehensif. Dengan demikian, meskipun proses pembelajaran sudah mengacu pada KTSP, namun kompetensi yang dimiliki siswa tidak akan dapat dideteksi secara adil. Bahkan jika sistem penilaian yang digunakan masih menggunakan cara tradisional, maka sistem pembelajaran yang tengah berubah akan kembali ke pola lama yang menyesatkan, karena biasanya pembelajaran yang berlangsung sangat berorientasi pada pola penilaian yang digunakan.


(12)

Jika ini terjadi, maka siswa belajar tanpa memperoleh pemahaman konsep atau keterampilan proses yang memadai dan pada gilirannya kompetensi kimia yang diharapkan terbentuk dalam diri siswa tidak maksimal. Dengan demikian sangat dibutuhkan suatu bentuk assessment alternative walaupun tidak berarti meninggalkan assesment tradisional. Assesment alternative tersebut adalah segala bentuk asesmen yang berbeda dari asesmen tradisional, misalnya: asesmen performansi (performance assessment) dan assessmen portofolio (portofolio assessment) (Vos, 2001).

Menurut Sutjipto (2005), sedikitnya 50 persen guru di Indonesia tidak memiliki kualitas sesuai standardisasi pendidikan nasional (SPN). Untuk itu perlu dibangun landasan kuat untuk meningkatkan kualitas guru dengan standardisasi rata-rata bukan standardisasi minimal. Human Development Index (2006) menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia masih jauh dari memadai untuk melakukan perubahan yang sifatnya mendasar semacam kurikulum berbasis kompetensi (KBK). Dari data statistik HDI terdapat 60% guru SD, 40% SLTP, 43% SMA, dan 34% SMK dianggap belum layak untuk mengajar di jenjang masing-masing. Selain itu, 17,2% guru atau setara dengan 69.477 guru mengajar bukan bidang studinya. Dengan demikian, kualitas SDM Indonesia adalah urutan 109 dari 179 negara di dunia.

Dalam konteks penilaian, kendala utama yang dialami guru adalah ketidakpahaman mengenai apa dan bagaimana melakukan penilaian berbasis kompetensi. Karena ketidakpahaman ini mereka kembali kepada pola asesmen lama dengan tes-tes dan ulangan-ulangan yang cognitive-based semata. Tidak adanya model sekolah yang bisa dijadikan sebagai rujukan membuat para guru tidak mampu melakukan perubahan, apalagi lompatan, dalam proses peningkatan kegiatan belajar mengajarnya.


(13)

Bentuk-bentuk penilaian yang harus digunakan oleh guru seperti portofolio, performance test, observasi, dan laporan tertulis belum dapat diterapkan guru secara baik. Padahal dengan KTSP, siswa diharapkan dapat mengerjakan tugas-tugas agar lebih kreatif yang harus dipantau setiap saat. Mereka memperoleh kebebasan dalam belajar sekaligus memberikan kesempatan luas untuk berkembang serta memotivasi diri. Penilaian berbasis kompetensi tidak hanya menekankan penilaian angka, tetapi juga melihat pada proses siswa sebagai pembejalaran aktif. Sebagai contoh, siswa diminta untuk melakukan survei mengenai jenis-jenis pekerjaan di lingkungan rumahnya. Menurut Brooks & Brokks dalam Johnson (2002), bentuk penilaian seperti ini lebih baik dari pada menghafalkan teks, siswa

dituntut untuk menggunakan keterampilan berpikir yang lebih tinggi guna membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil penelitian dan pengamatan peneliti terhadap pelaksanaan kurikulum saat ini, kendala yang dihadapi bagi sebagian besar guru dalam implementasi kurikulum 2004 adalah terletak pada aspek penilaian. Aspek penilaian menjadi masalah disamping karena kurangnya berbagai literatur mengenai pengembangan assesment yang berbasis kompetensi, juga karena kompleknya variabel sistem penilaian berbasis kompetensi. Hal itulah yang menjadi penyebab minimnya pemahaman guru mengenai sistem penilaian berbasis kompetensi yang akhirnya berakibat pada kembali digunakannya pola penilaian tradisional yang memang sudah menjadi budaya.

Pada sisi lain, tuntutan masyarakat terhadap keahlian guru saat ini juga semakin tinggi. Pendidikan guru pada preservice level sebaiknya berorientasi pada profesi. Perlu didukung penyiapan calon guru kimia dalam pendidikan preservice di LPTK yang baik, sebab merekalah yang kelak akan menjadi faktor kunci dalam melakukan proses pembelajaran kimia di sekolah lanjutan. Untuk itulah pembekalan bagi calon guru kimia


(14)

saat ini dan yang akan datang sebaiknya tidak hanya dimaksudkan sekedar memberikan informasi pengetahuan konsep kimia, tetapi calon guru kimia juga harus memiliki bekal kemampuan mengajar kimia, menguasai seperangkat penilaian pembelajaran kimia, serta memahami tingkat perkembangan siswanya (Depdiknas, 2003).

Pendidikan guru perlu terintegrasi dengan kebutuhan masyarakat dan membekali keahlian bekerja dalam “real work situations”. (Doyle, 1990; Kennedy, 1992; Buchberger et al., 2000; Hasan, 2001). Pendidikan guru berbasis kompetensi (competency based

teacher education) merupakan jawaban terhadap kebutuhan masyarakat atas peningkatan

profesionalisme guru di lapangan (Clarc & McNergney, 1990). Competency based teacher education (CBTE) mengutamakan pencapaian kompetensi secara individual dengan cara

memperbanyak latihan (Buchberger et al., 2000). Sejalan dengan hal tersebut, pendidikan guru diharapkan dapat membekali kemampuan asesmen bervariasi kepada calon guru kimia dalam menilain perkemangan intelektual, sosial serta personal siswa pada seluruh aspek kimia (National Science Teacher Association/NSTA & AETS, 1998). Buchberger et al. (2000) menyatakan bahwa berhasil tidaknya pendidikan guru bergantung pada proses dan pengalaman belajar guru tersebut selama mengikuti program pendidikan di LPTK. Tampilan guru adalah cermin pengalaman belajar mereka di LPTK (Prudente & Aguju, 2003). Keberhasilan suatu LPTK dalam mendidik guru antara lain ditentukan oleh struktur kurikulumnya yang “real work situations”.

Beberapa hasil penelitian (Gabel, 1994; Corebima, 1999) menunjukkan bahwa kemampuan calon guru kimia dalam menilai kemampuan berpikir tingkat tinggi masih kurang memadai. Para guru kimia cenderung menilai penguasaan konsep siswa pada aspek recall saja. Padahal sebagaimana dikemukakan oleh NSTA & AETS (1998) kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan penting dalam belajar kimia..


(15)

Studi pendahuluan dilakukan di suatu LPTK di Bandung untuk meneliti kemampuan calon guru dan guru dalam menilai pembelajaran kimia. Hasil studi pendahuluan tersebut menemukan bahwa 89% calon guru kimia hanya menggunakan penilaian tradisional dalam rencana program pembelajarannya. Selebihnya menggunakan kombinasi antara penilaian tradisional dan performance asesmen. Analisis dilakukan terhadap 238 rencana pembelajaran yang dibuat oleh tiga angkatan mahasiswa calon guru. Data ini menggambarkan tidak komprehensifnya pemahaman calon guru terhadap berbagai teknik dan jenis penilaian dalam pembelajaran kimia.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penelitian ini melakukan studi tentang efektivitas proses pembekalan kemampuan asesmen pembelajaran kimia bagi mahasiswa calon guru. Studi ini dilakukan terhadap matakuliah yang membekali kemampuan asesmen serta pengalaman yang diperoleh calon guru selama mengikuti perkuliahan di LPTK.

Besarnya tuntutan evaluasi pembelajaran kimia yang komprehensif dan berkeadilan dalam pembelajaran kimia, maka perlu dikembangkan langkah-langkah pembekalan bagi mahasiswa calon guru. Pembekalan yang diberikan kepada calon guru kimia harus mencakup berbagai aspek baik pemahaman maupun keterampilan serta nilai dan sikap di dalam hal evaluasi pembelajaran kimia. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian tentang langkah-langkah pengembangan model pembekalan evaluasi pembelajaran kimia bagi mahasiswa calon guru.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah utama dalam penelitian ini adalah “Program pembelajaran yang bagaimanakah yang dapat membekali kemampuan calon guru


(16)

kimia dalam asesmen pembelajaran kimia ?”. Bertolak dari rumusan masalah di atas, terdapat sejumlah sub rumusan masalah yang ingin dipecahkan dalam pengembangan program pembekalan kemampuan asesmen pembelajaran kimia bagi mahasiswa calon guru.

