TEKTONIKA UNTUK KEPENTINGAN UMAT MANUSIA - repository civitas UGM

II

TEKTONIKA UNTUK KEPENTINGAN
UMAT MANUSIA

UNIVERSITAS Gi\f)JAO MADA

Pidato Pengukuhan Jabatan G~ru 'Besar
pada Fakultasc Te~k
Universitas Gadjah \\tada

oleh:
.
Prof. Dr. Ir.'Subagyo Pramumijoyo, DEA.

TEKTONIKA UNTUK KEPENTINGAN
UMAT MANUSIA

UNIVERSIT AS GADJAH MADA

Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar

pada Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada

Diucapkan di depan Rapat Terbuka Dewan Guru Besar
Universitas Gadjah Mada
pada tanggal12 Mei 2015
Yogyakarta

oleh:
Prof. Dr. Ir. Subagyo Pramumijoyo, DEA.

Yang terhormat Ketua, Sekretaris, dan Anggota Majelis Wali Amanat
Universitas Gadjah Mada,
Yang terhormat Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Akademik
Universitas Gadjah Mada,
Yang terhormat Rektor dan Para Wakil Rektor Universitas Gadjah
Mada,
Yang terhormat Ketua, Sekretaris, dan Anggota Dewan Guru Besar
Universitas Gadjah Mada,
Yang terhormat Ketua, Sekretaris, dan Anggota Senat Fakultas Teknik

Universitas Gadjah Mada,
Yang terhormat Dekan dan Para Wakil Dekan Fakultas Teknik
Universitas Gadjah Mada,
Yang terhormat sivitas akademika dan tenaga kependidikan di
lingkungan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada,
Yang terhormat para tamu undangan dan hadirin sekalian.
Selamat pagi
Puji syukur yang tak terhingga saya panjatkan ke hadirat Allah
Maha Pengasih dan Maha Penyayang, yang telah melimpahkan"
berkah, rahmat, dan hidayah-Nya kepada kita sekalian, yang telah
memperkenankan kita berkumpul bersama di Balai Senat Universitas
Gadjah Mada, dalam acara Rapat Terbuka Dewan Guru Besar
Universitas Gadjah Mada. Sungguh suatu kehormatan bagi saya, pada
hari ini, untuk menyampaikan Pidato Pengukuhan guru besar di
lurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada Rektor dan
Pimpinan Dewan Guru Besar Universitas Gadjah Mada yang telah
memberikan kesempatan ini. Berikut pidato pengukuhan guru besar
saya yang berjudul:


TEKTONIKA UNTUK KEPENTINGAN UMAT MANUSIA
ludul pidato ini saya ambil karena bidang inilah yang saya tekuni
selama ini dan tektonika memiliki aspek positif dan negatif bagi
kehidupan manusia.

2
Aspek positif atau faktor yang menguntungkan dari studi
tektonika adalah manusia mampu memanfaatkan peristiwa tektonik
yang telah teIjadi untuk mengeksplorasi sumber daya mineral ataupun
minyak/gas bumi.
Aspek negatif, yaitu jika terjadi gempa bumi dan turunannya
yang menimbulkan korban manusia maka di daerah pengaruh gempa
bumi tersebut dinyatakan telah terjadi bencana. Jika kita pahami
bahwa gempa bumi sebagai manifestasi proses tektonik, yang
merupakan proses geologi, proses alam, yang ada manusia ataupun
tidak ada manusia, akan terus dan tetap bekerja dan proses ini tidak
akan membunuh umat manusia, kecuali manusia yang salah memilih
tempat tinggalnya.
Ketua Sidang, Ibu Rektor, Para Guru Besar, dan hadirin yang saya
muliakan

Tektonika adalah salah satu cabang ilmu geologi yang
berhubungan dengan arsitektur yang luas dari bagian luar bumi, yaitu
ketampakan kumpulan struktur atau deformasi, mempelajari hubungan
antardeformasi, asal usul, dan evolusinya. Hal ini sangat berkaitan erat
dengan geologi struktur, di mana perbedaan antara geologi struktur
dan tektonika sangat sumir, tetapi secara umum tektonika
berhubungan dengan ketampakan yang lebih besar (Bates dan
Jackson, 1987). Selain itu, tektonika yang berasal dari kata tektonikos,
didetinisikan sebagai suatu disiplin pada ilmu kebumian yang
berhubungan dengan defonnasi pada kerak bumi. Istilah ini mulai
dikenal pada akhir abad yang lalu dan sering kali kata tektonika ini
disama-artikan dengan kata geologi struktur
Dalam khazanah bahasa Inggris terdapat perbedaan arti. Geologi
struktur ditekankan pada studi tentang geometri, yaitu suatu dimensi
dan ukuran struktur geologi, sedangkan tektonika lebih cenderung
pada studi struktur geologi dari segi kinematika dan dinamika yang
menyebabkan struktur tersebut terbentuk (Mercier dan Vergelly,
1992).

3

Tektonika Lempeng, Seismologi, dan Paleoseismologi
Sesuai dengan definisi yang dikemukakan oleh Bates dan
Jackson (1987), tektonika dikaitkan dengan fenomena regional, yaitu
teori tektonika lempeng. Dalam teori tektonika lempeng, atau disebut
sebagai tektonika global, dinyatakan bahwa pada kerak bumi dapat
dibagi menjadi beberapa bagian (lempeng-Iempeng) yang saling
bergerak antara satu lempeng terhadap lempeng yang lain dan pada
batas lempeng-Iempeng tersebut terjadi peristiwa tektonik. Pada batas
lempeng-Iempeng tersebut ditandai dengan suatu zona gempa bumi.
Zona gempa bumi sebagai pertanda pergeseran antarlempeng. Dari
kinematikanya, gempa-gempa bumi tersebut disebabkan oleh
deformasi yang bersifat kompresi, ekstensi, dan geser (transform).
Oleh sebab itu, dalam teori tektonika lempeng, deformasi hanya
terjadi pada batas-batas lempeng saja dan dalam lempeng-Iempeng
tersebut dianggap tidak akan terjadi deformasi. Kenyataannya,
terdapat suatu struktur geologi di dalam lempeng, terdapat deformasi
di dalam lempeng itu sendiri yang mungkin penting untuk analisis
struktur, yang bisa digunakan untuk rekonstruksi pola gaya yang
bekerja pada kerak, selain pada batas lempeng. Deformasi yang terjadi
di dalam lempeng juga merupakan akibat dari deformasi kompresi,

