Pengaruh pendidikan karakter terhadap akhlak peserta didik di Sekolah Menengah Pertama SAIM (Sekolah Alam Insan Mulia) Surabaya.

(1)

INSAN MULIA) SURABAYA

SKRIPSI

Oleh:

KHOIRIYATUN NI’AM NIM. D91213153

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Khoiriyatun Ni’am (D91213153) : “ Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama SAIM (Sekolah Alam Insan Mulia) Surabaya.

Kata Kunci : Pendidikan Karakter, Akhlak Peserta Didik.

Skripsi ini merupakan hasil Penelitian lapangan tentang Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak Peserta Didik di Sekolah Menegah Pertama SAIM (Sekolah Alam Insan Mulia) Surabaya.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertayaan tentang Rumusan Masalah : 1) Bagaimana Penerapan Pendidikan karakter di Sekolah Menegah Pertama SAIM (Sekolah Alam Insan Mulia) Surabay? 2) Bagaimana Akhlak Peserta didik di Sekolah Menegah Pertama SAIM (Sekolah Alam Insan Mulia) Surabaya? 3) Bagaimana Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak Peserta Didik di Sekolah Menegah Pertama SAIM (Sekolah Alam Insan Mulia) Surabaya?. Untuk memperkuat penelitian ini tercakup pula kajian teori tentang kedua Variabel di atas serta penjelasan tentang pengaruh Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak Peserta Didik di Sekolah Menegah Pertama SAIM (Sekolah Alam Insan Mulia) Surabaya

Dalam Penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode penelitian Kuantitatif, yakni metode yang menggunakan rumus-rumus statistik yang sesuai dengan permasalahan yang ada.

Sedangkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari Penerapan Pendidikan karakter terhadap akhlak peserta didik, peneliti menggunakan rumus regresi sederhana yang menghasilkan t hitung sebesar 2,948, didasarkan pada derajat kebebasan (dk) atau degree of freedom (df) yang besarnya adalah n-21, yaitu 45-2 =43. Jika taraf signifikan (a) ditetapkan 0,05 (5%), sedangkan pengujian dilakukan dengan menggunakan uji dua pihak/arah (sig. 2-tailed), maka harga t tabel diperoleh= 2,021. Maka t hitung > t tabel (2,948 > 2,021), maka Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya pendidikan karakter memiliki pengaruh yang signifikan dengan akhlak peserta didik. Untuk mengetahui beberapa persen pengaruh tersebut, maka perlu dicari r determinannya, dengan rumus r2 x 100%. Sehingga dapat ditemukan Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak peserta didik di SMP SAIM Surabaya sebesar 38,1%


(7)

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1


(8)

D. Kegunaan Penelitian ... 8

E. Penelitian Terdahulu... 8

F. Hipotesis Penelitian ... 9

G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ... 10

H. Definisi Operasional ... 11

I. Sistematika Pembahasan... 14

BAB II : LANDASAN TEORI ... 16

A. Tinjauan tentang Pendidikan Karakter ... 16

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 16

2. Landasan Pendidikan Karakter ... 19

3. Tujuan Pendidikan Karakter... 22

4. Prinsip-Prinsip Pendidikan Karakter ... 23

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter ... 26

6. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah ... 30

B. Tinjauan tentang Akhlak ... 35

1. Pengertian Akhlak ... 35

2. Dasar Akhlak ... 37

3. Tujuan Pembentukan Akhlak ... 39

4. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Pembentukan Akhlak ... 41


(9)

BAB III : METODE PENELITIAN ... 64

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 65

1. Jenis Penelitian ... 65

2. Rancangan Penelitian ... 65

B. Variabel, Indikator, dan Instrumen Penelitian ... 67

1. Variabel ... 67

2. Indikator ... 68

3. Instrumen Penelitian ... 72

C. Populasi dan Sampel ... 73

1. Populasi ... 73

2. Sampel ... 73

D. Metode Pengumpulan Data ... 75

1. Metode Angket ... 75

2. Metode Wawancara ... 75

3. Metode Observasi / Pengamatan ... 76

4. Metode Dokumentasi ... 76

E. Teknik Analisis Data ... 77

1. Analisis Pendahuluan ... 77


(10)

A. Deskripsi Data ... 82

1. Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 82

a. Profil SMP SAIM ... 82

b. Latar belakang Berdirinya SMP SAIM ... 82

c. Visi dan Misi SMP SAIM ... 83

d. Konsep Pendidikan di SMP SAIM ... 84

e. Kurikulum SMP SAIM ... 87

f. Proses belajar mengajar di SMP SAIM ... 87

g. Program Unggulan di SMP SAIM ... 88

h. Fasilitas SMP SAIM ... 94

B. Penyajian Data ... 94

a. Data Hasil Observasi ... 94

b. Data hasil wawancara ... 97

c. Data Hasil Angket... 99

C. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis... 104

1. Analisis Data ... 104

a. Analisis Tentang Pendidikan Karakter ... 104

b. Analisis Tentang Akhlak Peserta Didik ... 118


(11)

A. SIMPULAN ... 147 B. SARAN ... 148


(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses, perbuatan, cara mendidik.1 Tujuan Pendidikan menurut Undang-Undang Nomer 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional pasal 3, adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan Nasional yang disiapkan untuk menunjang pencapaian kehidupan yang cerdas dan berkualitas tersebut menjadi semakin penting untuk dijalankan dengan penuh tanggung jawab, karena tantangan dan persaingan kehidupan sekarang ini membutuhkan kesiapan dari seluruh sumber daya manusia (peserta didik). Peserta didik dihadapkan pada sumber-sumber informasi yang melimpah, dunia kerja yang terus berubah dan penuh persaingan, ekspansi budaya dan teknologi dari luar negeri, dan kehidupan masyarakat semakin kompleks. Hal ini juga menjadikan peran pendidikan semakin berat dan kompleks dimana pendidikan harus mampu mengembangkan

1

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 204


(13)

keterampilan yang tepat untuk menguasai kekuatan, kecepatan, kompleksitas, dan ketidakpastian yang saling berhubungan satu sama lain.2

Harapan yang begitu besar terhadap peran strategis pendidikan tersebut belum tercapai dengan optimal, bahkan pendidikan cenderung tidak sesuai dengan perkembangan peserta didik dan zaman. Hal ini dapat dilihat dari fakta bahwa semakin tinggi pendidikan semakin tinggi potensi pengangguran, kasus-kasus perjokian saat penyelenggaraan Ujian Nasional atau ujian masuk perguruan tinggi, lembaga pendidikan mengisolasi peserta didik dan membentuk perilaku instan yang semata mata berorientasi hasil dan kurang mengutamakan proses serta melemahkan karakter, tawuran antar pelajar bahkan mahasiswa serta berbagai kasus-kasus lain yang mencerminkan kerusakan moral.3

Berbagai permasalahan moral atau akhlak yang terjadi di masyarakat dan generasi muda menunjukkan bahwa terdapat permasalahan dalam proses pendidikan baik di tingkat keluarga, lembaga pendidikan atau sekolah, masyarakat hingga negara. Pendidikan seharusnya mampu menghasilkan generasi beradab dan memahami peran yang diambil dalam kehidupan.

Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Nasional pun sudah mulai menyadari krisis moral yang terjadi terutama pada generasi muda dan di lembaga pendidikan. Kesadaran ini ditindaklanjuti dengan merancang dan menerapkan

2

Colin Rose, dkk. Super Accelerated Learning: Revolusi Belajar Cepat Abad 21 berdasarkan

Riset Terbaru Para Ilmuwan (Bandung: Jabal, 2007), h. 2

3

Riant Nugroho, Pendidikan Nasional: Harapan, Visi dan Strategi, (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2008), h. 7-12.


(14)

pendidikan karakter ke dalam sistem pendidikan atau sekolah. Pendidikan dan pembangunan karakter merupakan bagian penting dalam peradaban bangsa dan peserta didik dengan karakter kuat akan mampu meningkatkan mutu pendidikan nasional.

