Membangun Perpustakaan Kreatif: Pengalaman Pengembangan Perpustakaan Fakultas Teknik UGM - repository civitas UGM

  

Membangun Perpustakaan Kreatif: Pengalaman Pengembangan Perpustakaan

  1 Fakultas Teknik UGM

  a, a Purwoko [purwoko@ugm.ac.id]

Pustakawan Perpustakaan Fakultas Teknik UGM

  Abstract Berbagai perkembangan dan dinamika yang terjadi pada lingkungan eksternal dan internal perpustakaan membuat tingkat peminjaman koleksi tercetak menurun. Fenomena ini harus disikapi para pustakawan dengan membangun kreatifitas agar perpustakaannya tidak tertinggal dan ditinggalkan. Dalam menghadapi kondisi ini, Perpustakaan Fakultas Teknik (FT) membangun layanan dan kegiatan kreatif dalam berbagai bentuk. Kedua jenis kegiatan ini akhirnya dapat mendampingi kegiatan sirkulasi sebagai layanan khas Perpustakaan FT UGM.

  Keywords: creative library, creative services, librarian creativity

  1. Pendahuluan Perpustakaan, secara umum dikenal sebagai tempat buku dikumpulkan dan disusun dengan sistem tertentu Perpustakaan memiliki berbagai khazanah ilmu pengetahuan, oleh karena itu maka para pencari ilmu didorong untuk ke perpustakaan. Demikian secara umum para pustakawan memaknai perpustakaannya.

  Sementara itu para pemustaka (dalam hal ini mahasiswa) memaknai bahwa informasi saat ini banyak tersebar pada berbagai media dan sumber, tidak hanya di perpustakaan. Mahasiswa ini sering dijumpai sedang membuka laptop, menelusur internet menggunakan berbagai mesin pencari atau langsung pada berbagai sumber yang mereka ketahui untuk membaca dan mengunduh artikel yang mereka butuhkan. Kunjungan dan peminjaman koleksi tercetak di perpustakaan menjadi menurun, kegiatan peminjaman berubah menjadi akses daring.

  Mahasiswa yang melakukan pencarian informasi di internet pun tidak semuanya mampu melakukannya dengan benar. Masih ditemukan sekumpulan mahasiswa yang gagap teknologi, tidak mampu menggunakan fasilitas di inter- net dengan baik dan benar (serta bijak) dalam rangka menemukan informasi yang dibutuhkan.

  Selain isu teknis, isu yang lebih substansial yaitu isu plagiat masih sering menyeruak dalam dunia akademik. Bahkan pada level pendidik pun isu plagiat masih terus ditekankan agar dihindari. Jika terbukti plagiat maka berbagai sanksi siap diterapkan. Isu tersebut hanya sebagian dari isu dalam dunia akademik. Tentunya masih ada isu lain yang dapat digali lebih dalam. Artikel ini akan membahas tentang strategi mengelola perpustakaan pada Perpustakaan FT UGM agar dapat menyelaraskan diri pada berbagai kebutuhan mahasiswa, ikut berperan dalam menekan permasalahan etika akademik, menumbuhkan atmosfir yang kondusif, kolaboratif dan inspiratif dalam rangka mendukung proses pendidikan.

  Perpustakaan FT UGM

  Perpustakaan Fakultas Teknik (FT) UGM pada artikel ini merujuk pada perpustakaan di FT UGM yang berada pada level fakultas. FT UGM selain perpustakaan fakultas, terdapat pula perpustakaan atau ruang baca yang berada pada tingkat jurusan atau program studi. 1 Merupakan artikel yang penulis kirim dan memenangi lomba penulisan dalam rangka Dies Perpustakaan UGM ke 64 tahun 2015, yang A kemudian diterbitkan menjadi buku bersama tulisan lainnya. Ditata ulang menggunakan L

  TEX, memakai Elsarticle template. Penataan ini hanya

untuk kepentingan penyebaran, bukan sebagai bentuk tulisan baru. Untuk kepentingan pengutipan, silakan gunakan: Purwoko, 2015. Membangun

perpustakaan kreatif: Pengalaman pengembangan perpustakaan Fakultas Teknik UGM. Dalam: Purwanti, N., Junandi, S., Rumani, S., Suciati, U.,

