Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Intern pada Yayasan Sosial Kristen Salib Putih T1 162010051 BAB II

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Hakekat Sistem Pengendalian Intern

2.1.1 Hakekat Sistem

Sistem merupakan sebuah kata yang telah dikenal sejak dulu. Istilah sistem

banyak dipakai orang dalam menjelaskan atau menjabarkan sesuatu yang saling

berkaitan, dimana sistem merupakan kumpulan dari unsur-unsur yang

membentuknya. Secara tidak sadar, kita hidup dalam berbagai macam sistem,

contohnya sistem tatasurya, sistem pernafasan, sistem pendidikan, sistem

perkreditan, dan lain lain (dll). Melalui contoh-contoh tersebut, dapat dilihat

bahwa kita tak dapat lepas dari sistem.

Sistem yaitu sekelompok unsur yang erat hubungannya

satu dengan yang lain, yang berfungsi bersa ma -sama

untuk mencapai tujuan tertentu. Dari definisi ini dapat

dirinci lebih lanjut pengertian sistem secara umum yaitu

sebagai berikut:

1.

Setiap sistem terdiri dari berbagai unsur.

2.

Unsur-unsur tersebut merupa kan bagian yang tak

terpisahkan dari sistem yang bersangkutan.

3.

Unsur-unsur didalam sistem tersebut bekerja sama

untuk mencapai tujuan sistem.

4.

Suatu sistem merupakan bagian dari sistem lain yang

lebih besar.”

1

Sistem dibentuk untuk mencapai tujuan tertentu dengan cara mengaitkan

dan mempersatukan unsur-unsur yang menyusunnya. Unsur dalam sistem

1


(2)

biasanya juga dikenal sebagai subsistem. Sedangkan unsur yang tidak membantu

sistem dalam mencapai tujuan, bukan merupakan bagian dari sistem.

“Sebuah sistem, umumnya tersusun atas sejumlah sistem

-sistem yang lebih kecil. Sistem--sistem yang berada dalam

sebuah sistem

itulah yang disebut subsistem.”

2

Istilah lain dalam sistem selain subsistem adalah supersistem yang biasanya

dipakai untuk menyebutkan sistem yang lebih besar. Contohnya jika sebuah Desa

adalah sistem maka yang menjadi subsistem adalah Dusun yang ada di Desa

tersebut. Sedangkan Kecamatan adalah supersistem dari Desa.

“Berkaitan dengan sistem dan subsistem, istilah

supersistem kadang kala dijumpai. Jika suatu sistem

menjadi bagian dari sistem lain yang lebih besar, maka

sistem yang lebih besar tersebut dikenal denga n sebutan

supersistem”

3

Banyak yang mengambarkan suatu sistem tanpa mengerti apa sistem itu

sebenarnya. Pada dasarnya, yang dapat disebut sebagai sistem adalah jika

mempunyai karakteristik yang melekat pada sistem tersebut. Apabila salah satu

dari karakter ini tidak ada maka tidak dapat disebut sebagai sistem. Karakteristik

sistem tersebut adalah:

“1. Komponen sistem (Componens)

Suatu sistem terdiri dari sejumlah komponen ya ng saling

berinteraksi, yang bekerja sama membentuk satu kesatuan.

2

Abdul Kadir, 2003, Pengenalan Sistem Informasi, Penerbit ANDI, Yogyakarta, hal.60.

3


(3)

2. Batasan sistem (Boundary)

Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi

antara sistem dengan sistem lainnya atau sistem dengan

lingkungan luarnya.

3.

Lingkungan luar sistem (Environtment)

Bentuk apapun yang ada diluar ruang lingkup atau

batasan sistem yang mempenga ruhi opera si sistem

tersebut disebut dengan lingkungan luar sistem.

4.

Penghubungan sistem (Interface)

Sebagai media yang menghubungkan sistem dengan sub

sistem yang lain disebut dengan penghubung sitem atau

interface.

5.

Masukan sistem (Input)

Energi yang dimasukan ke dalam sistem disebut masukan

sisem, yang dapat berupa pemeliharaan (maintenance

input) dan sinyal (sinyal input).

6.

Keluaran sistem (Output)

Hasil dari energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi

keluaran yang beguna.

7.

Pengolah sistem (Proses)

Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses ya ng akan

mengubah masukan menjadi keluaran.

8.

Sasaran sistem (Objective)

Suatu sistem memiliki tujuan dan sasaran yang pasti dan

bersifat

deterministik.”

4

Karakteristik-karakteristik diatas, digunakan sebagai acuhan dalam

menetapkan sebuah sistem. Setiap sistem yang memiliki karakteristik yang

berbeda-beda, maka sistem dapat diklasifikasikan atau dibedakan dari berbagai

sudut pandang bentuk dan kegunaannya. Berikut penjabaran dari klaisfikasi

sistem:

“1.

Sistem abstrak dan sistem fisik

Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau

ide-ide yang tidak tampak secara fisik, misalnya sistem

tentang teologia, yaitu suatu sistem yang berupa pemikiran

tentang hubungan antara manusia dengan Tuhan;

4


(4)

sedangkan sistem fisik, seperti sistem computer, sistem

produksi, sistem penjualan, sistem administra si personalia,

dan lain sebagainya.

2.

Sistem alamiah dan sistem buatan manusia

Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses

alam,

tidak

dibuat

oleh

manusia,

misalnya

sistemperputaran

bumi,

terjadinya

siang

malam,

pergantian musim.Sedangkan sistem buatan manusia

merupakan sistem yang melibatkan hubungan manusia

dengan mesin, yang disebut dengan human machine

system. Sistem informasi berbasis komputer merupakan

contohnya, karena menyangkut pengunaan komputer yang

berinteraksi dengan manusia.

3. Sistem deterministik dan sistem probabilistik

Sistem yang beroperasi dengan tingkah laku ya ng dapat

diprediksi disebut sistem deterministik. Sistem komputer

adalah contoh dari sistem yang tingkah lakunya dapat

dipastikan berdasarkan program-program computer yang

dijalankan. Sedangkan sistem yang bersifat probabilistik

adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat

dipredisi, karena mengandung unsure probabilitas.