Berbagai macam kegiatan dan tipe pelaksanaan pendidikan diterapkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Salah satu ragamnya adalah pendidikan karakter. Pendidikan karakter hadir sebagi solusi problem moralitas dan karakter itu. Meski bukan sebagai sesuatu yang baru, pendidikan karakter cukup menjadi semacam “greget” bagi dunia pendidikan pada khususnya untuk membenahi moralitas generasi muda.4

Pendidikan Karakter merupakan suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter pada peserta didik yang meliputi komponen kesadaran, pemahaman, kepedulian dan komitmen yang tinggi untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Allah Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan maupun masyarakat dan bangsa secara keseluruhan sehingga menjadi manusia sempurna sesuai dengan kodratnya.5

Pendidikan karakter yang diterapkan adalah pendidikan karakter yang dapat membangun wawasan kebangsaan serta mendorong inovasi dan kreasi siswa. Selain itu, ada nilai-nilai yang perlu dibangun dalam diri peserta didik

4

Agus Wibowo, Pendidikan Karakter ; Strategi Membangun karakter BangsaBerperadaban,

(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 25.

5


(15)

seperti kejujuran, kerja keras, menghargai perbedaan, kerja sama, toleransi, dan disiplin.

Selama ini para guru sudah mengajarkan pendidikan karakter, namun kebanyakan masih seputar teori dan konsep, belum sampai ke ranah metodologi dan aplikasinya dalam kehidupan. Idealnya, dalam setiap proses pembelajaran mencakup aspek konsep, teori, metode dan aplikasi. Jika para guru sudah mengajarkan kurikulum secara komprehensif melalui konsep, teori, metodologi dan aplikasi setiap mata pelajaran dimana pendidikan karakter sudah terimplementasikan di dalamnya, maka kebermaknaan yang diajarkannya akan lebih efektif dan menunjang pendidikan karakter tanpa pijakan dan pemahaman tentang konsep, teori serta metode yang jelas dan komprahensif tentang pendidikan karakter, maka misi pendidikan karakter pada sekolah-sekolah akan menjadi sia-sia.6

Pendidikan Moral dalam keseharian sering dipakai untuk menjelaskan aspek-aspek yang berkaitan dengan etika. Pembelajarannya lebih banyak disampaikan dalam bentuk konsep dan teori tentang nilai benar dan salah. Sedangkan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari tidak menyentuh ranah afektif dan psikomotorik dalam perilaku siswa. Pendidikan akhlak lebih ditekankan pada pembentukan sikap batiniah agar memiliki spontanitas dalam berbuat kebaikan. Nilai benar dan salah diukur oleh nilai-nilai agamawi. Dalam

6

Listyarti Retno, Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan Kreatif, (Jakarta: Erlangga, 2012), h. 2-3


(16)

Islam, nilai-nilai itu harus merujuk pada Al-Qur’an dan Sunnah. Jika perilaku kaum muslim sudah tidak merujuk lagi pada Al-Qur’an dan Sunnah, maka dikategorikan kaum yang tidak berakhlak .

Pendidikan karakter sesungguhnya bukan sekedar mendidik benar dan salah, tetapi mencakup proses pembiasaan tentang perilaku yang baik sehingga siswa dapat memahami, merasakan dan mau berperilaku baik sehingga terbentuklah tabiat yang baik. Menurut ajaran Islam, pendidikan karakter identik dengan pendidikan akhlak. Walaupun pendidikan akhlak sering disebut tidak ilmiah karena terkesan bukan sekuler, namun sesungguhnya antara karakter dengan spiritualitas memiliki keterkaitan yang erat. Dalam praktiknya, pendidikan akhlak berkenaan dengan kriteria ideal dan sumber karakter yang baik dan buruk, sedangkan pendidikan karakter berkaitan dengan metode, strategi dan teknik pengajaran secara operasional.7 Walaupun dalam teori sosiologi menyebutkan bahwa pembentukan karakter menjadi tugas utama keluarga, namun sekolahpun ikut bertanggung jawab terhadap kegagalan para siswanya, karena proses pembudayaan menjadi tanggung jawab sekolah.

Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, dapat mengarahkan dan menguatkan siswa untuk berkarakter. Pendidikan karakter dapat lebih bermakna apabila menyediakan pengalaman dan alam, sebagai sumber belajar siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Ural yang menyatakan bahwa “pendidikan dasar harus menyediakan lingkungan alam dan program, dengan peluang praktek,

7


(17)

mengingat kognitif, emosional, kecerdasan kinestetik untuk pengembangan karakter siswa.”

Untuk menjawab kebutuhan tersebut salah satu model sekolah yang mendekati prinsip tersebut adalah sekolah alam yang dapat diartikan sebagai salah satu bentuk pendidikan alternatif yang sekarang ini tumbuh dan berkembang dengan pesat. Sekolah yang berbasis alam yang memiliki tujuan untuk mengembalikan nilai-nilai esensial manusia yang menyatu dengan alam. Belajar di alam terbuka adalah satu metode guna menyampaikan materi-materi yang tidak dapat disampaikan di dalam kelas. Belajar dengan menggunakan alam sebagai media akan menumbuhkan potensi-potensi dan bakat yang terpendam yang merupakan suatu kekhususan yang terdapat dalam setiap peserta didik. Pendekatan proses belajar yang menggunakan direct line atau hubungan interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik menimbulkan suatu korelasi yang positif dalam pembentukan karakter.

Sekolah alam merupakan salah satu konsep pendidikaan yang memanfaatkan alam sekitar untuk mengimplementasikan teori-teori yang sudah diajarkan pada peserta didik. Pendekatan yang dominan digunakan dalam konsep sekolah alam adalah siswa diajak untuk melalui serangkaian kegiatan (pengamalan dan pengalaman), setelah itu distrukturkan. Hal ini berbeda dengan umumnya pendidikan di Indonesia, di mana siswa mempelajari buku pelajaran dulu, baru kemudian diamalkan.


(18)

Dari Penjelasan di atas, penulis beranggapan bahwa Pendidikan Karakter berpengaruh terhadap Akhlak peserta didik di Sekolah Alam.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk meneliti dan menelaah tentang Pendidikan karakter yang akan dilaksanakan di Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya. Penulis menuangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak peserta didik di Sekolah Menengah Pertama SAIM (Sekolah Alam Insan Mulia) Surabaya”

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang penulis paparkan di atas, dapat diambil permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana Penerapan Pendidikan Karakter di SMP SAIM Surabaya? 2. Bagaimana Akhlak Peserta didik di SMP SAIM Surabaya?

3. Bagaimana pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak peserta didik di SMP SAIM Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Setiap pekerjaan pasti mempunyai tujuan, begitu pula suatu penelitian. Tujuan penelitian sangat erat hubungannya dengan jenis penelitian yang dilaksanakan. Maka tujuan penilitian dalam rangka menyusun skripsi ini adalah: 1. Untuk Mengetahui penerapan Pendidikan Karakter di SMP SAIM Surabaya 2. Untuk Mengetahui Akhlak Peserta didik di SMP SAIM Surabaya

3. Untuk Mengetahui pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak peserta didik di SMP SAIM Surabaya


(19)

D. KegunaanPenelitian

Ada beberapa kegunaan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini antara lain:

1. Bidang akademik

Penelitian ini diharapkan sebagai tambahan disiplin ilmu pengetahuan khusus dalam masalah pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak peserta didik di SMP SAIM Surabaya

2. Bidang sosial-praktis

a) Bagi sekolah hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran dalam usaha mengembangkan kurikulum serta sarana dan prasarana

b) Bagi guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam penelitian ini dapat memberi wacana mengenai inovasi membangun akhlak peserta didik dengan pendidikan karakter

c) Bagi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Ampel penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan perpustakaan untuk dijadikan bahan manfaat atau guna menambah wawasan pengetahuan terutama mengenai penelitian.

