PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2003
PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR
PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR
NOMOR 4 TAHUN 2003
TENTANG
PENGELOLAAN HUTAN DI PROPINSI JAWA TIMUR
DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAWA TIMUR,
Menimbang:
a.
bahwa keberadaan hut an sangat pent ing dalam kehidupan dan pelest arian lingkungan
sehingga perlu dit ingkat kan pengelolaannya dalam rangka mewuj udkan peran dan
f ungsinya secara opt imal ;
b.
bahwa sej alan dengan t uj uan sebagaimana dimaksud huruf a dan sesuai kewenangan
Propinsi dalam pengelolaan sumber daya alam sekt or kehut anan berdasarkan Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 j unct o Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000,
sert a kewenangan pengawasan hut an berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun
1999 dan Perat uran Pemerint ah Nomor 34 Tahun 2002, dipandang perlu menet apkan
Pengelolaan Hut an di Propinsi Jawa Timur dengan Perat uran Daerah Propinsi Jawa
Timur.
Mengingat :
1.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1950 t ent ang Pembent ukan Propinsi Jawa Timur
j unct o Undang-undang Nomor 18 Tahun 1950 t ent ang Mengadakan Perubahan dalam
Undang-undang Tahun 1950 Nomor 2 dari hal Pembent ukan Propinsi Jawa Timur
(Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 32) ;
2.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam Hayat i dan
Ekosist emnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3419) ;
3.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 t ent ang Penat aan Ruang (Lembaran Negara
Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501) ;
4.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara
Tahun 1997 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3843)
;
5.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3839) ;
6.
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888) ;
7.
Perat uran Pemerint ah Nomor
13 Tahun 1994 t ent ang Perburuan Sat wa Buru
(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3554) ;
8.
Perat uran Pemerint ah Nomor 18 Tahun 1994 t ent ang Pengusahaan Pariwisat a Alam di
Zona Pemanf aat an Taman Nasional, Taman Hut an Taya, Taman Wisat a (Lembaran
Negara Tahun 1994 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3550) ;
9.
Perat uran Pemerint ah Nomor 68 Tahun 1998 t ent ang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelest arian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3776) ;
10. Perat uran Pemerint ah Nomor 7 Tahun 1999 t ent ang Pengawet an Jenis Tumbuhan dan
Sat wa Liar (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3803) ;
11. Perat uran Pemerint ah Nomor 8 Tahun 1999 t ent ang Pemanf aat an Jenis Tumbuhan dan
Sat wa Liar (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3802) ;
12. Perat uran Pemerint ah Nomor 53 Tahun 1999 t ent ang Perum Perhut ani ;
13. Perat uran Pemerint ah Nomor 27 Tahun 1999 t ent ang Analisa mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) ;
14. Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ;
15. Perat uran Pemerint ah Nomor 20 Tahun 2001 t ent ang Pembinaan dan Pengawasan at as
Penyelenggaraan Pemerint ah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090) ;
16. Perat uran Pemerint ah Nomor 39 Tahun 2001 t ent ang Penyelenggaraan Dekonsent rasi
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4045) ;
17. Perat uran Pemerint ah Nomor 34 Tahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan Kawasan Hut an
(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4207) ;
18. Keput usan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 t ent ang Pengelolaan Kawasan Lindung ;
19. Keput usan
Presiden
Nomor
74
Tahun
2001
t ent ang
Tat a
Cara
Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerint ah Daerah ;
20. Perat uran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 11 Tahun 1991 t ent ang
Penet apan Kawasan Lindung di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur ;
21. Perat uran Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 33 Tahun 2000 t ent ang Dinas Kehut anan
Propinsi Jawa Timur ;
22. Perat uran Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2001 t ent ang Rencana
St rat ej ik Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2001 - 2005 ;
23. Perat uran Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2002 t ent ang Pengelolaan
Taman Hut an Raya R. Soeryo.
Dengan perset uj uan,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR
MEMUTUSKAN :
Menet apkan: PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DI
PROPINSI JAWA TIMUR.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
Pemerint ah Propinsi, adalah Pemerint ah Propinsi JawaTimur ;
2.
Gubernur, adalah Gubernur Jawa Timur ;
3.
Dinas, adalah Dinas Kehut anan Propinsi Jawa Timur ;
4.
Kepala Dinas, adalah Kepala Dinas Propinsi Jawa Timur ;
5.
Ment eri, adalah Ment eri yang membidangi Kehut anan ;
6.
Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanj ut nya disebut UPTD, adalah Unit Pelaksana
Teknis pada Dinas Kehut anan Propinsi Jawa Timur yang melaksanakan t ugas t eknis
operasional t ert ent u dilapangan ;
7.
Polisi Kehut anan, adalah Pej abat Kehut anan t ert ent u yang sesuai dengan sif at
pekerj aannya diberi wewenang unt uk menj amin t erselenggaranya perlindungan hut an
;
8.
Kehut anan, adalah sist em pengurusan yang bersangkut paut dengan hut an, kawasan
hut an dan hasil hut an yang diselenggarakan secara t erpadu ;
9.
Hut an, adalah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayat i yang didominasi oleh pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya,
yang sat u dengan lainnya t idak dapat dipisahkan ;
10. Kawasan Hut an, adalah wilayah t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan oleh
Pemerint ah unt uk dipert ahankan keberadaannya sebagai hut an t et ap ;
11. Kawasan Lindung, adalah kawasan yang dit et apkan dengan f ungsi ut ama melindungi
kelest arian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumber daya
buat an ;
12. Kawasan Hut an Pelest arian Alam, adalah hut an dengan ciri khas t ert ent u yang
mempunyai f ungsi pokok perlindungan sist em penyangga kehidupan, pengawet an
keanekaragaman j enis t umbuhan dan sat wa, sert a pemanf aat an secara lest ari sumber
daya alam hayat i dan ekosist emnya yang meliput i Taman Nasional, Tahura dan Taman
Wisat a Alam ;
13. Hut an Produksi, adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok memproduksi
hasil hut an ;
14. Hut an Lindung, adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok sebagai
perlindungan sist em penyangga kehidupan unt uk mengat ur t at a air, mencegah banj ir,
mengendalikan erosi, mencegah int rusi air laut dan memelihara kesuburan t anah ;
15. Hut an Konservasi, adalah kawasan hut an dengan ciri khas t ert ent u, yang mempunyai
f ungsi pokok pengawet an keanekaragaman t umbuhan dan sat wa sert a ekosist emnya
yang meliput i Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelest arian Alam dan Taman Buru ;
16. Hasil Hut an, adalah benda-benda hayat i, non hayat i dan t urunannya, sert a j asa yang
berasal dari hut an ;
17. Lingkungan Hidup, adalah kesat uan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makluk hidup, t ermasuk manusia dan perilakunya, yang memepengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesej aht eraan manusia sert a makluk hidup lainnya ;
18. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), adalah kaj ian mengenai dampak
besar dan dampak pent ing suat u usaha dan at au kegiat an yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keput usan t ent ang
penyelenggaraan usaha dan at au kegiat an ;
19. Daerah Aliran Sungai yang selanj ut nya disebut DAS, adalah suat u daerah t ert ent u yang
bent uk dan sif at al amnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesat uan dengan
sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah t ersebut dalam f ungsinya unt uk
menampung air yang berasal dari curah huj an dan sumber air lainnya dan kemudian
mengalirkannya melalui sungai ut amanya ( single out l et ) ;
20. Pengelolaan DAS, adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan t imbal balik
ant ara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala akt ivit asnya,
dengan t uj uan membina kelest arian dan keserasian ekosist em sert a meningkat kan
kemanf aat an sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanj ut an ;
21. Tumbuhan, adalah semua j enis sumber daya alam nabat i, baik yang hidup di darat
maupun di air ;
22. Sat wa, adalah semua j enis sumber daya alam hewani yang hidup di darat , dan at au di
air, dan at au di udara ;
23. Ekosist em adalah t at anan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesat uan ut uh,
meyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membent uk keseimbangan, st abilit as, dan
produkt ivit as lingkungan hidup ;
24. Lahan Krit is, adalah lahan yang keadaan f isiknya sedemikian rupa sehingga lahan
t ersebut t idak berf ungsi secara baik sesuai dengan perunt ukannya sebagai media
produksi maupun sebagai media t at a air (mengalami degradasi f isik dan kimia) ;
25. Rehabilit asi Lahan, adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan
meningkat kan kondisi lahan yang rusak agar dapat berf ungsi secara opt imal baik
sebagai unsur produksi, media pengat ur t at a air, maupun sebagai unsur perlindungan
alam dan lingkungannya ;
26. Rehabilit asi Hut an, adalah upaya pemuli han dan pengembalian f ungsi sumberdaya
hut an agar mampu berperan sebagai sist em penyangga kehidupan ;
27. Reboisasi, adalah kegiat an rehabilit asi lahan dengan penanaman pohon-pohonan di
dalam kawasan hut an negara ;
28. Penghij auan, adalah kegiat an rehabilit asi lahan dengan penanaman pohon-pohonan di
t anah milik at au luar kawasan hut an negara ;
29. Masyarakat Desa Hut an, adalah masyarakat yang ada di sekit ar kawasan hut an yang
penghidupannya banyak t ergant ung kepada pemanf aat an hasil hut an dan kegiat an
kehut anan ;
30. Pemanf aat an Hut an, adalah kegiat an berupa pemanf aat an kawasan hut an,
pemanf aat an j asa lingkungan, pemanf aat an hasil hut an kayu, pemanf aat an hasil
hut an bukan kayu, pemungut an hasil hut an kayu dan pemungut an hasil hut an bukan
kayu, secara opt imal, berkeadilan unt uk kesej aht eraan masyarakat dengan t et ap
menj aga kelest ariannya.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1)
Pengelolaan hut an dimaksudkan sebagai upaya unt uk memperoleh manf aat yang sebesarbesarnya sert a serba guna dan lest ari unt uk kemakmuran rakyat ;
(2)
Tuj uan pengelolaan hut an agar kegiat an pengelolaan hut an yang meliput i perencanaan
hut an, pemanf aat an hut an, penggunaan kawasan hut an, pemanf aat an t umbuhan dan
sat wa liar, rehabilit asi dan reklamasi sert a perlindungan dan pengamanan hut an dapat
diselenggarakan dengan baik dan t erint egrasi.
BAB III
PERENCANAAN HUTAN
Bagian Pert ama
Invent arisasi
Pasal 3
(1)
Invent arisasi Hut an dilaksanakan unt uk menget ahui dan memperoleh dat a dan inf ormasi
t ent ang sumber daya pot ensi kekayaan alam hut an, sosial ekonomi sert a lingkungannya
secara lengkap pada j angka wakt u t ert ent u ;
(2)
(3)
Invent arisasi hut an t erdiri dari :
a.
invent arisasi hut an t ingkat wilayah ;
b.
invent arisasi hut an t ingkat daerah alioran sungai ; dan
c.
invent arisasi hut an t ingkat unit pengelolaan.
Invent arisasi hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan survey
mengenai :
a.
st at us dan keadaan f isik hut an ;
b.
f lora, f auna dan ekosist emnya ;
c.
sumber daya manusia ; dan
d.
kondisi sosial ekonomi masyarakat didalam dan sekit ar hut an.
Bagian Kedua
Pengukuhan Kawasan Hut an
Pasal 4
Pengukuhan Kawasan Hut an meliput i kegiat an :
a.
penunj ukkan kawasan hut an ;
b.
penat aan bat as kawasan hut an ;
c.
pemet aan kawasan hut an ;
d.
penet apan kawasan hut an.
Pasal 5
Penunj ukkan Kawasan Hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, dilaksanakan
berdasarkan invent arisasi hut an dengan memperhat ikan Rencana Tat a Ruang Wilayah
Daerah dan dit et apkan dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 6
(1)
Penat aan bat as kawasan hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dilakukan
berdasarkan penunj ukkan kawasan hut an ;
(2)
Unt uk melaksanakan penat aan bat as kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dibent uk Panit ia Tat a Bat as dengan Keput usan Gubernur ;
(3)
(4)
Penat aan bat as kawasan hut an t erdiri dari :
a.
Pet a t rayek penat aan bat as kawasan hut an;
b.
Pet a pemancangan bat as sement ara kawasan hut an;
c.
Pet a bat as kawasan hut an def init if ;
Hasil pelaksanaan penat aan bat as kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dit uangkan dalam Pet a Tat a Bat as Kawasan Hut an dan Berit a Acara Tat a Bat as ;
(5)
Pembuat an pet a t at a bat as kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan oleh Dinas.
Pasal 7
(1)
Pet a dan Berit a Acara Tat a Bat as Kawasan Hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (3) diusulkan oleh Gubernur kepada Ment eri unt uk dit et apkan sebagai Kawasan
Hut an ;
(2)
Hasil penet apan kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan unt uk
diket ahui oleh masyarakat .
Pasal 8
Tat a cara pengukuhan kawasan hut an diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
Bagian Ket iga
Penat agunaan Kawasan Hut an
Pasal 9
(1)
Penat agunaan kawasan hut an yang meliput i pemanf aat an hut an dan penggunaan kawasan
hut an sert a perubahan f ungsi dan st at us hut an, berdasarkan hasil penet apan kawasan
hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ;
(2)
Pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),
dimanf aat kan unt uk
kepent ingan pembangunan hut an ;
(3)
Penggunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat digunakan unt uk
kepent ingan pembangunan di luar kegiat an kehut anan t anpa mengubah st at us dan
f ungsinya ;
(4)
Perubahan f ungsi kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yait u perubahan
dari f ungsi produksi menj adi f ungsi lindung dan at au konservasi ;
(5)
St at us hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) t erdiri dari hut an negara dan hut an
hak ;
(6)
Tat a cara penat agunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit et apkan
dengan Keput usan Gubernur set elah memperhat ikan pert imbangan t eknis Bupat i /
Walikot a set empat .