1. Aspek-aspek apakah yang terkait dalam pembekalan kemampuan asesmen pembelajaran kimia bagi mahasiswa calon guru ?

2. Apa karakteristik program pembelajaran yang membekali kemampuan calon guru kimia dalam asesmen pembelajaran kimia?

3. Sejauh mana program yang dikembangkan efektif untuk membekali kemampuan calon guru kimia dalam asesmen pembelajaran kimia ?

4. Bagaimanakah respon calon guru kimia terhadap proses pembekalan kemampuan asesmen pembelajaran kimia ?

5. Apa keterbatasan program pembelajaran yang dikembangkan tersebut?

6. Faktor-fakor apa yang mendukung dan menghambat keberhasilan implementasi program pembelajaran ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah memperoleh program untuk membekali kemampuan asesmen pembelajaran kimia yang efektif bagi mahasiswa calon guru. Secara lebih rinci, tujuan penelitian ini dijabarkan sebagai berikut;

1. Mengembangkan program yang dapat membekali kemampuan mahasiswa calon guru dalam asesmen pembelajaran kimia.

2. Menemukan efektivitas program dalam pembekalan kemampuan asesmen pembelajaran kimia bagi mahasiswa calon guru


(17)

3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa calon guru untuk merancang dan menyelenggarakan asesmen pembelajaran kimia.

D. Manfaat Penelitian

Studi ini diharapkan memberi manfaat baik secara teoretik maupun praktis dalam pengembangan program pembekalan dan implementasinya. Secara lebih rinci manfaat studi ini diuraikan sebagai berikut;

1. Hasil studi diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi mahasiswa calon guru dalam merancang dan menyelenggarakan asesmen pembelajaran kimia.

2. Hasil studi diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan teori asesmen pembelajaran kimia.

3. Program pembekalan yang diperoleh diharapkan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan dosen serta peneliti lain

4. Hasil studi diharapkan menjadi percontohan untuk perkuliahan lain, khususnya mata kuliah PBM.

5. Hasil studi diharapkan dapat memberikan masukan untuk pengembangan kurikulum di Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Paradigma dan Desain Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang dilakukan untuk memperoleh informasi tentang proses pembekalan kemampuan calon guru kimia yang efektif dalam asesmen pembelajaran kimia. Dasar pemikiran dalam pengembangan program pembekalan ini berangkat dari hasil studi pendahuluan yang menunjukkan adanya kesenjangan antara tuntutan dan realitas dalam asesmen pembelajaran kimia.

Studi pendahuluan dilakukan terhadap kondisi empirik di lapangan, terhadap hasil-hasil penelitian yang relevan dan terhadap pustaka yang relevan dengan asesmen pembelajaran kimia. Studi pendahuluan dilakukan unuk mengungkap proses asesmen pembelajaran kimia. Dua hal yang menjadi fokus studi dalam proses asesmen pembelajaran kimia yaitu mengenai 1) kondisi empirik mengenai proses pembekalan dan kemampuan calon guru dalam asesmen pembelajaran kimia. dan 2) standar asesmen dan standar kompetensi guru kimia dalam asesmen pembelajaran kimia.

Kemampuan asesmen guru dan calon guru kimia tentu tidak terlepas dari proses-proses pembekalan yang diberikan dalam pendidikan pre-service. Proses pembekalan juga sangat terkait erat dengan kurikulum pendidikan kimia yang melandasinya. Kemampuan guru dan calon guru kimia yang ada saat ini sangat terkait dengan dua hal ini. Kurangnya kemampuan guru kimia dalam melakukan asesmen pembelajaran kimia diakibatkan oleh proses pembekalan dan kurikulum yang digunakan masih belum memenuhi kebutuhan guru dan calon guru kimia saat ini.


(19)

asesmen pembelajaran kimia. Studi ini dilakukan dengan penelusuran pustaka dan hasil-hasil penelitian yang relevan.

Gambar 3. 1 Paradigma Penelitian

ADANYA KESENJANGAN ANTARA TUNTUTAN DAN REALITAS DALAM ASESMEN

PEMBELAJARAN KIMIA Hasil-hasil Penelitian

Yang Relevan

DESAIN PROGRAM PEMBEKALAN KEMAMPUAN

ASESMEN CALON GURU KIMIA Kurikulum Pendidikan Kimia Standar Kompetensi Guru Pembekalan asesmen

calon guru kimia

PROGRAM YANG EFEKTIF MEMBEKALI CALON GURU KIMIA DALAM ASESMEN

PEMBELAJARAN KIMIA

Kompetensi guru kimia dalam

asesmen Studi Pendahuluan

Kemampuan Asesmen Guru

Survey lapangan Studi literatur tentang asesmen Pembelajaran Berbasis Inkuiri Strategi Siklus Belajar 5E

VALIDASI PROGRAM PEMBEKALAN KEMAMPUAN ASESMEN CALON GURU

KIMIA (Uji Coba 1,2)

Asesmen dalam Pemb. Kimia Standar Asesmen Kemampuan Asesmen


(20)

Dalam hal adanya kesenjangan antara tuntutan dan realitas dalam asesmen pembelajaran kimia, maka perlu didesain program perkuliahan asesmen pembelajaran kimia yang inovatif yang dapat membekali kemampuan calon guru kimia dalam asesmen pembelajaran kimia. Untuk menghasilkan program yang efektif, maka terhadap program yang telah didesain dilakukan validasi program melalui penilaian dan ujicoba lalu uji implementasi program. Secara diagramatik, paradigma penelitian dapat dilihat pada gambar 3.1.

2. Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan suatu produk pendidikan berupa program pembekalan kemampuan asesmen pembelajaran kimia dan implementasinya bagi calon guru kimia. Desain penelitian yang digunakan mengacu pada desain research and development (R & D design) dari Borg & Gall (1983). Desain tersebut meliputi empat

tahap, yaitu 1) studi pendahuluan, yang meliputi studi kepustakaan dan survey lapangan; 2) perancangan program; 3) validasi program, yang meliputi kegiatan penilaian draf program, ujicoba program dan finalisasi program; dan 4) implementasi program.

Studi pendahuluan dilakukan pada awal kegiatan penelitian melalui pengamatan langsung proses pembekalan asesmen calon guru kimia di lapangan dan kajian kepustakaan. Perancangan program dilakukan dengan menyiapkan program pembelajaran berupa silabi mata kuliah, SAP, bahan ajar, media, dan alat evaluasi. Validasi produk dilakukan untuk mengembangkan instrumen penelitian yang digunakan berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui penilaian dan ujicoba. Selanjutnya program yang sudah diuji coba direvisi dan diimplementasikan. Desain penelitian yang sekaligus menunjukkan langkah-langkah kegiatan yang dilakukan selama penelitian dapat dilihat pada gambar 3.2


(21)

(22)

B. Lokasi dan Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan di Jurusan Pendidikan Kimia LPTK negeri di Kota Bandung yang terakreditasi sangat baik dalam program pendidikan guru. Subyek penelitian adalah mahasiswa calon guru pada program studi S1 Jurusan Pendidikan Kimia. Penelitian ini melibatkan 53 calon guru angkatan 2005, 52 calon guru angkatan 2006 dan 112 mahasiswa calon guru angkatan 2007.

Pada studi pendahuluan, penelitian dilakukan terhadap 53 mahasiswa angkatan 2005 pada semester genap tahun akademik 2006/2007 dan semester ganjil tahun akademik 2007/2008. Studi pendahuluan juga dilakukan terhadap guru dan pemerhati pendidikan kimia untuk melihat tingkat kebutuhan di lapangan terhadap bidang asesmen pembelajaran kimia. Untuk melengkapi data lapangan dalam studi pendahuluan juga dilakukan kajian kepustakaan mengenai kompetensi guru dalam bidang asesmen pembelajaran kimia.