ekstensi, dan geser. Karena batas lempeng sangat berhubungan dengan
gempa bumi, teori tektonika lempeng sangat erat kaitannya dengan
ilmu seismologi.
Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gelombang gempa
selama gempa bumi terjadi. Jadi seismologiwan bekerja dengan data
yang direkam selama gempa bumi terjadi. Ilmu seismologi sangat
tergantung pada instrumen seismik yang kita ketahui bahwa instrumen
tersebut dikembangkan mulai tahun 1900-an. Dari seismologi inilah
kemudian muncul istilah paleoseismologi. .
Paleoseismologi adalah suatu ilmu yang mempelajari gempa
bumi pada masa sejarah yang lalu (prehistoric earthquake), sebelum
instrumen ada dan yang secara khusus untuk menentukan lokasi,
waktu, dan ukuranlmagnitudo suatu gempa bumi (McCalpin dan
Nelson, 2009). Paleoseismologiwan mempelajari dan menginterpretasi
bukti-bukti fenomena geologi yang terbentuk saat paleogempa bumi

4
terjadi, atau fokus pada hampir seluruh peristiwa deformasi instan
terutama perubahan bentuk lahan (landform) dan pergeseran yang
terjadi pada sedimen selama gempa bumi terjadi. Fokus tersebut dapat

untuk mempelajari distribusi dari sebuah gempa bumi masa lalu di
dalam ruang dan di dalam kurun waktu ribuan bahkan puluhan ribu
tahun. Permasalahannya adalah bahwa rekaman geologi dari gempa
bumi masa lalu boleh dikatakan tidak lengkap karena: 1) tidak semua
gempa bumi masa lalu bermagnitudo besar sehingga tidak
meninggalkan perubahan ketampakan geologi yang penting dan
akibatnya terdapat beberapa gempa bumi masa lalu yang tidak
terekam dengan baik; 2) beberapa bukti yang terbentuk saat gempa
bumi masa lalu, terutama bukti yang terdapat pada permukaan, telah
berubah akibat proses di permukaan (pelapukan dan erosi); dan 3) dari
segi geofisika, yaitu faktor kedalaman gempa bumi, hanya bisa
diperkirakan (McCalpin dan Nelson, 2009). Selanjutnya, dinyatakan
bahwa paleoseismologi merupakan bagian dari subdisiplin ilmu yang
berorientasi lapangan, yang memerlukan observasi geologi. Secara
bersamaan dengan paleoseismologi dikenal ilmu-ilmu yang berkaitan
dengan paleoseismologi, yaitu: tektonika neo, tektonika aktif, dan
geologi gempa bumi, yang didefinisikan sebagai berikut. Tektonika
neo (neotectonics) adalah studi sejarah tektonika pasca-Miosen.
Tektonika aktif (active tectonics) adalah studi tektonika saat ini dan
yang diperkirakan akan bekerja di masa yang akan datang serta yang

berhubungan dengan masyarakat (Wallace, 1968). Geologi gempa
bumi (earthquake geology) adalah studi sejarah, efek, dan mekanika
suatu gempa bumi pada kerak bumi. Sering kali studi paleoseismologi
disamakan dengan geologi gempa bumi, tetapi dari sudut pandang
bahasa lebih tepat jika studi ini disebut sebagai geologi gempa bumi.
Studi geologi gempa bumi ini terkadang disebut juga sebagai studi
tektonika aktif.
Tektonika Aktif atau Geologi Gempa Bumi
Dalam perkembangan studi geologi gempa bumi memerlukan
beberapa latar belakang, antara lain: deformasi batuan, tektonika
lempeng, geologi daerah sumber gempa bumi, gelombang gempa,

5
geodesi tektonik, geomorfologi yang kemudian berkembang menjadi
geomorfologi tektonik (tectonic geomorphology), demikian pula
diperlukan pengindraan jauh dan teknik penarikhan umur (Yeat dkk.,
1991).
Dalam pembukaan Sekolah Tektonika Aktif, Pantosti dkk.
(2000) menyatakan bahwa gempa bumi Kobe 1995 memberikan awal
untuk program baru dalam disiplin yang berhubungan dengan gempa

bumi, mulai tradisional seismologi, rekayasa gempa bumi (earthquake
engineering), sampai dengan geologi. Studi tentang sesar aktif guna
memahami potensi gempa bumi di suatu daerah merupakan disiplin
ilmu yang boleh dikatakan baru terutama di Amerika Serikat dan
Jepang dalam 2 dekade terakhir ini, yang kini disebut sebagai geologi
gempa bumi. Tujuan geologi gempa bumi adalah: 1) mendeskripsi
sumber gempa bumi dari kacamata geologi dan tanda-tanda
geomorfologi, 2) memahami dan mengenal karakter gempa bumi
masa lalu dalam rekaman geologi. Geologi gempa bumi memungkinkan pengamatan siklus gempa bumi pada sesar besar yang sarna.
Selain itu, hal ini memberikan dampak langsung kepada masyarakat.
Menurut Sibson (2011), dalam geologi gempa bumi, gempa.
bumi bisa memberikan efek:
1. Awal (nucleation) dan pertumbuhkembangan rekahan yang pada
umumnya terjadi pada bidang sesar yang telah ada. Hal ini bisa
memberikan akibat lebih lanjut pada proses tektonik, yaitu
pembentukan pegunungan, nendatan cekungan, perubahan
kemiringan (tilting) secara regional, genesa tsunami, ataupun
propagasi dari tsunami (jika gempa bumi terjadi di dasar laut);
perubahan morfologi, yaitu pembentukan gawjr, pertambahan
kedalaman sungai, perubahan pantai, dan pembendungan pada