Wiyarsih, Maryatun, Uswah, L.K. (Ed.), Peran Perpustakaan dalam Mendukung Atmosfir Pembelajaran Kolaboratif dan Inspiratif. Perpustakaan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hal. 1 − 14. Tulisan ini diunggah di Perpustakaan FT UGM memulai babak barunya setelah renovasi pada Mei tahun 2012. Selain fenomena-fenomena umum yang dipaparkan di atas, terdapat pula berbagai kenyataaan yang mendorong dimunculkannya terobosan baru dalam rangka pengembangan perpustakaan. Pertama, koleksi tercetak perpustakaan FT UGM telah dihibahkan pada berbagai perpustakaan jurusan dan ke Perpustakaan Pusat UGM. Koleksi Perpustakaan FT UGM hanya tersisa 15% (sekitar 2500 judul) dari koleksi total sebelumnya. Kedua, kondisi ini secara otomatis mengakibatkan penurunan kegiatan sirkulasi di perpustakaan. Pada saat itu, kegiatan sirkulasi merupakan satu-satunya kegiatan layanan di Per- pustakaan FT UGM. Selain kondisi internal, kondisi eksternal juga turut berpengaruh dalam perubahan perpustakaan Hal ini ditunjukkan dengan fenomena ketiga, yaitu pada saat bersamaan secara umum koleksi pada perpustakaan atau ruang baca di masing-masing jurusan lebih kuat dari pada perpustakaan tingkat fakultas. Penga- daan koleksi yang dilakukan masing-masing jurusan lebih sesuai dengan kebutuhan mahasiswa. Kedekatan lokasi ruang baca atau perpustakaan jurusan juga menjadi alasan sehingga mahasiswa lebih banyak mendatangi perpusta- kaan jurusan ketika membutuhkan koleksi pustaka dibanding datang ke perpustakaan fakultas. Pada bidang sumber daya manusia (SDM), kemampuan dan ide staf dalam rangka pengembangan perpustakaan yang tidak hanya sekedar melayani sirkulasi perlu ditingkatkan dan disalurkan dalam wujud kerja kreatif.

  2. Permasalahan Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapat dikerucutkan beberapa permasalahan yang muncul dan dihadapi Per- pustakaan FT UGM, yaitu:

  1. Jumlah koleksi tercetak yang menurun, yang mengakibatkan menurunnya tingkat peminjaman koleksi.

  2. Kuatnya koleksi di perpustakaan jurusan serta munculnya berbagai sumber informasi daring, sehingga turut menurunkan tingkat peminjaman koleksi di perputakaan tingkat fakultas.

  3. Isu akademik terkait plagiat dan kemampuan teknis mahasiswa dalam menelusur informasi yang beragam.

  4. Kemampuan SDM dalam mengelola perpustakaan yang tidak hanya berorientasi pada kegiatan sirkulasi masih perlu ditingkatkan.

  3. Perpustakaan Kreatif Kreatif, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai memiliki kemampuan untuk menciptakan. Maka istilah perpustakaan kreatif dapat dimaknai sebagai sebuah perpustakaan yang selalu aktif digerakkan dengan memun- culkan inovasi baru, disesuaikan dengan kebutuhan pemustaka. Kreatifitas dalam perpustakaan tidak harus sesuatu yang benar-benar baru dalam dunia perpustakaan, namun dengan meniru apa yang dilakukan oleh perpustakaan lain untuk dilakukan dalam perpustakaan yang dikelola dapat juga dimaknai sebagai kreatifitas.

  Mengetahui keberadaan perpustakaan, menyatakan dengan termonologi where we

  

are now , sangatlah penting. Mengetahui siapa pemustaka yang sering datang, siapa yang tidak menggunakan per-

  pustakaan meskipun bagian dari komunitas atau anggota, bagaimana pemustaka (minta) dilayani, apa kebutuhan dan keinginan mereka harus diketahui sebelum melangkah lebih jauh.

  Selain tetap melakukan layanan sirkulasi, perpustakaan harus segera berbenah diri untuk membuat terobosan baru. Terobosan ini berbentuk layanan baru, tidak ada atau tidak dilakukan sebelumnya, memiliki nilai pembeda serta memiliki tujuan yang jelas. Dalam pengembangan perpustakaan FT UGM, konsep yang dibangun adalah konsep kegiatan dan layanan kreatif. Slogan perpustakaan ditentukan untuk mendukung kegiatan dan layanan tersebut.

