HUBUNGAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA.

(1)

HUBUNGAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DENGAN

KEMAMPUAN BERBICARA SISWA

(Studi Deskriptif Kuantitatif pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Rancaekek Tahun Ajaran 2012-2013)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh Veni Septiani

0907208

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2013


(2)

HUBUNGAN KECERDASAN INTRAPERSONAL DENGAN

KEMAMPUAN BERBICARA SISWA

(Studi Deskriptif Kuantitatif pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 1 Rancaekek Tahun Ajaran 2012-2013)

Oleh Veni Septiani

0907208

Sebuah Laporan yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa

Dan Seni

© Veni Septiani 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Laporan ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, di foto copy, atau cara lainnya tanpa izin dari penulis.


(3)

(4)

sering disebut introvert atau disebut juga pribadi tertutup. Dengan keadaan siswa introvert tersebut, berimplikasi terhadap kecenderungan yang pasif terhadap salah satu kemampuan berbahasa, yaitu kemampuan berbicara. Berdasarkan latar belakag tersebut, peneliti menyusun rumusan masalah: 1) Bagaimanakah kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Rancaekek. 2) Bagaimanakah kemampun berbicara siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Rancaekek.3) Bagaimanakah hubungan kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara siswa SMA Negeri 1 Rancaekek. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal yang tercantum dalam rumusan masalah teraebut.

Adapun fokus dalam penelitian ini adalah kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara siswa. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini berupa pengolahan data kuantitatif yang meliputi uji normalitas, uji regresi sederhana, analisis korelasi dan uji hipotesis.

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan P-value = 0.0343<0,05, maka H1 diterima.

Adapun hasil analisis korelasi dengan menentukan thitung diperoleh nilai thitung = 0,60 dan ttabel =

0,482.Hal ini menunjukan bahwa variabel X (kecerdasan intrapersonal) memiliki hubungan dengan variabel Y (kemampuan berbicara).

Abstract

The background of this research is student who has intrapersonal inteligence wich ussally called introvert student or can be called individualistic. With the introvert situation, implicated to pasive language ability, like speaking ability. However, correlation between intrapersonal inteligence and speaking ability are important to know and understand, bacause every person has different intelegence, and one of them is intrapersonal ability.

According to the backround, to purpose of this research is to describe a corelation between Intrapersonal inteligence with speaking skilled. Binet (Yaumi,2012:11) said that inteligence must be seen from three component, they are the ability to direct thought and action, the ability to change the direction of tought and action, and the ability ti critisize own thought and action. The writer use deskriptif method with statistic. Sample of this research is student of XI class in SMA Negeri 1 Rancaekek. The focus of this research is intrapersonal inteligence and speaking ability.


(5)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN LEMBAR PERNYATAAN

KATA PENGANTA... i

UCAPAN TERIMAKASIH... ii

ABSTRAK...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR LAMPIRAN...x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakangMasalah...1

1.2 Masalah...5

1.2.1IdentifikasiMasalah...5

1.2.2BatasanMasalah...6

1.2.3Rumusan Masalah...6

1.3 TujuanPenelitian...7

1.4 Manfaat Penelitian...7

1.4.1 Manfaat Teoritis...7


(6)

1.6 Hipotesis...9

1.7 Definisi Operasional...9

1.8 Metode Penelitian...11

BAB 2 KECERDASAN INTRAPERSONAL DENGAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA 2.1Definisi Kecerdasan ...12

2.2Dasar-dasar Teori Kecerdasan Intrapersonal...13

2.2.1Karakteristik Kecerdasan Intrapersonal...14

2.2.2Aktivitas Pembelajaran...16

2.3Definisi Berbicara...17

2.3.1 Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa...19

2.3.2 Berbicara Sebagai Suatu Cara Berkomunikasi...20

2.3.3 Jenis Berbicara...20

2.3.4 Tujuan Berbicara...22

2.3.5 Hambatan dalam kegiatan berbicara...23

2.3.6 Penilaian kemampuan berbicara...24

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 MetodePenelitian...27

3.2 Variabel penelitian ...28

3.3 Data dan Sumber DataPenelitian...28


(7)

3.3.2 Sumber Data Penelitian...29

3.4 Populasi dan sampel Penelitian...29

3.4.1 Populasi ...29

3.4.2 Sampel...30

3.5 Teknik Pengumpulan Data ...30

3.6 Teknik Analisis Data...31

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data ...31

3.7 Teknik Analisis Data...32

3.8 Instrumen Penelitian ...38

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data ...44

4.2 Hasil Analisis Data...47

4.3 Pembahasan hasil penelitian...73

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan...77

5.2 Saran ...78


(8)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Adanya perbedaan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa, tentunya akan berimplikasi pada perbedaan kemampuan yang dimiliki oleh siswa itu sendiri. Kecerdasan yang berbeda inilah yang akan menyebabkan penanganan terhadap setiap siswa akan berbeda dan bervariasi. Tidak setiap siswa menguasai semua kecerdasan, tetapi mungkin saja seorang siswa memiliki satu kecerdasan bahkan lebih.

Sekait dengan kecerdasan yang berbeda pada setiap siswa, dalam kecerdasan intrapersonal, ada kecenderungan yang pasif terhadap salah satu kemampuan, yaitu pada kemampuan berbicara. Berbicara hendaknya menjadi suatu hal yang wajib dikuasai oleh setiap siswa, baik ketika proses pembelajaran di dalam kelas maupun ketika siswa berada di depan umum.

