BIMBIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM MELALUI MODEL PENDIDIKAN SEKS BAGI SISWA SD UNTUK MENGURANGI KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK DI DESA CONDONG KECAMATAN GADING KABUPATEN PROBOLINGGO.

(1)

BIMBIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM MELALUI MODEL PENDIDIKAN SEKS BAGI SISWA SD UNTUK MENGURANGI KEKERASAN SEKSUAL PADA

ANAK DI DESA CONDONG KECAMATAN GADING KABUPATEN PROBOLINGGO

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

OLEH : SRI ANDAYANI

NIM.B03212025

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Sri Andayani (B03212025), Bimbingan dan Konseling Islam Melalui Model Pendidikan Seks Bagi Siswa SD Untuk Mengurangi Kekerasan Seksual di Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo.

Permasalahan yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam melalui Model Pendidikan Seks bagi siswa SD untuk mengurangi kekerasan seksual di desa Condong kecamatan Gading kabupaten Probolinggo.

Untuk menjawab permasalahan tersebut peneliti menggunakan metode pengembangan melalui model paket pendidikan seks. Dalam paket tersebut berisikan 12 materi atau tema tentang pendidikan seks, yaitu 1) aku dan kamu unik; 2) Aku dan teman-temanku; 3) Jenis kelamin laki-laki dan perempuan; 4) Peran anak laki-laki dan perempuan; 5) Tubuhku; 6) Ketika kita bayi; 7) Cara merawat dan memelihara tubuh; 8) Cara menjaga tubuh; 9) keluarga; 10) Aku dan pakaianku; 11) Perasaanku dan perasaanmu; 12) Apakah kamu selalu dapat melakukan apa yang kamu inginkan.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Condong kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo. Model paket yang telah berupa buku yang sebelumnya telah diujikan ke beberapa ahli kemudian di bagikan ke siswa kelas V. Setelah itu peneliti melakukan refleksi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait buku dan beberapa tema yang diujikan. Proses pelaksanaan penelitian dilakukan kurang lebih selama dua kali pertemuan. waktu pelaksanaan menghabiskan waktu sekitar 55 menit dalam setiap pertemuan. Proses pelaksanaan tersebut didampingi oleh wali kelas V. Pada proses pelasanaan tersebut peneliti mendapat sambutan yang positif dari siswa, bahwa proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran model pendidikan seks bagi siswa dapat di pahami dengan baik dan siswa menjadi lebih mengerti tentang pendidikan seks. Kata kunci : Bimbingan dan Konseling Islam, Pendidikan Seks, Kekerasan Seksual


(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Spesifikasi Produk ... 11

F. Keterbatasan Penelitian ... 15

G. Definisi Operasional ... 16

H. Sistematika Pembahasan ... 18

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teoritik ... 20

1. Bimbingan dan Konseling Islam ... 20

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam ... 20

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam ... 21

c. Fungsi Bimbingan dan Konseling Islam ... 22

2. Pendidikan Seks ... 23

a. Pengertian Pendidikan Seks ... 23

b. Tujuan Pendidikan Seks ... 26

c. Pentingnya Pendidikan Seks ... 29

d. Manfaat Pendidikan Seks ... 30

e. Peran Orang Tua Dalam Mengajarkan Pendidikan Seks Pada Anak ... 31

f. Pandangan Islam Terhadap Pendidikan Seks ... 32

3. Kekerasan Seksual ... 36

a. Pengertian Kekerasan Seksual ... 36

b. Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual ... 37

c. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Seksual ... 40

d. Dampak Kekerasan Seksual ... 42


(8)

BAB III : METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ... 47

B. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 48

C. Teknik Pengumpulan Data ... 51

D. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 53

BAB IV : PAPARAN HASIL PENELITIAN PENGEMBANGAN A. Deskripsi Produk ... 59

B. Proses Pelaksanaan Kegiatan ... 65

C. Evaluasi, Refleksi dan Rekomendasi Para Guru Setelah Melaksanakan Pelatihan Model Pendidikan Seks untuk Anak SD ... 68

D. Hasil Uji Kelayakan Paket ... 71

E. Analisa Produk ... 72

F. Hambatan dalam Proses Pelaksanaan Kegiatan ... 73

BAB V : KESIMPULAN A. Kesimpulan ... 81

B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Spesifikasi Produk... 13

Daftar Nama Siswa SDN Condong I Kelas V ... 47

Tabel Kegiatan Pelatihan Model Pendidikan Seks ... 64


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan penerus generasi keluarga dan bangsa. Perlu mendapat pendidikan yang baik sehingga potensi-potensi dirinya dapat berkembang pesat, sehingga akan tumbuh menjadi manusia yang memiliki kepribadian yang tangguh dan memiliki berbagai macam kemampuan dan ketrampilan yang bermanfaat.1

Anak adalah wujud dari kepolosan dunia. Ketidaktahuan anak tentang seks seringkali menjadi alasan pelecehan oleh orang dewasa. Seks adalah bagian dari kehidupan manusia. Sesuatu yang yang ada dan tidak bisa ditolak. Berbicara mengenai kata seks, memang masih dianggap tabu untuk dibicarakan oleh sebagian masyarakat kita, terutama para orang tua. Mungkin dalam anggapan atau stigma orang tua atau umumnya masyarakat, kata ini selalu dihubungkan dengan hal-hal yang berbau atau berkonotasi porno, kotor, mesum, dan semacamnya. Padahal, anggapan ini belum sepenuhnya benar, bahkan bisa jadi keliru. Dan keterbukaan orang tua sangatlah penting demi kemajuan dan keselamatan anak dari gagap seks.

Secara psikologi anak sangat membutuhkan bimbingan orang dewasa untuk mengerti definisi seks secara layak, karena anak belum bisa selektif kepada informasi yang didapat. Perlu kita ketahui bersama, bahwa pendidikan


(11)

2

seksualitas tidak membicarakan hal-hal yang ”mengumbar aurat” atau mengajarkan bagaimana caranya berhubungan seks dan bukan hanya membicaraan tentang seputar alat kelamin, tetapi seksualitas membicarakan tentang totalitas ekspresi kita sebagai laki-laki atau perempuan.2

Pada tradisi masyarakat maupun secara normatif orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik dan mengasuh anak-anaknya seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya masing-masing dan sesuai dengan norma yang ada dalam kehidupan. Sehubungan dengan itu orang tua patut mendidik atau menyampaikan tentang pendidikan seks, juga pemahaman seputar hal-hal yang berkaitan dengan kata seks, khususnya yang masih berusia dini sehingga tidak mengalami kekeliruan dalam menafsirkan kata seks. Begitupun ketika orang tua sedang bersama tidak memperlihatkan “adegan romantis” di hadapan anak, karena hal ini kemungkinan besar akan ditiru oleh anak. Kita harus ingat betul bahwa anak amat mudah meniru perbuatan orang dewasa yang pernah dilihatnya. Oleh karena itu pendidikan seks penting untuk diketahui dan dipahami oleh anak-anak, khususnya anak yang berusia sekolah dasar anatara 6-12 tahun. Sebab sering kali ditemui tindak kekerasan seksual pada anak dan fenomena pernikahan dini yang didasari oleh kurangnya pendidikan seks, di sekolah di rumah dan di masyarakat.

Anak yang masih berusia dini mudah sekali meniru apa yang mereka dengar dan apa yang mereka lihat serta memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Untuk menyikapi hal itu orang tua haruslah berusaha untuk mengalihkan


(12)

3

perhatian mereka kepada hal-hal yang positif guna menambah pengetahuan mereka, dan mencegah dari hal-hal yang merugikan dan menyesatkan mereka.3

Sedikit sekali masyarakat terutama orang tua yang peduli akan pendidikan seks dan menempatkan bahwa seks adalah sesuatu yang penting. Bahkan banyak orang tua yang tidak memberikan pendidikan seks pada anak, dengan alasan anak akan tahu dengan sendirinya. Selama ini seks identik dengan orang dewasa saja, pada hal itu pemahaman yang salah dan tidak benar.

Membahas masalah seks pada anak memang tidak mudah. Namun, mengajarkan pendidikan seks pada anak harus diberikan agar anak tidak salah melangkah dalam hidupnya. Pendidikan seks wajib diberikan orang tua pada anaknya sedini mungkin. Tepatnya dimulai saat anak usia 6-12 tahun, karena pada usia ini anak sudah bisa melakukan komunikasi dua arah dan dapat mengerti mengenai organ tubuh mereka dan dapat pula dilanjutkan pengenalan organ tubuh internal. Pendidikan seks untuk anak usia dini berbeda dengan pendidikan seks untuk remaja. Pendidikan seks untuk remaja lebih pada seputar gambaran biologi mengenai seks dan organ reproduksi, masalah hubungan, seksualitas, kesehatan reproduksi serta penyakit menular seksual, sedangkan pada anak usia dini lebih pada pengenalan peran jenis kelamin dan pengenalan anatomi tubuh secara sederhana dan bagian yang mana yang boleh disentuh dan yang tidak boleh disentuh. Oleh karena itu

3 Suraji Munawir & Shofie Rahmawati,

Pendidikan Seks Anak, (Yogyakarta : Pustaka,


(13)

4

orang tua selaku pendidik utama dan guru sebagai pendidik serta pengajar disekolah berkewajiban untuk mengajarkan pendidikan seks.4 Dan haruslah mengetahui cara penyampaian tentang pendidikan seks juga harus disesuaikan dengan usia, jangan sampai mengecohkan pikiran mereka. Oleh karena itu, orang tua dan guru harus pandai-pandai dalam penyampaian mengenai pendidikan seks, hal tersebut dilakukan supaya mereka mudah dalam menerima dan memahami apa yang mereka pelajari. Untuk itu sebelum mengajarkan mengenai pendidikan seks kepada anak usia dini, seyogyanya terlebih dahulu mengetahui dan memahami tentang pendidikan seks itu sendiri.

Secara umum pendidik seks (sex education) dapat diartikan sebagai

pendidikan tingkah laku yang baik, menjunjung tinggi nilai-nilai kemasyarakatan serta membantu seseorang menghadapi persoalan hidup yang berpusat pada naluri seks yang timbul dalam bentuk tertentu dan merupakan pengalaman manusia yang normal.5 Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan seks bermaksud menerangkan semua hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuknya yang wajar, tidak terbatas pada anatomi, fisiologi, penyakit kelamin, dan perilaku seks yang menyimpang.

