FAKTOR MOTIVASI INSTRINSIK ATLET USIA DINI MEMASUKI SEKOLAH SEPAK BOLA.

(1)

Angga Abdul Rojak, 2013

FAKTOR MOTIVASI INSTRINSIK ATLET USIA DINI

MEMASUKI SEKOLAH SEPAK BOLA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk meperoleh Gelar sarjana pendidikan program studi pendidikan

Kepelatihan olahraga

Disusun Oleh :

ANGGA ABDUL ROJAK

0801418

JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA

FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

Angga Abdul Rojak, 2013

Faktor Motivasi Intristik Atlet Usia Dini Memasuki Sekolah Sepak Bola

FAKTOR MOTIVASI INSTRINSIK ATLET USIA DINI

MEMASUKI SEKOLAH SEPAK BOLA

Oleh

Angga Abdul Rojak

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagai dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga

©Angga Abdul Rojak 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak cipta dilindungi undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian, dengan dicetak ulang, di photocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Angga Abdul Rojak, 2013

LEMBAR PENGESAHAN NAMA : Angga Abdul Rojak

NIM : 0801418

JUDUL : Faktor Motivasi Instrinsik Atlet Usia Dini Memasuki Sekolah Sepak Bola

Disetujui dan Disahkan Oleh : Dosen Pembimbing I

Drs. Basiran, M.Pd NIP. 195611281986031004

Dosen Pembimbing II

Nida’ul Hidayah, M.Si NIP. 197209131998022001

Jurusan Pendidikan Kepelatihan

Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga Ketua,

Dr. R. Boyke Mulyana NIP. 196210231989031001


(4)

Angga Abdul Rojak, 2013


(5)

i

Angga Abdul Rojak, 2013

ABSTRAK

FAKTOR MOTIVASI INSTRINSIK ATLET USIA DINI MEMASUKI SEKOLAH SEPAK BOLA

(Studi Deskriptif pada Alet Usia Dini Ps. BUM UPI)

Pembimbing: 1. Drs. Entang Hermanu. 2. Nida’ul Hidayah, M.Si.

Angga Abdul Rojak*

Sekolah sepak bola (SSB) merupakan wadah yang dapat mengembangkan bakat dan potensi para atlet usia dini yang sangat menyukai cabang olahraga sepak bola, sejauh ini animo masyarakat terutama anak kelompok umur 10-12 tahun sangat antusias mengikuti sekolah sepak bola (SSB). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa yang mengakibatkan atlet usia dini memasuki sekolah sepak bola (SSB) dilihat dari motivasi instrinsik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Dengan populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah atlet usia dini yang mengikuti sekolah sepak bola (SSB) Ps BUM UPI sedangkan sampelnya sebanyak 30 orang. Instrument yang digunakan adalah berupa angket. Berdasarkan hasil kesimpulan pengolahan dan analisis data sebagai berikut Kesenangan/kegembiraan sebesar 24.2 %, Kepuasan diri sebesar 25.9 %, Sukarela 25.4 %, Memiliki usaha yang lebih 26.2 %. Penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut: faktor motivasi instrinsik atlet usia dini mengikuti sekolah sepak bola (SSB) ialah atlet usia 10 – 12 tahun memiliki usaha yang lebih baik, dikarenakan karakteristik usia tersebut memiliki energy yang lebih dan kemauan yang sangat kuat untuk mencapai sesuatu yang diharapkan. Sesuai dengan hasil penelitian yang sudah dilakukan dengan persentase sebesar 26.2 % atlet usia dini memiliki usaha yang lebih, dan faktor tersebut merupakan faktor yang dominan dibandingkan faktor – faktor motivasi instrinsik yang lainnya. Pada hasil penelitian persentase dari keempat faktor tersebut tidak terlalu signifikan perbandingannya karena keempat faktor tersebut saling mendukung satu sama lainnya dalam motivasi instrinsik atlet usia dini. Dengan temuan tersebut, penulis mengajukan saran kepada anak usia tersebut dan juga terutama para pelatih atau pembina apabila ingin mengembangkan cabang olahraga sepak bola di masa yang akan datang hendaknya bersungguh-sungguh dan pola pembinaan yang benar/baik akan mampu menaikan dan meningkatkan prestasi pesepakbolaan di Indonesia di masa yang akan datang.


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI. ... v

DAFTAR TABEL. ... viii

DAFTAR LAMPIRAN. ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.………... 1

B. Rumusan Masalah.………. 5

C. Tujuan Penelitian.……….. 5

D. Manfaat Penelitian.……… 5

E. Penjelasan Istilah.……….. 5

F. Batasan masalah Penelitian.……….. 6

G. Anggapan Dasar.……… 7

BAB II TINJAUAN TEORETIS A. Pengertian Motivasi.……….. 8

B. Fungsi Motivasi.……… 10

C. Motivasi Instrinsik.……… 12

D. Teori Motivasi.……….. 14

1. Teori Abraham Maslow (Teori Kebutuhan)……… 15

2. Teori Alderfer.……… 16

3. Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)………….. 17

4. Teori Muray………. 18

5. Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)………. 18

6. Teori Victor Vroom (Teori Harapan)……….…. 19

E. Motivasi Berprestasi.………... 19

F. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Motivasi Berprestasi……….. 22

G. Usia Dini ……….………… 22

BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian ……….……. 27

B. Populasi dan Sampel ………..… 29

1. Populasi ……….… 29


(7)

C. Langkah – Langkah dan Desain Penelitian………. 30

1. Langkah – Langkah Penelitian………... 30

2. Desain Penelitian……….... 32

D. Teknik dan Pengumpulan Data ……….. 32

1. Instrument penelitian……….. 32

2. Menetapkan tujuan, alokasi waktu, dan jumlah butir soal angket……… 35

3. Penyusunan kisi – kisi angket……… 36

4. Penyusunan Angket……… 37

5. Penilaian Angket………. 37

6. Angket ……… 39

7. Uji Coba Angket………... 40

8. Uji Validitas alat ukur……… 40

9. Reabilitas alat ukur……… 41

E. Prosedur Pengolahan dan Analisis Data Prosedur Pengolahan data ……….. 43

1. Menghitung Rata-rata dan Simpangan Baku……… 43

2. Uji Normalitas ………... 44

3. Menghitung Prosentase Gambaran Alternatif Jawaban ………. 45

BAB IV HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA A. Hasil Pengolahan Data ……….… 46

B. Analisis Data ……… 47

C. Diskusi Hasil Penelitian ……….. 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... ………. 50

B. Saran ………. 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52


(8)

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

Sepak bola adalah olahraga yang dimainkan oleh dua kelompok berlawanan yang masing-masing berjuang untuk memasukkan bola ke gawang kelompok lawan. Masing – masing kelompok beranggotakan sebelas pemain, dan karenanya kelompok tersebut juga dinamakan kesebelasan. Menurut pendapat Sucipto. Dkk (2000:7) Sepak bola adalah permainan beregu, masing – masing regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya didaerah tendangan hukumannya. Sepak bola merupakan cabang olahraga yang sangat digemari oleh semua lapisan masyarakat di Indonesia, baik di kota – kota maupun di desa – desa.

Untuk meningkatkan prestasi dalam olahraga sepak bola yang bagus, alangkah baiknya jika semenjak usia dini telah mendapatkan pembinaan sepak bola secara benar, teratur, dan terarah. Karena prestasi yang tinggi hanya dapat dicapai dengan latihan-latihan yang direncanakan dengan sistematis dan dilakukan secara terus menerus dibawah pengawasan dan bimbingan pelatih yang baik dan bagus, sehingga potensi yang dimiliki atlet usia dini bisa berkembang dengan baik.