  Pada tahap pertama (2012-2014), ditentukan slogan brings you to the learning community. Slogan ini bertujuan ke dalam dan ke luar, bahwa perpustakaan bukan sekedar tempat meminjam dan mengembalikan buku, namun juga bertemunya berbagai pemustaka dengan berbagai ide yang butuh berkomunitas untuk mengembangkan ide tersebut. Dengan slogan tersebut, pustakawan harus membuat program untuk membuat pemustaka merasa nyaman di perpusta- kaan dan terfasilitasi kebutuhannya. Sementara itu, bagi pemustaka teryakinkan bahwa di perpustakaan mereka tidak hanya bisa meminjam dan mengembalikan buku saja. Selanjutnya pada awal 2015, slogan ini dikembangkan men- jadi space, community, knowledge. Slogan ini dimaksudkan sebagai penerus slogan sebelumnya. Setelah dilakukan berbagai perbaikan tata ruang, serta memfasilitasi bertemunya berbagai komunitas di perpustakaan, maka pada 2015 perpustakaan lebih mendorong agar lebih banyak lagi terjadi proses transfer pengetahuan di perpustakaan.

  Berikut ini beberapa tahapan pengembangan perpustakaan FT UGM dalam rangka mewujudkan perpustakaan kreatif. Pengembangan SDM Pada tahap awal, dilakukan beberapa kegiatan pelatihan kepada SDM perpustakaan dengan berbagai materi pe- ngembangan perpustakaan modern. Beberapa tema materi diperoleh dari penelusuran secara virtual pada berbagai website perpustakaan di dunia. Materi lebih ditekankan pada kemampuan teknis, misalnya: cara menelusur yang efektif, menggunakan berbagai perangkat lunak pendukung akademik, menulis berita, membuat SOP. Beberapa ke- mampuan teknis ini pada akhirnya dijadikan senjata dan modal untuk membimbing dan melayani mahasiswa. Semen- tara materi wacana pengembangan perpustakaan juga diberikan kepada staf, baik dalam bentuk workshop atau diskusi rutin yang diselenggarakan sekali dalam sepekan.

  Penataan ruang Pemustaka yang datang ke perpustakaan membawa kepentingannya masing-masing. Berbagai kepentingan ini diusahakan difasilitasi pada berbagai ruang di perpustakaan, namun dengan tidak mengganggu pemustaka lain. Per- pustakaan FT UGM menetapkan 2 zona utama, yaitu hijau dan merah. Zona merah merupakan zona diam tanpa diskusi. Ruang ini dapat digunakan bagi pemustaka yang ingin belajar mandiri. Sementara zona hijau adalah zona tenang. Pemustaka diperkenankan berdiskusi sebatas kebutuhan dan tidak mengganggu pemustaka lain.

  Kegiatan untuk Pemustaka Berbagai kegiatan perpustakaan dikembangkan berdasarkan pengamatan kebutuhan mahasiswa pada proses perku- liahan. Kegiatan yang dikembangkan perpustakaan adalah: pelatihan aplikasi pendukung akademik, kegiatan tematik dan kegiatan kolaborasi. Pelatihan aplikasi pendukung akademik telah menjadi kegiatan reguler di perpustakaan. Ma- teri pelatihan ini terdiri dari manajemen data riset, mind mapping dan membuat presentasi. Berkaca pada berbagai perpustakaan yang telah maju, perpustakaan tersebut memiliki divisi pelatihan yang menjadi tempat berdiskusi dan konsultasi mahasiswa tentang hal teknis dalam kegiatan akademik. Misalnya terkait cara menyusun daftar pustaka, mengutip, membuat presentasi yang menarik, menggunakan perangkat lunak pengolah data, serta hal lainnya.

  Dalam hal ini, pelaksanaan kegiatan menuntut pustakawan untuk menguasai berbagai perangkat lunak pendukung akademik. Perangkat lunak yang digunakan adalah Mendeley, Zotero, Prezi, XMind, LyX. Dalam mengatur pelaksanaannya, penyesuaian jadwal pada kenyataan sempitnya waktu mahasiswa karena disi- bukkan oleh perkuliahan harus diperhatikan. Waktu pelaksanaan tidak dibuat kaku, namun berdasarkan kemauan mahasiswa sesuai waktu luangnya. Pembatasan peserta juga dihindari agar kapanpun dan berapapun mereka siap, tetap dapat dilaksanakan.