4. Sistem terbuka dan sistem tertutup

Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak brhubunga

dan tidak terpengaruh oleh lingkungan luarnya. Sistem ini

bekerja seca ra otomatis tanpa campur tangan dari pihak

luar. Sedangkan sistem terbuka adalah sistem yang

berhubungan dan dipengaruhi oleh lingkungan luarnya

yang menerima masukan dan menghasilkan kelua ran untuk

subsistem lainnya.”

5

2.1.2 Pengendalian

Organisasi dalam menjalankan kegiatannya memerlukan fungsi kontrol atau

pengendalian sebagai salah satu upaya mengatur pelaksanaan kegiatan tersebut.

Pengendalian membantu organisasi dalam mencapai tujuan, karena dengan adanya

pengendalian akan mencegah timbulnya suatu masalah sebelum muncul atau

masalah yang kemungkinan dapat terjadi.

5


(5)

Pengendalian

(control)

adalah

mekanisme

yang

diterapkan baik untuk melindungi perusahaan da ri resiko

atau untuk meminimalkan dampak resiko tersebut pada

perusahaan jika resiko itu terjadi

6

Pengendalian dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori berdasarkan maksutnya.

Kategori tersebut adalah:

1.Pengendalian teknis

(technical control) adalah

pegendalian yang menjadi satu didalam sistem da n dibuat

oleh para penyususn sistem selama siklus penyusuna n

sistem.

2.Pengedalian

formal

mencakup

penentuan

cara

berperilaku, dokumentasi prosedur dan praktik yang

diharapkan dan penga wasan serta pencegahan perilaku

yang berbeda dari panduan yang berlaku.

3.Pengendalian informal mencakup program-progra m

pelatihan dan edukasi serta progra m pembanguna

manajemnen.”

7

Pengendalian dapat dilaksanakan didalam organisasi maupun pengendalian

diluar organisasi. Pegendalian di dalam organisasi berarti mengendalikan

organisasi melalui aturan-aturan yang ada dalam organisasi melalui prosedur kerja

maupun melalui kepatuhan terhadap kebijakan manajerial, sedangkan

pengendalian diluar organisasi lebih menekankan untuk menjaga organisasi dari

serangan luar seperti ancaman dari organisasi lain serta keadaan ekonomi politik

yang tidak stabil.

6

Raymond McLeod, Jr. dan George P. Schell, 2007, Sistem Informasi Manajemen, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, hal. 279.

7


(6)

2.1.3 Sistem pengendalian intern

Pengendalian didalam organisasi sering kali berkaitan dengan menghindari

adanya kecurangan dan penyimpangan yang terjadi ditubuh organisasi. Berkaitan

dalam hal keuangan, pengendalian keuangan didalam organisasi sering disebut

dengan pengendalian intern. Pengendalian intern digunakan untuk mencegah

terjadinya penyimpangan dan kecurangan dalam hal keuangan sebelum hal itu

dapat terjadi.

“P

engendalian

internal

adalah

semua

rencana

organisasional, metode dan pengukuran yang dipilih oleh

suatu

kegiatan

usaha

untuk

mengamankan

harta

kekayaannya, mengecek keakratan dan keandalan data

akuntansi

usaha

tersebut,

meningkatkan

efisiensi

operasional,

dan

mendukung

dipatuhinya

kebijakan

manajerial yang telah diteapkan.

8

Pengendalian intern merupakan sebuah sistem yang ada dalam organisasi,

oleh karena itu sering disebut dengan sistem pengendalian intern. Sistem

pengendalian intern merupakan sistem yang mengatur pengontrolan dan

pengendalian intern yang digunakan dalam organisasi. Pengelolaan sistem

pengendalian yang baik dapat menjaga keamanan dan kekayaan organisasi.

Sistem pengendalian intern juga mengatur dalam pembagian antar fungsi dalam

organisasi sehingga dapat meminimalkan kecurangan yang terjadi. Sistem

pengendalian intern termasuk rencana organisasi yang dilakukan manajer untuk

mengecek keakuratan dan keandalan data akuntansi.

8

Anastasia, Diana dan Lilis, Setiawati, 2011, Sistem Informasi Akuntansi Perencanaan, Proses dan Penerapan, Penerbit Andi, Yogyakarta hal 82.


(7)

Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi,

metoda dan ukuran-ukuran yang dikoordina sikan untuk

menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan

keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan

mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

9

Sebuah sistem pengendalian intern yang tidak memasukan unsur pengendalian

internal besar kemungkinannya sistem informasi tersebut tidak ada gunannya. Salah

satu tujuan sistem pengendalian internal adalah menghasilkan informasi keuangan

yang andal dan dapat dipercaya. Selain itu tujuan dari sistem pengendalian intern

yang adalah:

“1.

Menjaga kekayaan organisasi,

2.

Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi,

3.

Mendorong efisiensi,

4.

Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

10

Tujuan diatas menggambarkan pentingnya sistem pengendalian internal bagi

organisasi. Pengendalian intern dalam sistem pengendalian internal dibagi menjadi 2

kategori pengendalian, yaitu pengendalian administratif dan pengendalian

akuntansi. Pengendalian administrasi menekankan pada dipatuhinya kebijakan

manajer melalui prosedur dalam proses pengambilan keputusan, sedangkan

pengendalian akuntansi lebih menekankan pada prosedur dalam proses pengelolaan

data akuntansi.

9

Mulyadi, Loc. Cit., hal. 163

10


(8)

“1. Pengendalian administratif

Meliputi struktur organisasi dan prosedur-prosedur dan

catatan-catatan

yang

berkaitan

dengan

prosses

pengambilan keputusan yang dengan pengesahan

transaksi-trasnsaksi

oleh

manajemen.

Pengesahan

tersebut

merupakan fungsi manajemen yang secara langsung dengan

tanggung ja wab untuk mencapai tujuan perusahaan dan

merupakan titik awal untuk menyusun pengawasan

akuntansi atas transaksi-transaksi.

2.

Pengendalian akuntansi

Meliputi struktur organisasi, prosedur-prosedur dan

catatan-catatan yang berkaitan dengan pengaman aktiva

dan dipercayainya catatan financial dan konsekuensinya.

organisasi, prosedur dan catatan-catatan itu disusun

untukmemberikan jaminan yang cukup dalam arti:

a.

Transaksi-transaksi dilaksanakan dengan pengesahan

manajemen, secara umum maupun khusus

b.

