KAJIAN PENDEKATAN ORGANISASI KLASIK BIRO
KAJIAN PENDEKATAN ORGANISASI KLASIK BIROKRATIK
Oleh :
KARIM ABDUL JABBAR
LUKMANUL HAKIM
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk multidimensional, oleh karena itu banyak julukanjulukan yang diberikan kepadanya, misalnya manusia sebagai makhluk ekonomi
(homo economicus), makhluk sosial (homo social), makhluk berfikir (homo
safien), makhluk bekerja atau bermain (homo luden), makhluk yang menggunakan
alat (homo faber), makhluk yang suka bersenang-senang (homo hedonisme),
makhluk yang suka menggunakan lambang-lambang (homo simbolicum),
makhluk yang suka menindas makhluk lainnya (homo homini lupus), makhluk
iptek, makhluk imtaq, dan makhluk organisasional.1
Manusia adalah makhluk organisasi. Oleh karena itu begitu ia dilahirkan ke
dunia, ia menjadi anggota organisasi genetis yang disebut anggota organisasi
keluarga. Bahkan, organisasi itu sudah ada sebelum kita dilahirkan karena
kelahiran kita juga akibat hasil dari organisasi perkawinan. Disamping itu begitu
manusia lahir ia juga langsung menjadi anggota rukun tetangga, rukun warga,
kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi dan warga negara Indonesia bahkan
menjadi warga dunia.
Jadi manusia sejak dilahirkan sampai kematiannya tidak dapat dipisahkan dari
organisasi. Manusia adalah makhluk organisasional karena sejak lahir manusia
tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Organisasi dibentuk untuk
kepentingan manusia (antroposentris), organisasi sebenarnya diciptakan untuk
1
Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2014).hlm. 168
1
orang bukan orang untuk organisasi. Manusia jangan sampai diperbudak
organisasi, tetapi manusia harus memperbudak organisasi. Organisasi bukan
tujuan, melainkan sebagai alat bagi manusia untuk mencapai tujuan.
Organisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan dan
penghidupan manusia. Setiap hari manusia berhubungan dengan organisasinya.
Walaupun
pengalaman
berorganisasi
itu ada
yang
menyenangkan
dan
menjengkelkan, ada yang positif dan ada pula yang negatif, tetapi manusia tetap
saja memerlukan organisasi. Adanya pertentangan ini sebagai konsekuensi bahwa
manusia pada hakikatnya tidak sama atau penuh dengan perbedaan.
Perbedaan ini terjadi karena latar belakang pendidikan, pengalaman, status
sosial ekonomi, budaya, usia, dan sebagainya yang berbeda. Tidak ada satupun
manusia yang sama persis, sekalipun mereka kembar. Manusia berbeda terutama
dari sidik jarinya. Yang menyamakan mereka ialah mereka tetap sama-sama
bernama manusia.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka untuk memahami apa itu organisasi dan
teori-teorinya maka pada makalah ini akan menjelaskan tentang :
1. Apa yang dimaksud dengan organisasi menurut para ahli ?
2. Bagaimana pendekatan atau teori-teori organisasi klasik ?
3. Apa yang dimaksud dengan birokrasi menurut para ahli ?
4. Bagaimana pendekatan atau teori-teori birokrasi menurut para ahli ?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masala di atas, makalah ini diharapkan dapat
memberikan informasi sekaligus penjelasan tentang isi dari rumusan makalah
tersebut di atas sehingga memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para
pembaca umumnya dan pelaku atau aktivis organisasi pada khususnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENGORGANISASIAN DAN ORGANISASI
Pengorganisasian ialah (1) penentuan sumber daya dan kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, (2) proses perancangan dan
2
pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut
kearah tujuan, (3) penugasan tanggung jawab tertentu, (4) pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugastugasnya.2 Pengorganisasian ialah pengaturan kerja bersama sumber daya
keuangan, fisik, dan manusia dalam organisasi. Pengorganisasian merupakan
penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya
yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya.3
Mooney, seorang eksekutif General Motors dalam bukunya The Principles of
Organization (1994) mendefinisikan organisasi sebagai kelompok dua orang atau
lebih yang bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk merancang
organisasi perlu memperhatikan empat prinsip, yaitu (1) koordinasi, (2) skalar, (3)
fungsional, dan (4) staf.4
Organisasi berasal dari bahasa Latin, organum yang berarti alat, bagian,
anggota badan. Organisasi adalah struktur birokrasi.5 Organisasi adalah proses
mendesain kegiatan-kegiatan dalam struktur organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan,6 organisasi sebagai respons terhadap makna nilai-nilai
kreatif untuk memuaskan kebutuhan manusia.7 Organisasi ialah sekelompok orang
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. 8 Akhirnya menurut
Organisasi adalah suatu sistem aktivitas yang dikoordinasikan secara sadar oleh
dua orang atau lebih. 9
Berdasarkan berbagai pendapat tentang organisasi diatas, dapat disimpulkan
bahwa yang disebut organisasi ialah proses kerja sama dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi, dalam setiap organisasi
2
Handoko (2003) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 170
3
Handoko (2003) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 170
4
Handoko (2003) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
5
Weber (1968) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 170
6
Wendrich, et al. (1988) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
7
Sutarto (1995) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta
: PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
8
Griffin & Morhead (1996) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
9
Barnard (Anonim, 2000) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
3
terkandung tiga unsur, yaitu (1) kerja sama, (2) dua orang atau lebih, (3) tujuan
yang hendak dicapai.
B. TEORI ORGANISASI KLASIK
Teori organisasi klasik memiliki
asumsi
bahwa
organisasi
selalu
memiliki susunan yang rasional dan logis, baik secara ekonomis maupun
pencapaian efisiensi.
Dengan
kata lain,
bagi
teori
organisasi
klasik
rasionalitas, efisiensi dan keuntungan ekonomis adalah tujuan organisasi.
Sejalan dengan tujuan yang demikian, manusia juga diasumsikan bertingkah
laku atau bertindak secara rasional pula. Jika manusia dipandang sebagai
mahluk yang rasional maka akan mudah bagi pihak manajemen untuk
mencapai
kepentingannya,
terutama
peningkatan
produktifitas
melalui
peningkatan upah dan insentif bagi pihak pekerja.10
Teori Organisasi Klasik memusatkan perhatiannya pada penciptaan suatu
himpunan teknik-teknik yang rasional, yang diperlukan dalam mengembangkan
baik struktur maupun proses dan juga mengarahkan suatu bentuk koordinasi
yang mampu mengintegrasikan hubungan-hubungan antara bagian dari suatu
organisasi. Teori Klasik sangat meyakini bahwa jika teknik dan pendekatan yang
rasional dapat diwujudkan maka organisasi akan dapat berjalan lebih baik
dalam pencapaian tujuan.
Teori organisasi klasik dibedakan atas dua perspektif manajemen, yaitu
manajemen ilmiah dan manajemen administratif.11 Teori organisasi disebut juga
teori administratif atau teori manajemen administratif. Salah satunya bernama
Fayol (1841-1925), Fayol terkenal sebagai Bapak Teori Ilmiah.
Fayol dilahirkan seorang ahli pertambangan dan berasal dari keluarga
aristokratis di Perancis tahun 1841. Ia menjadi manajer utama di pabrik tambang
dan metalurgi yang sangat terkenal di Eropa. Fayol yakin bahwa kesuksesannya
merupakan keterampilan mengembangkan pengalaman dan instrospeksi. Ia
mengemukakan teori dan teknik administrasi untuk mengelola organisasi yang
kompleks dalam bukunya, Administration Industrielle et Generale (1916). Lima
tahun setelah menulis buku ia meninggal dunia. Selanjutnya, buku tersebut
10
(http://elisa.ugm.ac.id BAB 4 Teori-Teori Organisasi.html, diakses tanggal 2 Oktober 2017)
Lunenburg & Ornstein (2000) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 37
11
4
diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul General and Industrial
Management. Fayol membagi operasi perusahaan menjadi enam kegiatan, yaitu
(1) teknik : produksi dan manufacturing produk, (2) komersial : pembelian bahan
baku dan penjualan produk, (3) keuangan : perolehan dan penggunaan modal, (4)
keamanan : perlindungan karyawan dan kekayaan, (5) akuntansi : pelaporan dan
neraca keuangan, pencatatan laba, serta pencatatan statistik, (6) manajerial : dan
teknik-teknik kepemimpinan. Selain itu fayol juga mengetengahkan empat belas
prinsip administrasi yang sangat terkenal, dalam Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1
Empat Belas Prinsip Manajemen Fayol
Komponen
Deskripsi
1. Divisi Kerja
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Objek divisi tugas adalah meningkatkan efisiensi
melalui reduksi hal-hal yang tidak perlu,
meningkatkan output dan menyederhanakan
pelatihan kerja.
Otoritas
Otoritas yang baik untuk memberikan perintah
melalui kekuasaan yang sangat dipatuhi. Otoritas
memberikan
pertanggungjawaban
dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban.
Disiplin
Disiplin menyatakan secara tidak langsung patuh
terhadap peraturan organisasi. Kejelasan pernyataan
persetujuan antara organisasi dan anggotanya sangat
diperlukan, dan disiplin kelompok bergantung
kualitas kepemimpinan.
Kesatuan komando
Setiap anggota harus menerima perintah dari
seorang atasannya. Ketaatan terhadap prinsip ini
menghindarkan pembagian otoritas dan disiplin
Kesatuan arahan
Kegiatan yang sama diarahkan untuk mencapai satu
tujuan harus dikelompokkan bersama oleh seorang
manajer
Subordinat
minat Minat individu dan kelompok dalam sebuah
individu
organisasi tidak melebihi minat organisasi secara
keseluruhan (mengutamakan kepentingan umum
daripada individu)
Penggajian
Kompensasi harus terbuka dan memuaskan anggota
dan organisasinya
Sentralisasi
Manajer harus menguasai tanggung jawab final,
tetapi ia harus memberi bawahannya otoritas yang
cukup untuk melaksanakan tugas dengan sukses.
Kelayakan tingkat sentralisasi akan bervariasi
5
Komponen
9. Rentang kendali
10. Perintah
11. Pemerataan
12. Stabilitas personel
13. Inisiatif
14. Semangat tim
(Esprit de corps)
Deskripsi
tergantung suasana. Hal ini menjadi pertanyaan
bagaimana kelayakan sentralisasi yang dipakai
dalam setiap kasus.
Rentang kendali atau rentang komando adalah
rentang supervisor dari otoritas diatas ke bawahnya.
Garis otoritas harus jelas dan dipatuhi setiap waktu.