Permasalahan yang muncul dari adanya perbedaan kecerdasan yang dimiliki oleh setiap siswa, yang salah satunya adalah kecerdasan intrapersonal, memiliki implikasi serius pada kemampuan berbicara siswa, yakni siswa cenderung memiliki rasa kurang percaya diri saat mengutarakan pendapat di dalam kelas, padahal sebenarnya siswa tersebut memiliki pendapat yang bagus. Kebiasaan yang dilakukan siswa ketika bergaul dengan cara berkomunikasi inilah, yang nantinya akan mengasah kecerdasan intrapersonalnya serta kemampuan dalam berbicaranya. Seperti yang


(9)

diungkapkan oleh Gumilar (18/1/13), guru bahasa Indonesia kelas XI SMA Negeri 1 Rancaekek, bahwa banyak anak yang pintar, rajin mengerjakan tugas, jika ulangan tidak pernah menyontek, tetapi ketika diminta untuk berbicara atau berpidato di depan kelas, mereka enggan melakukannya. Padahal, saya sangat yakin kalau mereka bisa melisankan apa yang ada di dalam pikiran mereka dengan baik. Pendapat tersebut didasarkan pada fakta di lapangan, tepatnya di kelas, ketika guru sulit meminta mereka (anak-anak introvert) maju ke depan kelas untuk mengungkapkan ide-ide kreatif mereka.

Siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal sering disebut juga siswa yang introvert (tertutup). Adapun implikasi dari sifat tertutup ini dapat menjadikan siswa kurang pandai berkomunikasi dengan orang lain. Siswa yang cenderung introvert ini harus dibimbing untuk berani berbicara, misalnya, mengungkapkan sesuatu. Siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal mengintegrasikan sifat-sifat positif seperti teguh pendirian, jujur pada diri sendiri, introsfektif, adil, berpikir panjang, kreatif, futuristik, disiplin, religius, dan hati-hati Yaumi (2012:177).

Kecerdasan intrapersonal merupakan kecerdasan yang masih belum dikenal di kalangan masyarakat. Padahal, dalam Multiple Intellegences atau yang biasa disebut dengan kecerdasan majemuk yang diusung oleh Dr. Gardner, seorang profesor dalam bidang pendidikan dari Harvard University, mengemukakan sembilan jenis kecerdasan yang berbeda sebagai satu cara untuk mengukur potensi kecerdasan manusia, yaitu kecerdasan linguistic-verbal, logis-matematis, visual-spasial, jasmaniah-kinestetik,


(10)

musikal-berirama, interpersonal, intrapersonal, naturalistik dan eksistensial-spiritual. Ia berpendapat bahwa jika kecerdasan manusia hanya diukur berdasarkan tes IQ terlalu terbatas. Dr. Gardner secara resmi memperkenalkan teori Multiple Intellegences pada tahun 1983 melalui bukunya yang berjudul Frames of Mind yang kemudian direvisi dengan Intelligences Reframed pada tahun 1999 (Yaumi, 2012: iii).

Integrasi positif dari kecerdasan intrapersonal ini belum diketahui oleh banyak pihak, seperti orangtua dan guru. Orangtua cenderung menuntut anak-anaknya untuk memiliki kecerdasan intelektual (IQ) yang bagus, padahal belum tentu setiap anak memiliki intelektual yang sama. Namun, bisa saja anak-anaknya memiliki kecerdasan lain seperti kecerdasan intrapersonal atau kecerdasan lainnya.

Selain itu, pendidik sendiri yang sehari-harinya berinteraksi dengan siswa, masih belum mengetahui pasti kecerdasan yang dimiliki oleh setiap anak didiknya, sehingga penilaian pun dilakukan hanya pada tataran intelektual, seperti adanya seperangkat tes objektif, pengastaan siswa dengan adanya rangking dan kelas unggulan. Penilaian intelektual itulah yang nantinya dijadikan acuan guru untuk menentukan tingkat kecerdasan intelektual siswanya. Hal ini tergambar ketika penulis masih duduk di bangku sekolah.

Berdasarkankenyataan ini, penulis berusaha untuk menemukankorelasi antara kecerdasan dengan kemampuan. Dalam hal ini teori kecerdasan intrapersonal dihubungkan dengan kemampuan berbicara siswa sehingga


(11)

orangtua dan guru sekalipun dapat menyadari bahwa anak dan anak didik mereka memilki kecerdasan yang lain, yang perlu mendapat perhatian, yakni salah satunya adalah kecerdasan yang ada dalam diri mereka atau kecerdasan intrapersonal.

Kemampuan berbicara seseorang turut menentukan kesuksesan kariernya, baik dalam pembelajaran di sekolah maupun perannya dalam masyarakat. Berbicara merupakan kemampuan yang sangat penting dimiliki siswa sebagai alat komunikasi yang ampuh ketika berinteraksi dengan individu maupun kelompok. Di sisi lain kemampuan berbicara yang buruk dapat menjadi sumber masalah bagi siswa, baik dalam kompetensi dasar yang mengkhususkan berbicara maupun penerapannya pada semua mata pelajaran dan kehidupan sosialnya.