sungai (Burbank dan Anderson, 2012); dan perubahan pada suatu
deformasi, yaitu pertumbuhan dan pergeseran sesar, defonllasi
pada batuan sesar, perekahan tambahan pada suatu penyesaran,
pertumbuhan suatu perlipatan, dan metamorfisme dinamik.
2. Getaran tanah (ground shaking) dari gelombang elastis yang
menyebar bersamaan dengan perkembangan rekahan. Hal ini bisa
berakibat lebih lanjut pada pergerakan massa, yaitu memicu

6
longsoran, jatuhan batuan, avalanche, dan slumping pada dasar
laut; sedimentasi, yaitu sebagai aliran debris, turbidites, seismites,
endapan tsunami; konsolidasi, yaitu berupa suatu hasil kompaksi,
likuifaksi, memencar lateral, dan perubahan permeabilitas rekahan;
dan memicu peristiwa lain yang jauh ifar-jield triggering),
misalnya peristiwa gunung api, perturbasi suatu geiser, dan
menumbuhkan peristiwa lain.
3. Perubahan tekanan (stress) lokal (termasuk tekanan fluida) yang
dihasilkan oleh pertambahan pergeseran (slip) pada suatu sesar. Hal
ini bisa menyebabkan antara lain: redistribusi fluid a (diagenesis,
hydrothermal, hydrocarbon, peristiwa magmatik dan metamorf),

aliran hydrothermal dan deposisi mineral, migrasi minyak dan gas,
memicu gempa bumi susulan.
Tektonika-Mikro (Microtectonics)
Pada akhir abad ini, asahan tipis (dengan pengamatan di bawah
mikroskop) merupakan sumber utama informasi geologi (petrografi).
Sebaliknya, para ahli geologi struktur kurang menaruh perhatian
terhadap ketampakan mikroskopis, walaupun terdapat fenomena
lepidoblastik atau nematoblastik pada batuan metamorf. Hanya pada
akhir-akhir ini para ahli struktur geologi mulai tertarik pada studi
melalui asahan tipis guna memahami geometri struktur mikro untuk
analisis kinematik, bahkan dinamik (Passchier dan Trouw, 1996). Dari
sebuah asahan tipis dapat dijelaskan sejarah deformasi, dari asahan
tipis pula dapat untuk merekonstruksi evolusi tektonik. Karena semua
dilakukan dari asahan tipis, studi tektonik tersebut dikenal sebagai
studi microtectonics atau tektonika mikro. Dalam studi tektonika
mikro yang diamati adalah hubungan struktur dan kumpulan mineral
yang telah mengalami deformasi. Hampir pada batuan yang
mengalami deformasi terdapat struktur dengan berbagai corak (style)
dan orientasi yang berbeda, serta terdapat mineral-mineral yang
menunjukkan derajat (grade) metamorfisme yang berbeda-beda, di
mana struktur dan kumpulan mineral tersebut saling menunjukkan
kronologi pembentukannya yang kemudian dikenal dengan istilah fase

9
Sumatra bagian selatan dan ditafsirkan bahwa secara kinematik pada
sesar horizontal menganan yang meloncat ke kanan akan membentuk
cekungan tarik-pisah yang merupakan zona lemah yang selanjutnya di
tempat ini terbentuklah kaldera (Kaldera Suwoh, Kaldera Ranau).
Dalam perkembangan selanjutnya, pembentukan cekungan tarik-pisah
berhenti karena sesar-sesar pembentuk cekungan tarik-pisah tersebut
telah bersambung menjadi satu dan memotong cekungan tarik-pisah.
Parit Uji di Sesar Semangka
Pembuatan parit uji memotong bidang Sesar Semangka, berarah
utara 135° timur, sepanjang 65 km, dapat untuk analisis kinematik.
Pendekatan parit uji ini merupakan yang pertama kali dilakukan pada
Sesar Sumatra. Pembuatan parit uji diawali dengan studi pengindraan
jauh dari citra (Landsat dan SPOT), kemudian hasil analisis morfologi
di lapangan. Empat parit uji digali selebar 3 m, dalam 4,5 m, dengan
panjang antara 18 sampai dengan 40 meter.
Pada beberapa cermin sesar yang terdapat di dalam parit uji
dapat diukur gores-garis yang menunjukkan vektor pergeseran sesar,
yang juga menunjukkan kehadiran pergerakan seismik suatu sesar
aktif. Pengukuran ini dapat untuk menelusuri sejarah kinematika Sesar
Semangka selama Neogen: kira-kira pada Miosen Atas (-11 juta tahun
yang lalu) telah terjadi pergeseran menganan akibat tekanan yang
berarah utara-selatan. Pada Pliosen (-5 juta tahun yang lalu), telah
terjadi ekstensi berarah timur laut-barat daya yang mengakibatkan
terjadinya sesar normal sepanjang Sesar Semangka. Kinematika
terakhir, saat ini, adalah sesar geser menganan dengan k6mponen
tegak akibat ekstensi berarah utara 100° timur, yang menyebabkan
lembah semakin melebar ke arah tenggara. Hal ini sangat
berhubungan dengan pembukaan Selat Sunda.
Parameter Risiko Gempa Sesar Semangka
Suatu model geometri dikembangkan berdasarkan hasil
pengamatan di dalam parit uji dan studi geomorfologi yang
menunjukkan besar pergeseran terakhir sesar, misalnya pergeseran

10
pada kipas aluvial yang berada di daerah gawir Sesar Semangka,
untuk memperkirakan besaran gempa bumi maksimum yang mungkin
terjadi pada Sesar Semangka. Berdasarkan perhitungan diperkirakan
besaran gempa bumi adalah Mw
7,3 (mb = 7), sedangkan dari
perhitungan kecepatan gesernya, selang waktu ulang gempa bumi
akan terjadi setiap kurang lebih 300 tahun, tetapi bisa saja gempa
bumi terjadi pada besaran yang lebih kecil dengan selang waktu ulang
yang lebih pendek. Untuk segmen Sesar Semangka bisa saja terjadi
gempa bumi dengan besaran mb = 6, pergeseran horizontal sekitar
50 mm, dan dengan selang waktu ulang kurang lebih 1 abad.