Manusia dan sumber daya material harus
dikoordinasikan sesuai tempat dan waktu yang
tepat.
Keinginan pemerataan dan persamaan perlakuan
yang diaspirasikan manajer terhadap seluruh
bawahannya.
Kesuksesan organisasi memerlukan kestabilan
tempat kerja. Manajerial mempraktikkan keharusan
komitmen jangka panjang anggota terhadap
organisasinya.
Anggota harus didorong untuk mengembangkan
dan melaksanakan rencana peningkatan.
Manajer harus mendukung dan memelihara kerja
tim, semangat tim, dan rasa kebersamaan senasib
dan seperjuangan anggotanya.
Menurut Fayol, ada lima fungsi manajemen, yaitu Planning, Commanding,
Coordinating, and Controlling yang disingkat PCCC. Gullick (1992) adalah
seorang yang berpengalaman dibidang industri dan pemerintahan. Ia memperbaiki
14 prinsip manajemen Fayol di atas dan kemudian menuliskannya dalam buku
Papers on the Science pada tahun 1937. Fungsi-fungsi manajemen menurut
Gullick, yaitu
Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,
Reporting, and Budgeting dengan akronim POSDCoRB. Gullick & Urwick telah
menyumbangkan pemikiran yang penting dalam manajemen yang terkenal dengan
teori departementasinya untuk melakukan pengorganisasian.
Urwick (1891-1983) adalah seorang konsultan manajemen. Ia adalah salah
satu murid Fayol yang sangat rajin, yang kemudian menulis buku yang
komprehensif tentang pengetahuan manajemen dengan judul, The Element of
Administration. Dalam buku tersebut, ia mengumpulkan dan menggabungkan
pendapat para ahli seperti Taylor, Fayo, dan seterusnya. Oleh karena itu, ia
6
bukanlah seorang inovator administrasi, tetapi seorang kolektor pendapat tentang
administrasi.
Sheldon (1894-1951) adalah seorang eksekutif Inggris pada tahun 1900-an. Ia
memandang manajemen melebihi pendapat Fayol dan menyarankan agar
manajemen hendaknya memerhatikan dimensi teknik dan etika. Filosofis
manajemennya menyatakan bahwa untuk mencapai efisiensi teknik yang tinggi,
maka yang harus diperhatikan adalah tanggung jawab sosial yang tinggi pula.
Mooney ialah seorang eksekutif General Motors. Dalam bukunya The
Principles of Organization (1947) organisasi sebagai kelompok dua orang atau
lebih yang bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk merancang
organisasi perlu memerhatikan empat prinsip, yaitu (1) koordinasi, syarat adanya
koordinasi meliputi wewenang, saling melayani, doktrin (perumusan tujuan), dan
disiplin, (2) skalar, proses skalar mempunyai prinsip, prospek, dan pengaruh
sendiri yang tercermin dari kepemimpinan, delegasi, dan definisi fungsional, (3)
fungsional, adanya fungsionalisme bermacam-macam tugas yang berbeda, (4)
prinsip staf, kejelasan perbedaan antara staf dan line.12 Kontribusi Mooney bagi
manajemen ialah prinsip staf yang diterapkan di Gereja Katolik. Kesatuan doktrin
yang
diaplikasikan
dalam
organisasi
militer
menegaskan
pentingnya
mengomunikasikan sasaran dan rencana kepada bawahan.
C. PENGERTIAN BIROKRASI
Pengertian birokrasi digunakan
dengan
banyak
istilah
di
bidang
pemerintahan di mana istilah birokrasi diserap dari konsep Yunani kuno.
Negara Eropa yang paling awal membahas birokrasi adalah Perancis dan
tokoh utamanya adalah Vincent de Gournay (1712-1759), seorang ilmuwan
yang banyak menerjemahkan karya-karya besar zaman Yunani Kuno, ke
dalam bahasa Perancis, pada waktu itu. Pada saat itu birokrasi adalah yang
lembaga yang di dalamnya duduk para pejabat, juru tulis, sekretaris,
inspektur, dan manajer, diangkat bukan untuk melayani kepentingan umum,
tetapi untuk mengabdi kepada raja (penguasa). Dalam kedudukan yang
demikian, birokrasi mendapat tanggapan yang negatif dan terkesan kaku serta
12
Mooney dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
7
menyulitkan masyarakat. Bersamaan dengan itu di samping istilah birokrasi
muncul
istilah
yang
menyertainya
yaitu
bureaumania,
yang
berarti
penyakit birokrasi.13
Bila kita mengartikan birokrasi berdasarkan istilah asal kata biro dan kratia,
berarti pengaturan dari meja ke meja. Dalam perbendaharaan bahasa abad ke-18,
biro (bureau) yang diartikan meja tulis, selalu diartikan sebagai di mana para
pejabat bekerja. Dalam bahasa Perancis menjadi Bereaucratie, dalam bahasa
Jerman menjadi Bureaukratia atau Birokrate.14 Sebab itu, terminologi birokrasi
adalah aturan yang dikendalikan lewat meja atau kantor.
Birokrasi berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah
suatu sistem kontrol dalam organisasi yang dirancang berdasarkan aturan-aturan
yang rasional dan sistematis, dan bertujuan untuk mengkoordinasi dan
mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja individu dalam rangka penyelesaian tugastugas administrasi berskala besar (disarikan dari Blau & Meyer, 1971; Coser &
Rosenberg, 1976; Mouzelis, dalam Setiwan,1998).15
Pengertian birokrasi juga dimaksudkan sebagai definisi yang telah
banyak dirumuskan dalam kamus dari beberapa negara sesuai pendapat de
Gournay maupun yang lain-lain sudah sangat jelas dan konsisten. Di bawah
ini diberikan berbagai pengertian birokrasi.
1. Kamus Akademi Perancis mengemukakan kata bereaucratie, yang
dalam
suplemennya
pada
tahun
1798
mengartikannya
sebagai
kekuasaan, pengaruh dari para kepala dan staf Biro Pemerintahan,
2. Kamus Bahasa Jerman edisi 1813, mendefinisikan birokrasi adalah
wewenang atau kekuasaan berbagai departemen pemerintahan dan cabangcabangnya.
3. Kamus Teknik bahasa Italia yang terbit 1828 menyebutkan suatu kata
baru yaitu kekuasaan pejabat di dalam Administrasi Pemerintahan.
4. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia yaitu biro diartikan kantor dan
istilah birokrasi mempunyai beberapa arti:
a. Pemerintahan yang di dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak
dipilih oleh rakyat.
13
Ngadisah, “Pengertian Dan Teori-Teori Klasik Birokrasi,” Biroksasi (n.d.): hlm 4.
Ibid. hlm 5.
15
Sapta Alghifary, “Teori Birokrasi,” accessed October 1, 2017,
http://isakuikikang.blogspot.co.id/2014/04/teori-birokrasi-menurut-max-weber.html?m=1.
14
8
b.
c.
Cara pemerintahan yang sangat dikuasai oleh pegawai negeri.
Cara kerja atau susunan pekerjaan yang serba lambat, serba menurut
aturan, kebiasaan, dan banyak liku-likunya.
Definisi dalam kamus bahasa Indonesia ini nampaknya tidak hanya berusaha
memberikan makna birokrasi tetapi juga istilah turunan yang mengacu pada sifat
atau kebiasaan birokrasi.16
Menurut Safri Nugraha birokrasi ialah alat kekuasaan bagi yang
menguasainya, dimana para pejabatnya secara bersama-sama berkepentingan
dalam kontinuitasnya.17 Birokrasi berhubungan dengan organisasi masyarakat
yang disusun secara ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan, struktur,
dan proses di dalam organisasi. Para teoritikus klasik seperti Fayol (1949), Taylor
(1911), dan Weber (1948), selama bertahun-tahun telah mendukung model
birokrasi guna meningkatkan efektivitas administrasi organisasi. Max Weber
adalah sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi.18
Dengan demikian, birokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan atau
pengaturan yang dilakukan dari meja ke meja secara terpisah. Maksud
dilakukannya peraturan dan pengambilan keputusan secara terpisah-pisah itu
adalah
untuk
menghindarkan
terjadinya
subjektivitas
keputusan
dan
pengawasan pada satu tangan. Demikian pula dalam hal pengangkatan
pejabatnya
tidak
didasarkan
persyaratan-persyaratan
yang
kehendak
objektif,
penguasa,
seperti
tetapi
didasarkan
pendidikan,
keahlian,
pengalaman, dan senioritas.
D. TEORI-TEORI BIROKRASI MENURUT MAX WEBER
Weber tidak pernah mendefinisikan birokrasi secara jelas berdiri sendiri,
tetapi hanya mengemukakan ciri-ciri, gejala-gejala, proposisi-proposisi dan
dari pengalaman yang ia lihat sehari-hari. Weber memandang birokrasi sebagai
arti umum, luas, serta merupakan tipe birokrasi yang rasional. Weber berpendapat
bahwa tidak mungkin kita memahami setiap gejala kehidupan yang ada secara
keseluruhan, sebab yang mampu kita lakukan hanyalah memahami sebagian dari
16
Ngadisah, “Pengertian Dan Teori-Teori Klasik Birokrasi.”hlm 5-6
Takedaozisme, “Konsep Birokrasi,” accessed October 1, 2017,
http://takedaoz.blogspot.co.id/2011/10/konsep-birokrasi-menurut-max-weber.html?=1.
18
Alghifary, “Teori Birokrasi.”
17
9
gejala tersebut. Satu hal yang penting ialah memahami mengapa birokrasi itu bisa
diterapkan dalam kondisi organisasi negara tertentu. Dengan demikian tipe ideal
memberikan penjelasan kepada kita bahwa kita mengabstraksikan aspek-aspek
yang amat penting yang membedakan antara kondisi organisasi tertentu dengan
lainnya.19
Konsep dasar birokrasi tidak bisa lepas dari konsep yang digagas Max Weber
sosiolog
ternama
asal
Jerman
dalam
karyanya
”The
Theory
of
Economy and Social Organization” yang dikenal melalui ideal-type (tipe ideal)
birokrasi modern. Model ini yang sering di adopsi dalam berbagai rujukan
birokrasi berbagai negara, termasuk di Indonesia. Konsepsi birokrasi yang
dikemukakan Max Weber tersebut dilihat dari legitimasi kekuasaan yang ada,
yang kemudian dibagi ke dalam tiga kategori (1947: 57), yaitu
1. Rational-legal authority (Otoritas Legal Rasional) yaitu otoritas dimana
legitimasi yang didasarkan pada keyakinan akan alat hukum yang
diciptakan secara rasional dan juga pada kewenangan seseorang yang
melaksanakan tata hukum sesuai prosedur. Weber yakin bahwa otoritas ini
dapat diandalkan karena ini merupakan bentuk otoritas yang paling
memuaskan dari segi teknis.