Kemampuan berbicara yang baik akan membangun prestasi tersendiri, seperti meningkatkan percaya diri ketika berbicara di depan umum (misalnya di depan kelas, ketika berpidato maupun menyampaikan pendapat dan bertanya) dan ketika berada di lingkungan masyarakat. Sebaliknya, kemampuan berbicara yang kurang baik akan membuat siswa kurang percaya diri ketika dituntut untuk dapat menyampaikan sesuatu. Dengan demikian, dapat diduga ada korelasi antara kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara. Penelitian ini akan dilakukan pada individu dewasa, yaitu siswa sekolah menengah atas.

Sepanjang pengetahuan penulis, belum ada peneliti yang mengaitkan adanya hubungan kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara


(12)

siswa. Oleh karena itulah, penulis berencana untuk melakukan penelitian

dengan judul, “Hubungan Kecerdasan Intrapersonal dengan Kemampuan

Berbicara Siswa”. 1.2 Masalah

Dalam bagian ini dijelaskan masalah pokok penelitian yang meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah, dan (3) rumusan masalah. Adapun uraiannya adalah sebagai berikut.

1.2.1 Identifikasi Masalah

Inti kajian dalam penelitian ini adalah hubungan kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara siswa. Kecerdasan interpersonal diduga sebagai faktor yang menjadikan siswa menjadi tertutup dengan lingkungannya (introvert) sehingga memungkinkan siswa kesulitan bersosialisasi dengan lingkungannya yang termasuk di dalamnya kemampuan berbicara atau berkomunikasi secara verbal dalam keadaan formal.

Adapun identifikasi yang lebih mendalam dapat dijabarkan sebagai berikut.

a) Guru cenderung memerhatikan salah satu aspek kecerdasan saja tanpa menyadari kecerdasan lain (kecerdasan majemuk).

b) Orangtua menilai anak dari kecerdasan intelektual saja.

c) Rasa percaya diri siswa yang masih rendah dalam hal berbicara di depan umum.


(13)

1.2.2 Batasan Masalah

Banyak hal yang dapat dikembangkan dalam proses pembelajaran yang dianggap dapat mengembangkan kecerdasan intrapersonal siswa, yaitu melakukan tugas mandiri, merefleksi diri, menetapkan tujuan, menunjukkan bentuk aktivitas, mengungkapkan sesuatu, dan membuat identifikasi diri. Penelitian ini dibatasi pada proses pembelajaran yang berhubungan dengan kemampuan berbicara. Aspek yang dikhususkan terkait dengan keterampilan berbicara adalah keterampilan siswa dalam mengungkapkan sesuatu saat proses pembelajaran berlangsung.

Aspek keterampilan siswa dalam mengungkapkan sesuatu saat proses pembelajaran, erat kaitannya dengan kemampuan berbicara siswa sehingga, keterampilan mengungkapkan sesuatu layak dikembangkan dalam pembelajaran di kelas bagi siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal agar dapat diarahkan dan dikembangkan ke arah yang lebih baik. Kemampuan berbicara, dapat diukur saat siswa mengungkapkan sesuatu.

1.2.3 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Bagaimanakah kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Rancaekek?

2) Bagaimanakah kemampun berbicara siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Rancaekek?

3) Bagaimanakah hubungan kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara siswa SMA Negeri 1 Rancaekek?


(14)

1.3 Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mendeskripsikan kecerdasan intrapersonal siswa kelas XI di SMA

Negeri 1 Rancaekek,

2) mendeskripsikan kemampuan berbicara siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Rancaekek; dan

3) memaparkan hubungan kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara siswa kelas XI SMA Negeri 1 Rancaekek.

1.4 Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut.

1.4.1 Manfaat Teoretis

Secara teoretis, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Hasil dari penelitian ini dapat mengungkap dan membuktikan teori kecerdasan majemuk, terutama kecerdasan intrapersonal bahwa kecerdasan intrapersonal memiliki hubungan dengan kemampuan berbicara siswa.

2) Hasil dari penelitian ini dapat membuka pikiran dalam mengukur kecerdasan siswa yang dihubungkan dengan keterampilan berbahasa seperti berbicara. Kecerdasan yang dimiliki siswa dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya, seperti menulis, membaca dan menyimak sehingga guru dapat memperlakukan siswa sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki siswa saat mengajarkan


(15)

empat keterampilan berbahasa tersebut, serta mengasah lebih tajam kecerdasan yang dimiliki siswa.

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Hasil penelitian ini dapat memudahkan guru untuk mengarahkan siswa yang cerdas intrapersonalnya, untuk memilki kemampuan berbicara yang baik dalam pembelajaran bahasa maupun nonbahasa. 2) Siswa dapat memiliki rasa percaya diri ketika berbicara, baik di

dalam kelas maupun ketika di depan umum.

3) Hasil dari penelitian ini dapat menjadi rujukan bagi penelitian berikutnya.

1.5 Anggapan Dasar

Pemaparan mengenai anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

a. Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan produktif yang sangat penting untuk melangsungkan proses berkomunikasi manusia.

b. Terampil berbicara dengan bahasa yang tepat, efektif dan lancar akan mempermudah seseorang dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada orang lain.


(16)

1.6 Hipotesis

Pada penelitian ini akan dikemukakan hipotesis yang berfungsi untuk jawaban sementara dan pembuktiannya dilakukan melalui penelitian di lapangan. Adapun rumusan hipotesis sebgai berikut:

a. Hipotesis penelitian : Terdapat hubungan yang positif dan kuat antara kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Rancaekek pada tahun ajaran 2012/2013.

b. Hipotesis statistik

Ho :  = 0 : Tidak terdapat hubungan antara kecerdasan intrapersoanal dengan kemampuan berbicara siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Rancaekek Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013.