Transaksi-transaksi dicatat untuk:

-

Memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang

sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima umumatau

kriteria-kriteria lain yang perlu untuk laporan tersebut

-

Menunjukan pertanggungja waban atas aktiva (assets)

c.

Akses aktiva (aset) hanya diperbolehkan bila sudah

sesuai dengan otorisasi yang diberikan manajemen.

d.

tanggungjawab aktiva (menurut catatan) dibandingkan

dengan aktiva yang ada pada setiap waktu tertentu dan

pentingnya diambil tindakan yang diperlukan bila ada

perbedaan-

perbedaan.”

11

Sistem pengendalian intern yang baik harus memenuhi unsur-unsur yang

menyusunnya. Unsur-unsur yang ada dalam sistem pengendalian inten tersebut

adalah:

“1.

Struktur organisa si yang memisahkan tanggungja wab

fungsional secara tegas.

Struktur organisasi merupakan kerangka (framework)

pembagian tugas fungsional kepada unit-unit organisasi

yang dibentuk untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan

pokok perusahaan. Pembagian tanggungja wa b dalam

11

Sanyoto, Gondodiyoto, 2007, Audit Sistem Informasi + Pendekatan CobIT, Penerbit Mitra Wacana Media, Jakarta, hal. 83


(9)

organisasi ini didasarkan pada prisip-prinsip berikut ini:

a.

Harus

dipisahkan

fungsi-fungsi

operasi

dan

penyimpanan dari fungsi akuntansi. Fungsi opera si adalah

fungsi yang memiliki wewenang untuk mela ksana kan suatu

kegiatan wewenang untuk melaksanakan suatu kegiata

-kegiatan pokok perusahaan.

b.

Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggungja wab penuh

untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.

2.

Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang

memberikan perlindungan cukup terhadap kekayaan,

utang, pendapatan dan biaya.

Dalam organisa si, setiap transaksi hanya trjadi a tas dasa r

otorisasi da ri pejabat yang memiliki wewena ng untuk

menyetujui terjadinya transa sksi tersebut. Oleh karena itu,

dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur

pembagian wewenang untuk otorisa si atas terla ksananya

setiap transaksi.

3.

Praktik yang sehat dalam melaksanakan tuga s dan

fungsi setiap unit organisasi.

Pembagian

tanggungja wab

fungsional

dan

sistem

wewenang dan prosedur pencatatan yang telah ditetapkan

tidak akan terlaksana dengan baik jika tidak diciptakan

cara-cara

untuk

menjamin

pra ktik

sehat

dalam

pelaksanaannya. Adapun cara-caranya adalah sebagai

berikut:

a.

Pengunaan formulir bernomor urut tercetak yang

pemakaiannya harus dipertanggungja wabkan oleh yang

berwenang.

b.

Pemeriksaan mendadak (surprised audit).

c.

Setiap transaksi tidak boleh dilaksana kan dari a wa l

sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi,

tanpa campur tangan dari orang atau unit organisasi lain.

d.

Perputa ran jabatan (job rotation).

e.

Keharusan pengambilan cuti bagi ka rya wan yang

berhak.

f.

Secara periodik dilakukan pencatatan fisik kekayaan

dengan catatannya.

g.

Pembentukan unit organisasi yang bertugas untuk

mengecek efektifitas unsur-unsur pengendalian intern yang

lain.

4.

Karya wan

yang

sesuai

dengan

mutu

dan

tanggungja wabnya.

Unsur ini merupa kan unsur yang paling penting, karena

jika perusahaan memiliki ka rya wan yang kompeten dan

jujur, unsur pengendalian lain dapat dikurangi sampai

batas minimu, dan perusahaan tetap mampu menghasilkan


(10)

pertanggungja wabkan keuangan yang dapat diandalkan.

Untuk mendapatkan karya wan tersebut maka ada caranya,

yaitu:

a.

Seleksi calon ka rya wan berda sarkan persyaratan yang

dituntut oleh pekerjaannya.

b.

Pengembangan pendidikan karya wan selama menjadi

karya wan

perusahaan,

sesuai

dengan

tuntutan

perkembangan perkerjaannya.

12

Melalui pemenuhan unsur-unsur tersebut, maka sistem pengendalian intern

dapat menjadi baik. Oleh karena itu dalam pembuatan sistem pengendalian intern

harus mencakup keseluruhan unsur-unsur tersebut untuk mengendalikan kegiatan

operasional perusahaan.

Pandangan lain terdapat suatu model pengendalian yang disebut COSO (

the

Committe of Sponsoring Organizations

). COSO merupakan lembaga yang

menerbitkan laporan berjudul

Internal Control-Integrated Freamework

pada

tahun 1992. Kelembagaan COSO terdiri dari wakil dari berbagai organisasi

AICPA (

American Institute of Certifiad Public Accountants

)

,

AAA (

America n

Accounting

Association),

the Institute of Internal Auditor, the Institute of

Manajemen Accountants,

dan

the Financial Executives Institute.

Tujuan utama

dari COSO adalah:

“1. Menetapkan definisi pengendalian intern yang dapat

memenuhi kebutuhan bernagai pihak, dan

2. Menetapkan suatu standar yang dapat digunakan oleh

bisnis dan entitas lainnya sebagai acuhan dalam

menetapkan pengendalian intern mereka dan menentukan

bagaimana memperbaikinya.”

13

12

Mulyadi, Op.Cit.,hal 165-171.

13

Al-Haryono Yusuf, 2004, Auditing (Pengauditan) Buku 1, STIE YKPN, Yogyakarta, hal. 251.


(11)

COSO lebih mengarah pada proses pengendalian yang dipengaruhi oleh

dewan direksi, manajemen, serta seluruh staff dan karyawan. Menurut COSO ada

lima komponen struktur pengendalian intern yang saling berkaitan yaitu:

“1. Lingkungan pengendalian

2. Perhitungan Resiko

3. Informasi dan komunikasi

4. Aktivitas pengendalian

5. Pemonitoran”

14

Tabel 2.1 Komponen-Komponen Struktur Pengendalian Intern

Komponen Deskripsi yg berhubungan dg

pelaporan keuangan

Faktor-faktor kunci Lingkungan

pengedalian

Menciptakan iklim/suasana bagi organisasi, mempengaruhi kesadaran akan pengendalian bagi orang-orang dalam organisasi, merupakan fondasi bagi komponen-komponen lainnya.