Pada uji coba pertama, penelitian dilakukan di semester genap tahun akademik 2007/2008 pada 20 mahasiswa angkatan 2006 yang mengambil mata kuliah asesmen pembelajaran kimia. Pada uji coba kedua, penelitian dilakukan di semester ganjil tahun akademik 2008/2009 pada 32 mahasiswa yang mengambil mata kuliah asesmen pembelajaran kimia. Berikutnya untuk implementasi program, dilakukan di semester genap tahun akademik 2008/2009 pada 112 mahasiswa calon guru yang mengambil mata kuliah asesmen pembelajaran kimia (kelas A sebanyak 57 dan kelas B sebanyak 55). Pembagian kelas A dan kelas B tidak dilakukan oleh peneliti, namun didasarkan pada pilihan yang dilakukan mahasiswa terhadap kelas yang ditawarkan sebagaimana pada program perkuliahan lainnya.


(23)

C. Prosedur Penelitian

Sebagaimana telah diungkapkan di awal bab, bahwa penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan dengan metode R & D dari Borg & Gall (1983). Selain itu, dalam penjabaran studi pendahuluan juga digunakan desain penelitian yang mengacu pada desain kualitatif Creswell (1994 & 1998). Dalam hal ini pola-pola temuan, teori-teori lapangan berkembang dari pemahaman terhadap data yang diuji melalui verifikasi.

Pada studi pendahuluan, penelitian diawali terhadap mahasiswa angkatan 2005 pada matakuliah asesmen pendidikan. Penelitian dilakukan selama satu semester (semester genap tahun akademik 2006/2007). Untuk mengetahui proses pembekalan secara utuh dalam hal asesmen, penelitian dilakukan juga pada beberapa mata kuliah lain yang diikuti mahasiswa angkatan 2005 di semester genap tahun akademik 2006/2007. Untuk menelusuri penggunaan asesmen oleh mahasiswa calon guru tersebut, penelitian dilanjutkan selama satu semester pada matakuliah Simulasi Pembelajaran Kimia (semester ganjil tahun akademik 2007/2008). Dalam hal ini subyek penelitian diteliti secara mendalam yakni dengan mengobservasi proses pembelajaran yang berlangsung. Pengumpulan data penelitian dilakukan melalui : 1) tugas-tugas pengembangan asesmen, 2) seluruh tugas rencana pelajaran; 3) angket; 4) wawancara, dan 5) observasi.

Langkah penelitian selanjutnya adalah melakukan perancangan program perkuliahan asesmen pembelajaran kimia. Program yang dirancang kemudian dilakukan judgement kepada para ahli. Berdasarkan masukan dari para ahli kemudian dilakukan revisi. Program yang telah direvisi menjadi dasar untuk dilakukannya uji coba program. Uji coba program dilakukan sebanyak dua kali yaitu sercara terbatas pada 20 orang angkatan 2006 dan uji coba kedua pada 32 orang angkatan 2006.


(24)

Berdasarkan ujicoba pada tahap 1 maka dilakukan analisis dan revisi. Program yang telah direvisi hasil ujicoba tahap 1 kemudian dijadikan dasar untuk ujicoba tahap 2. Pada uji coba tahap 2 selain dilakukan perkuliahan juga dilakukan tes teori asesmen pembelajaran kimia yang telah disusun dan dijudgement. Pelaksanaan tes dilakukan untuk mendapatkan data validitas dan reliabilitas tes. Setelah dilakukan uji coba 2 dilakukan analisis dan revisi.

Program yang telah direvisi dari hasil uji coba kedua disebut program hipotetik. Untuk mengetahui efektivitas program, selanjutnya dilakukan implementasi program pada mahasiswa calon guru angkatan 2007 semester genap tahun akademik 2008/2009 sebanyak 57 calon guru pada kelas eksperimen dan 55 calon guru pada kelas kontrol. Untuk melihat efektivitas Pretest dan postest diberikan pada kelompok control dan kelompok eksperimen denga jenis soal post test yang sama dan dalam waktu yang bersamaan. Perlakuan penelitian diberikan kepada kelompok eksperimen, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan program yang dikembangkan, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan pelaksanaan pembelajaran yang biasa digunakan.

Secara umum penelitian utama di atas dibagi ke dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

1. Tahap persiapan

a. Penyusunan perangkat instrumen (tes, angket, pedoman wawancara, pedoman observasi dan penyusunan perangkat program perkuliahan asesmen pembelajaran kimia) oleh peneliti.

b. Pelaksanaan judgement instrumen penelitian. Judgement dilakukan oleh ahli dan sejawat (peer judgement). Pelaksanaan judgement ditujukan sebagai salah satu upaya untuk


(25)

mendapatkan validitas isi instrumen. Judgement oleh mahasiswa dilakukan terhadap tes dan angket. Mahasiswa yang melakukan judgement dipilih yang dapat mewakili karakteristik subyek penelitian. Judgement oleh mahasiswa dilakukan untuk menguji tingkat keterbacaan instrumen oleh subyek penelitian. Validitas instrumen dalam hal ini ditentukan oleh kejelasan tujuan dan lingkup informasi yang hendak diungkap.

c. Menghitung validitas, reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran tes penguasaan konsep asesmen pembelajaran kimia. Sebanyak 32 orang mahasiswa terlibat dalam ujicoba tes tersebut.

d. Pengujian reliabilitas angket. Penentuan reliabilitas angket yang akan digunakan dilakukan dengan cara sebanyak 32 mahasiswa calon guru diminta mengisi pertanyaan angket memilih opsi jawaban. Setelah beristirahat selama tiga puluh menit, mahasiswa tersebut mengisi kembali angket yang sama. Jawaban option mereka selanjutnya dipetakan untuk setiap item pertanyaan. Keajegan mahasiswa dalam mengisi angket tersebut selanjutnya dianalisis dan dihitung taraf konsistensinya

e. Perbaikan perangkat instrumen dan program berdasarkan hasil judgement dan uji coba.

2. Pelaksanaan Penelitian a Penelitian pendahuluan

Penelitian terhadap calon guru kimia mengenai kemampuan asesmen dan proses pembekalannya yang dilakukan terhadap mahasiswa angkatan 2005 yang berlangsung selama 2 semester mulai dari semester genap tahun akademik 2006/2007, dan semester ganjil tahun akademik 2007/2008.


(26)

Penelitian dilakukan pada perkuliahan asesmen pembelajaran kimia pada semester genap tahun akademik 2006/2007 dan pada perkuliahan simulasi pembelajaran kimia pada semester ganjil tahun akademik 2007/2008. Peneliti terlibat sebagai observer partisipatif yang meneliti perkembangan seluruh mahasiswa selama dua semester. 2). Penelitian terhadap penggunaan asesmen oleh calon guru kimia

Setelah mahasiswa menyelesaikan perkuliahan asesmen pembelajaran kimia, penggunaan bentuk-bentuk asesmen oleh para mahasiswa tersebut diteliti pada semester ganjil tahun akademik 2007/2008 yaitu pada perkuliahan simulasi pembelajaran kimia. Peneliti melakukan observasi pada 23 mahasiswa angkatan 2005 yang sedang mengikuti perkuliahan simulasi pembelajaran kimia. Masing-masing subyek penelitian diikuti perkembangannya selama satu semester.

3). Penelitian terhadap pengalaman calon guru kimia

Penelitian juga dilakukan terhadap pengalaman yang diperoleh mahasiswa angkatan 2005 selama mengikuti perkuliahan di LPTK. Pengalaman tersebut meliputi pengalaman mengikuti asesmen perkuliahan, dan mengerjakan tugas perkuliahan. Data diperoleh melalui wawancara, observasi dan analisis dokumentasi video. Studi dokumentasi dilakukan pula terhadap silabus perkuliahan yang telah diikuti mahasiswa angkatan 2005 untuk menganalisis teknik asesmen yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik perkuliahan tersebut.

b Perancangan dan uji coba program

Pada tahap ini, berdasarkan hasil studi pendahuluan kemudian dilakukan perancangan dan ujicoba program. Program yang dirancang dalam bentuk silabus, satuan acara perkuliahan dan perangkatnya. Program dan tes yang dirancang kemudian dilakukan


(27)

judgement kepada para ahli. Berdasarkan masukan dari para ahli kemudian dilakukan revisi. Program yang telah direvisi menjadi dasar untuk dilakukannya uji coba program. Uji coba program dilakukan sebanyak dua kali yaitu sercara terbatas pada 20 orang angkatan 2005 dan uji coba kedua pada 32 orang angkatan 2006.