Menurut penulis hal yang paling berpengaruh dalam mengurangi fenomena pernikahan dini adalah faktor pendidikan. Karena pendidikan adalah hal utama yang membentuk kepribadian seseorang. Pendidikan adalah

4 Abdul Mun’im Ibrahim,

Mendidik Anak Perempuan, (Jakarta : Gema Insani Press, 2005),

hal. 27.


(14)

5

landasan atau pondasi bagi setiap bangunan kehidupan. Jika pendidikan rapuh, maka kehidupan akan lebih mudah dirobohkan oleh faktor luar. Urgensi dari pendidikan seks kepada anak adalah dengan menanamkan nilai-nilai agama yang kuat untuk membentuk karakter anak agar ketika dewasa nanti anak memiliki bekal yang kuat dalam dirinya untuk tidak terjerumus dalam pergaulan seks bebas. Nilai agama sangat berperan penting sebagai dasar pemahaman anak untuk dapat menjaga dirinya dengan baik. Dijelaskan dalam Al-Qur’an Surah At-Tahrim ayat 6 :

                                

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.6

Menurut Dr. Boyke dalam jurnal “Perlunya Pendidikan Seks Pada Anak Sejak Usia Dini” oleh Adel Adelia menerangkan bahwa secara garis besar pendidikan seks untuk anak dibagi ke dalam empat tahap berdasarkan usianya, yaitu usia 1-4 tahun, usia 5-7 tahun, usia 8-10 tahun dan usia 10-12 tahun. Pada usia 1-4 tahun, orang tua disarankan untuk mulai memperkenalkan anatomi tubuh, termasuk alat genitalnya. Kenalkan pada anak, ini mata, ini kaki, ini vagina dengan bahasa ilmiah tanpa menggunakan istilah lain agar ketika remaja anak tidak canggung untuk menyebutkannya. Pada usia 5-7 tahun rasa ingin tahu anak tentang aspek seksual biasanya


(15)

6

meningkat. Mereka akan menanyakan kenapa temannya memiliki organ-organ yang berbeda dengan dirinya sendiri. Rasa ingin tahu itu merupakan hal yang wajar. Karena itu, orang tua diharapkan bersikap sabar dan komunikatif, menjelaskan hal-hal yang ingin diketahui anak. Jika anak laki-laki mengintip teman perempuannya yang sedang buang air, itu mungkin karena ia ingin tahu. Jangan hanya ditegur lalu ditinggalkan tanpa penjelasan. Terangkan bedanya anak laki-laki dan perempuan. Orangtua harus dengan sabar memberikan penjelasan pada anak.

Selanjutnya pada usia 8-10 tahun Anak sudah mampu membedakan dan mengenali hubungan sebab akibat. Pada fase ini, orang tua sudah bisa menerangkan secara sederhana proses reproduksi, misalnya tentang sel telur dan sperma yang jika bertemu akan membentuk bayi. Pada usia 11-13 tahun anak sudah mulai memasuki pubertas. Ia mulai mengalami perubahan fisik, dan mulai tertarik pada lawan jenisnya. Ia juga sedang giat mengeksplorasi diri. Anak perempuan, misalnya, akan mulai mencoba-coba alat make up

ibunya. Pada tahap inilah, menurut Dr. Boyke peran orang tua amat sangat penting untuk berusaha melakukan pengawasan lebih ketat, dengan cara menjaga komunikasi dengan anak tetap berjalan lancar.

Seksualitas berkembang sejak masa anak-anak, remaja, sampai dewasa. Perkembangan ini meliputi perkembangan fisik dan psikis. Oleh karena itu, untuk memahami besarnya keingintahuan anak tentang perilaku seksual yang sering dilihatnya, maka diperlukan adanya komunikasi yang intens antara orang tua dan anak agar informasi yang didapatkan bisa menjadi benteng


(16)

7

pertahanan diri bukan malah menjerumuskan masa depan anak karena tidak mendapatkan informasi yang tepat.

Pertanyaan-pertanyaan anak yang sering diajukan merupakan bentuk tahap perkembangan anak dalam bereksplorasi terhadap lingkungannya. Orang tua disarankan untuk tetap menjawab pertanyaan anak tersebut dengan tenang dan sesuai dengan pemahaman anak. Karena ketika orang tua terlihat bingung atau kaget ketika mendapatkan pertanyaan tersebut, anak justru merasa segan untuk bertanya kembali. Dalam benaknya terekam memori yang menyatakan bahwa dirinya telah menanyakan sesuatu yang salah. Hal ini akan berlangsung sampai ia dewasa dan akan kesulitan untuk mulai bertanya tentang seks terhadap orang tuanya. Sebagai contoh pertanyaan yang lazim ditanyakan anak usia 3-6 tahun adalah, “Ibu, dari mana aku lahir?” Orang tua dapat menjawab, “Dari rahim Ibu, adek keluar melalui vagina (kemaluan perempuan)”.

Bila anak bertanya lebih lanjut, orang tua dapat menjelaskan dengan memahami besarnya keingintahuan anak tentang perilaku seksual yang sering dilihatnya, agar informasi yang didapatkan bisa menjadi benteng pertahanan diri, bukan menjadi lubang hitam di masa depan anak. Pertanyaan-pertanyaan anak yang sering diajukan merupakan bentuk tahap perkembangan anak dalam bereksplorasi terhadap lingkungannya.

Maka dari itu, pendidikan seks sangatlah penting untuk diketahui oleh anak usia dini, sebab apabila terjadi perilaku yang menyimpang yang dilihat atau yang dialaminya sendiri anak dapat berterusterang kepada orang tuanya,


(17)

8

begitupun jika ada orang dewasa yang ingin melakukan hal-hal yang menyimpang pada mereka, dengan serta merta mereka bisa menghindarinya dan dapat melaporkan pada orang tua, guru, ataupun orang terdekatnya. Tanamkan pada anak bahwa hanya ibu dan ayah atau dokter saja apabila kamu sakit yang boleh melepaskan pakaianmu, menyentuh, dan memeriksa bagian pribadi tubuhmu. Jangan mau diajak ke tempat yang sepi oleh siapapun. Katakan pada anak bahwa apapun yang dia alami, ceritakan pada ayah atau ibu. Dan yang terakhir adalah jka ada orang yang mencoba mengancam anak, segera beritahukan ayah atau ibu karena mereka akan melindunginya. Urgensi dari pendidikan seks kepada anak adalah dengan menanamkan nilai-nilai agama yang kuat untuk membentuk karakter anak agar ketika dewasa nanti anak memiliki bekal yang kuat dalam dirinya untuk tidak terjerumus dalam pergaulan seks bebas. Secara khusus orang tua, mengajarkan kepada anak sikap-sikap seksual yang aman atau sehat.

Pada dasarnya, seksualitas adalah pembelajaran jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan. Tidak hanya itu, seksualitas berkaitan dengan segala sesuatu mengenai organ reproduksi. Pendidikan seks bisa juga disebut sebagai pendidikan mengenai kesehatan reproduksi, hal ini penting diberikan oleh keluarga maupun kurikulum sekolah. Sedini mungkin anak harus bisa menjaga dirinya sendiri. Prinsip penting yang harus mereka ketahui adalah tidak mudah percaya pada orang yang baru dikenal. Untuk orang yang sudah dikenal dekatpun, tekankan untuk tetap mawas diri.


(18)

9

terkait dengan kekerasan seksual pada anak yang terjadi di desa Condong, kecamatan Gading, kabupaten Probolinggo di dasari oleh rendahnya pendidikan dan pengetahuan serta kurangnya komunikasi yang intens terkait dengan seksualitas, juga kurangnya mawas diri dan mudah percaya dengan orang lain.

Harapan penulis dengan diadakan penelitian ini dapat mengurangi terjadinya kekerasan seksual yang terjadi di desa Condong, kecamatan Gading, kabupaten Probolinggo. Jadi dari fenomena yang telah dipaparkan diatas, penulis berminat untuk mengajukan penelitian dengan judul :

“Bimbingan dan Konseling Islam Melalui Model Pendidikan Seks Bagi Siswa SD Untuk Mengurangi Kekerasan Seksual Pada Anak di Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka terdapat beberapa permasalahan yang perlu dikaji, antara lain :

1. Bagaimana proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam Melalui Model Pendidikan Seks Bagi Siswa SD Untuk Mengurangi Kekerasan Seksual Pada Anak di Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo?

2. Bagaimana hasil proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam Melalui Model Pendidikan Seks Bagi Siswa SD Untuk Mengurangi Kekerasan Seksual Pada Anak di Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo?


(19)

10

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana fungsinya agar penelitian menjadi terarah, sesuai pedoman yang menjadi titik akhir dari suatu penelitian, maka dalam sebuah penelitian dibutuhkan suatu tujuan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini juga mempunyai tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah yang tertulis diatas, yakni sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam Melalui Model Pendidikan Seks Bagi Siswa SD Untuk Mengurangi Kekerasan Seksual Pada Anak di Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo.

2. Untuk mengetahui hasil proses pelaksanaan Bimbingan dan Konseling Islam Melalui Model Pendidikan Seks Bagi Siswa SD Untuk Mengurangi Kekerasan Seksual Pada Anak di Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis dalam catatan akademis dan keilmuan. Adapun uraian manfaat penelitian baik secara teoritis maupun praktis adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu memperluas wacana dan menambah pengetahuan serta mengembangkan khazanah keilmuan. Sekaligus menjadi sumber informasi dan referensi bagi program studi Bimbingan dan Konseling Islam khususnya dan bagi Mahasiswa


(20)

11

umumnya. 2. Manfaat Praktis

Dari segi praktisnya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi sekolah-sekolah lain dalam melaksanakan pendidikan atau pengetahuan seks bagi siswa-siswinya, sebagai bahan acuan bagi sekolah-sekolah lain dalam mengembangkan pendidikan seks untuk usia SD, dan sebagai bahan aplikasi dari teori-teori yang telah diperoleh dan bahan pengembangan dalam penulisan karya ilmiyah, serta sebagai langkah awal untuk bisa menjadi pendidik yang cerdas dan profesional.