Faktor-faktor pengendalian lingkungan:

- Integritas dan nilai-nilai etika - Komitmen akan kompetensi - Dewan komisaris dan komite audit - Falsafat manajemen dan gaya

operasinya - Struktur organisasi

- Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab

- Kebijakan prakting tentang SDM

Perhitungan resiko

Identitas perusahaan, analisis dan pengelolaan resiko yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan secara wajar sesui prinsip akuntansi berlaku umum

Proses harus mempertimbangkan: -Hubungan resiko dengan asersi-asersi

LK spesifik serta aktifitas pencatatan, pengolahan, peringkasan dan

pelaporan data keuangan yang bersangkutan.

-Kejadian dan keadaan intern maupun ekstern

-Pertimbangan khusus atas perubahan keadaan

Serupa dengan penetapan auditor tentang resiko bawaan.

Informasi dan komunikasi

Sistem informasi meliputi sistem akuntansi dan terdiri dari metode-metode dan catatan-catatan yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, mrngabungkan, menganalisis, mengelompokan, mencatat, dan melaporkan transaksi-transaksi perusahaan dan menetapkan

Fokus sistem akuntansi adalah pada transaksi:

-Sistem akuntansi yang efektif harus menangani transaksi dengan cara sedemikian rupa, sehingga dapat mencegah salah saji dalam asersi manajemen pada LK.

-Sistem harus menciptakan alur audit

14


(12)

pertanggungjawaban atas aktiva dan kewajiban; kominikasi meliputi pemberian pemberian pengertian yang jelas mengenai peran dan tanggungjawab individu sehubungan dengan SPI atas pelaporan keuangan

dan alur transaksi yang lengkap Mencakup pedoman tertulis kebijakan, daftar kode rekening, dan

memorandum.

Aktivitas pengendalian

Kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajer telah

dilaksanakan dan tindakan yang diperlukan telah dilakukan untuk mengelola resiko dalam rangka mencapai tujuan perusahaan dan ditetapkan pada berbagai jenjang organisasi dan fungsi.

Kategori:

-Pengendalian pengolahan informasi -Pengendalian umum

-Pengendalian aplikasi -Pengotorasian yang tepat -Dokumen dan catatan -Pengencekan independen -Pemisahan tugas

-Pengawasan fisik -Review kinerja

Pemonitoran Proses yang dilakukan personil

yang tepat untuk menilai kualitas kinerja SPI sepanjang waktu, termasuk penilaian apakah rencana telah dioperasikan sebagaimana yang dikendaki dan apakah modifikasi telah dilakukan untuk perubahan kondidi yang terjadi.

Dapat dilakukan melalui: - Aktivitas yang sedang berjalan - Penilaian periodic

Input bias berasal dari:

- Sumber intern seperti manajemen dan auditor intern.

- Sumber ekstern seperti pelangan, pemasok, instansi pemerintah, auditor ekstern.

Sumber: Al-Haryono, Yusuf, 2004, Auditing (Pengauditan) Buku 1, STIE YKPN, Yogyakarta, hal. 272-273.

2.2 Hakekat Yayasan

2.2.1

Organisasi Sektor Publik

Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak lepas dengan adanya sektor

publik. Sektor publik yang ada bukan hanya pemerintahan saja, namun juga partai

politik, pendidikan, dll yang memberikan pelayanan kepada publik. Organisasi

sektor publik ini ada bukan semata-mata untuk mencari laba, namun untuk

meningkatkan kesejahteraan pemerintah.

“….

organisasi sektor publik (OSP) adalah sebagai entitas

ekonomi yang menyediakan ba rang dan/atau meningkatkan

kesejahteraan ma syaratkan dan bukan untuk mencari

keuntungan financial. OSP disebut entitas ekonomi karena


(13)

organisasi ini memiliki dan mengelola sumber daya

ekonomi yang tidak kecil serta melakukan

transaksi-transaksi ekonomi dan keuangan.

15

Perbedaan organisasi sektor publik dengan bukan organisasi sektor public

terletak pada ciri-cirinya organisasi sektor publik. Ciri-ciri organisasi sektor

publik, yaitu:

“1.

Di jalankan tidak untuk mencari keuntungan financial,

melainkan untuk menncapai suatu misi atau tujuan tertentu

(driven by mission)

2. Di miliki secar kolektif oleh publik.

3. Kepemilikan atas sumber da ya tidak digambarkan dalam

bentuk dapat diperjualbelikan.

4. Keputusan-keputusan yang terkait kebijakan maupun

operasi sering kali didasarkan pada konsensus.

16

Organisai sektor publik tidak menekankan pada keuntungan, karena

termasuk dalam organisasi nirlaba. Organisasi sektor publik dibedakan menjadi

beberapa jenis. Jenis-jenis organisasi sektor publik tersebut adalah:

“1.

Institusi Pemerintah

Institusi pemerintah merupakan bagian organisa si sektor

publik yang berbentuk instansi pemerintah berikut:

a.

Pemerintah Pusat, termasuk di dalamnya:

1)

Kementrian

seperti

Depa rtemen

Dalam

Negeri,

departemen Soaial, Departemen Keuangan, dan lain-lain.

2)

Lembaga dan badan negara seperti KPU, KPK, dan

lain-lain.

b.

Pemerintah daerah, termasuk didalamnya :

Satuan Kerja Perangkat daerah seperti Dinas pendidikan,

Dinas Kesehatan, Dinas Perhubungan, Dinas Pendapatan

15

Deddi Nordiawan dan Ayuningtyas Hertianti, 2010, Akuntansi Sektor Publik Edisi 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, hal. 4.

16


(14)

dan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah, Kantor

Catatan Sipil, dan lain lain.

2.

Organisasi Nirlaba Milik Pemerintah

Organisasi nirlaba milik pemerintah merupaka n bagian

organisasi sektor publik yang bentuknya bukan instansi

pemerintah, tetapi dimiliki pemerintah. Contohnya:

a.

Perguruan tinggi BHMN

b.

Rumah sakit milik pemerintah, seperti RSCM, RS

daerah.

c.