Berdasarkan ujicoba pada tahap 1 maka dilakukan analisis dan revisi. Program yang telah direvisi hasil ujicoba tahap 1 kemudian dijadikan dasar untuk ujicoba tahap 2. Pada uji coba tahap 2 selain dilakukan perkuliahan juga dilakukan tes teori asesmen pembelajaran kimia yang telah disusun dan dijudgement. Pelaksanaan tes dilakukan untuk mendapatkan data validitas dan reliabilitas tes. Setelah dilakukan uji coba 2 dilakukan analisis dan revisi.

c. Implementasi Program

Program yang telah direvisi dari hasil uji coba kedua disebut program hipotetik. Untuk mengetahui efektivitas program, selanjutnya dilakukan implementasi program pada mahasiswa calon guru angkatan 2007 semester genap tahun akademik 2008/2009 sebanyak 57 calon guru pada kelas eksperimen dan 55 calon guru pada kelas kontrol. Implementasi program dilakukan melalui kuasi eksperimen, dengan menggunakan pretest-postest control group design. Desain ini menggunakan penetapan subyek tertentu untuk dua kelompok

yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk melihat efektivitas pretest dan postest diberikan pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dengan jenis soal yang sama dan dalam waktu yang bersamaan. Perlakuan penelitian diberikan kepada kelompok eksperimen, yaitu pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan program yang dikembangkan, sedangkan pada kelompok kontrol diberikan pelaksanaan pembelajaran yang biasa digunakan.


(28)

Tabel 3.1 Desain Validasi Program

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen O X1 O

Kontrol O - O

Keterangan: O : Tes teori asesmen pembelajaran kimia X1 : Pembelajaran dengan program hipotetis

Dalam melakukan implementasi program yang dikembangkan, interaksi antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol sedapat mungkin dihindari. Hal ini untuk menjaga validitas internal dan eksternal. Validitas internal dibuktikan oleh adanya perbedaan karena perbedaan perlakuan sedangkan validitas eksternal dibuktikan dengan nilai hasil pretes yang tidak berbeda antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini dikembangkan beberapa jenis instrumen. instrumen dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan kegunaannya. Jenis instrumen dan kegunaannya dapat dilihat pada tabel 3.2.

1. Angket

Jenis angket yang digunakan berupa daftar isian dimaksudkan untuk memperoleh gambaran yang sesungguhnya tentang kondisi lapangan khususnya tentang variabel, gejala dan keadaan di lapangan yang berkaitan dengan kemampuan asesmen pembelajaran kimia bagi calon guru kimia. Instrumen angket berisi butir-butir pertanyaan berstruktur dan terbuka. Pertanyaan berstruktur diberikan untuk memudahkan responden memberikan jawaban. Pertanyaan terbuka diberikan untuk memperoleh informasi yang lebih luas karena responden dapat menuangkan jawabannya secara bebas. Angket ini digunakan pada tahap


(29)

terstruktur baik kepada calon guru maupun kepada dosen pembina mata kuliah asesmen pembelajaran kimia dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun.

Tabel 3.2 Jenis dan Kegunaan Instrumen Penelitian

No Jenis Instrumen

Kegunaan

(1) (2) (3)

l Angket Untuk menjaring data tentang kondisi di lapangan tentang pembelajaran asesmen pembelajaran kimia, pembelajaran simulasi pembelajaran kimia dan mata kuliah lain. Angket disebarkan pada studi pendahuluan

Untuk menjaring data tentang respons calon guru terhadap program yang diterapkan. Angket disebarkan setelah pelaksanaan program pembelajaran berakhir.

2 Silabi Mata Kuliah

Deskripsi mata kuliah selama satu semester

3 Satuan Acara Perkuliahan

Pedoman pelaksanaan perkuliahan tiap pertemuan yang memuat langkah-langkah pembelajaran

4 Bahan Ajar Materi perkuliahan yang menjadi pegangan belajar calon guru selama perkuliahan berlangsung

5 Lembar Observasi

Untuk menilai interaksi kegiatan belajar mengajar

6 PerangkatTes Untuk mengukur pengetahuan dan pemahaman calon guru tentang asesmen pembelajaran kimia. Tes dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran

7 Portofolio Untuk menilai kemajuan belajar calon guru. Portofolio dilakukan terhadap tugas mandiri calon guru

8 Catalan Lapangan

Catatan peneliti tentang keterlaksanaan, fektor-faktor pendukung, kendala yang dihadapi selama penelitian dan hal-hal lain yang tidak terangkum dalam pedoman observasi dan tes.

Jenis angket yang kedua adalah angket untuk menjaring data tentang respons calon guru terhadap program yang diterapkan. Angket ini disebarkan pada calon guru setelah pelaksanaan program pembelajaran berakhir. Angket ini berisi pernyataan-pernyataan yang


(30)

meminta pendapat calon guru tentang pelaksanaan program dengan menggunakan skala tertentu dan perolehan datanya menjadi masukan bagi penelitian. Sebelum digunakan, angket ini diuji validitas dan reliabilitasnya dengan cara diujicobakan pada sejumlah mahasiswa calon guru yang sesuai dengan karakteristik kebutuhan.

2. Silabi Mata Kuliah

Silabi mata kuliah merupakan deskripsi mata kuliah yang berlaku selama satu semester. Komponen-komponen yang ada dalam silabi adalah tujuan perkuliahan, topik perkuliahan termasuk sumber belajar yang digunakan, metode/pendekatan perkuliahan, media pembelajaran yang digunakan, tugas dan latihan yang diberikan, dan asesmen pembelajaran. Penyusunan silabi mata kuliah dari program yang dikembangkan didasarkan pada analisis kurikulum MKPBM di LPTK, kurikulum kimia sekolah dan kebutuhan lapangan.

3. Satuan Acara Perkuliahan

Satuan acara perkuliahan (SAP) merupakan penjabaran silabi yang digunakan untuk tiap pertemuan. Komponen-komponen yang ada dalam SAP hampir sama dengan komponen silabi matakuliah, yaitu kompetensi, kompetensi dasar, indikator, waktu pertemuan dan skenario pembelajaran. Deskripsi scenario pembelajaran berupa uraian singkat proses pembelajaran yang dilakukan dosen dan calon guru, media pembelajaran, dan asesmen yang digunakan.

Penjabaran program perkuliahan dalam SAP dilengkapi dengan langkah-langkah pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran disusun untuk setiap pertemuan dan untuk setiap fase yang terjadi selama proses pembelajaran.


(31)

4. Bahan Ajar

Bahan ajar disusun dalam bentuk CD pembelajaran dan hand-out yang merupakan uraian lebih luas dari materi pembelajaran yang ada dalam satuan acara perkuliahan. Bahan ajar ini menjadi pegangan dasar bagi dosen dan calon guru selama pelaksanaan program pembelajaran. Bahan ajar memuat semua informasi yang diperlukan dalam proses pembelajaran dan dirujuk dari berbagai sumber yang dilengkapi dengan tugas-tugas yang harus dikerjakan calon guru.

5. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan hasil kinerja atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan terhadap proses pelaksanaan program

Instrumen proses pembelajaran dimaksudkan untuk mengamati aktivitas calon guru selama implementasi program dan informasi yang mendalam sehingga dapat diperoleh gambaran yang komprehensif terhadap proses pembelajaran yang terjadi. Instrumen observasi kemampuan calon guru dalam asesmen pembelajaran kimia disusun untuk mengukur kemampuan calon guru dalam merancang, mengembangkan, menganalisis butir instrumen dan mengolah hasil penilaian.

6. Perangkat Tes

Tes teori evaluasi pembelajaran kimia digunakan untuk mengukur kemampuan calon guru terhadap pemahaman dan penguasaan teori-teori asesmen pembelajaran dalam bidang kimia. Jenis soal yang digunakan adalah soal pilihan ganda dengan satu pilihan jawaban benar dan berjumlah 40 butir soal. Setiap butir soal diberi skor 1 untuk jawaban


(32)

benar dan skor 0 (nol) untuk jawaban salah. Sebelum digunakan, tes ini diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas teoritis dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli, sedang uji validitas empirik dilakukan dengan mengujicoba tes pada mahasiswa calon guru yang sesuai dengan kebutuhan.

7 Portofolio

Portofolio digunakan untuk menilai kemajuan belajar calon guru. Portofolio ini digunakan pada saat penyusunan tugas mandiri yaitu merancang, mengembangkan, menganalisis butir instrument dan mengolah hasil penilaian.