Usia dini merupakan individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Masa usia dini dalam cabang olah raga sepak bola adalah umur 10 – 12 tahun. Hal ini merupakan masa pembinaan dimana stimulus seluruh aspek perkembangan berperan penting pada masa pertumbuhan ini. Karena masa usia dini merupakan masa yang penting perlu mendapat penanganan sebaik mungkin. Mengenai karakteristik anak usia 10 – 12 tahun menurut Harsono yang dikutif dari Juliantine dalam buku teori latihan (2007:6.8) mengatakan sebagai berikut :

 Otot-otot tumbuh cepat dan butuh latihan, postur cenderung buruk, karena itu butuh latihan-latihan pembentukan otot.

 Penuh energy tetapi mudah lelah.

 Timbul minat untuk mahir dalam suatu keterampilan fisik tertentu dan permainan

– permainan yang terorganisir tetapi belum siap untuk mengerti peraturan yang rumit, dan rentan perhatian lebih lama.


(9)

 Lebih senang kumpul dengan kawan sebaya dan sejenis.

 Menyenangi aktivitas yang dramatis, kreatif, imajinatif, ritmis.

 Minat untuk berprestasi secara individual, kompetitif, punya idola.

 Membentuk kelompok, mencari persetujuan kelompok.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa anak usia 10 – 12 tahun diperlukan bimbingan dan latihan untuk memenuhi kebutuhan agar berkembang ke arah yang lebih baik dari segi teknik, fisik, taktik dan mentalnya.

Salah satu wadah pembinaan anak usia 10 – 12 tahun antara lain dengan memasuki sekolah sepak bola. Menurut Juliantine (2009:2.23) Dalam proses pembelajaran atau latihan antara lain berupa pembinaan fisik, teknik, taktik, mental dan sosial. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak usia 10 – 12 tahun. Dengan latihan secara sistematis, metodis, berkesinambungan, dan harus mengacu pada teori – teori pertumbuhan dan perkembangan anak yang diharapkan anak usia tersebut dapat berkembang ke arah yang lebih baik.

Motivasi adalah dorongan untuk mencapai tujuan yang di inginkan oleh seseorang, seperti yang dikemukakan George dalam Husdarta (2000:33) mengatakan bahwa ”motivation is the desire eithin an individual that dtimultes him or her to action”. Motivasi terbagi menjadi dua bentuk yaitu: motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi intrinsik terjadi apabila motivasi tersebut bersumber dari dalam diri atlet itu sendiri, ciri-ciri atlet yang memiliki motivasi intrinsik menurut Husdarta (2000:23) antara lain :

1. Berorientasi pada kepuasan dalam dirinya.

2. Biasanya tekun, rajin, bekerja keras, teratur, dan disiplin dalam menjalani latihan.

3. Tidak suka bergantung kepada orang lain.

4. Memiliki karakteristik kepribadian yang positif, matang, jujur, sportif, dan lain-lain.

5. Aktifitas lebih permanen.

Kuntungan motivasi instrinsik adalah motivasi ini karena timbul atas kemauan sendiri biasanya lebih lama dan prestasi yang di hasilkan motivasi instrinsik ini akan lebih maksimal dalam hal kesungguhan berlatih dan menerima apa yang di berikan pelatih dalam cabang olahraga sepak bola. Kekurangan motivasi instrinsik ini karena motivasi ini tidak dapat di pelajari, maka kadang-kadang sulit untuk di tumbuh – kembangkan pada diri atlet tersebut.

Sedangkan motivasi ekstrinsik terjadi bila dorongan bertindak datang dari luar diri atlet. Ciri - ciri atlet yang memiliki motivasi ekstrinsik menurut Husdarta (2000:23) antara lain:


(10)

1. Kurang sportif atau kurang jujur seperti licik atau curang.

2. Sering tidak menghargai orang lain, lawannya, atau peraturan pertandingan.

3. Cenderung berbuat hal – hal yang merugikan, seperti obat perangsang, mudah dibeli atau disuap.

Walaupun motivasi ekstrinsik ini kurang efektif di bandingkan motivasi instrinsik, namun demikian dalam struktural realitasnya kedua motivasi ini tidak dapat berdiri sendiri, melainkan bersama – sama menuntun tingkah laku atlet. Kedua motivasi ini memiliki hubungan saling menambah, menguatkan dan melengkapi satu sama lainnya menurut Yusuf Hidayat (2009:55). Kekurangan dari motivasi ekstrinsik ini karena motivasi ini timbul karena adanya rangsangan dari luar maka tidak akan bertahan lama, harus ada rangsangan dari luar sehingga motivasi ini bias bertahan itupun tidak akan bertahan lama. Disini penulis lebih tertarik meneliti tentang motivasi instrinsik karena motivasi instrinsik biasanya bertahan lebih lama dan prestasi yang di hasilkan akan lebih maksimal karena dalam proses latihan atau pembinaan anak akan berlatih dengan sungguh-sungguh sehingga apa yang di berikan pelatih atau pembina akan mampu diterapkan dengan baik.

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri individu. Aktivitas benar

– benar dilakukan dari lubuk hatinya tanpa adanya rangsangan atau paksaan dari pihak luar. Misalnya, Seorang anak tidak memerlukan tawaran imbalan atau diancam dengan hukuman – hukuman apapun untuk membuatnya melakukan sesuatu. Dia akan melakukan sesuatu tersebut karena memang dia menyukai dan senang melakukan hal tersebut. Misalnya, seorang murid akan tetap mempelajari suatu mata pelajaran dengan giat, meskipun saat itu tidak sedang musim ujian dan sama sekali tidak ada paksaan belajar dari siapapun. Terdapat motivasi intrinsik.

Antusias anak usia dini yang mengikuti sekolah sepak bola begitu besar. Oleh karena itu perlu pembinaan yang baik. Namun penulis sering melihat proses atau pola pembinaan atlet usia dini tidak sesuai pada apa yang seharusnya diberikan, penulis sering melihat tuntutan pada atlet usia dini seperti tuntutan kepada atlet dewasa. Para pelatih atau pembina memberikan latihan tidak sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak usia 10 – 12 tahun. Sebagai contoh sering pelatih yang menyudutkan anak asuhannya, serta terlalu menekankan pada unsur kemenangan seringkali membuat anak mengalami stres yang berlebihan, sehingga banyak anak yang pada akhirnya memutuskan mengundurkan diri atau perkembangan atlet usia dini dikatakan tidak berkembang bagus mungkin dari sekian banyak atlet usia dini yang mengikuti sekolah sepak bola hanya satu atau dua orang saja yang berhasil menjadi pemain profesional. Masalah –


(11)

masalah tersebut jika diabaikan akan berdampak buruk terhadap perkembangan jiwa anak. Orang tua maupun pelatih seharusnya dapat memberikan kontribusi positif pada anak, misalnya mereka berperan aktif dalam mendukung prestasi anak dan tidak menuntut yang berlebihan pada anak. Dukungan tersebut dapat menjadikan suatu motivasi pada anak untuk makin terlibat dalam kegiatan olahraga.

Adanya motivasi instrinsik pada diri anak tersebut untuk memasuki sekolah sepak bola akan semakin meningkatkan kemampuannya dan keterlampilannya, karena dengan faktor motivasi intrinsik ini atlet usia dini akan lebih berusaha untuk mencapai prestasi. Motivasi instrinsik tersebut sangat berperan dalam keputusan seseorang dalam memilih suatu kegiatan menurut potensi yang anak itu miliki, lamanya anak melakukan kegiatan tersebut, dan juga terhadap prestasi penampilan yang dia hasilkan akan jauh lebih baik. Berkaitan dengan begitu besarnya animo anak usia 10 – 12 tahun untuk mengikuti sekolah sepak bola adalah untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhannya adapun kebutuhan-kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini melakukan berbagai kegiatan antara lain antara lain. Seperti yang di jelaskan Yusuf Hidayat dalam buku Psikologi Olahraga (2009:55) faktor – faktor motivasi instrinsik : 1). Kesenangan/kegembiraan, 2). Kepuasan diri, 3). sukarela, 4). Memiliki usaha yang lebih. Sampai saat ini belum ada penelitian faktor motivasi instrinsik atlet usia dini memasuki sekolah sepak bola, maka dari itu penulis tertarik meneliti tentang faktor motivasi instrinsik anak usia dini memasuki sekolah sepak bola.

