RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DITEPI JALAN UMUM
PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG
NOMOR 36 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESABUPATI PARIGI MOUTONG,
Menimbang :
Mengingat :
a. bahwa dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk yang
dibarengi pula dengan peningkatan pemilikan kendaraan, sehingga bertambah pula permintaan akan ruang jalan untuk kegiatan lalu lintas;
b. bahwa guna menunjang keselamatan, keamanan, ketertiban dan
kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan serta pelayanan parkir lainnya dapat disediakan pelayanan fasilitas parkir di tepi jalan umum;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Parkir Di Tepi Jalan Umum;
1. UndangUndang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);
2. UndangUndang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 44 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480);
3. UndangUndang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3685) sebagaimana telah diubah dengan Undangundang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
(2)
4048);
4. UndangUndang Nomor 28 Tahun 1997 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 81, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3710) sebagaimana telah diubah dengan UndangUndang Nomor 2 Tahun 2002 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168);
5. UndangUndang Nomor 10 tahun 2002 tentang Pembentukan
Kabupaten Parigi Moutong Di Propinsi Sulawesi Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4185);
6. Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan
Peraturan PerundangUndangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);
7. UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3 Tahun 2005 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4493);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab UndangUndang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 38, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang
Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3527);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993 tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor Di Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3528);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana Dan Lalu Lintas Jalan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3529);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan Dan Pengemudi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik
(3)
Indonesia Nomor 3530);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);
14. Peraturan Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 1 Tahun 2004 tentang Kewenangan Kabupaten Parigi Moutong Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 4 Seri E Nomor 3);
15. Peraturan Pemerintah Daerah Kabupaten Parigi Moutong Nomor 4 Tahun 2004 tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja DinasDinas Daerah Kabupaten Parigi Moutong (Lembaran Daerah Tahun 2004 Nomor 7 Seri D Nomor 2);
Dengan Persetujuan Bersama
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG dan
BUPATI PARIGI MOUTONG MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Parigi Moutong.
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggara
Pemerintahan Daerah.
3. Bupati adalah Bupati Parigi Moutong.
4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah.
5. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kabupaten Parigi Moutong.
6. Pejabat yang ditunjuk adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu dibidang Retribusi Daerah sesuai dengan Peraturan Perundangundangan yang berlaku.
(4)
7. Peraturan Daerah adalah Peraturan Perundangundangan yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Bupati.
8. Juru Parkir adalah orang yang bertugas mengatur parkir kendaraan dan mengeluarkan
kendaraan yang habis parkir.
9. Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada
pada kendaraan itu.
10.Kendaraan bermotor digolongkan sebagai berikut :
a. Sepeda Motor; b. Mobil Penumpang; c. Mobil Bus;
d. Kendaraan Khusus;
11.Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyakbanyaknya
8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
12.Mobil Bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat
duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
13.Kendaraan Khusus adalah kendaraan bermotor selain dari pada kendaraan bermotor untuk penumpang dan kendaraan bermotor untuk barang yang penggunaannya untuk keperluan khusus atau mengangkut barangbarang khusus.
14.Parkir adalah keadaan kendaraan yang tidak bergerak yang bersifat sementara.
15.Tempat Parkir adalah lokasi atau bangunan yang dipergunakan sebagai tempat parkir.
16.Tempat meletakan/menyimpan kendaraan bermotor adalah lokasi, bangunan yang
dipergunakan untuk menaruh kendaraan bermotor sebagai bagasi pada malam hari mulai dari pukul 24.00 sampai dengan pukul 06.00 pagi.
17.Pemilik Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan
bermotor.
18.Pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan
umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah sesuai ketentruan Peraturan Perundang undangan yang berlaku.
19.Badan adalah sekumpulan orang dan / atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan, Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik, atau Organisasi yang sejenis, Lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya.
20.Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disebut Retribusi adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa yang khusus disediakan dan / atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.
(5)
21.Jasa Umum adalah jasa yang disediakan atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
22.Wajib Retribusi adalah Orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang
undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran Retribusi termasuk pemungut atau pemotong Retribusi tertentu.
23.Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi
Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dari Pemerintah Kabupaten Parigi Moutong.
