Kita sebagai orang tua tuggal

Kita sebagai orang tua, suka sibuk mencari-cari pola asuh didik yang ok plus super
canggih buat anak-anak kita. Dan cenderung carinya yang ke-barat-barat-an karena
persepsi canggih buat kita adalah ilmu-ilmu dari luar negri. Ternyata di negri kita sendiri,
sejak dulu, ada pola asuh didik yang luar biasa. Yang sesungguhnya sudah kita kenal
sejak lama. Yaitu pola asuh didik dari bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara.
Sejak duduk dibangku Sekolah Dasar, kita sudah belajar menghafal pola asuh didik Ki
Hajar Dewantara ini. Ing ngarso sung tulodo. Ing madyo mangun karso. Tut wuri
handayani. Tapi sayangnya hanya sekedar dihafalkan. Tidak dipahami artinya dengan
baik, apalagi diperdalam dan dipraktekan dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan di
Sekolah Dasar Negri yang simbolnya Tut wuri handayani, pada kenyataannya tidak
mempraktekkan ilmu luar biasa dari bapak pendidikan kita ini. Kita bahas yuk!
Ing ngarso sung tulodo yang artinya didepan memberi tauladan atau cotoh yang baik.
Pada usia 0-5 tahun, pertama kali anak belajar adalah dengan meniru perilaku orang
disekitarnya. Yang terdekat adalah orang tua. Suka liat kan anak-anak senang berdandan
meniru orang tuanya? Namun perilaku orang tua yang ditiru oleh anak bukan cuma
perilaku yang baik-baik saja lhoooo... Saat orang tua membuang sampah pada
tempatnya, ditiru oleh anak. Saat orang tua rajin beribadah, juga ditiru oleh anak. Namun
pada saat orang tua marah, memaki, berbohong, juga ditiru oleh anak. Karena itulah
proses mendidik anak adalah proses pendewasaan diri bagi orang tua. Karena apabila
kita ingin anak kita berprilaku baik, maka yang lebih dahulu kita lakukan adalah
memperbaiki diri sendiri.

Ing madyo mangun karso yang artinya ditengah memberikan semangat. Gampangnya,
menjadi teman yang asik untuk anak-anak. Pada usia 6-12 tahun, anak sedang asikasiknya berteman. Berbincang seru dengan temannya adalah aktifitas yang paling
disukai anak-anak diusia ini. Ketika kita berhasil menjadi tauladan yang baik untuk anakanak, bukan menjadi komandan yang memaksakan anak untuk terus mengikuti perintah
kita, maka kita sebagai orang tua memiliki peluang besar untuk jadi teman yang asik
buat anak-anak. Kenapa jadi teman yang asik? Karena semua orang nggak akan ada
yang mau berteman sama orang yang nggak asik. Anak-anak akan ogah bersahabat
sama orang tua yang suka ngomel, serba perintah-perintah, dan ngebetein. Terus kenapa
juga harus bersahabat sama anak? Agar anak nyaman untuk bercerita dan meminta
pendapat kepada orang tuanya. Kalau anak nggak nyaman curhat sama orang tuanya,
lalu kepada siapa anak akan meminta pendapat? Kepada siapa anak akan
mempertanyakan hal-hal yang sensisitif? Bukankah orang tua adalah tempat paling
aman untuk bertanya? Masalahnya, apakah orang tua sanggup jadi tempat paling
nyaman untuk bercerita?
Tut wuri handayani. Yang artinya dibelakang memberi dorongan. Nanti akan tiba saatnya
kita menempati posisi sebagai konsultan. Sebagai kamus. Karena saat usia anak sudah
diatas 12 tahun, anak sudah memiliki kewenangan atas dirinya sendiri. Segala tindakan
yang dilakukan adalah berdasarkan keputusannya sendiri. Untuk itu, penting
membimbing anak untuk belajar mengambil keputusan secara mandiri dan rasional
seperti dalam artikel belajar kecewa dengan aman.
Ketika anak sudah sampai tahapan ini, anak akan merasa risih apabila orang tua sibuk

mengomentari dirinya tanpa diminta. Hal ini hanya membuat anak terganggu dan
memilih menjauhi orang tuanya. Maka tindakan yang perlu diambil orang tua adalah

menjadi kamus. Persis seperti kamus, yang diam aja disimpan di rak buku kalau tidak
digunakan. Dan hanya memberikan informasi kalau diperlukan saja. Selain menjaga
kenyamanan hubungan dengan anak, ini juga membantu anak belajar menghadapi
resiko dari tiap keputusan yang dibuat. Tapi anak nggak akan membuka kamus, kalau
kamus tidak menyediakan informasi-informasi yang bermanfaat untuk anak. Untuk
itulah, menjadi orang tua adalah proses belajar seumur hidup.
Sebagai kamus, memang perih melihat anak tersandung saat harus menghadapi resiko
dari tiap keputusannya. Tapi ini juga yang membantu anak belajar dewasa. Dan pada
akhirnya, mampu terbang dengan sayapnya sendiri....