E. Penelitian Terdahulu

Peneliti mengajukan judul “Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak peserta didik di Sekolah Menengah Pertama (SAIM) Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya”. Maka peneliti mencari penelitian yang membahas


(20)

tentang pendidikan karakter, penulis menemukan beberapa diantaranya adalah:

1. Pengaruh Pendidikan karakter dalam menanggulangi Delinquency siswa kelas VIII di SMP Al-Islah Surabaya. Skipsi ini ditulis Oleh Hasran Punggeti pada tahun 2011 menghasilkan Kesimpulan bahwa adanya korelasi antara pengaruh Pendidikan karakter dalam menanggulangi Delinquency siswa kelas VIII di SMP Al-Islah Surabaya

2. Pengaruh Pelaksanaan Pendidikan Karakter Pilar Hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK Karakter Amanah Jombang. Skripsi ini ditulis oleh Dia Sulistiawati pada tahun 2008 menghasilkan kesimpulan bahwa terdapat pengaruh yang sangat tinggi antara pelaksanaan pendidikan karakter pilar hormat dan santun terhadap sopan santun siswa di TK Karakter Amanah Jombang

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis berasal dari dua kata yaitu “hypo” yang artinya “dibawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Sehubungan dengan pengertian tersebut, maka hipotesis dapat diartikan sebagai “suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.”8

Menurut Sutrisno Hadi hipotesis adalah “dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu, dan diterima jika

8


(21)

fakta-fakta membenarkannya”.Sedangkan menurut Drs. Sumadi Suryabrata mengartikan hipotesis sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.9

Berangkat dari latar belakang, rumusan masalah dan tujuan masalah yang peneliti sebutkan diatas maka peneliti memiliki dua hipotesis yaitu :

1. Ha : Hipotesis kerja atau Hipotesis Alternatif

Yaitu hipotesis yang menyatakan adanya pengaruh antara variabel X dan Y( independent dan dependent variable ). Jadi hipotesisi kerja ( Ha ) dalam penelitian ini adalah :“ Ada Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Akhlak Peserta Didik Di SMP (SAIM) Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya”

2. Ho : Hipotesis Nol atau Hipotesis Nihil

Yaitu hipotesis yang mengatakan tidak adanya pengaruh antara variabel X dan Y (independent dan dependent variable). Jadi hipotesis nihil ( Ho ) dalam penelitian ini adalah : “Tidak Ada Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Akhlak Peserta Didik Di SMP (SAIM) Sekolah Alam Insan Mulia Surabaya”

G. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian

Untuk menghindari ketidak-konsistenan antara topik yang diangkat dengan pembahasan yang diberikan, maka penulis memberi ruang lingkup dan batasan penelitian.

9


(22)

Sangatlah penting bagi penulis dalam membatasi masalah untuk membuat pembaca lebih mudah memahaminya. Dalam skripsi ini penulis hanya memfokuskan pada :

1. Pendidikan Karakter yang penulis maksudkan dalam penelitian ini adalah Penerapan 18 nilai-nilai Pendidikan karakter yang sudah dirumuskan dalam Desain Induk Pendidikan Karakter (DIPK) yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional

2. Akhlak yang dimaksud dalam penelitian ini ialah akhlak Mahmudah/ Akhlak terpuji

H. Definisi Operasional

Dalam definisi operasioanal diungkapkan definisi kata-kata atau istilah- istilah kunci yang berkaitan dengan masalah atau variable penelitian. Definisi operasional ini penting dicantumkan untuk menghindari perbedaan pengertian atau kekurangan jelasan makna yang ditimbulkan. Agar tidak menimbulkan kerancuan dalam memahami judul ini, maka penulis perlu menjelaskan definisi operasional dalam judul sebagai berikut :

1. Pengaruh

Pengaruh adalah membentuk watak, percaya atas perbuatan seseorang.10 Yang dimaksud disini adalah peranan atau suatu hal dalam pembentukan watak, kepercayaan dan perbuatan seseorang dalam

10


(23)

menghadapi lingkungan sekitar. Dalam penelitian ini pengaruh yang dicari ialah Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak peserta didik

2. Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter ialah suatu bentuk pengarahan dan bimbingan supaya seseorang mempunyai tingkah laku yang baik sesuai dengan nilai-nilai moralitas dan keberagamaan. Dengan pendidikan karakter ini diharapkan akan dapat menciptakan generasi-generasi yang berkepribadian baik dan menjunjung asas-asas kebajikan dan kebenaran di setiap langkah kehidupan.11

Pendidikan karakter yang dimaksud disini ialah Penerapan 18 nilai-nilai Pendidikan karakter yang sudah dirumuskan dalam Desain Induk Pendidikan Karakter (DIPK) yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional

3. Akhlak

Akhlak adalah kata jamak dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab yang berarti perangai, tingkah laku, atau karakter. Kata akhlak didefinisikan sebagai perilaku, tetapi perilaku harus diulang hanya sekali tidak cukup untuk melakukan perbuatan baik, atau hanya kadang-kadang.

Pengertian Akhlak lebih tepat difokuskan pada substansinya bahwa akhlak adalah sifat yang telah terpatri dan melekat dalam jiwa seorang

11

Fadlillah Muhammad dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,2013) hal 23-24


(24)

manusia untuk melakukan perbuatanperbuatan secara spontan dan mudah, tanpa dipaksa atau dibuat-buat.12

Akhlak yang dimaksud dalam penelitian ini ialah Akhlak Mahmudah/ Akhlak terpuji, meliputi: Akhlak kepada Allah, Akhlak terhadap diri sendiri, Akhlak terhadap sesama, dan Akhlak kepada Lingkungan.

4. Peserta Didik

Peserta didik merupakan bagian dalam sistem pendidikan Islam, peserta didik adalah objek atau bahan mentah dalam proses transformasi pendidikan. Tanpa adanya peserta didik, keberadaan sistem pendidikan tidak akan berjalan.

Secara bahasa peserta didik adalah orang yang sedang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun psikis, pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan yang menyangkut fisik, perkembangan menyangkut psikis.

Peserta didik dalam penelitian ini ialah Peserta didik Sekolah Alam Insan Mulia tingkat SMP.

5. Sekolah Alam

Sekolah Alam adalah sebuah konsep pendidikan. Sekolah alam sebagai alternatif pendidikan membentuk karakter. Sekolah alam hadir

12

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya, Akhlak Tasawuf, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), h.4


(25)

dengan konsep pendidikan fitrah, sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensinya sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia.

Tujuan pendidikan dalam Islam adalah mencetak khalifatullah fil ardh. Sehingga, kurikulum sekolah alam juga bertujuan untuk mencetak pribadi yang siap mengemban amanah Allah dalam mengelola bumi ini (khalifatullah fil ardh).13

Sekolah alam yang akan dilakukan penelitian ialah sekolah alam yang berdiri di Surabaya yaitu Sekolah Alam Insan Mulia atau yang lebih dikenal dengan nama SAIM

I. Sistematika Pembahasan

Untuk mendapatkan gambaran yang lebih mudah dan jelas serta dapat dimengerti maka dalam skripsi ini secara garis besar akan penulis uraikan pembahasan pada masing – masing bab berikut ini :

Bab Pertama adalah PENDAHULUAN, Dalam bab ini yang dibahas

mengenai Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, hipotesis penelitian, ruang lingkup dan batasan masalah, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua adalah LANDASAN TEORI, Pada bab ini akan dijelaskan 2 bagian yakni Tinjauan tentang Pendidikan Karakter meliputi Pengertian Pendidikan Karakter, Landasan Pendidikan Karakter, Tujuan Pendidikan

13

Septriana, Novobiografi, Sebuah Novel Biografi Lendo Novo, (Bogor: SoU Publisher. 2008) hal.81-83


(26)

Karakter, Manfaat Pendidikan Karakter, Landasan Pendidikan Karakter, Prinsip-prinsip Pendidikan Krakter dan Nilai-nilai Pendidikan Karakter. Tinjauan tentang Akhlak tentang Pengertian Akhlak, Dasar Akhlak, Tujuan Pembentukan Akhlak, Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan Akhlak dan Pembagian Akhlak.

Bab ketiga adalah METODOLOGI PENELITIAN, yang didalamnya

membahas tentang jenis dan Pendekatan penelitian, variabel, indikaror dan instrumen penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik analisis data.

Bab keempat ialah HASIL PENELITIAN, Dalam bab ini penulis menyajikan tentang gambaran umum objek penelitian yang berisi sejarah Sekolah Alam Insan Mulia, visi dan misi sekolah, keadaan sekolah, profil sekolah, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan dan siswa serta sarana dan prasarana, penyajian data dan analisis data

Bab kelima adalah KESIMPULAN DAN SARAN, Dalam bab ini penulis menyajikan tentang kesimpulan dan saran – saran yang diajukan bagi elemen – elemen yang terkait didalamnya, dan akhirnya ditutup dengan puji syukur kehadirat Allah atas terselesainya penyusunan skripsi.


(27)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Tinjauan tentang Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan atau pimpinan yang dilakukan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.1 Sedangkan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro pendidikan adalah tuntunan didalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksudnya yaitu pendidikan menuntun kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Lalu Pendidikan menurut Doni Kusuma, merupakan sebuah proses pembelajaran terus menerus tentang banyak hal dan juga sebagai sebuah usaha sadar yang ditunjukkan bagi pengembangan diri manusia secara utuh, melalui berbagai macam dimensi yang dimilikinya (religious, moral, personal, sosial, cultural, temporal, institusional, relasional, dll) demi proses penyempurnaan dirinya secara terus menerus dalam memaknai hidup dan sejarahnya di dunia ini dalam kebersamaan dengan orang lain.2 Dan

1

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Al Maarif, 1981), h. 25

2

Doni Koesoema A, Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global, (Jakarta:PT. Grasindo, 2007), h. 53


(28)

menurut Ahmad Tafsir, pendidikan adalah usaha meningkatkan diri dari segala aspeknya.