E. Spesifikasi Produk

Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan penelitian di atas, maka penelitian pengembangan ini dirancang sedemikian rupa, agar dapat berguna, praktis, menarik, dan mudah difahami. Oleh karena itu penelitian pengembangan ini diharapkan dapat memiliki kriteria berikut, sebagaimana yang diadaptasi dari tesis Agus Santoso yaitu:7

1. Ketepatan yang dimaksud adalah bahwa isi paket yang dikembangkan sesuai dengan tujuan dan prosedur paket. Hal ini dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat validitas paket yang dikembangkan dengan menggunakan skala penelitian.

2. Kelayakan yang dimaksud adalah bahwa paket yang dikembangkan

7Agus Santoso. 2010.

Pengembangan Paket Pelatihan Interpersonal Skills melalui Ketrampilan Komunikasi Konseling Bagi Mahasiswa BPI Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel.


(21)

12

memenuhi persyaratan yang ada, baik dari sisi prosedur maupun pelaksanaanya, sehingga paket tersebut dapat diterima oleh para orang tua serta siswa kelas V di Sekolah Dasar Condong Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo.

3. Kegunaan yang dimaksud adalah bahwa paket yang dikembangkan memiliki daya guna bagi para orang tua serta siswa kelas V SD agar mereka dapat mengerti dan memahami tentang Pendidikan Seks.

4. Respon Afektif Positif yang dimaksud adalah bahwa tampilan dan isi paket

berpotensi dapat membuat para orang tua dan siswa kelas V SD akan mencurahkan perhatiannya untuk membaca tulisan, mengamati cerita, dan melakukan anjuran-anjuran paket tersebut.8

Buku paket panduan Pendidikan Seks untuk mengurangi Pernikahan Dini di Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo terdiri dari:

1. Paket untuk guru dan orang tua.

Paket tersebut berisi tentang tentang beberapa pengetahuan tentang seks diantaranya yang menjelaskan tentang pedoman pembelajaran pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi untuk anak usia sekolah dasar beserta tips menjawab pertanyaan anak seputar seksualitas.

8Agus Santoso. 2010.

Pengembangan Paket Pelatihan Interpersonal Skills melalui Ketrampilan Komunikasi Konseling Bagi Mahasiswa BPI Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel.


(22)

13

2. Video pembelajaran pendidikan seks

Dalam video ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan antisipasi kekerasan atau pelecehan seksual yang sering terjadi pada anak usia sekolah dasar.

Untuk lebih memperjelas hal ini dapat dilihat tabel berikut:

1.1 Table Spesifik Produk Paket

No Variabel Indikator Alat

1 Ketepatan (accuracy)

a. Ketepatan Objek

b. Ketepatan rumusan, tujuan dan Prosedur

c. Kejelasan rumusan umum dan khusus

d. Kejelasan deskripsi tahap dan materi

e. Kesesuaian gambar dan materi

Angket

2 Kelayakan

(Feacibility)

a. Prosedur Praktis

b. Keefektifan biaya, waktu dan tenaga


(23)

14

3 Kegunaan (Utility) a. Pemakaian Produk

b. Kualifikasi yang diperlukan c. Dampak paket panduan

“pendidikan seks bagi siswa”

Wawancara

4 Respon Afektif

Positif a. Siswa dan orang tua tertarik dengan paket dan menerapkannya.

Observasi

Ketepatan (accuracy) dapat berhasil tercapai dengan

memperhatikan indikator-indikator berikut ini: ketepatan objek; ketepatan rumusan, tujuan, dan prosedur; kejelasan rumusan umum dan khusus; kejelasan deskripsi tahap dan materi; kesesuaian gambar dan materi. Dalam hal ini, penulis menggunakan angket sebagai alat untuk mendukung keberhasilan tercapainya ketepatan (accuracy).

Kelayakan (feacibility) dapat dipengaruhi oleh indikator-indikator

berikut ini: prosedur praktis; keefektifan biaya, waktu, dan tenaga. Penulis menggunakan angket sebagai alat dalam menunjang keberhasilan tercapainya kelayakan (feacibility).

Sedangkan dalam keberhasilan tercapainya kegunaan (utility),

penulis menggunakan metode berwawancara kepada kepala sekolah, para guru, wali murid, dan para siswa yang bersangkutan. Dan indikator-indikator yang perlu diperhatikan oleh penulis ialah: pemakaian produk; kualifikasi yang diperlukan; dampak paket panduan “Pendidikan Seks Bagi Siswa”.


(24)

15

Dan yang terakhir adalah respon afektif positif, dalam

keberhasilannya, penulis memperhatikan indikator berikut ini: siswa dan orang tua tertarik dengan paket dan menerapkannya. Dalam hal ini, penulis menggunakan metode observasi atau pengamatan kepada setiap siswa dan orang tua dari siswa tersebut.

1. Isi Paket

Paket panduan untuk orang tua dan siswa kelas V SD yaitu pedoman atau petunjuk bagi orang tua dan siswa kelas V SD dalam mengikuti model pendidikan seks dengan harapan dapat memudahkan mereka dalam memahami target yang ingin dicapai setelah pelatihan.

Paket panduan untuk orang tua dan siswa kelas V terdiri dari tiga materi, yaitu pengertian pendidikan seks, antisipasi penyimpangan seksual terhadap anak usia dini dan upaya mengurangi Pernikahan Dini.

Pelaksanaan dirancang sesederhana mungkin dengan tahapan-tahapan:

a. Penjelasan tentang paket

b. Menyampaikan point-point terpenting selama 15 menit c. Renungan diri

d. Mendiskusikan dan evaluasi.

F. Keterbatasan Penelitian

1. Tahap Pengembangan

Penelitian Pengembangan ini diadopsi dari buku metode penelitian kuantitatif, kealitatif dan R&D milik sugiyono yang terdiri dari


(25)

16

11 tahapan. Pengembangan dalam skripsi ini sampai pada tahap menghasilkan produk dan uji ahli.

2. Pengujian

Untuk menguji validitas isi dan tingkat keefektifan, dilakukan oleh subyek ahli dan subyek kelompok terbatas. Namun subyek ahli disini hanya terbatas satu orang saja yakni guru wali kelas dan subyek kelompok yang terdiri dari murid kelas V berjumlah 30 anak.

3. Materi Pelatihan

Materi pelatihan ini terdiri dari 12 tema sebagaimana yang telah disebutkan. Setiap tema mempunyai teknik yang berbeda. Materi ini dipraktekkan oleh guru dan anak SD kelas V.

4. Sasaran Pengguna

Sasaran pengguna produk pengembangan ini adalah murid SD kelas V.

G. Definisi Operasional

Untuk mempermudah dan menghindari kesalah fahaman mempelajari isi, maksud dan tujuan penelitian skripsi ini. Maka perlu adanya pemaparan definisi konsep sebagai berikut:

1. Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat


(26)

17

mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.9

Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya konseling agama teori dan kasus, pengertian Bimbingan Konseling Islam adalah usaha pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedangmengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran batin didalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang dihadapinya.10

Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs. Syamsul Munir Amin, M.A. menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah Saw.kedalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an, dan Al Hadits.11

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat

9 Tohari Musnamar,

Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam,(Yogyakarta: UII

Press, 1992), hal. 15.

10 Ahmad Mubarok

, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana

Pariwara, 2002), hal. 4-5.

11 Syamsul Munir Amin,

Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : AMZAH, 2010), hal.


(27)

18

mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam hidupnya mendapat petunjuk dari Allah SWT.

2. Pendidikan Seks

Pendidikan seks merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral etika serta komitmen agama, agar tidak terjadi penyalahgunaan organ reproduksi tersebut. Pengertian secara umum pendidikan seks adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara intim antara laki-laki dan perempuan.12 Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan seks bermaksud menerangkan semua hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuknya yang wajar, tidak terbatas pada anatomi, fisiologi, penyakit kelamin, dan perilaku seks yang menyimpang.

3. Sistematika Pembahasan

Supaya mempermudah dalam memahami dan mempelajari apa yang ada dalam penelitian ini, maka sistematika pembahasannya dapat dibagi dalam beberapa bab.

Lebih jelasnya dapat dideskripsikan dengan susunan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan yang berisi Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Spesifikasi Produk,

12 Safrudin Aziz,


(28)

19

Keterbatasan Penelitian, Definisi Operasional, dan Sistematika Pembahasan.

BAB II : Berisi Tinjauan Pustaka yang meliputi Kerangka Teoritik yang membahas tentang Model pendidikan seks bagi siswa SD, dan penelitian terdahulu yang relevan.

BAB III : Metode Penelitian, Bab ini membahas tentang Rancangan Penelitian, Subjek dan Lokasi Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Prosedur Penelitian dan Pengembangan.

BAB IV : Paparan Hasil Penelitian Pengembangan. Bab ini merupakan paparan Hasil Penelitian Pengembangan, yang meliputi Deskripsi produk, Proses Pelaksanaan Pelatihan Model Pendidikan Seks pada Siswa SD, Evaluasi, Refleksi, dan Rekomendasi, Hasil Uji Kelayakan Paket, dan Analisis Data.

BAB V : Penutup, adalah bab terakhir yang berisi Kesimpulan dan Saran sesuai dengan pembahasan yang ada.


(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teoritik

1. Bimbingan dan Konseling Islam

a. Pengertian Bimbingan dan Konseling Islam

Dalam bukunya, Tohari Musnamar mendefinisikan Bimbingan dan Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.14

Menurut Ahmad Mubarok, MA. Dalam bukunya konseling agama teori dan kasus, pengertian Bimbingan Konseling Islam adalah usaha pemberian bantuan kepada seorang atau kelompok orang yang sedangmengalami kesulitan lahir dan batin dalam menjalankan tugas-tugas hidupnya dengan menggunakan pendekatan agama, yakni dengan membangkitkan kekuatan getaran batin didalam dirinya untuk mendorong mengatasi masalah yang dihadapinya.15

Sedangkan menurut Dra. Hallen A, M.Pd dalam bukunya Drs.

14 Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling Islam,(Yogyakarta: UII Press, 1992), hal. 15.