2. Traditonal authotiy (Otoritas Tradisional) yaitu otoritas dimana sebuah
legitimasi yang bertumpu pada kepercayaan dan rasa hormat pada tradisi
dan masing-masing pengemban tradisi. Menurut weber otoritas ini
merupakan sarana ketidaksetaraan yang diciptakan dan dipelihara karena
jika tidak ada yang menentang otoritas ini maka pemimpin atau kelompok
pemimpin akan tetap dominan.
3. Charismatic type (Otoritas Kharismatik) yaitu otoritas dimana legitimasi
dilandaskan kepada Karisma yang dimiliki oleh seorang pemimpin
sehingga ia dihormati dan dikagumi oleh pengikutnya.
Konsep umum birokrasi yang dikemukakan oleh Weber dibentuk melalui
kesimpulan dari sejumlah besar bagian-bagian kiasan yang dibuatkannya untuk
itu. Salah satu petunjuk bagi konsep umum Weber tampak dalam identifikasinya
19
Miftah Thoha, Birokrasi Dan Politik Di Indonesia, 1st ed. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005).hlm. 16.
10
terhadap jenis birokrasi patrimonial, disamping jenis birokrasi lain, yaitu birokrasi
rasional.
Birokrasi patrimonial berbeda dengan tipe birokrasi rasional. Birokrasi
patrimonial diangkat berdasarkan kriteria subjektif karena ada hubungan
emosional dengan pejabat yang mengangkat, sedangkan birokrasi rasional
diangkat berdasarkan kriteria
ditetapkan
lebih
dahulu
objektif, yakni
sebelum
seseorang
syarat-syarat
masuk
yang
menjadi
sudah
pegawai
pemerintah. Konsep tentang pejabat merupakan dasar bagi adanya birokrasi
menurut Weber, hal ini terlihat dari seringnya Weber dalam berbagai
kesempatan
menggunakan
beamtentum
(staf
pegawai),
sebagai
suatu
alternatif bagi pengertian birokrasi.20
Walaupun Weber tidak mendefinisikan secara utuh tentang birokrasi
tetapi dari ciri-ciri yang dikemukakan pada berbagai kesempatannya dapat
ditarik
kesimpulan
sebagai
berikut.
Birokrasi
adalah
suatu
badan
administratif tentang pejabat yang diangkat, dan membentuk hubungan
kolektif bagi golongan pejabat itu sebagai suatu kelompok tertentu yang
berbeda, yang pekerjaan dan pengaruhnya dapat dilihat dalam organisasi
tertentu, khususnya menurut prosedur pengangkatannya. Dengan demikian, berarti
bahwa dalam konsep umum tentang birokrasi Weber, bukan hanya terdiri dari
gagasan tertentu tentang kelompok, tetapi juga gagasan tentang bentuk-bentuk
tindakan yang berbeda dalam kelompok tertentu itu.21
Weber juga menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana pemimpin
(superordinat) mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem
birokrasi menekankan pada aspek disiplin. Sebab itu, Weber juga memasukkan
birokrasi sebagai sistem legal-rasional. Legal oleh sebab tunduk pada aturanaturan tertulis dan dapat disimak oleh siapa pun juga. Rasional artinya dapat
dipahami, dipelajari, dan jelas penjelasan sebab-akibatnya.22
Akibatnya, organisasi tidak lagi berjalan secara rasional melainkan sesuai
keinginan pemimpin belaka. Bagi Weber, perlu dilakukan pembatasan atas setiap
kekuasaan yang ada di dalam birokrasi, yang meliputi point-point berikut:23
20
Ngadisah, “Pengertian Dan Teori-Teori Klasik Birokrasi.” hlm. 7.
Ibid. hlm. 8.
22
Alghifary, “Teori Birokrasi.”
23
Setia Basri, “Konsep-konsep Birokrasi menurut Max Weber dan Martin Albrow
21
11
1. Kolegialitas. Kolegialitas adalah suatu prinsip pelibatan orang lain dalam
pengambilan suatu keputusan. Weber mengakui bahwa dalam birokrasi,
satu atasan mengambil satu keputusan sendiri. Namun, prinsip
kolegialitas dapat saja diterapkan guna mencegah korupsi kekuasaan.
2. Pemisahan
Kekuasaan.
Pemisahan
kekuasaan
berarti
pembagian
tanggung jawab terhadap fungsi yang sama antara dua badan atau lebih.
Misalnya, untuk menyepakati anggaran negara, perlu keputusan bersama
antara badan DPR dan Presiden. Pemisahan kekuasaan, menurut Weber,
tidaklah stabil tetapi dapat membatasi akumulasi kekuasaan.
3. Administrasi Amatir. Administrasi amatir dibutuhkan tatkala pemerintah
tidak mampu membayar orang-orang untuk mengerjakan tugas birokrasi,
dapat saja direkrut warganegara yang dapat melaksanakan tugas tersebut.
Misalnya, tatkala KPU (birokrasi negara Indonesia) “kerepotan”
menghitung surat suara bagi tiap TPS, ibu-ibu rumah tangga diberi
kesempatan menghitung dan diberi honor. Tentu saja, pejabat KPU ada
yang mendampingi selama pelaksanaan tugas tersebut.
4. Demokrasi Langsung. Demokrasi langsung berguna dalam membuat
orang bertanggung jawab kepada suatu majelis. Misalnya, Gubernur
Bank
Indonesia,
meski
merupakan
prerogatif
Presiden
guna
mengangkatnya, terlebih dahulu harus di-fit and proper-test oleh DPR.
Ini berguna agar Gubernur BI yang diangkat merasa bertanggung jawab
kepada rakyat secara keseluruhan.
5. Representasi. Representasi didasarkan pengertian seorang pejabat yang
diangkat mewakili para pemilihnya. Dalam kinerja birokrasi, partai-partai
politik dapat diandalkan dalam mengawasi kinerja pejabat dan staf
birokrasi. Ini akibat pengertian tak langsung bahwa anggota DPR dari
partai politik mewakili rakyat pemilih mereka.
Hingga kini, pengertian orang mengenai birokrasi sangat dipengaruhi oleh
pandangan-pandangan Max Weber di atas. Dengan modifikasi dan penolakan di
sana-sini atas pandangan Weber, analisis birokrasi mereka lakukan.
” accessed October 1, 2017, http://setabasri01.blogspot.co.id/2009/05/pengantar.html?m=1
12
E. KARAKTERISTIK ORGANISASI BIROKRASI
Organisasi birokrasi dicirikan sebagai sebuah aparat administratif besar yang
kompleks, yang bekerja dengan melepaskan hubungan pribadi dengan manusia.
Menurut Weber (1948), organisasi birokrasi yang ideal menyertakan delapan
karakteristik struktural proposisi tentang penyusunan sistem otoritas legal sebagai
berikut :
1.
Tugas-tugas pejabat dalam organisasi berdasarkan aturan yang
berkesinambungan. Dengan demikian setiap pejabat akan melaksanakan
tugas sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing yang diatur dalam
aturan yang tegas dan jelas, satu tugas dengan tugas lainnya seirama
menuju satu tujuan akhir. Semua tugas dari sekelompok tugas-tugas
merupakan satu sistem sehingga saling mempengaruhi dan memerlukan
satu sama lain, bukan antara satu sama lain aturannya bertentangan, ini
akan membuat inefisiensi birokrasi. Hal demikian bukan pengertian
“birokrasi” yang dimaksudkan oleh Weber. Weber mengisyaratkan bahwa
2.
birokrasi adalah bekerja dengan efisien dan rasional.
Tugas-tugas tersebut dibagi atas bidang-bidang yang dibedakan
menurut
fungsi, masing-masing dilengkapi dengan syarat otoritas, dan sanksisanksi. Selain tugas diorganisasi agar terjadi keseimbangan gerak dan
tujuan, juga harus dibagi menurut bidang-bidang dan fungsi-fungsi yang
jelas. Satu tugas dengan fungsi yang lain harus dapat ditarik benang
merah secara tegas sehingga hal yang mempunyai wewenang (otoritas)
jelas dan kepada siapa harus mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
telah dikerjakannya sehingga akan terhindar dari pelemparan tanggung
jawab. Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap tugas-tugas itu
akan menjadi jelas, demikian juga jika terjadi kesalahan dalam
melakukan tugas, akan terlihat pihak yang akan dikenai sanksi sehingga
sanksi tidak salah alamat. Bila hal ini terjadi selain melanggar aturan
13
juga melanggar prinsip keadilan sehingga organisasi akan menjadi tidak
efektif karena ada anggota yang sakit hati dan akan mengacaukan
kehidupan organisasi tersebut. Orang-orang yang diperlakukan tidak
adil, sering kali membuat ulah, untuk menghambat tugas atau menjegal
3.
saingannya.
Jabatan-jabatan tersusun secara hierarkis, hak-hak kontrol, dan
komplain di antara mereka terperinci. Dengan demikian, pejabat yang
lebih rendah akan tunduk kepada pejabat yang lebih tinggi sehingga akan
mempermudah pembinaan dan pengawasan pekerjaan yang menjadi
tugasnya. Otoritas masing-masing unit kerja menjadi jelas dari posisi
jabatan/level yang paling tinggi, menengah, maupun level yang lebih
paling rendah. Hal ini akan mempermudah setiap level atasan dalam
menerima pertanggungjawaban dari bawahannya. Demikian juga hak-hak
pegawai/anggota organisasi dan keluhan-keluhan diatur secara jelas,
tertulis, dan terperinci. Jika sistem demikian yang berlaku pada
organisasi birokrat maka semua persoalan yang terjadi akan dapat
terpecahkan, dan sebaliknya jika komunikasi tidak berjalan maka
hambatan akan mengganggu jalannya organisasi. Aliran informasi dari
atas berupa instruksi, peraturan, teguran, sanksi, petunjuk, keterangan
umum, perintah, dan pujian, sedangkan komunikasi dari bawah berupa
laporan/report, keluhan, saran dan pendapat. Komunikasi horizontal
berupa pemantapan, pendapat umum, kesepakatan opini, kejelasan
4.
informasi, dan lain-lain.