B.RumusanMasalah

Masalah penelitian merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data dan menganalisis data tersebut. Sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah kesimpulan atau hasil dari sebuah penelitian. Masalah penelitiannya yaitu:

”Persentase faktor – faktor motivasi instrinsik atlet usia dini mengikuti sekolah sepak bola?”

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan dari penelitian ini maka tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui faktor motivasi instrinsik atlet usia dini mengikuti Sekolah sepak bola.


(12)

Berdasarkan latar belakang serta tujuan penelitian, maka mamfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Secara teoritis dapat dijadikan sebagai masukan atau sumbangan keilmuan bagi peneliti lebih lanjut mengenai faktor motivasi instrinsik atlet usia dini memasuki sekolah sepak bola.

2. Secara praktis dapat dijadikan pedoman bagi para pelatih dan penggemar olahraga sepak bola mengenai faktor motivasi instrinsik atlet usia dini memasuki sekolah sepak bola.

E. Penjelasan Istilah

Untuk menghindari salah penafsiran terhadap istilah – istilah yang digunakan dalam penelitian ini, perlu dijelaskan istilah yang digunakan dalam penelitian ini, adapun istilah tersebut adalah sebagai berikut :

1. Permainan sepakbola berdasarkan pendapat Sucipto. Dkk (2000:7) menjelaskan bahwa :

“Sepakbola adalah permainan beregu, masing-masimg regu terdiri dari sebelas pemain dan salah satunya adalah penjaga gawang. Permainan ini hampir seluruhnya dimainkan dengan menggunakan tungkai, kecuali penjaga gawang yang dibolehkan menggunakan lengannya didaerah tendangan hukumannya”.

2. Menurut George yang dikutif dalam Husdarta (2000:33) Motivasi ialah “Motivation is the

desire within an individual that stimulates him or her to action”. Motivasi adalah hasrat dalam diri seseorang yang mendorong untuk bertindak.

3. Sentot I.W (2010:78) mengatakan bahwa “Motivasi adalah kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi untuk tujuan yang dikondisikan oleh kemampuan upaya itu untuk

memenuhi beberapa kebutuhan”.

4. Motivasi menurut Petri dalam Gufron (2010:83) adalah keadaan dalam pribadi seseorang dalam mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan guna mencapai satu tujuan


(13)

5. Motivasi instrinsik menurut Yusuf Hidayat (2009:55) adalah dorongan yang bersumber dari dalam diri siswa atau atlet yang menyebabkannya berpartisipasi dalam suatu aktivitas.

F. Batasan Masalah Penelitian

Untuk memperoleh gambaran yang jelas, maka perlu adanya pembatasan ruang lingkup penelitian. seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2009:31), analisis masalah juga membatasi ruang lingkup masalah, disamping itu perlu dinyatakan secara khusus batasan masalah agar peneliti lebih terarah. Dengan demikian memperoleh gambaran lebih jelas apabila penelitian itu dianggap selesai dan berakhir. Oleh karena itu, ruang lingkup dibatasi pada hal – hal berikut:

1. Ruang lingkup penelitian hanya ditekankan pada faktor motivasi instrinsik atlet usia dini memasuki sekolah sepak bola.

2. Populasi terdiri dari anak yang mengikuti Sekolah Sepak Bola.

3. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 30 orang anak yang aktif di Sekolah Sepak Bola PS BUM.

4. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif

5. Instrumen yang digunakan adalah berupa angket atau kuesioner.

G. Anggapan Dasar

Anggapan dasar merupakan titik tolak penelitian yang ditulis oleh peneliti, anggapan dasar diperlukan sebagai pegangan dalam penulisan untuk dijadikan bahan titik tolak penelitian ini seperti yang dijelaskan oleh Surakhmad (2002:37) “Anggapan dasar atau postulat yang menjadikan tumpuan segala pandangan dan kegiatan terhadap masalah yang dihadapi titik mana

tidak menjadi keraguan penyelidikan”.

Atlet usia dini yang memiliki motivasi instrinsik untuk memasuki sekolah sepak bola akan lebih bertahan lama dan juga terhadap prestasi penampilan yang dia hasilkan akan jauh lebih baik di bandingkan dari motivasi ekstrinsik. Karena dengan motivasi instrinsik atlet akan jauh lebih berusaha dan sungguh-sungguh dalam proses latihan dan pembinaannya untuk pencapaian prestasinya dan hasil yang lebih permanen. Seperti yang dikemukakan Yusuf Hidayat pada buku Teori Latihan (2009: 58) mengemukakan “seseorang yang memiliki motivasi instrinsik akan melakukan aktivitas secara lebih pernamen dan pencapaian prestasi akan lebih


(14)

Dalam penelitian yang dilakukan peneliti akan membuat pertanyaan dalam bentuk angket, berupa pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan faktor motivasi instrinsik yang mendorong atlet usia dini memasuki sekolah sepak bola.

Berdasarkan anggapan dasar yang telah penulis kemukakan Faktor – faktor motivasi instrinsik antara lain : 1). Kesenangan/kegembiraan, 2). Kepuasan diri, 3). sukarela, 4). Memiliki usaha yang lebih.


(15)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode merupakan langkah yang ditempuh untuk mencapai tujuan. Tujuan penelitian ialah untuk mengungkap, menggambarkan dan menyimpulkan hasil pemecahan masalah melalui cara tertentu dengan prosedur penelitian.

Sesuai penelitian ini, tujuan penelitian ini dititik beratkan untuk mengetahui gambaran tentang Faktor Motivasi Instrinsik Atlet Usia Dini Memasuki Sekolah Sepak Bola. Adapun metode penulis gunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif menurut Nazir (2005:54): “Metode desktiptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Dalam metode deskriptif, tujuan yang ingin dicapai ialah menggambarkan atau mendeskriptifkan fakta-fakta, atau sifat-sifat serta hubungan fenomena yang sedang diselidiki. Nazir (2005:54) mengungkapkan tujuan metode deskriptif adalah sebagai berikut : untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual, dan akurat mengenai fakta-fakta, serta hubungan antara fenomenal yang diselidiki”.

Kemudian juga Surakhmad (2002:139) mengemukakan bahwa metode deskriptif sebagai berikut : Metode deskriptif bertujuan pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang karena sekali ragam penelitian demikian, metode deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Diantaranya ialah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasi : penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interview, angket observasi, atau dengan teknik tes.

Pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan data saja, tetapi meliputi analisa dan tafsiran mengenai arti dari data itu sendiri, sifat umum metode deskriptif yang dikemukakan Surakhmad (2002:139) sebagai berikut “Metode penelitian deskriptif adalah menuturkan dan menafsirkan data yang ada, permasalahnya adalah tentang situasi yang dialami, suatu hubungan, suatu kegiatan dengan kegiatan lain, pandangan, sikap yang Nampak, atau tentang suatu proses yang sedang berlangsung”. Dari pernyataan serakhmad tersebut dapat disimpulkan bahwa sifat umum dari metode deskriptif adalah menuturkan dan


(16)

menafsirkan. Ciri khusus metode deskriptif antara lain bertujuan memecahkan permasalahan pada masa sekarang dan masalah – masalah tertentu.

Mengenai ciri khusus metode deskriptif menurut Surakhmad (2002:140) :

a) Memusatkan diri pada pemecahan masalah – masalah yang ada pada masa sekarang pada masa – masa yang aktual

b) Data yang dikumpulkan mula – mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa (karena metode ini sering juga disebut metode analisis).

Dalam penelitian deskriptif yang akan dilakukan peneliti, informasi atau data akan diperoleh melalui pemberian instrument tes, yaitu berupa angket kepada populasi atau sampel. Data yang terkumpul lalu akan disusun dan diolah sehingga dapat diambil kesimpulan untuk menjawab permasalahan penelitian tersebut yang telah ditentukan.

Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa metode deskriptif adalah metode penelitian dengan tujuan untuk menggambarkan suatu peristiwa pada masa sekarang yang nampak dalam satu situasi. Data yang diperoleh itu dikumpulkan, disusun, dijelaskan dan dianalisi untuk menetapkan kesimpulan. Hal ini merupakan cara yang akan dilakukan untuk memperoleh gambaran yang jelas sehingga tujuan penelitian sesuai yang diharapkan.

Oleh hal diatas, maka penulis menggunakan metode deskriptif dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan penelitian ini ingin mengungkapkan masalah yang terjadi dimasa sekarang. Secara spesifik dapat dikemukakan bahwa peneliti ini ingin mengungkapkan dan meneliti Faktor Motivasi Instrinsik Atlet Usia Dini Memasuki Sekolah Sepak Bola.

B. Populasi dan sampel 1. Populasi

Menurut Sudjana (1993:6) mengemukakan populasi sebagai berikut : “Populasi adalah totalitas semua yang mungkin hasil menghitung atau pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif mengenai karakteristik tertentu dari semua anggapan kesimpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya”.

Selain itu Arikunto (2006:173) menjelaskan : “Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian”. Maka dari itu penulis menyimpulkan bahwa populasi merupakan suatu keseluruhan objek penelitian, baik benda hidup, manusia, benda mati, atau berupa gejala maupun peristiwa-peristiwa yang akan dijadikan sebagai sumber penelitian.


(17)

Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diselidiki, Sebagaimana dijelaskan oleh Sugiyono (2007:117) yang mengemukakan bahwa ”populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian ini, populasi terukur (accessable population) adalah siswa Sekolah Sepak Bola Ps. BUM UPI.

2. Sampel

Untuk mendapatkan suatu fakta yang akurat, maka diperlukan adanya sumber data yang sesuai dengan masalah yang sedang diteliti. Sumber data tersebut adalah populasi dan sampel yang sifat atau karakteristiknya sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Adapun pengertian sampel menurut Arikunto (2006:104) mengemukakan bahwa, “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel seadanya dengan jumlah 30 orang. hal ini disesuaikan dengan keadaan pada Team tersebut. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sample yang dalam penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Jumlah sampel penelitian ini berjumlah 30 orang, jumlah tersebut juga dijadikan sumber penelitian yang akan dilaksanakan. Hal ini sesuai dengan teknik pengambilan sampel yang dilakukan melalui sampling seadanya, sebagaimana Sudjana mengungkapkan: ”Pengambilan dari sebagian populasi berdasarkan seadanya atau kemudahannya mendapatkan data tanpa perhitungan keperpresentatifnya yang digolongkan kedalam sampling seadanya (convienience sampling)”. Seperti yang dikemukakan oleh Arikunto (2006:174) bahwa : ”Jika kita meneliti sebagian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti”. Tentang jumlah sampel penelitian berpedoman kepada pendapat Arikunto (2006:134) sebagai berikut : ”untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjek kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjek diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih”.

Nasution (2009:100) mengungkapkan bahwa : “sampling jenuh adalah teknik penentuan sample bila anggota populasi digunakan sebagai sample”. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 20 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Sampling dikatakan jenuh (total), bila populasi dijadikan sample.


(18)

Sampel yang dimaksud dalam penelitian ini adalah atlet usia dini yang mengikuti Sekolah Sepak Bola di Ps. BUM UPI. Peneliti menetapkan jumlah subjek yang dijadikan sampel berjumlah 30 orang.

C. Langkah – Langkah dan Desain Penelitian 1. Langkah – langkah Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian deskriptif ini, peneliti menyusun langkah – langkah sebagai berikut :

i. Memilih dan merumuskan masalah yang menghendaki konsep ada kegunaan masalah tersebut dan dengan sumber yang ada.

ii. Menentukan tujuan dari penelitian yang akan dikerjakan. Tujuan penelitian harus jelas dengan rumusan dan definisi dari masala.

iii. Memberikan limitasi atau batasan sejauh mana peneliti ini akan melaksanakan baik batasan kronologis ataupun seberapa utuh daerah peneliti ini akan dijangkau.

iv. Merumuskan kerangka teori atau kerangka konseptual yang kemudian diturunkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis untuk diverifikasikan.

v. Menelusuri sumber – sumber kepustakaan yang berhubungan dengan masalah yang akan dipecahkan.

vi. Merumuskan hipotesis – hipotesis yang ingin diujikan, baik secara eksplisit ataupun implisit.

vii. Mengumpulkan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang cocok untuk penelitian.

viii. Membuat tabulasi serta analisis statistik dilakukan terhadap data yang telah dikumpulkan.

ix. Memberikan interprestasi dari hasil dalam hubungannya dengan kondisi sosial yang ingin diselidiki serta dari data yang diperoleh secara referensi khas terhadap masalah yang ingin dipecahkan.

x. Mengadakan generalisasi serta dedukasi dari penemuan serta hipotesis yang ingin di uji. xi. Membuat laporan dengan cara ilmiah.

Dari penjelasan diatas, langkah – langkah penelitian dapat digambarkan sebagaimana tercantum di bagan 3.1 :


(19)

Bagan 3.1

Langkah – langkah penelitian

2. Desain Penelitian

Menurut Nazir (2005:84) desain penelitian adalah : ”Semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian”. Dalam pengertian lebih sempit, desain penelitian hanya pengumpulkan data dan analisis data saja. Dalam desain penelitian terdapat beberapa proses yang tercakup didalamnya, yaitu sebagai berikut :

1. Identifikasi dan pemilihan masalah penelitian.

2. Pemilihan kerangka konseptual untuk masalah penelitian serta hubungan-hubungan dengan penelitian sebelunya.

KESIMPULAN PENGOLAHAN DATA

HASIL

ANGKET PENELITIAN MENGISI ANGKET MOTIVASI

UJI ANGKET MOTIVASI SAMPEL


(20)

3. Memformulasikan masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari penelitian. 4. Membangun penyelidikian atau mencoba.

5. Memilih serta memberi definisi terhadap pengukuran – pengukuran variabel. 6. Memilih prosedur serta teknik sampling yang digunakan.

7. Menyusun alat serta teknik untuk mengumpulkan data.

8. Membuat cading, serta mengadakan editing dan prosesing data.

9. Menganalisis data serta memilih prosedur statistik untuk mengadakan generalisasi secara inferensi stastik.

10.Pelaporan hasil penelitian, termasuk proses penelitian, diskusi, serta interpretasi data, generalisasi, kekurangan-kekurangan dalam penemuan, serta menganjurkan beberapa saran untuk peneliti selanjutnya.

Dari proses diatas terlihat jelas bahwa dalam penelitian terjadi dua proses, yaitu proses perencanaan dan proses pelaksanaan. Proses selanjutnya merupakan tahap operasional dari penelitian.

D. Teknik dan Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Dalam pengambilan variabel penelitian maka diperlukan sebuah instrument penelitian. Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang dinilai akurat untuk memperoleh data variabel penelitian dari sejumlah populasi dan sample yang sudah ditentukan. Arikunto (2006:121) mengemukakan bahwa : ”instrument adalah alat pada waktu penelitian menggunakan suatu metode”. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Nurhasan (2007 : 06 ) ”Dengan alat ukur kita dapat memperoleh data dari suatu objek tertentu, sehingga kita dapat mengungkap tentang keadaan objek tersebut secara objektif”. Suharsini Arikunto mengatakan bahwa. ”instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudan dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah di olah”.