15 Ahmad Mubarok, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina Rencana Pariwara, 2002), hal. 4-5.


(30)

21

Syamsul Munir Amin, M.A. menyatakan bahwa Bimbingan dan Konseling Islami adalah proses pemberian bantuan terarah, kontinu, dan sistematis, kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al Qur’an dan Al Hadits Rasulullah Saw.kedalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al Qur’an, dan Al Hadits.16

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Bimbingan dan Konseling Islam adalah suatu proses atau aktifitas pemberian bantuan berupa bimbingan kepada individu yang membutuhkan, untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya agar klien dapat mengembangkan potensi akal fikiran dan kejiwaannya, keimanan serta dapat menanggulangi problematika hidupnya dengan baik dan benar secara mandiri berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga dalam hidupnya mendapat petunjuk dari Allah SWT.

b. Tujuan Bimbingan dan Konseling Islam

Menurut Saiful Akhyar Tujuan konseling Islam adalah:

1) Secara preventif membantu klien untuk mencegah timbulnya masalah pada dirinya.

2) Secara kuratif/korektif membantunya untuk memecahkan dan menyelesaikan masalah yang dihadapi.

16 Drs. Syamsul Munir Amin M.A, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : AMZAH, 2010), hal. 23.


(31)

22

3) Secara preservatif membantunya menjaga situasi dan kondisi dirinya yang telah baik agar jangan sampai kembali tidak baik (menimbulkna kembali masalah yang sama).

4) Secara developmental membantunya menumbuh kembangkan

situasi dan kondisi dirinya yang telah baik agar menjadi lebih baik secara berkesinambungan, sehingga menutup kemungkinan

untuk munculnya kembali masalah dalam hidupnya.17

c. Fungsi Bimbingan Konseling Islam

Fungsi bimbingan konseling islam dapat digolongkan pada tiga bentuk, yaitu:

1) Fungsi Remidial atau Rehabilitas, yang berkaitan dengan

menyesuaikan diri, penyembuhan masalah psikologis,

memulihkan kesehatan mental dan mengatasi gangguan emosional.

2) Fungsi Edukatif, pendidikan maupun pengembangan yang terkait

dengan bantuan peningkatan keterampilan – keterampilan maupun kecakapan hidup, mengidentifikasi, memecahkan masalah, menghadapi transisi, menjelaskan nilai – nilai dan memutuskan arah hidup yang tepat dan benar.

3) Fungsi Preventif (pencegahan) sebelum menghadapi masalah – masalah kejiwaan yang disebabkan oleh kurangnya perhatian. Upaya ini dapat ditempuh melalui pengembangan strategi dan


(32)

23

program – program yang dapat digunakan untuk mengantisipasi dan menghindarkan berbagai resiko hidup yang tidak perlu terjadi.18

2. Pendidikan Seks

Setiap manusia pasti pernah mengalami tahapan perkembangan seksual mulai dari janin dalam kandungan ibu, masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, masa lanjut sampai dengan meninggal dunia. Tidak bisa dipungkiri seksualitas merupakan suatu proses alami yang terjadi pada setiap manusia. Tahapan perkembangan seksualitas haruslah dipelajari oleh setiap orang dari mulai masa kanak-kanak, karena masa kanak-kanak lah dimulai pertumbuhan dan perkembangan seksual.

a. Pengertian Pendidikan Seks

Menurut Kamus Bahasa Indonesia pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatiahan.19

Menurut Ki Hajar Dewantara mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya.20

Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam suatu pendidikan

18 Hamdani Bakran Adz – Dzaky, Psikoterapi Konseling Islam (Yogyakarta, Fajar Pustaka Baru 2000) hal 163 – 164

19 Tanti Yuniar, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, hal. 164


(33)

24

terdapat beberapa unsur, diataranya :

a. Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan) dan dilakukan secara sadar.

b. Ada pendidik atau pembimbing atau penolong.

c. Ada yang dididik atau si terdidik.

d. Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.

e. Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.21

Pengertian seks sangat beragam, pertama seks bisa diartikan jenis kelamin laki-laki dan perempuan. Seks juga bisa diartikan pelajaran tentang organ-organ reproduksi. Seks tidak harus selalu berarti hubungan seksual. Hubungan seks sendiri adalah hubungan intim yang dilakukan pria dan wanita yang terikat dalam sebuah pernikahan. Seksualitas berkaitan dengan segala sesuatu mengenai organ reproduksi. Termasuk cara merawat kebersihan dan menjaga kesehatan oragan vital. Kedua dimensi psikologis, identitas peran jenis dan perasaan terhadap lawan jenis, dan cara manusia menjalankan fungsinya sebagai makhluk hidup.22

Pendidikan seks dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Arab sebagai al-Tarbiyyal al-Jinsiyyah. Berikut ini adalah definisi

21 Pipih Indah Permatasari, “Peran Orang Tua dalam Membimbing Pendidikan Seks Bagi

Anak Menurut Pandangan Agama Islam” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Syrkh Nurjati Cirebon, 2011), hal.28

22 Desy Mustika Dewy, “Meningkatkan Pengetahuan Pendidikan Seks Melalui Layanan

Informasi Pada Siswa Kelas Vi Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurrejo Kota Semarang Tahun Ajaran 2015/2016” (Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2015) hal. 7


(34)

25

pendidikan seks menurut para ahli:23

Abdullah Nasih Ulwan berpendapat bahwa pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran, dan penerangan tentang masalah-masalah seksual kepada anak, sejak ia mengenal masalah- masalah yang berkaitan dengan naluri seks dan perkawinan. Dengan demikian ketika anak mencapai usia remaja dan dapat memahami persoalan hidup, ia mengetahui mana yang halal dan mana yang haram, bahkan tingkah laku Islam yang luhur menjadi adat dan tradisi bagi anak tersebut. Ia tidak mengikuti kehendak syahwat, hawa nafsu, dan tidak menempuh jalan yang sesat.24

Pendidikan seks adalah upaya pengajaran, penyadaran dan penerangan tentang masalah-masalah yang berkenaan dengan naluri seks dan perkawinan. Hal tersebut dimaksudkan jika anak telah tumbuh menjadi remaja dan dapat memahami urusan-urusan kehidupan, ia telah mengetahui masalah-masalah yang diharamkan dan yang dihalalkan. Pendidikan seks yaitu memberikan pengetahuan tentang perubahan biologis, psikologis, dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia. Dengan kata lain pendidikan seks pada dasarnya merupakan upaya untuk memberikan pengetahuan tentang fungsi organ reproduksi dengan menanamkan moral, etika serta komitmen agama agar tidak terjadi

23 Siti Fauziyah dan Muhammda Rohman, Pendidikan Seks Bagi Anak, Vol. 04 No. 02 (Juli-Desember 2012) hal. 160

24 Siti Fauziyah dan Muhammda Rohman, Pendidikan Seks Bagi Anak, Vol. 04 No. 02 (Juli-Desember 2012) hal. 160


(35)

26

“penyalahgunaan” organ reproduksi tersebut.25

Dari beberapa pernyataan para pakar ahli tersebut, dapat disimpulkan pula bahwa Pendidikan Seks (sex education) adalah suatu pengetahuan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan jenis kelamin. Hal ini bisa mencakup tentang pertumbuhan jenis kelamin (Laki-laki atau perempuan).

b. Tujuan Pendidikan Seks

Pendidikan seks di Indonesia berasaskan pada nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 yang menjunjung tinggi nilai moral, etika, dan akhlak yang mulia sebagai budaya luhur bangsa Indonesia. Tujuan pendidikan seks adalah memberikan pengetahuan tentang perubahan-perubahan biologis, psikologis dan psikososial sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan manusia, dengan didasari penanaman moral, etika, dan komitmen agama.26

Menurut Kirkendall tujuan pemberian pendidikan seks adalah membantu anak atau remaja mempersiapkan perubahan-perubahan yang terjadi akibat pertumbuhannya (fisik), dengan membekali informasi tentang seks, kehamilan, dan melahirkan dalam bentuk yang benar dan sehat27 Sedangkan Menurut Kartono Muhammad pendidikan seks yang baik mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang bertanggung jawab.

25 Pujiarta, “Metode Pendidikan Seks Pada Anak Masa Pubertas Pada Anak Dalam Islam” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007), hal. 14

26 Safrudin Aziz, Pendidikan Seks Nusantara, (Yogyakarta : Kalimedia, 2015) hal.69. 27 Safrudin Aziz, Pendidikan Seks Nusantara, (Yogyakarta : Kalimedia, 2015) hal.70.


(36)

27

Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur dan agama diikutsertakan sehingga merupakan bagian dari pendidikan akhlak dan moral.28

Tujuan dari pendidikan seks dapat dijabarkan sebagai berikut :

1) Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik,

mental dan proses kematang emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada anak dan remaja.

2) Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan

perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan, dan tanggungjawab)

3) Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dalam semua manivestasi yang bervariasi.

4) Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga. 5) Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.

6) Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi

28Nidya Damayanti, Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling (Yogyakarta : Araska, 2012) hal.81


(37)

28

yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.

7) Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.

8) Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat

individu melakukan aktifitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, dan anggota masyarakat.29

Tujuan pendidikan seks jika disesuaikan berdasarkan usia dengan perkembangan usia yaitu sebagai berikut :

1) Usia balita (1-5 tahun)

Memperkenalkan organ seks yang dimiliki seperti menjelaskan anggota tubuh lainnya, termasuk menjelaskan fungsi serta cara melindunginya.

2) Usia Sekolah Dasar (6-10 tahun)

Memahami perbedaan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan) menginformasikan asal-usul manusia, membersihkan alat genital dengan benar agar terhindar dari kuman dan penyakit.

3) Usia Menjelang Remaja

Menerangkan masa pubertas dan karakteristiknya, serta menerima perubahan dari bentuk tubuhnya.

4) Usia Remaja

Memberi penjelasan mengenai perilaku seks yang

29Nidya Damayanti, Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling (Yogyakarta : Araska, 2012) hal. 82


(38)

29

merugikan seperti seks bebas. Menanamkan moral dan prinsip „Say no’ untuk seks pranikah serta membangun penerimaan terhadap diri sendiri.

5) Usia Pranikah

Pembekalan pada pasangan yang ingin menikah tentang hubungan seks yang sehat dan tepat.