Ho :  ≠ 0 : Terdapat hubungan antara kecerdasan intrapersoanal dengan kemampuan berbicara siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Rancaekek Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013.

1.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya salah pengertian tentang konsep-konsep dalam

penelitian ini, penulis menguraikan definisi operasional sebagai berikut. a. Kecerdasan Intrapersonal

Kecerdasan Intrapersonal memiliki integrasi positif apabila penanganan terhadap kecerdasan ini, seperti kecerdasan batin, kecerdasan yang bersumber pada pemahaman diri secara menyeluruh, guna menghadapi, merencanakan, dan memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi. Melalui kecerdasan intrapersonal yang telah terintegrasi secara positif inilah siswa


(17)

akan dapat mengembangkan dan mengasah kemampuannya terutama dalam kemampuan berbicara serta memberi ruang kreativitas untuk siswa mengembangkan ide-idenya.

Kecerdasan intrapersonal dapat didefinisikan sebagai kemampuan memahami diri sendiri dan bertindak berdasarkan pemahaman tersebut. Kecerdasan intrapersonal merujuk pada kemampuan individu untuk mengenal dan menerima kelebihan dan kelemahan yang ada dalam dirinya. Artinya, orang yang menyadari keberadaan dirinya secara mendalam termasuk perasaan, ide-ide, dan tujuan hidupnya.

b. Kemampuan Berbicara

Berbicara menjadi salah satu keterampilan berbahasa dalam bahasa Indonesia, terlepas dalam kegiatan pembelajaran maupun di luar kegiatan pembelajaran. Siswa secara sadar mampu mengontrol emosi untuk dapat meyesuaikan pada ranah mana ia berbicara. Apakah berbicara sebagai suatu cara berkomunikasi atau berbicara sebagai suatu seni dan ilmu. Dengan kemampuan berbicara yang baik, siswa dapat menyampaikan pendapat maupun ide-idenya dengan percaya diri sehingga kesan introvert, tidak akan dinilai negatif lagi.

Kemampuan berbicara dapat didefinisikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengungkapkan sesuatu baik dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran, sedangkan definisi kemampuan berbicara dalam penelitian ini adalah kemampuan melisankan suatu hal yang ada di


(18)

pikiran dengan lancar dan penguasaan materi yang bagus serta menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

c. Hubungan kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara siswa Dalam KBBI (2008:558) hubungan adalah keterkaitan, sangkut paut antara suatu hal dengan hal lainnya. Dalam penelitian ini, istilah hubungan berarti adanya keterkaitan atau sangkut paut antara variabel X (kecerdasan intrapersonal) dengan variabel Y (kemampuan berbicara). Dimana kedua pembuktian kedua variabel tersebut akan dibuktikan dengan penelitian ini. 1.8 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara berfikir dan berbuat yang harus dipersiapkan dengan baik unutk mencapai suatu tujuan penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriftif analitik, yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengobservassi dan menganalisis masalah yang terjadi pada masa sekarang. Adapun teknik pengumulan data yang di lakukan yaitu dengan menggunakan teknik observasi dan dokumentasi.


(19)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitan

Berdasarkan rumusan masalah penelitian pada bab satu, diketahui bahwa tujuan penelitian adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu variabel kecerdasan dan variabel kemampuan. Oleh karena itu, metode yang tepat untuk penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Deskriptif tidak selalu identik dengan penjabaran yang tidak melibatkan angka-angka, seperti yang diungkapkan Uep dan Tatang ( 2011:162) bahwa istilah deskriptif ini merupakan kegiatan untuk menjelaskan berbagai karakteristik data itu terungkap dengan jelas, mendeskripsikan data bisa melalui tabel, grafik, diagram, persentase, frekuensi, perhitungan mean, media atau modus.

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, yaitu peneliti akan mendeskripsikan masalah yang ada, yaitu tentang kemampuan berbicara siswa. Metode deskriptif mempunyai ciri-ciri: (1) memusatkan diri pada pemecahan masalah aktual: dan (2) awalnya data dikumpulkan kemudian disusun, dan kemudian dianalisis. Maka, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode deskriptif. Data yang dihasilkan dalam metode penelitian ini sesuai dengan penelitian peneliti tanpa ada kontrol dari peneliti. Peneliti hanya menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta dan


(20)

keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan dengan apa adanya.

3.2 Variabel Penelitian

Secara teoretis variabel dapat didefinisikan sebagai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai “variasi” antara satu orang dengan yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lainnya. Arikunto (2002:96) menyatakan bahwa variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian, sedangkan Sugiyono (2009:38) menyatakan bahwa “ Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa variabel merupakan sesuatu hal yang dijadikan objek penelitian oleh peneliti, kemudian diteliti dan ditarik kesimpulannya. Adapun variabel dalam penelitian ini adalah kecerdasan intrapersonal (variabel X) dan kemampuan berbicara (variabel Y).

3.3 Data dan Sumber Data Penelitian

Adapun data dan sumber data penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut.

3.3.1 Data

Data merupakan segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi, sedangkan informasi adalah hasil pengolahan


(21)

data yang dipakai untuk suatu keperluan SK Mendikbud No.025/U/1997 dalam Arikunto (Sopandi:2009).