Pasal 10
(1)
Penat agunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diusulkan oleh
Gubernur kepada Ment eri unt uk mendapat kan penet apan ;
(2)
Hasil penet apan penat agunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diumumkan unt uk diket ahui oleh masyarakat .
Pasal 11
(1)
Perubahan f ungsi dan st at us kawasan hut an at as hasil penat agunaan kawasan hut an
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, diusul kan oleh Gubernur kepada Ment eri sesuai
rekomendasi dari Tim Terpadu Daerah ;
(2)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai Tim Terpadu Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dit et apkan dengan Keput usan Gubernur.
Bagian Keempat
Pembent ukan Wilayah Pengelolaan Hut an
Pasal 12
(1)
Wilayah pengelolaan hut an dibent uk unt uk menj amin t erwuj udnya kelest arian manf aat
ekonomi, ekologi, dan sosial secara serasi ;
(2)
Pembent ukan wilayah pengelolaan hut an t ingkat Unit Pengelolaan dilaksanakan dengan
mempert imbangkan karakt erist ik lahan, t ipe hut an, f ungsi hut an, kondisi Daerah Aliran
Sungai, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan masyarakat hukum adat dan bat as
administ rasi pemerint ahan.
Pasal 13
(1)
Unit pengelolaan hut an merupakan kesat uan pengelolaan hut an yang didasarkan pada
f ungsi hut an dan Daerah Aliran Sungai ;
(2)
Pedoman Pembent ukan Kesat uan Pengelolaan Hut an sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), akan dit et apkan oleh Gubernur.
Pasal 14
Pembent ukan wilayah pengelolaan hut an perlu dit et apkan dengan memperhat ikan kecukupan
luas kawasan hut an dan penut upan hut an unt uk set i ap Daerah Aliran Sungai, guna opt imalisasi
manf aat lingkungan, manf aat sosial, dan manf aat ekonomi masyarakat set empat .
Bagian Kelima
Penyusunan Rencana Kehut anan
Pasal 15
(1)
Rencana Kehut anan disusun berdasarkan hasil invent arisasi hut an, pengukuhan kawasan
hut an, penat agunaan kawasan hut an, pembent ukan wilayah pengelolaan hut an ;
(2)
Rencana
kehut anan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
disusun
dengan
mempert imbangkan penilaian t erhadap sumber daya yang dilakukan secara periodik ;
(3)
Rencana kehut anan meliput i rencana kehut anan j angka panj ang, j angka menengah, dan
j angka pendek / operasional unt uk seluruh f ungsi hut an ;
(4)
Tat a cara Penyusunan Rencana Kehut anan, dit et apkan dengan Keput usan Gubernur.
BAB IV
PEMANFAATAN HUTAN
Bagian Pert ama
Jenis Usaha Pemanf aat an
Pasal 16
(1)
Pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, unt uk memperoleh manf aat
yang opt imal bagi kesej aht eraan masyarakat secara berkeadilan dengan t et ap menj aga
kelest ariannya ;
(2)
Pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pemanf aat an
kawasan hut an, pemanf aat an j asa lingkungan, pemanf aat an hasil hut an kayu,
pemanf aat an hasil hut an bukan kayu, pemungut an hasil hut an kayu dan pemungut an
hasil hut an bukan kayu yang sesuai dengan f ungsi kawasan hut an;
(3)
Pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan pada semua
kawasan hut an kecuali pada hut an cagar alam, zona int i dan zona rimba pada t aman
Nasional, blok perlindungan dan blok koleksi t anaman pada t aman hut an raya.
Pasal 17
(1)
Pemanf aat an kawasan hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dapat dilakukan pada
hut an lindung dan hut an produksi ;
(2)
Jenis usaha dalam rangka pemanf aat an kawasan hut an adalah :
a.
budidaya j amur;
b.
budidaya t anaman obat (herba);
c.
budidaya t anaman hias;
d.
budidaya t anaman pangan;
e.
budidaya perlebahan;
f.
budidaya persut eraan alam;
g.
budidaya hij auan pakan t ernak;
h.
budidaya payau;
i.
budidaya penangkaran sat wa dan t umbuhan;
j.
budidaya rot an;
k.
budidaya lainnya yang t idak merusak ekosist em sumber daya alam hut an.
Pasal 18
(1)
Pemanf aat an j asa lingkungan dapat dilakukan pada hut an lindung dan hut an produksi ;
(2)
Jenis usaha dalam rangka pemanf aat an j asa lingkungan adalah :
a.
usaha pemanf aat an air ;
b.
usaha wisat a alam/ rekreasi ;
c.
usaha olahraga t ant angan ;
d.
perdagangan karbon ;
e.
usaha penyelamat an hut an dan lingkungan.
Pasal 19
(1)
Pemanf aat an hasil hut an kayu dan pemanf aat an hasil hut an bukan kayu sebagaimana
dimaksud dalam
(2)
Pasal 16 ayat (2) dapat dilakukan pada hut an produksi ;
Jenis usaha dalam rangka pemanf aat an hasil hut an kayu meliput i kegiat an penanaman,
pemeliharaan, pemanenan, pengolahan dan pemasaran hasil hut an ;
(3)
Jenis usaha dalam rangka pemanf aat an hasil hut an bukan kayu, adalah :
a.
pemanf aat an rot an, sagu, nipah, bambu meliput i kegiat an penebangan, permudaan,
pemeliharaan, pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil ;
b.
pemanf aat an get ah, kulit kayu, daun, buah at au bij i meliput i kegiat an pemanenan,
pemelihat aan pengolahan dan pemasaran hasil ;
(4)
Kegiat an pemanf aat an hasil hut an sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) waj ib
melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a.
mengikut i at uran t eknis yang berlaku;
b.
set iap produksi yang dihasilkan waj ib dilaporkan kepada Gubernur melalui Dinas;
c.
set iap yang diproduksi dan at au yang akan diangkut waj ib dilakukan pemeriksaan
berupa pengukuran dan at au penguj ian hasil hut an oleh pet ugas yang berwenang;
d.
t erhadap set iap hasil hut an yang diangkut , dimiliki, dan at au dikuasai waj ib disert ai
dengan bukt i legalit as hasil hut an berupa Surat Ket erangan Sahnya Hasil Hut an
(SKSHH) at au Surat Angkut an Tumbuhan dan Sat wa (SATS);
e.
khusus bagi Pengusaha Indust ri Pengolahan Hasil Hut an waj ib mendaf t arkan dan
melaporkan
kepada
Gubernur
melalui
Dinas
mengenai
keberadaannya
sert a
penerimaan hasil hut an sebagai bahan baku, hasil produksi, dan pemasaran sert a hasil
hut an yang dit erima berasal dari sumber-sumber yang sah.
(5)
Tat a cara pemanf aat an hasil hut an dit et apkan dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 20
(1)
Pemungut an hasil hut an kayu sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (2) dapat
dilakukan pada kawasan hut an produksi alam yang berupa pengambilan hasil hut an kayu
unt uk memenuhi kebut uhan individu dan at au f asilit as umum penduduk sekit ar hut an ;
(2)
Pemungut an hasil hut an bukan kayu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (2)
dapat dilakukan pada kawasan hut an produksi dan kawasan lindung ;
(3)
Jenis usaha dalam rangka pemungut an hasil hut an bukan kayu adalah :
a.
mengambil madu ;
b.
mengambil rot an ;
c.
mengambil buah dan aneka hasil hut an lain ;
d.
perburuan sat wa liar yang t idak dilindungi dan dilaksanakan secara t radisional.
Pasal 21
Pemanf aat an hut an khusus unt uk kawasan konservasi selain yang dit et apkan dalam Pasal 16,
18, dan 19, dapat dimanf aat kan at au dilakukan pula kegiat an sebagai berikut :
a.
pada kawasan Suaka Alam dan Pelest arian Alam, pengelolaannya diarahkan unt uk
t erwuj udnya kelest arian sumberdaya alam hayat i sert a keseimbangan ekosist emnya
sehingga lebih dapat mendukung upaya peningkat an kesej aht eraan masyarakat dan
mut u lingkungan hidup ;
b.
pada kawasan Suaka Alam dan Pelest arian Alam, pengelolaannya disesuaikan dengan
f ungsi kawasan :
1.
sebagai wilayah perlindungan sist em penyangga kehidupan ;
2.
sebagai kawasan pengawet an keanekaragaman j enis t umbuhan dan at au
sat wa besert a ekosist emnya ;
3.
unt uk pemanf aat an secara lest ari sumberdaya alam hayat i dan ekosist emnya.
c.
pada kawasan Suaka Alam dan Pelest arian Alam dapat dimanf aat kan unt uk keperluan
:
d.
1.
penelit ian dan pengembangan;
2.
ilmu penget ahuan;
3.
pendidikan, pelat ihan, penerangan, penyuluhan;
4.
kegiat an penunj ang budidaya dan budaya.
pada kawasan Pelest arian Alam dapat pula dilakukan kegiat an Wisat a Alam/ Rekreasi.
Bagian Kedua
Pe r i j i n an
Pasal
(1)
22
Dalam rangka Pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 harus memiliki
ij in usaha yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas at as nama Gubernur ;
(2)
Set iap pemegang ij in usaha pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkewaj iban membuat Rencana Karya dan menj aga, memelihara, sert a melest arikan
t empat usahanya ;
(3)
Rencana Karya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disahkan oleh Dinas at as nama
Gubernur ;
(4)
Dalam pelaksanaan kegiat annya set iap pemegang ij in usaha waj ib mengikut sert akan
masyarakat disekit ar hut an.
Pasal
(1)
23
Ij in usaha pemanf aat an kawasan hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1)
diberikan apabila t elah memenuhi aspek kelest arian hut an dan kesej aht eraan
masyarakat ;
(2)
(3)
Ij in usaha pemanf aat an kawasan hut an dapat diberikan kepada :
a.
Perorangan ;
b.
Koperasi ;
Ij in usaha pemanf aat an j asa lingkungan dapat diberikan kepada :
a.
Perorangan ;
b.
Koperasi ;
c.
Badan Usaha Milik Swast a Indonesia ;
d.
Badan Usaha Milik Negara ;
e.
(4)
(5)
Badan Usaha Milik Daerah ;
Ij in usaha pemanf aat an hasil hut an kayu dan non kayu dapat diberikan kepada :
a.
Perorangan ;
b.
Koperasi ;
c.
Badan Usaha Milik Swast a Indonesia ;
d.
Badan Usaha Milik Negara ;
e.
Badan Usaha Milik Daerah ;
Ij in pemungut an hasil hut an non kayu pada hut an lindung diberikan kepada :
a.
Perorangan ;
b.
Koperasi.
Pasal
24
Tat a cara pemanf aat an hasil hut an dit et apkan dengan Keput usan Gubernur.
Bagian Ket iga
Indust ri Primer Hasil Hut an
Pasal
(1)
(2)
25
Indust ri primer hasil hut an t erdiri dari :
a.
Indust ri primer hasil hut an kayu ;
b.
Indust ri primer hasil hut an bukan kayu ;
Sumber bahan baku indust ri primer hasil hut an dapat berasal dari hut an alam, hut an
t anaman, hut an hak, dan hasil dari perkebunan berupa kayu ;
(3)
Set iap pendirian at au perluasan indust ri primer hasil hut an kayu waj ib memiliki ij in
usaha indust ri at au ij in perbuat an indust ri primer hasil hut an kayu ;
(4)
Evaluasi t erhadap indust ri primer hasil hut an kayu dilakukan paling kurang 3 (t iga) t ahun
sekali.
Pasal 26
(1)
Terhadap permohonan ij in indust ri primer hasil hut an kayu at au ij in perluasan indust ri
primer hasil hut an kayu sebagaimana dimaksud Pasal 25 ayat (3) harus dilengkapi dengan
j aminan pasokan bahan baku kayu yang berkelanj ut an ;
(2)
Ij in usaha indust ri penggergaj ian kayu dengan kapasit as produksi sampai dengan 6000
(enam ribu) met er kubik dan t anda daf t ar indust ri primer hasil hut an bukan kayu skala
kecil, skala menengah dan skala besar diberikan oleh Gubernur dengan memperhat ikan
saran at au pert imbangan t eknis dari inst ansi yang bert anggung j awab di bidang
kehut anan Kabupat en/ Kot a dan perset uj uan Ment eri ;
(3)
Ij in usaha indust ri primer hasil hut an kayu dan ij in perluasannya yang mengolah langsung
kayu bulat dan at au bahan baku serpih menj adi serpih kayu (chip wood), veneer dan
kayu lapis (plywood), laminat ing veneer lumber dengan kapasit as produksi sampai
dengan 6000 (enam ribu) met er kubik per t ahun, diberikan oleh Gubernur dengan
memperhat ikan saran at au pert imbangan t eknis inst ansi yang bert anggung j awab di
bidang kehut anan Kabupat en/ Kot a, dan perset uj uan Ment eri ;
(4)
Ij in usaha indust ri sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) dengan kapasit as produksi
lebih dari 6000 (enam ribu) met er kubik per t ahun, Gubernur memberikan pert imbangan
kepada Ment eri.
Pasal
27
Ket ent uan lebih lanj ut ij in indust ri primer hasil hut an dit et apkan dengan Keput usan
Gubernur.