24.Surat Setoran Retribusi Daerah, yang selanjutnya disebut SSRD adalah surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi yang terutang ke Kas Daerah atau tempat pembayaran lain yang ditetapkan oleh Bupati.
25.Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya dapat disingkat SKRD adalah Surat
ketetapan yang menentukan besarnya pokok Retribusi yang terutang.
26.Surat Pendaftaran Objek Retribusi Daerah, yang selanjutnya di singkat SPdORD adalah
surat yang digunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan data objek Retribusi dan Wajib Retribusi sebagai dasar perhitungan dan pembayaran Retribusi yang terutang menurut perundangundangan Retribusi Daerah.
27.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang dapat disingkat SKRDKB adalah
surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya jumlah pokok Retribusi, jumlah kredit Retribusi, kekurangan pembayaran pokok Retribusi besarnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.
28.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya di singkat
SKRDKBT, adalah Surat ketetapan yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi yang telah ditetapkan.
29.Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang dapat disingkat SKRDLB adalah Surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar dari pada Retribusi yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
30.Surat Tagihan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat disingkat STRD, adalah surat
untuk melakukan tagihan Retribusi dan / atau sanksi administrasi berupa bunga atau Denda.
31.Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan, mengolah data
dan / atau keterangan lainnya untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban Retribusi Daerah dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundangundangan Retribusi Daerah.
32.Penyidikan Tindak Pidana di bidang Retribusi Daerah adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Kabupaten Parigi Moutong, yang selanjutnya dapat disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana dibidang Retribusi Daerah yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
(6)
BAB II
NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 2
Dengan nama Retribusi Pelayanan Parkir Di tepi Jalan Umum dipungut retribusi sebagai pembayaran atas pelayanan tempat parkir di tepi jalan umum.
Pasal 3
Obyek Retribusi adalah setiap pelayanan kepada orang pribadi atau badan yang menggunakan fasilitas parkir, tempat meletakan/menyimpan kendaraan bermotor.
Pasal 4
Subyek Retribusi adalah setiap orang pribadi atau badan yang menggunakan tempat parkir.
BAB III
GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 5
Retribusi Pelayanan Parkir digolongkan sebagai Retribusi Jasa umum
BAB IV
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA Pasal 6
Tingkat penggunaan jasa diukur berdasarkan jenis kendaran dan tingkat penggunaan tempat parkir.
BAB V
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 7
Prinsip dan sasaran dalam penetapan tarif retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum didasarkan pada tujuan untuk pengendalian dan pengaturan penggunaan jalan umum.
BAB VI
STUKTUR DAN BESARNYA TARIF Pasal 8
(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi ditetapkan sebagai berikut : a. Dipungut berlangganan :
(7)
Mobil Penumpang Umum/Pribadi sebesar Rp. 36.000/tahun/kendaraan;
Mobil Angkutan Barang sebesar Rp. 54.000/tahun/kendaraan.
b. Kendaraan bermotor tanpa menunjukan kartu bebas parkir dipungut ditempat,
untuk :
Sepeda Motor sebesar Rp. 500/sekali parkir;
Mobil Penumpang Umum/Pribadi sebesar Rp. 1.000/sekali parkir;
Mobil Angkutan Barang sebesar Rp. 1.500/sekali parkir.
(2) Pemerintah Daerah menetapkan tempat parkir dan / atau bagian tepi jalan di Wilayah Daerah.
(3) Dilarang melakukan pungutan atau dengan sebutan lain diluar yang telah ditetapkan dalam Peraturan Daerah ini.
BAB VII
WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 9
Retribusi yang terutang dipungut di Daerah Kabupaten Parigi Moutong.
BAB VIII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 10
(1)
Masa retribusi untuk pelayanan parkir adalah jangka waktu yang lamanya :a. 1 (satu) tahun untuk yang berlangganan; b. sekali parkir.
(2) Saat retribusi terutang adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan.
BAB IX
SURAT PENDAFTARAN DAN PENETAPAN RETRIBUSI Pasal 11
(1) Wajib Retribusi wajib mengisi SPdORD.
(2) SPdORD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus diisi dengan jelas, benar dan
lengkap serta ditandatangani oleh Wajib Retibusi atau kuasanya.