  Mahasiswa yang bergabung dalam kegiatan ini tidak dibatasi dari Fakultas Teknik. Namun civitas dari berbagai fakultas di UGM dapat mengikuti kegiatan ini. Tercatat mahasiswa dari Fakultas Kedokteran, Fakultas Geografi, Fakultas Hukum, Fakultas Psikologi, Fakultas ISIPOL, Fakultas Pertanian dan Fakultas MIPA pernah mengikuti ke- giatan di Perpustakaan FT UGM.

  Selain kegiatan workshop teknis, terdapat pula kegiatan yang dikembangkan berdasar tema-tema hangat yang dibutuhkan mahasiswa. Perpustakaan FT UGM selama ini menyelenggarakan diskusi dan pelatihan dengan tema plagiat, jurnal internasional, beasiswa serta Library English Club. Kegiatan bertajuk mini workshop dengan tema ringan seputar softskill juga diselenggarakan. Berbagai pihak turut ambil bagian dalam kegiatan ini. Mulai dari dosen, mahasiswa, organisasi mahasiswa, unit lain di UGM, alumni, unit atau lembaga eksternal.

  Strategi perpustakaan dalam menentukan tema didasarkan pada kebutuhan mahasiswa dan kebutuhan pustaka- wan. Artinya selain berangkat dari kebutuhan mahasiswa, diharapkan pustakawan juga turut ambil bagian dalam rangka meningkatkan kapasitas kompetensi dirinya. Kompetensi ini kemudian dijadikan sarana untuk transfer kepada pemustaka lainnya.

  

Gambar 1: Grafik penyelenggaraan workshop dan peserta (sumber: data Perpustakaan FT UGM)

  Gambar di atas menunjukkan peningkatan yang signifikan dari 2013 ke 2014 terkait dengan jumlah yang terlibat dalam kegiatan kreatif di Perpustakaan FT UGM. Layanan untuk pemustaka

  Layanan kreatif yang dikembangkan perpustakaan meliputi bantuan pencarian artikel dan pengembangan teknolo- gi informasi. Tidak semua mahasiswa mampu mencari informasi yang dibutuhkan. Jika mampu, terkadang terkendala pada tidak tersedianya sumberdaya informasi yang dibutuhkan. Misalnya karena tidak dilanggan oleh perpustakaan. Kesempatan ini ditangkap oleh perpustakaan, maka lahirlah layanan pencarian artikel jurnal digital.

  Akses pencarian dilakukan dengan berbagai saluran. Dalam hal ini berbagai jejaring dan kerja sama harus dila- kukan. Mulai dari alumni, pustakawan atau jejaring lain yang dapat membantu mendapatkan artikel yang dibutuhkan mahasiswa. Prosedur permintaan bantuan artikel disusun dengan tidak menyulitkan mahasiswa. Cukup dengan meng- irim melalui email, dan akan dibalas pula melalui email. Proses tatap muka dalam layanan ini hampir tidak terjadi.

  Kemampuan pustakawan menelusur ke berbagai laman web juga dibutuhkan dalam mengampu layanan ini. Be- berapa laman web yang cukup membantu adalah ORCID Jejaring pada berbagai pihak dalam memenuhi kebutuhan mahasiswa, menjadi syarat wajib bagi pustakawan dalam layanan ini. Kejelian pustakawan dalam membaca perkembangan teknologi dan menggunakannya dengan bijak men- jadi menjadi keterampilan yang wajib dimiliki.

  Selain layanan pencarian koleksi artikel jurnal digital, dikembangkan pula berbagai penyediaan sarana teknologi informasi. Pengembangan teknologi informasi dilakukan pada dua jalur. Pertama, teknologi informasi yang menjadi sarana penyebaran informasi perpustakaan (dari sisi pustakawan) yaitu web, dan berbagai jejaring sosial. Keduanya dapat dimanfaatkan sebagai portal atau gerbang yang menjadi acuan pemustaka dalam mencari informasi. Dengan demikian, maka proses pengarus utamaan perpustakaan dapat lebih terbantu. Kedua, teknologi informasi yang mem- bantu pemustaka menemukan informasi yang dibutuhkan (dari sisi pemustaka) yaitu LibX, searchbox. Dua layanan teknologi informasi ini menjadi pintu pembuka dalam menunjukkan berbagai layanan atau kegiatan perpustakaan berikutnya.

  Website

Gambar 2: Website perpustakaan

  Pengembangan web tidak hanya berhenti setelah web dibuat. Web perpustakaan FT UGM dikembangkan secara berkelanjutan, diperbaharui isi dan beritanya secara berkala. Istilah khas perpustakaan dalam web juga dikurangi. Agar mudah dipahami, maka digunakan istilah umum yang lebih mudah dipahami oleh pemustaka Pengembangan yang dilakukan Perpustakaan FT disesuaikan dengan template standard UGM yang juga mendukung perangkat mobile.