BAB V
PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN
Pasal 28
Penggunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, unt uk kepent ingan
pembangunan di luar kehut anan hanya dapat di lakukan di dalam kawasan hut an produksi dan
kawasan hut an lindung.
Pasal
29
Penggunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 dapat dilakukan t anpa
mengubah f ungsi pokok kawasan hut an.
Pasal
(1)
30
Dalam rangka menunj ang kegiat an di bidang pendidikan, pelat ihan dan penelit ian, yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan dan lembaga penelit ian pemerint ah maupun swast a
melalui penerapan ilmu penget ahuan dan t eknologi pengelolaan hut an secara lest ari,
dapat dit et apkan kawasan hut an unt uk pendidikan, pelat ihan, dan penelit ian ;
(2)
Tuj uan dit et apkan
kawasan hut an unt uk
pendidikan,
pelat ihan
dan
penelit ian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a.
meningkat kan daya guna dan hasil guna pendidikan, pelat ihan dan penelit ian secara
opt imal ;
b.
mengembangkan program dan sarana pendidikan, pelat ihan dan penelit ian unt uk
menghasilkan sumber daya manusia yang prof esional ;
c.
menyediakan pusat inf ormasi dan memacu perkembangan inovasi ilmu penget ahuan
dan t eknologi ;
d.
(3)
mendorong percepat an pengembangan wilayah ;
Penet apan kawasan hut an unt uk pendidikan, pelat ihan dan penelit ian sebagaimana
dimaksud ayat (1), dapat diberikan at as :
a.
kawasan hut an lindung ;
b.
zona pemanf aat an Taman Nasional, blok Pemanf aat an Taman Hut an Raya, dan zona
Pemanf aat an Taman Wisat a Alam ;
(4)
Tat a cara penet apan dan pel aksanaan kawasan hut an unt uk pendidikan, pelat ihan dan
penelit ian diat ur lebih lanj ut oleh Gubernur.
B A B VI
PEMANFAATAN TUMBUHAN DAN SATWA LIAR
Pasal
(1)
31
Pemanf aat an j enis t umbuhan dan sat wa liar bert uj uan agar j enis t umbuhan dan sat wa
liar dapat didayagunakan secara lest ari unt uk sebesar-besarnya kesej aht eraan rakyat ;
(2)
Pemanf aat an
j enis t umbuhan
dan
sat wa
liar
dilakukan
dengan
mengendalikan
pendayagunaan j enis t umbuhan dan sat wa liar at au bagian-bagiannya dengan t et ap
menj aga keanekaragaman j enis dan keseimbangan ekosist emnya ;
(3) Pemanf aat an j enis t umbuhan dan sat wa liar dilakukan dalam bent uk :
(4)
a.
pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan ;
b.
penangkaran ;
c.
perburuan ;
d.
perdagangan ;
e.
peragaan ;
f.
pert ukaran ;
g.
budidaya t anaman ;
h.
pemeliharaan unt uk kesenangan ;
Pengangkut an t umbuhan dan sat wa liar dalam rangka pemanf aat an diwaj ibkan memiliki
Surat Angkut an Tumbuhan dan Sat wa Liar (SATS) ;
(5)
Tat a cara pemanf aat an t umbuhan dan sat wa liar sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
B A B VII
REHABILITASI DAN REKLAMASI
Pasal
32
Rehabilit asi hut an dan lahan dilakukan di dalam dan diluar kawasan hut an dengan maksud
unt uk memulihkan, mempert ahankan, dan meningkat kan f ungsi hut an dan lahan sehingga
daya dukung, produkt ivit as, dan perannya dalam mendukung sist em penyangga kehidupan
t et ap t erj aga.
Pasal
(1)
33
Rehabilit asi hut an dan lahan diselenggarakan melalui
kegiat an :
a.
reboisasi;
b.
penghij auan;
c.
penanaman dan pemeliharaan, pengayaan t anaman; at au
d.
penerapan t eknik rehabilit asi lahan dan konservasi t anah secara veget at if dan sipil
t eknis, pada lahan krit is dan t idak produkt if ;
(2)
Kegiat an rehabilit asi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di semua hut an dan
kawasan hut an, kecuali pada suaka al am dan zona int i Taman Nasional ;
(3)
Penyelenggaraan rehabilit asi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh
Pemerint ah Propinsi melalui pendekat an part isipat if dalam rangka mengembangkan
pot ensi dan memberdayakan masyarakat ;
(4)
Ket ent uan lebih lanj ut penyelenggaraan rehabilit asi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal
(1)
34
Reklamasi hut an meliput i usaha memperbaiki at au memulihkan kembali lahan dan
veget asi
hut an yang rusak agar
dapat
berf ungsi
secara opt imal
sesuai
dengan
perunt ukkannya ;
(2)
Kegiat an reklamasi meliput i invent arisasi lokasi, penet apan lokasi, perencanaan dan
pelaksanaan reklamasi ;
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut reklamasi hut an diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal
(1)
35
Penggunaan kawasan hut an yang mengakibat kan kerusakan hut an, waj ib dilakukan
reklamasi dan at au rehabilit asi sesuai dengan pola yang dit et apkan Pemerint ah Propinsi
sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku ;
(2)
Reklamasi pada kawasan hut an bekas areal pert ambangan waj ib dilaksanakan oleh
pemegang ij in pert ambangan sesuai dengan t ahapan kegiat an pert ambangan ;
(3)
Pihak-pihak yang menggunakan kawasan hut an unt uk kepent ingan di luar kegiat an
kehut anan yang mengakibat kan perubahan permukaan dan penut upan t anah, waj ib
membayar dana j aminan reklamasi dan rehabilit asi ;
(4)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai penggunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), (2) dan (3) diat ur dengan Keput usan Gubernur
B A B VIII
PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN
Bagian Kesat u
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengamanan Hut an
Pasal
(1)
36
Penyelenggaraan perlindungan dan pengamanan hut an merupakan usaha unt uk :
a.
mencegah dan menanggulangi kerusakan hut an, kawasan hut an dan hasil hut an yang
disebabkan oleh perbuat an manusia, t ernak, kebakaran, bencana alam, hama sert a
penyakit ;
b.
mempert ahankan dan menj aga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan at as
hut an, kawasan hut an, hasil hut an, invest asi sert a perangkat yang berhubungan
dengan pengelolaan hut an ;
(2)
Perlindungan dan pengamanan hut an merupakan sist em yang meliput i :
a.
pengembangan sist em pengamanan hut an secara t erpadu dengan memberdayakan
peran sert a masyarakat , kelembagaan, sarana dan prasarana, dan program penunj ang
lainnya ;
b.
peningkat an peran sert a masyarakat dalam kegiat an Perlindungan Hut an ;
c.
pengembangan t eknologi t erapan dan f isik lingkungan unt uk penanggulangan hama
dan penyakit .
(3) Pedoman penyelenggaraan perlindungan dan pengamanan hut an sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
Pasal
(1)
37
Perlindungan dan pengamanan hut an dit uj ukan t erhadap hut an negara dan hut an hak,
sert a dilakukan t erhadap :
(2)
a.
keberadaan kawasan hut an ;
b.
pot ensi dan f ungsi hut an ;
c.
hasil hut an ;
d.
lahan hut an ;
Upaya perlindungan dan pengamanan hut an dilakukan oleh :
a.
Pej abat inst ansi kehut anan pusat dan daerah ;
b.
Polisi Kehut anan ;
c.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil ;
d.
Masyarakat .
Bagian Kedua
Perlindungan Hut an
Pasal
(1)
38
Dalam rangka mencegah dan menanggulangi gangguan bencana alam t erhadap hut an
dilaksanakan kegiat an :
(2)
a.
pemant auan biof isik lingkungan yang berpot ensi menimbulkan bencana alam ;
b.
pembuat an bangunan yang bersif at sipil t eknis ;
c.
pembinaan kesadaran dan penyuluhan kepada masyarakat ;
d.
penj agaan kelest arian nilai, dan f ungsi hut an sert a lingkungannya ;
e.
penj agaan mut u, nilai, dan kegunaan hut an ;
Dalam rangka mencegah gangguan hama dan penyakit pada hut an dilakukan kegiat an
sebagai berikut :
a.
penyelenggaran penelit ian ;
b.
penyelenggaraan karant ina t umbuhan dan sat wa ;
c.
pemeliharaan t erhadap pohon dan t egakan hut an sert a t empat t umbuhnya ;
d.
pengendalian hama dan penyakit .
Bagian Ket iga
Perlindungan Lahan Hut an
Pasal
(1)
39
Dalam rangka mencegah dan membat asi kerusakan lahan hut an dalam kawasan hut an,
set iap pemanf aat an kawasan hut an t idak dibenarkan menggunakan alat -alat yang t idak
sesuai kondisi lahan dan lapangan at au melakukan kegiat an lain yang dapat menimbulkan
kerusakan lahan dan t egakan ;
(2)
Set iap pemanf aat an kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1), j enis peralat an
dan met oda penggunaannya disesuaikan dengan kondisi lahan dan lapangan.
Bagian Keempat
Perlindungan Sumber Air
Pasal
40
(1)
Sumber air didalam kawasan hut an negara, hut an hak dan hut an lainnya harus
dipert ahankan ;
(2)
Dalam radius dan j arak t ert ent u dari mat a air, t epi j urang, danau, waduk, sungai, anak
sungai dan pant ai yang t erlet ak didalam kawasan hut an t idak dibenarkan dilakukan
penebangan pohon.
Bagian Kelima
Pengamanan Hut an
Pasal
(1)
41
Dalam rangka mencegah dan menanggulangi gangguan manusia t erhadap hut an dilakukan
kegiat an sebagai berikut :
(2)
(3)
a.
perencanaan pengamanan hut an ;
b.
penyusunan organisasi pengamanan hut an ;
c.
penyediaan sarana dan prasarana ;
d.
pengamanan secara prevent if dan at au represif ;
e.
sosialisasi perat uran perundang-undangan di bidang kehut anan ;
f.
meningkat an kesej aht eraan masyarakat sekit ar kawasan hut an ;
g.
melakukan pengawasan dan pengendalian ;
Dalam rangka mencegah dan menanggulangi gangguan t ernak t erhadap hut an dilakukan :
a.
penunj ukan lokasi penggembalaan ;
b.
pencarian lokasi penggembalaan t ernak yang lebih mengunt ungkan masyarakat ;
c.
pencarian alt ernat if mat a pencaharian masyarakat ;
Dalam rangka mencegah dan menanggulangi t erj adinya kebakaran hut an dilakukan
dengan perencanaan, penet apan organisasi, pencegahan dan penanggulangan kebakaran
hut an, pengawasan dan pengendalian.
Bagian Keenam
Pengamanan Hasil Hut an
Pasal
(1)
42
Pengamanan hasil hut an dimaksudkan unt uk mencegah pemanf aat an, pemungut an dan
pengangkut an hasil hut an yang t idak sah ;
(2)
Set iap hasil hut an yang diangkut , dikuasai dan at au dimiliki oleh perorangan, badan
hukum at au badan usaha lainnya t ermasuk koperasi, waj ib dilengkapi bersama-sama
dengan surat ket erangan sahnya hasil hut an.
Pasal
43
Dalam rangka melindungi j enis-j enis t umbuhan dan sat wa liar baik yang dilindungi maupun
yang t idak dilindungi oleh undang-undang unt uk penelit ian, penangkaran, perburuan,
perdagangan, peragaan, pert ukaran, budi daya, dan pemeliharaan, pemanf aat annya harus
memiliki ij in dan disert ai dokumen sesuai dengan perat auran perundang-undangan yang
berlaku.
Bagian Ket uj uh
Polisi Kehut anan
Pasal
(1)
44
Dinas bert anggung j awab at as perlindungan dan pengamanan kawasan hut an lint as
Kabupat en/ Kot a ;
(2)
Pej abat Pegawai Negeri Sipil t ert ent u di lingkungan Dinas diberikan wewenang kepolisian
khusus ;
(3)
Pej abat
yang
diberi
wewenang
kepol isian
khusus, sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), berwenang unt uk :
a.
melakukan kegiat an dan t indakan dibidang kehut anan yang bersif at prevent if dan
represif ;
b.
mengadakan pat roli di dalam kawasan hut an at au wilayah hukumnya;
c.
memeriksa surat -surat at au dokumen yang berkait an dengan pengangkut an hasil
hut an di dalam kawasan hut an at au wilayah hukumnya;
d.
menerima laporan t ent ang t elah t erj adinya t indak pidana yang menyangkut hut an dan
kehut anan;
e.
mencari ket erangan dan barang bukt i t erj adinya t indak pidana yang menyangkut
hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an ;
f.
dalam hal t ert angkap t angan, berwenang menangkap dan menahan t ersangka besert a
barang bukt i dan dal am wakt u yang secepat nya menyerahkan kepada Penyidik
Pegawai Negeri Sipil unt uk dit indak lanj ut i sesuai dengan perat uran perundangundangan yang berlaku ;
g.
membuat dan menandat angani laporan t ent ang t erj adinya t indak pidana yang
menyangkut hut an, kawasan hut an dan hasil hut an.
Pasal
(1)
45
Polisi Kehut anan t erdiri dari pej abat st rukt ural dan f ungsional kehut anan yang diberi
wewenang kepolisian khusus kehut anan sesuai dengan ket ent uan yang berlaku ;
(2)
Dalam rangka mencapai hasil opt imal dari pelaksanaan t ugas polisi kehut anan,
diperlukan pengorganisasian dan peralat an polisi kehut anan yang memadai.
