PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2003

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR
NOMOR 3 TAHUN 2003
TENTANG
RETRIBUSI PEMERIKSAAN PENGUKURAN DAN PENGUJIAN HASIL HUTAN
I.

PENJELASAN UMUM
Hut an sebagai kekayaan alam Indonesia t erbukt i t elah memberikan kont ribusi yang
sangat besar t erhadap pembangunan. Berbagai hasil yang dapat dipungut dari dalam
hut an t elah dapat memberikan peluang usaha t erhadap masyarakat .
Seiring dengan kegiat an pembangunan yang dilakukan, sumberdaya hut an yang ada
t ernyat a memunculkan t erj adinya kegiat an il legal l ogging. Illegal logging yang t erj adi
selama ini t erbukt i sangat merugikan baik dari segi ekologis dengan t erj adinya
degradasi sumberdaya hut an, j uga dari segi ekonomis dengan berkurangnya
penghasilan negara dari sekt or kehut anan.
Pengukuran dan penguj ian hasil hut an merupakan salah sat u proses Penat ausahaan
Hasil Hut an, yait u suat u t at a cara pencat at an dan pelaporan at as hasil hut an yang
dipungut dari hut an negara. Dengan dilakukannya kegiat an t at a usaha kayu akan
dapat memberikan kepast ian legalit as at as kepemilikan dan penguasaan hasil hut an

sert a pengamanan penerimaan negara at as hasil hut an yang diangkut .

II.

PENJELASAN PASAL DEMI PASAL
Pasal 1 : Cukup j elas.
Pasal 2 : Cukup j elas.
Pasal 3 ayat (1) dan (2) : Cukup j elas.
ayat (3) :

ƒ

Pemeriksaan hasil hut an dilaksanakan dit empat dimana hasil hut an yang akan
diangkut berada, dapat di TPK (Tempat Penimbunan Kayu), gudang, t empat
penampungan at au t empat lain.

ƒ

Tempat pemeriksaan hasil hut an, t idak dibenarkan di logpond (t empat
penimbunan kayu di air), di at as alat angkut sepert i t ruk, kapal, at au di

dalam cont ainer.

ayat (4) :

ƒ

Pemeriksaan hasil hut an merupakan rangkaian kegiat an awal yang
berhubungan dengan penerbit an SKSHH.

ƒ

Pemeriksaan hanya unt uk kayu bulat dan kayu olahan sert a rot an yang berasal
dari hut an Negara.

ƒ

Teknik pemeriksaan kayu bulat :
a.

Menghit ung j umlah bat ang dari seluruh part ai kayu (100%) dan

memeriksa kelengkapan penandaan kayu (nomor, diamet er, panj ang
dan j enis) sert a t anda peneraan palu t ok DK ;

b.

Mengambil cont oh secara acak dari seluruh j umlah bat ang dengan
ket ent uan sebagai berikut :
1) Apabila j umlah bat ang dari sat u part ai kurang at au sama
dengan 100 bat ang maka j umlah cont ohnya adalah 100% ;
2)

Apabila j umlah bat ang dari sat u part ai ant ara 101 sampai dengan
1000, maka j umlah cont ohnya minimal adalah 100 bat ang ;

3)

Apabila j umlah bat ang dari sat u part ai lebih dari 1000 bat ang,
maka j umlah cont ohnya adalah 10%.

c.


Melakukan pemeriksaan j enis dan ukuran t erhadap cont oh t ersebut
dan hasilnya dimasukkan dalam Daf t ar Pemeriksaan Kayu Bulat
(DPKB).

d.

Menghit ung dan membandingkan j enis dan ukuran kayu hasil
pemeriksaan dengan j enis dan ukuran yang t ert ulis dalam DHH.

e.

Hasil perhit ungan dipergunakan sebagai dasar pembuat an Berit a Acara
Pemeriksaan (BAP) kayu bulat .

f.

Apabila hasil pemeriksaan dalam BAP menunj ukkan :
1) Tidak ada perbedaan j enis kayu dan perhit ungan volume <
5%, maka part ai kayu t ersebut dinyat akan benar dan dapat

dit erbit kan SKSHH-nya oleh P2SKSHH set elah t erlebih dahulu
menandat angani DHH ;

ƒ

2)

Tidak ada perbedaan j enis kayu namun perhit ungan volume > 5%,
maka seluruh bat ang dalam part ai kayu t ersebut harus dilakukan
pengukuran kembali 100% oleh pemilik kayu ;

3)

Set elah selesai dilakukan pengukuran ulang t erhadap part ai kayu
sebagaimana dimaksud pada angka 2), selanj ut nya dilakukan
pemeriksaan ulang oleh P2SKSHH dengan prosedur sesuai
ket ent uan sampai hasil pemeriksaan dinyat akan benar.