Dari sekian banyak uraian para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa, pendidikan adalah sebuah proses dan usaha pembelajaran untuk menuntun dan membimbing anak-anak agar menjadi manusia yang utuh sesuai dengan kodrat yang ada. Karena pendidikan merupakan tempat untuk belajar menjadi manusia yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Karakter menurut Kemendiknas, karakter adalah watak, tabiat, akhlak atau kepribadian seseorang, yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan digunakan sebagai landasan sebagai cara pandang, berfikir, bersikap, dan bertindak.3

Menurut Thomas Lickona karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami tersebut diimplementasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, adil, menghormati orang lain, disiplin, dan karakter luhur lainnya4

Dari pemaparan para ahli diatas banyak pengertian tentang karakter, bisa disimpulkan bahwa karakter adalah sifat alami yang dimiliki setiap individu dalam kehidupan yang dibentuk sesuai dengan lingkungan sekitar.

3

Pedoman sekolah, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, (Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum, 2011). h.8.

4

Thomas Lickona, Educating For Character: How Our School Can Teach Respect and


(29)

Adapun karakter yang baik adalah karakter yang akan membentuk individu menjadi individu yang lebih baik.

Istilah karakter digunakan secara khusus dalam konteks pendidikan baru muncul pada akhir abad ke 18, terminologi karakter mengacu pada pendekatan (approach) idealis spiritualis dalam pendidikan yang juga dikenal dengan teori pendidikan normatif, dimana yang menjadi prioritas adalah nilai-nilai transenden yang dipercaya sebagai motivator dan dinamisator sejarah, baik bagi individu maupun bagi perubahan sosial.

Menurut kemendiknas, pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai karakter dirinya, menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan dirinya, sebagai anggota masyarakat, dan warga negara yang religius, nasionalis, produktif, dan kreatif.5

Sehingga bisa disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah usaha dan proses untuk membentuk manusia yang memiliki karakter atau nilai sebagai ciri atau karakteristik individu masing-masing. Dengan adanya pendidikan karakter yang diterapkan di Negara ini, maka akan mencetak individu yang bermoral, berkepribadian, dan bermartabat melalui pendekatan yang biologis – psikologis dan sosiologis.

Wacana tentang pendidikan karakter yang dikenal oleh dunia telah digagas oleh Dr. Thomas Lickona, seorang profesor pendidikan dari

5


(30)

Cortland University pada tahun 1991. Namun penggagas pembangunan karakter pertama kali adalah Rasulullah SAW. Pembentukan watak yang secara langsung dicontohkan Nabi Muhammad SAW merupakan wujud esensial dari aplikasi karakter yang diinginkan oleh setiap generasi.

Dalam kacamata Islam, secara historis pendidikan karakter merupakan misi utama para nabi. Muhammad Rasulullah sedari awal tugasnya memiliki suatu pernyataan yang unik, bahwa dirinya diutus untuk menyempurnakan karakter (akhlak). Manifesto Muhammad Rasulullah ini mengindikasikan bahwa pembentukan karakter merupakan kebutuhan utama bagi tumbuhnya cara beragama yang dapat men-ciptakan peradaban. Pada sisi lain, juga menunjukkan bahwa masing-masing manusia telah memiliki karakter tertentu, namun belum disempurnakan.6

Secara asumtif bahwa keteladanan yang ada pada diri Nabi menjadi acuan perilaku bagi para sahabat, tabi’in dan umatnya. Namun, sampai abad 15 sejak Islam menjadi agama yang diakui universal ajarannya, penerapan pendidikan karakter justru dipelopori oleh negara-negara yang penduduknya minoritas muslim.

2. Landasan Pendidikan Karakter

Dalam pelaksanaan pendidikan karakter di indonesia, ada landasan-landasan yang dijadikan rujukan. Landasan-landasan-landasan ini dimaksudkan

6

Bambang Q-Anees dan Adang Hambali, Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’ân, (Bandung: PT. Simbiosa Rekatama Media, 2008), h. 100


(31)

supaya pendidikan karakter yang diajarkan tidak menyimpang dari jati diri masyarakat dan bangsa Indonesia. Dalam berbagai literatur disebutkan bahwa pendidikan karakter di Indonesia didasarkan pada sembilan pilar karakter dasar, meliputi: a) Cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya b) tanggung jawab, disiplin dan mandiri. c) Jujur d) hormat dan Santun e) kasih sayang, peduli dan kerjasama f) percaya diri, kreatif, kerja keras, pantang menyerah g) keadilan dan kepemimpinan h) baik dan rendah hati i) toleransi, cinta damai dan persatuan. 7

Kesembilan pilar tersebut harus dikembangkan dan saling terkait dengan landasan pendidikan karakter di Indonesia. Landasan berfungsi sebagai titik acuan. Sedangkan pilar dasar tersebut dijadikan nilai dalam pelaksanaanya. Berikut merupakan landasan-landasan dalam melaksanakan dan mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia.

a. Agama

Agama merupakan sumber kebaikan. Oleh karenanya pendidikan karakter harus dilandaskan berdasarkan nilai-nilai ajaran agama, dan tidak boleh bertentangan dengan agama. Indonesia merupakan negara yang mayoritas masyarakat beragama, yang mengakui bahwa kebajikan dan kebaikan bersumber dari agama. Dengan demikian, agama merupakan landasan yang pertama dan paling utama dalam

7

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, Konsep dan Aplikasinya dalam Lembaga Pendidikan, (Jakarta: Kencana,2011) h. 72.


(32)

mengembangkan pendidikan karakter di Indonesia, khususnya pada lembaga pendidikan anak usia dini.

b. Pancasila

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia yang menjadi acuan

dalam melaksanakan setiap roda pemerintahan. Kressantono

sebagaimana dikutip Koesoema mengatakan bahwa Pancasila adalah kepribadian, pandangan hidup seluruh bangsa Indonesia; pandangan hidup seluruh bangsa Indonesia; pandangan hidup yang disetujui oleh wakil-wakil rakyat menjelang dan sesudah proklamasi kemerdekaan. Oleh karenanya, Pancasila ialah satu-satunya pandangan hidup yang dapat mempersatukan bangsa.

Pancasila harus menjadi ruh setiap pelaksanaanya. Artinya, Pancasila yang susunanya tercantum dalam pembukaan UUD 1945, nilai-nilai yang terkandung di dalamnya menjadi nilai-nilai pula dalam mengatuh kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Sehingga warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-niai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

c. Budaya

Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki keanekaragaman budaya. Telah menjadi keharusan bila pendidikan karakter juga harus berlandaskan pada budaya. Artinya, nilai budaya dijadikan sebagai dasar dalm pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi


(33)

antar anggota masyarakat. Oleh karena itu, budaya yang ada di Indonesia harus menjadi sumber nilai dalam pendidikan karakter tersebut. Supaya pendidikan yang ada tidak tercabut dari akar budaya bangsa Indonesia. d. Tujuan Pendidikan Nasional

Rumusan pendidikan nasional secara keseluruhan telah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undang-Undang tersebut, disebutkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional ialah mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan karakter harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu, nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan harus terintegrasikan dengan tujuan pendidikan nasional.8

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong

8


(34)

royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa berdasarkan Pancasila.

DIKTI (2010) menyatakan bahwa Pendidikan karakter dilakukan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sedangkan menurut Dharma Kesuma dkk dalam bukunya menyatakan bahwa Pendidikan karakter bertujuan untuk Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah.9

Secara singkat, pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter atau akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.

4. Prinsip-prinsip pendidikan Karakter

Pendidikan di sekolah akan berjalan lancar, jika dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan karakter. Kemendiknas

9

Dharma Kesuma, dkk, Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di Sekolah, (Bandung: PT Rosdakarya, 2013) h. 9


(35)

memberikan beberapa rekomendasi prinsip untuk mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:

a. Mempromosikan nila-nilai dasar etika sebagai basis karakter.

b. Mengidentifikasikan karakter secara komperehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku

c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk mebangun karakter.

d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.

e. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan perilaku yang baik

f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses.

g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.

h. Memfungsikan seluruh staf seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.

i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.

j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.