Memahami pola pikir anak susah-susah gampang. Beda usia, beda pula
cara berpikirnya. Simak penjelasan Roslina Verauli, M. Psi, praktisi Tumbuh
Kembang RS Pondok Indah, soal perkembangan cara berpikir anak dan
bagaimana cara menghadapi mereka dengan bijak.
Sejak anak lahir dan berkembang, ada proses kognitif yang terjadi pada
dirinya. Proses-proses kognitif mencakup kegiatan berpikir, menalar,
belajar dan memecahkan masalah. Orangtua yang ingin memahami jalan

pikir anak, tentu harus mengetahui perkembangan umum kognitif mereka
di setiap tahapan usia.
Usia 0 – 2 tahun
Di usia 0 – 2 tahun, anak sudah mulai memersepsi dan bertindak.
Perkembangan itu dapat dilihat dari perkembangan motorik mereka.
Misalnya, di usia 0 – 1 bulan, kemampuan motorik mereka sebatas melatih
refleks yang sudah ada. Contohnya mengisap puting ibu saat menyusu.
Pada usia 1 – 4 bulan, bayi sudah bisa mengulang tindakan seperti
membuka dan menutup telapak tangan. Usia 4 – 8 bulan, anak mulai
merespon untuk menyelesaikan masalah. Misalnya, memindahkan
penutup untuk mengambil mainan. Usia 12 – 18 bulan, anak mulai tertarik
pada karakter sebuah mainan untuk melihat bagaimana mainan bisa
berfungsi. Usia 18 – 24 bulan, anaka mulai mengunakan bahasa dan
simbol warna-warna dan bentuk-bentuk benda atau nama-nama
binatang. Ekspresi anak mulai terlihat dengan jelas.
Cara menghadapi:
Orang tua harus merangsang anak lebih kreatif dalam berpikir. Contoh,
pada bayi yang menangis ingin menyusui, latih mereka untuk menemukan
puting si ibu. Selain itu, orang tua juga harus intens membangun ikatan
emosi dengan si anak. Contoh, saat menyusui, peluklah anak dengan

hangat dan memberikan tepukan lembut serta bernyanyilah dengan

gembira. Ketika anak menangis , orang tua harus segera berespon.
Dengan begitu anak memiliki rasa percaya dan aman bahwa ketika dia
butuh bantuan. Jadi, semakin intens Anda mengasuhnya langsung,
semakin kuat pula ikatan emosional antara Anda dan buah hati.
Usia 3 – 5 tahun
Anak-anak usia 3 – 5 tahun sudah mulai berespon menghadirkan setiap
pengalamannya secara mental dengan mengunakan bahasa. Mereka juga
lebih imajinatif dalam bermain. Mulai suka main guru-guruan, panggung
boneka dan mulai suka menonton televisi. Di usia ini, anak harus bisa
membedakan orang asing dan orang dekat. Dia harus mengerti
bagaimana bersikap kepada orang yang dia kenal atau orang asing.
Cara menghadapi :
Penolakan-penolakan yang sudah mulai dilakukan anak kepada ibu adalah
hal wajar. Yang harus dilakukan, saat anak menolak untuk hal-hal disiplin
(makan, mandi dan belajar), kita perlu melakukan negosiasi sederhana.
Kasih mereka pilihan dan konsekuensi. Contoh, bila anak menolak makan,
negosiasikan padanya kapan dia akan menunda waktu makan dan berikan
pilihan atau konsekuensi bila dia tidak menepati janjinya.

