HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PENYAKIT GASTRITIS : Studi Pada Penderita Gastritis di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Repository - UNAIR REPOSITORY

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PENYAKIT GASTRITIS

  (Studi Pada Penderita Gastritis di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto)

  Oleh : UNUN MAULIDIYAH FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2006

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PENYAKIT GASTRITIS

  (Studi Pada Penderita Gastritis di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto)

  Oleh : UNUN MAULIDIYAH NIM. 100431302 FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2006

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  PENGESAHAN

  Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

  Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) Pada tanggal 20 Juni 2006

  Mengesahkan Universitas Airlangga

  Fakultas Kesehatan Masyarakat Dekan,

  Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr., M.OH., SpOk NIP. 130517177

  Tim Penguji : 1. Neffrety Nilamsari, S.Sos., M.Kes.

  3. Rr. I. Lukitra Wardhani., dr., SpRM.

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

2. Dr. Chatarina U.W.,dr., M.S., M.PH.

  ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar

  Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) Bagian Epidemiologi

  Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

  Oleh: UNUN MAULIDIYAH NIM. 100431302

  Surabaya, Juni 2006 Mengetahui, Menyetujui, Ketua Bagian Dosen Pembimbing Dr. Chatarina U.W.,dr., M.S., M.PH Dr. Chatarina U.W.,dr., M.S., M.PH NIP. 131290054 NIP. 131290054

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi dengan judul “ HUBUNGAN ANTARA STRES DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PENYAKIT GASTRITIS (Studi Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto) “, sebagai salah satu persyaratan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM).

  Dalam skripsi ini dijabarkan bagaimana hubungan antara stres dan kebiasaan makan dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis pada penderita gastritis, sehingga nantinya dapat menjadi pertimbangan dalam gaya hidup dan kebiasaan makan untuk mencegah terjadinya kekambuhan penyakit gastritis.

  Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Dr. Chatarina U.W.,dr., M.S., M.PH selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sabar serta memberi saran, petunjuk, arahan dan semangat sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Kemudian penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

  1. Bapak Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr., M.OH., SpOk selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya.

  2. Ibu Hj. Sihwati Wilujeng, dr., selaku Direktur Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.

  3. Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan banyak ilmu demi kelancaran penyusunan skripsi ini.

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  4. Dokter dan perawat serta seluruh pegawai di Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Mawaddah yang telah membantu kelancaran pelaksananaan penelitian, dan memberi dukungan hingga akhir penelitian.

  5. Ibu Nefferty Nilamsari, S.Sos., M.Kes selaku ketua penguji, terima kasih atas masukannya.

  6. Ibu Rr. I. Lukitra Wardhani, dr., SpRM selaku penguji, terima kasih atas masukan dan waktunya.

  7. Ayah dan Ibu yang telah mencurahkan segala kasih sayang, mendorong dan memberi motivasi dalam berbagai hal, skripsi ini diperuntukkan khusus untuk kalian dan sebagai bentuk penghargaan yang tak terhingga yang bisa kami persembahkan.

  8. Adik-adikku tersayang yang telah mengerti di saat lagi sibuk dan memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga ini menjadi semangat kalian dalam meraih prestasi yang lebih tinggi lagi.

  9. Semua keluarga yang yang telah membantu mendo’akan atas kelancaran penyusunan skripsi ini.

  10. Sahabatku Diyana, Adekku Ayu’ N Ipop banyak pengalaman berharga yang kita dapatkan yang akan semakin mendewasakan kita, terima kasih atas dukungan, bantuan, perhatian, pengertian dan do’anya selama ini.

  11. Riesa, Mega, Kalika, terimakasih atas bantuan dan do’anya.

  12. Semua ”Mas-masku” terima kasih telah memberi semangat, bantuan, do’a, dan masukan yang sangat berharga bagi saya.

  13. Semua rekan minat Epidemiologi dan teman seangkatan, terutama Mas Anom, Pak Wawan, Reni, Mbak Widya, Dina, Nuning, my ”Soulmate” saat ujian dian, terima kasih atas kebersamaan dan saat-saat yang indah yang kita lewati selama kuliah.

  14. Sahabat-sahabatku D3 Analis Medis, maafkan jika selama ini tidak bisa meluangkan waktu bersama dan terima kasih atas pengertiannya.

  Tika, Didien, Dikoes, Tina, Ambar, Anjar, Dian) yang telah mengerti keadaanku dan terus memberiku semangat.

  16. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi.

  Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan dan skripsi ini berguna bagi diri kami sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.

  Surabaya,

  30 Juni 2006 Penulis

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

15. Semua penghuni kost MU 133 (Epy, Niken, Misbah, Rosa, Diah, Nuri, Lita,

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ABSTRACT

  Gastritis, as well-known as ‘maag disease’, is an upper gastrointestinal tract syndrome a lot of people suffering from, and is most frequent complained in gastroenterology department. It is estimated that almost all gastritis patient have a relapse.. Stress and consuming food increasing HCL of stomach are two of all factors which trigger gastritis. The aim of this study is to analyze the correlation between stress , consumption habits, and the occurrence of recurrent gastritis in patients at Mawaddah medical clinic and maternity hospital in Ngoro sub district Mojokerto regency.

  This study is analytic observational study with cross sectional design. The samples are 90 gastritis patients in Mawaddah medical clinic and maternity hospital chosen by simple random sampling technique. To analyze the correlation between variables and the occurrence of gastritis relapse, chi square test is used.