(36)

k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik. Berdasarkan pada prinsip-prinsip yang direkomendasikan olah kemendiknas, Dasyim Budimasyah berpendapat bahwa program pendidikan karakter di sekolah perlu dikembangkan dengan berlandaskan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

a. Pendidikan karakter disekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan (kontinuitas). Hal ini mengandung arti bahwa proses pengembangan nilai-nilai karakter merupakan proses yang panjang, mulai sejak awal peserta didik masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada suatu satuan pendidikan.

b. Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata pelajaran terintegrasi, melalui pengembangan diri, dan budaya suatu satuan pendidikan. Pembinaan karakter bangsa dilakukan dengan mengintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, dalam kegiatan kurikuler pelajaran, sehingga semua mata pelajaran diarahkan pada pengembangan nilai-nilai karakter tersebut. Pengembangan nilai-nilai karakter uga dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri, baik melalui konseling maupun kegiatan ekstrakurikuler, seperti kegiatan kepramukaan dan lain sebagainya.

c. Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran,


(37)

kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama yang (yang di dalamnya mengandung ajaran) maka tetap diajarkan dengan proses, pengetahuan (knowing), melakukan (doing), dan akhirnya membiasakan (habit).

d. Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif (active learning) dan menyenangkan (enjoy full learning). Proses ini menunjukkan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta didik bukan oleh guru. Sedangkan guru menerapkan “tutwuri handayani “ dalam setiap perilaku yang ditunjukan agama.

5. Nilai-nilai Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter akan berlangsung dengan sia-sia manakala nilai-nilai tidak diimlementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Sebagaimana diketahui bahwa pendidikan karakter menekankan pada kebiasaan anak-anak untuk melakukan hal yang positif. Kebiasaan inilah yang menjadi suatu karakter yang tertanam dalam diri anak.

Adapun nilai-nilai pendidikan karakter yang sudah dirumuskan dalam Desain Induk Pendidikan Karakter (DIPK) yang dikeluarkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional Sebagai Berikut.10

10


(38)

a. Religius

Religius adalah sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

b. Jujur.

Jujur adalah perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan.

c. Toleransi

Toleransi adalah sikap tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbada dari dirinya.

d. Disiplin

Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

e. Kerja keras

Kerja keras merupakan perilaku yang menunjukkan upaya yang sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.


(39)

f. Kreatif

Kreatif adalah berfikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki. Banyak sekali cara yang dilakukan untuk membuat anak jadi kreatif. g. Mandiri.

Mandiri adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

h. Demokratis

Demokratis adalah cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

i. Rasa ingin tahu

Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat dan didengar.

j. Semangat kebangsaan

Semangat Kebangsaan adalah cara berfikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

k. Cinta tanah air

Cinta tanah air adalah cara berfikir, bertindak dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi


(40)

terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan politik bangsa.

l. Menghargai prestasi

Menghargai Prestasi adalah sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain.

m. Bersahabat atau komunikatif

Bersahabat atau komunikatif adalah tindakan yang

memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan orang lain. Persahabatan dan komunikatif sangat erat hubungannya. Untuk bersahabat dengan baik dibutuhkan komunikasi yang baik pula

n. Cinta damai

Cinta damai ialah sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

o. Gemar membaca

Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. p. Peduli lingkungan

Pendidikan Karakter ialah sikap dan tindakan yang selalu berupaya


(41)

mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi.

q. Peduli sosial

Peduli Sosial adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.

r. Tanggung jawab

Tanggung Jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

6. Pelaksanaan Pendidikan Karakter di Sekolah

Sekolah Sebagai lingkungan yang menggarap anak didik sebagai sumber daya manusia masa depan bangsa merupakan lingkungan tepat untuk menggarap karakter. Hal ini karena di lingkungan pendidikan, dalam hal ini sekolah, berbagai nilai positif di transfer ke anak didik. Bahkan, tidak hanya ditransfer sebab anak didik secara mandiri dikondisikan umtuk menciptakan sendiri nilai di dalam dirinya. Anak didik harus dapat mengambil nilai-nilai dalam pergaulannya sehari-hari dan mengintegrasikannya dengan kehidupannya. Hal ini tentu saja membutuhkan sikap terbuka yang dapat


(42)

menerima kondisi dan mampu menyeleksi kondisi sesuai dengan kebutuhan dirinya.11

Penyelenggaraan pendidikan karakter di SMP dilakukan secara terpadu melalui 3 (tiga) jalur, yaitu: Pembelajaran, Manajemen Sekolah, dan Ekstrakurikuler. Yang dimaksudkan ialah Pendidikan karakter dilaksanakan secara terintegrasi melalui proses pembelajaran pada semua mata pelajaran, Terintegrasi melalui kegiatan Ekstrakulikuler, dan Terintegrasi melalui manajemen sekolah.

a. Pendidikan Karakter Integrasi dalam proses pembelajaran pada semua mata pelajaran.

Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam proses pembelajaran adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui proses pembelajaran baik yang berlangsung di dalam maupun di luar kelas pada semua mata pelajaran. Dengan demikian, kegiatan pembelajaran, selain untuk menjadikan peserta didik menguasai kompetensi (materi), juga dirancang dan dilakukan untuk menjadikan peserta didik mengenal,

11


(43)

menyadari/peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya perilaku.12

Pada dasarnya setiap mata pelajaran memuat materi-materi yang berkaitan dengan karakter. Secara subtantif, setidaknya terdapat dua mata pelajaran yang terkait langsung dengan pengembangan budi pekerti dan akhlak mulia, yaitu pendidikan Agama dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Kedua mata pelajaran tersebut merupakan mata pelajaran yang secara langsung (eksplisit) mengenalkan nilai-nilai, dan sampai taraf tertentu menjadikan peserta didik peduli dan menginternalisasi nilai-nilai.

Integrasi Pendidikan karakter pada mata pelajaran selain

pendidikan agama dan PKN juga harus dilakukan untuk

menginternalisasikan nilai-nilai dan tingkah laku sehari-hari melalui proses pembelajaran, dari tahap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian.

b. Pendidikan karakter terintegrasi di dalam kegiatan Ekstrakulikuler Pendidikan karakter secara terintegrasi di dalam kegiatan pembinaan kesiswaan adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi

diperolehnya kesadaran akan pentingnya nilai-nilai, dan

penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik

12

Wiyani Novan Ardy, Membumikan Pendidikan Karakter di SD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 90


(44)

melalui pelaksanaan kegiatan pembinaan kesiswaan, yaitu kegiatan pendidikan yang dilakukan di luar jam pelajaran tatap muka. Kegiatan tersebut dilaksanakan di dalam dan/atau di luar lingkungan sekolah dalam rangka memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan, dan menginternalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan agama serta norma-norma sosial baik lokal, nasional, maupun global untuk membentuk insan yang seutuhnya.

Beberapa kegiatan ekstrakurikuler yang memuat pembentukan karakter antara lain:

1) Olah raga (sepak bola, bola voli, bulu tangkis, tenis meja, dll) 2) Keagamaan (baca tulis Al Qur’an, kajian Hadis, ibadah, dll) 3) Seni Budaya (menari, menyanyi, melukis, teater)

4) KIR

5) Kepramukaan

6) Latihan Dasar Kepemimpinan Peserta didik (LDKS),

7) Palang Merah Remaja (PMR)

8) Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA),

9) Pameran

10) Kesehatan, dan lain-lainnya.

c. Pendidikan Karakter Integrasi dalam proses Manajemen sekolah

Pendidikan karakter melalui pengelolaan sekolah adalah pengenalan nilai-nilai, fasilitasi diperolehnya kesadaran akan pentingnya


(45)

nilai-nilai, dan penginternalisasian nilai-nilai ke dalam tingkah laku peserta didik sehari-hari melalui pelaksanaan manajemen sekolah yang berkarakter baik. Seluruh bidang urusan sekolah dikelola secara efektif dan efisien berdasarkan nilai-nilai luhur, baik nilai-nilai yang mendasari hubungan kita terhadap Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, berbangsa, maupun lingkungan.

Sebagai suatu sistem pendidikan, maka dalam pendidikan karakter juga terdiri dari unsur-unsur pendidikan yang selanjutnya akan dikelola melalui bidang-bidang perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian. Unsur-unsur pendidikan karakter yang akan direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan tersebut antara lain meliputi:13

1) Nilai-nilai karakter kompetensi lulusan 2) Muatan kurikulum nilai-nilai karakter 3) Nilai-nilai karakter dalam pembelajaran

4) Nilai-nilai karakter pendidik dan tenaga kependidikan 5) Nilai-nilai karakter pembinaan kepesertadidikan.

Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman dan ketaqwaan, dll) dirancang dan diimplementasikan dalam aktivitas manajemen sekolah, seperti pengelolaan: siswa, regulasi/peraturan sekolah, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan,

13


(46)

perpustakaan, pembelajaran, penilaian, dan informasi, serta pengelolaan lainnya

B. Kajian tentang Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari bentuk mufradnya "khuluqun" (

) yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan "khalqun" (

) yang

berarti kejadian, serta erat hubungannya dengan "khaliq" (

ﺧﺎ

) yang berarti

pencipta dan "makhluq" (

ﳐ ﻮ

) yang berarti yang diciptakan.14

Definisi akhlak di atas muncul sebagai mediator yang menjembatani komunikasi antara khaliq (pencipta) dengan makhluq (yang diciptakan) secara timbal balik, yang kemudian disebut sebagai hablum min Allah. Dari produk

hamlum min Allah yang verbal biasanya lahirlah pola hubungan antar sesama

manusia yang disebut dengan hablum min annas (pola hubungan antar sesama makhluk).15

Dari pengertian di atas dapat diketahui bahwa akhlak ialah sifat-sifat yang dibawa manusia sejak lahir yang tertanam dalam jiwanya dan selalu ada padanya. Sifat itu dapat lahir berupa perbuatan baik, disebut akhlak yang mulia, atau

14

Zahruddin AR, dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet.1, h. 1.

15


(47)

perbuatan buruk, disebut akhlak yang tercela sesuai dengan pembinaannya.16 Secara terminologi definisi akhlak menurut imam Al-Ghozali adalah:17 "Akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan macam-macam perbuatan dengan gampang dan mudah, tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan".

Jadi pada hakikatnya khuluk (budi pekerti) atau akhlak ialah kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pikiran. Apabila dari kondisi tadi timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran. Maka ia dinamakan budi pekerti mulia dan sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk, maka disebut budi pekerti yang tercela.

Dalam menentukan baik buruknya akhlak, Islam telah meletakkan dasar-dasar sebagai suatu pendidikan nilai, dimana ia tidak mendasarkan konsep al-ma’ruf (yang baik) dan al-munkar (yang jelek) semata-mata pada rasio, nafsu, intuisi, dan pengalaman yang muncul dari panca indera yang selalu mengalami perubahan. Tetapi Islam, telah memberikan sumber yang tetap yang menentukan tingkah laku moral yang tetap dan universal yaitu

16

Asmaran AS, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Pers, 1992), Cet. 1, h. 1.

17


(48)

Qur’an dan as-Sunnah. Dasar hidup itu menyangkut kehidupan perorangan, keluarga, tetangga, sampai pada kehidupan bangsa.18

2. Dasar Akhlak

Sumber akhlak atau pedoman hidup dalam Islam yang menjelaskan kriteria baik buruknya sesuatu perbuatan adalah al-Qur'an dan sunnah Rasulullah SAW.19

Kedua dasar itulah yang menjadi landasan dan sumber ajaran Islam secara keseluruhan sebagai pola hidup dan menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.

Kepentingan akhlak dalam kehidupan dinyatakan dengan jelas dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an menjelaskan berbagai pendekatan yang meletakkan Al-Qur’an sebagai sumber pengetahuan mengenai nilai dan akhlak yang paling terang dan jelas. Pendekatan Al-Qur’an dalam menerangkan akhlak yang mulia, bukan pendekatan teoritikal, tetapi dalam bentuk konseptual dan penghayatan. Akhlak yang mulia dan akhlak yang buruk digambarkan dalam perwatakan manusia, dalam sejarah, dan dalam realita kehidupan manusia semasa Al-Qur’an diturunkan.

Al-Qur’an menggambarkan aqidah orang-orang beriman, kelakuan mereka yang mulia dan gambarang kehidupan mereka yang tertib, adil, luhur dan mulia. Berbanding dengan perwatakan orang-orang

18

Sahal Mahfudz, Nuansa Fiqh Sosial, (Yogyakarta: LKiS Bekerjasama dengan Pustaka Pelajar, 1994), h. 180-181

19


(49)

kafir dan munafik yang jelek dan merusak. Gambaran mengenai akhlak yang mulia dan akhlak keji begitu jelas dalam perilaku manusia sepanjang sejarah. Al-Qur’an juga menggambarkan perjuanagan para rasul untuk menengakkan nilai-nilai mulia dan murni di dalam kehidupan dan bagaimana mereka ditentang oleh kefasikan, kekufuran dan kemunafikan yang mencoba menggoyahkan tegaknya akhlak yang mulia sebagai teras kehidupan yang luhur dan murni itu.

Dalam al-Qur'an diterangkan dasar akhlak pada surat al-Qalam ayat 4.





Artinya:

dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” Disamping itu, Rasulullah SAW sendiri menyebutkan :

ِقَاْخَِا َمِرَكَم ممََُِِِ ُتْثِعُب اَمَِا

(

كلام هاور

)

Artinya:

“sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. (H.R. Malik)

Jadi jelaslah bahwa al-Qur'an dan al-Hadits pedoman hidup yang menjadi asas bagi setiap muslim, mata teranglah keduanya merupakan sumber akhlak dalam Islam. firman Allah dan sunnah Nabi adalah ajaran


(50)

yang paling mulia dari segala ajaran maupun hasil renungan dan ciptaan manusia, hingga telah terjadi keyakinan (aqidah) Islam bahwa akal dan naluri manusia harus tunduk kriteria mana perbuatan yang baik dan jahat, mana yang halal dan mana yang haram.

3. Tujuan Pembentukan Akhlak

Islam adalah agama rahmat bagi umat manusia. Ia datang dengan membawa kebenaran dari Allah SWT dan dengan tujuan ingin menyelamatkan dan memberikan kebahagiaan hidup kepada manusia dimanapun mereka berada. Agama Islam mengajarkan kebaikan, kebaktian, mencegah manusia dari tindakan onar dan maksiat.20

Kebahagiaan hidup tersebut pasti tercapai manakala akhlak baik terpancar dari dalam jiwanya, inilah yang menjadi tujuan pembentukan akhlak pada setiap manusia.

Pada dasarnya, tujuan pokok akhlak adalah agar setiap muslim berbudi pekerti, bertingkah laku, berperangai atau beradat-istiadat yang baik sesuai dengan ajaran Islam. Di samping itu, setiap muslim yang berakhlak yang baik dapat memperoleh hal-hal berikut:

20

Hasan Basri, Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2004), Cet. 4, h. 145


(51)

a. Rida Allah SWt

Orang yang berakhlak sesuai dengan ajaran Islam, senantiasa melaksanakan segala perbuatannya dengan hati ikhlas, semata-mata karena mengharapkan rida Allah.

Allah berfirman:























Artinya:

“Katakanlah: "Tuhanku menyuruh menjalankan keadilan". Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka (diri)mu di setiap sembahyang dan sembahlah Allah dengan mengikhlaskan ketaatanmu kepada-Nya. Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada permulaan (demikian pulalah kamu akan kembali kepada-Nya)". (Q.S. Al-A’raf: 29)

b. Kepribadian muslim

Segala perilaku muslim, baik ucapan, perbuatan, pikiran maupun kata hatinya mencerminkan sikap ajaran Islam.


(52)









Artinya:

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru

kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata:

"Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (Q.S. Fushshilat: 33)

c. Perbuatan yang mulia dan terhindar dari perbuatan tercela

Dengan bimbingan hati yang diridhai Allah dengan keikhlasan, akan terwujud perbuatan-perbuatan yang terpuji, yang seimbang antara kepentingan dunia dan akhirat serta terhindar dari perbuatan tercela. 21 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Akhlak

Pada prinsipnya faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak ditentukan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal

21

Zainuddin dan Muhammad Jamhari, Al-Islam 2: Muamalah dan Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 76-77


(53)

a. Faktor Internal

Yaitu keadaaan peserta didik itu sendiri, yang meliputi latar belakang kognitif (pemahaman ajaran agama, kecerdasan), latar belakang afektif (motivasi, minat, sikap, bakat, konsep diri dan kemandirian).22

Pengetahuan agama seseorang akan mempengaruhi pembentukan akhlak, karena ia dalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari ajaran agama. Selain kecerdasan yang dimiliki, peserta didik juga harus mempunyai konsep diri yang matang. Konsep diri dapat diartikan gambaran mental seorang terhadap dirinya sendiri, pandangan terhadap diri, penilaian terhadap diri, serta usaha untuk menyempunakan dan mempertahankan diri. Dengan adanya konsep diri yang baik, anak tidak akan mudah terpengaruh dengan pergaulan bebas, mampu membedakan antara yang baik dan buruk, benar dan salah.