Data penelitian ini berupa:

1) data kecerdasan intrapersonal pernyataan-pernyataan tentang kebiasaan siswa, dan

2) data performansi kemampuan berbicara siswa.

3.3.2 Sumber Data Penelitian

Arikunto (2002:107) menyatakan bahwa sumber data adalah subjek darimana data dapat diperoleh. Sumber data ini dapat berupa orang, benda, sesuatu, atau proses sesuatu. Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam memecahkan permasalahan pada penelitian ini, sumber data yang diteliti adalah siswa kelas XI jurusan IPA di SMAN 1 Rancaekek Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013.

3.4 Populasi dan Sampel penelitian

Adapun populasi dan sampel dapat dijabarkan sebagai berikut.

3.4.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA di SMAN 1 Rancaekek Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013. Dengan Skor total 168 siswa.


(22)

3.4.2 Sampel

Sugiyono (2009:81) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Hal ini didukung oleh pernyataa Arikunto (2012:12) bahwa:

untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.

Sampel penelitian ini diambil 10% dari populasi, yaitu 17 siswa. Adapun semua sampel itu berada pada kelas XI IPA 2 di SMAN 1 Rancaekek Kabupaten Bandung tahun ajaran 2012/2013.

3.5 Teknik pengumpulan Data

Pada teknik pengumpulan data, penulis menggunakan teknik observasi. Surisno Hadi (Sugiyono, 2009:144) mengemukakan bahwa observasi sebagai suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikologis. Sedangkan Ali dan Abdurahman (Agus Sopandi: 2007) mengemukakan bahwa pengumpulan data melalui teknik observasi biasanya digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya suatu kejadian yang dapat diamati, baik dalam situasi buatan yang secara khusus diadakan maupun dalam situasi alamiah. Pedoman observasi dalam penelitian ini, digunakan untuk mengumpulkan data penelitian yang berkaitan dengan kecerdasan intrapersonal siswa dengan kemampuan berbicara siswa kelas XI di SMAN 1 Rancaekek.


(23)

3.6 Teknik analisis data

Analisis data dalam penelitian ditujukan untuk memeroleh data yang lebih bermakna dalam menjawab masalah-masalah penelitian yang telah dirumuskan. Dengan demikian untuk keperluan tersebut digunakan statistika dalam pengolahan dan penganalisisan. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif.

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Nasution (Sugiyono, 2012:226) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Adapun observasi yang akan dipilih oleh penulis adalah observasi partisipatif. Pada observasi ini peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati, dalam hal ini siswa kelas XI IPA 2. Dengan observasi partisipan ini, peneliti akan memeroleh data lebih lengkap, tajam sampai mengetahui pada tingkat mana dari setiap perilaku yang tampak.

penulis akan mengamati secara langsung, siswa-siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal, bagaimana siswa tersebut berkomunikasi, dengan cara berbicara yang bagaimana serta kesesuaian dengan tingkat kecerdasannya.


(24)

3.7Teknik Analisis Data

Penganalisisan dalam sebuah penelitian ditujukan untuk memeroleh data yang lebih bermakna dalam menjawab rumusan masalah. Dengan demikian, statistika digunakan sebagai alat untuk mengolah dan menganalisis data. Sugiyono (2009).

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telaha terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum atau generalisasi.

Berdasarkan pengertian di atas, maka dalam penelitian ini penelitiakan menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif ini digunakan karena penulis hanya ingin mendeskripsikan data sampel, dan tidak ingin membuat simpulan yang berlaku untuk populasi dimana sampel diambil. Setelah mendapatkan data yang diperoleh dari observasi, penulis menentukan tingkat kecerdasan intrapersonal siswa yang disusun dari tingkat tertinggi sampai terendah. Penentuan tingkat tersebut dimaksudkan untuk menyimpulkan makna dari kecerdasan intrapersoonal dalam diri siswa. Adapun nilai dari hasil daftar cek, adalah sebagai berikut.

1. “Sesuai (Ya)”, yang dinilai dengan skor 1.

2. “Tidak Sesuai (Tidak)”, yang dinilai dengan skor 0.

Selanjutnya skor yang didapat dari hasil penelitian yang menggunakan observasi tersebut, kemudian dipersentasekan sesuai hasil


(25)

dari setiap pernyataan. Nilai persentase tersebut digunakan untuk mendeskripsikan data dari sampel yang diambil.

Langkah selanjutnya dari penelitian ini yaitu, mencari keterkaitan antara variabel X dan variabel Y dengan melakukan langkah-langkah di bawah ini.

3.7.1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada dasarnya digunakan peneliti untuk mengetahui kondisi data berdistribusi normal atau tidak. Data yang berdistribusi normal menjadi syarat untuk menguji hipotesis menggunakan statistik parametrik. Seperti yang diungkapkan Sudjana (Sopandi, 2009: 55) bahwa teori-teori menaksir dan menguji hipotesis berdasarkan asumsi bahwa populasi yang diselidiki berdistribusi normal, jika ternyata populasi tidak berdistribusi normal, maka kesimpulan berdasarkan teori itu tidak berlaku.

Uji normalitas menggunakan aturan Sturges dengan menggunakan bantuan sebuah tabel normalitas, untuk mengisi data pada tabel normalitas diperlukan rumus-rumus statistik sehingga hasil yang didapat sesuai dengan prosedur penelitian.