  The result of this study are: 57,8% respondents are ≥ 40 years old, 77,8% respondents are female, and 75,6% respondents are in low and medium social and economic status. Statistical test results indicate that there is no significant correlation between knowledge (p=0,549), age (p=o,628), jender (p=1,000), social and economic status (p=0,424) and gastritis relapse, while there is correlation between stress (p=0,000, OR= 48,273), consumption habits (p=0,000, OR=30,375) and gastritis relapse.

  It is concluded that stress and consumption habit correlate with gastritis relapse, and it is suggested to improve medical service by health counseling for gastritis patients and facilitate gastritis patients association conducting stress management such as mutual sport and knowledge sharing between them to reduce gastritis relapse.

  Keyword : Gastritis relapse, Stress, Consumption habit

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

ABSTRAK

  Penyakit gastritis yang di kenal dengan penyakit maag merupakan penyakit saluaran pencernaan bagian atas yang banyak dikeluhkan di masyarakat dan paling banyak ditemukan di bagian gastroenterologi, diperkirakan hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan. Salah satu faktor yang dapat menimbulkan munculnya gejala gastritis adalah stres dan kebiasaan mengkonsumsi makanan yang bisa meningkatkan HCL dalam lambung.

  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara stres dan kebiasaan makan dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis pada penderita gastritis di Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Mawaddah Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.

  Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel adalah penderita gastritis di Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Mawaddah sebanyak 90 orang dengan menggunakan tehnik simple ramdom sampling. Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel dengan kejadian kekambuhan gastritis digunakan uji statistik chi square.

  Hasil penelitian menunjukkan 57,8% responden berumur ≥ 40 tahun,

  77,8% responden mempunyai jenis kelamin perempuan dan status sosial ekonomi responden sebanyak 75,6% berada pada status sosial ekonomi rendah dan sedang. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara pengetahuan (p=0,549), umur (p=628), jenis kelamin (p=1,000), status sosial ekonomi (p=0,424) dengan kekambuhan penyakit gastritis (p=0,549), sedangkan stres (p=0,000) dengan OR=48,273 dan kebiasaan makan (p=0,000) dengan OR=30,375 didapatkan adanya hubungan dengan kekambuhan penyakit gastritis.

  Jadi dapat disimpulkan bahwa stres dan kebiasaan makan berhubungan dengan kekambuhan penyakit gastritis dan disarankan meningkatkan pelayanan kesehatan dengan memberikan penyuluhan kesehatan pada penderita gastritis dan memfasilitasi adanya perkumpulan penderita gastritis yang di dalamnya terdapat kegiatan yang bisa memanajemen stres seperti olah raga bersama dan sharing antar penderita gastritis supaya tidak mangalami kakambuhan.

  Kata kunci: Kekambuhan Gastritis, stres, kebiasaan makan.

  ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR ISI

  Halaman HALAMAN JUDUL i

  HALAMAN PENGESAHAN ii

  HALAMAN PERSETUJUAN iii

  KATA PENGANTAR iv

  ABSTRACT vii

  ABSTRAK viii

  DAFTAR ISI ix

  DAFTAR TABEL x

  DAFTAR GAMBAR xi

  DAFTAR LAMPIRAN xii

  DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN xiii

  BAB I PENDAHULUAN

  1 I.1 Latar Belakang

  1 I.2 Identifikasi Masalah

  3 I.3 Pembatasan Dan Perumusan Masalah

  4 BAB II TUJUAN DAN MANFAAT

  5 II.1 Tujuan

  5 II.1.1 Tujuan Umum

  5 II.1.2 Tujuan Khusus

  5 II.2 Manfaat

  5 BAB III TINJAUAN PUSTAKA

  7 III.1 Definisi Gastritis

  7 III.2 Patofisiologi Gastritis

  7 III.3 Autoimune Gastritis

  8 III.4 Klasifikasi Gastritis

  8 III.4.1 Gastritis Akut

  9 III.2.2 Gastritis Kronik

  13 III.5 Definisi Kekambuhan

  20 III.6 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyakit Gastritis 20

  III.6.1 Umur

  20 III.6.2 Jenis Kelamin

  20 III.6.3 Status Sosial Ekonomi

  21 III.6.4 Pengetahuan

  21 III.6.5 Kebiasaan Makan Dan Minum

  21 III.6.6 Merokok

  22 III.6.7 Alkohol

  23 III.6.8 Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid (OAINS)

  23 III.6.9 Penyakit Infeksi

  24 III.6.10 Stres

  24 ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  BAB IV KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