Aturan-aturan yang sesuai dengan pekerjaan diarahkan baik secara
teknis maupun secara legal. Aturan-aturan yang berkaitan dengan uraian
tugas pekerjaan dalam organisasi diatur dalam bentuk susunan organisasi
dan tata kerja organisasi. Di sini aturan terlihat dengan jelas dan tegas,
fungsi dan wewenang masing-masing bagian maupun masing-masing
pejabat dan anggota organisasi lainnya. Sehingga akan terhindar dari
tumpang tindih pekerjaan atau tugas bagian lain dikerjakan oleh yang
bukan wewenangnya sehingga pada satu bagian menumpuk sedangkan
pekerjaan di pihak lain ada bagian yang kurang pekerjaan maka akan
14
terjadi
ketidakseimbangan
produktivitas
dan
mengakibatkan
kecemburuan sosial dalam organisasi tersebut. Apalagi pekerjaan itu
menyangkut urusan yang berkaitan dengan keuangan, dengan banyaknya
pekerjaan akan mendapat kompensasi gaji ekstra maka yang kurang
pekerjaan tidak mendapat gaji ekstra (uang lembur). Jadi, dalam
pekerjaan diperlukan spesialisasi kerja agar produktivitasnya tinggi dan
efisien. Sementara itu, yang dimaksud diarahkan secara legal adalah
pembinaan terhadap pegawai sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
organisasi itu. Sementara itu, diarahkan secara teknis adalah dibina
dan dibimbing setiap waktu atau berkala dalam melakukan pekerjaan.
Jika ada yang belum bisa bekerja dengan baik dibina agar menjadi lebih
baik dan jika salah dibetulkan sesuai dengan arah aturan yang legal
sehingga seirama dengan tujuan organisasi. Untuk pembinaan secara
teknis maupun secara legal tentu diperlukan orang-orang yang sudah
senior, berpengalaman di bidangnya cukup lama, sekaligus menguasai
materi/pekerjaan yang sesuai aturan (standar yang berlaku) dan oleh
5.
orang atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu.
Sumber-sumber daya organisasi sangat berbeda dengan yang berasal
dari para anggota sebagai individu pribadi. Termasuk sumber daya
organisasi adalah orang-orangnya dengan segala kemampuannya dan
juga materi sebagai sarana pencapaian tujuan organisasi itu. Di mana
setiap anggota organisasi mempunyai latar belakang yang berbeda satu
sama lain, misalnya tingkat pendidikan, adat istiadat, norma, suku
bangsa, asal daerah. Jika tidak dibina dengan baik akan terjadi
ketidakserasian gerak dan nepotisme yang akan berakibat hubungan
antaranggota organisasi kurang harmonis. Proses pembinaan pegawai
merupakan pekerjaan para pejabat atau yang mempunyai otoritas, dan ini
perlu
dilakukan
secara
berkala.
Kepentingan
pribadi
harus
dikesampingkan, mendahulukan kepentingan organisasi, walaupun
mungkin bertentangan dengan individu-individu anggota organisasi.
Dengan demikian, para anggota organisasi harus dapat menjalankan
15
tugas-tugas yang legal yang sudah menjadi aturan yang tertulis dan
berlaku pada organisasi itu. Kesemuanya ini harus ada yang
6.
menggerakkan, yaitu orang yang mempunyai otoritas.
Pemegang jabatan sesuai dengan kompetensinya. Maksudnya adalah
jabatan-jabatan dalam organisasi dipegang oleh orang-orang yang sesuai
dengan kemampuannya, baik latar belakang pendidikan, keahlian
maupun tingkat penguasaannya. Sesuai dengan bidang tugasnya sehingga
selama menjabat pada jabatan tertentu ia akan dapat melaksanakan tugas
secara efektif. Penguasaan tugas tidak hanya cukup dilandasi oleh latar
belakang pendidikan dan pengalaman saja,tetapi juga harus didukung
oleh keterampilan teknik dan perilaku yang sesuai dengan tuntutan
jabatan tersebut. Makna kompetensi adalah gabungan antara ilmu
pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan perilaku yang dibutuhkan
7.
oleh jabatan yang diembannya.
Administrasi didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis. Pernyataan itu
dimaksudkan semua kegiatan dan kejadian dalam organisasi sepanjang
yang bisa ditulis harus didokumentasikan, diarsip secara kronologis
menyangkut pekerjaan atau hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan,
termasuk jenis dan bentuk sanksi-sanksi, aturan-aturan yang berlaku
dalam organisasi itu. Hal yang demikian merupakan ciri organisasi
modern, kesemuanya ini dimaksudkan agar semua kegiatan dapat
terpotret dengan jelas bila sewaktu-waktu dibutuhkan sebagai bahan
laporan, sebagai data untuk melihat kesulitan-kesulitan masa yang sudah
lewat dan juga kegagalan-kegagalan yang pernah dialami. Selain itu,
dokumentasi dimaksudkan sebagai data masa lalu yang sangat
bermanfaat bagi pembuatan rencana yang akan datang. Data organisasi
terkadang diperlukan oleh pihak-pihak di luar organisasi, baik untuk
kepentingan praktis maupun untuk kepentingan ilmiah, misal untuk
penelitian-penelitian, bahan kajian dalam membuat karya tulis ilmiah
8.
mahasiswa, skripsi, tesis, maupun disertasi.
Sistem otoritas legal dapat mengambil banyak bentuk, tetapi dilihat dari
bentuk aslinya ialah sebuah staf administrasi birokratis. Arti staf
16
administrasi birokratik adalah adanya otoritas berjenjang, yang
mengandung konsekuensi pelaporan dan tanggung jawab secara
berjenjang pula. Setiap biro mempunyai wewenang dan tanggung jawab
sebagaimana tertuang dalam surat keputusan/pembentukannya atau
diatur dengan surat keputusan lain yang menjadi sumber legalitas bagi
biro atau lembaga tertentu.24
F.
KETERBATASAN TEORI ORGANISASI KLASIK DAN BIROKRASI
Seperti halnya dengan pendekatan manajemen ilmiah, pendekatan teori
organisasi klasik pun tidak luput dari kritikan. Kritik terhadap teori birokrasi
antara lain (1) merangsang berfikir yang mengutamakan konformitas dan
formalitas, (2) merupakan rutinitas yang membosankan, (3) ide-ide inovatif tidak
sampai kepada pengambil keputusan karena panjangnya jalur komunikasi, (4)
tidak memperhitungkan organisasi nonformal yang seringkali lebih berpengaruh
kepada organisasi formal, (5) dijalankan secara berlebihan sehingga terjadi overbureaucratization, (6) kecenderungan menjadi parkinsonian, yaitu terlalu banyak
atauran yang berbelit-belit (simpul-simpul birokrasi) yang diatur oleh orang-orang
yang menjadikan simpul-simpul birokrasi untuk menyelewengkan wewenang, dan
(7) kecenderungan menjadi orwelian, yaitu keinginan birokrasi mencampuri (turut
melaksankan) bukan mengendalikan urusan.
Teori-teori organisasi hanya cocok untuk zamannya yang ketika itu organisasi
relatif stabil dan lingkungan dapat diramalkan. Teorinya sangat abstrak dan sukar
diterapkan untuk pengambilan keputusan. Selain itu saling bertentangan dengan
unsur lainnya, misalnya prinsip pembagian tugas bertentangan dengan adanya
prinsip satu komando. Meskipun teori organisasi klasik mendapat kritikan, tetapi
masih dipakai oleh sebagian orang dalam berorganisasi. Hal tersebut juga menjadi
dasar bagi perkembangan teori-teori berikutnya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
24
Ngadisah, “Pengertian Dan Teori-Teori Klasik Birokrasi.”
17
Dari paparan atau penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa sesuai dengan makalah “Teori-Teori Organisasi Klasik dan Birokrasi”
penulis menyimpulkan bahwa :
1. Teori Organisasi Klasik memusatkan perhatiannya pada penciptaan
suatu himpunan teknik-teknik yang rasional, yang diperlukan dalam
mengembangkan baik struktur maupun proses dan juga mengarahkan
suatu bentuk koordinasi yang mampu mengintegrasikan hubungan2.
hubungan antara bagian dari suatu organisasi.
Teori Organisasi Birokratik Weber tidak pernah secara spesifik
membangun sebuah teori birokrasi. Weber hanya mengamati organisasi
negara yang dijalankan sebuah dinasti di masa hidupnya. Birokrasi
tersebut bercorak patrimonial sehingga tidak efektif di dalam
menjalankan kebijakan negara. Sebab itu, Weber membangun pengertian
3.
birokrasi sebagai sebuah organisasi yang legal rasional.
Teori Organisasi Birokratik Weber telah menyebutkan 8 karakteristik
yang menjadi ideal typhus dari suatu organisasi yang legal rasional.
Karakteristik-karakteristik
4.
ini
kemudian
diterjemahkan
sebagai
penciriannya atas birokrasi sebagai sebuah organisasi yang lega-rasional.
Konsepsi Weber tentang birokrasi menghadapi kritik tajam dari sejumlah
ahli. Para ahli tersebut berkisar pada sosiolog, teoretisi manajemen,
hingga praktisi administrasi negara. Secara garis besar, keberatan pada
tipikal birokrasi Weber berkisar pada masalah rasionalitas kerja orangorang yang ada di dalam birokrasi. Peraturan mungkin saja rasional,
tetapi oknum yang menjalankan aturan tersebut sangat manusiawi dan
sukar untuk dinyatakan selalu rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Alghifary, Sapta. “Teori Birokrasi.” Accessed October 1, 2017.
http://isakuikikang.blogspot.co.id/2014/04/teori-birokrasi-menurut-maxweber.html?m=1.
18
Basri, Seta. " Konsep-konsep Birokrasi menurut Max Weber dan Martin Albrow."
Accessed
October
1,
2017.
http://setabasri01.blogspot.co.id/2009/05/pengantar.html?m=1
http://elisa.ugm.ac.id BAB 4 Teori-Teori Organisasi.html, diakses tanggal 2
Oktober 2017
Usman, Husaini. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2014.
Ngadisah. “Pengertian Dan Teori-Teori Klasik Birokrasi.” Biroksasi (n.d.): 1–32.
Takedaozisme.
“Konsep
Birokrasi.” Accessed
October
1,
2017.
http://takedaoz.blogspot.co.id/2011/10/konsep-birokrasi-menurut-maxweber.html?=1.
Thoha, Miftah. Birokrasi Dan Politik Di Indonesia. 1st ed. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005.