  Twitter

Gambar 3: Twitter perpustakaan FT UGM @perpusftugm

  Twitter merupakan salah satu jejaring sosial yang populer. Pada pemustaka di perguruan tinggi, khususnya ma- hasiswa dan organisasi mahasiswa, penggunaan twitter sebagai wakil di dunia maya telah jamak dilakukan. Dengan twitter berbagai tingkatan mahasiswa, organisasi mahasiswa, bahkan dosen dan lembaga lain baik dalam satu kampus maupun kampus lain dapat dengan mudah dijangkau.

  LibX

Gambar 4: Tampilan LibX

  LibX merupakan aplikasi tambahan yang ditempatkan pada perambah firefox. Dengan aplikasi tambahan ini, pemustaka akan dimudahkan serta mendapatkan pengalaman baru dalam pencarian koleksi. Melalui sarana LiBX, tidak lagi dibutuhkan masuk ke laman web berbagai sumber secara bergantian. Bahkan tanpa membuka laman web apapun untuk memulai, pemustaka secara mudah dapat melakukan penelusuran pada berbagai sumber. LibX dapat diinstall pada perambah firefox melalui tautan

  Search box

Gambar 5: Kotak pencarian cepat versi mobile pada laman web perpustakaan

  Kotak pencarian ini ditempatkan pada laman awal website, sehingga bagi siapapun yang membuka web, akan disuguhi kemudahan dalam mencari koleksi yang dibutuhkan.

  4. Mendukung pembelajaran yang kolaboratif dan inspiratif Dalam Kamus Besar bahasa Indonesia (2012), kolaborasi diartikan sebagai perbuatan kerja sama, sedangkan inspi- rasi diartikan sebagai ilham. menyatakan tentang pembelajaran kolaboratif: The term ”collaborative

  

learning” refers to an instruction method in which students at various performance levels work together in small

groups toward a common goal. The students are responsible for one another’s learning as well as their own. Thus,

the success of one student helps other students to be successful .

  Pembelajaran kolaboratif dan inspiratif dapat diartikan sebagai kegiatan pembelajaran bersama-sama antara ber- bagai pihak dengan kemampuan yang beragam, yang dapat menumbuhkan ide/ilham baru yang dapat meningkatkan proses pengembangan ilmu pengetahuan. Kesuksesan dalam pembelajaran kolaboratif harus dapat dirasakan bersama- sama antar individu. Kreatifitas perpustakaan dalam membangun layanan dan kegiatannya, diharapkan dapat menum- buhkan kedua nilai di atas bagi pemustaka yang berasal dari berbagai unsur, serta bagi pustakawan.

  Kegiatan yang dilaksanakan oleh Perpustakaan FT UGM dengan peserta dari berbagai fakultas, tentunya akan menambah wacana dan dinamika dalam kegiatan. Dialektika ilmu pengetahuan dari berbagai sudut pandang pada tema yang didiskusikan akan jauh lebih berbobot.

  Kerja sama menjadi salah satu kunci dalam pengembangan kegiatan kreatif. Tidak semua hal atau tema mampu ditangani oleh pustakawan. Maka kolaborasi dalam arti kerja sama antara pustakawan dengan pihak luar perpusta- kaan menjadi hal yang harus dilakukan. Mahasiswa, dosen, organisasi mahasiswa, unit lain selain perpustakaan dan berbagai pihak yang lain dapat diajak bekerja sama. Dengan banyaknya pihak yang diajak bekerja sama, maka kegi- atan yang munculpun akan lebih bervariasi. Hal ini ditegaskan juga menekankan bahwa dalam rangka mendukung kesuksesan mahasiswa pustakawan harus berkolaborasi dengan fakultas serta unit lain.

  

Gambar 6: Kolaborasi yang terjadi di perpustakaan FT UGM

  Kolaborasi yang terbangun ini, pada akhirnya akan memunculkan inspirasi baru baik bagi mahasiswa atau pus- takawan. Bagi mahasiswa, dialektika dalam kegiatan kreatif akan memunculkan berbagai pemahaman dan ide baru khususnya terkait proses pendidikannya. Sementara bagi pustakawan, akan memicu pengembangan ide atau program kreatif baru untuk dikembangkan di perpustakaan.