Usia 6 – 12 tahun
Perkembangan kognitif yang menonjol, mereka berpikir lebih kompleks
dan mulai memasuki pendidikan formal. Kehidupan sosial anak usia ini
lebih mengutamakan pertemanannya. Berteman itu penting untuk
membantu mereka bersosialisasi dengan lingkungan. Usia ini anak sudah
mulai punya rahasia.
Cara menghadapi:
Pastikan anak tidak hanya sekedar belajar dibangku sekolah. Bangun konsep citacita pada dia agar dia menjalani hidup dengan tujuan. Tetapi ingat, anak bukan
perpanjangan tangan profesi kita yang gagal. Berikan pengetahuan yang seluasluasnya soal pilihan cita-cita. Tak perlu cemburu bila anak lebih memilih bermain
dengan temannya dari pada berkumpul dengan keluarga. Justru, orang tualah yang
seharusnya mendorong mereka untuk memiliki teman dan bersosialisasi. Bisnis
Online
erfokus pada pendidikan anak Anda telah menjadi hal yang lebih penting sekarang daripada sebelumnya. Anda
tidak hanya memastikan bahwa anak-anak Anda pergi ke sekolah terbaik tetapi juga memastikan bahwa
pendidikan mereka menyediakan mereka dengan segala sesuatu yang mereka butuhkan untuk masa depan.

Banyak orang tua merasa sulit untuk memperhatikan pendidikan anak-anak mereka, terutama untuk orang tua
yang bekerja. Tapi orang tua harus bersedia berkorban demi kemajuan pendidikan anaknya. Lihatlah beberapa
tips berikut ini yang akan membantu Anda memastikan bahwa anak Anda menerima jenis pendidikan yang
diajarkan dengan benar.

Pertama, Anda harus memahami kemampuan anak Anda. Anda perlu memahami kemampuan mereka sebelum
Anda mulai mengajari mereka sesuatu yang baru. Setiap anak memiliki kebutuhan, kemampuan dan kekuatan
yang berbeda. Sangat penting untuk memahami anak Anda sendiri dan tidak membandingkannya dengan anakanak yang lain. Beberapa anak mungkin memiliki kecepatan belajar yang lebih lambat dibandingkan dengan
orang lain dan sebagai orang tua, Anda akan perlu mengidentifikasi itu. Luangkan waktu bersama anak Anda
untuk memahami dirinya dan keterampilannya serta menilai seberapa tajam dia dalam memilah hal-hal
baru. Anda harus memahami mereka jika Anda benar-benar ingin mereka belajar bisa belajar dengan baik.
Pastikan bahwa lingkungan tempat anak Anda belajar adalah lingkungan belajar yang baik. Lingkungan sangat
mempengaruhi kemampuan seorang anak untuk belajar. Anak membutuhkan lingkungan yang memungkinkan
dia untuk berkonsentrasi. Bermain dan belajar harus seiring sejalan, sehingga harus ada beberapa kegiatan
bermain bersama dan beberapa kegiatan pendidikan.
Pastikan bahwa anak Anda aman. Jangan memarahi mereka jika mereka membuat kesalahan, karena
kesalahan adalah langkah pertama untuk memperbaiki kesalahan. Biarkan anak-anak belajar dari kesalahan
mereka. Ini membantu mereka belajar progresif dan memperkuat landasan pendidikan mereka. Cobalah untuk
menjaga kepentingan mereka dengan membuat proses belajar menyenangkan.
Membantu anak berprestasi dengan meningkatkan kemampuan mereka. Membuat mereka belajar untuk
mengharapkan lebih dari apa yang mereka bisa. Dorong mereka untuk menjadi lebih baik tetapi jangan sampai
terlalu memaksa mereka. Pikirkan kemampuan anak untuk menjadi lebih baik dan kemudian menetapkan batas
yang realistis bagi mereka untuk mencapainya.
Jika Anda benar-benar ingin anak Anda belajar, Anda perlu bersabar. Pikiran anak-anak masih berkembang dan
Anda harus memberi mereka waktu. Anda harus konsisten dalam usaha Anda dan harus mengajar mereka

bukan untuk kepentingan itu, tapi untuk memastikan bahwa mereka belajar sesuatu. Membangun ikatan positif
dengan anak Anda sehingga dia merasa nyaman belajar dengan Anda. Jika Anda terlalu sibuk atau bersikap
kasar kepadanya, anak Anda mungkin akan takut kepada Anda. Ini akan menghambat proses belajar dan anak
mungkin akan kehilangan minat dalam pendidikannya.
Sebagai orang tua, Anda harus aktif dalam membimbing anak dan memastikan mereka mendapatkan lembaga
pendidikan yang tepat. Temukan sekolah terbaik untuk mereka, tapi Anda tetap harus membimbing mereka
sepulang dari sekolah dan membantu mereka serta mengajarkan mereka hal-hal baru untuk mereka pahami.