  27 IV.1 Kerangka Konsep

  27 IV.2 Hipotesis

  28 BAB V METODE PENELITIAN

  29 V.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

  29 V.2 Populasi Penelitian

  29 V.3 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

  29 V.3.1 Sampel

  29 V.3.2 Besar Sampel

  29 V.3.3 Cara Pengambilan Sampel

  29 V.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

  31 V.5 Variabel, Cara Pengukuran dan Definisi Operasional

  31 V.6.1 Variabel Penelitian

  31 V.6.2 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran

  32 V.7 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

  34 V.7.1 Data primer

  34 V.7.2 Data sekunder

  34 V.8 Teknik analisis data

  35 BAB VI HASIL PENELITIAN

  36 VI.1 Gambaran Umum Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah

  36 VI.2 Karakteristik Responden

  36 VI.2.1 Umur Responden

  37 VI.2.2 Jenis Kelamin Responden

  37 VI.2.3 Status Sosial Ekonomi Responden

  38 VI.3 Pengetahuan Responden

  39 VI.4 Kebiasaan Makan Responden

  39 VI.5 Stres

  42 VI.6 Hubungan Antar Variabel

  43 VI.6.1 Hubungan Umur Responden Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  43 VI.6.2 Hubungan Jenis Kelamin Responden Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  44 VI.6.3 Hubungan Status Sosial Eknomi Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  45 VI.6.4 Hubungan Stres Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  46 VI.6.5 Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  46 VI.6.6 Hubungan Pengetahuan Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  52 VI.6.7 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  53 VI.6.8 Hubungan Pengetahuan dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  53 ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  BAB VII PEMBAHASAN

  56 VII.1 Hubungan Antara Karakteristik Responden Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  56 VII.1.1 Hubungan Antara Umur Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  56 VII.1.2 Hubungan Antara Jenis Kelamin Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  57 VII.1.3 Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  57 VII.2 Hubungan Stres Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  58 VII.3 Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  59 VII.3.1 Hubungan Keteraturan Makan Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  60 VII.3.2 Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Pedas Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  61 VII.3.3 Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Asam Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  62 VII.3.4 Hubungan Kebiasaan Mengkonsumsi Makana Panas Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  62 VII.4 Hubungan Pengetahuan Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis

  63 BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

  65 VIII.1 Kesimpulan

  65 VIII.2 Saran

  65 DAFTAR PUSTAKA

  67 LAMPIRAN ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR TABEL

  Nomor Judul Tabel Halaman

  VI.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Penderita Gastritis

  37 Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  VI.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Penderita Gastritis Di Balai pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah

  Tahun 2005

  38 VI.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kadaan Status Sosial Ekonomi Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  38 VI.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Pada Penderita Gastritis Di Balai pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  39 VI.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Makan Pada Penderita Gastritis Di Balai pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  40 VI.6 Distribusi Responden Berdasarkan Keteraturan Makan Pada Penderita Gastritis Di Balai pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  40 VI.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Pedas Pada Penderita Gastritis Di Balai pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  41 VI.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Asam Pada Penderita Gastritis Di Balai pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  41 VI.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mengkonsumsi Makanan Dalam Keadaan Panas Pada Penderita Gastritis Di Balai pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  42 VI.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kondisi Stres Pada Penderita Gastritis Di Balai pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah

  Tahun 2005

  43

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  VI.11 Hubungan Umur Responden Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  43 VI.12 Hubungan Jenis Kelamin Responden Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  44 VI.13 Hubungan Status Sosial Ekonomi Responden Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  45 VI.12 Hubungan Stres Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  46 VI.13 Hubungan Kebiasaan Makan Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  47 VI.14 Hubungan Keteraturan Makan Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  48 VI.15 Hubungan Kebiasaan Makan Mengkonsumsi Makanan Pedas Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  49 VI.16 Hubungan Kebiasaan Makan Mengkonsumsi Makanan Asam Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  50 VI.17 Hubungan Kebiasaan Makan Mengkonsumsi Makanan Dalam Keadaan Panas Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  51 VI.18 Hubungan Pengetahuan Dengan Kekambuhan Penyakit Gastritis Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  52 VI.19 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Stres Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  53 VI.20 Hubungan Keadaan Sosial Ekonomi Dengan Stres Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin Mawaddah Tahun 2005

  54

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  VI.21 Hubungan Pengetahuan Dengan Kebiasaan Makan Pada Penderita Gastritis Di Balai Pengobatan Dan Rumah Bersalin

  Mawaddah Tahun 2005

  55 ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR GAMBAR

  Nomor Judul Gambar Halaman

  IV.1 Bagan kerangka konseptual penelitian

  26

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR LAMPIRAN

  Nomor Judul Lampiran

  1. Kuesioner Pengumpulan Data

  2. Hasil Uji Statistik Chi Square

  3. Permohonan Surat Ijin Pengambilan Data Awal Skripsi

  4. Permohonan Surat Ijin Penelitan

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

  Daftar Arti Lambang % = Persen α = Alfa

  = Lebih dari sama dengan ≥ < = Kurang dari > = Lebih dari Daftar Singkatan P = Probabilitas OR = Odds Ratio HCL = Hydrocloric Acid (asam lambung)

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Gangguan saluran pencernaan merupakan salah satu gangguan yang sering

  dikeluhkan dan telah menjadi masalah kesehatan di masyarakat. Di antara sekian banyak gangguan saluran pencernaan yang di derita di masyarakat, keluhan yang paling banyak ditemukan di bagian gastroenterologi adalah keluhan dispepsia, nyeri pada lambung, kembung dan mual-mual, dimana keluhan tersebut merupakan salah satu gejala khas dari penyakit gastritis mulai dari akut sampai dengan kronis (Salamiharja, 1997).

  Gastritis merupakan suatu proses inflamasi, iritasi dan infeksi pada mukosa lambung sebagai akibat ketidakseimbangan faktor agresif dengan faktor defensif dalam tubuh sehingga menimbulkan gejala klinis berupa rasa tidak enak pada perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan (Kapita selekta kedokteran, 1998), diperkirakan hampir semua penderita gastritis mengalami kekambuhan, tapi selama ini belum ada penelitian yang meneliti kekambuhan pada penyakit gastritis.