(3) Bentuk, isi serta tata cara pengisian dan penyampaian SPdORD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 12
(1) Berdasarkan SPdORD sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (1) ditetapkan retribusi terutang dengan menerbitkan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan.
(8)
(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan dan ditemukan data baru dan / atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRDKB dan SKRDKBT.
(3) Bentuk, isi dan tata cara penerbitan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) SKRDKB dan SKRDKBT sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB X
TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 13
(1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan
(2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang
dipersamakan, SKRDKB dan SKRDKBT.
BAB XI
SANKSI ADMINISTRASI Pasal 14
Dalam hal Wajib Retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (Dua Perseratus) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD.
BAB XII
INSTANSI PEMUNGUT Pasal 15
(1) Instansi yang melaksanakan pemungutan retribusi adalah Dinas Perhubungan.
(2) Petugas pemungut retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Pegawai Negeri Sipil Dinas Perhubungan, yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati, atas usulan Kepala Dinas Perhubungan.
BAB XIII
TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 16
(1) Retribusi yang terutang di lunasi sekaligus untuk 1 (satu) kali masa retribusi.
(2) Retribusi yang terutang di lunasi selambatlambatnya 15 (Lima belas) hari sejak Wajib Retribusi menerima SKRD atau dokumen lain yang persamakan, SKRDKB, SKRDKBT dan STRD.
(3) Tata cara, pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi akan diatur lebih dengan Peraturan Bupati.
(9)
BAB XIV
TATA CARA PENAGIHAN Pasal 17
(1) Pengeluaran Surat Teguran, Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis sebagai awal pelaksanaan penagihan retribusi dikeluarkan 7 (rujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran.
(2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah Surat Teguran, Surat Peringatan atau Surat lain yang sejenis, Wajib Retribusi harus melunasi Retribusi yang terutang.
(3) Surat Teguran / surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikeluarkan oleh Bupati atau Pejabat yang ditunjuk.
BAB XV K E B E R A T A N
Pasal 18
(1) Wajib Retribusi, wajib mengajukan keberatan hanya kepada Bupati atau Pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKB, SKRDKBT dan SKRDLB.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan disertai alasanalasan
yang jelas.
(3) Dalam hal Wajib Retribusi mengajukan keberatan atas ketetapan retribusi, Wajib Retribusi harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan retribusi tersebut.
(4) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak SKRD atau
dokumen lain yang dipersamakan, SKRDKBT dan SKRDLB diterbitkan, kecuali apabila Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya.
(5) Keberatan yang tidak memenuhi syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3)
tidak dianggap sebagai suatu keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan.
(6) Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar retribusi dan pelaksanaan penagihan retribusi.
Pasal 19
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan.
(2) Keputusan Bupati atas keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian,
menolak atau menambah besarnya retribusi yang terutang.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaskud pada ayat (1) telah lewat dan Bupati tidak
(10)
BAB XVI
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 20
(1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati.
(2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6(enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memberikan keputusan.
(3) Apabila jangka waktu sebagaimana pada ayat (2) telah dilampaui dan Bupati tidak memberikan keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1(satu) bulan.
(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang retribusi lainnya kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang retribusi tersebut.
(5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Apabila pengambilan kelebihan pembayaran retribusi dilakukan lewat jangka waktu
6(enam) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua perseratus) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi.
Pasal 21
(1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara
tertulis kepada Bupati atau Pejabat yang dirtunjuk dengan sekurangkurangnya menyebutkan :
a. Nama dan alamat Wajib Retribusi
b. Masa Retribusi
c. Besarnya kelebihan pembayaran; dan
d. Alasan yang singkat dan jelas
(2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara
langsung atau melalui pos tercatat.
(3) Bukti penerimaan oleh Pejabat Daerah atau bukti pengiriman pos tercatat
merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati.
Pasal 22
(1) Pengembalian retribusi dilakukan dengan memberikan surat perintah pembayaran retribusi.
(2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan utang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam pasal 20 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.
(11)
BAB XVII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 23
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.
(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.
(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XVIII KADALUWARSA
Pasal 25
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka
waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.
(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh,
apabila :
a. Diterbitkan surat teguran;
b. Ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.