19
Oleh :
KARIM ABDUL JABBAR
LUKMANUL HAKIM
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Manusia adalah makhluk multidimensional, oleh karena itu banyak julukanjulukan yang diberikan kepadanya, misalnya manusia sebagai makhluk ekonomi
(homo economicus), makhluk sosial (homo social), makhluk berfikir (homo
safien), makhluk bekerja atau bermain (homo luden), makhluk yang menggunakan
alat (homo faber), makhluk yang suka bersenang-senang (homo hedonisme),
makhluk yang suka menggunakan lambang-lambang (homo simbolicum),
makhluk yang suka menindas makhluk lainnya (homo homini lupus), makhluk
iptek, makhluk imtaq, dan makhluk organisasional.1
Manusia adalah makhluk organisasi. Oleh karena itu begitu ia dilahirkan ke
dunia, ia menjadi anggota organisasi genetis yang disebut anggota organisasi
keluarga. Bahkan, organisasi itu sudah ada sebelum kita dilahirkan karena
kelahiran kita juga akibat hasil dari organisasi perkawinan. Disamping itu begitu
manusia lahir ia juga langsung menjadi anggota rukun tetangga, rukun warga,
kelurahan, kecamatan, kabupaten, provinsi dan warga negara Indonesia bahkan
menjadi warga dunia.
Jadi manusia sejak dilahirkan sampai kematiannya tidak dapat dipisahkan dari
organisasi. Manusia adalah makhluk organisasional karena sejak lahir manusia
tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Organisasi dibentuk untuk
kepentingan manusia (antroposentris), organisasi sebenarnya diciptakan untuk
1
Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta : PT Bumi Aksara,
2014).hlm. 168
1
orang bukan orang untuk organisasi. Manusia jangan sampai diperbudak
organisasi, tetapi manusia harus memperbudak organisasi. Organisasi bukan
tujuan, melainkan sebagai alat bagi manusia untuk mencapai tujuan.
Organisasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan kehidupan dan
penghidupan manusia. Setiap hari manusia berhubungan dengan organisasinya.
Walaupun
pengalaman
berorganisasi
itu ada
yang
menyenangkan
dan
menjengkelkan, ada yang positif dan ada pula yang negatif, tetapi manusia tetap
saja memerlukan organisasi. Adanya pertentangan ini sebagai konsekuensi bahwa
manusia pada hakikatnya tidak sama atau penuh dengan perbedaan.
Perbedaan ini terjadi karena latar belakang pendidikan, pengalaman, status
sosial ekonomi, budaya, usia, dan sebagainya yang berbeda. Tidak ada satupun
manusia yang sama persis, sekalipun mereka kembar. Manusia berbeda terutama
dari sidik jarinya. Yang menyamakan mereka ialah mereka tetap sama-sama
bernama manusia.
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian di atas maka untuk memahami apa itu organisasi dan
teori-teorinya maka pada makalah ini akan menjelaskan tentang :
1. Apa yang dimaksud dengan organisasi menurut para ahli ?
2. Bagaimana pendekatan atau teori-teori organisasi klasik ?
3. Apa yang dimaksud dengan birokrasi menurut para ahli ?
4. Bagaimana pendekatan atau teori-teori birokrasi menurut para ahli ?
C. TUJUAN PENULISAN
Berdasarkan rumusan masala di atas, makalah ini diharapkan dapat
memberikan informasi sekaligus penjelasan tentang isi dari rumusan makalah
tersebut di atas sehingga memberikan wawasan dan pengetahuan kepada para
pembaca umumnya dan pelaku atau aktivis organisasi pada khususnya
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENGORGANISASIAN DAN ORGANISASI
Pengorganisasian ialah (1) penentuan sumber daya dan kegiatan yang
dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi, (2) proses perancangan dan
2
pengembangan suatu organisasi yang akan dapat membawa hal-hal tersebut
kearah tujuan, (3) penugasan tanggung jawab tertentu, (4) pendelegasian
wewenang yang diperlukan kepada individu-individu untuk melaksanakan tugastugasnya.2 Pengorganisasian ialah pengaturan kerja bersama sumber daya
keuangan, fisik, dan manusia dalam organisasi. Pengorganisasian merupakan
penyusunan struktur organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi, sumber daya
yang dimilikinya, dan lingkungan yang melingkupinya.3
Mooney, seorang eksekutif General Motors dalam bukunya The Principles of
Organization (1994) mendefinisikan organisasi sebagai kelompok dua orang atau
lebih yang bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk merancang
organisasi perlu memperhatikan empat prinsip, yaitu (1) koordinasi, (2) skalar, (3)
fungsional, dan (4) staf.4
Organisasi berasal dari bahasa Latin, organum yang berarti alat, bagian,
anggota badan. Organisasi adalah struktur birokrasi.5 Organisasi adalah proses
mendesain kegiatan-kegiatan dalam struktur organisasi untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan,6 organisasi sebagai respons terhadap makna nilai-nilai
kreatif untuk memuaskan kebutuhan manusia.7 Organisasi ialah sekelompok orang
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan organisasi. 8 Akhirnya menurut
Organisasi adalah suatu sistem aktivitas yang dikoordinasikan secara sadar oleh
dua orang atau lebih. 9
Berdasarkan berbagai pendapat tentang organisasi diatas, dapat disimpulkan
bahwa yang disebut organisasi ialah proses kerja sama dua orang atau lebih untuk
mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Jadi, dalam setiap organisasi
2
Handoko (2003) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 170
3
Handoko (2003) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 170
4
Handoko (2003) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
5
Weber (1968) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 170
6
Wendrich, et al. (1988) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan.
(Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
7
Sutarto (1995) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta
: PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
8
Griffin & Morhead (1996) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
9
Barnard (Anonim, 2000) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
3
terkandung tiga unsur, yaitu (1) kerja sama, (2) dua orang atau lebih, (3) tujuan
yang hendak dicapai.
B. TEORI ORGANISASI KLASIK
Teori organisasi klasik memiliki
asumsi
bahwa
organisasi
selalu
memiliki susunan yang rasional dan logis, baik secara ekonomis maupun
pencapaian efisiensi.
Dengan
kata lain,
bagi
teori
organisasi
klasik
rasionalitas, efisiensi dan keuntungan ekonomis adalah tujuan organisasi.
Sejalan dengan tujuan yang demikian, manusia juga diasumsikan bertingkah
laku atau bertindak secara rasional pula. Jika manusia dipandang sebagai
mahluk yang rasional maka akan mudah bagi pihak manajemen untuk
mencapai
kepentingannya,
terutama
peningkatan
produktifitas
melalui
peningkatan upah dan insentif bagi pihak pekerja.10
Teori Organisasi Klasik memusatkan perhatiannya pada penciptaan suatu
himpunan teknik-teknik yang rasional, yang diperlukan dalam mengembangkan
baik struktur maupun proses dan juga mengarahkan suatu bentuk koordinasi
yang mampu mengintegrasikan hubungan-hubungan antara bagian dari suatu
organisasi. Teori Klasik sangat meyakini bahwa jika teknik dan pendekatan yang
rasional dapat diwujudkan maka organisasi akan dapat berjalan lebih baik
dalam pencapaian tujuan.
Teori organisasi klasik dibedakan atas dua perspektif manajemen, yaitu
manajemen ilmiah dan manajemen administratif.11 Teori organisasi disebut juga
teori administratif atau teori manajemen administratif. Salah satunya bernama
Fayol (1841-1925), Fayol terkenal sebagai Bapak Teori Ilmiah.
Fayol dilahirkan seorang ahli pertambangan dan berasal dari keluarga
aristokratis di Perancis tahun 1841. Ia menjadi manajer utama di pabrik tambang
dan metalurgi yang sangat terkenal di Eropa. Fayol yakin bahwa kesuksesannya
merupakan keterampilan mengembangkan pengalaman dan instrospeksi. Ia
mengemukakan teori dan teknik administrasi untuk mengelola organisasi yang
kompleks dalam bukunya, Administration Industrielle et Generale (1916). Lima
tahun setelah menulis buku ia meninggal dunia. Selanjutnya, buku tersebut
10
(http://elisa.ugm.ac.id BAB 4 Teori-Teori Organisasi.html, diakses tanggal 2 Oktober 2017)
Lunenburg & Ornstein (2000) dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset
Pendidikan. (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014).hlm. 37
11
4
diterbitkan dalam bahasa Inggris dengan judul General and Industrial
Management. Fayol membagi operasi perusahaan menjadi enam kegiatan, yaitu
(1) teknik : produksi dan manufacturing produk, (2) komersial : pembelian bahan
baku dan penjualan produk, (3) keuangan : perolehan dan penggunaan modal, (4)
keamanan : perlindungan karyawan dan kekayaan, (5) akuntansi : pelaporan dan
neraca keuangan, pencatatan laba, serta pencatatan statistik, (6) manajerial : dan
teknik-teknik kepemimpinan. Selain itu fayol juga mengetengahkan empat belas
prinsip administrasi yang sangat terkenal, dalam Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1
Empat Belas Prinsip Manajemen Fayol
Komponen
Deskripsi
1. Divisi Kerja
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Objek divisi tugas adalah meningkatkan efisiensi
melalui reduksi hal-hal yang tidak perlu,
meningkatkan output dan menyederhanakan
pelatihan kerja.
Otoritas
Otoritas yang baik untuk memberikan perintah
melalui kekuasaan yang sangat dipatuhi. Otoritas
memberikan
pertanggungjawaban
dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban.
Disiplin
Disiplin menyatakan secara tidak langsung patuh
terhadap peraturan organisasi. Kejelasan pernyataan
persetujuan antara organisasi dan anggotanya sangat
diperlukan, dan disiplin kelompok bergantung
kualitas kepemimpinan.
Kesatuan komando
Setiap anggota harus menerima perintah dari
seorang atasannya. Ketaatan terhadap prinsip ini
menghindarkan pembagian otoritas dan disiplin
Kesatuan arahan
Kegiatan yang sama diarahkan untuk mencapai satu
tujuan harus dikelompokkan bersama oleh seorang
manajer
Subordinat
minat Minat individu dan kelompok dalam sebuah
individu
organisasi tidak melebihi minat organisasi secara
keseluruhan (mengutamakan kepentingan umum
daripada individu)
Penggajian
Kompensasi harus terbuka dan memuaskan anggota
dan organisasinya
Sentralisasi
Manajer harus menguasai tanggung jawab final,
tetapi ia harus memberi bawahannya otoritas yang
cukup untuk melaksanakan tugas dengan sukses.
Kelayakan tingkat sentralisasi akan bervariasi
5
Komponen
9. Rentang kendali
10. Perintah
11. Pemerataan
12. Stabilitas personel
13. Inisiatif
14. Semangat tim
(Esprit de corps)
Deskripsi
tergantung suasana. Hal ini menjadi pertanyaan
bagaimana kelayakan sentralisasi yang dipakai
dalam setiap kasus.
Rentang kendali atau rentang komando adalah
rentang supervisor dari otoritas diatas ke bawahnya.
Garis otoritas harus jelas dan dipatuhi setiap waktu.