-

Evolusi Kinematika di Selat Sunda
Dalam penelitian yang lebih luas, di sekitar Selat Sunda,
diperoleh 3 kinematika sesar yang menandakan tiga fase tektonik yang
berurutan seperti halnya yang diperoleh dari pendekatan parit uji. Dari
rekaman mikrotektonik di daerah sekitar Selat Sunda, yaitu dari
daerah sekitar Teluk Semangka, daerah sekitar Teluk Lampung di sisi
Sumatra, dan di daerah Gunung Gede, daerah Anyer ke selatan sampai
dengan daerah Sumur di sisi lawa; diperoleh urutan fase tektonik
mulai Miosen Atas sampai saat ini. Fase tektonik pertama adalah
kompresi berarah utara-selatan dan berumur Miosen Atas. Untuk sesar
Semangka yang berarah utara 1350timur maka akan bergeser sebagai
sesar geser menganan, sedangkan pada sesar berarah utara-selatan
akan terjadi sesar normal. Pada saat inilah merupakan awal
pembukaan Selat Sunda. Kemudian disusul oleh ekstensi berarah
timur laut-barat daya pada umur Pliosen dan diakhiri oleh ekstensi
berarah utara 112°timur pada masa Pleistosen sampai sekarang.
Selanjutnya, penerapan studi tektonika dilakukan pada Sesar
Palu-Koro dan sekitarnya, diawali saat sebagai anggota peneliti Riset
Unggulan Terpadu 1994-1997 yang dipimpin oleh Dr. Ir. lan
Sopaheluwakan, M.Sc., sampai dengan studi risiko gempa bumi untuk
Kota Palu di tahun 2014.

9
Sumatra bagian selatan dan ditafsirkan bahwa secara kinematik pada
sesar horizontal menganan yang meloncat ke kanan akan membentuk
cekungan tarik-pisah yang merupakan zona lemah yang selanjutnya di
tempat ini terbentuklah kaldera (Kaldera Suwoh, Kaldera Ranau).
Dalam perkembangan selanjutnya, pembentukan cekungan tarik-pisah
berhenti karena sesar-sesar pembentuk cekungan tarik-pisah tersebut
telah bersambung menjadi satu dan memotong cekungan tarik-pisah.
Parit Uji di Sesar Semangka
Pembuatan parit uji memotong bidang Sesar Semangka, berarah

utara 135° timur, sepanjang65 km, dapat untuk analisis kinematik.
Pendekatan parit uji ini merupakan yang pertama kali dilakukan pada
Sesar Sumatra. Pembuatan parit uji diawali dengan studi pengindraan
jauh dari citra (Landsat dan SPOT), kemudian hasil analisis morfologi
di lapangan. Empat parit uji digali selebar 3 m, dalam 4,5 m, dengan
panjang antara 18 sampai dengan 40 meter.
Pada beberapa cermin sesar yang terdapat di dalam parit uji
dapat diukur gores-garis yang menunjukkan vektor pergeseran ses~r,
yang juga menunjukkan kehadiran pergerakan seismik suatu sesar
aktif. Pengukuran ini dapat untuk menelusuri sejarah kinematika Sesar
Semangka selama Neogen: kira-kira pada Miosen Atas (-11 juta tahun
yang lalu) telah teIjadi pergeseran menganan akibat tekanan yang
berarah utara-selatan. Pada Pliosen (-5 juta tahun yang lalu), telah
terjadi ekstensi berarah timur laut-barat daya yang mengakibatkan
terjadinya sesar normal sepanjang Sesar Semangka. Kinematika
terakhir, saat ini, adalah sesar geser menganan dengan k6mponen
tegak akibat ekstensi berarah utara 100° timur, yang menyebabkan
lembah semakin melebar ke arah . tenggara. Hal ini sangat
berhubungan dengan pembukaan Selat Sunda.
Parameter Risiko Gempa Sesar Semangka
Suatu model geometri dikembangkan berdasarkan hasil
pengamatan di dalam parit uji dan studi geomorfologi yang
menunjukkan besar pergeseran terakhir sesar, misalnya pergeseran

10
pada kipas aluvial yang berada di daerah gawir Sesar Semangka,
untuk memperkirakan besaran gempa bumi maksimum yang mungkin
teIjadi pada Sesar Semangka. Berdasarkan perhitungan diperkirakan
besaran gempa bumi adalah Mw
7,3 (mb = 7), sedangkan dari
perhitungan kecepatan gesemya, selang waktu ulang gempa bumi
akan terjadi setiap kurang lebih 300 tahun, tetapi bisa saja gempa
bumi teIjadi pada besaran yang lebih kecil dengan selang waktu ulang
yang lebih pendek. Untuk segmen Sesar Semangka bisa saja terjadi
gempa bumi dengan besaran mb = 6, pergeseran horizontal sekitar
50 mm, dan dengan selang waktu ulang kurang lebih 1 abad.