Mengenai pengukuran Nurhasan dan Cholil (2007:5) mengemukakan bahwa : ”pengukuran adalah proses pengumpulan data/informasi dari suatu subjek tertentu, dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur”. Mengenai validitas suatu alat ukur Nurhasan dan Cholil (2007:35) mengemukakan : ”Tes yang valid adalah tes yang mengukur apa yang hendak di ukur”. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti menggunakan metode angket berupa pertanyaan


(21)

tentang motivasi atlet usia dini memasuki sekolah sepak bola.

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis menggunakan survei dengan sistem angket atau kuesioner. Pada penelitian survei, penggunaan angket merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuesioner tersebut akan terjelma dalam angka – angka, tabel – tabel, analisis statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Angket adalah alat penyaring informasi dilakukan dengan angket. Angket yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah berupa sejumlah pertanyaan untuk menggungkapkan data tentang faktor motivasi instrinsik atlet usia dini memasuki sekolah sepak bola.

Walgito (2006: 36) mengemukakan bahwa: “Kuesioner adalah suatu daftar yang berisi pertanyaan yang harus dijawab atau dikerjakan oleh orang/anak yang ingin diselidiki atau responden”. Arikunto (2006:128), berpendapat bahwa bahwa : Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yaitu berupa laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Angket atau kuesioner yang digunakan untuk melengkapi dan memperkuat dari observasi, dan dokumentasi.

Arikunto (2006: 151) menjabarkan tentang keuntungan koesioner yaitu sebagi berikut:

A. Tidak memerlukan hadirnya peneliti.

B. Dapat dibagikan secara serentak kepada banyak responden.

C. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatannya masing – masing dan menurut waktu senggang responden.

D. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dan tidak malu malu menjawab.

E. Dapat dibuat terstandar sehingga bagi semua responden dapat diberi pertanyaan yang benar – benar sama.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kuesioner atau angket adalah suatu daftar pertanyaan yang dilaksanakan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan informasi atau keterangan tertulis dari responden sesuai dengan yang dibutuhkan. Kuesioner atau angket dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, sesuai dengan sudut pandang yang digunakan. Arikunto (2006:124) mengemukakan bahwa jenis angket atau kuesioner dapat dibedakan atas beberapa macam, antara lain:


(22)

1) Kuesioner terbuka 2) Kuesioner tertutup

b. Dilihat dari jawaban yang diberikan ada: 1) Kuesioner langsumg

2) Kuesioner tidak langsung c. Dilihat dari bentuknya, maka ada:

1) Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan kuesioner tertutup.

2) Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.

3) Check list, sebuah daftar di mana responden tinggal membubuhkan tanda check (√ ) pada kolom yang sesuai.

4) Rating scale (skala bertingkat) yaitu, sebuah pernyataan diikuti oleh kolom – kolom yang menunjukkan tingkat – tingkatan mulai dari yang sangat setuju sampai sangat tidak setuju sekali.

Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup. Arikunto (2006: 152) menjelaskan tentang koesioner tertutup yaitu “koesioner tertutup adalah angket yang sudah disediakan jawabanya sehingga responden tinggal memilih. Maksud dari angket tertutup adalah agar jawaban terarah kepada pemecahan permasalahan penelitian yang sudah di tetapkan. Ini juga akan memudahkan penulis untuk memfokuskan pengolahan dan analisis data guna memperoleh kesimpulan. Alasan penulis mengambil angket tertutup adalah:

a. Lebih memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan atau pernyataan yang ada dalam angket.

b. Dalam penggunaan waktu, angket tertutup lebih cepat dan efisien dalam pengisian pertanyaan atau pernyataan.

c. Tidak di perlukan kehadiran peneliti secara langsung.

Untuk memudahkan dalam penyusunan butir – butir pernyataan angket serta alternatif jawaban yang tersedia, maka responden hanya diperkenankan untuk menjawab salah satu alternatif jawaban. Jawaban yang dikemukakan oleh responden didasarkan pada pendapatnya sendiri atau suatu hal yang dialaminya. Dalam mengidentifikasi perubahan perilaku dan pribadi seseorang serta menjawab setiap pernyataan dari setiap butir soal yang akan disajikan, hendaknya terlebih dahulu diketahui secara tepat (valid) dan dapat di percaya (reliable) dari alat


(23)

pengumpulan datanya. Kecermatan penilaian dalam mempertimbangkan dan mengambil keputusan serta diagnosa tergantung kepada tingat ketepatan, kepercayaan, keobjektifan dan kereprestantifan informasi yang didukung oleh data yang diperoleh di lapangan.

2. Menetapkan tujuan, alokasi waktu, dan jumlah butir soal angket

Penyusunan angket ini bertujuan untuk mengetahui faktor – faktor motivasi instrinsik atlet usia dini memasuki sekolah sepak bola. Alokasi waktu yang digunakan untuk menyelesaikan angket 90 menit waktu pengisian angket setelah atlet usia dini selesai menyelesaikan latihan. Dengan jumlah soal sebanyak 40 butir soal angket.

3. Penyusunan kisi – kisi angket

Untuk memudahkan memudahkan penyusunan angket maka penulis membuat kisi – kisi angket untuk memudahkan dalam menyusun butiran – butiran pertanyaan soal serta alternatif jawaban. Adapun kisi – kisi tersebut dijelaskan oleh Yusuf Hidayat (2008 : 55) dalam buku psikologi olahraga dan salah satu kisi – kisi merupakan hasil dari penelitian Komarudin dalam artikel Anshel (1990 : 107) sebagai berikut berikut:

Tabel 3.1

Kisi – Kisi Angket Faktor Motivasi Instrinsik Yang Mendorong Atlet Usia Dini Memasuki Sekolah Sepak Bola

Variabel Indikator Sub Variabel No Soal

+

Motivasi

Instrinsik 1.Kesenangan/ kegembiraan

1. Kebutuhan social 2. Kebutuhan

psikologis 3. Hobby

1,2,4 6,7

8,9,10

3 5


(24)

2. Kepuasan diri 1. Meningkatkan keterampilan dan kemampuan 2. Meningkatkan kebugaran 3. Ingin mendapat

kemenangan

11,12,13,

14,15,16,17

18,19 20

3. Sukarela

1. Tekun dan rajin 2. Disiplin dan

teratur 3. Tidak mengharapkan imbalan 21,22 24,25,26 28,29 23 26,29 4. Memiliki usaha yang lebih 1. Semangat

2. Untuk berprestasi 3. Kerja keras

31,32,33,34 36,39,40 35,37,38

4. Penyusunan Angket

Indikator – Indikator yang telah dirumuskan kedalam kisi – kisi tersebut diatas selanjutnya dijadikan bahan penyusunan butir – butir pertanyaan atau soal angket. Butir – butir pertanyaan atau soal tersebut dibuat kedalam bentuk pertanyaan – pertanyaan dalam kemungkunan jawaban yang tersedia. Mengenai alternatif jawaban dalam angket, penulis menggunakan skala sikap yakni skala likert. Nazir (2005:338) menjelaskan mengenai skala likert “skala yang menggunakan hanya item yang secara pasti baik dan secara buruk, dimasukan yang agak baik, yang agak kurang, yang netral”.

5. Penilaian Angket

Penilaian dari angket motivasi penulis menggunakan skala sikap, yaitu skala Likert, mengenai hal ini Sudjana dan Ibrahim (2004:107) mengungkapkan: “Skala Likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau


(25)

ditolak, melalui rentangan nilai tertentu”. Mengenai alternatif jawaban dalam angket tersebut, penulis menggunakan skala sikap yakni skala Likert. Lebih lanjut skala Likert menurut Sudjana dan Ibrahim (2004:107) sebagai berikut:

Skala Likert dinyatakan dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden, apakah pernyataan itu didukung atau ditolak, melalui rentangan nilai tertentu. Oleh sebab itu, pernyataan yang diajukan ada dua kategori yakni pernyataan positif dan pernyataan negatif. Salah satu skala sikap yang sering digunakan dalam penelitian pendidikan adalah skala Likert. Dalam skala Likert, pernyataan-pernyataan yang diajukan baik pernyataan positif atau negatif dinilai subjek sangat setuju, setuju, ragu – ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju.