. Portofolio juga digunakan untuk menilai proses pembelajaran yang pencatatannya dilakukan pada catatan peneliti. Penilaian dilakukan secara terbuka dan selalu diinformasikan untuk memberikan kesempatan kepada calon guru agar dapat memperbaiki karyanya untuk mencapai hasil yang terbaik.

8. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan peneliti tentang temuan-temuan dari berbagai aspek yang ditemui selama penelitian berlangsung. Catatan ini tidak memiliki format tertentu dan sangat diperlukan terutama untuk mencatat aspek-aspek yang tidak terangkum dalam pedoman observasi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada studi pendahuluan dilakukan dengan pengisian angket oleh calon guru, wawancara dengan dosen pembina mata kuliah, wawancara dengan guru dan calon guru kimia serta observasi terhadap pelaksanaan perkuliahan asesmen pembelajaran


(33)

kimia dan simulasi pembelajaran kimia. Teknik pengumpulan data selengkapnya termuat dalam tabel 3.2

Tabel 3. 3 Bentuk, Sumber dan Taknik Pengumpulan Data

No Bentuk Data Sumber

Data

Instrumen Teknik Pengumpulan 1 Untuk Studi Pendahuluan

Program pembekalan calon guru kimia yang berlangsung

Buku, hasil penelitian Lembar pencatatan Pencatatan informasi Tanggapan guru kimia terhadap

proses pembekalan dan pelaksanaan asesmendi lapangan

Guru kimia Angket Pedoman wawancara

Penyebaran angket Wawancara Tanggapan calon guru kimia

terhadap pembekalan dan penggunaan asesmen Calon guru kimia Angket Pedoman wawancara Penyebaran angket Wawancara

2 Untuk Pengembangan Program Tanggapan calon guru terhadap program yang dikembangkan

Calon guru kimia Angket Pedoman wawancara Penyebaran angket Wawancara Tanggapan calon guru terhadap

program yang digunakan

Calon guru kimia Angket Pedoman wawancara Penyebaran angket Wawancara Respon calon guru terhadap tes

yang dikembangkan Calon guru kimia Tes evaluasi pembelajaran kimia Testing

3 Untuk Implementasi Program Respon calon guru terhadap tes yang diberikan Calon guru kimia Tes evaluasi pembelajaran kimia Testing

Kemampuan calon guru dalam asesmen pembelajaran kimia

Calon guru kimia

Portofolio, catatan lapangan Aktivitas calon guru dalam

pembelajaran kimia Calon guru kimia Pedoman observasi, catatan lapangan Observasi, pencatatan Tanggapan calon guru terhadap

program yang dikembangkan

Calon guru kimia Angket, pedoman wawancara Penyebaran angket, wawancara

Pengumpulan data, yang berasal dari pelaksanaan program pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini, dilakukan dengan perekaman terhadap semua aspek yang terjadi selama proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pedoman observasi, portofolio, catatan lapangan dan tes teori asesmen pembelajaran kimia. Data


(34)

respons calon guru terhadap pelaksanaan program dilakukan dengan menggunakan angket dan wawancara dengan calon guru setelah perkuliahan berakhir

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan analisis secara kualitatif dan kuantitatif. Penggunaan analisis secara kualitatif dilakukan pada hasil data studi pendahuluan dan hasil pengembangan program, sedangkan penggunaan analisis secara kuantitatif dilakukan pada tahap implementasi program. Uji kuantitataif dilakukan untuk mengetahui n gain masing-masing komponen dan uji t. Uji kuantitatif dilakukan secara statistik untuk mengetahui perbedaan rata-rata dengan program SPSS. Teknik analisis data selengkapnya dipaparkan pada tabel 3.4

Tabel 3.4 Teknik Analisis Data

No. JENIS DATA TEKNIK ANALISIS

1 Tanggapan guru kimia terhadap proses pembekalan dan pelaksanaan asesmen di lapangan

Analisis dekriftif

2 Tanggapan calon guru kimia terhadap pembekalan dan penggunaan asesmen

Analisis Deskriftif 3 Tanggapan calon guru terhadap program yang

dikembangkan (ujicoba 1)

Analisis deskriftif 4 Tanggapan calon guru terhadap program yang

digunakan (ujicoba 2)

Analisis Deskrifif, Analisis butir angket 5 Respon calon guru terhadap tes yang

dikembangkan

Analisis butir soal (validitas dan reliabilitas)

6 Respon calon guru terhadap tes yang diberikan Uji beda rata-rata (uji t) 7 Kemampuan calon guru dalam asesmen

pembelajaran kimia

Analisis deskriftif kuantitatif 8 Aktivitas calon guru dalam pembelajaran kimia Analisis deskriftif kuantitatif 9 Tanggapan calon guru terhadap program yang

dikembangkan


(35)

1. Data Studi Pendahuluan dan Pengembangan Program

Pada data studi pendahuluan, analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif-kualitatif karena data studi pendahuluan ini dimaksudkan untuk memperoleh deskripsi tentang kondisi di lapangan yang dapat dijadikan landasan dalam pengembangan program. Jawaban calon guru dalam angket dikumpulkan dan diidentifikasi berdasarkan jenis pertanyaan yang diajukan.

Pada tahap pengembangan program, analisis dilakukan berdasarkan penilaian terhadap draf program dan hasil ujicoba serta dilanjutkan dengan perbaikan terhadap draf program. Analisis draf program dilakukan dengan merevisi keterbacaan dan kebenaran konsep yang digunakan. Analisis data ujicoba secara kuantitatif dilakukan dengan menentukan validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda untuk butir soal yang diberikan. Analisis data ujicoba secara kualitatif dilakukan dengan menggunakan catatan peneliti dan hasil observasi yang dilakukan observer terhadap proses pembelajaran

Pada tahap validasi program digunakan analisis kuantitatif untuk desain penelitian kuasi-eksperimen dengan menggunakan The Matching Pretest-Posttest Control Group Design. Desain ini menggunakan penetapan subyek tertentu untuk dua kelompok yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penentuan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen tidak dilakukan secara acak. Analisis dilakukan dengan uji gain score ternormalisasi dan uji statistik parametrik.

2. Data Implementasi program

Data yang diperoleh selama uji validasi program yang berupa data kualitatif dianalisis dengan pendekatan kualitatif deskriptif sehingga diperoleh gambaran mengenai karakteristik program yang dikembangkan. Data hasil portofolio dan observasi kelas


(36)

dianalisis secara kuantitatif deskriptif. Sedangkan data hasil pretest dan posttes yang diperoleh selama tahap implementasi, dianalisis dengan statistik inferensial menggunakan uji sebagai berikut;

a) Uji distribusi normal menggunakan one-sample kolmogorov-smirnov pada kelompok-kelompok data

1) skor pretest kelas eksperimen 2) skor posttest kelas eksperimen 3) skor pretest kelas kontrol 4) skor posttest kelas kontrol

5) normalized gain kelas eksperimen 6) normalized gain kelas kontrol

b) Uji homogenitas pada pasangan kelompok data sebagai berikut; 1) skor pretest kelas eksperimen dengan kelas kontrol 2) skor posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol 3) Normalized gain kelas eksperimen dengan kelas kontrol c) Uji perbedaan dua rata-rata untuk menguji

1) perbedaan rerata skor pretest kelas eksperimen dengan kelas kontrol 2) perbedaan rerata skor posttest kelas eksperimen dengan kelas kontrol 3) Perbedaan rerata normalized gain kelas eksperimen dengan kelas kontrol d) Data tanggapan mahasiswa calon guru terhadap implementasi program


(37)

BAB V

KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

1. Pembekalan kemampuan asesmen pembelajaran bagi mahasiswa calon guru kimia terkait oleh aspek konten kimia, pemodelan asesmen di LPTK, pengalaman latihan dan uji coba, dukungan dan penghargaan dosen, serta metode perkuliahan yang bervariasi. 2. Program perkuliahan asesmen pembelajaran kimia berbasis inkuiri dengan strategi the 5

E Learning Cycle Model memiliki karakteristik; 1) berbasis inkuiri; 2) bersifat student

centered; 3) mengintegrasikan konsep kimia dengan pengetahuan cara asesmennya; 4)

kemampuan asesmen dikembangkan berdasarkan kebutuhan lapangan dan standar kompetensi guru; 4) strategi perkuliahan multi metode.

