PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN. docx

PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG
DALAM UPAYA MELINDUNGI PEREMPUAN DAN ANAK
TERHADAP TINDAK KEKERASAN
abstrak
Kejahatan tidak pernah memandang umur, jenis kelamin, suku dan
agama. Dengan berbagai macam tipu daya para pelakunya berusaha
memperdayai korbannya dengan iming-iming yang menggiurkan sehingga
para korban seperti terhipnotis untukmengikuti keinginan rencana jahat para
pelaku, yang mana para pelaku teroganisir dengan rapi, disamping itu untuk
memudahkan merekrut mangsanya sebagai wadahnya adalah berbadan
hukum (PT, CV, yayasan dan lain-lain) baik badan hukum legal maupun
ilegal.

Fenomena perdagangan orang di Indonesia sejak krisis yang lalu, kini
semakin meningkat. Tidak saja terbatas untuk tujuan prostitusi atau
eksploitasi seksual, melainkan juga meliputi bentuk-bentuk eksploitasi lain,
seperti kerja paksa dan praktik menyerupai perbudakan dibeberapa wilayah
sektor informal, termasuk kerja domestik dan mempelai pesanan (kawin
kontrak, kawin mud’ah). hal tersebut terjadi karena faktor perekonomian di
Indonesia yang semakin merosot. Tidak adanya keseimbangan antara
pemasukan dan pengeluaran, harga barang barang kebutuhan pokok

melonjak drastis namun pendapatan per kapita masyarakat tetap.
kunci : perdagangan orang, perempuan dan anak anak, perekonomian.

I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Perdagangan orang merupakan tindakan kejahatan yang sangat
merendahkan martabat orang dan merupakan bentuk perbudakan orang
dijaman modern. Olehkarena itu perlu mendapat perhatian dan penanganan
yang serius. Untuk mendapatkan barang “dagangannya” yang akan di jual
tersebut. Orang melakukan cara-cara : penipuan, ancaman, paksaan atau
kekerasan, yang tentunya melanggarhak-hak asasi manusia Sebagaimana
dinyatakan
menghukum

dalam

Protokol

perdagangan


PBB

manusia

untukmencegah,memberantas,
khususnya

perempuan

dan

dananak,

pelengkap Konvensi PBB tentang Kejahatan Terorganisir Antar Negara yang
ditandatangani lebih dari 80 negara termasuk Indonesia pada bulan
Desember tahun 2000, bahwa Traffiking in persons adalah perekrutan,
pengangkutan,

pemindahan,penampungan


atau

penerimaan

seseorang

dengan ancaman atau penggunaan kekerasan ataubentuk-bentuk paksaan
lainnya, penculikan, pemalsuan, penipuan, penyalahgunaan kekuasaan
(abuse of power) atau posisi rentan ataupun memberi atau menerima
bayaran atau manfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang
memegang kendali dari orang yang memegang kendali dari orang lain.
Untuk tujuan eksploitasi, Eksploitasi setidaknya meliputi eksploitasi lewat
memprostitusikan orang lain atau bentuk –bentuk eksploitasi seksual
lainnya, kerja atau praktek-praktek lain yang serupadengan perbudakan,
penghambaan atau pengambilan organ-organ tubuh. Pasal 1 UU No. 21

Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan orang
mendefinisikan trafficking inpersons (perdagangan orang hampir sama
dengan Protokol PBB, yakni: Perdagangan orang adalah tindakan perekrutan
pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan atau penerimaan

seseorang

dengan

ancaman

pemalsuan,penipuan,
penjeratan

ulang

kekerasan,

penyalahgunaan

atau

memberi

penculikan,


kekuasaan

bayaran

atau

atau

penyekapan,
posisi

manfaat,

rentan,
sehingga

memperoleh persetujuan dari orang yangmemegang kendali atas orang lain
tersebut, baik yang dilakukan di dalam Negara maupun antar negara, untuk
tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