Berdasarkan uraian tentang alternatif jawaban dalam angket, penulis menetapkan kategori penyekoran sebagai berikut: Kategori untuk setiap butir pernyataan positif, yaitu Sangat Setuju = 5, Setuju = 4, Ragu-ragu = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat Tidak Setuju = 1. Kategori untuk setiap pernyataan negatif, yaitu Sangat Setuju = 1, Setuju = 2, Ragu-ragu = 3, Tidak Setuju = 4, Sangat Tidak Setuju = 5.

Pemberian skala skor pada setiap kategori pernytaan tes, dilakukan dengan pemberian bobot, terhadap lima alternatif pilihan jawaban. Adapun skor tersebut menurut Nurhasan (2007:349).

Table 3.2

Skor untuk soal positif

Alternatif Jawaban

Skor jawaban

+

SS (Sangat Setuju) 5 1

ST (Setuju) 4 2

R (Ragu – Ragu) 3 3

TS (Tidak Setuju) 2 4

STS (Sangat Tidak Setuju) 1 5


(26)

butir soal atau pernyataan untuk tes tingkat motivasi instriksik. Butir soal atau pernyataan – pernyataan tersebut tidak terlepas dari inti permasalahan yang ingin dipecahakan, Faktor Motivasi Instrinsik Atlet Usia Dini Memasuki Sekolah Sepak Bola.

Tabel 3.3 Skala Sikap Linier

No Pernyataan – pernyataan

Alternative jawaban

SS S R TS STS

1. Saya senang bermain sepak bola

Keterangan :

SS : Sangat Setuju S : Setuju

R : Ragu – ragu TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Skor untuk seriap alternative jawaban berbeda-beda, mulai dari (SS) diberikan skor 5, dan seterusnya dengan (STS) diberikan skor 1.

6. Angket

Angket yang digunakan telah dipergunakan oleh Martens and Webber dalam Psychometric

Properties of the Sport Motivation Scale. Dengan demikian angket yang dipergunakan tidak

perlu diuji cobakan. Angket yang dipergunakan ini sangat berhubungan sekali dengan judul yang diambil oleh penulis yaitu mengenai Faktor Instrinsik Atlet Usia Dini Memasuki Sekolah Sepak Bola. Lokasi penelitian adalah tempat untuk memperoleh informasi dan data, serta tempat dimana penelitian itu akan dilakukan. Sesuai dengan populasi dan sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka penulis menetapkan lokasi penelitian adalah dilapang sepak bola kampus padasuka UPI Bandung.

Adapun waktu penelitian adalah saat penelitian itu akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini data dan informasi mengenai variable – variabel yang akan diteliti diambil pada saat kegiatan latihan dilaksanakan. Oleh karena itu, peneliti merencanakan pengambilan data akan dilakukan pada bulan February 2013. Angket tersebut diberikan kepada para sampel penelitian sebanyak 30


(27)

orang. Sebelum para sampel mengisi angket tersebut penulis memberikan penjelasan mengenai cara – cara pengisiannya.

7. Uji Coba Angket

Setelah angket disusun, maka angket tersebut perlu di uji terlebih dahulu mengenai validitasnya dan reabilitasnya yaitu melalui uji validitas. Uji validitas dilakukan pada anak yang mengikuti Sekolah Sepak Bola (SSB) Mulyasari dengan jumlah responden 20 siswa.

Tujuan diadakan uji pada angket adalah untuk mengetahui kelemahan angket yang akan disebarkan kepada responden dan untuk mengetahui sejauh mana responden mengalami kesulitan didalam menjawab pertanyaan tersebut serta mengetahui apakah angket memenuhi syarat validitas dan reabilitas. Sebagaimana yang dikemukakan Suharsimi Arikunto (2006:135) bahwa “suatu instrument yang baik harus memenuhi dua syarat penting yaitu valid dan reliable”. Adapun syarat valid dan reliable dapat dijelaskan sebagai berikut:

8. Uji Validitas alat ukur

Arikunto (2006:136) mengemukakan bahwa “Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan dan kesahihan suatu instrument”. Dari pengertian tersebut, validitas menunjukan bahwa suatu instrument dikatakan valid atau sahih akan mempunyai tingkat validitas yang tinggi atau sebaliknya, dan mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap dari variable yang diteliti.

Arikunto (2006:150) mengatakan, dikatakan valid karena validitas diperoleh dengan suatu usaha hati – hati melalui cara – cara yang benar sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki. Validitas isi suatu alat ukur ditentukan oleh sejauh mana isi alat pengukuran tersebut mewakili semua aspek yang dianggap sebuah aspek konsep.

Alat ukur atau kuesioner yang disusun sudah bisa mewakili semua aspek yang diteliti, mewakili validitas isi tinggi. Tinggi rendahnya suatu validitas instrument menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran variable yang dimaksud. Untuk mengetahui validitas angket, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment yang dikemukakan oleh Pearson:


(28)

{

̅

}

(untuk waktu) Arti dan unsur – unsur tersebut di atas adalah :

T-skor = skor standar yang dicari

X = skor yang diperoleh seseorang/preristiwa

̅ = nilai rata – rata

S = simpangan baku

9. Reabilitas alat ukur

Reabilitas adalah suatu ketetapan suatu tes apabila diteskan kepada subjek yang sama, untuk mengetahui ini pada dasarnya dilihat kesejajaran hasil Arikunto (2006:168). Suatu alat ukur dikatakan mempunyai taraf reabilitas tinggi, jika alat tersebut dikenakan pada kelompok yang sama memberikan hasil yang sama meskipun pada waktu yang berbeda. Untuk mengetahui reabilitas digunakan rumus:

{ }

(Suharsimi Arikunto,2006:165) Dimana:

R11 = reabilitas instrument

K = banyak butir pertanyaan atau pernyataan Ab 2 = jumlah varians butir

At 2 = varians total

Untuk mencari masing – masing instrument dapat ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyusun hasil uji coba angket

2. Mencari varians dari setiap butir pertanyaan

3. Mencari jumlah varians dari setiap butir pertanyaan 4. Mencari varians total

5. Memasukan dalam rumus alpha (a)


(29)

Table 3.4

Hasil Uji Validitas Butir Angket Motivasi Instrinsik

No Soal T-hitung No Soal T-hitung No Soal T-hitung

1 1.9 21 1.3 41 2

2 0 22 2.2 42 1.5

3 1.8 23 0.4 43 2.7

4 2.1 24 0.5 44 -0.4

5 1.9 25 2.4 45 3.5

6 1.8 26 1.8 46 4

7 -1.2 27 1.9 47 2.3

8 2.1 28 0 48 2.8

9 1.8 29 0.9 49 2.2

10 2.2 30 2 50 1.3

11 2 31 2.1 51 1.4

12 1.9 32 0 52 1.3

13 0.6 33 1.1 53 3.4

14 -0.8 34 2.1 54 2.4

15 0.6 35 2.4 55 1.8

16 2.8 36 2.3 56 1.8

17 1.8 37 0.7 57 2.3

18 2.7 38 2 58 1.8

19 2.5 39 2.1 59 2.1

20 2.2 40 0.8 60 0.1


(30)

Angka warna merah tidak Valid

E. Prosedur Pengolahan Data

Prosedur pengolahan dan analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini, dilakukan dengan menggunakan langkah – langkah sebagai berikut:

• Mengumpulkan data tentang motivasi instrinsik melalui pemberian angket kepada sampel.

• Menghitung skor dari setiap jawaban dari butir-butir soal, dengan menggunakan program Statistik.

• Menganalisis dan menentukan seberapa besar persentase tingkat motivasi instrinsik.

Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah menganalisis data – data tersebut agar data tersebut dapat ditarik kesimpulan. Adapun teknik perhitungan untuk masing – masing butir dalam angket menggunakan persentase.