6) Usia Setelah Menikah

Memelihara pernikahan melalui hubungan seks yang berkualiatas dan berguna untuk melepaskan ketegangan dan stress.30

c. Pentingnya Pendidikan Seks

Pendidikan seks akan membantu peserta didik untuk paham dengan alat reproduksi dan yang terkait dengan seksualitasnya. Sejak dini, anak-anak harus diajarkan mengenal bagian tubuhnya dan perbedaan – perbedaan mendasar antara seksualitasnya pria dan wanita serta hubungan antara keduanya.

Ada beberapa hal mengenai pentingnya pendidikan seks bagi anak, diantaranya :

1) Untuk mengetahui informasi seksual bagi anak.

2) Memiliki kesadaran akan pentingnya memahami masalah

seksualitas.

3) Memiliki kesadaran akan fungsi-fungsi seksualnya.

30 Islami Dina, penerapan pendidika seks pada anak sekolah

-pada -seks -pendidikan

-http://islamidinah26.blogspot.co.id/2015/03/penerapan dasar,

, (diakses 18 Mei 2016, 22.30). anak.html?m=1


(39)

30

4) Memahami masalah-masalah seksualitas anak

5) Memahami faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya

masalah-masalah seksualitas.31

Selain itu ada dua faktor mengapa pendidikan seks sangat penting bagi remaja :

1) Faktor pertama adalah dimana anak-anak tumbuh menjadi

remaja, mereka belum paham dengan pendidikan seks, sebab orang tua masih menganggap bahwa pembicarakan mengenai seks adalah hal yang tabu. Sehingga dari ketidakfahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.

2) Faktor kedua, dari ketidakfahaman anak tentang seks dan kesehatan anatomi reproduksi mereka, dilingkunagn sosial masyarakat, hal ini ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi, antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu.32

d. Manfaat Pendidikan Seks

Ada empat manfaat yang bakal kamu peroleh dari pendidikan seks, diantaranya :

31I zza Ucon, Pendidikan Seks Di Sekolah Dasar

http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/pendidikan-seks-di-sekolah-dasar.html (diakses 19 Mei 2016, 14.50).

32I zza Ucon, Pendidikan Seks Di Sekolah Dasar

http://izzaucon.blogspot.com/2014/06/pendidikan-seks-di-sekolah-dasar.html (diakses 19 Mei 2016, 14.50).


(40)

31

1) Anak bakal memahami betul perubahan-perubahan yang sedang

terjadi pada dirinya. Peubahan itu meliputi perubahan biologis, psikologis dan psikoseksual sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan manusia.

2) Anak mengetahui tentang fungsi organ reproduksi yang

sekarang ini mulai “bekerja”, pengetahuan ini akan membuat kamu berhati-hati dalam merawat dan menjaga reproduksinya. 3) Anak dapat mengetahui dan faham tentang etika dan berbagai

perilaku seks menyimpang yang harus kamu jauhi. Sehingga diharapkan kamu memiliki kehati-hatian dalam bersikap ketika suatu saat silibido membujuk kamu untuk melakukan “penyaluran”.

4) Anak akan mengalami berbagai akibat dari penyalahgunaan alat

reproduksi yang dimilikinya. Dari mulai kehamilan yang tidak di inginkan, aborsi, hingga dari berbagai macam penyakit kelamin yang siap meyerang.33

e. Peran Orang Tua Dalam Mengajarkan Pendidikan Seks Pada Anak

1) Peran Orang Tua

a. Siap memberikan pendidikan seks setiap saat

Menghadapi perkembangan seks pada anak dan kelakuan anak yang selalu ingin tahu terhadap seks yang

33 Pipih Indah Permatasari, “Peran Orang Tua dalam Membimbing Pendidikan Seks Bagi

Anak Menurut Pandangan Agama Islam” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah IAIN Syrkh Nurjati Cirebon, 2011), hal.37


(41)

32

kemungkinan bisa muncul sewaktu-waktu, sebagai orang tua kita harus selalu siap dan harus dapat menyesuaikan diri, serta memanfaatkan kesempatan untuk memberikan bimbingan. Misalnya, ketika nonton TV bersama anak, lalu muncul tayangan kekerasan atau pun pelecehan seksual, harus segera memberikan bimbingan kepada anak agar anggota tubuhnya sendiri tidak dibiarkan untuk sembarangan disentuh oleh orang lain, suatu konsep untuk menghormati dan menghargai tubuh sendiri.

b. Memberi teladan dan bimbingan lisan secara bersamaan

Sikap dari pelaksana pendidikan seks sangatlah penting, sikap dan kelakuan dari para orang tua sering kali menjadi panutan bagi anak-anak mereka, menjadi bahan perbandingan, bersamaan itu juga dimanifestasikan dalam tingkah lakunya. Jika orang tua mereka sendiri memiliki sikap seks yang tidak tepat, misalkan menganggap seks itu kotor, tabu dan berdosa, maka bisa mempengaruhi secara langsung konsep seks pada diri anak-anak.

c. Menerima pertanyaan dan memberi jawaban yang tepat

Para orang tua harus memperkaya diri dengan pengetahuan dan informasi tentang seks yang benar, dan ketika anak mengajukan pertanyaan, harus didengar dan dipahami motif di balik pertanyaan anak itu, mengklarifikasi


(42)

33

masalah dari anak, serta memberi jawaban yang sederhana dan tepat. Misalkan, ketika memberi bimbingan yang berkaitan dengan alat kelamin harus menggunakan istilah yang benar seperti 'penis' dan jangan menggunakan istilah 'burung' atau lainnya sebagai pengganti. Biarkan anak mengenal istilah yang benar sejak dini. Ketika memberikan bimbingan dan menjawab pertanyaan, sikap harus rileks dan wajar, jangan membiarkan perasaan dan nada suara tegang mempengaruhi anak.34

f. Pandangan Islam Terhadap Pendidikan Seks

Dalam lingkup Pendidikan Islam, Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan akhlak dan pendidikan akhlak merupakan bagian dari pendidikan agama Islam.35 Oleh karena itu, dasar pendidikan seks sama dengan dasar pendidikan agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan Hadits. Adapun yang menjadi dasar dan petunjuk pelaksanaan pendidikan seks dalam hadits adalah sebagai berikut yang artinnya:

Dari Abi Hurairah r.a berkata: ketika Rasulullah SAW ditannya: apakahyang banyak memasukan orang kedalam surga? Beliau menjawab: “takwa kepada Allah dan akhlak yang baik”. Dan ditanya apakah yang banyak memasukan orang ke dalam neraka?

34 http://wahana-mahasiswa. Blogspot.com/2012/04/pendidikan-seks-dalam-islam.html. (diakses 09 agustus 2016, 14.00)

35 Ali Akbar, Seksualitas Ditinjau dari Hukum Islam, (Jakarta: Gholia Indonesia, 2002). hal.17.


(43)

34

Beliau menjawab: “mulut dan faraj.” (Diriwayatkan oleh Tirmidzi dan Hadis ini Hasan dan Sohih).

Dari hadits di atas, memberikan pengertian bahwa ada perintah untuk memberi bimbingan dan penyelenggaraan pendidikan, baik terhadap diri sendiri maupun kepada keluarga agar tetap berada dijalan yang diridhoi Allah dan terhindar dari godaan-godaan yang dapat menyesatkan dan memasukan mereka kedalam api Neraka. Salah satu godaan itu adalah nafsu seksual yang tak terkendali dan terlepas dari kontrol iman.

Telah menjadi sunatullah bahwa untuk melangsungkan kehidupan makhluk hidup, Allah menjadikan sesuatu berpasang-pasangan dalam dunia manusia. Allah menjadikan jenis laki-laki dan perempuan, yang mana keduanya terdapat perbedaan yang merupakan ciri masing-masing, oleh karena adanya perbedaan jenis dan perbedaan ciri-ciri tersebut, maka diantara dua jenis itu saling mempunyai daya tarik dan secara naluri masing-masing mempunyai hasrat untuk saling mengadakan kontak. Apabila hasrat untuk mengadakan kontak itu dibiarkan bereaksi secara naluriah, tanpa diatur maka akan mengakibatkan terjadinya kontak-kontak dalam bentuk liar. Hal inilah yang mengakibatkan merosotnya martabat

manusia dan membawanya terjerumus kedalam pergaulan bebas.36

36 A. Azhar Bashir, Ajaran Islam Tentang Pendidikan Seks, Hidup Berumah Tangga dan


(44)

35

Dari Hadits diatas tersirat makna bahwa pertumbuhan anak telah memasuki usia tamyiz mulai anak berusia tujuh tahun, masa anak mulai dapat membeda-bedakan banyak hal yang baik maupun buruk, anak juga sudah bisa membedakan antara jenis kelaminnya dengan jenis kelamin yang lain, laki-laiki ataupun perempuan. Mulai usia inilah Islam memberikan peraturan dalam beberapa hal yang dirasa dapat membimbing anak agar mereka tidak terjerumus kedalam penyimpangan-penyimpangan. Perhatian tersebut antara lain berupa perintah agar anak yang telah berusia tujuh tahun mulai dibiasakan mulai mengerjakan sholat dan dipisah tempat tidurnya. Perintah tersebut mengendung arti yang besar bagi masa depan anak, guna menanamkan jiwa keagamaan dengan jalan perbuatan yang dibiasakan sejak dini. Pemisahan tempat tidur anak amat penting artinya bagi pertumbuhan jiwa anak-anak termasuk perkembangan seksualnya.37

Menurut Ali Akbar, tanggung jawab orang tua dalam membentuk pribadi anak tidak hanya mencangkup masalah keimanan saja, tetapi juga pembentukan akhlaqul kaliimah, baik dalam akhlak seksual maupun akhlak lainnya. Dengan demikian, jelas bahwa aqidah,ibadah, dan akhlak mempunyai peranan yang besar dalam membentuk pribadi muslim pada anak.38

37 Suraji dan Sofiarahmawatie, Pendidikan Seks bagi Anak, Penduan Keluarga Muslim, (Jogjakarta: Pustaka Fahima, 2008), hal.117.