  Sampai saat ini prevalensi penyakit gastritis belum bisa dipastikan tetapi menurut penelitian yang dilakukan di negara Inggris menunjukkan 15-25% dari penduduk pernah mendapatkan tukak pada satu saat dalam hidupnya, dan didapatkan prevalensi tukak sebesar 3-5% (Daldiyono,1989), Sedangkan hasil penelitian di luar negeri didapatkan 1 dari 10 orang menderita dispepsia (www.gizi.net).

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  Berdasarkan survei yang dilakukan oleh dr.Ari F Syam dari FKUI pada tahun 2001, dari 93 pasien yang diteliti ditemukan mendekati angka 50% mengalami gejala dispepsia (www.gizi.net).

  Di bagian penyakit dalam FKUI/RSCM, sub bagian Gastroenterologi dari 60 kasus gastritis ringan dan sedang didapatkan gastritis superfisial 11,87% dan gastritis atrofik 83,33%, pada Endoskopi Saluran Pencernaan Bagian Atas (SCBA) di rumah sakit di Indonesia didapatkan Gastritis Kronik sebanyak 20,9- 58,7% (Rani, 1989). Beberapa Ahli berpendapat bahwa gastritis atrofik merupakan faktor pedisposisi terjadinya karsinoma lambung, walaupun diperlukan 10-20 tahun (Whitehead, 1985). Gastritis merupakan penyakit yang sering ditemukan (50%) pada konsultasi klinik Dr Soetomo pada tahun 1993 (Oesman, 1998).

  Berdasarkan laporan SKRT tahun 1986 menunjukkan bahwa angka kematian penyakit sistem pencernaan sebesar 34,9 per 100.000 penduduk sedangkan laporan SKRT tahun 2001 menunjukkan bahwa angka kematian penyakit sistem pencernaan sebesar 55,5 per 100.000 penduduk, hal ini bisa terlihat bahwa dalam kurun waktu 15 tahun angka kematian akibat penyakit sistem pencernaan semakin meningkat (Djaja.S, 2003).

  Pendarahan Saluran Makanan Bagian Atas (SMBA) merupakan pendarahan yang disebabkan penyakit tukak lambung (gastritis) dan masih merupakan masalah klinik di setiap rumah sakit. Djajapranata (Rs Dr Soetomo Surabaya) melaporkan 471 kasus dalam periode 1969-1971. Helmi dan kawan- kawan (Jakarta) melaporkan 184 kasus pendarahan suluran makanan bagian atas periode 1978-1980. Di rumah sakit Hasan Sadikin bandung dalam periode 1970-

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  1974 dilaporkan kasus pendarahan saluran makanan bagian atas sebanyak 224 kasus (Abdurrachman dan Hadi). Dibagian penyakit dalam FKUI_RSCM dalam kurun waktu 1986-1988 tercatat 113 kasus pendarahan saluran makanan bagian atas, walaupun sudah banyak kemajuan dalam bidang diagnostik dan terapi tetapi angka kematian akibat pendarahan saluran makanan bagian atas masih tinggi yaitu berkisar antara 5-10% ( Suprajitno,1995 ).

I.2 Identifikasi Masalah

  Di negara berkembang diperkirakan sering didapatkan penyakit tukak lambung dan frekwensi terjadinya tukak lambung makin meningkat. Tukak lambung merupakan penyakit yang mengenai seluruh lapisan masyarakat (www. pgh.or.id). Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Mawaddah berada di wilayah negara berkembang, tukak lambung yang banyak terjadi pada pasien yang berobat ke Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Mawaddah adalah gastritis.

  Penyakit gastritis merupakan penyakit saluran pencernaan bagian atas yang sifatnya menetap sehingga kemungkinan mengalami kekambuhan cukup besar, faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis tersebut salah satu faktornya adalah karena stres, infeksi virus,obat-obat penghilang nyeri seperti aspirin, alkohol, merokok, kebiasaan makan dan minum yang bisa merangsang asam lambung (www.anugrah-argon.com).

  Kondisi seseorang yang sedang mengalami stress sangat berpengaruh terhadap terjadinya kekambuhan gastritis karena stres dapat merangsang produksi asam lambung sehingga menyebabkan keradangan. Kebiasaan makan yang tidak teratur dan kebiasan mengkonsumsi makanan yang pedas, asam dan panas juga

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  bisa menyebabkan kekambuhan pada penyakit gastritis karena makanan tersebut bisa merusak mukosa lambung dan meningkatkan asam lambung, sehingga timbul rasa nyeri, kembung, atau rasa penuh pada perut bagian atas.

  Dari data catatan medik Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Mawaddah, kasus gastritis pada bulan januari–juni 2005 diperoleh 673 kasus,tingginya kasus gastritis ini perlu mendapatkan perhatian mengingat bahwa penyakit gastritis bisa menimbulkan kekambuhan yang bisa menurunkan sistem pertahanan tubuh sehingga timbul penyakit baru seperti ISPA dan migren, semakin sering terjadinya kekambuhan penyakit gastritis bisa mengganggu produktivitas seseorang sehari-hari. Penelitian ini diharapkan dapat meneliti prilaku penderita gastritis dan kemudian dapat dilakukan pencegahan untuk timbulnya penyakit gastritis.