Adapun pengisian tabel normalitas menurut Siregar (Sopandi,2009:55) mengikuti prosedur sebagai berikut:

a. Menentukan rentang (R) dengan rumus R = Xa-Xb

Keterangan: Xa = data terbesar


(26)

Xb= data terkecil

b. Menentukan banyaknya kelas interval (i) dengan rumus: i = 1+3,3 log n

Keterangan: N = jumlah sampel

c. Menghitung panjang kelas interval dengan rumus: P =

Keteranngan: R = rentang i = banyak kelas

d. Menyusun tabel frekuensi

Tentukan terlebih dahulu Ba (batas atas) dan Bb (batas bawah)

frekuensi

Ba = data terkecil (Xb)

Bb = Xb+(p-1)

e. Menentukan harga-harga yang diperlukan dalam pengujian normalitas dengan menentukan chi-kuadrat (X2) yang meliputi:

1) menghitung rata-rata hitung (̅) =

2) menentukan standar deviasi


(27)

3) menentukan batas kelas bawah interval (Yin) dengan

rumus:

(Yin) = Bb- 0,5

4) menghitung nilai Zi untuk setiap batas bawah kelas

interval dengan rumus: Zi = ̅

5) lihat peluang Zi pada tabel statistik, isikan pada kolom

lo. Harga xt dan xn selalu diambil nilai peluang 0,5000.

6) Hitung luas tiap kelas interval, isikan pada kolom li, li = lo1 -lo2

7) menghitung frekuensi harapan dengan rumus: ei = li. Σfi

f. Hitung nilai X2 untuk setiap kelas interval dan jumlahkan dengan rumus:

X2 = Σ ( )

g. lakukan interpolasi pada tabel X2 untuk menghitungp-value. h. Kesimpulan kelompok data berdistribusi normal, jika p-value >

α = 0,05.

3.7.2. Uji regresi sederhana

Uji regresi sederhana digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan anatar kecerdasan intrapersonal (variabel X) dengan kemmapuan berbicara siswa (variabel Y) yang dinamakan regresi Y


(28)

atas X. Adapun harga pada tabel, menggunakan rumus statistik sebagai berikut.

a) Menghiutng parameter a dengan menggunakan rumus: a= ∑ (∑ ) ∑ ∑

∑ ∑

b) menghitung parameter b dengan menggunakan rumus: b= ∑ ∑ ∑

∑ ∑

1. Hitung jumlah kuadrat data: JKt =∑ ∑

2. Hitung jumlah kuadrat regresi: JK(reg) = b{∑

(∑ )(∑ )}

3. Kemudian hitung jumlah kuadrat regresi residu: JK(reg) = JKt - JKreg

4. Tentukan derajat kebebasan b terharap a: dk(b/a) =1

5. Hitung derajat kebebasan residu: dk(r) = n-2

6. Menghitung koefisien korelasi R2 =

7. Pengujian koefisien korelasi r = √


(29)

Fh =

3.7.3. Analisis Korelasi

Penggunaan analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara siswa. Adapun rumus yang digunakan untuk menghhitung korelasi adalah sebagai berikut.

rhoxy = 1-

keterangan:

Rho = kooefisien korelasi Spearman Rank b = beda antara jenjang setiap subjek n = banyaknya subyek

Tabel 3.1

Pedoman untuk Interpretasi Koefisien Korelasi

Interval koefisien Tingkat hubungan

0,00-0,199 Sangat rendah

0,20-0,399 Rendah

0.40-0,599 Sedang

0,60-0,799 Kuat

0,80-1,000 Sangat kuat

3.7.4. Uji hipotesis

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menguji apakah hipotesis yang telah diajukan pada penelitian ini diterima atau ditolak. Untuk menguji hipotesis dapat diuji dengan statistik t-student, yaitu dengan rumus sebagai berikut.


(30)

t = √ √ keterangan:

t = distribusi student t

r = kotefisien korelasi yang telah dihitung n = jumlah responden

Hipotesis yang akan diuji adalah:

Ho: p = 0 : Tidak terdapat hubungan anatara kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara siswa.

HA : p = 0 :Terdapat hubungan anatara kecerdasan intrapersonal dengan

kemampuan berbicara siswa. Kriteria hipotesis:

1. Tolak Ho = apabila p-value<0,05

2. Tolak Ho = apabila p-value> 0,05 3.8Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi yang berupa lembar pernyataan dan skala nilai. Fungsi dari lembar pernyataan yaitu untuk mengategorikan siswa-siswa yang memiliki kecerdasan intrapersonal kemudian dianalisis, sedangakan skala nilai digunakan untuk mengukur kemampuan berbicara siswa. Bila diurutkan, instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.


(31)

Tabel 3.2 Daftar Cek

Yaumi (2012: 177) Gunakan tanda centang (√) di atas garis yang tersedia jika pernyataan itu menggambarkan diri siswa. Tanda silang (X) jika pernyataan itu tidak sesuai dengan kebiasaan dan kesukaan diri siswa!

--- menunjukkan kemandirian dan keinginan yang kuat.

--- memilki perasaan realistik terhadap kelebihan dan kelemahan dirinya.

--- mengerjakan sesuatu dengan baik ketika ditinggalkan sendiri. --- Melakukan sesuatu seperti berbaris dan memukul drum

dengan gayanya sendiri, berbeda dengan orang lain.