3. Program dapat meningkatkan; 1) penguasaan teori asesmen pembelajaran kimia (<g>=0,462); 2) kemampuan merancang dan menyelenggarakan asesmen pembelajaran kimia; 3) aktivitas calon guru dalam pembelajaran.

4. Mahasiswa calon guru kimia memberikan respon positif terhadap program yang dikembangkan karena sangat bermanfaat merangsang keterampilan berpikir, meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan pemahaman konsep serta menyenangkan.

5. Keterbatasan program antara lain memerlukan waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran lebih efektif jika jumlah peserta lebih kecil dari 25. 6. Program dapat terlaksana dengan baik karena adanya kerja sama antara calon guru dan

dosen, serta dukungan dari LPTK, sebaliknya minimnya pengetahuan dasar tentang pembelajaran dan kecilnya bobot SKS menjadi kendala bagi pelaksanaan program.


(38)

B. Saran

Berdasarkan analisis data, temuan dan pembahasan yang telah dilakukan, terhadap program pembekalan kemampuan asesmen pembelajaran bagi mahasiswa calon guru kimia dapat disarankan beberapa hal sebagai berikut;

1. Program perkuliahan asesmen pembelajaran kimia yang dikembangkan memiliki bidang kajian yang sangat luas dan kompleks, karena itu agar interaksi pembimbingan berlangsung maksimal, perkuliahan sebaiknya dilaksanakan pada kelas-kelas kecil yang jumlahnya tidak lebih dari 25 orang.

2. Begitu luas dan kompleknya bidang kajian asesmen pembelajaran kimia yang harus dibekali kepada calon guru kimia, maka disarankan perlunya ditambah bobot SKS perkuliahan dari 2 SKS menjadi 4 SKS.

3. Mengingat pembekalan kemampuan asesmen tidak hanya melalui perkuliahan asesmen pembelajaran kimia, maka perlu dilakukan pengembangan program perkuliahan untuk mata kuliah lain agar secara sinergis dapat membekali kemampuan calon guru kimia dalam melakukan asesmen pembelajaran.

4. Perlu adanya pemodelan, dukungan dan contoh-contoh bagaimana melakukan asesmen pembelajaran oleh para dosen yang membina mata kuliah lain agar calon guru memiliki referensi empirik tentang bagaimana melakukan asesmen pembelajaran kimia.

C. Rekomendasi

1. Jurusan Pendidikan Kimia hendaknya menjalin komunikasi dan kerjasama dengan berbagai pihak seperti; Dinas Pendidikan, Sekolah dan LPTK lain. Komunikasi diperlukan untuk memperoleh masukan dan informasi tentang pelaksanaan asesmen dalam pembelajaran di lapangan.


(39)

2. Lembaga pengguna lulusan LPTK adalah sekolah. Sekolah hendaknya memberikan kesempatan kepada guru untuk mengembangkan kemampuannya melalui pendidikan lanjutan, penataran dan pelatihan, serta kegiatan ilmiah lainnya yang terkait dengan pengembangan asesmen pembelajaran kimia.

3. Dosen merupakan pelaksana pembelajaran di LPTK. Dosen hendaknya dapat memberikan contoh penerapan teori asesmen pembelajaran kimia yang diintegrasikan dengan materi kimia yang akan diajarkan. Contoh tersebut menjadi acuan bagi calon guru kimia dalam pelaksanaan asesmen pembelajaran di sekolah. 4. Program PAPKBI ini masih memerlukan pengujian lebih lanjut dengan menggunakan

lingkup dan subyek penelitian yang lebih luas. Perlu juga diteliti tentang kemampuan dan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan asesmen pembelajaran yang dimiliki dosen, baik ditinjau dari kemampuan bidang studi maupun kemampuan proses belajar mengajar.

5. Dosen-dosen pengampu mata kuliah bidang studi perlu memperoleh penyegaran dalam asesmen pembelajaran kimia berbasis kelas.


(40)

DAFTARPUSTAKA

Adair, L. M. & Chiaverina, C. J. (2000). Preparation of Excellent Teachers at All Levels. Canada: AAPT Planning Meeting, 27-28 Juli 2000.

Ahmad, Y. (2000). Kemampuan Mahasiswa PPL dalam Merencanakan Pembelajaran (Studi Analitik terhadap Mahasiswa PPL Program Pendidikan Biologi Tahun Akademik 1999/2000). Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indoensia. Tidak Diterbitkan.

Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. (editor) (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives). New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Block, J. W. (1971). Mastery Learning: Tfieory and Practice. New York: Holt, Rinehart & Winston.

Borg, W. R. & Gall, M. D. (1983). Educational Research: An Introduction. Fourth Edition. New York: Longman Inc.

Brotosiswoyo, B. S. (2000). Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Universitas Terbuka.

Bybee, R.W. et al. (1989). Science and Technology Education for the Elementary Years: Framework for Curriculum and Instruction. Washington, D.C.: The Nationan Center for Improving Instruction.

Cooper, J.M. (editor). (1990). Classroom Teaching Skills. Fourth Edition. Massachusetts: D.C. Health and Company.

Craven III, J. A. & Penick, J. (2001). Preparing New Teacher to Teach Science: The Role of the Science Teacher Educator. Electronic Journal of Science Education. September, 2001

Dahar, R. W.& Liliasari (1986). Buku Materi Pokok: Interaksi Belajar Mengajar IP A. Universitas Terbuka. Jakarta: Penerbit Karumka

Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: C V. Pustaka Setia.

Darling-Hammond, L & Sclan, E. (1992). Policy and Supervision. (Glickman.ed.). Supervision in Transition. Association for Supervision and Curriculum. (Online).Tersedia:http://wvw.ascAorg/readingroo


(41)

Educational Leadership: Strengthening the Teaching Profession. 55 (5). p. 6-11. Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah

Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002a). Pedoman Pengembangan Pembekalan Kecakapan Vokasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002b). Kurikulum: Ketentuan Pckok dan Struktur Program UPL Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Pendidikan Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002c). Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke-21 (SPTK-21). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003a). Standar Kompetensi Guru (SKG). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003b). Kurikulum SMP/SMA 2004. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004a). Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Sekolah Menengah Atas (SKGP PGSMP SMA). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004b). Katalog FMIPA Universitas Negeri Malang.. Malang: Universitas Negeri Malang.

Firman, H. (2003). Pengembangan Kompetensi Guru Melakukan Penilaian Berbasis Kelas. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Himpunan Sarjana Pendidikan IPA Indonesia (HISPIPAIII). Bandung, 1-2 Agustus 2003.

Fratt, L. (2003). Leas is More: Trimming the Overstaffed Curriculum. AAAS Project 2061.

Gabel, D.L. (editor). (1993). Handbook of Research on Science Teaching and Learning: A Project of the National Science Teachers Association. New York: Macmillan Publishing Company.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. AERA-D-American Educational Research Association's Division D, Measurement and Research Methodology. (Online). Tersedia : http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855.


(42)

Hake, R.R (2002). Assesment of Physics Teaching Methods. Proceeding of the UNESCO-ASPEN Workshop on Active Learning in Physics, University of Peradeniya, Sri Lanka, 2-4 Desember 2002. Tersedia : http://www.physics. indiana. edu/~hake/

Hamalik, O. (2003). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Handayanto, S. K. (2005). Perlunya Perubahan Perilaku Guru dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Malang, 23 Maret 2005.

Harlen, W. (1993). The Teaching of Science. London: David Fulton Publisher Ltd. Hasibuan, J.J. & Moedjiono. (1995). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Herawan, D. (2004). Pengembangan Model Supervisi Akademik Mata pelajaran IPA (Biologi) di SMTJ. Disertasi Doktor Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Hinduan, A. A. (2003). Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan IPA. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Himpunan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia II (HISPPIPAI). Bandung,l-2Agustus2003. Hinduan, A. A. (2005). Meningkatkan Profesionalisme Guru IPA Sekolah. (Makalah).

Dipresentasikan dalam Seminar Himpunan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia III (HISPPIPAI ). Bandung, 22-23 Juli 2005.

Indrawati. (2005). Implementasi Model Observasi dan Simulasi (OBSIM) untuk Meningkatkan Kemampuan Mengajar Awal Mahasiswa Pendidikan Guru Fisika Sekolah Menengah. Disertasi Doktor Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Jalal, F. & Supriadi, D. (editor). (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerht Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Bappenas -Adicita Karya Nusa.