38 Ali Akbar, Seksualitas Ditinjau dari Hukum Islam, (Jakarta: Gholia Indonesia, 1982). hal.41


(45)

36

3. Kekerasan Seksual

a. Pengertian Kekerasan Seksual

Menurut Ricard J. Gelles (Hurairah, 2012), kekerasan terhadap anak merupakan perbuatan disengaja yang menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap anak-anak (baik secara fisik maupun emosional). Bentuk kekerasan terhadap anak dapat diklasifikasikan menjadi kekerasan secara fisik, kekerasan secara psikologi, kekerasan secara seksual dan kekerasan secara sosial.39

Kekerasan seksual terhadap anak menurut End Child

Prostitution in Asia Tourism (ECPAT) Internasional merupakan hubungan atau interaksi antara seorang anak dengan seorang yang lebih tua atau orang dewasa seperti orang asing, saudara sekandung atau orang tua dimana anak dipergunakan sebagai objek pemuas kebutuhan seksual pelaku. Perbuatan ini dilakukan dengan menggunakan paksaan, ancaman, suap, tipuan bahkan tekanan.40

Kekerasan seksual pada anak juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk penyiksaan anak di mana orang dewasa atau remaja yang lebih tua menggunakan anak untuk rangsangan seksual. Bentuk pelecehan seksual anak termasuk meminta atau menekan seorang anak untuk melakukan aktivitas seksual (terlepas dari hasilnya),

39 Abu Hurairah, Kekerasan Terhadap Anak, (Bandung: Nuasa Press, 2002), hal. 9 40 IASC. (2005). Panduan Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender, Masa Keadaan

Kedaruratan Kemanusiaan: Berfokus pada Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual dalam Masa Darurat. Jakarta: IASC.


(46)

37

memberikan paparan yang tidak senonoh dari alat kelamin untuk anak, menampilkan pornografi untuk anak, melakukan hubungan seksual terhadap anak-anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak (kecuali dalam konteks non-seksual tertentu seperti pemeriksaan medis), melihat alat kelamin anak tanpa kontak fisik (kecuali dalam konteks non-seksual seperti pemeriksaan medis), atau menggunakan anak untuk memproduksi pornografi anak.41

Dari beberapa penjelasan diatas sehingga dapat disimpulkan bahwa kekerasan seksual pada anak adalah pemaksaan, ancaman atau keterperdayaan seorang anak dalam aktivitas seksual. Aktivitas seksual tersebut meliputi melihat, meraba, penetrasi (tekanan), pencabulan dan pemerkosaan.

b. Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual (sexual abuse) merupakan jenis penganiayaan yang biasanya dibagi dua dalam kategori berdasar identitas pelaku, yaitu:

1) Familial Abuse

Termasuk familial abuse adalah incest, yaitu kekerasan seksual dimana antara korban dan pelaku masih dalam hubungan darah, menjadi bagian dalam keluarga inti. Dalam hal ini termasuk seseorang yang menjadi pengganti orang tua, misalnya ayah tiri, atau kekasih, pengasuh atau orang yang

41http://midwifemoslem.blogspot.co.id/2015/11/kekerasan-seksual-pada-anak.html (diakses, 27 Agustus 2016, 13.00)


(47)

38

dipercaya merawat anak. 42 2) Extra Familial Abuse

Kekerasan seksual adalah kekerasan yang dilakukan oleh orang lain di luar keluarga korban. Pada pola pelecehan seksual di luar keluarga, pelaku biasanya orang dewasa yang dikenal oleh sang anak dan telah membangun relasi dengan anak tersebut, kemudian membujuk sang anak ke dalam situasi dimana pelecehan seksual tersebut dilakukan, sering dengan memberikan imbalan tertentu yang tidak didapatkan oleh sang anak di rumahnya. Sang anak biasanya tetap diam karena bila hal tersebut diketahui mereka takut akan memicu kemarah dari orangtua mereka. Selain itu, beberapa orangtua kadang kurang peduli tentang di mana dan dengan siapa anak-anak mereka menghabiskan waktunya. Anak-anak yang sering bolos sekolah cenderung rentan untuk mengalami kejadian ini dan harus diwaspadai.43

Berdasarkan tindakan yang dilakukan oleh pelaku kekerasan seksual pada anak dapat dibagi menjadi :

1) Pelecehan seksual berupa sentuhan

(a) Pelaku memegang-megang, meraba atau mengelus organ

vital anak seperti alat kelamin (vagina, penis), bagian

42 Sri Maslihah “Kekerasan Terhadap Anak: Model Transisional dan Dampak Jangka Panjang”. (Edukid: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2006), hal. 25-33.

43 Sri Maslihah “Kekerasan Terhadap Anak: Model Transisional dan Dampak Jangka Panjang”. (Edukid: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2006), hal. 25-33.


(48)

39

pantat, dada/payudara.

(b) Pelaku memasukkan bagian tubuhnya atau benda lain ke mulut, anus, atau vagina anak.

(c) Pelaku memaksa anak untuk memegang bagian tubuhnya

sendiri, bagian tubuh pelaku, atau bagian tubuh anak lain. 44 2) Pelecehan seksual tidak berupa sentuhan

(a) Pelaku mempertunjukkan bagian tubuhnya (termasuk alat kelamin) pada anak/remaja secara cabul, tidak pantas, atau tidak senonoh

(b) Pelaku mengambil gambar (memfoto) atau merekam

anak/remaja dalam aktivitas yang tidak senonoh, dalam adegan seksual yang jelas nyata, maupun adegan secara tersamar memancing pemikiran seksual. Contohnya pelaku merekam anak yang sedang membuka bajunya.

(c) Kepada anak pelaku memperdengarkan atau

memperlihatkan visualisasi (gambar, foto, video, dan semacamnya) yang mengandung muatan seks dan pronografi. Misalnya, pelaku mengajak anak menonton film dewasa (film porno)

(d) Pelaku tidak mengahargai privasi anak/remaja, misalnya tidak menyingkir dan justru menonton ketika ada seorang anak mandi atau berganti pakaian

44http://midwifemoslem.blogspot.co.id/2015/11/kekerasan-seksual-pada-anak.html (diakses, 27 Agustus 2016, 13.00)


(49)

40

(e) Pelaku melakukan percakapan bermuatan seksual dengan anak/remaja, baik eksplisit (bahasa lugas) maupun implisit (tersamar). Percakapan ini bisa dilakukan dengan melalui telepon, chatting, internet, surat, maupun sms.45

c. Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan seksual

Kekerasan terhadap anak-anak yang terjadi di sekitar kita dan sepanjang tidak saja dilakukan oleh lingkungan keluarga anak, namun juga dilakukan oleh lingkungan keluarga anak sendiri yakni orang tua. Kasus-kasus kekerasan yang menimpa anak-anak, tidak saja terjadi di perkotaan tetapi juga di pedesaan. Sementara itu, para pelaku child abuse, 68 persen dilakukan oleh orang yang dikenal anak, termasuk 34 persen dilakukan oleh orangtua kandung sendiri. Dalam laporan tersebut juga disebutkan bahwa anak perempuan pada situasi sekarang ini, sangatlah rentan terhadap kekerasan seksual.46

Secara umum dapat disebutkan bahwa faktor-faktor penyebab timbulnya kejahatan dibagi dalam 2 (dua) bagian yaitu faktor intern, dan faktor ekstern :

1) Faktor Intern

Faktor intern adalah faktor-faktor yang terdapat pada diri individu. Faktor ini khusus dilihat dari individu serta dicari hal-hal yang mempunyai hubungan dengan kejahatan perkosaan.

45http://midwifemoslem.blogspot.co.id/2015/11/kekerasan-seksual-pada-anak.html (diakses, 27 Agustus 2016, 13.00)

46 Lukman Hakim Nainggolan, Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Bawah


(50)

41

Hal ini dapat ditinjau dari: (a) Faktor Kejiwaan, yakni kondisi kejiwaan atau keadaan diri yang tidak normal dari seseorang dapat juga mendorong seseorang melakukan kejahatan. (b) Faktor Biologis, di dalam kehidupannya manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan yang harus dipenuhi termasuk kebutuhan seksual. Dorongan seks ini sangat kuat dan dorongan ini menuntut untuk selalu dipenuhi. Apabila kita tidak dapat mengendalikannya, maka akibatnya kebutuhan akan seks ini tidak tersalurkan secara normal, maka dapat terjadi penyimpangan-penyimpangan seperti halnya perkosaan. (c) Faktor Moral, moral merupakan faktor penting untuk menentukan timbulnya kejahatan. Dengan bermoralnya seseorang maka dengan sendirinya dia akan terhindar dari segala perbuatan yang tercela. Sedangkan orang yang tidak bermoral cenderung untuk melakukan kejahatan. 47

2) Faktor Ekstern

Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang berada di luar diri si pelaku. Faktor ekstern ini berpangkal pokok pada individu. Dicari hal-hal yang mempunyai hubungan dengan kejahatan kesusilaan. Hal ini dapat ditinjau dari: (a) Faktor Sosial Budaya, meningkatnya kasus-kasus kejahatan kesusilaan atau perkosaan terkait erat dengan aspek sosial budaya. Karena aspek sosial

47 Lukman Hakim Nainggolan, Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Bawah


(51)

42

budaya yang berkembang di tengah-tengah masyarakat itu sendiri sangat mempengaruhi naik turunnya moralitas seseorang. (b) Faktor Media Massa, media massa merupakan sarana informasi di dalam kehidupan sosial, misalnya seperti surat kabar, majalah, televisi dan sebagainya itu merupakan juga alat kontrol yang memegang peranan penting di dalam kehidupan bermasyarakat. Alat media massa yang paling besar pengaruhnya terhadap timbulnya kejahatan kesusilaan atau perkosaan adalah pemutaran filmfilm porno, kaset video porno dan beredarnya bacaan-bacaan porno yang menimbulkan hasrat seks bagi yang melihat dan mendengarnya.48

d. Dampak Kekerasan Seksual Pada Anak

1) Dampak Fisik

Kecacatan yang dapat mengganggu fungsi tubuh anggota tubuh. Masalah fisik yang ditimbulkan antara lain : lembam, lecet, luka bakar, patah tulang, kerusakan organ, robekan selaput dara, keracunan, gangguan susunan saraf pusat. Tergantung pada umur dan ukuran anak, dan tingkat kekuatan yang digunakan, pelecehan seksual anak dapat menyebabkan luka internal dan pendarahan. Pada kasus yang parah, kerusakan organ internal dapat terjadi dan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kematian. Penyebab kematian termasuk trauma pada alat kelamin

48 Lukman Hakim Nainggolan, Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual Terhadap Anak di Bawah


(52)