I.3 Pembatasan Masalah Dan Perumusan Masalah

  Setelah kita mengetahui bahwa kejadian kekambuhan penyakit gastritis dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang sangat kompleks, namun penelitian ini hanya mambatasi pada hubungan antara stres dan kebiasaan makan penderita dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis pada penderita gastritis yang ada di Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Mawaddah.

  Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut “ Apakah stres dan kebiasaan makan penderita berhubungan dengan kejadian kekambuhan penyakit gastritis pada penderita gastritis di Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Mawaddah ?”. terjadinya kekambuhan penyakit gastritis pada panderita gastritis di Balai Pengobatan dan Rumah Bersalin Mawaddah.

  II.1.2 Tujuan khusus 1.

  Menganalisa hubungan antara karakteristik penderita gastritis (umur, jenis kelamin, sosial ekonomi) dengan kekambuhan penyakit gastritis.

  3. Menganalisa hubungan antara stres dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis.

  4. Menganalisa hubungan antara kebiasaan makan dengan terjadinya kekambuhan penyakit gastritis.

  Bagi Masyarakat Memperoleh tambahan pengetahuan dan wawasan tentang gastritis sehingga dapat dilakukan pencegahan dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan perorangan.

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT II.1 Tujuan II.1.1 Tujuan umum Menganalisa hubungan stres dan kebiasaan makan dengan

2. Menganalisa hubungan antara pengetahuan penderita dengan terjadinya kekambuhan gastritis.

II.2 Manfaat 1.

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  2. Bagi Penderita Gastritis Menambah informasi dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekambuhan penyakit gastritis dan bahayanya supaya kekambuhan dapat dilakukan pencegahan.

  3. Bagi Balai Pengobatan Sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada penderita gastritis.

  4. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan meningkatkan wawasan dalam bidang epidemiologi khususnya hubungan antara stress dan kebiasaan makan terhadap terjadinya kekambuhan gastritis.

  5. Bagi peneliti lain Sebagai studi awal untuk pengembangan penelitian selanjutnya tentang kekambuhan penyakit gastritis.

  ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

BAB III TINJAUAN PUSTAKA III.1 Definisi Gastritis Gastritis atau tukak lambung yang sering kita kenal dengan penyakit

  maag merupakan sekumpulan keluhan atau gejala klinis yang terdiri dari rasa

  tidak enak atau sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan karena adanya inflamasi dari mukosa lambung (Kapita selekta kedokteran, 1999).

  Gastritis ditandai dengan adanya radang pada mukosa yang ditandai dengan infiltrasi sel netrofil atau infiltrasi sel limfosit, sel palasma dan eosinofil dengan atau tanpa simtom (Tambunan,1994).

  Sedangkan menurut Harrison 2000, gastritis adalah inflamasi mukosa lambung dan bukan merupakan penyakit yang tunggal, atau lebih tepatnya suatu kelompok penyakit yang mempunyai perubahan peradangan pada mukosa lambung yang sama tetapi ciri klinis, karakteristik histologi dan patogenitas yang berlainan.

III.2 Patofisiologi Gastritis

  Lambung mempunyai faktor agresif (asam lambung dan pepsin) dan faktor defensif (produksi lendir, bikarbonat mukosa dan prostaglandin mikrosirkulasi), gangguan penyaki gastritis dapat terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan faktor agresif dan faktor defensif dalam tubuh kita ( www.anugerah-argon. com ).

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  Akibat adanya ketidakseimbangan faktor agresif dan faktor defensif menyebabkan HCL dalam lambung meningkat. Kadar HCL normal dalam lambung ± 0,4 %,kelebihan kadar HCL dalam cairan lambung dapat merusak jaringan selaput lendir lambung dan jaringan halus usus 12 jari, jaringan yang rusak akan menjadi luka bernanah yang ada di dalan lambung dan menyebabkan keradangan (Laylawati, 2000).

  III.3 Autoimmune Gastritis

  Sistem pertahanan tubuh kita dapat membuat antibodi dan protein untuk menyerang infeksi (masuknya kuman ke dalam tubuh) yang berguna untuk mempertahankan tubuh dalam keadaan prima, kadang terjadi gangguan di mana tubuh salah mengidentifikasi targetnya dan mengenai tubuh kita sendiri yang di anggap benda asing atau infeksi, sehingga membuat kerusakan bahkan kehancuran organ tubuh kita sendiri. Hal ini juga bisa terjadi pada lambung yang dapat menyebabkan kerusakan sel-sel lambung dan mengakibatkan anemia perniciosa, anemia ini terjadi karena tubuh tidak dapat menyerap vitamin B-12 yang berhubungan dengan kerusakan sel di lambung tersebut (Albert, 2005).

  III.4 Klasifikasi Gastritis

  Berdasarkan Harrison 2000 pada umumnya klasifikasi gastritis diklasifikasikan menjadi akut dan kronik berdasarkan pada manifestasi klinis, ciri- ciri histologik yang mencirikan gastritis, distribusi anatomik gastritis atau beberapa kasus dan patogenesis.

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  III.4.1 Gastritis Akut

  Gastritis akut sering ditemukan karena merupakan kelainan terbanyak di lambung, biasanya sifatnya jinak dan merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri yang menggambarkan respon mukosa lambung terhadap berbagai iritan lokal (Dharma, 1984).