Selain konsep diri yang matang, faktor internal juga dipengaruhi oleh minat, motivasi dan kemandirian belajar. Minat adalah suatu harapan, dorongan untuk mencapai sesuatu atau membebaskan diri dari suatu perangsang yang tidak menyenangkan.23 Sedangkan motivasi adalah menciptakan kondisi yang sedemikian rupa, sehingga anak mau melakukan apa yang dapat dilakukannya. Dalam pendidikan motivasi

22

Muntholi'ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang : Gunungjati, 2002), Cet.1, h. 8

23


(54)

berfungsi sebagai pendorong kemampuan, usaha, keinginan, menentukan arah dan menyeleksi tingkah laku pendidikan.

b. Faktor Eksternal

Yaitu yang berasal dari luar peserta didik, yang meliputi pendidikan keluarga, pendidikan sekolah dan pendidikan lingkungan masyarakat.

Salah satu aspek yang turut memberikan saham dalam terbentuknya corak sikap dan tingkah laku seseorang adalah faktor lingkungan. Selama ini dikenal adanya tiga lingkungan pendidikan, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.24

1) Lingkungan keluarga

Orang tua merupakan penanggung jawab pertama dan yang utama terhadap pembinaan akhlak dan kepribadian seorang anak. Orang tua dapat membina dan membentuk akhlak dan kepribadian anak melalui sikap dan cara hidup yang diberikan orang tua yang secara tidak langsung merupakan pendidikan bagi sang anak. Dalam hal ini perhatian yang cukup dan kasih sayang dari orang tua tidak dapat dipisahkan dari upaya membentuk akhlak dan kepribadian seseorang.

2) Lingkungan Pendidikan

24

Abuddin Nata, Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), Cet. 2, h. 21.


(55)

Pendidikan merupakan faktor penting yang memberikan pengaruh dalam pembentukan akhlak. Sebab dalam pendidikan ini, anak didik akan di didik untuk mengembangkan dan menyaurkan bakat yang dimiliki agar bermanfaat pada dirinya dan bagi masyarakat.

Pendidikan turut mematangkan kepribadian manusia, sehingga tingkah lakunya sesuai dengan pendidikan yang telah diterimanya. Adapun pendidikan yang lazin diterima yakni pendidikan formal dan pendidikan non formal. Sementara itu, pergaulan dengan orang-orang baik dapat dimasukkan sebagai pendidikan tidak langsung.

Faktor pendidikan yang mempengaruhi mental anak didik itu hendaknya bukan hanya diusahakan oleh pribadi dan guru. Melainkan lingkungan sekolah, pergaulan dan kebiasaan etiket.

Dalam melaksanakan Pendidikan ini, hendaknya ada pola yang dapat memberikan kesan yang sungguh-sungguh yang menjadikan teori-teori akhlak dapat di realisir dan tercermin dalam pergaulannya.25

3) Lingkungan masyarakat (lingkungan sosial)

Lingkungan masyarakat tidak dapat diabaikan dalam upaya membentuk dan membina akhlak serta kepribadian seseorang. Seorang anak yang tinggal dalam lingkungan yang baik, maka ia juga

25 Ali Mas’ud,


(56)

akan tumbuh menjadi individu yang baik. Sebaliknya, apabila orang tersebut tinggal dalam lingkungan yang rusak akhlaknya, maka tentu ia juga akan ikut terpengaruh dengan hal-hal yang kurang baik pula.

5. Pembagian Akhlak

Akhlak atau budi pekerti yang mulia adalah jalan untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan di akhirat kelak serta mengangkat derajat manusia ke tempat mulia sedangkan akhlak yang buruk adalah racun yang berbahaya serta merupakan sumber keburukan yang akan menjauhkan manusia dari rahmat Allah SWT. sekaligus merupakan penyakit hati dan jiwa yang akan memusnahkan arti hidup yang sebenarnya.

Berdasarkan objeknya, akhlak dibedakan menjadi dua: pertama, akhlak kepada Sang khaliq, kedua akhlak kepada makhluk, yang terbagi menjadi:

a. Akhlak terhadap Rasulullah b. Akhlak terhadap keluarga c. Akhlak terhadap diri sendiri

d. Akhlak terhadap sesama atau orang lain dan e. Akhlak terhadap lingkungan alam.26

26


(57)

Pembahasan seputar akhlak ini sangat luas, namun penulis batasi. Bagaimana berakhlak kepada Allah SWT, kepada diri sendiri, kepada masyarakat atau sesama dan berakhlak kepada alam (lingkungan).

a. Akhlak Kepada Allah SWT.

Alam dan seisinya ini mempunyai pencipta dan pemelihara yang diyakini adanya yakni Allah SWT. Dialah yang memberikan rahmat dan menurunkan adzab kepada siapa saja yang dikehendakinya oleh karena itu manusia wajib ta’at dan beribadah hanya kepada-Nya sebagai wujud rasa terima kasih terhadap segala yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia

1) Berdo’a Kepada Allah

Memohon apa saja kepada Allah. Doa merupakan mukhhul ibadah (otaknya ibadah), karena doa merupakan pengakuan akan keterbatasan dan ketidakmampuan manusia, sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah terhadap segala sesuatu. 27

2) Ikhlas Kepada Allah

Ikhlas artinya tanpa pamrih atau tanpa mengharapkan apa pun kepada selain Allah SWT. Mengerjakan sesuatu hanya mengharapkan ridho Allah SWT, tidak mengharapkan apa pun selainnya dan kepada selain-Nya, itulah ikhlas.

27


(58)

Masalah ikhlas merupakan masalah yang sulit, sehingga sedikit sekali perbuatan yang dikatakan murni ikhlas karena Allah. Dan sedikit sekali orang yang memperhatikannya, kecuali orang yang mendapatkan taufiq (pertolongan dan kemudahan) dari Allah. Sulitnya mewujudkan ikhlas, dikarenakan hati manusia selalu berbolak-balik. Setan selalu menggoda, menghiasi dan memberikan perasaan was-was ke dalam hati manusia, serta adanya dorongan hawa nafsu yang selalu menyuruh berbuat jelek. Karena itu kita diperintahkan berlindung dari godaan setan.

3) Bertakwa Kepada Allah

Kalimat “ittaqullah” (bertaqwalah kepada Allah) jika diterjemahkan secara harfiyah akan menjadi jauhilah Allah atau hindarkanlah dirimu dari Allah. Hal ini tentunya mustahil dapat dilakukan manusia karena siapakah yang dapat menghindar dari Nya. Ulama-ulama berpendapat bahwa sesungguhnya terdapat satu kata yang tersirat antara hindarilah dan Allah. Kata yang tersirat itu adalah siksa atau hukuman. Dengan demikian, yang dimaksud dengan menghindari Allah adalah menghindari siksa atau hukuman Nya.28

Allah berfirman :

28


(59)











Artinya:

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah

menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah

memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S An-Nisa’ : 1)

4) Tawakkal Kepada Allah

Tawakal mempunyai hubungan yang sangat erat dengan pemahaman manusia akan takdir, rida, ikhtiar, saba’ dan doa. 29

Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah

29


(60)

SWT untuk mendapatkan kemaslahatan serta mencegah kemadharatan, baik menyangkut urusan dunia maupun urusan akhirat.

5) Berdzikir kepada Allah

Berdzikir sebagai bukti ketaatan kepada Allah. Berdzkir berarti selalu mengingat Allah, dimanapun, kapanpun dan dalam kondisi apapun. seperti dalam Q.S Al-Baqarah ayat 152, yang berbunyi :







Artinya:

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (Q.S. AL-Baqarah : 152)

Dan juga dalam Q.S Ar-Rad ayat 28:





Artinya:


(61)

“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (Q.S. Ar-Rad : 28)30 b. Akhlak Kepada Diri Sendiri

Akhlak terhadap diri sendiri yang dimaksud adalah bagaimana seseorang menjaga dirinya (jiwa dan raga) dari perbuatan yang dapat menjerumuskan dirinya atau bahkan berpengaruh kepada orang lain karena diri sendiri merupakan asal motivasi dan kembalinya manfaat suatu perbuatan.