43

atau dubur dan mutilasi seksual.49

2) Dampak Psikologis

Dampak psikologis, emosional, fisik dan sosialnya meliputi depresi, gangguan stres pasca trauma, kegelisahan, gangguan makan, rasa rendah diri yang buruk, gangguan identitas pribadi dan kegelisahan. Adanya perasaan bersalah dan menyalahkan diri sendiri, rasa takut berhubungan dengan orang lain, bayangan kejadian dimana anak menerima kekerasan seksual, mimpi buruk, insomnia, ketakutan dengan hal yang berhubungan dengan penyalahgunaan termasuk benda, bau, tempat, kunjungan dokter, masalah harga diri, disfungsi seksual, sakit kronis, kecanduan, keinginan bunuh diri, dan keluhan somatik.50

3) Dampak Seksual

Dampak sseksual yang ditimbulkan akibat kekerasan seksual diantaranya adalah kehamilan yang tidak diinginkan, infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS, gangguan /kerusakan organ reproduksi.51

49http://midwifemoslem.blogspot.co.id/2015/11/kekerasan-seksual-pada-anak.html (diakses, 27 Agustus 2016, 13.00)

50 Ivo Noviana, Kekerasan Seksual Terhadap Anak : Dampak dan Penanganannya, (Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementrian Sosial RI), hal. 7

51http://midwifemoslem.blogspot.co.id/2015/11/kekerasan-seksual-pada-anak.html (diakses, 27 Agustus 2016, 13.00)


(53)

44

B. Penelitian Terdahulu Yang Relevan

1. Judul : MENINGKATKAN PENGETAHUAN

PENDIDIKAN SEKS MELALUI LAYANAN

INFORMASI PADA SISWA KELAS VI

MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI SUMURREJO KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2015/2016 Oleh :

Tahun :

Desy Mustika Dewi (NIM. 1301411018) 2015

Jurusan : Bimbingan dan Konseling

Persamaan : Dalam penelitian ini memiliki kesamaan tujuan yaitu meningkatkan pengetahuan dalam pendidikan seks untuk anak SD/MI.

Perbedaan : Pada penelitian tersebut hanya bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pendidikan seks siswa sedangkan pada penelitian yang di susun penulis tidak hanya untuk meningkatkan pengetahuan seks saja akan tetapi juga untuk mengurangi fenomena pernikahan dini yang sering terjadi.

2. Judul : PENGARUH PENDIDIKAN SEKS TERHADAP SIKAP MENGENAI SEKS PRANIKAH PADA REMAJA


(54)

45

Tahun : 2007 Jurusan : Psikologi

Persamaan : Sama-sama membahas mengenai pendidikan seks Perbedaan : Pada penelitian tersebut ditujukan pada remaja

sedangkan pada penelitian yang penulis susun ditujukan untuk anak-anak sekolah dasar.

3. Judul : PERANAN ORANG TUA DALAM MEMBIMBING

PENDIDIKAN SEKS BAGI ANAK MENURUT PANDANGAN AGAMA ISLAM

Oleh : Pipih Indah Permatasari (NIM. 06410337) Tahun : 2011

Jurusan : Pendidikan Agama Islam

Persamaan : Dalam penelitian ini memiliki kesamaan dalam memberikan pengetahuan tentang pendidikan seks. Perbedaan : Dalam penelitian ini pendidikan seks yang diberikan

menggunakan peran orang tua sedangkan penelitian yang penulis susun menggunakan model paket berupa video dan buku.


(55)

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development) yaitu metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu melalui penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan kemudian menguji keefektifannya agar dapat

menghasilkan produk yang berdaya guna bagi kehidupan masyarakat luas.52

Penelitian dan pengembangan berfungsi untuk memvalidasi dan mengembangkan produk. Memvalidasi produk berarti produk itu telah ada dan peneliti hanya menguji efektivitas atau validitas produk tersebut. Adapun mengembangkan produk dalam arti yang luas dapat berupa memperbaharui produk yang telah ada (sehingga menjadi lebih praktis, efektif, dan efisien) atau

menciptakan produk baru (yang sebelumnya belum pernah ada).53

Sebagaimana yang telah disebutkan pada Bab I, bahwa tujuan akhir penelitian ini adalah menyusun Paket Pelatihan Pola Pendidikan Seks Untuk Anak Usia SD. Paket pelatihan ini disusun berdasarkan analisis kebutuhan anak usia SD dan observasi terkait dengan cara guru memberikan penerapan pengetahuan pada siswanya. Adapun kebutuhan anak yang sangat penting dan yang harus diperhatikan seiring dengan perkembangan teknologi saat ini adalah rendahnya pengetahuan tentang pendidikan seks yang seharusnya diberikan sejak dini

52 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,

2010), hal. 297

53 Sugiyono, Metode Penelitian & Pengembangan, Research and Development untuk


(56)

47

sehingga anak dapat menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh juga dapat menjaga serta mengantisipasi diri mereka dari penyimpangan dan kekerasan seksual yang akhir- akhiir ini marak terjadi dimana-mana, akibat perilaku orang yang tak bermoral. Begitupun sebelum anak beranjak remaja agar tidak tabu lagi dengan hal-hal yang berhubungan dengan seksual.

Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah angket, wawancara, observasi dan dokumentasi. Selanjutnya hasil perolehan data di analisis dan dihitung dengan menggunakan prosentase untuk dapat menentukan urutan prioritasnya. Secara rinci, pokok-pokok pembahasan dalam Bab III ini akan disajikan dalam sub-sub pokok bahasan berikut, yaitu: A) Rancangan Penelitian, B) Subjek dan Tempat Penelitian, C), Teknik Mengumpulkan Data, D) Prosedur Penelitian Pengembangan.

A. Rancangan Penelitian

Perancangan dan penelitian pengembangan adalah kajian yang sistematis tentang bagaimana membuat rancangan suatu produk, mengembangkan/memproduksi rancangan tersebut, dan mengevaluasi kinerja produk tersebut dengan tujuan dapat diperoleh data yang empiris yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membuat produk, alat-alat dan model yang

dapat digunakan dalam pembelajaran atau non pembelajaran.54

Dalam penelitian ini, pengembangan paket yang dilakukan hanya sampai pada tahap menghasilkan produk, yaitu berupa Paket Pelatihan “Pola Pendidikan Seks Untuk Anak Usia SD”. Meskipun demikian, peneliti

54 Sugiyono, Metode Penelitian & Pengembangan, Research and Development untuk


(57)

48

meminta subyek penelitian untuk melakukan refleksi dan rekomendasi terkait produk yang dihasilkan sebagai evaluasi.

B. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini berjumlah tiga puluh orang siswa kelas V SD yang berada di desa Condong tepatnya di SDN 1 Condong kecamatan Gading Probolinggo, dan guru kelas V SD SDN 1 Condong kecamatan Gading Probolinggo.

SDN Condong 1 Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo adalah suatu lembaga pendidikan negeri yang terletak di Kabupaten Probolinggo yang tempatnya beralamat di desa condong Kecamatan Gading. Kepala Sekolah SUTOPO,S.Pd selaku kepala sekolah di SDN Condong 1 dibantu oleh beberapa dewan guru dalam mendidik siswanya dan dengan dukungan walimurid dilembaga ini sangat antusias sekali. Condong merupakan salah satu desa yang berada diwilayah kecamatan Gading Probolinggo.

Program kedepan SDN Condong 1 Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo berdasar pada pernyataan yang disampaikan oleh SUTOPO, S.Pd selaku kepala sekolah di SDN Condong 1 adalah : saya selalu berupaya untuk memajukan lembaga ini diantaranya saya akan selalu membenahi gedung sekolah dengan semaksimal mungkin dan untuk kemajuan siswa saya beserta semua dewan guru akan selalu berupaya mendidik siswa saya untuk mendapatkan prestasi yang maksimal dan untuk tahun ini saya akan lebih semangat lagi. mengenai Visi dan Misinya dan menyesuaikan dengan program-program yang dilaksanakanya pada saat ini “tutur Kepala Sekolah”.


(58)

49

SDN Condong 1 ini memiliki jumlah Guru 12 orang, Siswa Laki – laki 112, Siswa Perempuan 109, dengan Rombongan Belajar 8, dan memakai Kurikulum KTSP serta Waktu Penyelenggaraan Pagi. Adapun kapasitas listrik yang dipakai 900 watt, dengan luas tanah 3.484m2, tanpa Laboratorium dan Perpustakaan Sekolah.

Daftar Nama Siswa SDN Condong 1 Kelas V

No Nama P/L Tanggal Lahir

1 Siti Nurhalisa P Prob. 04-04-2005

2 Abdur Rahman L Prob. 29-11-2004

3 Aditya Soufan Pratama L Prob. 29-11- 2004

4 Ady Gunawan L Prob. 28-03-2004

5 Aslia Wardawati P Prob. 26-07-2005

6 Fatimatuz Zahro P Prob. 15-08-2005

7 Mita Dwi Septiana P Prob. 21-09-2004

8 Mohammad Ikbal Agustino L Prob. 18-08-2004

9 Moh. Rizqi Ath Thoriq L Prob. 22-05-2005

10 Moch. Shofi Wardani L Prob. 14-04- 2005

11 Mostofa L Prob. 03-06-2006

12 Mutiara Febrianti P Prob. 09-02-2005

13 Rika Paradita P Prob. 01-07-2004

14 Rindans Sike Nurindra Jati P Prob. 10-09-2005

15 Silvia Rahmawati P Prob. 03-03-2005

16 Sofiatun Amalia P Prob. 24-02-2005

17 Sopia P Prob. 27-11-2005

18 Lovis Fahrul Anastasya P Prob. 28-11-2004

19 Decka Andiansyah L Prob. 29-11-2004

20 Anisa Sofyatus Zahro P Prob. 17-07-2005


(59)