-

Evolusi Kinematika di Selat Sunda
Dalam penelitian yang lebih luas, di sekitar Selat Sunda,
diperoleh 3 kinematika sesar yang menandakan tiga fase tektonik yang
b~rurutan seperti halnya yang diperoleh dari pendekatan parit uji. Dari
rekaman mikrotektonik di daerah sekitar Selat Sunda, yaitu dari
daerah sekitar Teluk Semangka, daerah sekitar Teluk Lampung di sisi
Sumatra, dan di daerah Gunung Gede, daerah Anyer ke selatan sampai
dengan daerah Sumur di sisi Jawa; diperoleh urutan fase tektonik
mulai Miosen Atas sampai saat ini. Fase tektonik pertama adalah
kompresi berarah utara-selatan dan berumur Miosen Atas. Untuk sesar
Semangka yang berarah utara 1350timur maka akan bergeser sebagai
sesar geser menganan, sedangkan pada sesar berarah utara-selatan
akan terjadi sesar normal. Pada saat inilah merupakan awal
pembukaan Selat Sunda. Kemudian disusul oleh ekstensi berarah
timur laut-barat daya pada umur Pliosen dan diakhiri oleh ekstensi
berarah utara 1120timur pada masa Pleistosen sampai sekarang.
Selanjutnya, penerapan studi tektonika dilakukan pada Sesar
Pa1u-Korodan sekitamya, diawali saat sebagai anggota peneliti Riset
Unggulan Terpadu 1994-1997 yang dipimpin oleh Dr. Ir. Jan
Sopaheluwakan, M.Sc., sampai dengan studi risiko gempa bumi untuk
Kota Palu di tahun 2014.

11

.

Penelitian Sesar Aktif Palu-Koro

Neotektonika Sesar Palu-Koro, Sulawesi
Zona Sesar Palu-Koro terbentang dari Teluk Palu di utara,
memotong Pulau Sulawesi sepanjang 300 km sampai dengan Teluk
Bone di selatan. Oi bagian tengah Sesar Palu-Koro bercabang ke timur
menjadi Sesar Matano dan Sesar Lawanopo. Di bagian utara, sesar
tersebut membentuk suatu sistem graben asimetri selebar lebih kurang
7 km dan sepanjang 70 km. Di sebelah barat dibatasi oleh faset
segitiga yang mencapai tinggi 100m.
Pengindraan Jauh di Sesar Palu-Koro
Untuk melihat geometri dari Sesar Palu-Koro ini dipergunakan
citra Landsat. Dari citra Landsat tampak bahwa Sesar Palu-Koro
terdiri dari beberapa segmen sesar geser mengiri yang meloncat ke kiri
sehingga membentuk depresi tarik-pisah di antara segmen-segmen
tersebut. Di antaranya adalah depresi antara Kaipua-Gimpu yang lebih
dikenal sebagai Lembah Gimpu. Pada citra Landsat tampak jelas
bahwa Lembah Gimpu dibatasi di sisi barat dan timur oleh suatu
kelurusan berarah utara-selatan; ke sebelah utara kelurusan-kelurusan
tersebut juga merupakan batas barat dan timur dari Danau Lindu,
sedangkan ke selatan kelurusan tersebut dilewati oleh Sungai Lariang.
Kinematika Sesar Palu-Koro
Berdasarkan pengukuran gores-garis sepanjang Sesar PaluKoro, dari Donggala di utara sampai dengan Gimpu di Selatan,
diperoleh tekanan berarah barat-timur yang kemudian diikuti 3 arah
ekstensi, yaitu: barat-timur, timur laut-barat daya, barat laut-tenggara
dalam satu periode waktu yang sama, kemudian disusul oleh ekstensi
utara-selatan (Pramumijoyo dkk., 1996).
Kompresi barat-timur diperkirakan akibat tumbukan Kepulauan
Banggai-Sula dengan lengan timur Sulawesi. Hal ini terjadi kurang
lebi-h sejak Miosen Tengah (16 juta tahun yang lalu). Kemudian
disusul oleh ketiga arah ekstensi yang diperkirakan teIjadi dalam

12
periode waktu yang bersamaan, tetapi tidak bisa dihubungkan dengan
arah ekstensi tunggal. Kemungkinan gores-garis tersebut bukan hanya
karena peristiwa tektonik, kemungkinan bisa diakibatkan longsor
besar di sepanjang gawir atau akibat intrusi granit di sepanjang Sesar
Palu-Koro yang berumur Pliosen atau diambil dari umur granit;
sampai dengan 4 juta. tahun yang lalu. Dalam hal ini diperlukan
analisis geomorfologi yang rinci dan teliti, untuk memisahkan struktur
yang diakibatkan oleh tektonik ataupun longsor atau karena intrusi
granit. Kemudian ekstensi ini diakhiri oleh ekstensi utara-selatan
kuarter yang arah ekstensi tersebut sesuai dengan mekanisme fokal di
sepanjang sesar Palu-Koro.
Parameter Bencana Geologi di Lembah Palo
Berdasarkan studi kinematika, terutama yang termuda, dapat
digunakan untuk menentukan parameter risiko gempa bumi. Perkiraan
gempa bumi maksimum yang akan terjadi pada Sesar Palu-Koro
adalah Mw = 7,9 dengan selang waktu ulang 50 tahun. Untuk gempa
bumi yang berbesaran kurang dari Mw = 7,9 selang waktu ulangnya
bisa kurang dari 50 tahun. Perlu dipertimbangkan pula bahwa gempa
bumi dangkal dapat memicu bencana geologi yang lain, seperti tanah
longsor (Pramumijoyo dkk., 1997).
Setelah terjadi gempa bumi Yogyakarta 2006, telah berkembang
penelitian bencana gempa bumi yang diakhiri dengan membuat peta
mikrozonasi bencana gempa bumi di daerah Bantul (Kamawati dkk.,
2008) yang kemudian dilanjutkan di tahun 2014 di daerah Palu dengan
pengukuran mikrotremor dari 151 stasiun guna menentukan strong
ground motion (Thein dkk., 2014).
Para hadirin yang saya muliakan
Demikian tadi telah saya lakukan penelaahan tentang tektonika
secara umum dan penerapannya di Sesar Semangka dan Sesar PaluKoro. Sepanjang batas-batas lempeng merupakan wilayah yang rentan
terhadap bencana gempa bumi, tsunami, longsoran yang dipicu oleh
gempa bumi, dan potensi bencana lain yang merupakan turunannya

11

.