4)


Terhadap part ai kayu yang t elah dilakukan pemeriksaan dan
hasilnya dinyat akan benar sebagaimana dimaksud pada angka 3),
maka waj ib dibuat kan DHH baru dan selanj ut nya dit erbit kan
SKSHH oleh P2SKSHH.

Teknik pemeriksaan kayu gergaj ian :
a.

b.

c.

Melakukan pemeriksaan j enis dan ukuran, dengan mengambil secara
acak dan harus mewakili set iap sort imen dan j enis, dengan ket ent uan
sebagai berikut :
1)

Part ai 1 – 35 keping, cont oh yang diambil 100% ;

2)


Part ai 36 – 500 keping, cont oh yang diambil 35 keping.

3)

Part ai 501 – 1000 keping, cont oh yang diambil 60 keping.

4)

Part ai 1001 – 2000 keping, cont oh yang diambil 80 keping.

5)

Part ai 2001 – 3000 keping, cont oh yang diambil 125 keping.

6)

Part ai lebih dari 3000 keping, cont oh yang diambil 5%.

Toleransi perbedaan ukuran yang diperkenankan dalam pemeriksaan

adalah sebagai berikut :
1)

Tebal ukuran baku < 3 cm, t oleransinya < 3 mm.

2)

Tebal ukuran baku > 3 cm, t oleransinya < 6 mm.

3)

Lebar ukuran baku < 8 cm, t oleransinya < 3 mm.

4)

Lebar ukuran baku > 8 cm, t oleransinya < 3 mm.

5)

Panj ang ukuran baku < 1 m, t oleransinya < 25 mm.


6)

Panj ang ukuran baku > 1 m, t oleransinya < 50 mm.

Hasil pengukuran t ersebut selanj ut nya dimasukkan ke dalam Daf t r
Pemeriksaan Kayu Gergaj ian (DPKG).

ƒ

d.

Apabila berdasarkan pemeriksaan part ai sample t ersebut , ukuran
lebihnya t idak melebihi t oleransi yang diperkenankan, maka dimensi
f isik kayu t ersebut t ermasuk lulus uj i, yait u t ebal dan panj angnya
t idak mempunyai kayu kurang at au kayu pas, sedangkan lebarnya
diperkenankan mempunyai kayu pas dan kayu kurang (< 5 mm),
asalkan j umlah kepingnya hanya < 10% dari j umlah keping kayu
gergaj ian cont oh.


e.

Apabila kayu gergaj ian yang lulus uj i j umlahnya adalah 90% at au lebih
dari j umlah cont oh, maka DHH yang diaj ukan dinyat akan benar.

f.

Hasil pemeriksaan kayu t ersebut selanj ut nya dibuat kan Berit a Acara
Pemeriksaan (BAP) kayu gergaj ian.

g.

Apabila berdasarkan pemeriksaan diperoleh hasil diluar bat as yang
diperkenankan sebagaimana dimaksud pada huruf b, maka waj ib
dilakukan pengukuran ulang 100% oleh pemilik/ penerima kayu olahan
t ersebut .

h.

Set elah selesai dilakukan pengukuran ulang t erhadap part ai kayu

sebagaimana dimaksud pada huruf g, selanj ut nya dilakukan
pemeriksaan ulang oleh P2SKSHH dengan prosedur sesuai ket ent uan
sampai hasil pemeriksaan dinyat akan benar.

i.

Terhadap part ai kayu yang t elah dilakukan pemeriksaan dan hasilnya
dinyat akan benar sebagaimana dimaksud pada huruf h, maka waj ib
dibuat kan DHH baru dan selanj ut nya dit erbit kan SKSHH oleh P2SKSHH.

j.

Peralat an penguj ian yang digunakan meliput i pit a ukur, j angka
sorong, pisau dan kaca pembesar.

Teknis pemeriksaan kayu lapis :
a.

b.

Melakukan pemeriksaan j enis dan ukuran, dengan mengambil secara
acak dan harus mewakili set iap sort imen dan j enis, dengan ket ent uan
sebagai berikut :
1)

Part ai 1 – 35 keping, cont oh yang diambil 100%.

2)

Part ai 36 – 500 keping, cont oh yang diambil 35 keping.

3)

Part ai 501 – 1000 keping, cont oh yang diambil 60 keping.

4)

Part ai 1001 – 2000 keping, cont oh yang diambil 80 keping.