Bagian Kedelapan
Penyuluhan Kehut anan
Pasal
(1)
46
Penyuluhan kehut anan bert uj uan unt uk meningkat kan penget ahuan dan ket erampilan
sert a mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung
pembangunan kehut anan at as dasar iman dan t aqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sert a
sadar akan pent ingnya sumber daya hut an bagi kehidupan manusia ;
(2)
Penyuluh kehut anan adalah Pegawai Negeri Sipil yang dit unj uk berdasarkan ket ent uan
yang
berlaku,
berwenang
sebagai
pej abat
f ungsional
dengan
t ugas melakukan
penyuluhan kepada masyarakat baik di dalam maupun di luar kawasan hut an ;
(3)
Pemerint ah
Propinsi
mendorong
dan
mencipt akan
kondisi
yang
mendukung
t erselenggaranya kegiat an penyuluhan kehut anan dengan sarana dan prasarana yang
memadai ;
(4)
Penyelenggaraan penyuluhan kehut anan dilaksanakan melalui penerapan met oda dan
mat eri yang sesuai dengan daerah set empat sert a didukung oleh sarana dan prasarana
yang memadai dan dilakukan oleh Pemerint ah Propinsi, dunia usaha dan masyarakat ;
(5)
Pedoman penyelenggaraan penyuluhan kehut anan diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan
Gubernur.
Bagian Kesembilan
Larangan
Pasal
47
Set iap orang dilarang :
a.
merusak, memindahkan dan menghilangkan t anda bat as sert a merusak sarana dan
prasarana perlindungan hut an lainnya ;
b.
mengerj akan dan at au menggunakan dan at au menduduki kawasan hut an secara t idak
sah ;
c.
merambah kawasan hut an ;
d.
melakukan penebangan pohon dalam kawasan hut an dengan radius at au j arak sampai
dengan :
500 (lima rat us) met er dari t epi waduk at au danau ;
200 (dua rat us) met er dari t epi mat a ai r dan kiri kanan sungai di daerah rawa
;
100 (serat us) met er dari kiri kanan t epi anak sungai ;
50 (lima puluh) met er dari kiri kanan t epi anak sungai ;
2 (dua) kali kedalaman j urang dari t epi j urang ;
130 (serat us t iga puluh) kali selisih pasang t ert inggi dan pasang t erendah dari
t epi pant ai.
e.
membakar hut an ;
f.
menebang pohon at au memanen at au memungut hasil hut an di dalam hut an t anpa
memiliki hak at au izin dari pej abat yang berwenang ;
g.
menerima, membeli at au menj ual, menerima t ukar, menerima t it ipan, menyimpan,
at au memiliki hasil hut an yang diket ahui at au pat ut diduga berasal dari kawasan
hut an yang diambil at au dipungut secara t idak sah ;
h.
melakukan kegiat an penyelidikan umum at au eksplorasi at au eksploit asi bahan
t ambang di dalam kawasan hut an t anpa izin Ment eri ;
i.
mengangkut , menguasai, at au memiliki hasil hut an yang t idak dilengkapi bersamasama dengan surat ket erangan sahnya hasil hut an ;
j.
menggembalakan t ernak di dalam kawasan hut an yang t idak dit unj uk secara khusus
unt uk maksud t ersebut oleh pej abat yang berwenang ;
k.
membawa alat -alat berat dan at au alat -alat lainnya yang lazim at au pat ut diduga
akan digunakan unt uk mengangkut hasil hut an di dalam kawasan hut an, t anpa izin
pej abat yang berwenang ;
l.
membawa alat -alat
yang lazim digunakan unt uk menebang,
memot ong,
at au
membelah pohon di dalam kawasan hut an t anpa izin pej abat yang berwenang ;
m. membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan sert a
membahayakan keberadaan at au kelangsungan f ungsi hut an ke dalam kawasan hut an ;
n.
menangkap, mengambil dan mengangkut t umbuh-t umbuhan dan sat wa liar yang t idak
dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hut an t anpa izin pej abat yang
berwenang.
B A B IX
ANALISA MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)
Pasal
(1)
48
Set iap rencana usaha dan/ at au kegiat an pembangunan yang menggunakan kawasan hut an
maupun pengguna hasil hut an oleh pemrakarsa yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan pent ing t erhadap lingkungan hidup diwaj ibkan melakukan pengelolaan
lingkungan sesuai dengan ket ent uan yang berlaku melalui penyusunan dokumen AMDAL
yang t erdiri at as Kerangka Acuan (KA), Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL), Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemant auan Lingkungan (RPL) ;
(2)
Bagi pemrakarsa yang t idak menimbulkan dampak pent ing diwaj ibkan menyusun Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemant auan Lingkungan (UPL) sebelum
kegiat an pembangunan dilakukan.
Pasal
(1)
49
Bagi kegiat an pembangunan kehut anan di dalam kawasan hut an penilaian AMDAL, UKL
dan UPL diaj ukan kepada Dinas ;
(2)
Bagi kegiat an non kehut anan di dal am kawasan hut an penilaian AMDAL, UKL, dan UPL
diaj ukan dinas kepada inst ansi t erkait .
Pasal
(1)
50
Penilaian dokumen AMDAL, UKL, dan UPL bagi kegiat an pemrakarsa pembangunan
kehut anan di dalam kawasan hut an dilakukan oleh inst ansi yang berwenang ;
(2)
Penilaian dokumen AMDAL, UKL, dan UPL bagi pemrakarsa kegiat an bukan kehut anan
pengguna kawasan hut an dan pengguna hasil hut an dilakukan oleh inst ansi t erkait dengan
memperhat ikan pert imbangan Dinas ;
(3)
Pemant auan RKL, RPL, UKL, dan UPL kegiat an penggunaan kawasan hut an dan hasil
hut an dilakukan oleh Dinas baik di kawasan hut an maupun di luar kawasan hut an ;
(4)
Pengawasan dan pengendalian bagi kegi at an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1) dilakukan oleh Dinas ;
(5) Pengawasan dan pengendalian bagi kegiat an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(2) dilakukan oleh Inst ansi t erkait dengan memperhat ikan rekomendasi dari Dinas ;
(6)
Pengawasan dan Pengendalian bagi kegi at an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(3) dilakukan oleh Inst ansi t erkait dengan pert imbangan dari Dinas.
BAB X
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal
51
(1)
Pemerint ah Propinsi dapat dibant u oleh f orum pemerhat i kehut anan daerah ;
(2)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai peran sert a masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) diat ur dengan Keput usan Gubernur.
B A B XI
SISTEM INFORMASI KEHUTANAN
Pasal
52
Pemerint ah Propinsi menyelenggarakan kegiat an pengelolaan sist em inf ormasi kehut anan
daerah yang meliput i perencanaan, pemanf aat an, perlindungan, dan kebij akan pengelolaan
sumber daya hut an secara t erbuka kepada masyarakat .
Pasal
53
Pelaksanaan pengelolaan sist em sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, dilakukan oleh Dinas.
Pasal
54
Badan Hukum, Badan Usaha, Badan Sosial, perorangan dan organisasi yang melaksanakan
kegiat an pengelolaan sumber daya hut an waj ib menyampaikan laporan kepada Gubernur
melalui Dinas.
B A B XII
PENGAWASAN
Pasal
(1)
55
Pengawasan pelaksanaan Perat uran Daerah Ini dilakukan oleh Dinas bersama-sama
dengan Polisi Pamong Praj a sert a Dinas/ Badan/ Lembaga t erkait l ainnya ;
(2)
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput i pengawasan prevent if dan
pengawasan represif .
Pasal
56
Pengawasan prevent if sebagaimana dimaksud Pasal 55 ayat (2), dilakukan ant ara lain,
meliput i :
a.
Pembinaan kesadaran hukum aparat ur dan masyarakat ;
b.
Peningkat an prof esionalisme aparat ur pelaksana ;
c.
Peningkat an peran dan f ungsi pelaporan.
Pasal
57
Pengawasan represif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) meliput i :
a.
Tindakan
penert iban
t erhadap
perbuat an-perbuat an
warga
masyarakat
yang
melanggar ket ent uan dalam Perat uran Daerah dan perat uran pelaksanaannya ;
b.
Penyerahan penanganan pelanggaran Perat uran Daerah kepada Lembaga Peradilan ;
c.
Pengenaan sanksi administ rat if dan hukuman disiplin kepada para pegawai yang
melanggar Perat uran Daerah.
Pasal
58
Masyarakat dapat melakukan pengawasan t erhadap pelaksanaan Perat uran Daerah ini, secara
perorangan, kelompok maupun organisasi sesuai perat uran perundang-undangan yang berlaku.
B A B XIII
TATA HUBUNGAN KERJA
Pasal
59
Pemerint ah Propinsi dalam melaksanakan upaya pengelolaan hut an melakukan koordinasi,
int egrasi dan sinkronisasi dalam program dan pelaksanaan sebagai sat u kesat uan.
Pasal
60
Pemerint ah Propinsi dalam menyelenggarakan pengelolaan hut an memperhat ikan kepada
pedoman dan pet unj uk pelaksanaan yang dit et apkan oleh Pemerint ah.
B A B XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal
(1)
61
Barang siapa melanggar ket ent uan Pasal 47 diancam pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan at au denda paling banyak Rp. 5. 000. 000, - (lima j ut a rupiah) ;
(2)
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran ;
(3)
Selain pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dikenakan ancaman pidana
sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku ;
(4)
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah kej ahat an.
B A B XV
PENYIDIKAN
Pasal
(1)
62
Selain pej abat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pej abat Pegawai Negeri
Sipil t ert ent u yang lingkup t ugas dan t anggung j awabnya meliput i pengurusan hut an,
diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kit ab UndangUndang Hukum Acara Pidana ;
(2)
Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
berwenang unt uk :
a.
melakukan pemeriksaan at as kebenaran laporan at au ket erangan yang berkenaan
dengan t indak pidana yang menyangkut hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an ;
b.
melakukan pemeriksaan t erhadap orang yang diduga melakukan t indak pidana yang
menyangkut hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an ;
c.
memeriksa t anda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan hut an at au wilayah
hukumnya ;
d.
melakukan
penggeledahan
dan
penyit aan
barang
bukt i
t indak
pidana
yang
menyangkut hut an, kawasan hut an , dan hasil hut an sesuai dengan ket ent uan
perundangan yang berlaku ;
e.
memint a ket erangan dan barang bukt i dari orang at au badan hukum sehubungan
dengan t indak pidana yang menyangkut hut an, kawasan hut an dan hasil hut an ;
f.
menangkap dan menahan dalam koordinasi dan pengawasan penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia sesuai Kit ab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ;
g.
membuat dan menandat angani berit a acara ;
h.
menghent ikan penyidikan apabila t idak t erdapat cukup bukt i t ent ang adanya t indak
pidana yang menyangkut hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an.
(3)
Pej abat
Penyidik
Pegawai
Negeri
Sipil
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
memberit ahukan dimulainya penyidikan dan menyerahkan hasil penyidikan kepada
penunt ut umum sesuai Kit ab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
B A B XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal
63
Dengan berlakunya Perat uran Daerah ini, maka Perat uran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Timur Nomor 5 Tahun 1992 t ent ang Perlindungan Hut an di Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Timur, dinyat akan t idak berlaku.
Pasal
Hal-hal
yang belum cukup diat ur
64
dalam Perat uran Daerah ini sepanj ang mengenai
pelaksanaannya, akan diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 65
Perat uran Daerah ini berlaku pada t anggal diundangkan. Agar set iap orang menget ahuinya,
memerint ahkan oengundangan Perat uran Daerah ini dengan penempat annya dalam lembaran
Daerah Propinsi Jawa Timur.
Dit et apkan
:
Surabaya
pada t anggal : 13 Okt ober 2003
GUBERNUR JAWA TIMUR,
t t d.
IMAM UTOMO. S
Diundangkan di Surabaya
Pada t anggal 13 Okt ober 2003
SEKRETARIS DAERAH
PROPINSI JAWA TIMUR
TTD
H. SOEKARWO, SH, M. Hum
LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2003 NOMOR 1 TAHUN 2003 SERI E.
Sesuai dengan aslinya
A. n. SEKRETARIS DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR
Kepala Biro Hukum ,
t t d.
INDRA WIRAGUNA, SH.
Pembina Tingkat I
Nip. 510 090 148
PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR
NOMOR 4 TAHUN 2003
TENTANG
PENGELOLAAN HUTAN DI PROPINSI JAWA TIMUR
DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR JAWA TIMUR,
Menimbang:
a.
bahwa keberadaan hut an sangat pent ing dalam kehidupan dan pelest arian lingkungan
sehingga perlu dit ingkat kan pengelolaannya dalam rangka mewuj udkan peran dan
f ungsinya secara opt imal ;
b.
bahwa sej alan dengan t uj uan sebagaimana dimaksud huruf a dan sesuai kewenangan
Propinsi dalam pengelolaan sumber daya alam sekt or kehut anan berdasarkan Undangundang Nomor 22 Tahun 1999 j unct o Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000,
sert a kewenangan pengawasan hut an berdasarkan Undang-undang Nomor 41 Tahun
1999 dan Perat uran Pemerint ah Nomor 34 Tahun 2002, dipandang perlu menet apkan
Pengelolaan Hut an di Propinsi Jawa Timur dengan Perat uran Daerah Propinsi Jawa
Timur.
Mengingat :
1.
Undang-undang Nomor 2 Tahun 1950 t ent ang Pembent ukan Propinsi Jawa Timur
j unct o Undang-undang Nomor 18 Tahun 1950 t ent ang Mengadakan Perubahan dalam
Undang-undang Tahun 1950 Nomor 2 dari hal Pembent ukan Propinsi Jawa Timur
(Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 32) ;
2.