Penelitian Sesar Aktif Palu-Koro

Neotektonika Sesar Palu-Koro, Sulawesi
Zona Sesar Palu-Koro terbentang dari Teluk Palu di utara,
memotong Pulau Sulawesi sepanjang 300 km sampai dengan Teluk
Bone di selatan. Oi bagian tengah Sesar Palu-Koro bercabang ke timur
menjadi Sesar Matano dan Sesar Lawanopo. Di bagian utara, sesar
tersebut membentuk suatu sistem graben asimetri selebar lebih kurang
7 km dan sepanjang 70 km. Di sebelah barat dibatasi oleh faset
.segitiga yang mencapai tinggi 100 m.
Pengindraan Jauh di Sesar Palu-Koro
Untuk melihat geometri dari Sesar Palu-Koro ini dipergunakan
citra Landsat. Oari citra Landsat tampak bahwa Sesar Palu-Koro
terdiri dari beberapa segmen sesar geser mengiri yang meloncat ke kiri
sehingga membentuk depresi tarik-pisah di antara segmen-segmen
tersebut. Di antaranya adalah depresi antara Kaipua-Gimpu yang lebih
dikenal sebagai Lembah Gimpu. Pada citra Landsat tampak jtdas
bahwa Lembah Gimpu dibatasi di sisi barat dan timur oleh suatu
kelurusan berarah utara-selatan; ke sebelah utara kelurusan-kelurusan
tersebut juga merupakan batas barat dan timur dari Danau Lindu,
sedangkan ke selatan kelurusan tersebut dilewati oleh Sungai Lariang.
Kinematika Sesar Palu-Koro
Berdasarkan pengukuran gores-garis sepanjang Sesar PaluKoro, dari Donggala di utara sampai dengan Gimpu di Selatan,
diperoleh tekanan berarah barat-timur yang kemudian diikuti 3 arah
ekstensi, yaitu: barat-timur, timur laut-barat daya, barat laut-tenggara
dalam satu periode waktu yang sama, kemudian disusul oleh ekstensi
utara-selatan (Pramumijoyo dkk., 1996).
Kompresi barat-timur diperkirakan akibat tumbukan Kepulauan
Banggai-Sula dengan lengan timur Sulawesi. Hal ini terjadi kurang
leblh sejak Miosen Tengah (16 juta tahun yang lalu). Kemudian
disusul oleh ketiga arah ekstensi yang diperkirakan terjadi dalam

12
periode waktu yang bersamaan, tetapi tidak bisa dihubungkan dengan
arah ekstensi tunggal. Kemungkinan gores-garis tersebut bukan hanya
karena peristiwa tektonik, kemungkinan bisa diakibatkan longsor
besar di sepanjang gawir atau akibat intrusi granit di sepanjang Sesar
Palu-Koro yang berumur Pliosen atau diambil dari umur granit;
sampai dengan 4 juta tahun yang lalu. Dalam hal ini diperlukan
analisis geomorfologi yang rinci dan teliti, untuk memisahkan struktur
yang diakibatkan oleh tektonik ataupun longsor atau karena intrusi
granit. Kemudian ekstensi ini diakhiri oleh ekstensi utara-selatan
kuarter yang arah ekstensi tersebut sesuai dengan mekanisme fokal di
sepanjang sesar Palu-Koro.
Parameter Bencana Geologi di Lembah Palu
Berdasarkan studi kinematika, terutama yang termuda, dapat
digunakan untuk menentukan parameter risiko gempa bumi. Perkiraan
gempa bumi maksimum yang akan teIjadi pada Sesar Palu-Koro
adalah Mw = 7,9 dengan selang waktu ulang 50 tahun. Untuk gempa
bumi yang berbesaran kurang dari Mw = 7,9 selang waktu ulangnya
bisa kurang dari 50 tahun. Perlu dipertimbangkan pula bahwa gempa
bumi dangkal dapat memicu bencana geologi yang lain, seperti tanah
longsor (Pramumijoyo dkk., 1997).
Setelah terjadi gempa bumi Yogyakarta 2006, telah berkembang
penelitian bencana gempa bumi yang diakhiri dengan membuat peta
mikrozonasi bencana gempa bumi di daerah Bantul (Kamawati dkk.,
2008) yang kemudian dilanjutkan di tahun 2014 di daerah Palu dengan
pengukuran mikrotremor dari 151 stasiun guna menentukan strong
ground motion (Thein dkk., 2014).
Para hadirin yang saya muliakan
Oemikian tadi telah saya lakukan penelaahan tentang tektonika
secara umum dan penerapannya di Sesar Semangka dan Sesar PaluKoro. Sepanjang batas-batas lempeng merupakan wilayah yang rentan
terhadap bencana gempa bumi, tsunami, longsoran yang dipicu oleh
gempa bumi, dan potensi bencana lain yang merupakan turunannya