Manusia dan sumber daya material harus
dikoordinasikan sesuai tempat dan waktu yang
tepat.
Keinginan pemerataan dan persamaan perlakuan
yang diaspirasikan manajer terhadap seluruh
bawahannya.
Kesuksesan organisasi memerlukan kestabilan
tempat kerja. Manajerial mempraktikkan keharusan
komitmen jangka panjang anggota terhadap
organisasinya.
Anggota harus didorong untuk mengembangkan
dan melaksanakan rencana peningkatan.
Manajer harus mendukung dan memelihara kerja
tim, semangat tim, dan rasa kebersamaan senasib
dan seperjuangan anggotanya.
Menurut Fayol, ada lima fungsi manajemen, yaitu Planning, Commanding,
Coordinating, and Controlling yang disingkat PCCC. Gullick (1992) adalah
seorang yang berpengalaman dibidang industri dan pemerintahan. Ia memperbaiki
14 prinsip manajemen Fayol di atas dan kemudian menuliskannya dalam buku
Papers on the Science pada tahun 1937. Fungsi-fungsi manajemen menurut
Gullick, yaitu
Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating,
Reporting, and Budgeting dengan akronim POSDCoRB. Gullick & Urwick telah
menyumbangkan pemikiran yang penting dalam manajemen yang terkenal dengan
teori departementasinya untuk melakukan pengorganisasian.
Urwick (1891-1983) adalah seorang konsultan manajemen. Ia adalah salah
satu murid Fayol yang sangat rajin, yang kemudian menulis buku yang
komprehensif tentang pengetahuan manajemen dengan judul, The Element of
Administration. Dalam buku tersebut, ia mengumpulkan dan menggabungkan
pendapat para ahli seperti Taylor, Fayo, dan seterusnya. Oleh karena itu, ia
6
bukanlah seorang inovator administrasi, tetapi seorang kolektor pendapat tentang
administrasi.
Sheldon (1894-1951) adalah seorang eksekutif Inggris pada tahun 1900-an. Ia
memandang manajemen melebihi pendapat Fayol dan menyarankan agar
manajemen hendaknya memerhatikan dimensi teknik dan etika. Filosofis
manajemennya menyatakan bahwa untuk mencapai efisiensi teknik yang tinggi,
maka yang harus diperhatikan adalah tanggung jawab sosial yang tinggi pula.
Mooney ialah seorang eksekutif General Motors. Dalam bukunya The
Principles of Organization (1947) organisasi sebagai kelompok dua orang atau
lebih yang bergabung untuk mencapai tujuan tertentu. Untuk merancang
organisasi perlu memerhatikan empat prinsip, yaitu (1) koordinasi, syarat adanya
koordinasi meliputi wewenang, saling melayani, doktrin (perumusan tujuan), dan
disiplin, (2) skalar, proses skalar mempunyai prinsip, prospek, dan pengaruh
sendiri yang tercermin dari kepemimpinan, delegasi, dan definisi fungsional, (3)
fungsional, adanya fungsionalisme bermacam-macam tugas yang berbeda, (4)
prinsip staf, kejelasan perbedaan antara staf dan line.12 Kontribusi Mooney bagi
manajemen ialah prinsip staf yang diterapkan di Gereja Katolik. Kesatuan doktrin
yang
diaplikasikan
dalam
organisasi
militer
menegaskan
pentingnya
mengomunikasikan sasaran dan rencana kepada bawahan.
C. PENGERTIAN BIROKRASI
Pengertian birokrasi digunakan
dengan
banyak
istilah
di
bidang
pemerintahan di mana istilah birokrasi diserap dari konsep Yunani kuno.
Negara Eropa yang paling awal membahas birokrasi adalah Perancis dan
tokoh utamanya adalah Vincent de Gournay (1712-1759), seorang ilmuwan
yang banyak menerjemahkan karya-karya besar zaman Yunani Kuno, ke
dalam bahasa Perancis, pada waktu itu. Pada saat itu birokrasi adalah yang
lembaga yang di dalamnya duduk para pejabat, juru tulis, sekretaris,
inspektur, dan manajer, diangkat bukan untuk melayani kepentingan umum,
tetapi untuk mengabdi kepada raja (penguasa). Dalam kedudukan yang
demikian, birokrasi mendapat tanggapan yang negatif dan terkesan kaku serta
12
Mooney dalam Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. (Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2014).hlm. 171
7
menyulitkan masyarakat. Bersamaan dengan itu di samping istilah birokrasi
muncul
istilah
yang
menyertainya
yaitu
bureaumania,
yang
berarti
penyakit birokrasi.13
Bila kita mengartikan birokrasi berdasarkan istilah asal kata biro dan kratia,
berarti pengaturan dari meja ke meja. Dalam perbendaharaan bahasa abad ke-18,
biro (bureau) yang diartikan meja tulis, selalu diartikan sebagai di mana para
pejabat bekerja. Dalam bahasa Perancis menjadi Bereaucratie, dalam bahasa
Jerman menjadi Bureaukratia atau Birokrate.14 Sebab itu, terminologi birokrasi
adalah aturan yang dikendalikan lewat meja atau kantor.
Birokrasi berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli adalah
suatu sistem kontrol dalam organisasi yang dirancang berdasarkan aturan-aturan
yang rasional dan sistematis, dan bertujuan untuk mengkoordinasi dan
mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja individu dalam rangka penyelesaian tugastugas administrasi berskala besar (disarikan dari Blau & Meyer, 1971; Coser &
Rosenberg, 1976; Mouzelis, dalam Setiwan,1998).15
Pengertian birokrasi juga dimaksudkan sebagai definisi yang telah
banyak dirumuskan dalam kamus dari beberapa negara sesuai pendapat de
Gournay maupun yang lain-lain sudah sangat jelas dan konsisten. Di bawah
ini diberikan berbagai pengertian birokrasi.
1. Kamus Akademi Perancis mengemukakan kata bereaucratie, yang
dalam
suplemennya
pada
tahun
1798
mengartikannya
sebagai
kekuasaan, pengaruh dari para kepala dan staf Biro Pemerintahan,
2. Kamus Bahasa Jerman edisi 1813, mendefinisikan birokrasi adalah
wewenang atau kekuasaan berbagai departemen pemerintahan dan cabangcabangnya.
3. Kamus Teknik bahasa Italia yang terbit 1828 menyebutkan suatu kata
baru yaitu kekuasaan pejabat di dalam Administrasi Pemerintahan.
4. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia yaitu biro diartikan kantor dan
istilah birokrasi mempunyai beberapa arti:
a. Pemerintahan yang di dijalankan oleh pegawai bayaran yang tidak
dipilih oleh rakyat.
13
Ngadisah, “Pengertian Dan Teori-Teori Klasik Birokrasi,” Biroksasi (n.d.): hlm 4.
Ibid. hlm 5.
15
Sapta Alghifary, “Teori Birokrasi,” accessed October 1, 2017,
http://isakuikikang.blogspot.co.id/2014/04/teori-birokrasi-menurut-max-weber.html?m=1.
14
8
b.
c.
Cara pemerintahan yang sangat dikuasai oleh pegawai negeri.
Cara kerja atau susunan pekerjaan yang serba lambat, serba menurut
aturan, kebiasaan, dan banyak liku-likunya.
Definisi dalam kamus bahasa Indonesia ini nampaknya tidak hanya berusaha
memberikan makna birokrasi tetapi juga istilah turunan yang mengacu pada sifat
atau kebiasaan birokrasi.16
Menurut Safri Nugraha birokrasi ialah alat kekuasaan bagi yang
menguasainya, dimana para pejabatnya secara bersama-sama berkepentingan
dalam kontinuitasnya.17 Birokrasi berhubungan dengan organisasi masyarakat
yang disusun secara ideal. Birokrasi dicapai melalui formalisasi aturan, struktur,
dan proses di dalam organisasi. Para teoritikus klasik seperti Fayol (1949), Taylor
(1911), dan Weber (1948), selama bertahun-tahun telah mendukung model
birokrasi guna meningkatkan efektivitas administrasi organisasi. Max Weber
adalah sosok yang dikenal sebagai bapak birokrasi.18
Dengan demikian, birokrasi dapat diartikan sebagai pemerintahan atau
pengaturan yang dilakukan dari meja ke meja secara terpisah. Maksud
dilakukannya peraturan dan pengambilan keputusan secara terpisah-pisah itu
adalah
untuk
menghindarkan
terjadinya
subjektivitas
keputusan
dan
pengawasan pada satu tangan. Demikian pula dalam hal pengangkatan
pejabatnya
tidak
didasarkan
persyaratan-persyaratan
yang
kehendak
objektif,
penguasa,
seperti
tetapi
didasarkan
pendidikan,
keahlian,
pengalaman, dan senioritas.
D. TEORI-TEORI BIROKRASI MENURUT MAX WEBER
Weber tidak pernah mendefinisikan birokrasi secara jelas berdiri sendiri,
tetapi hanya mengemukakan ciri-ciri, gejala-gejala, proposisi-proposisi dan
dari pengalaman yang ia lihat sehari-hari. Weber memandang birokrasi sebagai
arti umum, luas, serta merupakan tipe birokrasi yang rasional. Weber berpendapat
bahwa tidak mungkin kita memahami setiap gejala kehidupan yang ada secara
keseluruhan, sebab yang mampu kita lakukan hanyalah memahami sebagian dari
16
Ngadisah, “Pengertian Dan Teori-Teori Klasik Birokrasi.”hlm 5-6
Takedaozisme, “Konsep Birokrasi,” accessed October 1, 2017,
http://takedaoz.blogspot.co.id/2011/10/konsep-birokrasi-menurut-max-weber.html?=1.
18
Alghifary, “Teori Birokrasi.”
17
9
gejala tersebut. Satu hal yang penting ialah memahami mengapa birokrasi itu bisa
diterapkan dalam kondisi organisasi negara tertentu. Dengan demikian tipe ideal
memberikan penjelasan kepada kita bahwa kita mengabstraksikan aspek-aspek
yang amat penting yang membedakan antara kondisi organisasi tertentu dengan
lainnya.19
Konsep dasar birokrasi tidak bisa lepas dari konsep yang digagas Max Weber
sosiolog
ternama
asal
Jerman
dalam
karyanya
”The
Theory
of
Economy and Social Organization” yang dikenal melalui ideal-type (tipe ideal)
birokrasi modern. Model ini yang sering di adopsi dalam berbagai rujukan
birokrasi berbagai negara, termasuk di Indonesia. Konsepsi birokrasi yang
dikemukakan Max Weber tersebut dilihat dari legitimasi kekuasaan yang ada,
yang kemudian dibagi ke dalam tiga kategori (1947: 57), yaitu
1. Rational-legal authority (Otoritas Legal Rasional) yaitu otoritas dimana
legitimasi yang didasarkan pada keyakinan akan alat hukum yang
diciptakan secara rasional dan juga pada kewenangan seseorang yang
melaksanakan tata hukum sesuai prosedur. Weber yakin bahwa otoritas ini
dapat diandalkan karena ini merupakan bentuk otoritas yang paling
memuaskan dari segi teknis.