50

22 Anisatul Munawaroh P Prop. 25-04-2005

23 Chintya Nuril Hafivah P Prop. 11-05-2005

24 Debi Susanti P Prop. 05-03-2005

25 Dian Safitri P Prop. 17-06-2005

26 Hasan L Prop. 03-05-2004

27 Hosen L Prop. 03-05-2004

28 Dini Putri Yuliawan P Prop. 11-07-2005

29 Kamilia Agustin Herlina P Prop. 16-08-2004

30 Mukhlisin L Prop. 21-06-2005

31 Muvida P Prop. 14-01-2006

32 Nawal Aulia P Prop. 15-08-2005

33 Nivianti Nabila P Prop. 24-07-2005

34 Olivia Mareta P Prop. 14-03-2005

35 Ro’ihatul Hasanah P Prop. 13-04-2005

36 Novita Ningsih P Prop. 28-11-2005

37 Siti Nur Hotija P Prop. 25-01-2005

38 Susianto L Prop. 03-11-2005


(60)

51

STRUKTUR KEPENGURUSAN SDN CONDONG 1 Kepala Sekolah Sutopo S.Pd Ketua Komite Sutrisno Ursn. Humas Rudi Hartono Ursn. Kesiswaan

Ali Wafa S.pd

Ursn. Sarpras Gunawan S.pd Ursn. Kurikulum

Heru I. P. Spd,MM.Pd

Guru Kelas I A Nur Ainy A. M.Pd

Guru Kelas I B Yulis S. S.pd

Guru Kelas II A Sudarti A. M.Pd

Guru Kelas II B

Guru Kelas III A Susiana S.pd

Guru Kelas III B Dodik H. S.pd

Guru Kelas IV A Ali Wafa S.pd

Guru Kelas IV B SusilowatI S.Pd

Guru Kelas V A Yuni Triana S.pd

Guru Olah Raga Gunawan S.pd

Guru Kelas V B Guru Kelas VI A Heru I.P. S.pd, MM,Pd

Guru Kelas VI B Rudi Hartono

Guru Agama Hj. Dawiyah S.pd.I M.Pd.I

Tenaga Administrasi Mutmainah Kerohanian Hj. Dawiyah Spd.M.Pd.I Pramuka Susiana S.pd Petugas Perpustakaan Ririn Rahayu Keamanan Sandra Transidha Kesenian Yulis Setyawati


(61)

52

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini melalui beberapa teknik yaitu : Kuisioner, wawancara, observasi, dan dokumentasi.

1. Skala pengukuran/Kuisioner/Angket

Skala pengukuran merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab.55 Dalam mengumpulkan data,

peneliti memberikan produk berupa buku paket kepada subyek penelitian (uji ahli dan siswa kelas V SD serta guru kelas V) untuk dibaca dan amati kemudian dipraktekkan bagi siswa kelas V SD yang dibimbing oleh guru kelasnya. Setelah itu, peneliti memberikan angket untuk mengetahui pendapat subjek penelitian terhadap produk yang telah dibuat.

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana pewawancara (peneliti) dalam mengumpulkan data mengajukan suatu pertanyaan kepada yang diwawancarai. Wawancara dapat dilakukan secara terstuktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun dengan menggunakan telepon atau internet.

Dalam hal ini, peneliti mewawancarai subjek penelitian yang telah mempraktekkan isi dari buku paket yang telah diberikan terkait proses,

55 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta,


(1)

80

dan Laptop

d. Minimnya pengetahuan tentang pendidikan seks yang dikarenakan rendahnya pendidikan orang tua yang menyebabkan anak minim akan pengetahuan seks juga. Sebab pada prinsipnya mereka menganggap seks adalah hal yang tabu untuk dibicarakan pada anak-anak, sehingga rentang sekali terjadinya kekerasan seksual pada anak. Oleh karena itu, sering terjadi korban kekerasan seksual pada anak di desa Condong.


(2)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penelitian tentang Bimbingan Konseling Islam melalui

Model Pendidikan Seks bagi Siswa SD untuk Mengurangi Pernikahan Dini di

Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo dilakukan, maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Proses pelaksanaan dilakukan oleh peneliti dilaksanakan kurang lebih

dua hari berturut-turut. Waktu pelaksanaan menghabiskan waktu sekitar

55 menit. Proses pelaksanaan di dampingi oleh guru kelasnya sendiri.

Dan pada akhirnya, peneliti mendapat sambutan yang positif dari siswa,

bahwa proses pelaksanaan kegiatan pembelajaran model pendidikan seks

bagi siswa dapat di pahami dengan baik dan siswa lebih mengerti tentang

pendidikan seks pada usia dini.

2. Setelah dilakukan pelatihan mengenai Pendidikan Seks bagi Siswa SD di

Desa Condong Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo dilakukan,

diperoleh hasil bahwa produk MPS dapat memahami mengenai

perbedaan gender, dan siswa dapat mengetahui bagian mana dari

tubuhnya yang boleh disentuh atau tidak boleh disentuh oleh orang lain.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan oleh penulis


(3)

82

1. SD Negeri Condong 1 Kec. Gading Kab. Probolinggo hendaknya

meneruskan dan mengajarkan kembali materi-materi dalam paket yang

telah disusun oleh peneliti yang diberikan kepada siswa.

2. Untuk para pendidik yang ada di SD Negeri Condong, hendaknya lebih

mengenalkan dan membimbing anak-anak untuk lebih mengenal dan

memahami pendidikan seks sedini mungkin untuk mencegah anak-anak

mengalami kekerasan seksual atau penyimpangan perilaku yang

mengakibatkan anak atau siswa salah presepsi.

3. Untuk para orang tua, anak adalah amanah yang patut untuk dibimbing

dan diarahkan kejalan yang benar, dan orang tua selaku pendidik utama

untuk mengajari nilai-nilai atau aturan yang sesuai dengan ajaran agama,

sehingga dapat menciptakan generasi yang berakhlak islami.

4. Untuk anak-anak, hendaknya lebih memperhatikan materi pendidikan

seks yang disampaikan oleh guru, agar dapat mengantisipasi dari hal-hal

yang dapat merugikan diri sendiri.

5. Untuk peneliti selanjutnya, hendaknya lebih mendalami tema tentang

penelitian ini, meningat penelitian tentang pendidikan seks untuk anak

SD masih jarang dilakukan, dan hendaknya peneliti selanjutnya bisa

lebih mengembangkan paket model pendidikan seks, sebab kurangnya


(4)

83

Daftar Pustaka

Adz – Dzaky, Hamdani Bakran, Psikoterapi Konseling Islam (Yogyakarta, Fajar

Pustaka Baru 2000)

Ahmadi, H.Abu, Ilmu pendidikan (Jakarta:Rineke Cipta,2015)

Akbar, Ali, Seksualitas Ditinjau dari Hukum Islam, (Jakarta: Gholia Indonesia,

2002)

Amin, Syamsul Munir, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta : AMZAH,

2010)

Aziz, Safrudin, Pendidikan Seks Nusantara, (Yogyakarta : Kalimedia, 2015)

Bashir, A. Azhar, Ajaran Islam Tentang Pendidikan Seks, Hidup Berumah

Tangga dan Pendidikan Anak, (Bandung : Al-Ma’rif, 1996)

Creswell, John W., Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantutatif, dan Mixed, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2014)

Damayanti, Nidya, Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling (Yogyakarta :

Araska, 2012)

Dewy, Desy Mustika, “Meningkatkan Pengetahuan Pendidikan Seks Melalui

Layanan Informasi Pada Siswa Kelas Vi Madrasah Ibtidaiyah Negeri Sumurrejo Kota Semarang Tahun Ajaran 2015/2016” (Skripsi, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang, 2015)

Fauziyah, Siti dan Muhammda Rohman, Pendidikan Seks Bagi Anak, Vol. 04 No.

02 (Juli-Desember 2012)

Hurairah, Abu, Kekerasan Terhadap Anak, (Bandung: Nuasa Press, 2002)

http://wahana-mahasiswa.

Blogspot.com/2012/04/pendidikan-seks-dalam-islam.html. (diakses 09 agustus 2016, 14.00)

http://midwifemoslem.blogspot.co.id/2015/11/kekerasan-seksual-pada-anak.html (diakses, 27 Agustus 2016, 13.00)

Ibrahim, Abdul Mun’im, Mendidik Anak Perempuan, (Jakarta : Gema Insani

Press, 2005)

IASC. (2005). Panduan Pencegahan Kekerasan Berbasis Gender, Masa Keadaan


(5)

84

Kekerasan Seksual dalam Masa Darurat. Jakarta: IASC.

Lubis, Saiful Akhyar, Konseling Islami, (Yogyakarta : elSAQ Press, 2007)

Maslihah, Sri “Kekerasan Terhadap Anak: Model Transisional dan Dampak

Jangka Panjang”. (Edukid: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 2006)

Mubarok, Ahmad, Konseling Agama Teori dan Kasus, Cet. 1 (Jakarta : Bina

Rencana Pariwara, 2002)

Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004)

Munawir, Suraji & Shofie Rahmawati, Pendidikan Seks Anak, (Yogyakarta :

Pustaka, 2008)

Musnamar, Tohari, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Konseling

Islam,(Yogyakarta: UII Press, 1992)

Nainggolan, Lukman Hakim, Bentuk-bentuk Kekerasan Seksual Terhadap Anak di

Bawah Umur, ( Jurnal EQUALITY, Vol. 13 No. 1 Februari 2008)

Noviana, Ivo, Kekerasan Seksual Terhadap Anak : Dampak dan Penanganannya,

(Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial, Kementrian Sosial RI), hal. 7

Permatasari, Pipih Indah, “Peran Orang Tua dalam Membimbing Pendidikan Seks

Bagi Anak Menurut Pandangan Agama Islam” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah

IAIN Syrkh Nurjati Cirebon, 2011)

Pujiarta, “Metode Pendidikan Seks Pada Anak Masa Pubertas Pada Anak Dalam Islam” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007)

Permatasari, Pipih Indah, “Peran Orang Tua dalam Membimbing Pendidikan Seks

Bagi Anak Menurut Pandangan Agama Islam” (Skripsi, Fakultas Tarbiyah

IAIN Syrkh Nurjati Cirebon, 2011), hal.37

Santoso, Agus, 2010. Pengembangan Paket Pelatihan Interpersonal Skills melalui

Ketrampilan Komunikasi Konseling Bagi Mahasiswa BPI Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel. Laporan Penelitian Individual, Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010)

Suraji dan Sofiarahmawatie, Pendidikan Seks bagi Anak, Penduan Keluarga


(6)

85

Wilis, Sofyans, Konseling Keluarga,(Bandung : Alfabeta, 2009)