  Pada umumnya penyakit ini tidak berat dan sifatnya temporer, maka pada umumnya para dokter tidak merasa perlu melakukan pemeriksaan histopatologi. Beratnya gastritis akut tergantung pada jenis dan jumlah iritan serta lama kontak dengan mukosa lambung (Tambunan, 1994).

  III.4.1.1 Klasifikasi Gastritis Akut

  Klasifiakasi gatritis akut dapat dibedakan atas gastritis erosif akut atau gastritis hemoragik akut dan gatritis superfisial akut.

A. Gastritis Erosif Akut

  Bentuk gastritis akut yang paling dramatik dan sering dijumpai di klinik adalah gastritis erosif akut atau gatritis hemoragik akut (Hirlan, Soeharjono T, 1990).

  Gastritis erasif akut adalah suatu peradangan mukosa lambung yang akut yang disertai kehilangan integritas atau kerusakan-kerusakan erosi.

  Berdasarkan pemeriksaan makroskopik pada gastritis erosif akut menunjukkan edema, kerapuhan mukosa, erosi dan tempat pendarahan dengan ekstravasasi darah ke dalam mukosa dan lumen lambung. Erosi lambung dan tempat pendarahan dapat tersebar secara difus pada seluruh mukosa lambung atau setempat pada korpus atau antrum lambung, dikatakan erosi karena terbatas pada

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  mukosa dan sering terletak linier pada puncak lipatan mukosa. Gastritis erosif akut biasanya berhubungan dengan penyakit yang serius atau berhubungan dengan berbagai obat dan diperkirakan terdapat 80-90% pasien dalam unit-unit perawatan (Harrison, 2000).

B. Gastritis Superfisial Akut

  Gastritis superfisial akut merupakan gastritis yang ditandai oleh mukosa yang berwarna kemerahan, edema dan ditutupi oleh mukosa adheren, sering terjadi sedikit erosi dan pendarahan, derajat peradangan sangat variabel.

  Pada kebanyakan kasus, diagnosis didasarkan pada riwayat penderita akan adanya gangguan yang dapat sembuh sendiri disertai oleh sakit epigastrik, muntah, anoreksia dan bertahak . Gastritis superfisial akut biasanya menghilang jika agen penyebabnya di buang atau dihentikan (Dharma, 1984).

III.4.1.2 Etiologi Gastritis Akut

  Gastritis akut dapat timbul tanpa diketahui penyebabnya, penyebab yang paling sering dijumpai adalah alkohol, Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid, bahan kimia dan toksin ataupun agen alergen yang meningkatkan asam lambung. penyebab lain sekalipun jarang adalah jenis obat-obat digitalis, iodin, auromisin dan kafein. Makanan yang pedas (spicy food), makanan yang asam, makanan yang terlalu panas, merokok juga dapat menimbulkan iritasi pada mukosa lambung (Hirlan, Soeharjono, 1990).

  Pada sebagian besar penderita rhematoid artritis yang mempergunakan Obat Anti-Inflamasi Non-Steroid aspirin secara teratur ternyata ditemukan

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  pendarahan tersembunyi (occult bleeding) diperkirakan penderita akan kehilangan darah 10 ml setiap hari dan lambat laun menimbulkan anemia (Tambunan, 1994).

  III.4.1.3 Patologi Gastritis Akut

  Beratnya perubahan mukosa lambung tergantung pada jumlah dan jenis bahan iritan serta lamanya bahan tersebut berada dalam lambung. Pada kondisi ringan, perubahan pada mukosa tdak begitu nyata. Akan tetapi pada gastritis akut berat dengan pengamatan gastroskopik, mukosa hiperemi, edema, erosif dan sering dengan pendarahan. Pada histopatologi menunjukkan adanya infiltrasi sel radang neutrofil, pembuluh kongesti, stroma edema dan permukaan mukosa sebagian erosif atau deskuamasi dan degenerasi. Bila bahan iritan dikeluarkan atau hilang akan segera terjadi regenerasi dan penyembuhan sempurna (Tambunan, 1994).

  III.4.1.4 Gejala Klinis Gastritis Akut

  Manifestasi klinis gastritis akut sangat berfariasi mulai dari yang sangat ringan asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian, hal ini tergantung pada beratnya lesi di mukosa. Pada kasus yang sangat berat seperti gastritis akut berdarah difus (diffuse hemorrhagic erosive gastritis), gejala yang sangat mencolok adalah hematemesis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah. Pada sebagian kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimtomatis. Keluhan-keluhan tersebut misalnya nyeri timbul pada ulu hati, biasanya ringan dan tidak dapat di tunjuk dengan tepat lokasinya dan kadang-kadang disertai muntah (Hirlan, 2001).

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  Penderita gastritis akut mungkin mengalami nyeri tekan abdomen bagian atas atau kehilangan darah seperti pucat, titakardia dan hipotensi. Jika gejala itu ada, kelainan sel darah putih seperti leukositosis atau lekopenia lebih sering menunjukkan penyakit yang serius dibanding gastritis (Harrison, 2000).

III.4.1.5 Diagnosis Gastritis Akut

  Adanya penyakit gastritis akut biasanya dicurigai pertama kali melalui deteksi darah dalam feses atau dalam bahan hasil aspirasi lambung setelah itu ditegakkan dengan pemeriksaan endoskopi, dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi biopsi mukosa lambung tetapi bisa juga di deteksi dengan pemeriksaan radiologis (Harrison, 2000).