Joyce, W., & Weil, M. (with Calhoun, E). (2000). Models of Teaching. Sixth Edition. Boston: Allyn Bacon, A Pearson Education Company.

Klausmeier, HJ. & Sipple, T.S. (1980). Learning and Teaching Concept: A Strategy for Testing Applications of Theory. London: Academic Press Inc. Ltd.

Lawson, A. E. (1994). Science Teaching and the Development of linking. California: Wadsworth Publishing Company.


(43)

Lunandi, A. G. (1993). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Martin, M. O., Wullis, I. T. S., Gonzales, E., Gregory, K. D., Smith, T. A., Chrystowski, S. J., Gardner, R. A., & O'connor, M. (2000). The Third International Mathematics and Science Study, International Science Repeat. The International Association for the Evaluation of Educational Achievement

Marzano, R. J., Pickering, D., & McTighe, J.. (1993). Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of Learning Model. Virginia: ASCD Publications.

McDermott, L.C. (1990). A Perspective on Teacher Preparation in Physics and Other Sciences: The Need for Special Science Course for Teacher. American Journal of Physics. 58 (8). p. 734-742.

McDermott, L. C, Shafferi, P. S., & Constantinou, C. P.. (2000). Preparing Teachers to Teach Physics and Physical Science by Inquiry. Physics Education. 35(6). p. 411-416.

McGee, S., Corns, D., & Shia, R.. (2001). Using Simulation to Improve Cognitive Reasoning. Proposal to AERA. SIG: Advanced Learning Technologies.

McKeachie, W. J.. (1986). Teaching Tips: A Guidebook for the Beginning Collage Teacher. Eight Edition. Toronto: D.C. Health and Company.

Mukhadis,A. (2004). Standar dan Sertifikasi Kompetensi Representasi Pen/aminan Mutu Profesionalisme Guru di Indonesia pada Abad Pengetahuan. (Makalah). Dipresentasikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V (KONASPI V). Surabaya 5-9 Oktober 2004.

Nasution, S. (1988). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Natawidjaya, R.. (2002). Standar Profesi Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

National Research Council. (1996). National Science Education Standard. Washington DC: National Academy Press.

National Research Council. (2002). Inquiry and the National Science Education Standard: A Guide for Teaching and Learning. Washington DC: National Academy Press.

NSTA & AETS. (1998). Standard for Science Teacher Preparation. National Science Teacher Association in collaboration with the Association for the Education of


(44)

Teachers in Science

Orlich, C. D et al. (1985) Teaching Srategies: A Guide to Better Instruction. Second Edition. Toronto: D.C. Health and Company.

Osborne, R- et. al. (1985). Learning in Science: The Implication of Children's Science. London: Heinemann.

Pusat Kurikulum. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang).

Reif, F. (1995). Millikan Lecture 1994: Understanding and Teaching Important Scientific Thought Processes. American Journal of Physics. 63 (1). p. 17-32.

Rochintaniawati, D., Suyinah, & Lusiana. (2001). Upaya Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Praktikan dalam Pembelajaran Biologi melalui Pendekatan Supervise Klinis di SMUN 3 Bandung. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Nasional MIPA Bandung, 21 Agustus 2001.

Rohandi, R. (2001). Menuju Kebiasaan Bertanya dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rustaman, N. Y. (2005) Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidika Sains. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Himpunan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan LPA Indonesia III (HISPPIPAJ). Bandung, 22-23 Juli 2005.

Samana, A. (1994). Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sinaga, P. dkk. (2002). Analisis Kemampuan Bernalar Pedagogik Mahasiswa Jurusan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Siskandar. (2003). Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pencapaiannya. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Himpunan Sarjana Pendidikan IPA Indonesia (HISPIPAI II) Bandung, 1-2 Agustus 2003.

Suciati. (2005). Pengembangan Model Bimbingan Praktek Mengajar IPA untuk Meningkatkan Keterampilan Calon Guru dalam Mengelola Pembelajaran dan Praktikum IPA Berdasarkan Standar Kompetensi Guru IPA. Disertasi Doktor Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Sudarminta, J. (2000). Tantangan dan Permasalahan Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium Ketiga. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


(45)

Kecakapan Hidup (Life Skills). Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika.

Sukmadinata, N. S. (2002). Pendekatan Penelitian dan Pengembangan (Makalah). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, Program Pascasarjana.

Sukmadinata. N. S. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N. S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.

Suma, K. (2003). Pembekalan Kemampuan-kemampuan Fisika Bagi Calon Guru Melalui Mata Kuliah Fisika Dasar. Disertasi Doktor Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Sund, R. B. & Trowbridge, L. W (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Second Edition. Columbus, Ohio: A Bell & Howell Company.

Supriadi, D. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Sutardi, W. dkk. (1999). Kebutuhan Pengembangan Kemampuan Guru untuk Peningkatan Mutu Pendidikan. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Sutardi, W. dkk. (2000). Profil Guru SD Lulusan PGSD di Kota Bandung. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Sutardi, W. (2002). Kemampuan Guru dalam Menggunakan Media di SLTP PGII 1 Bandung. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Tapilouw, F.S. & Halim. (2001). Identifikasi Kesulitan Mahasiswa UPI xebagai Guru pada PPL di SMUN 2 Bandung. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Nasional MIPA Bandung, 21 Agustus 2001.

Trowbridge, L. W., Bybee, R. W. & Sund, R. B. (1981). Becoming a Secondary School Science Teacher. Third Edition. Columbus, Ohio: A Bell & Howell Company.

Wahid, A. A. (2002). Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Tidak Diterbitkan.


(1)

DAFTARPUSTAKA

Adair, L. M. & Chiaverina, C. J. (2000). Preparation of Excellent Teachers at All Levels. Canada: AAPT Planning Meeting, 27-28 Juli 2000.

Ahmad, Y. (2000). Kemampuan Mahasiswa PPL dalam Merencanakan Pembelajaran (Studi Analitik terhadap Mahasiswa PPL Program Pendidikan Biologi Tahun Akademik 1999/2000). Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indoensia. Tidak Diterbitkan.

Anderson, L.W & Krathwohl, D.R. (editor) (2001). A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assessing (A Revision of Bloom's Taxonomy of Educational Objectives). New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Block, J. W. (1971). Mastery Learning: Tfieory and Practice. New York: Holt, Rinehart & Winston.

Borg, W. R. & Gall, M. D. (1983). Educational Research: An Introduction. Fourth Edition. New York: Longman Inc.

Brotosiswoyo, B. S. (2000). Hakikat Pembelajaran MIPA dan Kiat Pembelajaran Fisika di Perguruan Tinggi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Dirjen Dikti, Proyek Pengembangan Universitas Terbuka.

Bybee, R.W. et al. (1989). Science and Technology Education for the Elementary Years: Framework for Curriculum and Instruction. Washington, D.C.: The Nationan Center for Improving Instruction.

Cooper, J.M. (editor). (1990). Classroom Teaching Skills. Fourth Edition. Massachusetts: D.C. Health and Company.

Craven III, J. A. & Penick, J. (2001). Preparing New Teacher to Teach Science: The Role of the Science Teacher Educator. Electronic Journal of Science Education. September, 2001

Dahar, R. W.& Liliasari (1986). Buku Materi Pokok: Interaksi Belajar Mengajar IP A. Universitas Terbuka. Jakarta: Penerbit Karumka

Danim, S. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: C V. Pustaka Setia.

Darling-Hammond, L & Sclan, E. (1992). Policy and Supervision. (Glickman.ed.). Supervision in Transition. Association for Supervision and Curriculum. (Online).Tersedia:http://wvw.ascAorg/readingroo


(2)

Educational Leadership: Strengthening the Teaching Profession. 55 (5). p. 6-11. Departemen Pendidikan Nasional. (2001). Peningkatan Mutu Pendidikan di Sekolah

Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002a). Pedoman Pengembangan Pembekalan Kecakapan Vokasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002b). Kurikulum: Ketentuan Pckok dan Struktur Program UPL Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Universitas Pendidikan Indonesia.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002c). Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke-21 (SPTK-21). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003a). Standar Kompetensi Guru (SKG). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003b). Kurikulum SMP/SMA 2004. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004a). Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Sekolah Menengah Atas (SKGP PGSMP SMA). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Departemen Pendidikan Nasional. (2004b). Katalog FMIPA Universitas Negeri Malang.. Malang: Universitas Negeri Malang.