--- Memiliki hobi dan minat pada sesuatu yang dia sendiri tidak banyak ceritakan.

--- Pandai mengatur diri sendiri.

--- Lebih senang bekerja sendiri daripada bekerja dengan orang lain.

--- Mampu mengungkap perasaan dirinya dengan akurat.

--- mampu mengambil pelajaran dari keberhasilan dan kegagalan dalam hidup.

--- memiliki harga diri (self-esteem) lebih baik dari orang yang memiliki kecerdasan lain.


(32)

Adapun untuk mengidentifikasi kemampuan berbicara siswa menggunakan skala nilai yang berisi aspek-aspek dalam berbicara. Berikut adalah tabel yang digunakan.

Tabel 3.3

Format Penilaian Kemampuan Berbicara

No Aspek yang dinilai

Kualifikasi

Bobot Skor

SB B C K

4 3 2 1

1 Penggunaan Nada 1

2 Pilihan Kata 1

3 Penggunaan Kalimat 1

4 Ragam Bahasa 1

5 Variasi Kata 1

6 Penguasaan Topik 1 Keterangan:

A = 4 (Sangat Bagus)

B = 3 (Bagus)

C = 2 (Cukup)

D = 1 (Kurang) Nilai =

x 10 Keterangan:

Skor siswa = skor x bobot Skor total = 24


(33)

Deskripsi Skala penilaian a. Penggunaan nada

Sangat Bagus (A): sempurna, intonasi sesuai dengan kata-kata yang diungkapkan dan suara dapat didengar oleh pendengar, Bagus (B): intonasi kurang sesuai dengan kata-kata yang diungkapkan tapi suara dapat didengar, Cukup (C): intonasi kurang sesuai dengan kata-kata yang diungkapkan dan suara dapat didengar tapi kurang jelas, Kurang (K): intonasi kurang sesuai dengan kata-kata yang diungkapkan dan suara kurang jelas.

b. Penggunaan nada

Sangat Bagus (A): sempurna, intonasi sesuai dengan kata-kata yang diungkapkan dan suara dapat didengar oleh pendengar, Bagus (B): intonasi kurang sesuai dengan kata-kata yang diungkapkan tapi suara dapat didengar, Cukup (C): intonasi kurang sesuai dengan kata-kata yang diungkapkan dan suara dapat didengar tapi kurang jelas, Kurang (K): intonasi kurang sesuai dengan kata-kata yang diungkapkan dan suara kurang jelas.

c. Pilihan Kata

Sangat Bagus (SB) sempurna, pilihan kata menarik dan tepat. Bagus (B) pilihan kata menarik tapi tidak tepat dan tidak melenceng. Cukup (C) pilihan kata kurang menarik, kurang tepat tapi tidak melenceng. Kurang (K) pilihan kata kurang menarik kurang tepat dan melenceng.


(34)

d. Penggunaan Kalimat

Sangat Bagus (SB) sempurna, memberi kesan, bahasa efektif dan menggunakan EYD. Bagus (B) memberi kesan, bahasa cukup efektif dan menggunakan EYD. Cukup (C) kurang memberi kesan, bahasa kurang efektif dan tidak menggunakan EYD. Kurang (K) kurang memberi kesan, bahasa tidak efektif dan tidak menggunakan EYD.

e. Ragam bahasa

Sangat Bagus (SB) sempurna, sesuai dengan topik yang dibicarakan, banyak jumlah ragamnya,menarik perhatian. Bagus (B) sesuai dengan topik yang dibicarakan, cukupbanyak jumlah ragamnya, menarik perhatian. Cukup (C) kurang sesuai dengan topik yang dibicarakan, sedikit jumlah ragamnya, tapi menarik perhatian. Kurang (K) kurang sesuai dengan topik yang dibicarakan, sedikit jumlah ragamnya, kurang menarik perhatian.

f. Variasi Kata

Sangat Bagus (SB) sempurna, kata-kata jelas dan dapat langsung mengungkapkan materi. Bagus (B) tidak terbata-bata, kata-kata cukup jelas, tapi dapat langsung mengungkapkan materi. Cukup (C) terbata-bata, kata-kata cukup jelas tapi tidak dapat langsung mengungkapkan materi, Kurang (K) terbata-bata, kata-kata kurang jelas dan tidak dapat langsung mengungkapkan materi.


(35)

g. Penguasaan topik

Sangat Bagus (SB) sempurna, menguasai materi sepenuhnya dengan sempurna, mampu mamaparkan fakta-fakta yang akurat dan dapat teruji kebenarannaya. Bagus (B) menguasai materi, mampu memaparkan fakta-fakta yang akurat tapi belum teruji. Cukup (C) kurang menguasai materi, tidak mampu memaparkan fakta-fakta yang akurat dan teruji. Kurang (K) tidak menguasai materi, tidak mampu memaparkan fakta-fakta yang akurat tapi belum teruji.


(36)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan

Akhirnya peneliti sampai pada bab simpulan setelah menyelesaikan uraian demi uraian yang membuat peneliti semakin sadar akan sebuah penelitian. Pada simpulan ini akan dijawab semua pertanyaan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam rumusan masalah, yaitu bagaimana bagaimanakah hubungan kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut.

