10.Paper Kolokium 2012 Lainea

I.10

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

SURVEI ALIRAN PANAS DAERAH PANAS BUMI LAINEA, KABUPATEN KONAWE
SELATAN, PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Dikdik Risdianto, Arif Munandar, Sriwidodo, Hari Prasetya
Badan Geologi
Pusat Sumber Daya Geologi
Jl. Soekarno Hatta 444, Bandung, 40254
Telp. +62 22 5202698

Kata Kunci : Panas Bumi, Lainea, anomali panas dangkal, aliran panas, mineralisasi

SARI

”Secara administratif daerah survei anomali panas dangkal berada di Kecamatan Lainea, Kabupaten
Konawe Selatan, Provinsi Sulawesi Tenggara. Daerah panas bumi Lainea secara umum berada pada tatanan geologi yang didominasi oleh batuan Metamorf dan endapan rombakan.
Litologi terdiri dari batuan malihan Sabak berumur Pra-Tersier, batuan Meta-gamping kristalin yang
berumur pra-Tersier, batuan endapan rombakan (reworked) yang tersusun oleh komponen-komponen

batuan lebih tua, tidak padu, berumur Kuarter.
Terdapat gejala mineralis asi berupa urat-urat kuarsa dan mineral-mineral sulida, yang menandakan
adanya gejala hidrotermal fosil. Alterasi hidrotermal sangat intensif di zone mineralisasi berupa ubahan
clay atau argillic
Gejala panas bumi diperlihatkan oleh sejumlah manifestasi panas bumi berupa mata air panas dengan
temperatur mencapai 80 oC di Sungai Lainea, tanah panas serta zona alterasi mineral lempung yang termasuk dalam zona argillik dengan penyebaran yang cukup luas di sekitar Sungai Landai.
Penentuan wilayah prospek berdasarkan data geokimia Merkuri (Hg) mengalami kesulitan karena terdapat ambiguitas konsentrasi Hg yang berasal dari aktiitas hidrotermal fosil dan aktif, untuk mengatasi
masalah ini survei aliran panas dilakukan untuk melokalisir zona panas yang masih aktif yang hampir
seluruhnya berimpit dengan zone mineralisasi. Dari hasil survei ini dihasilkan zona anomali panas seluas
10 km2 yang meliputi daerah manifestasi Sungai Kaindi, Sungai Landai, dan Lainea.



PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011

BUKU 1 : BIDANG ENERGI

1. Pendahuluan
Daerah Panas Bumi Lainea berada di Kecamatan Lainea, Kabupaten Konawe Selatan,
Provinsi Sulawesi Tenggara, atau secara geografis berada diantara 04o 15‘ 01“ - 04o 25‘ 50“ LS

dan 122o 28‘ 41” - 122o 43’ 34” BT Berjarak lebih
kurang 50 km dari ibu kota Provinsi Selawesi
Tenggara, Kendari (Gambar 1).
Survei anomali panas dangkal di daerah ini
dilakukan untuk melokalisir daerah anomali
yang masih mempunyai temperatur relatif lebih
tinggi dengan lokasi lainnya yang diasumsikan
merupakan bagian dari sistem panas bumi yang
terdapat dipermukaan.
Survei ini juga dilakukan untuk mengoreksi
beberapa anomali yang terdapat di daerah ini
berupa anomali geokimia (distribusi Merkuri)
dan anomali geofisika (geomagnet).
Terdapat ambiguitas dalam interpretasi
geokimia dan geofisika di daerah panas bumi
ini, apakah anomali yang terjadi sebagai akibat
dari sistem panas bumi masa lampau (fosil)
atau sistem panas bumi yang masih aktif mengingat di daerah ini terdapat mineralisasi yang
cukup intensif.


2. Landasan Geosain
2.1 Geologi
Secara regional Daerah Lainea terletak pada
lingkungan metamorf mandala Buton-Cukang
Besi. Batuan tertua yang terbentuk di daerah ini

I.10

adalah satuan metamorf yang berumur Trias.
Litologi daerah Panas Bumi Lainea tersusun oleh batuan metamorf yang berumur
pra-Tersier dan batuan sedimen Tersier dan
dikelompokkan menjadi 7 satuan batuan, yaitu
satuan batuan metamorf, satuan meta-batugamping, satuan meta-batupasir, satuan
batupasir non-karbonatan, satuan batupasir
gampingan, satuan konglomerat, dan endapan
alluvium.
Selain itu terdapat juga batuan ubahan hasil
ubahan hidrotermal yang didominasi oleh
ubahan bersifat argilik yang dicirikan oleh
mineral lempung atau argilik.

Struktur utama yang berkembang di daerah
penyelidikan dan mengontrol sistem panas
bumi Lainea adalah sesar normal Boro-boro
yeng berarah baratlaut-tenggara, sesar mendatar Kaindi, Landai, Amowolo, Lainea dan
sesar Rumbalaka (Gambar 2).

2.2 Geokimia
Manifestasi panas bumi yang berkembang adalah mata air panas, tanah panas dan batuan
ubahan, selain itu terdapat juga bualan gas
yang berasosiasi dengan batuan ubahan yang
tercium bau gas H2S yang cukup kuat.
Temperatur air panas mencapai 80 oC, pH
netral dengan kondisi air yang jernih. Tipe air
panas secara keseluruhan termasuk dalam
tipe bikarbonat, sedangkan berdasarkan
tingkat kesetimbangan air panas di daerah ini
termasuk dalam zona Immature Water yang
mengindikasikan bahwa tingkat pencampuran

PROSIDING HASIL KEGIATAN PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI TAHUN 2011


BUKU 1 : BIDANG ENERGI

dengan air meteorik sangat besar. Sedangkan
data isotop Oksigen-18 dan deuterium menunjukkan bahwa mata air panas Landai dan Lainea
mengalami interaksi dengan batuan samping
selama bergerak dari reservoir menuju permukaan Gambar 3 dan 4.
Hasil perhitungan temperatur bawah permukaan berdasarkan metode Na-K-Ca
menunjukkan 200 oC, hal ini dilakukan dengan
pertimbangan kadar ion Ca yang cukup tinggi.

kan distribusi nilai kemagnetan yang rendah
berasosiasi dengan keberadaan manifestasi
panas bumi berupa batuan ubahan dan tanah
panas, sehingga zone anomali bersifat lokal
saja di sekitar manifestasi panas bumi.
Hasil kompilasi metode geologi, geokimia dan
geofisika dalam Gambar 5, luas areal prospek
mencapai 15 km 2, dengan cadangan potensi
terduga ~ 90 MWe.


3. Metode Survei
Penyebaran unsur Merkuri (Hg) yang tinggi
terletak di sekitar lokasi air panas Lainea, Landai, Amowolo dan Kaendi memanjang ke arah
timur laut daerah penyelidikan, yang berasosiasi dengan arah struktur timurlaut-baratdaya,
sedangkan Hg 500-1000 ppb tersebar di sebagian kecil daerah penyelidikan, sementara Hg