2. Traditonal authotiy (Otoritas Tradisional) yaitu otoritas dimana sebuah
legitimasi yang bertumpu pada kepercayaan dan rasa hormat pada tradisi
dan masing-masing pengemban tradisi. Menurut weber otoritas ini
merupakan sarana ketidaksetaraan yang diciptakan dan dipelihara karena
jika tidak ada yang menentang otoritas ini maka pemimpin atau kelompok
pemimpin akan tetap dominan.
3. Charismatic type (Otoritas Kharismatik) yaitu otoritas dimana legitimasi
dilandaskan kepada Karisma yang dimiliki oleh seorang pemimpin
sehingga ia dihormati dan dikagumi oleh pengikutnya.
Konsep umum birokrasi yang dikemukakan oleh Weber dibentuk melalui
kesimpulan dari sejumlah besar bagian-bagian kiasan yang dibuatkannya untuk
itu. Salah satu petunjuk bagi konsep umum Weber tampak dalam identifikasinya
19
Miftah Thoha, Birokrasi Dan Politik Di Indonesia, 1st ed. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2005).hlm. 16.
10
terhadap jenis birokrasi patrimonial, disamping jenis birokrasi lain, yaitu birokrasi
rasional.
Birokrasi patrimonial berbeda dengan tipe birokrasi rasional. Birokrasi
patrimonial diangkat berdasarkan kriteria subjektif karena ada hubungan
emosional dengan pejabat yang mengangkat, sedangkan birokrasi rasional
diangkat berdasarkan kriteria
ditetapkan
lebih
dahulu
objektif, yakni
sebelum
seseorang
syarat-syarat
masuk
yang
menjadi
sudah
pegawai
pemerintah. Konsep tentang pejabat merupakan dasar bagi adanya birokrasi
menurut Weber, hal ini terlihat dari seringnya Weber dalam berbagai
kesempatan
menggunakan
beamtentum
(staf
pegawai),
sebagai
suatu
alternatif bagi pengertian birokrasi.20
Walaupun Weber tidak mendefinisikan secara utuh tentang birokrasi
tetapi dari ciri-ciri yang dikemukakan pada berbagai kesempatannya dapat
ditarik
kesimpulan
sebagai
berikut.
Birokrasi
adalah
suatu
badan
administratif tentang pejabat yang diangkat, dan membentuk hubungan
kolektif bagi golongan pejabat itu sebagai suatu kelompok tertentu yang
berbeda, yang pekerjaan dan pengaruhnya dapat dilihat dalam organisasi
tertentu, khususnya menurut prosedur pengangkatannya. Dengan demikian, berarti
bahwa dalam konsep umum tentang birokrasi Weber, bukan hanya terdiri dari
gagasan tertentu tentang kelompok, tetapi juga gagasan tentang bentuk-bentuk
tindakan yang berbeda dalam kelompok tertentu itu.21
Weber juga menyatakan, birokrasi itu sistem kekuasaan, di mana pemimpin
(superordinat) mempraktekkan kontrol atas bawahan (subordinat). Sistem
birokrasi menekankan pada aspek disiplin. Sebab itu, Weber juga memasukkan
birokrasi sebagai sistem legal-rasional. Legal oleh sebab tunduk pada aturanaturan tertulis dan dapat disimak oleh siapa pun juga. Rasional artinya dapat
dipahami, dipelajari, dan jelas penjelasan sebab-akibatnya.22
Akibatnya, organisasi tidak lagi berjalan secara rasional melainkan sesuai
keinginan pemimpin belaka. Bagi Weber, perlu dilakukan pembatasan atas setiap
kekuasaan yang ada di dalam birokrasi, yang meliputi point-point berikut:23
20
Ngadisah, “Pengertian Dan Teori-Teori Klasik Birokrasi.” hlm. 7.
Ibid. hlm. 8.
22
Alghifary, “Teori Birokrasi.”
23
Setia Basri, “Konsep-konsep Birokrasi menurut Max Weber dan Martin Albrow
21
11
1. Kolegialitas. Kolegialitas adalah suatu prinsip pelibatan orang lain dalam
pengambilan suatu keputusan. Weber mengakui bahwa dalam birokrasi,
satu atasan mengambil satu keputusan sendiri. Namun, prinsip
kolegialitas dapat saja diterapkan guna mencegah korupsi kekuasaan.
2. Pemisahan
Kekuasaan.
Pemisahan
kekuasaan
berarti
pembagian
tanggung jawab terhadap fungsi yang sama antara dua badan atau lebih.
Misalnya, untuk menyepakati anggaran negara, perlu keputusan bersama
antara badan DPR dan Presiden. Pemisahan kekuasaan, menurut Weber,
tidaklah stabil tetapi dapat membatasi akumulasi kekuasaan.
3. Administrasi Amatir. Administrasi amatir dibutuhkan tatkala pemerintah
tidak mampu membayar orang-orang untuk mengerjakan tugas birokrasi,
dapat saja direkrut warganegara yang dapat melaksanakan tugas tersebut.
Misalnya, tatkala KPU (birokrasi negara Indonesia) “kerepotan”
menghitung surat suara bagi tiap TPS, ibu-ibu rumah tangga diberi
kesempatan menghitung dan diberi honor. Tentu saja, pejabat KPU ada
yang mendampingi selama pelaksanaan tugas tersebut.
4. Demokrasi Langsung. Demokrasi langsung berguna dalam membuat
orang bertanggung jawab kepada suatu majelis. Misalnya, Gubernur
Bank
Indonesia,
meski
merupakan
prerogatif
Presiden
guna
mengangkatnya, terlebih dahulu harus di-fit and proper-test oleh DPR.
Ini berguna agar Gubernur BI yang diangkat merasa bertanggung jawab
kepada rakyat secara keseluruhan.
5. Representasi. Representasi didasarkan pengertian seorang pejabat yang
diangkat mewakili para pemilihnya. Dalam kinerja birokrasi, partai-partai
politik dapat diandalkan dalam mengawasi kinerja pejabat dan staf
birokrasi. Ini akibat pengertian tak langsung bahwa anggota DPR dari
partai politik mewakili rakyat pemilih mereka.
Hingga kini, pengertian orang mengenai birokrasi sangat dipengaruhi oleh
pandangan-pandangan Max Weber di atas. Dengan modifikasi dan penolakan di
sana-sini atas pandangan Weber, analisis birokrasi mereka lakukan.
” accessed October 1, 2017, http://setabasri01.blogspot.co.id/2009/05/pengantar.html?m=1
12
E. KARAKTERISTIK ORGANISASI BIROKRASI
Organisasi birokrasi dicirikan sebagai sebuah aparat administratif besar yang
kompleks, yang bekerja dengan melepaskan hubungan pribadi dengan manusia.
Menurut Weber (1948), organisasi birokrasi yang ideal menyertakan delapan
karakteristik struktural proposisi tentang penyusunan sistem otoritas legal sebagai
berikut :
1.
Tugas-tugas pejabat dalam organisasi berdasarkan aturan yang
berkesinambungan. Dengan demikian setiap pejabat akan melaksanakan
tugas sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing yang diatur dalam
aturan yang tegas dan jelas, satu tugas dengan tugas lainnya seirama
menuju satu tujuan akhir. Semua tugas dari sekelompok tugas-tugas
merupakan satu sistem sehingga saling mempengaruhi dan memerlukan
satu sama lain, bukan antara satu sama lain aturannya bertentangan, ini
akan membuat inefisiensi birokrasi. Hal demikian bukan pengertian
“birokrasi” yang dimaksudkan oleh Weber. Weber mengisyaratkan bahwa
2.
birokrasi adalah bekerja dengan efisien dan rasional.
Tugas-tugas tersebut dibagi atas bidang-bidang yang dibedakan
menurut
fungsi, masing-masing dilengkapi dengan syarat otoritas, dan sanksisanksi. Selain tugas diorganisasi agar terjadi keseimbangan gerak dan
tujuan, juga harus dibagi menurut bidang-bidang dan fungsi-fungsi yang
jelas. Satu tugas dengan fungsi yang lain harus dapat ditarik benang
merah secara tegas sehingga hal yang mempunyai wewenang (otoritas)
jelas dan kepada siapa harus mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang
telah dikerjakannya sehingga akan terhindar dari pelemparan tanggung
jawab. Siapa yang harus bertanggung jawab terhadap tugas-tugas itu
akan menjadi jelas, demikian juga jika terjadi kesalahan dalam
melakukan tugas, akan terlihat pihak yang akan dikenai sanksi sehingga
sanksi tidak salah alamat. Bila hal ini terjadi selain melanggar aturan
13
juga melanggar prinsip keadilan sehingga organisasi akan menjadi tidak
efektif karena ada anggota yang sakit hati dan akan mengacaukan
kehidupan organisasi tersebut. Orang-orang yang diperlakukan tidak
adil, sering kali membuat ulah, untuk menghambat tugas atau menjegal
3.
saingannya.
Jabatan-jabatan tersusun secara hierarkis, hak-hak kontrol, dan
komplain di antara mereka terperinci. Dengan demikian, pejabat yang
lebih rendah akan tunduk kepada pejabat yang lebih tinggi sehingga akan
mempermudah pembinaan dan pengawasan pekerjaan yang menjadi
tugasnya. Otoritas masing-masing unit kerja menjadi jelas dari posisi
jabatan/level yang paling tinggi, menengah, maupun level yang lebih
paling rendah. Hal ini akan mempermudah setiap level atasan dalam
menerima pertanggungjawaban dari bawahannya. Demikian juga hak-hak
pegawai/anggota organisasi dan keluhan-keluhan diatur secara jelas,
tertulis, dan terperinci. Jika sistem demikian yang berlaku pada
organisasi birokrat maka semua persoalan yang terjadi akan dapat
terpecahkan, dan sebaliknya jika komunikasi tidak berjalan maka
hambatan akan mengganggu jalannya organisasi. Aliran informasi dari
atas berupa instruksi, peraturan, teguran, sanksi, petunjuk, keterangan
umum, perintah, dan pujian, sedangkan komunikasi dari bawah berupa
laporan/report, keluhan, saran dan pendapat. Komunikasi horizontal
berupa pemantapan, pendapat umum, kesepakatan opini, kejelasan
4.
informasi, dan lain-lain.