(Eksploitasi adalah tindakan dengan atau persetujuan korban yang meliputi
tetapi tidak terbatas hanya pada pelacuran,kerja atau pelayanan paksa,
perbudakan, penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual , organ
reproduksi, atau secara melawan hukum memindahkan atau mentrasplantasi
organ

dan

/ atau

jaringan tubuh

atau memanfaatkan tenaga

atau

kemampuan seseorang oleh pihak lain untuk mendpatkan keuntungan baik
materil maupun immaterial).
Secara


garis

besar,

arah

kebijakan

penanggulangan

tindak

pidana

pedagangan orang dan perlindungan terhadap saksi dan korban yang
seharusnya di kembangkan menyangkut pada tiga (3) upaya pokok,yaitu:
a. Mencegah terjadinya tindak pidana perdagangan orang ;
b. Melindungi dan menyelamatkan korban tindak pidana ;

c. Penindakan kepada pelaku tindak pidana perdagangan orang ;

Lahirnya UU No. 21 Tahun 2007 merupakan instrumen untuk melindungi
masyarakat dari bahaya tindak pidana perdagangan orang, Akan tetapi,
patutlah di waspadai bahwa karakteristik tindak pidana perdagangan orang
inibersifat

khusus

merupakan

Extraordinary

crime,

karena

banyak

melibatkan aspek kompleks, dan bersifat transnationalorganized crime,
karena melintasi batas-batas negara serta dilakukanoleh organisasi yang rapi
dan


tertutup.

Dengan

demikian,

strategi

penangulangan

dan

pemberantasannya harus secara khusus pula. Oleh karena itu, diperlukan
profesionalisme dan kehandalan para penegak hukum untuk memahami
ketentuanhukumnya dan melakukan penegakan hukum yang konsisten dan
berkesinambungan seluruh lapisan masyarakat, sehingga diharapkan tindak
pidana perdagangan orangini dapat ditekan bahkan di berantas.
2. Kajian Pustaka
2.1. Pengertian Trafficking In Persons (Perdagangan Orang).

Saat ini pengertian Trafficking yangumumnya paling banyak dipakai adalah
pengertian yang di ambil dari Protokol PBBuntuk mencegah, Menekan dan
Menghukum Pelaku Trafficking terhadap Manusia, khususnya perempuan dan
Anak(selanjutnya

disebut

pengertiantrafficking

ialah:

Protokol

Trafficking).

perekrutan,

Dalam

pengangkutan,


Protokol

ini

pemindahan,

penyembunyian ataupenerimaan seseorang, melalui penggunaan ancaman
atau tekanan atau bentuk-bentuk lain dari kekerasan, penculikan, penipuan,
kecurangan, penyalahgunaan kekuasaan, atau posisi rentan atau memberi/

menerima pembayaranatau memperoleh keuntungan kendali atas orang lain
tersebut, untuk tujuaneksploitasi.
Definisi trafficking ini juga dapat dijumpai pada Pasal 3 Protokol Palermo
mendefinisikan trafficking manusia sebagai berkut :
1. Trafficking manusia pada manusia berarti perekrutan, pengiriman
kesuatu tempat, pemindahan,penampungan atau penerimaan melalui
ancaman, atau pemaksaan dengan kekerasanatau dengan cara-cara
kekerasan lain, penculikan, penipuan, penganiayaan, penjualan, atau
tindakan

penyewaaan

untuk

mendapatkan

keuntungan

atau

pembayaran tertentu untuk tujuan eksploitasi, Eksploitasi, setidaknya,
mencakup eksploitasi melalui pelacuran,melalui bentuk lain eksploitasi
seksual, melalui kerja paksa atau ,memberikanlayanan paksa, melalui
penghambaan atau melalui pemindahan organ tubuhnya.
2. Persetujuankorban trafficking manusia atas eksploitasi yang di maksud
pada sub ayat (a)pasal ini menjadi tidak relevan apabila digunakan
sarana yang di maksud padasub-ayat (a).
3. Perekrutan,pengangkutan,

pemindahan,

penampungan

atau

penerimaan seorang anak di maksud eksploitasi dianggap sebagai
‘traffficking manusia’ meskipun apabila hal ini tidak mencakup salah
satu sarana yang termaktub pada sub-ayat (a) pasal ini.