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam Hayat i dan
Ekosist emnya (Lembaran Negara Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3419) ;
3.
Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 t ent ang Penat aan Ruang (Lembaran Negara
Tahun 1992 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3501) ;
4.
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 t ent ang Pengelolaan Lingkungan Hidup
(Lembaran Negara
Tahun 1997 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3843)
;
5.
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3839) ;
6.
Undang-undang Nomor 41 Tahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888) ;
7.
Perat uran Pemerint ah Nomor
13 Tahun 1994 t ent ang Perburuan Sat wa Buru
(Lembaran Negara Tahun 1994 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3554) ;
8.
Perat uran Pemerint ah Nomor 18 Tahun 1994 t ent ang Pengusahaan Pariwisat a Alam di
Zona Pemanf aat an Taman Nasional, Taman Hut an Taya, Taman Wisat a (Lembaran
Negara Tahun 1994 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3550) ;
9.
Perat uran Pemerint ah Nomor 68 Tahun 1998 t ent ang Kawasan Suaka Alam dan
Kawasan Pelest arian Alam (Lembaran Negara Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3776) ;
10. Perat uran Pemerint ah Nomor 7 Tahun 1999 t ent ang Pengawet an Jenis Tumbuhan dan
Sat wa Liar (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 14, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3803) ;
11. Perat uran Pemerint ah Nomor 8 Tahun 1999 t ent ang Pemanf aat an Jenis Tumbuhan dan
Sat wa Liar (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3802) ;
12. Perat uran Pemerint ah Nomor 53 Tahun 1999 t ent ang Perum Perhut ani ;
13. Perat uran Pemerint ah Nomor 27 Tahun 1999 t ent ang Analisa mengenai Dampak
Lingkungan (AMDAL) ;
14. Perat uran Pemerint ah Nomor 25 Tahun 2000 t ent ang Kewenangan Pemerint ah dan
Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Ot onom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor
54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ;
15. Perat uran Pemerint ah Nomor 20 Tahun 2001 t ent ang Pembinaan dan Pengawasan at as
Penyelenggaraan Pemerint ah Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 41,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090) ;
16. Perat uran Pemerint ah Nomor 39 Tahun 2001 t ent ang Penyelenggaraan Dekonsent rasi
(Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4045) ;
17. Perat uran Pemerint ah Nomor 34 Tahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan Kawasan Hut an
(Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4207) ;
18. Keput usan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 t ent ang Pengelolaan Kawasan Lindung ;
19. Keput usan
Presiden
Nomor
74
Tahun
2001
t ent ang
Tat a
Cara
Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerint ah Daerah ;
20. Perat uran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Nomor 11 Tahun 1991 t ent ang
Penet apan Kawasan Lindung di Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur ;
21. Perat uran Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 33 Tahun 2000 t ent ang Dinas Kehut anan
Propinsi Jawa Timur ;
22. Perat uran Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2001 t ent ang Rencana
St rat ej ik Daerah Propinsi Jawa Timur Tahun 2001 - 2005 ;
23. Perat uran Daerah Propinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2002 t ent ang Pengelolaan
Taman Hut an Raya R. Soeryo.
Dengan perset uj uan,
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR
MEMUTUSKAN :
Menet apkan: PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENGELOLAAN HUTAN DI
PROPINSI JAWA TIMUR.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Perat uran Daerah ini yang dimaksud dengan :
1.
Pemerint ah Propinsi, adalah Pemerint ah Propinsi JawaTimur ;
2.
Gubernur, adalah Gubernur Jawa Timur ;
3.
Dinas, adalah Dinas Kehut anan Propinsi Jawa Timur ;
4.
Kepala Dinas, adalah Kepala Dinas Propinsi Jawa Timur ;
5.
Ment eri, adalah Ment eri yang membidangi Kehut anan ;
6.
Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanj ut nya disebut UPTD, adalah Unit Pelaksana
Teknis pada Dinas Kehut anan Propinsi Jawa Timur yang melaksanakan t ugas t eknis
operasional t ert ent u dilapangan ;
7.
Polisi Kehut anan, adalah Pej abat Kehut anan t ert ent u yang sesuai dengan sif at
pekerj aannya diberi wewenang unt uk menj amin t erselenggaranya perlindungan hut an
;
8.
Kehut anan, adalah sist em pengurusan yang bersangkut paut dengan hut an, kawasan
hut an dan hasil hut an yang diselenggarakan secara t erpadu ;
9.
Hut an, adalah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayat i yang didominasi oleh pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya,
yang sat u dengan lainnya t idak dapat dipisahkan ;
10. Kawasan Hut an, adalah wilayah t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan oleh
Pemerint ah unt uk dipert ahankan keberadaannya sebagai hut an t et ap ;
11. Kawasan Lindung, adalah kawasan yang dit et apkan dengan f ungsi ut ama melindungi
kelest arian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumber daya
buat an ;
12. Kawasan Hut an Pelest arian Alam, adalah hut an dengan ciri khas t ert ent u yang
mempunyai f ungsi pokok perlindungan sist em penyangga kehidupan, pengawet an
keanekaragaman j enis t umbuhan dan sat wa, sert a pemanf aat an secara lest ari sumber
daya alam hayat i dan ekosist emnya yang meliput i Taman Nasional, Tahura dan Taman
Wisat a Alam ;
13. Hut an Produksi, adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok memproduksi
hasil hut an ;
14. Hut an Lindung, adalah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok sebagai
perlindungan sist em penyangga kehidupan unt uk mengat ur t at a air, mencegah banj ir,
mengendalikan erosi, mencegah int rusi air laut dan memelihara kesuburan t anah ;
15. Hut an Konservasi, adalah kawasan hut an dengan ciri khas t ert ent u, yang mempunyai
f ungsi pokok pengawet an keanekaragaman t umbuhan dan sat wa sert a ekosist emnya
yang meliput i Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelest arian Alam dan Taman Buru ;
16. Hasil Hut an, adalah benda-benda hayat i, non hayat i dan t urunannya, sert a j asa yang
berasal dari hut an ;
17. Lingkungan Hidup, adalah kesat uan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan
makluk hidup, t ermasuk manusia dan perilakunya, yang memepengaruhi kelangsungan
perikehidupan dan kesej aht eraan manusia sert a makluk hidup lainnya ;
18. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL), adalah kaj ian mengenai dampak
besar dan dampak pent ing suat u usaha dan at au kegiat an yang direncanakan pada
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keput usan t ent ang
penyelenggaraan usaha dan at au kegiat an ;
19. Daerah Aliran Sungai yang selanj ut nya disebut DAS, adalah suat u daerah t ert ent u yang
bent uk dan sif at al amnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesat uan dengan
sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah t ersebut dalam f ungsinya unt uk
menampung air yang berasal dari curah huj an dan sumber air lainnya dan kemudian
mengalirkannya melalui sungai ut amanya ( single out l et ) ;
20. Pengelolaan DAS, adalah upaya manusia dalam mengendalikan hubungan t imbal balik
ant ara sumber daya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala akt ivit asnya,
dengan t uj uan membina kelest arian dan keserasian ekosist em sert a meningkat kan
kemanf aat an sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanj ut an ;
21. Tumbuhan, adalah semua j enis sumber daya alam nabat i, baik yang hidup di darat
maupun di air ;
22. Sat wa, adalah semua j enis sumber daya alam hewani yang hidup di darat , dan at au di
air, dan at au di udara ;
23. Ekosist em adalah t at anan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesat uan ut uh,
meyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membent uk keseimbangan, st abilit as, dan
produkt ivit as lingkungan hidup ;
24. Lahan Krit is, adalah lahan yang keadaan f isiknya sedemikian rupa sehingga lahan
t ersebut t idak berf ungsi secara baik sesuai dengan perunt ukannya sebagai media
produksi maupun sebagai media t at a air (mengalami degradasi f isik dan kimia) ;
25. Rehabilit asi Lahan, adalah usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan
meningkat kan kondisi lahan yang rusak agar dapat berf ungsi secara opt imal baik
sebagai unsur produksi, media pengat ur t at a air, maupun sebagai unsur perlindungan
alam dan lingkungannya ;
26. Rehabilit asi Hut an, adalah upaya pemuli han dan pengembalian f ungsi sumberdaya
hut an agar mampu berperan sebagai sist em penyangga kehidupan ;
27. Reboisasi, adalah kegiat an rehabilit asi lahan dengan penanaman pohon-pohonan di
dalam kawasan hut an negara ;
28. Penghij auan, adalah kegiat an rehabilit asi lahan dengan penanaman pohon-pohonan di
t anah milik at au luar kawasan hut an negara ;
29. Masyarakat Desa Hut an, adalah masyarakat yang ada di sekit ar kawasan hut an yang
penghidupannya banyak t ergant ung kepada pemanf aat an hasil hut an dan kegiat an
kehut anan ;
30. Pemanf aat an Hut an, adalah kegiat an berupa pemanf aat an kawasan hut an,
pemanf aat an j asa lingkungan, pemanf aat an hasil hut an kayu, pemanf aat an hasil
hut an bukan kayu, pemungut an hasil hut an kayu dan pemungut an hasil hut an bukan
kayu, secara opt imal, berkeadilan unt uk kesej aht eraan masyarakat dengan t et ap
menj aga kelest ariannya.
BAB II
MAKSUD DAN TUJUAN
Pasal 2
(1)
Pengelolaan hut an dimaksudkan sebagai upaya unt uk memperoleh manf aat yang sebesarbesarnya sert a serba guna dan lest ari unt uk kemakmuran rakyat ;
(2)
Tuj uan pengelolaan hut an agar kegiat an pengelolaan hut an yang meliput i perencanaan
hut an, pemanf aat an hut an, penggunaan kawasan hut an, pemanf aat an t umbuhan dan
sat wa liar, rehabilit asi dan reklamasi sert a perlindungan dan pengamanan hut an dapat
diselenggarakan dengan baik dan t erint egrasi.
BAB III
PERENCANAAN HUTAN
Bagian Pert ama
Invent arisasi
Pasal 3
(1)
Invent arisasi Hut an dilaksanakan unt uk menget ahui dan memperoleh dat a dan inf ormasi
t ent ang sumber daya pot ensi kekayaan alam hut an, sosial ekonomi sert a lingkungannya
secara lengkap pada j angka wakt u t ert ent u ;
(2)
(3)
Invent arisasi hut an t erdiri dari :
a.
invent arisasi hut an t ingkat wilayah ;
b.
invent arisasi hut an t ingkat daerah alioran sungai ; dan
c.
invent arisasi hut an t ingkat unit pengelolaan.
Invent arisasi hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan survey
mengenai :
a.
st at us dan keadaan f isik hut an ;
b.
f lora, f auna dan ekosist emnya ;
c.
sumber daya manusia ; dan
d.
kondisi sosial ekonomi masyarakat didalam dan sekit ar hut an.
Bagian Kedua
Pengukuhan Kawasan Hut an
Pasal 4
Pengukuhan Kawasan Hut an meliput i kegiat an :
a.
penunj ukkan kawasan hut an ;
b.
penat aan bat as kawasan hut an ;
c.
pemet aan kawasan hut an ;
d.
penet apan kawasan hut an.
Pasal 5
Penunj ukkan Kawasan Hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, dilaksanakan
berdasarkan invent arisasi hut an dengan memperhat ikan Rencana Tat a Ruang Wilayah
Daerah dan dit et apkan dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 6
(1)
Penat aan bat as kawasan hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dilakukan
berdasarkan penunj ukkan kawasan hut an ;
(2)
Unt uk melaksanakan penat aan bat as kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dibent uk Panit ia Tat a Bat as dengan Keput usan Gubernur ;
(3)
(4)
Penat aan bat as kawasan hut an t erdiri dari :
a.
Pet a t rayek penat aan bat as kawasan hut an;
b.
Pet a pemancangan bat as sement ara kawasan hut an;
c.
Pet a bat as kawasan hut an def init if ;
Hasil pelaksanaan penat aan bat as kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dit uangkan dalam Pet a Tat a Bat as Kawasan Hut an dan Berit a Acara Tat a Bat as ;
(5)
Pembuat an pet a t at a bat as kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan oleh Dinas.
Pasal 7
(1)
Pet a dan Berit a Acara Tat a Bat as Kawasan Hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (3) diusulkan oleh Gubernur kepada Ment eri unt uk dit et apkan sebagai Kawasan
Hut an ;
(2)
Hasil penet apan kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan unt uk
diket ahui oleh masyarakat .
Pasal 8
Tat a cara pengukuhan kawasan hut an diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
Bagian Ket iga
Penat agunaan Kawasan Hut an
Pasal 9
(1)
Penat agunaan kawasan hut an yang meliput i pemanf aat an hut an dan penggunaan kawasan
hut an sert a perubahan f ungsi dan st at us hut an, berdasarkan hasil penet apan kawasan
hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ;
(2)
Pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada ayat
(1),
dimanf aat kan unt uk
kepent ingan pembangunan hut an ;
(3)
Penggunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat digunakan unt uk
kepent ingan pembangunan di luar kegiat an kehut anan t anpa mengubah st at us dan
f ungsinya ;
(4)
Perubahan f ungsi kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yait u perubahan
dari f ungsi produksi menj adi f ungsi lindung dan at au konservasi ;
(5)
St at us hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) t erdiri dari hut an negara dan hut an
hak ;
(6)
Tat a cara penat agunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dit et apkan
dengan Keput usan Gubernur set elah memperhat ikan pert imbangan t eknis Bupat i /
Walikot a set empat .
