Aksi protes tidak harus anarkis

.1 Aksiologis Sebagai Salah Satu Sudut Pandang Keilmuan
Dalam mengkaji ilmu pengetahuan, terdapat sudut pandang yang dikategorikan ke
dalam tiga dimensi, yaitu dimensi Ontologis, Epistimologis, dan Aksiologis. Sebelum
membahas spesifik mengenai Aksiologi. Terlebih dahulu akan dibahas mengenai ketiga
dimensi sudut pandang ilmu pengetahuan;
Menurut Ihsan (2010, hal 223) “Pembedaan sudut pandang tersebut hanya merupakan
pengkategorian semata. Dalam praktiknya ketiga sudut pandang ini tidak terpisahkan”.
Berikut definisi dari masing-masing sudut pandang:
1. Ontologis
Mengutip dari Angeles (Ihsan; 2010, hal 223) ‘Istilah “ontologi” berasal dari bahasa
yunani yang berarti yang sungguh-sungguh ada, “kenyataan yang sesungguhnya”, sedangkan
“logos” memiliki arti “studi tentang”, sehingga Menurut Ihsan (2010, hal 223) “Ontologi
merupakan studi yang membahas mengenasi sesuatu yang ada”.Adapun yang dimaksud
ontologi, mengutip Kastoff (Ihsan; 2010, hal 223) ‘ontologi diartikan sebagai metafisika
umum yaitu cabang filsafat yang mempelajari sifat dasar dari kenyataan yang terdalam,
ontologi membahas asas-asas rasional dari kenyataan.’ Definisi lainnya dari Sarwa
(Jalaluddin; 2013, 157) ‘ontologi adalah kajian yang memusatkan diri pada pemecahan esensi
sesuatu, atau wujud, tentang asas-asas dan realitas.’ Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ontologis merupakan kajian mengenai sesuatu yang berwujud dan rasional.
2. Epistimologis
Sudut pandang yang kedua adalah Epistimologis, dimana epistimologi berasal dari

bahasa

Yunani

episteme

yang

berarti

“Pengetahuan”,

“pengetahuan

yang

benar”,”pengetahuan ilmiah”, dan logos yang berarti teori (Jalaluddin; 2013, 160).
Epistimologi sering disebut “Theory of knowledge”. Menurut Ihsan (2010, 225),
“epistimologi dapat didefinisikan sebagai dimensi filsafat yang mempelajari asal mula,


sumber, manfaat, dan sahihnya pengetahuan”. Menurut Suriasumantri (Jalaluddin; 2013: 160)
Epistimologi sebagai teori pengetahuan membahas secara mendalam segenap proses yang
terlihat dalam usaha kita untuk memperoleh pengetahuan. Epistimologi menjadi dasar pijakan
dalam memberikan legitimasi bagi suatu ”ilmu pengetahuan” untuk diakui sebagai disiplin
ilmu, Aspek epistimologi yang penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan adalah
metode keilmuan (Ihsan, 2010: 226).
Epistimologi merupakan aspek yang membahas mengenai asal, sumber, proses suatu
pengetahuan sampai dapat diakui sebagai ilmu pengetahuan melalui metode keilmuan.
3. Aksiologis
Dimensi aksiologis berasal dari kata aksios yang berarti nilai dan logos berarti ilmu
atau teori.(Ihsan, 2010: 207) Aksiologi membahas mengenai hakikat nilai, sehingga biasa
disebut Filsafat Nilai. Berikut Pembahasannya:

1.2. Teori-Teori dan Kajian tentang Aksiologis
Menurut Suriasumantri (2007:231) “Aksiologi merupakan cabang filsafat yang
membahas tentang nilai (value)”. Menurut Wibisono (dalam Surajiyo, 2009:152) aksiologi
adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative
penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu. Dan definisi aksiologi menurut Bramel
(dalam Amsal, 2009:163) aksiologi terbagi menjadi tiga bagian:
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.