Ada tiga unsur atau elemen suatu perbuatan dapat dikatakan sebagai
tindak pidana perdagangan orang, yakni :
1. Gerakan/pemindahan (movement).
2. Caranya

(means)

termasuk

pemaksaan,

kekerasan,penipuan,

pengelabuhan, penculikan, penyekapan, penyalahgunaan kekuasaan.
3. Untuk tujuan eksploitasi dan semacamnya, termasuk praktik yang
serupa dengan perbudakan.
Pemindahan orang dari suatu tempat lain, bisa jugaterjadi pada tindak
pidana penyelundupan orang berbeda dengan tindak pidanapenyelundupan
orang (smuggling migrant), namun tindak pidana penyelundupanberbeda
dengan tindak pidana perdagangan orang berbeda dengan tindak pidana
perdagangan orang perbedaannya adalah pada cara dan tujuan pemindahan
serta lamanya hubungan. Penyelundupan orang adalah hal mengenai
seseorang yangmembayar untuk dikirim dari titik A ke titik B. Hubungan
antara penyelundup danyang diselundupkan berakhir setelah yang di
selundupkan telah sampai pada titikB. Pada perdagangan orang, yang
diperdagangkan telah pula pada titik B.Kekuatan untuk memindahkan
didasari pada tujuan eksloitasi. Penyelundupan orang sering dianggap tidak
terkait dengan pelanggaran HAM dalam MasyarakatInternasional, namun
terkait dengan kejahatan Transnasional, namun keamanan Internasional, dan
masalah keimigrasian.

2.2. Realitas Trafficking In Persons di Indonesia.

Dalam pertemuan work-shop tentang Legislation and Protect
Victims,

ProsecuteTrafficking,

diselenggarakan

pada

Agustus

and

23-25

Prevent
tahun

2005

Trafficking
di

Manila,

yang
sudah

diindikasikan bahwa Inddonesia di nyatakan sebagai negara yang melakukan
pengiriman (sending country) dan penerimaan orang yang diperdagangkan
(reciving country) untuk wilayahdomestic antar pulau/antar kota

Faktorkemiskinan di pedesan, besranya angka penganguran dan
terbatasnya lapangankerja di dalam negeri dilaporkan telah mendorong
perempuan dan anak meninggalkan kampung halaman untuk bekerja diluar
negeri demi mendapatkan kehidupan yang layak bagi diri sendiri dan
keluarganya.

Menurut data Depnakertrans, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) tersebar di
kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, Amerika dan Eropa. Sepanjang tahu
2001 sekurang-kurangnya mencapai 480.393 orang. Jumlah TKI hingga
September 2003 mencapai 1.78.872 orang dan penempatan tenaga kerja
keluar negeri merupakan proses yang sangat rawan akan terjadinya
perdagangan orang. Diperkirakan 20persen dari TKI terjebak dalam jaur
ilegal dan 2 persen mengalami kekerasan.

Perdagangan perempuan dan anak, juga berkaitan dengan persoalan
anak-anak yang dinikahkan (dibawah delapan belas tahun), minimnya
pendidikan khususnya,anak perempuan,dan cara pandang masyarakat yang
masih bias gender sehingga menempatkan perempuan sebagai nomor dua
atau objek seksual, Budaya yang menempatkan anak-anak menjadi korban,
terutama jika orang tua terlilit utang, Berbagaiupaya mulai dari pencegahan,
penanganan kasus, pemulihan, dan reintegrasi korban sendiri masih
menghadapi berbagai persoalan. Seperti yang diketahui dalam penanganan
kasus, hingga saat ini belum ada peraturan perundangan yang spesifik
mengatur mengenai perdagangan orang.