5)

Part ai lebih dari 2000 keping, cont oh yang diambil 125 keping.

Toleransi perbedaan ukuran yang diperkenankan dalam pemeriksaan
adalah sebagai berikut :
1)

Panj ang dan lebar, t oleransinya –0. 00 mm dan + 1, 50 mm.

2)

Tebal unt uk ukuran > 3 cm, t oleransinya + 6 mm.

3)

Tebal unt uk ukuran 3 mm - < 6 mm, t oleransinya + 0, 20 mm.

4)

Tebal unt uk ukuran 6 mm - < 12 mm, t oleransinya + 0, 30 mm.

5)

Tebal unt uk ukuran 12 mm-< 20 mm, t oleransinya + 0, 40 mm.

6)

Tebal unt uk ukuran > 20 mm, t oleransinya + 0, 50 mm.

c.

Hasil pemeriksaan t ersebut selanj ut nya dimasukkan ke dalam Daf t ar
Pemeriksaan Kayu Lapis (DPKL).

d.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan cont oh t ersebut
penyimpangannya masih berada dalam bat as t oleransi yang
diperkenankan, maka dimensi/ ukuran kayu lapis t ersebut t ermasuk
lulus uj i.

ƒ

e.

Apabila kayu lapis yang lul us uj i t ersebut but ir d, j umlahnya adalah
90% at au lebih dari j umlah cont oh, maka DHH yang diaj ukan
dinyat akan benar.

f.

Hasil pemeriksaan t ersebut selanj ut nya dibuat kan Berit a Acara
Pemeriksaan (BAP) Kayu Lapis.

g.

Apabila berdasarkan pemeriksaan diperoleh hasil di luar bat as yang
diperkenankan sebagaimana dimaksud pada huruf b, maka waj ib
dilakukan pengukuran ulang 100% oleh pemilik/ kayu lapis t ersebut .

h.

Set elah selesai dilakukan pengukuran ulang t erhadap part ai kayu
sebagaimana dimaksud pada huruf g, selanj ut nya dilakukan
pemeriksaan ulang oleh P2SKSHH dengan prosedur sesuai ket ent uan
sampai hasil pemeriksaan dinyat akan benar.

i.

Terhadap part ai kayu yang t elah dilakukan pemeriksaan dan hasilnya
dinyat akan benar sebagaimana dimaksud pada huruf h, maka waj ib
dibuat kan DHH baru dan selanj ut nya dit erbit kan SKSHH oleh P2SKSHH.

j.

Peralat an penguj ian yang digunakan meliput i pit a ukur, j angka
sorong, pisau dan kaca pembesar.

Teknis pemeriksaan rot an :
a.

Menghit ung j umlah bundel/ ikat / bat ang.

b.

Menelit i j enis rot an.

c.

Melakukan penimbangan dengan cont oh 5%.

d.

Hasil pemeriksaan f isik rot an sebagaimana dimaksud but ir c
dimasukan kedalam BAP.

e.

Apabila berdasarkan pemeriksaan f isik t ersebut hasinya dinilai t elah
sesuai dengan DHH yang diaj ukan, maka SKSHH dapat segera
dit erbit kan.

Pasal 4 ayat (1) : Nama Ret ribusi Pemeriksaan Pengukuran dan Penguj ian Hasil Hut an
disingkat Ret ribusi P3HH.
ayat (2) sampai dengan (4) : Cukup j elas
Pasal 5 ayat (1) :

ƒ

Besarnya t arif pemeriksaan pengukuran dan penguj ian hasil hut an t idak
dibedakan j enis kayunya.

ƒ

Hasil hut an rot an yang dikenakan sebagai obyek ret ribusi adalah yang masih
berupa bahan baku sepert i rot an asalan at au yang sudah diasapi at au yang
sudah dipoles.

ayat (2) : Cukup j elas.
Pasal 6 : Cukup j elas.
Pasal 7 ayat (1) :
Yang dimaksud dengan biaya operasional adalah insent if yang diberikan kepada
pet ugas pemeriksaan pengukuran dan penguj ian hasil hut an sesuai dengan ket ent uan
perat uran perundang-undangan yang berlaku.
ayat (2) : Wilayah kerj a pemeriksaan hasil hut an yang menj adi kewenangan
Pemerint ah Propinsi Jawa Timur sesuai yang diat ur dalam Perat uran Daerah Propinsi
Jawa Timur Nomor 26 Tahun 2001 t ent ang Uraian Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana
Teknis Dinas Kehut anan Propinsi Jawa Timur.
Pasal 8 sampai dengan 13 : Cukup j elas.