1. Hasil perhitungan uji hipotesis dilakukan dengan uji satu pihak pada taraf kepercayaan 0,05 dengan n = 17, karena p-value =0,034< 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini menunjukan bahwa variabel

X dengan variabel Y memiliki hubungan. Artinya terdapat hubungan yang cukup kuat antara kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara siswa.

2. Hasil analisis korelasi diperoleh nilai koefisien korelasi rhitung=

0,60> rtabel = 0, 482 dengan tingkat kepercayaan 95%, sehingga

dapat disimpulkan bahwa kecerdasan intrapersonal berpengaruh terhadap kemampuan berbicara dengan hubungan yang cukup kuat.


(37)

5.2Saran

Dari hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. Peneliti dapat menjadikan hasil penelitian sebagai kajian awal untuk penelitian selanjutnya dari segi kecerdasan yang lain. Sebab ada beberapa masalah dan fenomena yang sebenarnya menarik perhatian peneliti. Namun, keterbatan waktu belum memungkinkan peneliti untuk mengkaji lebih dalam lagi, seperti hubungan kecerdasan majemuk lainnya dengan keterampilan-keterampilan dalam berbahasa.

2. Bagi guru yang memiliki siswa yang kecerdasan intrapersonalnya tinggi, harus melihat bagaimana kemampuan berbicaranya, agar siswa dapat diarahkan untuk berani tampil dan semakin tidak tertutup. Selain itu agar siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi ketika berbicara di depan umum dengan memperhatikan.


(38)

(39)

(40)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsjad dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Ginanjar, Luki. (2012). “Penerapan Media Diorama Papercraft dalam

Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK Negeri 13 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012)”. Skripsi. Program Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Mulyono, Iyo. (2011). Dari Karya Tulis Ilmiah sampai Soft Skills. Bandung: Yrama Widya.

Rakhmat, Jalaludin. (2008). Retorika Modern. Bandung: Rosda.

Roger, natalie. 2003. Berani Berbicara di depan Publik. Bandung: Nuansa cendekia

Sontani, Uep Tatang dan Sambas. (2011). Desain Penelitian Kuantitatif. Bandung: Karya Adhika Utama.

Sopandi, Agus. (2009). Hubungan Sikap Kerja dengan Prestasi Belajar Pada Proses Las Busur Metal Manual di SMKN 6 Bandung. skripsi. Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Susanti, Sophie Meilani. 2010. “Teknik Pembelajaran Trial By Jury (Pemeriksaan oleh Pengadilan) untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Argumentatif”. Skripsi.Bandung: tidak diterbitkan.

Tarigan, Henry Guntur. (2008). Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.


(41)

(1)

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan

Akhirnya peneliti sampai pada bab simpulan setelah

menyelesaikan uraian demi uraian yang membuat peneliti semakin sadar akan sebuah penelitian. Pada simpulan ini akan dijawab semua pertanyaan yang sebelumnya telah dirumuskan dalam rumusan masalah, yaitu bagaimana bagaimanakah hubungan kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara siswa.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh data sebagai berikut.

1. Hasil perhitungan uji hipotesis dilakukan dengan uji satu pihak pada taraf kepercayaan 0,05 dengan n = 17, karena p-value =0,034< 0,05, maka Ho ditolak. Hal ini menunjukan bahwa variabel

X dengan variabel Y memiliki hubungan. Artinya terdapat hubungan yang cukup kuat antara kecerdasan intrapersonal dengan kemampuan berbicara siswa.

2. Hasil analisis korelasi diperoleh nilai koefisien korelasi rhitung=


(2)

71

5.2Saran

Dari hasil penelitian ini, peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. Peneliti dapat menjadikan hasil penelitian sebagai kajian awal untuk penelitian selanjutnya dari segi kecerdasan yang lain. Sebab ada beberapa masalah dan fenomena yang sebenarnya menarik perhatian peneliti. Namun, keterbatan waktu belum memungkinkan peneliti untuk mengkaji lebih dalam lagi, seperti hubungan kecerdasan majemuk lainnya dengan keterampilan-keterampilan dalam berbahasa.

2. Bagi guru yang memiliki siswa yang kecerdasan intrapersonalnya tinggi, harus melihat bagaimana kemampuan berbicaranya, agar siswa dapat diarahkan untuk berani tampil dan semakin tidak tertutup. Selain itu agar siswa memiliki rasa percaya diri yang tinggi ketika berbicara di depan umum dengan memperhatikan.


(3)

(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsjad dan Mukti. 1988. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Ginanjar, Luki. (2012). “Penerapan Media Diorama Papercraft dalam

Pembelajaran Menulis Karangan Deskripsi (Penelitian Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas XI Teknik Komputer Jaringan SMK Negeri 13 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012)”. Skripsi. Program Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Mulyono, Iyo. (2011). Dari Karya Tulis Ilmiah sampai Soft Skills. Bandung: Yrama Widya.

Rakhmat, Jalaludin. (2008). Retorika Modern. Bandung: Rosda.

Roger, natalie. 2003. Berani Berbicara di depan Publik. Bandung: Nuansa cendekia

Sontani, Uep Tatang dan Sambas. (2011). Desain Penelitian Kuantitatif. Bandung: Karya Adhika Utama.

Sopandi, Agus. (2009). Hubungan Sikap Kerja dengan Prestasi Belajar Pada Proses Las Busur Metal Manual di SMKN 6 Bandung. skripsi. Tidak diterbitkan.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.


(6)