2.3. Larangan Manusia Diperdagangkan
Dalam dunia perdagangan kita tahu ada yang boleh didagangkan dan
ada yang tidak boleh di dagangkan semua itu diaturdalam aturan yang
disebut hukum Kambingboleh di perdagangkan tetapi ganja tidak boleh
dalam hal ini manusia pun telahdilarang untuk diperdagagngkan? Padahal
seperti sudah di kemukakan di atas,perdagangan manusia sudah sejak dulu
ada di muka bumi ini secara universal manusia dilarang mengeksploitasi
manusia dalam bentuk apapun, ini terdapat dalam Pasal 4 Undang-undang
No. 39 Tahun 1999 tentang hak asasi manusia menyatakan : Hak untuk
hidup, hak untuk tidak di siksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati

nurani, hak beragama, hak untuk tidak di perbudak, hak untuk diakui
sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum.
Sebelumnya Peraturan yang mengatur tentang larangan perdagangan
orang (trafikking) sebetulnya sudah ada, antara lain.
1. Pasal

297

KUHP

:

Memperdagangkan

perempuan

dan

memperdagangkan laki-laki yang belum dewasa, dihukum penjara
paling lama enam tahun.
2. Pasal 324 KUHP : barang siapa dengan ongkos orang lain menjalankan
perdagangan budak belian atau melakukanperbuatan perdagangan
budak belian atau dengansengaja turut campur dalam segala sesuatu
itu,baik dengan langsung itu, baik dengan langsung maupun tidak
langsung di hukumpenjara paling lama 12 tahun.
3. Pasal 329 KUHP : barang siapa dengan sengaja dan dengan melawan
hukum membawa orang keempat laian daripada yang dijanjikan, yaitu
orang yang telah membuat perjanjian untuk melakukan sesuatu
pekerjaan dalm suatu tempat tertentu, dihukum penjara paling lama 7
tahun.
4. Undang Undang RI. nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia,
pasal 20 (1) Tidak seorang pun boleh diperbudak atau diperhamba : (2)
Perbudakan atau perhambaan. Perdagangan budak, perdagangan
wanita, dan segala perbuatan berupa apapun yang tujuannya serupa
dilarang

5. Konvensi ILO Nomor 29 tahun 1930; perdagangan perempuan adalah
salah satu bentuk pelangggaranhak asasi manusia di mana perempuan
di paksa untuk bekerja dalam kegiatan seksyang melawan moral dan
kultur umat manusia.
6. Undang undang R.I nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak,
pasal 83: Setiap orang yangmemperdagangkan, menjual atau menculik
anak untuk diri sendiri atau untuk dijual, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 15 Tahun dan paling singkat 3tahun dan denda
paling banyak Rp. 300.000.000,- ( tiga ratus juta rupiah ) danpaling
sedikit Rp. 60.000.000,- ( enam puluh juta rupiah ).
7. Undang Undang R.I nomor 23 tahun 2002 Pasal 85 : (1) Setiap orang
yang melakukan jual beli organ tubuh dan / atau jaringan tubuh maka
dipidana dengan pidanapenjara paling lama 15 tahundan/atau denda
paling banyak Rp. 300.000.000,- ( tiga ratus juta rupiah ). Ayat 2 :
setiap orang yang secara melawan hukum melakukan pengambilan
organ tubuhdan/atau jaringan tubuh anak tanpa memperhatikan
kesehatan anak, ataupenelitian kesehatan yang menggunakan anak
sebagai

obyek

penelitian

tanpa

seizin

orang

tua

atau

tidak

mengutamakan kepentingan yang terbaik bagi anak, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 10 tahun dan/atau denda palingbanyak
200.000.000,- ( dua ratus juta rupiah ).
8. Undang Undang R.I nomor 23 tahun 2002 Pasal 88: Setiap orang yang
mengeksploitasi ekonomi atau social anak dengan maksud untuk