  Pada pemeriksaan endoskopi akan tampak erosi multipel yang sebagian biasanya tampak berdarah dan letaknya tersebar. Kadang ditemui erosi yang mengelompok pada satu daerah. Mukosa umumnya nampak merah tetapi kadang mukosanya juga nampak normal, atau bisa juga di jumpai lesi yang terdiri dari semua tingkatan perjalanan penyakitnya akibat terdapat erosi yang masih baru dan erosi yang mengalami penyembuhan. Pada pemeriksaan histopatologi kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis, sedangkan pada pemeriksaan radiologis biasa tidak mempunyai arti dan baru dapat membantu apabila digunakan kontras ganda (Hirlan, Theo Soeharjono, 1990).

  Pada umumnya penyakit gastritis akut tidak berat dan sifatnya temporer, oleh karena itu para dokter tidak merasa perlu pemeriksaan gastroskopi dan biopsi lambung untuk histopatologi (Tambunan, 1994).

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  III.4.1.6 Komplikasi Gastritis Akut

  Komplikasi gastritis akut berupa nyeri yang hebat dan muntah-muntah dapat mengakibatkan kekurangan cairan dalam tubuh penderita, sedangkan pada luka yang besar menyebabkan pendarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) berupa hematematis dan melena yang dapat berakhir dengan syok hemoragik dan jika pendarahanya cukup banyak bisa menyebabkan kematian (Kapita selekta kedokteran, 1999).

  Komplikasi juga bisa berupa timbulnya ulkus kalau prosesnya hebat dan jarang terjadi perforasi, dan bisa menyebabkan komplikasi pada daerah tenggorokan yang berupa ISPA terutama kembalinya isi dan asam lambung ke tenggorokan (refluk), hal ini juga bisa merangsang penyakit baru berupa Asma dan migren (www.indomedia.com).

  III.4.1.7 Penatalaksanaan Gastritis Akut

  Faktor utama adalah menghilangkan etiologinya. Diet lambung, dengan porsi makan kecil tetapi sering. Obat-obatan ditujukan untuk mengatur sekresi asam lambung, berupa antagonis reseptor H

  2 , inhibitor pompa proton,

  antikolinergik, dan antasid. Juga ditujukan sebagai autoprotektor, berupa sukralfat dan prostaglandin (Kapita selekta kedokteran, 1999).

  III.4.2 Gastritis Kronik

  Gastritis kronik merupakan kelainan yang cukup sering ditemukan di klinik maupun praktek sehari-hari. Secara umum gastritis merupakan kelainan klinik yang disebabkan inflamasi mukosa lambung yang terdapat pada daerah

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  antrum dan korpus, sifatnya lokal atau difus dan regresi terjadi dalam waktu singkat atau progresif lambat, dapat akut atau kronik (Rani, 1990) Ciri khasnya adalah infiltrasi radang yang terdiri dari limfosit dan sel plasma ke dalam lamina propria, kelenjar mukosa berkurang atau hilang, dan metaplasia intestinal. Pengaruh proses iritasi mukosa lambung yang lama antara lain karena refluks asam empedu, minum alkohol dan adanya antibodi sel parietal akan menimbulkan gastritis kronik (Tambunan, 1994).

III.4.2.1 Klasifikasi Gastritis Kronik

  Secara histopatologik, klasifikasi gastritis kronik didasarkan pada perubahan berbagai komponen mukosa lambung, derajat dan aktifasi gastritis serta jenis metaplasia.

  Berdasarkan distribusinya dalam mukosa lambung dan patogenesisnya gastritis kronik diklasifikasikan menjadi gastritis tipe A, Tipe B, Tipe AB.

A. Gastritis Tipe A

  Gastritis Tipe A adalah bentuk gastritis yang kurang umum, secara relatif menyerang sedikit antrum. Keadaan ini adalah bentuk gastritits yang mungkin menyebabkan anemia pernisiosa dan kadar serum gastrin tinggi. Sering adanya antibodi terhadap sel parietal dan terhadap faktor intrinsik dalam serum pasien dengan gastrin tipe A dan anemia pernisiosa mendukung patogenitas imun atau autoimun untuk bentuk gastritis ini. Antibodi sel parietal telah ditunjukkan bersifat sitotoksik untuk sel mukosa lambung. Mekanisme imun yang diperantarai sel juga telah dikemukakan berpartisipasi dalam cedera sel mukosa lambung.

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  Pada pasien dengan anemia perniciosa, kelenjar mengandung sel paretal lambung selalu rusak, yang bertanggung jawab atas ketidakmampuannya untuk mengsekresi asam hidroklorik. Pada manusia sel parietal juga mengsekresi faktor intrinsik, terdapat kegagalan dalam mengabsorbsi vitamin B

  12 secara aktif,

  dengan menyebabkan akibat-akibat hematologik dan atau neurolagik yang karakteristik bagi anemia pernisiosa (Harrison, 2000).