Pasal 10
(1)
Penat agunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diusulkan oleh
Gubernur kepada Ment eri unt uk mendapat kan penet apan ;
(2)
Hasil penet apan penat agunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diumumkan unt uk diket ahui oleh masyarakat .
Pasal 11
(1)
Perubahan f ungsi dan st at us kawasan hut an at as hasil penat agunaan kawasan hut an
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, diusul kan oleh Gubernur kepada Ment eri sesuai
rekomendasi dari Tim Terpadu Daerah ;
(2)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai Tim Terpadu Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dit et apkan dengan Keput usan Gubernur.
Bagian Keempat
Pembent ukan Wilayah Pengelolaan Hut an
Pasal 12
(1)
Wilayah pengelolaan hut an dibent uk unt uk menj amin t erwuj udnya kelest arian manf aat
ekonomi, ekologi, dan sosial secara serasi ;
(2)
Pembent ukan wilayah pengelolaan hut an t ingkat Unit Pengelolaan dilaksanakan dengan
mempert imbangkan karakt erist ik lahan, t ipe hut an, f ungsi hut an, kondisi Daerah Aliran
Sungai, sosial budaya, ekonomi, kelembagaan masyarakat hukum adat dan bat as
administ rasi pemerint ahan.
Pasal 13
(1)
Unit pengelolaan hut an merupakan kesat uan pengelolaan hut an yang didasarkan pada
f ungsi hut an dan Daerah Aliran Sungai ;
(2)
Pedoman Pembent ukan Kesat uan Pengelolaan Hut an sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), akan dit et apkan oleh Gubernur.
Pasal 14
Pembent ukan wilayah pengelolaan hut an perlu dit et apkan dengan memperhat ikan kecukupan
luas kawasan hut an dan penut upan hut an unt uk set i ap Daerah Aliran Sungai, guna opt imalisasi
manf aat lingkungan, manf aat sosial, dan manf aat ekonomi masyarakat set empat .
Bagian Kelima
Penyusunan Rencana Kehut anan
Pasal 15
(1)
Rencana Kehut anan disusun berdasarkan hasil invent arisasi hut an, pengukuhan kawasan
hut an, penat agunaan kawasan hut an, pembent ukan wilayah pengelolaan hut an ;
(2)
Rencana
kehut anan
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
disusun
dengan
mempert imbangkan penilaian t erhadap sumber daya yang dilakukan secara periodik ;
(3)
Rencana kehut anan meliput i rencana kehut anan j angka panj ang, j angka menengah, dan
j angka pendek / operasional unt uk seluruh f ungsi hut an ;
(4)
Tat a cara Penyusunan Rencana Kehut anan, dit et apkan dengan Keput usan Gubernur.
BAB IV
PEMANFAATAN HUTAN
Bagian Pert ama
Jenis Usaha Pemanf aat an
Pasal 16
(1)
Pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, unt uk memperoleh manf aat
yang opt imal bagi kesej aht eraan masyarakat secara berkeadilan dengan t et ap menj aga
kelest ariannya ;
(2)
Pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa pemanf aat an
kawasan hut an, pemanf aat an j asa lingkungan, pemanf aat an hasil hut an kayu,
pemanf aat an hasil hut an bukan kayu, pemungut an hasil hut an kayu dan pemungut an
hasil hut an bukan kayu yang sesuai dengan f ungsi kawasan hut an;
(3)
Pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan pada semua
kawasan hut an kecuali pada hut an cagar alam, zona int i dan zona rimba pada t aman
Nasional, blok perlindungan dan blok koleksi t anaman pada t aman hut an raya.
Pasal 17
(1)
Pemanf aat an kawasan hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 dapat dilakukan pada
hut an lindung dan hut an produksi ;
(2)
Jenis usaha dalam rangka pemanf aat an kawasan hut an adalah :
a.
budidaya j amur;
b.
budidaya t anaman obat (herba);
c.
budidaya t anaman hias;
d.
budidaya t anaman pangan;
e.
budidaya perlebahan;
f.
budidaya persut eraan alam;
g.
budidaya hij auan pakan t ernak;
h.
budidaya payau;
i.
budidaya penangkaran sat wa dan t umbuhan;
j.
budidaya rot an;
k.
budidaya lainnya yang t idak merusak ekosist em sumber daya alam hut an.
Pasal 18
(1)
Pemanf aat an j asa lingkungan dapat dilakukan pada hut an lindung dan hut an produksi ;
(2)
Jenis usaha dalam rangka pemanf aat an j asa lingkungan adalah :
a.
usaha pemanf aat an air ;
b.
usaha wisat a alam/ rekreasi ;
c.
usaha olahraga t ant angan ;
d.
perdagangan karbon ;
e.
usaha penyelamat an hut an dan lingkungan.
Pasal 19
(1)
Pemanf aat an hasil hut an kayu dan pemanf aat an hasil hut an bukan kayu sebagaimana
dimaksud dalam
(2)
Pasal 16 ayat (2) dapat dilakukan pada hut an produksi ;
Jenis usaha dalam rangka pemanf aat an hasil hut an kayu meliput i kegiat an penanaman,
pemeliharaan, pemanenan, pengolahan dan pemasaran hasil hut an ;
(3)
Jenis usaha dalam rangka pemanf aat an hasil hut an bukan kayu, adalah :
a.
pemanf aat an rot an, sagu, nipah, bambu meliput i kegiat an penebangan, permudaan,
pemeliharaan, pengamanan, pengolahan dan pemasaran hasil ;
b.
pemanf aat an get ah, kulit kayu, daun, buah at au bij i meliput i kegiat an pemanenan,
pemelihat aan pengolahan dan pemasaran hasil ;
(4)
Kegiat an pemanf aat an hasil hut an sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) waj ib
melaksanakan hal-hal sebagai berikut :
a.
mengikut i at uran t eknis yang berlaku;
b.
set iap produksi yang dihasilkan waj ib dilaporkan kepada Gubernur melalui Dinas;
c.
set iap yang diproduksi dan at au yang akan diangkut waj ib dilakukan pemeriksaan
berupa pengukuran dan at au penguj ian hasil hut an oleh pet ugas yang berwenang;
d.
t erhadap set iap hasil hut an yang diangkut , dimiliki, dan at au dikuasai waj ib disert ai
dengan bukt i legalit as hasil hut an berupa Surat Ket erangan Sahnya Hasil Hut an
(SKSHH) at au Surat Angkut an Tumbuhan dan Sat wa (SATS);
e.
khusus bagi Pengusaha Indust ri Pengolahan Hasil Hut an waj ib mendaf t arkan dan
melaporkan
kepada
Gubernur
melalui
Dinas
mengenai
keberadaannya
sert a
penerimaan hasil hut an sebagai bahan baku, hasil produksi, dan pemasaran sert a hasil
hut an yang dit erima berasal dari sumber-sumber yang sah.
(5)
Tat a cara pemanf aat an hasil hut an dit et apkan dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 20
(1)
Pemungut an hasil hut an kayu sebagaimana dimaksud pada Pasal 16 ayat (2) dapat
dilakukan pada kawasan hut an produksi alam yang berupa pengambilan hasil hut an kayu
unt uk memenuhi kebut uhan individu dan at au f asilit as umum penduduk sekit ar hut an ;
(2)
Pemungut an hasil hut an bukan kayu sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 16 ayat (2)
dapat dilakukan pada kawasan hut an produksi dan kawasan lindung ;
(3)
Jenis usaha dalam rangka pemungut an hasil hut an bukan kayu adalah :
a.
mengambil madu ;
b.
mengambil rot an ;
c.
mengambil buah dan aneka hasil hut an lain ;
d.
perburuan sat wa liar yang t idak dilindungi dan dilaksanakan secara t radisional.
Pasal 21
Pemanf aat an hut an khusus unt uk kawasan konservasi selain yang dit et apkan dalam Pasal 16,
18, dan 19, dapat dimanf aat kan at au dilakukan pula kegiat an sebagai berikut :
a.
pada kawasan Suaka Alam dan Pelest arian Alam, pengelolaannya diarahkan unt uk
t erwuj udnya kelest arian sumberdaya alam hayat i sert a keseimbangan ekosist emnya
sehingga lebih dapat mendukung upaya peningkat an kesej aht eraan masyarakat dan
mut u lingkungan hidup ;
b.
pada kawasan Suaka Alam dan Pelest arian Alam, pengelolaannya disesuaikan dengan
f ungsi kawasan :
1.
sebagai wilayah perlindungan sist em penyangga kehidupan ;
2.
sebagai kawasan pengawet an keanekaragaman j enis t umbuhan dan at au
sat wa besert a ekosist emnya ;
3.
unt uk pemanf aat an secara lest ari sumberdaya alam hayat i dan ekosist emnya.
c.
pada kawasan Suaka Alam dan Pelest arian Alam dapat dimanf aat kan unt uk keperluan
:
d.
1.
penelit ian dan pengembangan;
2.
ilmu penget ahuan;
3.
pendidikan, pelat ihan, penerangan, penyuluhan;
4.
kegiat an penunj ang budidaya dan budaya.
pada kawasan Pelest arian Alam dapat pula dilakukan kegiat an Wisat a Alam/ Rekreasi.
Bagian Kedua
Pe r i j i n an
Pasal
(1)
22
Dalam rangka Pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 harus memiliki
ij in usaha yang dikeluarkan oleh Kepala Dinas at as nama Gubernur ;
(2)
Set iap pemegang ij in usaha pemanf aat an hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berkewaj iban membuat Rencana Karya dan menj aga, memelihara, sert a melest arikan
t empat usahanya ;
(3)
Rencana Karya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) disahkan oleh Dinas at as nama
Gubernur ;
(4)
Dalam pelaksanaan kegiat annya set iap pemegang ij in usaha waj ib mengikut sert akan
masyarakat disekit ar hut an.
Pasal
(1)
23
Ij in usaha pemanf aat an kawasan hut an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (1)
diberikan apabila t elah memenuhi aspek kelest arian hut an dan kesej aht eraan
masyarakat ;
(2)
(3)
Ij in usaha pemanf aat an kawasan hut an dapat diberikan kepada :
a.
Perorangan ;
b.
Koperasi ;
Ij in usaha pemanf aat an j asa lingkungan dapat diberikan kepada :
a.
Perorangan ;
b.
Koperasi ;
c.
Badan Usaha Milik Swast a Indonesia ;
d.
Badan Usaha Milik Negara ;
e.
(4)
(5)
Badan Usaha Milik Daerah ;
Ij in usaha pemanf aat an hasil hut an kayu dan non kayu dapat diberikan kepada :
a.
Perorangan ;
b.
Koperasi ;
c.
Badan Usaha Milik Swast a Indonesia ;
d.
Badan Usaha Milik Negara ;
e.
Badan Usaha Milik Daerah ;
Ij in pemungut an hasil hut an non kayu pada hut an lindung diberikan kepada :
a.
Perorangan ;
b.
Koperasi.
Pasal
24
Tat a cara pemanf aat an hasil hut an dit et apkan dengan Keput usan Gubernur.
Bagian Ket iga
Indust ri Primer Hasil Hut an
Pasal
(1)
(2)
25
Indust ri primer hasil hut an t erdiri dari :
a.
Indust ri primer hasil hut an kayu ;
b.
Indust ri primer hasil hut an bukan kayu ;
Sumber bahan baku indust ri primer hasil hut an dapat berasal dari hut an alam, hut an
t anaman, hut an hak, dan hasil dari perkebunan berupa kayu ;
(3)
Set iap pendirian at au perluasan indust ri primer hasil hut an kayu waj ib memiliki ij in
usaha indust ri at au ij in perbuat an indust ri primer hasil hut an kayu ;
(4)
Evaluasi t erhadap indust ri primer hasil hut an kayu dilakukan paling kurang 3 (t iga) t ahun
sekali.
Pasal 26
(1)
Terhadap permohonan ij in indust ri primer hasil hut an kayu at au ij in perluasan indust ri
primer hasil hut an kayu sebagaimana dimaksud Pasal 25 ayat (3) harus dilengkapi dengan
j aminan pasokan bahan baku kayu yang berkelanj ut an ;
(2)
Ij in usaha indust ri penggergaj ian kayu dengan kapasit as produksi sampai dengan 6000
(enam ribu) met er kubik dan t anda daf t ar indust ri primer hasil hut an bukan kayu skala
kecil, skala menengah dan skala besar diberikan oleh Gubernur dengan memperhat ikan
saran at au pert imbangan t eknis dari inst ansi yang bert anggung j awab di bidang
kehut anan Kabupat en/ Kot a dan perset uj uan Ment eri ;
(3)
Ij in usaha indust ri primer hasil hut an kayu dan ij in perluasannya yang mengolah langsung
kayu bulat dan at au bahan baku serpih menj adi serpih kayu (chip wood), veneer dan
kayu lapis (plywood), laminat ing veneer lumber dengan kapasit as produksi sampai
dengan 6000 (enam ribu) met er kubik per t ahun, diberikan oleh Gubernur dengan
memperhat ikan saran at au pert imbangan t eknis inst ansi yang bert anggung j awab di
bidang kehut anan Kabupat en/ Kot a, dan perset uj uan Ment eri ;
(4)
Ij in usaha indust ri sebagaimana dimaksud ayat (1) dan (2) dengan kapasit as produksi
lebih dari 6000 (enam ribu) met er kubik per t ahun, Gubernur memberikan pert imbangan
kepada Ment eri.
Pasal
27
Ket ent uan lebih lanj ut ij in indust ri primer hasil hut an dit et apkan dengan Keput usan
Gubernur.