  Berdasarkan paparan di atas, maka berbagai kegiatan kreatif yang diselenggarakan akan memiliki nilai tersendiri bagi perpustakaan yang membedakan dengan perpustakaan lainnya. Dengan demikian, akibat permasalahan pertama dan kedua dapat ditutup dengan kuantitas dan kualitas kreatifitas perpusakaan.

  Terkait permasalahan ketiga, pekerjaan rumah pustakawan adalah selalu memperbaharui substansi tema kegiat- an yang dilaksanakan di perpustakaan, disesuaikan dengan berbagai isu akademik yang muncul. Kerja sama dan hubungan baik dengan berbagai pihak akan memegang peranan penting.

  Dalam menyelenggarakan kegiatan, pustakawan tidak semestinya hanya menjadi penyelenggara saja, namun juga harus menggunakan kesempatan tersebut untuk meningkatkan kompetensi diri. Beberapa hal yang oleh pustakawan perlu diperhatikan dalam pengelolaan kegiatan ini adalah:

  1. Pustakawan harus mampu menceburkan diri dalam bidang ilmu atau diskusi yang dibangun, sekaligus berusaha memantik agar muncul ide baru.

  2. Ambil ide atau ilmu baru terkait materi yang disampaikan orang yang diundang sebagai pembicara. Ide ini kemudian dikembangkan sendiri untuk meningkatkan pengetahuan pustakawan. Selanjutnya, pustakawan dapat menggunakan ilmu ini untuk melayani mahasiswa.

  3. Usahakan mempertemukan mahasiswa dari berbagai bidang ilmu. Diharapkan dengan adanya pertemuan ini, ide yang saling beririsan dari mahasiswa dapat lebih berkembang.

  Dorongan kepada staf agar ikut menyatu dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan perpustakaan tentunya akan meningkatkan kualitas kompetensi pustakawan. Dengan demikian, seiring dengan kegiatan yang dilaksanakan oleh perpustakaan maka meningkat pula kompetensi para pustakawannya dan permasalahan keempat dengan sendiri- nya akan dapat diminimalisir.

  Kompetensi staf tidak semata selalu memiliki kesesuaian langsung dengan bidang ilmu perpustakaan, namun juga peningkatan dalam bidang lain. Hal ini sebagaimana diutarakan oleh bahwa dalam menghadapi perkembangan pendidikan tinggi, pustakawan harus memiliki kompentensi di luar area kepustakawanan, misalnya kompetensi desain grafis, manajemen proyek, desain instruksional serta learning management systems.

  5. Penutup Perpustakaan kreatif dapat dikembangkan oleh siapapun. Menjadi pustakawan adalah kerja kreatif. Tingkat atau produk kreatifitas tidak harus sama antara berbagai perpustakaan. Penyesuaian pada kebutuhan pemustaka dan kondisi lingkungan atau jejaring yang ada disekitar turut mewarnai dinamika kreatifitas tersebut. Pustakawan harus mempu- nyai kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai berkembangan atau tren perpustakaan dan menangkap berba- gai peluang. Kemudian menerjemahkan berbagai tren dan perkembangan tersebut pada program perpustakaan serta mengomunikasikan kepada berbagai pihak.

  Pustaka

Casey, M.E., Savastinuk, L.C., 2007. Library 2.0: A Guide to participatory library service. 1 edition ed., Information Today, Inc., Medford, N.J.

  

Glover, K., 2013. Certifiable: going rogue with non-library certifications, in: Aho, M.K., Bennett, E. (Eds.), The Machiavellian Librarian. Chandos

Publishing, pp. 133–141.

Gokhale, A.A., 1995. Collaborative learning enhances critical thinking. Journal of Technology Education 7, 22–30.

Jantz, R.C., 2012. Innovation in academic libraries: An analysis of university librarians’ perspectives. Library & Information Science Research

34, 3–12.

Jasek, C., 2007. How to design library websites to maximize usability. Library Connect. URL:

Nault, A.J., 2013. Weasels and honey badgers: networking for librarians, in: Aho, M.K., Bennett, E. (Eds.), The Machiavellian Librarian. Chandos

Publishing, pp. 17–28.

Qalyubi, S., Purwono, Septyantono, T., Sidik, U., Tafrikhuddin, Arianto, M.S., 2003. Dasar-dasar ilmu perpustakaan. Jurusan Ilmu Perpustakaan

dan Informasi UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.