Yayasan-yaya san milik pemerintah

Pada perkembangannya, sebagian organisasi dalam

kelompok ini, dikategorikan dalam kelompok yang lebih

khusus, yaitu Badan Layana Umum (BLU) dan Badan

Layanan Umum Daerah (BLUD).

3.

Organisasi Nirlaba Milik swasta

Organisais nirlaba milik swa sta merupakan bagian

organisasi sektor publik yang dimiliki dan dikelola oleh

pihak swa sta. Contohnya:

a.

Yayasan, seperti Foundation, Dompet Dhuafa, dan

lain-lain.

b.

Sekolah dan Universitas swasta.

c.

Rumah sakut milik swa sta.

17

Organisasi sektor publik juga memerlukan adanya sistem pengendalian

intern. Sistem pengendalian intern ini ditujukan untuk menghindari ternjadinya

penyimpangan dan kecurangan dalam tubuh organisasi sektor publik sebagai

tanggangjawab atas pengunaan dana yang berasal dari publik untuk

menyejahterakan publik.

2.2.2 Yayasan

Yayasan merupakan salah satu organisasi sektor publik. Pendirian yayasan

tidak diperuntunkan untuk mencari laba, namun untuk mencapai tujuan lain

dibidang kemasyarakatan.

17


(15)

Yayasan adalah badan hukum yang terdiri ata s kekayaan

yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan

tertentu di bidang sosial, keagamaan dan kemanusiaan

yang tidak mempunyai anggota.

18

Yayasan yang merupakan bagian dari badan usaha memiliki pemahaman

berbeda dengan badan usaha lain. Badan usaha lain dapat berupa sebuah

perkumpulan yang artinya lebih luas. Perbedaannya dapat dilihat pada tabel

berikut ini:

Tabel 2.2 Perbedaan antara Perkumpulan dan Yayasan

Perkumpulan Yayasan

Bersifat dan bertujuan komersial Bersifat dan bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan

Mementingkan keuntungan (profit oriented) Tidak semata-mata mengutamakan keuntungan atau mengejar/mencari keuntungan dan/atau penghasilan yang sebesar-besarnya

Mempunyai anggota Tidak mempunyai anggota

Sumber: Indra, bastian, 2007, Akuntansi Yayasan dan Lembaga Publik, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal.2.

Yayasan sebagai badan hukum mampu dan berhak serta berwenang untuk

melakukan tindakan-tindakan perdata. Keberadaan badan hukum yayasan bersifat

permanen, yaitu hanya dapat dibubarkan melalui persetujuan para pendiri dan

anggotanya. Yayasan hanya dapat dibubarkan jika segala ketentuan dan

persyaratan dalam anggaran dasarnya telah terpenuhi.

Pada dasarnya yayasan mempunyai sifat dan karakter yang berbeda dengan

badan usaha lain, karena penekanan dalam pendirian yayasan berbeda dengan

pendirian badan usaha lain. Berikut sifat dan karakteistik dari yayasan:

18

Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia nomor 16 tahun 2001 tentang Yayasan,, loc. cit. hal 1.


(16)

“1.

Tujuan

Menurut UU No.16 Tahun 2001, yayasan mempunyai

fungsi sebagai pranata hukum dalam rangka mencapai

tujuan

tertentu dibidang sosial, keagamaan, dan

kemanusiaan. UU tersebut menega skan bahwa yayasan

adalah suatu badan hukum yang mempunyai maksut dan

tujuan yang bersifat sosial, keagamaan dan kema nusiaan,

yang didirikan dengan memperhatikan persyarata n formal

yang ditentukan berdasarkan UU.

2.

Visi

Visi merupakan pandangan kedepan dimana suaatu

organisasi akan dia rahkan. Dengan mempunyai misi,

yayasan dapat berkarya secara konsisten dan tetap eksis,

antisipatif, inovatif, serta produktif.

3.

Misi

Sebelum menentukan tujuannya, misi atau ma ksut yayasan

harus diterapkan terlebih dahulu.misi adalah suatu

pernyataan umum tetang maksut yaya san.misi suatu

yayasan adalah ma ksut khas (unik) dan mendasar yang

membedakan organisasi dari organisa si lainnya dan

mengidentifikasi ruang lingkup operasi.

4.

Sumber pembiayaan dan kekayaan

Sumber pembiayaan yayasan berasal dari sajumlah

kekayaan yang dipisah dalam bentuk uang atau barang.

Selain itu, yayasan juga memperoleh sumbangan atau

bantuan yang tidak mengikat, seperti berupa:

a.

Wakaf

b.

Hibah

c.

Hibah wasiat

d.

Perolehan lain yang tidak bertentangan dengan

anggaran dasar ya yasan dan/atau peraturan perundangan

yang berlaku.

5.

Pola Pertanggungja waban

Dalam yayasan, Pengelola (Pengurus dan P enga wa s)

bertanggung kepada P embina yang di sampaika n dalam

RapatPembina yang diadakan setahun sekali.

6.

Struktur organisa si yayasan

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Pasal 1

Tentang Yayasan, sebagai hukum da sar positif, yayasan

diartikan sebagai badan hukum yang terdiri atas

kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukka n untuk

mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan,

dan kemanusiaan. Yayasan dapat melakukan kegiatan

usaha untuk menunjang pencapaian maksud dan


(17)

tujuannya dengan ca ra mendirikan badan usaha dan/atau

ikut serta dalam suatu badan usaha.

Berbeda dengan badan usaha lain, struktur organisasi

dalam yayasan diatur dalam peraturan yang baku dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Pasal 2 Tentang

Yayasan. Dalam Undang-Undang tersebut, Yayasan

terdiri da ri organ yang terdiri ata s Pembina, P engurus,

dan Penga was.

7.

Karakteristik anggaran

Dilihat dari karakteristik anggaran, rencana a nggaran

yayasan dipublikasikan kepada masya rakat secara

terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan. Anggaran tidak

boleh

menjadi

raha sia

internal

yaya san

yang

bersangkutan dan harus diinformasikan publik untuk

dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan. Anggaran

yayasan

merupakan

instrumen

akuntabilitasatas

pengelolaan dana publik dan pelaksanaan

program-program yang dibiayai dengan uang publik.

8.