Firman, H. (2003). Pengembangan Kompetensi Guru Melakukan Penilaian Berbasis Kelas. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Himpunan Sarjana Pendidikan IPA Indonesia (HISPIPAIII). Bandung, 1-2 Agustus 2003.

Fratt, L. (2003). Leas is More: Trimming the Overstaffed Curriculum. AAAS Project 2061.

Gabel, D.L. (editor). (1993). Handbook of Research on Science Teaching and Learning: A Project of the National Science Teachers Association. New York: Macmillan Publishing Company.

Hake, R.R. (1999). Analyzing Change/Gain Scores. AERA-D-American Educational Research Association's Division D, Measurement and Research Methodology. (Online). Tersedia : http://lists.asu.edu/cgi-bin/wa?A2=ind9903&L=aera-d&P=R6855.


(3)

Hake, R.R (2002). Assesment of Physics Teaching Methods. Proceeding of the UNESCO-ASPEN Workshop on Active Learning in Physics, University of Peradeniya, Sri Lanka, 2-4 Desember 2002. Tersedia : http://www.physics. indiana. edu/~hake/

Hamalik, O. (2003). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Handayanto, S. K. (2005). Perlunya Perubahan Perilaku Guru dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar di Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang. Malang, 23 Maret 2005.

Harlen, W. (1993). The Teaching of Science. London: David Fulton Publisher Ltd.

Hasibuan, J.J. & Moedjiono. (1995). Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Herawan, D. (2004). Pengembangan Model Supervisi Akademik Mata pelajaran IPA (Biologi) di SMTJ. Disertasi Doktor Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Hinduan, A. A. (2003). Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia melalui Pendidikan IPA. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Himpunan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia II (HISPPIPAI). Bandung,l-2Agustus2003.

Hinduan, A. A. (2005). Meningkatkan Profesionalisme Guru IPA Sekolah. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Himpunan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan IPA Indonesia III (HISPPIPAI ). Bandung, 22-23 Juli 2005.

Indrawati. (2005). Implementasi Model Observasi dan Simulasi (OBSIM) untuk Meningkatkan Kemampuan Mengajar Awal Mahasiswa Pendidikan Guru Fisika Sekolah Menengah. Disertasi Doktor Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Jalal, F. & Supriadi, D. (editor). (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerht Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Bappenas -Adicita Karya Nusa.

Joyce, W., & Weil, M. (with Calhoun, E). (2000). Models of Teaching. Sixth Edition. Boston: Allyn Bacon, A Pearson Education Company.

Klausmeier, HJ. & Sipple, T.S. (1980). Learning and Teaching Concept: A Strategy for Testing Applications of Theory. London: Academic Press Inc. Ltd.

Lawson, A. E. (1994). Science Teaching and the Development of linking. California: Wadsworth Publishing Company.


(4)

Lunandi, A. G. (1993). Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Martin, M. O., Wullis, I. T. S., Gonzales, E., Gregory, K. D., Smith, T. A., Chrystowski, S. J., Gardner, R. A., & O'connor, M. (2000). The Third International Mathematics and Science Study, International Science Repeat. The International Association for the Evaluation of Educational Achievement

Marzano, R. J., Pickering, D., & McTighe, J.. (1993). Assessing Student Outcomes: Performance Assessment Using the Dimensions of Learning Model. Virginia: ASCD Publications.

McDermott, L.C. (1990). A Perspective on Teacher Preparation in Physics and Other Sciences: The Need for Special Science Course for Teacher. American Journal of Physics. 58 (8). p. 734-742.

McDermott, L. C, Shafferi, P. S., & Constantinou, C. P.. (2000). Preparing Teachers to Teach Physics and Physical Science by Inquiry. Physics Education. 35(6). p. 411-416.

McGee, S., Corns, D., & Shia, R.. (2001). Using Simulation to Improve Cognitive Reasoning. Proposal to AERA. SIG: Advanced Learning Technologies.

McKeachie, W. J.. (1986). Teaching Tips: A Guidebook for the Beginning Collage Teacher. Eight Edition. Toronto: D.C. Health and Company.

Mukhadis,A. (2004). Standar dan Sertifikasi Kompetensi Representasi Pen/aminan Mutu Profesionalisme Guru di Indonesia pada Abad Pengetahuan. (Makalah). Dipresentasikan dalam Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia V (KONASPI V). Surabaya 5-9 Oktober 2004.

Nasution, S. (1988). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Bina Aksara.

Natawidjaya, R.. (2002). Standar Profesi Guru. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

National Research Council. (1996). National Science Education Standard. Washington DC: National Academy Press.

National Research Council. (2002). Inquiry and the National Science Education Standard: A Guide for Teaching and Learning. Washington DC: National Academy Press.

NSTA & AETS. (1998). Standard for Science Teacher Preparation. National Science Teacher Association in collaboration with the Association for the Education of


(5)

Teachers in Science

Orlich, C. D et al. (1985) Teaching Srategies: A Guide to Better Instruction. Second Edition. Toronto: D.C. Health and Company.

Osborne, R- et. al. (1985). Learning in Science: The Implication of Children's Science. London: Heinemann.

Pusat Kurikulum. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang).

Reif, F. (1995). Millikan Lecture 1994: Understanding and Teaching Important Scientific Thought Processes. American Journal of Physics. 63 (1). p. 17-32.

Rochintaniawati, D., Suyinah, & Lusiana. (2001). Upaya Meningkatkan Kemampuan Mahasiswa Praktikan dalam Pembelajaran Biologi melalui Pendekatan Supervise Klinis di SMUN 3 Bandung. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Nasional MIPA Bandung, 21 Agustus 2001.

Rohandi, R. (2001). Menuju Kebiasaan Bertanya dalam Pembelajaran Sains di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rustaman, N. Y. (2005) Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri dalam Pendidika Sains. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Himpunan Sarjana dan Pemerhati Pendidikan LPA Indonesia III (HISPPIPAJ). Bandung, 22-23 Juli 2005.

Samana, A. (1994). Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Sinaga, P. dkk. (2002). Analisis Kemampuan Bernalar Pedagogik Mahasiswa Jurusan Fisika FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Siskandar. (2003). Karakteristik Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pencapaiannya. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Himpunan Sarjana Pendidikan IPA Indonesia (HISPIPAI II) Bandung, 1-2 Agustus 2003.

Suciati. (2005). Pengembangan Model Bimbingan Praktek Mengajar IPA untuk Meningkatkan Keterampilan Calon Guru dalam Mengelola Pembelajaran dan Praktikum IPA Berdasarkan Standar Kompetensi Guru IPA. Disertasi Doktor Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Sudarminta, J. (2000). Tantangan dan Permasalahan Pendidikan di Indonesia Memasuki Milenium Ketiga. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.


(6)

Kecakapan Hidup (Life Skills). Bandung: CV. Cipta Cekas Grafika.

Sukmadinata, N. S. (2002). Pendekatan Penelitian dan Pengembangan (Makalah). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia, Program Pascasarjana.

Sukmadinata. N. S. (2003). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung, PT Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, N. S. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya.

Suma, K. (2003). Pembekalan Kemampuan-kemampuan Fisika Bagi Calon Guru Melalui Mata Kuliah Fisika Dasar. Disertasi Doktor Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan

Sund, R. B. & Trowbridge, L. W (1973). Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Second Edition. Columbus, Ohio: A Bell & Howell Company.

Supriadi, D. (1998). Mengangkat Citra dan Martabat Guru. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Sutardi, W. dkk. (1999). Kebutuhan Pengembangan Kemampuan Guru untuk Peningkatan Mutu Pendidikan. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Sutardi, W. dkk. (2000). Profil Guru SD Lulusan PGSD di Kota Bandung. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Sutardi, W. (2002). Kemampuan Guru dalam Menggunakan Media di SLTP PGII 1 Bandung. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak Diterbitkan.

Tapilouw, F.S. & Halim. (2001). Identifikasi Kesulitan Mahasiswa UPI xebagai Guru pada PPL di SMUN 2 Bandung. (Makalah). Dipresentasikan dalam Seminar Nasional MIPA Bandung, 21 Agustus 2001.

Trowbridge, L. W., Bybee, R. W. & Sund, R. B. (1981). Becoming a Secondary School Science Teacher. Third Edition. Columbus, Ohio: A Bell & Howell Company.

Wahid, A. A. (2002). Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Tidak Diterbitkan.