15
Suryono dan Dr. Doni Prakasa Eka Putra sebagai Ketua dan Sekretaris
Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada.
Kepada ternan-ternan sejawat, baik para dosen rnaupun para tenaga
kependidikan, yang telah rnernberikan suasana nyarnan di ternpat karni
bekerja, saya ucapkan terirna kasih.
Ucapan terirna kasih saya tujukan pula kepada para dosen saya
di Perancis, saat saya rnengarnbil Pendidikan Bahasa Perancis di
ENTPE Lyon (periode 1984-1985), DEA dan Doktor di Universite de
Paris-Sud (periode 1986-1991), terutarna kepada Alrnarhurn Prof. Dr.
Jacques Dubois, Prof. Dr. Jacques-Louis Mercier, Dr. Michel Sebrier,
dan Prof. Dr. Pierre Vergely.
Ucapan terirna kasih saya ucapkan pula kepada Prof. Dr. M.T.
Zen dari ITB yang telah rnernbuka cakrawala di dunia Geologi dan
Geofisika Laut, dan juga kepada ternan diskusi, antara lain Prof. (riset)
Dr. Ir. Hery Harjono dari LIPI, Prof. (riset) Dr. Ir. Jan
Sopaheluwakan, Prof. Dr. Ir. Yahdi Zairn dari ITB, Prof. (riset) Dr.
Hary Truman Sirnanjuntak dari Balai Arkenas, Prof. Dr. Olivier
Bellier dari Universite d' Aix-Marseilles, Perancis.
Terirna kasih kepada yang telah rnernberikan atrnosfer yang
hangat dan indah serta rnendorong semangat hidup, yaitu: istri tercinta
Ekorini Nirwanawati dan putra-putra saya, Prarnadatu Prarnurnijoyo,
Pranindyasa Prarnurnijoyo, dan Pranayoga Prarnurnijoyo. Tak
rnungkin saya lupakan saudara-saudara saya, keluarga Alrnarhurn
Soeyagi, keluarga Alrnarhurn Soegito Prarnoernidjojo, keluarga
Alrnarhurn Wiyono dan Alrnarhurn Kakanda Soekardjo
Prarnoernidjojo yang telah rnernberikan kehangatan keluarga, saya
ucapkan terirna kasih. Ucapan terirna kasih saya sarnpaikan pula
kepada keluarga Letnan Jenderal (Pum.) H. KRMH Soerjo
Wirjohadipoetro, bapak dan ibu rnertua, yaitu Alrnarhurn bapak
R. Soerjo Wirjo Hadisoeprapto dan Alrnarhurnah fuu Oetari beserta
tujuh putra-putrinya, terutarna Alrnarhurn Bernrny Condro Birowo.
Masih banyak yang ingin saya berikan ucapan terirna kasih
untuk disebutkan di sini, tetapi hanya waktu dan halarnan yang rnernbatasinya. Oleh karena itu, saya rnohon rnaaf yang sebesar-besamya.

16
Kepada para hadirin semua, saya ucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya atas kesabarannya mendengarkan pidato ini. Sekian
pidato pengukuhan guru besar saya. Semoga Allah Swt. selalu
memberikan perlindungan, kesehatan, kebahagiaan, dan semangat
kepada kita sekalian.

17
DAFT AR PUST AKA
Bates, R.L. & Jackson, J.A., 1987, Glossary of Geology, 3rd Edition,
American Geological Institute, Alexandria, Virginia. 788 p.
Burbank, D. W. & Anderson, R.S., 2012, Tectonic Geomorphology,
second edition, Willey-Blackwell, UK. 454 p.
Hunt, R.E., 2007, Geologic Hazards, a Field Guide for Geotechnical
Engineers, CRC Press, USA. 323 p.
Kamawati, D., Husein, S., Pramumijoyo, S., Ratdomopurbo, A.,
Watanabe,
K., and Anderson, R., 2008, "Earthquake
Microzonation and Hazard Maps of the Bantul Area,
Yogyakarta,
Indonesia".
Published
in The Yogyakarta
Earthquake of May 27, 2006. Eds. D. Kamawati, S.
Pramumijoyo, R. Anderson, and S. Hussein. STAR Publishing
Company Inc., Belmont, CA. ISBN 978-0-8986-304-7.
P 7-1
to 7-15.
Mattauer, M. & Mercier, J.L., 1980, "Microtectonique et Grande
Tectonique", Extraite du Livre Jubilaire de la Societe
geologique de France, Mem. No. 10, 1980, pp 141-161.
McCalpin,
J.P. & Nelson, A.R., 2009,
"Introduction
to
Paleoseismology" in Paleoseimology, International Geophysics
Series Vol. 95, second edition, edited by McCalpin, J.P.,
Elsevier-Academic Press. pp. 1-27.
Mercier, J.L. & Vergelly, P., 1992, Tectonique, Geoscience DUNOD.
214 p.
Pantosti, D., Schwartz, D.P., & Okumura, K., 2000, "Introduction",
Proceeding of HOKUDAN International Symposium and School
on Active Faulting, Hokudan Co. Ltd. pp i.
Passchier, C.W., & Trouw, R.AJ., 1996, Microtectonics, SpringerVerlag. 289 p.
Pramumijoyo, S., 1991, "Neotectonique et Seismotectonique de la
Terminaison Meridionale de la Grande Faille de Sumatra et du
Detroit de la Sonde (Indonesie)",
These du Doctorat,
l'Universite de Paris-Sud, Orsay, France. 230 p.
Pramumijoyo, S., Sopaheluwakan, J., Priadi, B., Ut Ojo, H., Sukama,
D., Widiwijayanti, C., Indarto, S., Kadarusman, A., &