BAB V
PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN
Pasal 28
Penggunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud dalam pasal 9, unt uk kepent ingan
pembangunan di luar kehut anan hanya dapat di lakukan di dalam kawasan hut an produksi dan
kawasan hut an lindung.
Pasal
29
Penggunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 dapat dilakukan t anpa
mengubah f ungsi pokok kawasan hut an.
Pasal
(1)
30
Dalam rangka menunj ang kegiat an di bidang pendidikan, pelat ihan dan penelit ian, yang
dilakukan oleh lembaga pendidikan dan lembaga penelit ian pemerint ah maupun swast a
melalui penerapan ilmu penget ahuan dan t eknologi pengelolaan hut an secara lest ari,
dapat dit et apkan kawasan hut an unt uk pendidikan, pelat ihan, dan penelit ian ;
(2)
Tuj uan dit et apkan
kawasan hut an unt uk
pendidikan,
pelat ihan
dan
penelit ian
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
a.
meningkat kan daya guna dan hasil guna pendidikan, pelat ihan dan penelit ian secara
opt imal ;
b.
mengembangkan program dan sarana pendidikan, pelat ihan dan penelit ian unt uk
menghasilkan sumber daya manusia yang prof esional ;
c.
menyediakan pusat inf ormasi dan memacu perkembangan inovasi ilmu penget ahuan
dan t eknologi ;
d.
(3)
mendorong percepat an pengembangan wilayah ;
Penet apan kawasan hut an unt uk pendidikan, pelat ihan dan penelit ian sebagaimana
dimaksud ayat (1), dapat diberikan at as :
a.
kawasan hut an lindung ;
b.
zona pemanf aat an Taman Nasional, blok Pemanf aat an Taman Hut an Raya, dan zona
Pemanf aat an Taman Wisat a Alam ;
(4)
Tat a cara penet apan dan pel aksanaan kawasan hut an unt uk pendidikan, pelat ihan dan
penelit ian diat ur lebih lanj ut oleh Gubernur.
B A B VI
PEMANFAATAN TUMBUHAN DAN SATWA LIAR
Pasal
(1)
31
Pemanf aat an j enis t umbuhan dan sat wa liar bert uj uan agar j enis t umbuhan dan sat wa
liar dapat didayagunakan secara lest ari unt uk sebesar-besarnya kesej aht eraan rakyat ;
(2)
Pemanf aat an
j enis t umbuhan
dan
sat wa
liar
dilakukan
dengan
mengendalikan
pendayagunaan j enis t umbuhan dan sat wa liar at au bagian-bagiannya dengan t et ap
menj aga keanekaragaman j enis dan keseimbangan ekosist emnya ;
(3) Pemanf aat an j enis t umbuhan dan sat wa liar dilakukan dalam bent uk :
(4)
a.
pengkaj ian, penelit ian dan pengembangan ;
b.
penangkaran ;
c.
perburuan ;
d.
perdagangan ;
e.
peragaan ;
f.
pert ukaran ;
g.
budidaya t anaman ;
h.
pemeliharaan unt uk kesenangan ;
Pengangkut an t umbuhan dan sat wa liar dalam rangka pemanf aat an diwaj ibkan memiliki
Surat Angkut an Tumbuhan dan Sat wa Liar (SATS) ;
(5)
Tat a cara pemanf aat an t umbuhan dan sat wa liar sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
B A B VII
REHABILITASI DAN REKLAMASI
Pasal
32
Rehabilit asi hut an dan lahan dilakukan di dalam dan diluar kawasan hut an dengan maksud
unt uk memulihkan, mempert ahankan, dan meningkat kan f ungsi hut an dan lahan sehingga
daya dukung, produkt ivit as, dan perannya dalam mendukung sist em penyangga kehidupan
t et ap t erj aga.
Pasal
(1)
33
Rehabilit asi hut an dan lahan diselenggarakan melalui
kegiat an :
a.
reboisasi;
b.
penghij auan;
c.
penanaman dan pemeliharaan, pengayaan t anaman; at au
d.
penerapan t eknik rehabilit asi lahan dan konservasi t anah secara veget at if dan sipil
t eknis, pada lahan krit is dan t idak produkt if ;
(2)
Kegiat an rehabilit asi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan di semua hut an dan
kawasan hut an, kecuali pada suaka al am dan zona int i Taman Nasional ;
(3)
Penyelenggaraan rehabilit asi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan oleh
Pemerint ah Propinsi melalui pendekat an part isipat if dalam rangka mengembangkan
pot ensi dan memberdayakan masyarakat ;
(4)
Ket ent uan lebih lanj ut penyelenggaraan rehabilit asi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal
(1)
34
Reklamasi hut an meliput i usaha memperbaiki at au memulihkan kembali lahan dan
veget asi
hut an yang rusak agar
dapat
berf ungsi
secara opt imal
sesuai
dengan
perunt ukkannya ;
(2)
Kegiat an reklamasi meliput i invent arisasi lokasi, penet apan lokasi, perencanaan dan
pelaksanaan reklamasi ;
(3)
Ket ent uan lebih lanj ut reklamasi hut an diat ur dengan Keput usan Gubernur.
Pasal
(1)
35
Penggunaan kawasan hut an yang mengakibat kan kerusakan hut an, waj ib dilakukan
reklamasi dan at au rehabilit asi sesuai dengan pola yang dit et apkan Pemerint ah Propinsi
sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku ;
(2)
Reklamasi pada kawasan hut an bekas areal pert ambangan waj ib dilaksanakan oleh
pemegang ij in pert ambangan sesuai dengan t ahapan kegiat an pert ambangan ;
(3)
Pihak-pihak yang menggunakan kawasan hut an unt uk kepent ingan di luar kegiat an
kehut anan yang mengakibat kan perubahan permukaan dan penut upan t anah, waj ib
membayar dana j aminan reklamasi dan rehabilit asi ;
(4)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai penggunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), (2) dan (3) diat ur dengan Keput usan Gubernur
B A B VIII
PERLINDUNGAN DAN PENGAMANAN HUTAN
Bagian Kesat u
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengamanan Hut an
Pasal
(1)
36
Penyelenggaraan perlindungan dan pengamanan hut an merupakan usaha unt uk :
a.
mencegah dan menanggulangi kerusakan hut an, kawasan hut an dan hasil hut an yang
disebabkan oleh perbuat an manusia, t ernak, kebakaran, bencana alam, hama sert a
penyakit ;
b.
mempert ahankan dan menj aga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan at as
hut an, kawasan hut an, hasil hut an, invest asi sert a perangkat yang berhubungan
dengan pengelolaan hut an ;
(2)
Perlindungan dan pengamanan hut an merupakan sist em yang meliput i :
a.
pengembangan sist em pengamanan hut an secara t erpadu dengan memberdayakan
peran sert a masyarakat , kelembagaan, sarana dan prasarana, dan program penunj ang
lainnya ;
b.
peningkat an peran sert a masyarakat dalam kegiat an Perlindungan Hut an ;
c.
pengembangan t eknologi t erapan dan f isik lingkungan unt uk penanggulangan hama
dan penyakit .
(3) Pedoman penyelenggaraan perlindungan dan pengamanan hut an sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
Pasal
(1)
37
Perlindungan dan pengamanan hut an dit uj ukan t erhadap hut an negara dan hut an hak,
sert a dilakukan t erhadap :
(2)
a.
keberadaan kawasan hut an ;
b.
pot ensi dan f ungsi hut an ;
c.
hasil hut an ;
d.
lahan hut an ;
Upaya perlindungan dan pengamanan hut an dilakukan oleh :
a.
Pej abat inst ansi kehut anan pusat dan daerah ;
b.
Polisi Kehut anan ;
c.
Penyidik Pegawai Negeri Sipil ;
d.
Masyarakat .
Bagian Kedua
Perlindungan Hut an
Pasal
(1)
38
Dalam rangka mencegah dan menanggulangi gangguan bencana alam t erhadap hut an
dilaksanakan kegiat an :
(2)
a.
pemant auan biof isik lingkungan yang berpot ensi menimbulkan bencana alam ;
b.
pembuat an bangunan yang bersif at sipil t eknis ;
c.
pembinaan kesadaran dan penyuluhan kepada masyarakat ;
d.
penj agaan kelest arian nilai, dan f ungsi hut an sert a lingkungannya ;
e.
penj agaan mut u, nilai, dan kegunaan hut an ;
Dalam rangka mencegah gangguan hama dan penyakit pada hut an dilakukan kegiat an
sebagai berikut :
a.
penyelenggaran penelit ian ;
b.
penyelenggaraan karant ina t umbuhan dan sat wa ;
c.
pemeliharaan t erhadap pohon dan t egakan hut an sert a t empat t umbuhnya ;
d.
pengendalian hama dan penyakit .
Bagian Ket iga
Perlindungan Lahan Hut an
Pasal
(1)
39
Dalam rangka mencegah dan membat asi kerusakan lahan hut an dalam kawasan hut an,
set iap pemanf aat an kawasan hut an t idak dibenarkan menggunakan alat -alat yang t idak
sesuai kondisi lahan dan lapangan at au melakukan kegiat an lain yang dapat menimbulkan
kerusakan lahan dan t egakan ;
(2)
Set iap pemanf aat an kawasan hut an sebagaimana dimaksud pada ayat (1), j enis peralat an
dan met oda penggunaannya disesuaikan dengan kondisi lahan dan lapangan.
Bagian Keempat
Perlindungan Sumber Air
Pasal
40
(1)
Sumber air didalam kawasan hut an negara, hut an hak dan hut an lainnya harus
dipert ahankan ;
(2)
Dalam radius dan j arak t ert ent u dari mat a air, t epi j urang, danau, waduk, sungai, anak
sungai dan pant ai yang t erlet ak didalam kawasan hut an t idak dibenarkan dilakukan
penebangan pohon.
Bagian Kelima
Pengamanan Hut an
Pasal
(1)
41
Dalam rangka mencegah dan menanggulangi gangguan manusia t erhadap hut an dilakukan
kegiat an sebagai berikut :
(2)
(3)
a.
perencanaan pengamanan hut an ;
b.
penyusunan organisasi pengamanan hut an ;
c.
penyediaan sarana dan prasarana ;
d.
pengamanan secara prevent if dan at au represif ;
e.
sosialisasi perat uran perundang-undangan di bidang kehut anan ;
f.
meningkat an kesej aht eraan masyarakat sekit ar kawasan hut an ;
g.
melakukan pengawasan dan pengendalian ;
Dalam rangka mencegah dan menanggulangi gangguan t ernak t erhadap hut an dilakukan :
a.
penunj ukan lokasi penggembalaan ;
b.
pencarian lokasi penggembalaan t ernak yang lebih mengunt ungkan masyarakat ;
c.
pencarian alt ernat if mat a pencaharian masyarakat ;
Dalam rangka mencegah dan menanggulangi t erj adinya kebakaran hut an dilakukan
dengan perencanaan, penet apan organisasi, pencegahan dan penanggulangan kebakaran
hut an, pengawasan dan pengendalian.
Bagian Keenam
Pengamanan Hasil Hut an
Pasal
(1)
42
Pengamanan hasil hut an dimaksudkan unt uk mencegah pemanf aat an, pemungut an dan
pengangkut an hasil hut an yang t idak sah ;
(2)
Set iap hasil hut an yang diangkut , dikuasai dan at au dimiliki oleh perorangan, badan
hukum at au badan usaha lainnya t ermasuk koperasi, waj ib dilengkapi bersama-sama
dengan surat ket erangan sahnya hasil hut an.
Pasal
43
Dalam rangka melindungi j enis-j enis t umbuhan dan sat wa liar baik yang dilindungi maupun
yang t idak dilindungi oleh undang-undang unt uk penelit ian, penangkaran, perburuan,
perdagangan, peragaan, pert ukaran, budi daya, dan pemeliharaan, pemanf aat annya harus
memiliki ij in dan disert ai dokumen sesuai dengan perat auran perundang-undangan yang
berlaku.
Bagian Ket uj uh
Polisi Kehut anan
Pasal
(1)
44
Dinas bert anggung j awab at as perlindungan dan pengamanan kawasan hut an lint as
Kabupat en/ Kot a ;
(2)
Pej abat Pegawai Negeri Sipil t ert ent u di lingkungan Dinas diberikan wewenang kepolisian
khusus ;
(3)
Pej abat
yang
diberi
wewenang
kepol isian
khusus, sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), berwenang unt uk :
a.
melakukan kegiat an dan t indakan dibidang kehut anan yang bersif at prevent if dan
represif ;
b.
mengadakan pat roli di dalam kawasan hut an at au wilayah hukumnya;
c.
memeriksa surat -surat at au dokumen yang berkait an dengan pengangkut an hasil
hut an di dalam kawasan hut an at au wilayah hukumnya;
d.
menerima laporan t ent ang t elah t erj adinya t indak pidana yang menyangkut hut an dan
kehut anan;
e.
mencari ket erangan dan barang bukt i t erj adinya t indak pidana yang menyangkut
hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an ;
f.
dalam hal t ert angkap t angan, berwenang menangkap dan menahan t ersangka besert a
barang bukt i dan dal am wakt u yang secepat nya menyerahkan kepada Penyidik
Pegawai Negeri Sipil unt uk dit indak lanj ut i sesuai dengan perat uran perundangundangan yang berlaku ;
g.
membuat dan menandat angani laporan t ent ang t erj adinya t indak pidana yang
menyangkut hut an, kawasan hut an dan hasil hut an.