1) Menjaga Kesehatan

Setiap muslim diperintahkan untuk menjaga kesehatan dirinya. Baik kesehatan jasmani maupun rohani. Menjaga kesehatan jasmani dapat dilakukan dengan cara makan makanan yang sehat dan halal serta dengan berolahraga. Sedangkan menjaga kesehatan rohani dapat dilakukan dengan kegiatan yang dapat menentramkan hati seperti membaca Al-Qur’an

Pola hidup sehat ada tiga macam: yang pertama, melakukan hal yang berguna untuk kesehatan. yang kedua, menghindari hal yang membahayakan kesehatan dan yang ketiga, melakukan hal-hal yang dapat menghilangkan penyakit yang diderita. Semua pola ini

30


(62)

dapat ditemukan dalilnya dalam agama, baik secara jelas atau tersirat, secara khusus atau umum, secara medis maupun non medis (rohani).

Allah berfirman











Artinya

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di Setiap (memasuki) mesjid, Makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.”(QS. Al-A’raf :31)

2) Memelihara kesucian diri

Maksud dari memelihara kesucian diri (al-ifafah) adalah menjaga diri dari segala tuduhan, fitnah dan memelihara kehormatan. Upaya memelihara kesucian diri ini hendaknya dilakukan setiap hari agar diri tetap berada dalam status kesucian. Hal ini dapat dilakukan mulai dari memelihara hati (qalbu) untuk tidak membuat rencana dan angan-angan yang buruk.31

31


(1)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Sebagai akhir dari rangkaian penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak peserta didik di Sekolah Menengah Pertama SAIM (Sekolah Alam Insan Mulia) Surabaya” dengan mengacu pada rumusan masalah penelitian dan hasil dari penyajian data serta analisis data yang terkumpul, maka peneliti menyusun kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian melalui angket tentang Penerapan Pendidikan Karakter di SMP SAIM (Sekolah Alam Insan Mulia), didapat hasil prosentase angket sebesar 53,6%. Yang tergolong baik. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan pendidikan karakter termasuk dalam kategori baik.

2. Berdasarkan hasil penelitian melalui angket tentang Akhlak peserta didik di SMP SAIM (Sekolah Alam Insan Mulia), didapat hasil prosentase angket sebesar 52,55% Yang tergolong baik. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan Akhlak peserta didik termasuk dalam kategori baik.

3. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dan dibuktikan dengan analisis regresi linier diperoleh t hitung sebesar 2,948 , maka t hitung > t tabel (2,948 > 2,021), dan signifikansi signifikansi sebesar 0,000 < 0,05. Yang berarti Ha diterima dan Ho ditolak. Artinya pendidikan karakter


(2)

memiliki pengaruh yang signifikan dengan akhlak peserta didik. Dan diketahui juga bahwa Pengaruh Pendidikan Karakter terhadap Akhlak peserta didik di SMP SAIM Surabaya sebesar 38,1%

B. Saran

Sebagai pembahasan akhir dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin memberikan beberapa saran sebagai bahan pertimbangan dan perbaikan dalam bidang pendidikan, diantaranya sebagai berikut :

1. Kepada Pendidik

Pendidikan karakter yang diterapkan di SMP sudah baik. Akan tetapi, Guru harus tetap profesiaonal dalam upaya membentuk akhlak peseta didik baik melalui pengajaran di dalam kelas maupun di luar kelas dan kegiatan keagamaan yang ada. Hal ini akan menunjang upaya sekolah dalam mewujudkan visi dan misi untuk menciptakan peserta didik yang berakhlakl karimah

2. Kepada Peserta Didik

Kepada seluruh peserta didik SMP SAIM hendaknya selalu mengikuti kegiatan yang diadakan oleh sekolah. Baik itu melalui pembelajaran formal maupun non formal. Selain itu, peserta didik hendaknya lebih memahami dan melaksanakan Akhlak Mahmudah dalam kehidupan sehari-hari.


(3)

3. Kepada Lembaga/ Sekolah

Penerapan 18 nilai pendidikan karakter di SMP SAIM ini sudah dalam kategori baik. Akan tetapi Alangkah baiknya jika Pihak sekolah lebih mengembangkan Nilai Religius dalam rangka meningkatkan Akhlak peseta didik agar lebih baik lagi

4. Kepada Orang Tua.

Seperti yang telah dipaparkan Penulis di bab 2 bahwa banyak sekali faktor yang mempengaruhi Pembentukan Akhlak. Dalam Penelitian ini ditemukan bahwa pengaruh pendidikan karakter pada Akhlak peserta didik 38,1 % sedangkan sisanya di pengaruhi Faktor lain. Yakni Faktor Internal dan Faktor Eksternal lainnya. Faktor yang Tidak kalah Penting dalam pembentukan Akhlak Peserta didik ialah Faktor Lingkungan dan Keluarga. Diharapkan untuk Seluruh Orang Tua agar Selalu memberikan Pendidikan Akhlak di dalam keluarga serta memilih lingkungan yang baik untuk perkembangan Akhlak Peserta didik

5. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk lebih kreatif dalam penelitiannya. Terutama jika menggunakan Metode Angket untuk pengumpulan data. Angket yang akan dibagikan harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi Sekolah serta peserta didik. Angket yang dibuat harus dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik dengan tujuan mendapat data yang lebih valid.


(4)

DAFTAR PUSTAKA al Fat, Masan. 1994. Aqidah Akhlak. Semarang: Adi Cita. Anwar, Rosihon. 2008. Akidah Akhlak. Bandung, Pustaka Setia.

Ardy, Wiyani Novan. 2013. Membumikan Pendidikan Karakter di SD. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Arifin, Zainal. 2012. Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Asmaran. 1992. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: Rajawali Pers.

Basri, Hasan. 2004. Remaja Berkualitas: Problematika Remaja dan Solusinya.

Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Darmadi, Hamid. 2013. Dimensi – Dimensi Metode Penelitian dan Sosial. Bandung : Alfabeta.

Depdikbut. 2002. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

Ibrahim. 2002. Membangun Akidah dan Akhlak. Solo: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.

Kesuma, Dharma, dkk. 2013. Pendidikan Karakter Kajian Teori dan Praktik di

Sekolah. Bandung: PT Rosdakarya.

Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman

Global. Jakarta: PT. Grasindo.

Lickona, Thomas. 1992. Educating For Character: How Our School Can Teach

Respect and Responsibility. New York : Bantam Books.

Mahmud, Ali Abdul Halim. 2004. Akhlak Mulia. Jakarta: Gema Insani.

Marimba, Ahmad. 1981. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam.Bandung : PT. Al Maarif.


(5)

Masy’ari, Anwar. 1990. Akhlak Al-Qur’an. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Muhammad, Fadlillah dan Lilif Mualifatu Khorid. 2013. Pendidikan Karakter Anak

Usia Dini. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Mujib, Abdul. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana.

Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2012. Manajemen PAUD. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Muntholi'ah. 2002. Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI. Semarang : Gunungjati.

Nasution. 1996. Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara.

Nata, Abuddin. 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Nugroho Riant. 2008. Pendidikan Nasional: Harapan, Visi dan Strategi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pedoman sekolah. 2011. Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum.

Retno, Listyarti. 2012. Pendidikan Karakter dalam Metode Aktif, Inovatif dan

Kreatif. Jakarta: Erlangga.

Rose, Colin, dkk. 2007. Super Accelerated Learning: Revolusi Belajar Cepat Abad

21 berdasarkan Riset Terbaru Para Ilmuwan. Bandung: Jabal.

Saroni, Muhammad. 2013. Best Practice. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Septriana. 2008. Novobiografi, Sebuah Novel Biografi Lendo Novo. Bogor: SoU Publisher.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: alfabeta.

Suryabrata, Sumadi. 1998. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.


(6)

Suyanto. 2010. Pendidikan Karakter Teori dan Aplikasi. Kementrian Pendidikan Nasional: Jakarta.

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Tim Penyusun MKD UIN Sunan Ampel Surabaya. 2013. Akhlak Tasawuf. Surabaya: UIN Sunan Ampel Press.

Warsito, Hermawan. 2005. Pengantar Metodologi Penelitian. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter ; Strategi Membangun karakter Bangsa

Berperadaban. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Zahruddin dan Hasanuddin Sinaga. 2004. Pengantar Studi Akhlak. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter, Konsep dan Aplikasinya dalam