Sistem akuntansi

Pada sebuah yaya san, penekanan diberika n pada

penyedia biaya data yang disajiakn dalam bentuk laporan

keuangan yang mengunakan sistem akuntansi berbasis

akrual (a ccrual accounting) yaiu akuntansi pendapatan

dan biaya.

19

Yayasan perlu menyusun laporan keuangan, seperti halnya organisasi sektor

publik lainnya. Laporan keuangan disusun sebagai tanggungjawab atas pemakaian

dana dari masyarakat. Tujuan penyusunan laporan keuangan yayasan untuk

menyajikan informasi mengenai:

“1.

Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, serta aktiva bersih

suatu yayasan;

2. Pengaruh transajsi, peristiwa, dan situa si lainnya yang

mengubah nilai serta sifat aktiva bersih;

3. Jenis dan jumlah arus masuk serta a rus kelua r sumber

daya selama satu periode dan hubungan diantara

keduannya;

4. Cara suatu yaya san mendapatkan dan membelanjakan

kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, serta

faktor lainnya yang berpengaruh terhadap likuiditasnya;

19


(18)

5. Usaha jasa suatu yayasan.

20

Pengankuntasian untuk yayasan hampir sama dengan pengankuntansian unit

usaha lain. Namun ada beberapa perbedaan yang signifikan dalam beberapa

transaksi, yaitu:

“1.

Akuntansi untuk sumbangan;

2.

Kapitalisasi dan penyusutan aktiva;

3.

Klasifikasi biaya fungsional.

21

2.3 Sistem Pengendalian Internal Pada Yayasan

Yayasan banyak berdiri diberbagai daerah. Baik yayasan sosial, pendidikan,

keagamaan, dll. Yayasan sebagai salah satu dari organisasi sektor publik harus

mempertanggungjawabkan dana yang telah digunakan yang berasal dari publik

untuk menjaga kepercayaan publik terhadap yayasan tersebut. Karakteristik yang

utama dalam yayasan adalah dananya yang berasal dari sumbangan.

“Karakteristik utama organisasi nonprofit seperti yayasan

berbeda dengan organisasi swasta (profit). Perbedaannya

terletak pada sumber daya a wal yang dibutuhkan, yang

umumnya dari sumbangan”.

22

Kelancaran sumber daya yayasan dapat diperoleh dengan lancar jika

yayasan dapat menjaga kepercayaan publik. Kepercayaan ini dapat dinilai melalui

laporan keuangan yayasan. Dari laporan keuangan ini maka pemakai kepentingan

akan menilai:

20

Indra Bastian, Ibid, hal. 74.

21

Indra Bastian, Ibid, hal 78.

22


(19)

“1.

Jasa yayasan dan kemampuan yaya sa n untuk

memberikan jasa seca ra berkesinambungan.

2.

Mekanisme pertanggungja waban dan a spek kinerja

pengelola.

23

Yayasan harus mempunyasi sistem pengendalian internal yang baik untuk

menjaga kepercayaan publik. Sistem pengendalian internal ini dapat

meminimalkan resiko terhadap kecurangan keuangan dan administrasi. Adapun

tujuan dari pengendalian ini adalah sebagai berikut:

“1.

Informasi

keuangan

harus

dapat

dipercaya

sehinggapengelola mendapatkan informasi yang akurat

untuk perencanaan program dan pengambilan keputusan

lainnya.

2.

Aktiva dan catatan-catatan organisa si tidak dicuri,

disalah gunakan. Dirusak dengan sengaja.

3.

Kebijakan-kebijakan yayaan diikuti.

4.

Peraturan-peraturan pemerintah terpenuhi.

24

Tujuan diatas mengambarkan sistem pengendalian internal mempunyai

peran besar dalam menjaga kesehatan dari yayasan. Untuk itu sistem

pengendalian internal pada yayasan harus baik.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dalam penelitian ini mengacu pada penelitian

efektivitas pengendalian Internal pemberian kredit pada Koperasi Simpan Pinjam

Jaya Eka Sakti Salatiga (Muziarizqi, 2012). Jenis penelitian ini adalah deskriptif

studi kasus dengan prosedur pengumpulan data dengan wawancara dan observasi.

23

Bastian, Indra, Loc. Cit., hal 73.

24


(20)

Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengukur tingkat efektivitas pengendalian

internal pemberian kredit dengan mengunakan pendekatan yang merupakan 4

unsur sistem pengendalian internal dalam teori Mulyadi, yang hasilnya

menunjukan bahwa pemberian kredit agribisnis pada Koperasi Simpan Pinjam

Jaya Eka Sakti telah efektif, hal ini ditunjukan oleh tercapainya tujuan organisasi

atas pemberian kredit agribisnis.

Penelitian Kampo yaitu Analisis Sistem pengendalian Internal Yayasan

Pendidikan (studi pada Yayasan Paulus Makassar), menyebukan bahwa

lingkungan pengendalian yayasan telah baik dengan dukungan filosopi

manajemen yang didasarkan pada makna karya sebagai salah satu sarana

pewartaan iman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (73%)

elemen-elemen pengendalian internal sudah dimiliki oleh yayasan, meskipun

dalam

pelaksanaannya

masih

harus

disempurnakan.

Hasil

tersebut

mengindikasikan sistem pengendalian internal yayasan belum dapat menjamin

ketersediaan informasi keuangan yang akurat, andal, dan terutama dalam usaha

melindungi asset yayasan secara aman. Penelitian ini mengunakan data primer

dan data skunder serta pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,

check

list

dan manuskrip wawancara. Penganalisisan sistem pengendalian internal

mengunakan sistem pengendalian internal menurut

COSO

(

Committee of

Sponsoring Organisations of the Treadway Commission

) yang meliputi 5

komponen yaitu lingkungan pengendalian, aktivitas pengendalian, penilaian

resiko, informasi dan komunikasi serta mentoring. Penelitian ini menunjukan


(21)

bahwa pengendalian intern yayasan yang baik penting sebagai salah satu unsur

dari keberhasilan pencapaian tujuan yayasan.