BAB XIX PENYIDIKAN
Pasal 26
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah.
c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
(12)
d. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumendokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
e. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
f. Menyuruh berhenti, atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawah sebagaimana dimaksud pada huruf d;
g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
i. Menghentikan penyidikan;
j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan
dan penyampaian hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indoneis, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XX
KETENTUAN PIDANA Pasal 27
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan
keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi terutang.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran.
BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP Pasal 28
Hal hal sepanjang mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 29
Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal di Undangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.
Ditetapkan di Parigi Pada Tanggal
(13)
BUPATI PARIGI MOUTONG,
LONGKI DJANGGOLA
LEMBARAN DAERAH NOMOR 45 SERI E NOMOR 15
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 36 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
(14)
Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan daerah yang nyata dan dinamis, serasi dan bertanggungjawab, maka Retribusi Daerah adalah merupakan sumber pendapatan Daerah yang penting guna menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan Daerah maka telah ditetapkan Undangundang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Guna menunjang keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas angkutan jalan dapat diadakan fasilitas parkir untuk umum. Penyediaan fasilitas parkir untuk umum juga dapat berfungsi sebagai salah satu alat pengendali lalu lintas.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pada kawasan tertentu dapat disediakan fasilitas parkir untuk umum yang dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas Pasal 2
Cukup Jelas Pasal 3
Cukup Jelas Pasal 4
Cukup Jelas Pasal 5
Cukup Jelas Pasal 6
Cukup Jelas Pasal 7
Cukup Jelas Pasal 8
ayat (1) huruf a
Parkir berlangganan adalah pembayaran parkir kendaraan roda 2 (dua) dan roda 4 (empat) dipungut pertahun / kendaraan melalui Samsat atau perusahaan dan diberikan tanda bukti lunas parkir.
huruf b
Angkutan barang adalah kendaraan angkutan khusus yang diperuntukan mengangkut barang khusus dengan tidak dipungut bayaran atau disewakan, sedangkan angkutan khusus umum adalah kendaraan angkutan khusus yang dipungut bayaran atau disewakan (contoh mobil tangki).
Ayat (2)
Cukup Jelas Ayat (3)
Cukup Jelas Pasal 9
(15)
Pasal 10 Ayat (1)
Cukup Jelas Ayat (2)
Yang dimaksud dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis masuk, kupon dan kartu langganan.
Pasal 11
Cukup Jelas Pasal 12
Cukup jelas Pasal 13
Ayat (1)
Yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutran retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga, namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerrintah Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pengurusan retribusi Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama badanbadan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya.
Ayat (2)
Cukup Jelas Pasal 14
Cukup jelas Pasal 15
Cukup jelas Pasal 16
Cukup jelas Pasal 17
Cukup jelas Pasal 18
Cukup jelas Pasal 19
Cukup jelas Pasal 20
Cukup jelas Pasal 21
Cukup jelas Pasal 22
Cukup jelas Pasal 23
Cukup jelas Pasal 24
Cukup jelas Pasal 25
(16)
Cukup jelas Pasal 26
Cukup jelas Pasal 27
Cukup jelas Pasal 28
Cukup jelas Pasal 29
Cukup jelas
(1)
BAB XVII
PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 23
(1) Bupati atau Pejabat yang ditunjuk dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi.
(2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memperhatikan kemampuan Wajib Retribusi.
(3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
BAB XVIII KADALUWARSA
Pasal 25
(1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi, kadaluwarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila Wajib Retribusi melakukan tindak pidana dibidang retribusi.
(2) Kadaluwarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh, apabila :
a. Diterbitkan surat teguran;
b. Ada pengakuan utang retribusi dari Wajib Retribusi baik langsung maupun tidak langsung.
BAB XIX PENYIDIKAN
Pasal 26
(1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana dibidang retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam undangundang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
(2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a. Menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;
b. Meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang perpajakan Daerah.
c. Meminta keterangan dan barang bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
(2)
d. Melakukan penggeledahan untuk mendapatkan barang bukti pembukuan, pencatatan dan dokumendokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut;
e. Meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah;
f. Menyuruh berhenti, atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawah sebagaimana dimaksud pada huruf d;
g. Memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah; h. Memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau
saksi;
i. Menghentikan penyidikan;
j. Melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana dibidang Retribusi Daerah menurut hukum yang dapat dipertanggung jawabkan. (3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan
dan penyampaian hasil penyidikan kepada Penuntut Umum melalui Penyidik Pejabat Polisi Negara Republik Indoneis, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana.