menguntungkandiri sendiri atau orang lain, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 10 tahun dan/atau denda paling banyak Rp.
200.000.000,- ( dua ratus juta rupiah ).
2.3. Sulitnya Mencegah Praktek Perdagangan Perempuan dan Anak
Penduduk Indonesia terdiri dari lebih 230 juta orang dan lebih dari
setengahnya adalah kaum perempuan termasuk anak-anak. Pada situasi
sekarang mereka adalah manusiayang rentan. Dengan demikian kaum
perempuan dan anak-anak sangat rawan untuk menjadi korban kejahatan
perdagangan manusia. Besarnya jumlah penduduk merupakan sumber
empuk bagi perdagangan manusia dengan masih rendahnya tingkatan
ekonomi dan pendidikan sebagian masyarakat Indonesia.

Perkembangan dunia usaha, perdagangan, perkebunan dan industri
yang memerlukan tenaga kerja yang banyak, yang demi memperoleh
keuntungan

maksimal

mempekerjakan

tenagamurah

termasuk

kaum

perempuan dan anak-anak. Ditambah lagi adanya orang atau sindikat
kejahatan yang memaksa secara halusperempuan dan anak-anak untuk
diperdagangkan,

menunjukan

belum

mampunyapemerintah

khususnya

penegak hukum dalam menangani kejahatan ini secara maksimal.Hal ini
menyebabkan praktek perdagangan perempuan dan anak-anak terus
berlangsung dan semakin pesat berkembang.

Aturan hukum yang ada juga membuat masyarakat maupun penegak
hukum mempunyai interpretasi yang berbeda. Selain dapat diinterpretasikan
berbeda, aturan hukumnya pun ada beberapa. Dalam Undang Undang R.I
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, jelas bahwa anak yang
dilarang diperdagangkan. Sedang pasal 297 KUHP ( sudah dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku oleh UU No. 21 Tahun 2007 tentang pemberantasan
Tindak Pidana Perdagangan Orang ) yang menyatakan : memperdagangkan
perempuan dan memperdagangkan laki-laki yang belum dewasa, dihukum
penjara paling lama 6 tahun, mempunyai arti bahwa hanya perempuan dan
anak laki-laki belum dewasa yang tidak boleh diperdagangkan. Laki-laki
dewasa boleh diperdagangkan.
Pasal 324 KUHP ( juga sudah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku oleh
Undang undang No. 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Perdagangan Orang ), menyatakan Barang siapa dengan ongkos sendiri atau
ongkos orang lain menjalankan perdagangan budak belian atau melakukan
perbuatan perdagangan budak belian atau dengan sengaja turut campur
dalam segala sesuatu itu, baik dengan langsung maupun tidak langsung
dihukum

penjara

paling

lama

12

tahun.

Pasal

ini

hanya

melarang

memperdagangkan budak belian. Artinya kalau manusia itu bukan budak
belian diperbolehkan.Pasal 329: Barang siapa dengan sengaja dan dengan
melawan hukum membawa orang ketempat lain dari pada yang dijanjikan,
yaitu orang yang telah membuat perjanjian untuk melakukan sesuatu
pekerjaan dalam suatu tempat tertentu, dihukum penjara paling lama 7

tahun. Karena perdagangan manusia merupakan tindak kejahatan. Maka
perjanjian tidak dibuat tertulis. Dan selanjutnya, untuk membuktikan adanya
perjanjian tentunya sulit bagi para penegak hukum,
Undang Undang R.I nomor 39 tahun 1999 Pasal 20: (1) Tidak seorang
pun boleh diperbudak atau diperhamba: (2) Perbudakan atau perhambaan,
Perdagangan budak, Perdagangan wanita, dan segala perbuatan berupa
apapun yang tujuannya serupa, dilarang.