Pengendalian intern yang menunjang keberhasilan yayasan yang merupakan

sebuah badan usaha, ditunjukan dengan adanya penelitian tentang pengaruh

efektivitas sistem pengendalian internal terhadap badan usaha selain yayasan yaitu

dalam penelitian Parno (2005) yang berjudul Pengaruh Efektivitas Sistem

Pengendalian Intern Terhadap Keberhasilan Usaha Koperasi Pegawai Republik

Indonesia (KPRI) di Kota Semarang. Hasil dari penelitian ini menjukan bahwa

keberhasilan usaha KPRI di Kota Semarang dipengaruhi oleh efektifitas sistem

pengendalian intern. Dalam penelitian ini mengunakan penelitian kuantitatif

dengan populasi berjumlah 63 KPRI dan sampel 16 KPRI. Teknik pengumpulan

data mengunakan angket, metode dokumentasi dan metode wawancara. Penelitian

ini mengunakan data gabungan antara

time series

dan

cross section data

. Adanya

penelitian ini, maka pelaksanaansistem pengendalian intern Yayasan Sosial

Kristen Salib Putih akan sangat penting demi tercapainya keberhasilan tujuan

yayasan.

2.5 Kerangka Berfikir Penelitian

Sebuah

yayasan

memerlukan

sistem

pengendalian

intern

untuk

mengamankan kekayaan dan kas yang ada. Pengendalian ini dapat dilihat dari

adaya 4 (empat) unsur sistem pengendalian internal yang ada dalam sistem

pengendalian intern. Keempat unsur tersebut adalah:


(22)

“1.

Struktur organisa si yang memisahkan tanggungja wab

fungsional secara tegas.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang

memberikan perlindungan cukup terhadap kekayaan,

utang, pendapatan dan biaya.

3.

Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan

fungsi setiap unit organisasi.

4.

Karya wan

yang

sesuai

dengan

mutu

dan

tanggungja wabnya.

25

Yayasan Sosial Kristen Salib Putih memerlukan sistem pengendalian yang

baik untuk mengamankan kekayaan dan kas yang ada. Untuk itu dalam penelitian

Sistem Pengendalian Intern pada Yayasan Sosial Kristen Salib Putih, penulis

membuat kerangka berfikir sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian

25

Mulyadi, Loc.Cit., hal. 164.

SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Kerangka Konseptual Sistem Pengendalian Intern:

1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. 4. Karyawan yang sesuai dengan mutu dan tanggung jawabnya.

Identifikasi Sistem Pengendalian Intern YangBerlaku

Deskripsi Sistem Pengendalian Intern Di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih


(1)

tujuannya dengan ca ra mendirikan badan usaha dan/atau ikut serta dalam suatu badan usaha.

Berbeda dengan badan usaha lain, struktur organisasi dalam yayasan diatur dalam peraturan yang baku dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 Pasal 2 Tentang Yayasan. Dalam Undang-Undang tersebut, Yayasan terdiri da ri organ yang terdiri ata s Pembina, P engurus, dan Penga was.

7. Karakteristik anggaran

Dilihat dari karakteristik anggaran, rencana a nggaran yayasan dipublikasikan kepada masya rakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan. Anggaran tidak boleh menjadi raha sia internal yaya san yang bersangkutan dan harus diinformasikan publik untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan. Anggaran yayasan merupakan instrumen akuntabilitasatas pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dengan uang publik.

8. Sistem akuntansi

Pada sebuah yaya san, penekanan diberika n pada penyedia biaya data yang disajiakn dalam bentuk laporan keuangan yang mengunakan sistem akuntansi berbasis akrual (a ccrual accounting) yaiu akuntansi pendapatan dan biaya.19

Yayasan perlu menyusun laporan keuangan, seperti halnya organisasi sektor publik lainnya. Laporan keuangan disusun sebagai tanggungjawab atas pemakaian dana dari masyarakat. Tujuan penyusunan laporan keuangan yayasan untuk menyajikan informasi mengenai:

“1. Jumlah dan sifat aktiva, kewajiban, serta aktiva bersih suatu yayasan;

2. Pengaruh transajsi, peristiwa, dan situa si lainnya yang mengubah nilai serta sifat aktiva bersih;

3. Jenis dan jumlah arus masuk serta a rus kelua r sumber daya selama satu periode dan hubungan diantara keduannya;

4. Cara suatu yaya san mendapatkan dan membelanjakan kas, memperoleh pinjaman dan melunasi pinjaman, serta faktor lainnya yang berpengaruh terhadap likuiditasnya;

19


(2)

5. Usaha jasa suatu yayasan.20

Pengankuntasian untuk yayasan hampir sama dengan pengankuntansian unit usaha lain. Namun ada beberapa perbedaan yang signifikan dalam beberapa transaksi, yaitu:

“1. Akuntansi untuk sumbangan; 2. Kapitalisasi dan penyusutan aktiva; 3. Klasifikasi biaya fungsional.21

2.3 Sistem Pengendalian Internal Pada Yayasan

Yayasan banyak berdiri diberbagai daerah. Baik yayasan sosial, pendidikan, keagamaan, dll. Yayasan sebagai salah satu dari organisasi sektor publik harus mempertanggungjawabkan dana yang telah digunakan yang berasal dari publik untuk menjaga kepercayaan publik terhadap yayasan tersebut. Karakteristik yang utama dalam yayasan adalah dananya yang berasal dari sumbangan.

“Karakteristik utama organisasi nonprofit seperti yayasan berbeda dengan organisasi swasta (profit). Perbedaannya terletak pada sumber daya a wal yang dibutuhkan, yang umumnya dari sumbangan”. 22

Kelancaran sumber daya yayasan dapat diperoleh dengan lancar jika yayasan dapat menjaga kepercayaan publik. Kepercayaan ini dapat dinilai melalui laporan keuangan yayasan. Dari laporan keuangan ini maka pemakai kepentingan akan menilai:

20

Indra Bastian, Ibid, hal. 74. 21

Indra Bastian, Ibid, hal 78. 22


(3)

“1. Jasa yayasan dan kemampuan yaya sa n untuk memberikan jasa seca ra berkesinambungan.

2. Mekanisme pertanggungja waban dan a spek kinerja pengelola.23

Yayasan harus mempunyasi sistem pengendalian internal yang baik untuk menjaga kepercayaan publik. Sistem pengendalian internal ini dapat meminimalkan resiko terhadap kecurangan keuangan dan administrasi. Adapun tujuan dari pengendalian ini adalah sebagai berikut:

“1. Informasi keuangan harus dapat dipercaya sehinggapengelola mendapatkan informasi yang akurat untuk perencanaan program dan pengambilan keputusan lainnya.