BAB XX
KETENTUAN PIDANA Pasal 27
(1) Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan Daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah Retribusi terutang.
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran. BAB XXI
KETENTUAN PENUTUP Pasal 28
Hal hal sepanjang mengenai teknis pelaksanaan dari Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
Pasal 29 Peraturan Daerah ini berlaku sejak tanggal di Undangkan
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Parigi Moutong.
Ditetapkan di Parigi Pada Tanggal
(3)
BUPATI PARIGI MOUTONG,
LONGKI DJANGGOLA
LEMBARAN DAERAH NOMOR 45 SERI E NOMOR 15
PENJELASAN ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG NOMOR 36 TAHUN 2005
TENTANG
RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM
(4)
Dalam rangka penyelenggaraan Pemerintah Daerah dan pembangunan daerah yang nyata dan dinamis, serasi dan bertanggungjawab, maka Retribusi Daerah adalah merupakan sumber pendapatan Daerah yang penting guna menggerakkan peran serta masyarakat dalam pembiayaan penyelenggaraan Pemerintahan dan pembangunan Daerah maka telah ditetapkan Undangundang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang kemudian dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. Guna menunjang keselamatan, keamanan, ketertiban dan kelancaran lalu lintas angkutan jalan dapat diadakan fasilitas parkir untuk umum. Penyediaan fasilitas parkir untuk umum juga dapat berfungsi sebagai salah satu alat pengendali lalu lintas.Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka pada kawasan tertentu dapat disediakan fasilitas parkir untuk umum yang dapat diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup Jelas Pasal 2
Cukup Jelas Pasal 3
Cukup Jelas Pasal 4
Cukup Jelas Pasal 5
Cukup Jelas Pasal 6
Cukup Jelas Pasal 7
Cukup Jelas Pasal 8
ayat (1) huruf a
Parkir berlangganan adalah pembayaran parkir kendaraan roda 2 (dua) dan roda 4 (empat) dipungut pertahun / kendaraan melalui Samsat atau perusahaan dan diberikan tanda bukti lunas parkir.
huruf b
Angkutan barang adalah kendaraan angkutan khusus yang diperuntukan mengangkut barang khusus dengan tidak dipungut bayaran atau disewakan, sedangkan angkutan khusus umum adalah kendaraan angkutan khusus yang dipungut bayaran atau disewakan (contoh mobil tangki).
Ayat (2)
Cukup Jelas Ayat (3)
Cukup Jelas Pasal 9
(5)
Pasal 10 Ayat (1)
Cukup Jelas Ayat (2)
Yang dimaksud dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis masuk, kupon dan kartu langganan.
Pasal 11
Cukup Jelas Pasal 12
Cukup jelas Pasal 13
Ayat (1)
Yang dimaksud tidak dapat diborongkan adalah bahwa seluruh proses kegiatan pemungutran retribusi tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga, namun dalam pengertian ini bukan berarti bahwa Pemerrintah Daerah tidak boleh bekerjasama dengan pihak ketiga. Dengan sangat selektif dalam proses pengurusan retribusi Pemerintah Daerah dapat mengajak bekerjasama badanbadan tertentu yang karena profesionalismenya layak dipercaya untuk ikut melaksanakan sebagian tugas pemungutan retribusi yang tidak dapat dikerjasamakan dengan pihak ketiga adalah kegiatan penghitungan besarnya.
Ayat (2)
Cukup Jelas Pasal 14
Cukup jelas Pasal 15
Cukup jelas Pasal 16
Cukup jelas Pasal 17
Cukup jelas Pasal 18
Cukup jelas Pasal 19
Cukup jelas Pasal 20
Cukup jelas Pasal 21
Cukup jelas Pasal 22
Cukup jelas Pasal 23
Cukup jelas Pasal 24
Cukup jelas Pasal 25
(6)
Cukup jelas Pasal 26
Cukup jelas Pasal 27
Cukup jelas Pasal 28
Cukup jelas Pasal 29
Cukup jelas