  B. Gastritis Tipe B

  Keadaan ini terlihat sehubungan dengan ulsera peptik, biasanya ulsera deudeni, hal ini terlokalisir di daerah antrum, jika berhubungan dengan ulsera gaster dapat meliputi mukosa korpus di sekitar ulsera dan dapat meluas ke proksimal sepanjang kurvutura minor (Daldiyono, 1989)

  C. Gastritis Tipe AB

  Dikutip dari Whitehead 1985 gastritis tipe AB dibagi menjadi dua tipe yaitu : Tipe pertama mununjukkan gastritis antral, hipeklorhidria, deudenitis atau ulkus peptikum baik duodenum atau maupun diprepelorik.

  Tipe kedua menunjukkan gastritis bagian distal, dengan penyebaran tidak merata meliputi antrum dan korpus. Penyebaran tersebut cenderung meningkat bersama usia disertai hiperklorhidria. Mungkin pula terdapat ulkus peptikum di ingualis atau proksimal, walaupun ulkus tersebut menyembuh proses inflamasi terus berlangsng dan sering terlihat displasia mukosa lambung.

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  Atas dasar beberapa kelainan hisolgik, gastritis kronik diklasifikasikan dalam dua gradasi, yaitu:

  A. Gastritis Kronik Superfisial

  Bentuk gastritis dengan perubahan peradangan terbatas pada lamina propria mukosa superfisial, dengan infiltrasi seluler dan edema yang memisahkan kelenjar lambung. Gastritis superfisial kelihatannya mencerminkan stadium permulaan dari perkembangan gastritis kronik. Pada gastritis kronik infiltat sel radang terbatas pada lamina propria setengah bagian atas mukosa lambung dan kelenjar tetap ada (Harrison, 2000).

  B. Gastritis Kronik Atrofik

  Ciri khas kelainan ini adalah sifatnya yang progresif, irreversibel, sekresi asam lambung dan pepsin menurun, selain itu elaborasi faktor intrinsik terganggu. Faktor intrinsik merupakan faktor penting dalam proses pembentukan darah. Perubahan pada mukosa dapat terjadi secara fokal, difus, total atau parsial.

  Pada keadaan gastritis kronik atrofik difus sel parietal invalid dan sekresi asam lambung dan elaborasi faktor intrinsik menurun atau tidak ada sama sekali. Pada kondisi demikian timbul fenomena “Histamin fast achlorhydria” disertai anemia pernisiosa (Tambunan, 1994).

III.4.2.2 Etiologi Gastritis Kronik Penyebab gastritis kronik sampai saat ini belum jelas diketahui.

  Insiden semakin meningkat pada umur yang semakin lanjut. Peminum alkohol, perokok berat, stres dan meminum teh panas merupakan faktor predisposisi.

  Dalam darah 95% pasien gastritis disertai dengan anemia pernisiosa, dijumpai

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  antibodi sel parietal. Berdasarkan kenyataan ini timbul teori bahwa terjadinya perubahan mukosa pada gastritis kronik disebabkan oleh proses autoimun (Tambunan, 1994).

  Sejumlah besar penyelidikan dari berbagai belahan benua telah menetapkan bahwa helikobakter pylori adalah agen yang bertanggung jawab untuk gastritis kronik. Gastritis kronik dengan infeksi dan atau bertahannya H.

  pylori berhubungan dengan sekresi asam lambung yang berkurang. Pembasmian

  

H. pylori menyebabkan perbaikan pada temuan histologok; jika pengobatan

dihentikan perubahan inflamasi timbul kembali, dan organisme muncul kembali.

  Pengamatan ini telah mendukung kesimpulan bahwa gastritis kronik disebabkan oleh infeksi bekterial kronik oleh H. pylori (Harrison, 2000).

III.4.2.3 Patologi Gastritis Kronik

  Secara umum mukosa lambung menipis, licin berkilat dan lipatan mukosa hampir tidak kelihatan lagi. Kadang-kadang bayangan pembuluh darah di bawah mukosa lambung menonjol. Mikroskopik, epitel permukaan mukosa abnormal, susunan tidak teratur dan sebagian atau seluruhnya mengalami metaplasia intestinal.

  Pada gastritis atrofik infiltrasi radang bertambah bukan hanya pada propria tetapi juga meluas pada lapisam muskularis mukosa. Pada lapisan propria, mukosa muskularis dan sub mukosa sering dijumpai jaringan limfoid. Kelenjar mukosa atrofi, kuantitas berkurang dan tubulus sering distorsi. Sel parietal dan

  

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga

  “chief cells” menghilang diganti oleh mucous secreting cells. Sifatnya fokal atau difus (Tambunan, 1994).

  III.4.2.4 Gejala Klinis Gastritis Kronik

  Keluhan dan gejala gastritis kronik tidak khas, merupakan sindrom dispepsia, yang terdiri dari kumpulan gejala rasa nyeri epigastrum, kembung, rasa penuh, anoreksia, nausea, serta mual (Rani, 1990).

  Tapi berdasarkan Hirlan 1990, sebagian besar penderita gastritis kronik tidak mempunyai keluhan, pada pemeriksaan fisis sering tidak dijumpai kelainan, tetapi kadang-kadang dapat dijumpai nyeri tekan midepigastrum yang ringan saja, tetapi kadang-kadang pula dapat dijumpai anemia pernisiosa dan dapat alkhorhidria, kadar gastrin meninggi dan dijumpai pula antibodi terhadap sel parietal (Hirlan, 1990).

  III.4.2.5 Diagnosa Gastritis Kronik