Aturan-aturan yang sesuai dengan pekerjaan diarahkan baik secara
teknis maupun secara legal. Aturan-aturan yang berkaitan dengan uraian
tugas pekerjaan dalam organisasi diatur dalam bentuk susunan organisasi
dan tata kerja organisasi. Di sini aturan terlihat dengan jelas dan tegas,
fungsi dan wewenang masing-masing bagian maupun masing-masing
pejabat dan anggota organisasi lainnya. Sehingga akan terhindar dari
tumpang tindih pekerjaan atau tugas bagian lain dikerjakan oleh yang
bukan wewenangnya sehingga pada satu bagian menumpuk sedangkan
pekerjaan di pihak lain ada bagian yang kurang pekerjaan maka akan
14
terjadi
ketidakseimbangan
produktivitas
dan
mengakibatkan
kecemburuan sosial dalam organisasi tersebut. Apalagi pekerjaan itu
menyangkut urusan yang berkaitan dengan keuangan, dengan banyaknya
pekerjaan akan mendapat kompensasi gaji ekstra maka yang kurang
pekerjaan tidak mendapat gaji ekstra (uang lembur). Jadi, dalam
pekerjaan diperlukan spesialisasi kerja agar produktivitasnya tinggi dan
efisien. Sementara itu, yang dimaksud diarahkan secara legal adalah
pembinaan terhadap pegawai sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
organisasi itu. Sementara itu, diarahkan secara teknis adalah dibina
dan dibimbing setiap waktu atau berkala dalam melakukan pekerjaan.
Jika ada yang belum bisa bekerja dengan baik dibina agar menjadi lebih
baik dan jika salah dibetulkan sesuai dengan arah aturan yang legal
sehingga seirama dengan tujuan organisasi. Untuk pembinaan secara
teknis maupun secara legal tentu diperlukan orang-orang yang sudah
senior, berpengalaman di bidangnya cukup lama, sekaligus menguasai
materi/pekerjaan yang sesuai aturan (standar yang berlaku) dan oleh
5.
orang atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu.
Sumber-sumber daya organisasi sangat berbeda dengan yang berasal
dari para anggota sebagai individu pribadi. Termasuk sumber daya
organisasi adalah orang-orangnya dengan segala kemampuannya dan
juga materi sebagai sarana pencapaian tujuan organisasi itu. Di mana
setiap anggota organisasi mempunyai latar belakang yang berbeda satu
sama lain, misalnya tingkat pendidikan, adat istiadat, norma, suku
bangsa, asal daerah. Jika tidak dibina dengan baik akan terjadi
ketidakserasian gerak dan nepotisme yang akan berakibat hubungan
antaranggota organisasi kurang harmonis. Proses pembinaan pegawai
merupakan pekerjaan para pejabat atau yang mempunyai otoritas, dan ini
perlu
dilakukan
secara
berkala.
Kepentingan
pribadi
harus
dikesampingkan, mendahulukan kepentingan organisasi, walaupun
mungkin bertentangan dengan individu-individu anggota organisasi.
Dengan demikian, para anggota organisasi harus dapat menjalankan
15
tugas-tugas yang legal yang sudah menjadi aturan yang tertulis dan
berlaku pada organisasi itu. Kesemuanya ini harus ada yang
6.
menggerakkan, yaitu orang yang mempunyai otoritas.
Pemegang jabatan sesuai dengan kompetensinya. Maksudnya adalah
jabatan-jabatan dalam organisasi dipegang oleh orang-orang yang sesuai
dengan kemampuannya, baik latar belakang pendidikan, keahlian
maupun tingkat penguasaannya. Sesuai dengan bidang tugasnya sehingga
selama menjabat pada jabatan tertentu ia akan dapat melaksanakan tugas
secara efektif. Penguasaan tugas tidak hanya cukup dilandasi oleh latar
belakang pendidikan dan pengalaman saja,tetapi juga harus didukung
oleh keterampilan teknik dan perilaku yang sesuai dengan tuntutan
jabatan tersebut. Makna kompetensi adalah gabungan antara ilmu
pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan perilaku yang dibutuhkan
7.
oleh jabatan yang diembannya.
Administrasi didasarkan pada dokumen-dokumen tertulis. Pernyataan itu
dimaksudkan semua kegiatan dan kejadian dalam organisasi sepanjang
yang bisa ditulis harus didokumentasikan, diarsip secara kronologis
menyangkut pekerjaan atau hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan,
termasuk jenis dan bentuk sanksi-sanksi, aturan-aturan yang berlaku
dalam organisasi itu. Hal yang demikian merupakan ciri organisasi
modern, kesemuanya ini dimaksudkan agar semua kegiatan dapat
terpotret dengan jelas bila sewaktu-waktu dibutuhkan sebagai bahan
laporan, sebagai data untuk melihat kesulitan-kesulitan masa yang sudah
lewat dan juga kegagalan-kegagalan yang pernah dialami. Selain itu,
dokumentasi dimaksudkan sebagai data masa lalu yang sangat
bermanfaat bagi pembuatan rencana yang akan datang. Data organisasi
terkadang diperlukan oleh pihak-pihak di luar organisasi, baik untuk
kepentingan praktis maupun untuk kepentingan ilmiah, misal untuk
penelitian-penelitian, bahan kajian dalam membuat karya tulis ilmiah
8.
mahasiswa, skripsi, tesis, maupun disertasi.
Sistem otoritas legal dapat mengambil banyak bentuk, tetapi dilihat dari
bentuk aslinya ialah sebuah staf administrasi birokratis. Arti staf
16
administrasi birokratik adalah adanya otoritas berjenjang, yang
mengandung konsekuensi pelaporan dan tanggung jawab secara
berjenjang pula. Setiap biro mempunyai wewenang dan tanggung jawab
sebagaimana tertuang dalam surat keputusan/pembentukannya atau
diatur dengan surat keputusan lain yang menjadi sumber legalitas bagi
biro atau lembaga tertentu.24
F.
KETERBATASAN TEORI ORGANISASI KLASIK DAN BIROKRASI
Seperti halnya dengan pendekatan manajemen ilmiah, pendekatan teori
organisasi klasik pun tidak luput dari kritikan. Kritik terhadap teori birokrasi
antara lain (1) merangsang berfikir yang mengutamakan konformitas dan
formalitas, (2) merupakan rutinitas yang membosankan, (3) ide-ide inovatif tidak
sampai kepada pengambil keputusan karena panjangnya jalur komunikasi, (4)
tidak memperhitungkan organisasi nonformal yang seringkali lebih berpengaruh
kepada organisasi formal, (5) dijalankan secara berlebihan sehingga terjadi overbureaucratization, (6) kecenderungan menjadi parkinsonian, yaitu terlalu banyak
atauran yang berbelit-belit (simpul-simpul birokrasi) yang diatur oleh orang-orang
yang menjadikan simpul-simpul birokrasi untuk menyelewengkan wewenang, dan
(7) kecenderungan menjadi orwelian, yaitu keinginan birokrasi mencampuri (turut
melaksankan) bukan mengendalikan urusan.
Teori-teori organisasi hanya cocok untuk zamannya yang ketika itu organisasi
relatif stabil dan lingkungan dapat diramalkan. Teorinya sangat abstrak dan sukar
diterapkan untuk pengambilan keputusan. Selain itu saling bertentangan dengan
unsur lainnya, misalnya prinsip pembagian tugas bertentangan dengan adanya
prinsip satu komando. Meskipun teori organisasi klasik mendapat kritikan, tetapi
masih dipakai oleh sebagian orang dalam berorganisasi. Hal tersebut juga menjadi
dasar bagi perkembangan teori-teori berikutnya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
24
Ngadisah, “Pengertian Dan Teori-Teori Klasik Birokrasi.”
17
Dari paparan atau penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa sesuai dengan makalah “Teori-Teori Organisasi Klasik dan Birokrasi”
penulis menyimpulkan bahwa :
1. Teori Organisasi Klasik memusatkan perhatiannya pada penciptaan
suatu himpunan teknik-teknik yang rasional, yang diperlukan dalam
mengembangkan baik struktur maupun proses dan juga mengarahkan
suatu bentuk koordinasi yang mampu mengintegrasikan hubungan2.
hubungan antara bagian dari suatu organisasi.
Teori Organisasi Birokratik Weber tidak pernah secara spesifik
membangun sebuah teori birokrasi. Weber hanya mengamati organisasi
negara yang dijalankan sebuah dinasti di masa hidupnya. Birokrasi
tersebut bercorak patrimonial sehingga tidak efektif di dalam
menjalankan kebijakan negara. Sebab itu, Weber membangun pengertian
3.
birokrasi sebagai sebuah organisasi yang legal rasional.
Teori Organisasi Birokratik Weber telah menyebutkan 8 karakteristik
yang menjadi ideal typhus dari suatu organisasi yang legal rasional.
Karakteristik-karakteristik
4.
ini
kemudian
diterjemahkan
sebagai
penciriannya atas birokrasi sebagai sebuah organisasi yang lega-rasional.
Konsepsi Weber tentang birokrasi menghadapi kritik tajam dari sejumlah
ahli. Para ahli tersebut berkisar pada sosiolog, teoretisi manajemen,
hingga praktisi administrasi negara. Secara garis besar, keberatan pada
tipikal birokrasi Weber berkisar pada masalah rasionalitas kerja orangorang yang ada di dalam birokrasi. Peraturan mungkin saja rasional,
tetapi oknum yang menjalankan aturan tersebut sangat manusiawi dan
sukar untuk dinyatakan selalu rasional.
DAFTAR PUSTAKA
Alghifary, Sapta. “Teori Birokrasi.” Accessed October 1, 2017.
http://isakuikikang.blogspot.co.id/2014/04/teori-birokrasi-menurut-maxweber.html?m=1.
18
Basri, Seta. " Konsep-konsep Birokrasi menurut Max Weber dan Martin Albrow."
Accessed
October
1,
2017.
http://setabasri01.blogspot.co.id/2009/05/pengantar.html?m=1
http://elisa.ugm.ac.id BAB 4 Teori-Teori Organisasi.html, diakses tanggal 2
Oktober 2017
Usman, Husaini. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2014.
Ngadisah. “Pengertian Dan Teori-Teori Klasik Birokrasi.” Biroksasi (n.d.): 1–32.
Takedaozisme.
“Konsep
Birokrasi.” Accessed
October
1,
2017.
http://takedaoz.blogspot.co.id/2011/10/konsep-birokrasi-menurut-maxweber.html?=1.
Thoha, Miftah. Birokrasi Dan Politik Di Indonesia. 1st ed. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2005.
19