Pasal
(1)
45
Polisi Kehut anan t erdiri dari pej abat st rukt ural dan f ungsional kehut anan yang diberi
wewenang kepolisian khusus kehut anan sesuai dengan ket ent uan yang berlaku ;
(2)
Dalam rangka mencapai hasil opt imal dari pelaksanaan t ugas polisi kehut anan,
diperlukan pengorganisasian dan peralat an polisi kehut anan yang memadai.
Bagian Kedelapan
Penyuluhan Kehut anan
Pasal
(1)
46
Penyuluhan kehut anan bert uj uan unt uk meningkat kan penget ahuan dan ket erampilan
sert a mengubah sikap dan perilaku masyarakat agar mau dan mampu mendukung
pembangunan kehut anan at as dasar iman dan t aqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sert a
sadar akan pent ingnya sumber daya hut an bagi kehidupan manusia ;
(2)
Penyuluh kehut anan adalah Pegawai Negeri Sipil yang dit unj uk berdasarkan ket ent uan
yang
berlaku,
berwenang
sebagai
pej abat
f ungsional
dengan
t ugas melakukan
penyuluhan kepada masyarakat baik di dalam maupun di luar kawasan hut an ;
(3)
Pemerint ah
Propinsi
mendorong
dan
mencipt akan
kondisi
yang
mendukung
t erselenggaranya kegiat an penyuluhan kehut anan dengan sarana dan prasarana yang
memadai ;
(4)
Penyelenggaraan penyuluhan kehut anan dilaksanakan melalui penerapan met oda dan
mat eri yang sesuai dengan daerah set empat sert a didukung oleh sarana dan prasarana
yang memadai dan dilakukan oleh Pemerint ah Propinsi, dunia usaha dan masyarakat ;
(5)
Pedoman penyelenggaraan penyuluhan kehut anan diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan
Gubernur.
Bagian Kesembilan
Larangan
Pasal
47
Set iap orang dilarang :
a.
merusak, memindahkan dan menghilangkan t anda bat as sert a merusak sarana dan
prasarana perlindungan hut an lainnya ;
b.
mengerj akan dan at au menggunakan dan at au menduduki kawasan hut an secara t idak
sah ;
c.
merambah kawasan hut an ;
d.
melakukan penebangan pohon dalam kawasan hut an dengan radius at au j arak sampai
dengan :
500 (lima rat us) met er dari t epi waduk at au danau ;
200 (dua rat us) met er dari t epi mat a ai r dan kiri kanan sungai di daerah rawa
;
100 (serat us) met er dari kiri kanan t epi anak sungai ;
50 (lima puluh) met er dari kiri kanan t epi anak sungai ;
2 (dua) kali kedalaman j urang dari t epi j urang ;
130 (serat us t iga puluh) kali selisih pasang t ert inggi dan pasang t erendah dari
t epi pant ai.
e.
membakar hut an ;
f.
menebang pohon at au memanen at au memungut hasil hut an di dalam hut an t anpa
memiliki hak at au izin dari pej abat yang berwenang ;
g.
menerima, membeli at au menj ual, menerima t ukar, menerima t it ipan, menyimpan,
at au memiliki hasil hut an yang diket ahui at au pat ut diduga berasal dari kawasan
hut an yang diambil at au dipungut secara t idak sah ;
h.
melakukan kegiat an penyelidikan umum at au eksplorasi at au eksploit asi bahan
t ambang di dalam kawasan hut an t anpa izin Ment eri ;
i.
mengangkut , menguasai, at au memiliki hasil hut an yang t idak dilengkapi bersamasama dengan surat ket erangan sahnya hasil hut an ;
j.
menggembalakan t ernak di dalam kawasan hut an yang t idak dit unj uk secara khusus
unt uk maksud t ersebut oleh pej abat yang berwenang ;
k.
membawa alat -alat berat dan at au alat -alat lainnya yang lazim at au pat ut diduga
akan digunakan unt uk mengangkut hasil hut an di dalam kawasan hut an, t anpa izin
pej abat yang berwenang ;
l.
membawa alat -alat
yang lazim digunakan unt uk menebang,
memot ong,
at au
membelah pohon di dalam kawasan hut an t anpa izin pej abat yang berwenang ;
m. membuang benda-benda yang dapat menyebabkan kebakaran dan kerusakan sert a
membahayakan keberadaan at au kelangsungan f ungsi hut an ke dalam kawasan hut an ;
n.
menangkap, mengambil dan mengangkut t umbuh-t umbuhan dan sat wa liar yang t idak
dilindungi undang-undang yang berasal dari kawasan hut an t anpa izin pej abat yang
berwenang.
B A B IX
ANALISA MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN (AMDAL)
Pasal
(1)
48
Set iap rencana usaha dan/ at au kegiat an pembangunan yang menggunakan kawasan hut an
maupun pengguna hasil hut an oleh pemrakarsa yang kemungkinan dapat menimbulkan
dampak besar dan pent ing t erhadap lingkungan hidup diwaj ibkan melakukan pengelolaan
lingkungan sesuai dengan ket ent uan yang berlaku melalui penyusunan dokumen AMDAL
yang t erdiri at as Kerangka Acuan (KA), Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL), Rencana
Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan Rencana Pemant auan Lingkungan (RPL) ;
(2)
Bagi pemrakarsa yang t idak menimbulkan dampak pent ing diwaj ibkan menyusun Upaya
Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya Pemant auan Lingkungan (UPL) sebelum
kegiat an pembangunan dilakukan.
Pasal
(1)
49
Bagi kegiat an pembangunan kehut anan di dalam kawasan hut an penilaian AMDAL, UKL
dan UPL diaj ukan kepada Dinas ;
(2)
Bagi kegiat an non kehut anan di dal am kawasan hut an penilaian AMDAL, UKL, dan UPL
diaj ukan dinas kepada inst ansi t erkait .
Pasal
(1)
50
Penilaian dokumen AMDAL, UKL, dan UPL bagi kegiat an pemrakarsa pembangunan
kehut anan di dalam kawasan hut an dilakukan oleh inst ansi yang berwenang ;
(2)
Penilaian dokumen AMDAL, UKL, dan UPL bagi pemrakarsa kegiat an bukan kehut anan
pengguna kawasan hut an dan pengguna hasil hut an dilakukan oleh inst ansi t erkait dengan
memperhat ikan pert imbangan Dinas ;
(3)
Pemant auan RKL, RPL, UKL, dan UPL kegiat an penggunaan kawasan hut an dan hasil
hut an dilakukan oleh Dinas baik di kawasan hut an maupun di luar kawasan hut an ;
(4)
Pengawasan dan pengendalian bagi kegi at an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(1) dilakukan oleh Dinas ;
(5) Pengawasan dan pengendalian bagi kegiat an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(2) dilakukan oleh Inst ansi t erkait dengan memperhat ikan rekomendasi dari Dinas ;
(6)
Pengawasan dan Pengendalian bagi kegi at an sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 ayat
(3) dilakukan oleh Inst ansi t erkait dengan pert imbangan dari Dinas.
BAB X
PERAN SERTA MASYARAKAT
Pasal
51
(1)
Pemerint ah Propinsi dapat dibant u oleh f orum pemerhat i kehut anan daerah ;
(2)
Ket ent uan lebih lanj ut mengenai peran sert a masyarakat sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan (2) diat ur dengan Keput usan Gubernur.
B A B XI
SISTEM INFORMASI KEHUTANAN
Pasal
52
Pemerint ah Propinsi menyelenggarakan kegiat an pengelolaan sist em inf ormasi kehut anan
daerah yang meliput i perencanaan, pemanf aat an, perlindungan, dan kebij akan pengelolaan
sumber daya hut an secara t erbuka kepada masyarakat .
Pasal
53
Pelaksanaan pengelolaan sist em sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52, dilakukan oleh Dinas.
Pasal
54
Badan Hukum, Badan Usaha, Badan Sosial, perorangan dan organisasi yang melaksanakan
kegiat an pengelolaan sumber daya hut an waj ib menyampaikan laporan kepada Gubernur
melalui Dinas.
B A B XII
PENGAWASAN
Pasal
(1)
55
Pengawasan pelaksanaan Perat uran Daerah Ini dilakukan oleh Dinas bersama-sama
dengan Polisi Pamong Praj a sert a Dinas/ Badan/ Lembaga t erkait l ainnya ;
(2)
Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliput i pengawasan prevent if dan
pengawasan represif .
Pasal
56
Pengawasan prevent if sebagaimana dimaksud Pasal 55 ayat (2), dilakukan ant ara lain,
meliput i :
a.
Pembinaan kesadaran hukum aparat ur dan masyarakat ;
b.
Peningkat an prof esionalisme aparat ur pelaksana ;
c.
Peningkat an peran dan f ungsi pelaporan.
Pasal
57
Pengawasan represif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (2) meliput i :
a.
Tindakan
penert iban
t erhadap
perbuat an-perbuat an
warga
masyarakat
yang
melanggar ket ent uan dalam Perat uran Daerah dan perat uran pelaksanaannya ;
b.
Penyerahan penanganan pelanggaran Perat uran Daerah kepada Lembaga Peradilan ;
c.
Pengenaan sanksi administ rat if dan hukuman disiplin kepada para pegawai yang
melanggar Perat uran Daerah.
Pasal
58
Masyarakat dapat melakukan pengawasan t erhadap pelaksanaan Perat uran Daerah ini, secara
perorangan, kelompok maupun organisasi sesuai perat uran perundang-undangan yang berlaku.
B A B XIII
TATA HUBUNGAN KERJA
Pasal
59
Pemerint ah Propinsi dalam melaksanakan upaya pengelolaan hut an melakukan koordinasi,
int egrasi dan sinkronisasi dalam program dan pelaksanaan sebagai sat u kesat uan.
Pasal
60
Pemerint ah Propinsi dalam menyelenggarakan pengelolaan hut an memperhat ikan kepada
pedoman dan pet unj uk pelaksanaan yang dit et apkan oleh Pemerint ah.
B A B XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal
(1)
61
Barang siapa melanggar ket ent uan Pasal 47 diancam pidana kurungan paling lama 6
(enam) bulan at au denda paling banyak Rp. 5. 000. 000, - (lima j ut a rupiah) ;
(2)
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah pelanggaran ;
(3)
Selain pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat dikenakan ancaman pidana
sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku ;
(4)
Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah kej ahat an.
B A B XV
PENYIDIKAN
Pasal
(1)
62
Selain pej abat penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia, Pej abat Pegawai Negeri
Sipil t ert ent u yang lingkup t ugas dan t anggung j awabnya meliput i pengurusan hut an,
diberi wewenang khusus sebagai penyidik sebagaimana dimaksud dalam Kit ab UndangUndang Hukum Acara Pidana ;
(2)
Pej abat Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini
berwenang unt uk :
a.
melakukan pemeriksaan at as kebenaran laporan at au ket erangan yang berkenaan
dengan t indak pidana yang menyangkut hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an ;
b.
melakukan pemeriksaan t erhadap orang yang diduga melakukan t indak pidana yang
menyangkut hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an ;
c.
memeriksa t anda pengenal seseorang yang berada dalam kawasan hut an at au wilayah
hukumnya ;
d.
melakukan
penggeledahan
dan
penyit aan
barang
bukt i
t indak
pidana
yang
menyangkut hut an, kawasan hut an , dan hasil hut an sesuai dengan ket ent uan
perundangan yang berlaku ;
e.
memint a ket erangan dan barang bukt i dari orang at au badan hukum sehubungan
dengan t indak pidana yang menyangkut hut an, kawasan hut an dan hasil hut an ;
f.
menangkap dan menahan dalam koordinasi dan pengawasan penyidik Kepolisian
Negara Republik Indonesia sesuai Kit ab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ;
g.
membuat dan menandat angani berit a acara ;
h.
menghent ikan penyidikan apabila t idak t erdapat cukup bukt i t ent ang adanya t indak
pidana yang menyangkut hut an, kawasan hut an, dan hasil hut an.
(3)
Pej abat
Penyidik
Pegawai
Negeri
Sipil
sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)
memberit ahukan dimulainya penyidikan dan menyerahkan hasil penyidikan kepada
penunt ut umum sesuai Kit ab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
B A B XVI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal
63
Dengan berlakunya Perat uran Daerah ini, maka Perat uran Daerah Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Timur Nomor 5 Tahun 1992 t ent ang Perlindungan Hut an di Propinsi Daerah Tingkat I
Jawa Timur, dinyat akan t idak berlaku.
Pasal
Hal-hal
yang belum cukup diat ur
64
dalam Perat uran Daerah ini sepanj ang mengenai
pelaksanaannya, akan diat ur lebih lanj ut dengan Keput usan Gubernur.
Pasal 65
Perat uran Daerah ini berlaku pada t anggal diundangkan. Agar set iap orang menget ahuinya,
memerint ahkan oengundangan Perat uran Daerah ini dengan penempat annya dalam lembaran
Daerah Propinsi Jawa Timur.
Dit et apkan
:
Surabaya
pada t anggal : 13 Okt ober 2003
GUBERNUR JAWA TIMUR,
t t d.
IMAM UTOMO. S
Diundangkan di Surabaya
Pada t anggal 13 Okt ober 2003
SEKRETARIS DAERAH
PROPINSI JAWA TIMUR
TTD
H. SOEKARWO, SH, M. Hum
LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TAHUN 2003 NOMOR 1 TAHUN 2003 SERI E.
Sesuai dengan aslinya
A. n. SEKRETARIS DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR
Kepala Biro Hukum ,
t t d.
INDRA WIRAGUNA, SH.
Pembina Tingkat I
Nip. 510 090 148