Manusia yang tidak boleh

diperdagangkan disini adalah budak dan wanita.Artinya laki-lakidan bukan
budak boleh diperdagangkan.
Undang Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana

Perdagangan

dikenukakan

diatas:

Orang,

memberikan

Perdagangan

definisi

orang

sebagaimanatelah
adalah

tindakan

perekrutan,pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau
penerimaan seseorangdengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan,
penculikan, penyekapan, pemalsuan,penipuan, penyalah gunaan kekuasaan
atau posisi rentan, penjeratan utang atau memberi bayaran atau manfaat,
sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas
orang lain tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar
negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.

Bagaimana jika korban merasa tidak diperlakukan sebagaimana dinyatakan
dalam definisi tersebut? Misalnya anakperempuan (dibawah usia 18 tahun)
dari keluarga miskin mencari kerja sebagai pembantu rumah tangga

kemudian minta tolong kepada “penyalur” untuk mencarikanmajikan.
Kemudian ternyata anak tersebut dieksploitasi.Apakah dalam kasus ini telah
terjadi perdagangan orang?. Pasal 5 UU Nomor 21 Tahun 2007 tentang
Pemberantasan

Orang

menyatakan

Setiap

orang

yang

melakukan

pengangkatan anakdengan menjanjikan sesuatu dengan maksud untuk
dieksploitasi dipidana denganpidana penjara paling lama 15 tahun dan
pidana denda paling sedikit Rp.120.000.000,- ( seratus dua puluh juta rupiah
) dan paling banyak Rp.600.000.000,- ( enam ratus juta rupiah ). Bagaimana
jika pengangkatan anak tidak bermaksud untuk dieksploitasi tetapi suatu
waktu dieksploitasi? Bagaimana jika ada orang tua memberikan anaknya
kepada orang lain (adopsi) dengan maksudagar anaknya mendapat asuhan
yang lebih baik dan orang tua anak tersebut mendapat imbalan uang?

2.4. Permasalahan Hukum Yang Timbul dalam Kasus Perdagangan
Orang.
Sebenarnya sebelum terbit Undang undang R.I No. 21 tahun 2007
tentang

Pemberantasan

Tindak

Pidana

Perdagangan

Orang

misalnya

beberapa Pasal dalam KUHP, Undang-undang tentang HAM, dan undangundang lainnya yang berupaya memberikan perlindungan dari bentuk
kejahatan ini. Namun,sayangnya kesemua peraturan tersebut masih terlalu
sempit dan belum mampu menjerat tindakan Trafficking. Memperhatikan
lingkup luas dan karakteristik tindak pidana perdagangan orang, maka

pemberantasan tindak pidana ini tidak bisa dilakukan dengan tindakan biasabiasa saja. Namun, sayangnya sampai saat ini, hasil dan reaksi atas
penanganan

kejahatan

perdagangan

orangmasih

belum

memadai.

Pemberantasan tindak pidana perdagangan orang terkesanhanya melakukan
program yang biasa-biasa saja, seakan-akan kejahatan ini bisaditangani
seperti

menangani

masalah

kejahatan

biasa

(ordinary

crimes)

yang

individual, tidak terorganisir, dan berskala sangat local.semestinya dengan
memposisikan

kejahatan

kejahatantransnasional,

perdagangan

maka

berbagai

orang

sebagai

kesiapan

bagian

hukum,

dari

procedural,

kerjasama operasi,kemampuan tekhnis, pemecatan jaringan sindikat dan
kaki tangannya, sudah bisa dikembangkan untuk dioperasionalisasikan.
Jika pemberantasan kejahatan perdagangan orang, secara de facto,
masih mengambil arah seperti mengenai masalah sosial biasa, maka sulit
diperoleh kepastian Indonesia bebas dari kejahatan perdagangan orang.
Dengan telah berlakunya UU No. 21 tahun 2007 cukup lama,
seharusnya memberikan peluang yang lebih besar untuk mengungkap dan
menghambat perkembangan kejahatan ini. Bentuk kejahatan ini memang
menggiurkan bagi pelakunya, karena dapat mendatangkan pemasukan yang
banyak. Di tengah situasi ekonomi dan minimnya lapangan kerja dewasa ini
menjadikan bentuk kejahatan ini akan lebih berkembang.
Ditinjau dari ancaman hukuman bagi para pelaku atau yang terkait
dengan bisnis ini,ancaman hukumnya sudah cukup menakutkan, namun satu
hal