18
Sudarsono, 1996, "Neogene Kinematic Evolution along The
Palu-Koro Fault System, Sulawesi (Indonesia)". Abstract,
Proceeding of 30th International Geological Congres, Beijing,
4-14 August 1996. Vol. 2 of3, p 79.
Pramumijoyo, S., Indarto, S., Widiwijayanti, C., Sopaheluwakan, J.,
Priadi, B., Sukarna, D., Utojo, H., Sudarsono, Veritawati, I &
Sucipta, E., 1997, "Seismic Hazard Parameters of The PaluKoro Fault in Palu Depression Area, Sulawesi (Indonesia)". Di

dalam Laporan Akhir Riset UnggulanTerpadu (RUT) II - 3

1997.
Sibson, R.H., 2011, "The Scope of Earthquake Geology" in Geology
of the Earthquake Source, a volume in Honour of Rick Sibson.
Edited by Fagereng, A, Toy, V.G. & Rowland, J.V., Geological
Society Special Publication 359. Pp 319-331.
Thein, P. S., Pramumijoyo, S., Kirbani, S. B, Kiyono, J., Wilopo, W.,
Furukawa, A., & Setianto, A., 2014, "Estimation of Seismic
Ground Motion Induced by 23rd January, 2005 Earthquake in
Palu Region, Central Sulawesi, Indonesia", Journal of
Geological Resource and Engineering, David Publication, USA,
4, P 200-207.
Wallace, R.E., 1986, "Earthquake of August 19, 1966, Varto Area,
Eastern Turkey", Seismological Society of American Bulletin,
Vol. 58. pp 47-102.
Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Qur'an, 1989,Al Qur'an dan
Terjemahnya, Departemen Agama Republik Indonesia, 1122
hal.
Yeat, R.S., Sieh, K., & Allen, C. R., 1997, The Geology of
Earthquakes, Oxford University Press, 567 p.

19
DAFT AR RIW AY A T HIDUP

Nama
Tempat/tanggallahir
NIP
Pangkat/gol.
Jabatan
Alamat kantor

Telepon kantor
Alamat rumah
Telepon rumah
E-mail

: Subagyo Pramumijoyo
: Kediri, 8 April 1952
: 195204081981031004
: Pembina IIIV b
: Guru Besar
: Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknik UGM,
J1.Grafika 2,
Yogyakarta 55281

0274-513668
Perum. Lojajar Indah E-87, Sinduharjo, Ngaglik,
Sleman 55581
0274-864450
bagyo@ugm.ac.id

Riwayat Pendidikan

·
.
·
·
·

·

·

·

Taman Kanak-Kanak Setonogedong, Kediri (1958-1959)
Taman Muda Kediri (1959-1964)
SMP Negeri II Kediri (1964-1967)
SMA Negeri II Kediri (1967-1970)
Bagian Teknik Geologi FT UGM (1972-1980)
DEA Geologie-Geophysique, Universite de Paris-Sud, Orsay,
Perancis (1985-1987)
Doktor Geodynamique, Universite de Paris-Sud, Orsay, Perancis
(1987-1991)
Diploma Human Resource Development, Ateneo de Manila
University, Filipina, bekerja sarna dengan Tim Pengelola DPKKMIGAS, Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi serta Direktorat
Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja (1998)

20
Riwayat Pekerjaan

.
.
.
.

Dosen Teknik Geologi FT UGM (198l-sekarang)
Pembantu Ketua Jurusan Teknik Geologi Bidang Kemahasiswaan
dan Pengembangan (1983-1984)
Sekretaris Jurusan Teknik Geologi FT UGM (1993-1996)
Kepala Laboratorium Geologi Dinamik, Jurusan Teknik Geologi
FT UGM (201O-sekarang)

Publikasi
1. Pramumijoyo S., 1991, "Neotectonique et Seismotectonique de la
Terminaison Meridionale de la Grande Faille de Sumatra et du
Detroit de la Sonde (Indonesie)". These du Doctorat, Universite de
Paris-Sud, Orsay, France.
2. Pramumijoyo S. & M. Sebrier, 1991, "Neogene and Quaternary
Fault Kinematics around the Sunda Strait, Indonesia", Journ. SE
Asia Earth Sc., 6 (2) 137-145.
3. Pramumijoyo S., Y. Kumoro & Sudaryanto, 1994, "Neotektonik
daerah Liwa dan Sekitarnya", Prosiding Hasi/-Hasi/ Penelitian
Puslitbang Geoteknologi LIPI, 1994, hal. 160-165.
4. Pramumijoyo S., 1994. "Estimasi Parameter "Seismic Hazard"
Sesar Meramang - Anyer, Jawa Barat", Media Teknik, majalah
catur wulan Fakultas Teknik UGM, No.1, Tahun XVI, Edisi April,
hal. 117-126.
.
5. Pramumijoyo S., J. Sopaheluwakan, B. Priadi, H. Utoyo, D.
Sukarna, C. Widiwijayanti, S. Indarto, A. Kadarusman &
Sudarsono, 1996, "Neogene Kinematic Evolution along the PaluKoro System, Sulawesi (Indonesia)",
Proceeding
of 30th
International Geological Congress, Beijing, China, 4-14 August,
1996, Vol. 2 from 3, pp 79.
6. Pramumijoyo S., 2000. "Existing Active Fault at Semarang,
Central Java, Indonesia: Revealed by Remote Sensing and Field
Observation", Active Fault Research for the New Millenium.
Proceeding of the Hokudan International Symposium and School

21
on Active Faulting, January 1ih_26t\ 2000, Hokudan-cho, Awaji
Island, Hyogo, Japan, pp 383-386.
7. Pramumijoyo S. and 1. Sudarno, 2008, "Surface Cracking Due to
Yogyakarta Earthquake 2006", Published in The Yogyakarta
Earthquake of May 27, 2006. Eds. D. Karnawati, S. Pramumijoyo,
R. Anderson, and S. Hussein, STAR Publishing Company Inc.,
Belmont, CA. ISBN 978-0-89863-304-7 P 7-1 to 7-15.
8. Thein, P.S., Pramumijoyo, S., Brotopuspito, K.S., Kiyono, J.,
Wilopo, W., and Setianto, A, 2014, "Strong Ground Motion Based
on Microtremor and Empirical Stochastic Green's Function
Computing at Palu City, Central Sulawesi Province, Indonesia",
The 2014 3rd International Conference on Geological and
Environmental Sciences (lCGES 2014), Singapore, August 6-7,
2014, Volume of Journal (IPCBEE, ISSN: 2010-4618).