A. Prosedur Pengolahan Data

Penulis melaksanakan pengumpulan data dan selanjutnya melakukan pengolahan data dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Menghitung Rata-rata dan Simpangan Baku

Mencari nilai rata-rata ̅ dari setiap kelompok data dengan rumus: = Arti tanda-tanda rumus di atas adalah:

̅

=

̅ = nilai rata-rata yang dicari X = skor mentah

N = jumlah sampel ∑ = jumlah dari

Mencari simpangan baku dari setiap kelompok data dengan menggunakan rumus:

S =

√∑ ̅


(31)

Arti tanda-tanda rumus di atas adalah: S = simpangan baku yang dicari

∑ = jumlah dari X = nilai data mentah

̅ = nilai rata-rata yang dicari n = jumlah sampel

2. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan mengetahui apakah data dari hasil pengukuran

normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah uji normalitas Liliefors, Nurhasan (2007:105) caranya sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2 ... , Xn jika dijadikan angka baku Z1, Z2, ... , Zn dengan menggunakan rumus:

Z =

̅

b. Untuk tiap angka baku digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang. F (Z) = P (Z ≤ Z)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,..., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1. jika proporsi dinyatakan oleh S(Z1), maka:

S(Z1)

d. Hitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga mutlak yang paling besar. Sebutlah nilai-nilai terbesar ini Lo. f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini

dengan kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors, dengan taraf nyata 0,05.

3. Menghitung Prosentase Gambaran Alternatif Jawaban

Menghitung prosentase gambaran alternatif jawaban dengan menggunakan rumus:


(32)

Keterangan:

P : Persentase

∑X1 : Jumlah skor aktual atau pengamatan ∑ Xn : Jumlah skor ideal atau pengharapan 100 % : Bilangan tetap

Setelah data didapat kemudian menafsirkan dan menyimpulkan untuk mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan, dalam hal ini memilih parameter dengan menafsirkan kriteria penilaian persentase sebagai berikut:

TABEL 3.5

Kriteria Frekuaensi Presentase

Rentang Nilai Kriteria

76 – 100 % Tinggi

56 – 75 % Sedang

40 – 55 % Rendah


(33)

1

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor motivasi instrinsik yang terbagi menjadi empat faktor antara lain : 1). Kesenangan/kegembiraan, 2). Kepuasan diri, 3). Sukarela, 4). Memiliki usaha yang lebih. Dalam hasil penelitian ini faktor atlet usia dini memasuki sekolah sepakbola hasil persentasenya sebagai berikut 1). Kesenangan/kegembiraan sebesar 24.2 %, 2). Kepuasan diri sebesar 25.9 %, 3). Sukarela 25.4 %, 4). Memiliki usaha yang lebih 26.2 %. Dilihat dari persentase faktor motivasi instrinsik atlet usia dini mengikuti sekolah sepak bola yang sedikit lebih dominan adalah memiliki usaha yang lebih dengan jumlah persentasi sebesar 26.2 %.

B. Saran

1. Untuk atlet usia dini di Sekolah Sepak Bola PS BUM yang mengikuti pelatihan agar dapat melatih, mempertahankan serta meningkatkan motivasi instrinsik bagi para atletnya supaya lebih meningkatkan kualitas kemampuan dan potensi yang dimiliki atletnya agar lebih dapat berprestasi dengan maksimal.

2. Kepada para pelatih dan pembina Sekolah Sepak Bola agar membina atlet usia dini bukan hanya dalam segi teknik, taktik dan fisik saja, namun juga bisa membina dari segi psikologisnya. Karena segi psikologis sangat mendukung prestasi atlet usia dini di masa yang akan datang dari mental dan sisi kepribadian agar atlet lebih mengutamakan jiwa sportifitasnya.

3. Untuk para penelitian yang akan datang, penulis mengharapkan agar mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan populasi dan sampel yang lebih banyak. Dan lebih umum cakupannya, serta memiliki kriteria yang lebih baik, agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik dan berguna untuk lebih mengetahui faktor motivasi instrinsik atlet usia dini memasuki sekolah sepak bola lebih mendalam lagi.


(34)

2

4. Bagi rekan – rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian tentang apek – aspek teknis, psikologis, dan sosiologis. Penulis menganjurkan untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan hal – hal lainnya yang faktor motivasi instrinsik atlet usia dini memasuki sekolah sepak bola lebih secara detail.


(35)

52

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta.

Anitah, W. (2000). Tersedia: Motivation. http://gwis.Cire>gwuedu/tip/ motivatiehtml.26 Desember 2012.

Atkinson. (2010). www.KonselingIndinesia.com 21 Desember 2012.

Bahri Djamarah, Syaiful. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Gufron & Risnawita. (2010). Teori – Teori Psikologi. Yogyakarta: Arr

Ruzz Media.

Hamzah, B. Uno. (2011). Teori Motivasi & Pengukurannya, Jakarta : Bumi Aksara.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek – Aspek Psikologis Dalam Coaching. Bandung: FPOK UPI.

Husdarta, Dkk. (2000). Hand Out Psikologi Olahraga. Bandung : FPOK UPI Ibrahim dan Komarudin. (2008). Psikologi Olahraga. Bandung : FPOK UUPI

Bandung.

Juliantine T. (2007). Teori Latihan. Bandung : FPOK UPI. Komarudin. www.KonselingIndonesia.com 26 Desember 2012. Lindgren. http: www.digilib.uns.ac.id

M. Furqon H. (2002). Pembinaan olahraga usia dini. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keolahragaan (Puslitbang-OR) Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Mc Clelland dalam Usman. www.azuar.tripod.com/motivasi.htm 26 Desember

2012.

Mc Cleland, David C. (1992). The Achieving Society. New York: The Free Press.

Nasution. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Jakarta Timur : Ghalia Indonesia.

Nita Anryani. (2011). Profil Tingkat Motivasi Mahasiswa FPOK Yang Mengikuti

UKM Bola Voli Upi Bandung, Bandung : FPOK UPI.

Nurhasanan dan Cholil. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung : FPOK UPI.

Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih Olahraga Usia Dini.


(36)

53

Sagitarius. (2010). Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Volume 2. No 2. 2010. FPOK UPI.

Satryia, Dikdik dan Iman I. (2007). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung : FPOK UPI Bandung.

Scheunemann, Timo. Dasar Sepak Bola Modern (Malang: Dioma, 2005). Sentot I.W (2010). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siti Partini Suardiman. (1995). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.

Sneyers Jozef. (1992). Sepakbola remaja. Jakarta: Rosda Jaya Putar. Sucipto. (2000). Sepakbola, Bandung : FPOK UPI.

Sudjana. (1993). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo.

Suhardiman, A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Suhardiman, A.M. (1980). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Radjawali.

Surakhmad. (2002) Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Teknik. Bandung : Tarsito.

Sugiyo. (2007). Metode Penelitian Kuantutatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabet.

Syakira. Tersedia: http://syakira-blog.blogspot.com/2009/04/motivasi- dan-faktor-faktor- yang.html

Tendry. (2011). Hubungan Antara Orang tua Dengan Motivasi Berprestasi Atlet Karate Pemula Di Kota Bandung, Bandung : FPOK UPI.

Usman, Husaini. (2010). Manajemen: teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, (2010).

Winardi J. (2007). Motivasi dan Pemotivasi Dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.