yang

harus

diperhatikanbahwa

bentuk

kejahatan

ini

merupakan

kejahatan yang melibatkan banyak pihakdengan wilayah dan negara yang
sangat mungkin berbeda, sehingga bagi yangterkait dalam penanganan
bentuk kejahatan ini, khususnya yang termasuk dalamsystem peradilan
pidana

(criminal

justice

system),

polisi,

jaksa,

hakim,

lembaga

pemasyarakatan, harus benar-benar teliti dan berhati-hati dalam memeriksa
perkara ini.
Khususnya bagi hakim sebagai penentu terakhir dalam memvonis
bentuk kejahatan ini, harus berhati-hati dan selektif dalam memeriksa
perkara ini, karena sifat kejahatan ini yang melibatkan orang banyak,
sindikat atau organisasi kejahatan, maka hakim harus jeli memeriksa unsurunsur

perbuatan

mengungkap

pidana

fakta

dalam

peristiwa

kejahatan
dalam

ini.

Apalagi

persidangan

dalam
dimana

upaya
saksi-

korbanmenjadi sumber informasinya, maka melihat kondisi psikologis dan
trauma yangdialami korban, maka pengadilan harus memberikan perlakuan
tersendiri bagi parakorban kejahatan ini. Yang terpenting adalah bagaimana
memberikan kepercayaandiri bagi para korban sehingga mereka dapat
mengemukakan kejadian yang telah menimpanya, demikian juga adanya
rasa aman dan terlindungi bagi diri dankeluarga korban adalah suatu hal
yang harus diyakinkan pada korban, mengingatkejahatan ini merupakan
sindikat yang akan selalu menimbulkan perasaan fearof crime dari para
korbannya. Sehingga upaya pendampingan para korbanadalah suatu hal
yang sangat penting dalam proses pemeriksaan perkara ini.

Pelapor yang demikian itu harus diberi perlindungan hukum dan
keamanan

yangmemadai

atas

laporannya

sehingga

ia

tidak

merasa

terancam atau terintimidasibaik hak maupun jiwanya. Dengan jaminan
perlindungan hukum dan keamanan tersebut, diharapkan tercipta suatu
keadaan yang memungkinkan masyarakat tidaklagi merasa takut untuk
melaporkan suatu tindak pidana yang diketahuinya kepadapenegak hukum,
karena khawatir atau takut jiwanya terancam oleh pihak tertentu. Bentuk
kejahatan ini biasanya akan meninggalkan trauma mendalam bagi para
korbannya. Hal ini juga harus mendapat perhatian dari hakim, khususnya
terkait dengan hak-hak korban kejahatan ini.
Pengertian korban sendiri dalam UU ini adalah seseorang yang
mengalami penderitaan psikis,mental, fisik, seksual, ekonomi, dan atau
social, yang diakibatkan tindakpidana perdagangan orang (pasal 1 ayat
3).Terkait dengan hak-hak korban dalam UU ini ada dua hak yang bisa
diberikan kepada korban yang disebut dengan restitusi dan rehabilitasi.
Restitusi adalahPembayaran ganti kerugian yang dibebankan kepada pelaku
berdasarkan

putusanpengadilan

yang

berkekuatan

hukum

tetap

atas

kerugian materil dan atauimmaterial yang diderita korban atau ahli warisnya
( pasal 1 ayat 13 UU No. 21tahun 2007 ), sedangkan Rehabilitasi Pemulihan
dari

gangguan

terhadap

kondisifisik,

Fsikis,

dan

social

agar

dapat

melaksanakan perannya kembali secara wajarbaik dalam keluarga maupun
dalam masyarakat ( pasal 1 ayat 14 ).