2.Aktiva dan catatan-catatan organisa si tidak dicuri, disalah gunakan. Dirusak dengan sengaja.

3.Kebijakan-kebijakan yayaan diikuti.

4.Peraturan-peraturan pemerintah terpenuhi.24

Tujuan diatas mengambarkan sistem pengendalian internal mempunyai peran besar dalam menjaga kesehatan dari yayasan. Untuk itu sistem pengendalian internal pada yayasan harus baik.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dalam penelitian ini mengacu pada penelitian efektivitas pengendalian Internal pemberian kredit pada Koperasi Simpan Pinjam Jaya Eka Sakti Salatiga (Muziarizqi, 2012). Jenis penelitian ini adalah deskriptif studi kasus dengan prosedur pengumpulan data dengan wawancara dan observasi.

23

Bastian, Indra, Loc. Cit., hal 73. 24


(4)

Dalam penelitian ini peneliti mencoba mengukur tingkat efektivitas pengendalian internal pemberian kredit dengan mengunakan pendekatan yang merupakan 4 unsur sistem pengendalian internal dalam teori Mulyadi, yang hasilnya menunjukan bahwa pemberian kredit agribisnis pada Koperasi Simpan Pinjam Jaya Eka Sakti telah efektif, hal ini ditunjukan oleh tercapainya tujuan organisasi atas pemberian kredit agribisnis.

Penelitian Kampo yaitu Analisis Sistem pengendalian Internal Yayasan Pendidikan (studi pada Yayasan Paulus Makassar), menyebukan bahwa lingkungan pengendalian yayasan telah baik dengan dukungan filosopi manajemen yang didasarkan pada makna karya sebagai salah satu sarana pewartaan iman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (73%) elemen-elemen pengendalian internal sudah dimiliki oleh yayasan, meskipun dalam pelaksanaannya masih harus disempurnakan. Hasil tersebut mengindikasikan sistem pengendalian internal yayasan belum dapat menjamin ketersediaan informasi keuangan yang akurat, andal, dan terutama dalam usaha melindungi asset yayasan secara aman. Penelitian ini mengunakan data primer dan data skunder serta pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, check list dan manuskrip wawancara. Penganalisisan sistem pengendalian internal mengunakan sistem pengendalian internal menurut COSO (Committee of Sponsoring Organisations of the Treadway Commission) yang meliputi 5 komponen yaitu lingkungan pengendalian, aktivitas pengendalian, penilaian resiko, informasi dan komunikasi serta mentoring. Penelitian ini menunjukan


(5)

bahwa pengendalian intern yayasan yang baik penting sebagai salah satu unsur dari keberhasilan pencapaian tujuan yayasan.

Pengendalian intern yang menunjang keberhasilan yayasan yang merupakan sebuah badan usaha, ditunjukan dengan adanya penelitian tentang pengaruh efektivitas sistem pengendalian internal terhadap badan usaha selain yayasan yaitu dalam penelitian Parno (2005) yang berjudul Pengaruh Efektivitas Sistem Pengendalian Intern Terhadap Keberhasilan Usaha Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) di Kota Semarang. Hasil dari penelitian ini menjukan bahwa keberhasilan usaha KPRI di Kota Semarang dipengaruhi oleh efektifitas sistem pengendalian intern. Dalam penelitian ini mengunakan penelitian kuantitatif dengan populasi berjumlah 63 KPRI dan sampel 16 KPRI. Teknik pengumpulan data mengunakan angket, metode dokumentasi dan metode wawancara. Penelitian ini mengunakan data gabungan antara time series dan cross section data. Adanya penelitian ini, maka pelaksanaansistem pengendalian intern Yayasan Sosial Kristen Salib Putih akan sangat penting demi tercapainya keberhasilan tujuan yayasan.

2.5 Kerangka Berfikir Penelitian

Sebuah yayasan memerlukan sistem pengendalian intern untuk mengamankan kekayaan dan kas yang ada. Pengendalian ini dapat dilihat dari adaya 4 (empat) unsur sistem pengendalian internal yang ada dalam sistem pengendalian intern. Keempat unsur tersebut adalah:


(6)

“1. Struktur organisa si yang memisahkan tanggungja wab fungsional secara tegas.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.

4. Karya wan yang sesuai dengan mutu dan tanggungja wabnya.25

Yayasan Sosial Kristen Salib Putih memerlukan sistem pengendalian yang baik untuk mengamankan kekayaan dan kas yang ada. Untuk itu dalam penelitian Sistem Pengendalian Intern pada Yayasan Sosial Kristen Salib Putih, penulis membuat kerangka berfikir sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penelitian

25

Mulyadi, Loc.Cit., hal. 164.

SISTEM PENGENDALIAN INTERN

Kerangka Konseptual Sistem Pengendalian Intern: 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.

3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. 4. Karyawan yang sesuai dengan mutu dan tanggung jawabnya.

Identifikasi Sistem Pengendalian Intern YangBerlaku

Deskripsi Sistem Pengendalian Intern Di Yayasan Sosial Kristen Salib Putih


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Fisik Sehari-Hari pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga T1 462011031 BAB II

0 1 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Self-Esteem pada Lansia di Panti Wredha Salib Putih Salatiga Jawa Tengah T1 462009048 BAB II

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Intern pada Yayasan Sosial Kristen Salib Putih

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Intern pada Yayasan Sosial Kristen Salib Putih T1 162010051 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Intern pada Yayasan Sosial Kristen Salib Putih T1 162010051 BAB IV

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Intern pada Yayasan Sosial Kristen Salib Putih T1 162010051 BAB V

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Intern pada Yayasan Sosial Kristen Salib Putih

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Sistem Pengendalian Intern Pada KSP Pamardi Utomo Unit Ungaran T1 162010026 BAB II

0 1 21

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Kesejahteraan pada Lanjut Usia di Panti Werdha Sosial dan Mandiri Salib Putih Kota Salatiga T1 462010017 BAB II

0 0 25

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Panti Asuhan dalam Membina Kemandirian Anak di Panti Asuhan Salib Putih Salatiga T1 BAB II

0 0 20