(1)

Angga Abdul Rojak, 2013

Faktor Motivasi Intristik Atlet Usia Dini Memasuki Sekolah Sepak Bola Arti tanda-tanda rumus di atas adalah:

S = simpangan baku yang dicari

∑ = jumlah dari X = nilai data mentah

̅ = nilai rata-rata yang dicari n = jumlah sampel

2. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan mengetahui apakah data dari hasil pengukuran

normal atau tidak. Uji normalitas yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah uji normalitas Liliefors, Nurhasan (2007:105) caranya sebagai berikut:

a. Pengamatan X1, X2 ... , Xn jika dijadikan angka baku Z1, Z2, ... , Zn dengan menggunakan rumus:

Z = ̅

b. Untuk tiap angka baku digunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang. F (Z) = P (Z ≤ Z)

c. Selanjutnya dihitung proporsi Z1, Z2,..., Zn yang lebih kecil atau sama dengan Z1. jika proporsi dinyatakan oleh S(Z1), maka:

S(Z1)

d. Hitung selisih F(Zi) - S(Zi) kemudian tentukan harga mutlaknya.

e. Ambil harga mutlak yang paling besar. Sebutlah nilai-nilai terbesar ini Lo. f. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, maka kita bandingkan Lo ini

dengan kritis L yang diambil dari daftar nilai kritis L untuk uji Liliefors, dengan taraf nyata 0,05.

3. Menghitung Prosentase Gambaran Alternatif Jawaban

Menghitung prosentase gambaran alternatif jawaban dengan menggunakan rumus:


(2)

Angga Abdul Rojak, 2013

P : Persentase

∑X1 : Jumlah skor aktual atau pengamatan ∑ Xn : Jumlah skor ideal atau pengharapan 100 % : Bilangan tetap

Setelah data didapat kemudian menafsirkan dan menyimpulkan untuk mempermudah dalam penafsiran dan penyimpulan, dalam hal ini memilih parameter dengan menafsirkan kriteria penilaian persentase sebagai berikut:

TABEL 3.5

Kriteria Frekuaensi Presentase

Rentang Nilai Kriteria

76 – 100 % Tinggi

56 – 75 % Sedang

40 – 55 % Rendah


(3)

1

Angga Abdul Rojak, 2013

Faktor Motivasi Intristik Atlet Usia Dini Memasuki Sekolah Sepak Bola BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor motivasi instrinsik yang terbagi menjadi empat faktor antara lain : 1). Kesenangan/kegembiraan, 2). Kepuasan diri, 3). Sukarela, 4). Memiliki usaha yang lebih. Dalam hasil penelitian ini faktor atlet usia dini memasuki sekolah sepakbola hasil persentasenya sebagai berikut 1). Kesenangan/kegembiraan sebesar 24.2 %, 2). Kepuasan diri sebesar 25.9 %, 3). Sukarela 25.4 %, 4). Memiliki usaha yang lebih 26.2 %. Dilihat dari persentase faktor motivasi instrinsik atlet usia dini mengikuti sekolah sepak bola yang sedikit lebih dominan adalah memiliki usaha yang lebih dengan jumlah persentasi sebesar 26.2 %. B. Saran

1. Untuk atlet usia dini di Sekolah Sepak Bola PS BUM yang mengikuti pelatihan agar dapat melatih, mempertahankan serta meningkatkan motivasi instrinsik bagi para atletnya supaya lebih meningkatkan kualitas kemampuan dan potensi yang dimiliki atletnya agar lebih dapat berprestasi dengan maksimal.

2. Kepada para pelatih dan pembina Sekolah Sepak Bola agar membina atlet usia dini bukan hanya dalam segi teknik, taktik dan fisik saja, namun juga bisa membina dari segi psikologisnya. Karena segi psikologis sangat mendukung prestasi atlet usia dini di masa yang akan datang dari mental dan sisi kepribadian agar atlet lebih mengutamakan jiwa sportifitasnya.

3. Untuk para penelitian yang akan datang, penulis mengharapkan agar mencoba melakukan penelitian dengan menggunakan populasi dan sampel yang lebih banyak. Dan lebih umum cakupannya, serta memiliki kriteria yang lebih baik, agar diperoleh hasil penelitian yang lebih baik dan berguna untuk lebih mengetahui faktor motivasi instrinsik atlet usia dini memasuki sekolah sepak bola lebih mendalam lagi.


(4)

Angga Abdul Rojak, 2013

4. Bagi rekan – rekan mahasiswa yang akan mengadakan penelitian tentang apek – aspek teknis, psikologis, dan sosiologis. Penulis menganjurkan untuk melakukan penelitian yang berkenaan dengan hal – hal lainnya yang faktor motivasi instrinsik atlet usia dini memasuki sekolah sepak bola lebih secara detail.


(5)

52

Angga Abdul Rojak, 2013

Faktor Motivasi Intristik Atlet Usia Dini Memasuki Sekolah Sepak Bola DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI. Jakarta : Penerbit PT Rineka Cipta.

Anitah, W. (2000). Tersedia: Motivation. http://gwis.Cire>gwuedu/tip/ motivatiehtml.26 Desember 2012.

Atkinson. (2010). www.KonselingIndinesia.com 21 Desember 2012.

Bahri Djamarah, Syaiful. (2008). Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Gufron & Risnawita. (2010). Teori – Teori Psikologi. Yogyakarta: Arr

Ruzz Media.

Hamzah, B. Uno. (2011). Teori Motivasi & Pengukurannya, Jakarta : Bumi Aksara.

Harsono. (1988). Coaching dan Aspek – Aspek Psikologis Dalam Coaching. Bandung: FPOK UPI.

Husdarta, Dkk. (2000). Hand Out Psikologi Olahraga. Bandung : FPOK UPI Ibrahim dan Komarudin. (2008). Psikologi Olahraga. Bandung : FPOK UUPI

Bandung.

Juliantine T. (2007). Teori Latihan. Bandung : FPOK UPI. Komarudin. www.KonselingIndonesia.com 26 Desember 2012. Lindgren. http: www.digilib.uns.ac.id

M. Furqon H. (2002). Pembinaan olahraga usia dini. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keolahragaan (Puslitbang-OR) Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Mc Clelland dalam Usman. www.azuar.tripod.com/motivasi.htm 26 Desember 2012.

Mc Cleland, David C. (1992). The Achieving Society. New York: The Free Press.

Nasution. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi Aksara. Nazir. (2005). Metode Penelitian. Jakarta Timur : Ghalia Indonesia.

Nita Anryani. (2011). Profil Tingkat Motivasi Mahasiswa FPOK Yang Mengikuti UKM Bola Voli Upi Bandung, Bandung : FPOK UPI.

Nurhasanan dan Cholil. (2007). Tes dan Pengukuran Keolahragaan. Bandung : FPOK UPI.

Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani, Departemen Pendidikan Nasional. (2005). Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Pelatih Olahraga Usia Dini.


(6)

Angga Abdul Rojak, 2013

Sagitarius. (2010). Pendidikan Kepelatihan Olahraga. Volume 2. No 2. 2010. FPOK UPI.

Satryia, Dikdik dan Iman I. (2007). Metodologi Kepelatihan Olahraga. Bandung : FPOK UPI Bandung.

Scheunemann, Timo. Dasar Sepak Bola Modern (Malang: Dioma, 2005). Sentot I.W (2010). Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siti Partini Suardiman. (1995). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.

Sneyers Jozef. (1992). Sepakbola remaja. Jakarta: Rosda Jaya Putar. Sucipto. (2000). Sepakbola, Bandung : FPOK UPI.

Sudjana. (1993). Metode Statistika. Bandung : Tarsito.

Sudjana dan Ibrahim. (2004). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung : Penerbit Sinar Baru Algensindo.

Suhardiman, A.M. (2011). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Suhardiman, A.M. (1980). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Radjawali.

Surakhmad. (2002) Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar dan Teknik. Bandung : Tarsito.

Sugiyo. (2007). Metode Penelitian Kuantutatif, Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabet.

Syakira. Tersedia: http://syakira-blog.blogspot.com/2009/04/motivasi- dan-faktor-faktor- yang.html

Tendry. (2011). Hubungan Antara Orang tua Dengan Motivasi Berprestasi Atlet Karate Pemula Di Kota Bandung, Bandung : FPOK UPI.

Usman, Husaini. (2010). Manajemen: teori, praktik, dan riset pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara, (2010).

Winardi J. (2007). Motivasi dan Pemotivasi Dalam Manajemen. Jakarta: Raja Grafindo Persada.