Salah satu tahapan penting dari tugas hakim dalam memeriksa perkara
adalah tahap pembuktian, dalam UU ini terkait masalah saksi disebutkan
dalam pasal 30,Cukup keterangan satu saksi korban saja disertai satu alat
bukti sah yang lain.Aturan ini menjadikan hakim harus benar-benar teliti dan
selektif dalam memeriksa saksi korban ini, hal ini untuk menghindari
terjadinya kesalahan dalam mengungkap fakta hukum. Apalagi pada pasal
34 dikatakan bahwa :
a. Saksi/korbanyang tidak dapat dihadapkan di persidangan
b. Keterangan saksi dapat diberikan :
- Secara jarak jauh – teleconference.
- Melalui alat komunikasi audio visual.
Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi hakim untuk
memeriksa alat bukti dengan sebaik-baiknya. Selain upaya penyiapan jerat
hukum tersebut, sewajarnyalah semua lapisan masyarakat juga turut
membantu dalam upaya pencegahan hingga pemberantasan tindak pidana
traffickingini.

Tidak

hanya

aparat

penegak

hukum

saja

yang

harus

memahami trafficking maupunkejahatan pada perempuan lainnya, akan
tetapi diharapkan semua, lapisan masyarakat juga turut serta membantu.
3. Penutup
3.1 Kesimpulan
Dari uraian singkat diatas, dapat dikatakan bahwa perdagangan orang,
khususnyaperempuan

dan

anak-anak,

masih

disebabkan karenaberbagai faktor, antara lain :

akan

tetap

berlangsung

1. Ketidakberdayaan atau kerentanan perempuan dan anak-anak, karena
antara lain: Faktor ekonomi, Fisik, hancurnya ikatan keluarga/perceraian.
2. Masih adanya manusia Kanibal bentuk modern yang membutuhkan
(demand) manusia untuk pemuas nafsu seks, diperbudak, diambil organ
tubuhnya, atau kepentingan tertentu yang terselubung.
3. Tidak berjalannya aturan hukum yang sudah ada, sehingga para
pedagang manusia leluasa untuk mencari keuntungan. Tidak berjalannya
aturan hukum karena antara lain beberapa faktor :


Perdagangan

orang

merupakan

kegiatan

yang

terselubung

dan

terorganisir;


Perdagangan orang memberikan keuntungan pada aparat yang terlibat
dalampembuatan KTP/Paspor/Dokumen Palsu,



Para penegak hukum belum bekerja maksimal.

3.2. Saran
1. Dalam

rangka

menumbuhkan

partisipasi

masyarakat

untuk

mengungkap tindak pidana ini, harus diciptakan iklim yang kondusif
dari para penegak hukum, dengan cara memberikan keyakinan
masyarakat

akan

perlindungan

hukum

dan

keamananan

yang

mengetahui atau menemukan suatu hal yang dapat membantu
mengungkap tindak pidana yang telah terjadi dan melaporkan hal
tersebut kepada penegak hukum.

2. Adanya pendampingan secara maksimal dari LSM yang terkait, yang
ditunjuk oleh penegak hukum atau dipilih sendiri dari keluarga korban.
3. Karena perekrutan perempuan dan anak ini terjadi di desa desa yang

penduduknya mayoritas buta hukum dan memiliki perekonomian yang
rendah maka, penegak hukum, pemerintah daerah dibantu masyarakat
yang sadar hukum lebih sering turun ke jalan untuk mensosialisasikan
hal tersebut.membuat audio visual yang dapat ditonton banyak
masyarakat desa tentang bahaya dari sindikat trafficking.