2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan.
3. Socio-political life, yaitu kehidupan social politik, yang akan melahirkan filsafat social
politik.
Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos
artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi bisa juga disebut

sebagai the theory of value atau teori nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi.
Menurut Suriasumantri (1987:234) aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1995:19)
aksiologi adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilainilai khususnya etika. Menurut Wibisono aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur
kebenaran, etika dan moral sebagai dasar normative penelitian dan penggalian, serta
penerapan ilmu.
Jadi Aksiologi adalah bagian dari filsafat yang menaruh perhatian tentang baik dan
buruk (good and bad), benar dan salah (right and wrong), serta tentang cara dan tujuan
(means and and). Aksiologi mencoba merumuskan suatu teori yang konsisten untuk perilaku
etis. Menurut Bramel Aksiologi terbagi tiga bagian:
1. Moral Conduct, yaitu tindakan moral, Bidang ini melahirkan disiplin khusus yaitu etika.
2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan, bidang ini melahirkan keindahan
3. Socio-politcal life, yaitu kehidupan social politik, yangakan melahirkan filsafat social politik.
Dalam Encyslopedia of philosophy dijelaskan aksiologi disamakan dengan value and

valuation:
1.

Nilai digunakan sebagai kata benda abstrak, Dalam pengertian yang lebih sempit seperti
baik, menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai

tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
2. Nilai sebagai kata benda konkret. Contohnya ketika kita berkata sebuah nilai atau nilai-nilai.
Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya atau nilai dia.
3. Nilai juga dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.
Dari definisi aksiologi di atas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah
mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan
berbagai pertimbangan tentang apa yang dinilai.Teori tentang nilai yang dalam filsafat
mengacu pada masalah etika dan estetika.

1.3. Fakta
Menurut Vardiansyah (2008:3) pengertian fakta (bahasa Latin: factus) ialah segala
sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia. Catatan atas pengumpulan fakta disebut data.
Di sisi lain, Lorens Bagus (1990) memberikan penjelasan tentang fakta objektif dan
fakta ilmiah. Fakta objektif yaitu peristiwa, fenomena atau bagian realitas yang merupakan

obyek kegiatan atau pengetahuan praktis manusia. Sedangkan fakta ilmiah merupakanrefleksi
terhadap fakta obyektif dalam kesadaran manuasia. Yang dimaksud refleksi adalah
deskripsifakta obyektif dalam bahasa tertentu. Fakta ilmiah merupakan dasar bagi bagunan
teoritis. Tanpa fakta-fakta ini bangunan teoritis itu mustahil. Fakta ilmiah tidak terpisahkan
oleh bahasa yang diungkapkan dalam istilah-istilah dan kumpulan fakta ilmia
membentuksuatu deskripsi ilmiah.
Fakta sering kali digunakan oleh para ilmuwan untuk merujuk pada data-data
eksperimen ataupun pengamatan objektif yang dapat diverifikasi. "Fakta" juga dapat
digunakan secara lebih luas untuk merujuk pada hipotesis apapun yang memiliki bukti-bukti
yang sangat banyak dan kuat.
Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya,
baik karena mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka
dianggap telah melaporkan pengalaman orang lain yang sesungguhnya.
Para ilmuwan sering kali menggunakan kata "fakta" untuk menjelaskan sebuah
pengamatan. Tetapi, para ilmuwan juga dapat menggunakan fakta untuk memaksudkan
sesuatu yang telah diuji ataupun terpantau berkali-kali sedemikiannya tidak terdapat lagi
alasan yang kuat untuk terus-menerus menguji ataupun mencari-cari contoh.
Dalam istilah keilmuan fakta adalah suatu hasil observasi yang obyektif dan dapat
dilakukan verifikasi oleh siapapun. Diluar lingkup keilmuan fakta sering pula dihubungkan
dengan:


Suatu hasil pengamatan jujur yang diakui oleh pengamat yang diakui secara luas


-

Galat biasa terjadi pada proses interpretasi makna dari suatu observasi.

-

Kekuasaan kadang digunakan untuk memaksakan interpretasi politis yang benar dari suatu
pengamatan.



Suatu kebiasaan yang diamati secara berulang; satu pengamatan terhadap fenomena apapun
tidak menjadikan itu sebagai suatu fakta. Hasil pengamatan yang berulang biasanya
dibutuhkan dengan menggunakan prosedur atau definisi cara kerja suatu fenomena.




Sesuatu yang dianggap aktual sebagai lawan dari dibuat



Sesuatu yang nyata, yang digunakan sebagai bahan interpretasi lanjutan



Informasi mengenai subyek tertentu



Sesuatu yang dipercaya sebagai penyebab atau makna

1.4 Teori
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling
berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan
menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan
maksud menjelaskan fenomena alamiah.

Menurut Creswell (2009) Teori merupakan pengetahuan ilmiah mencakup penjelasan
mengenai suatu sektor tertentu dari suatu disiplin ilmu, dan dianggap benar. Teori adalah
pengetahuan ilmiah yang memberi penjelasan mengapa suatu gejala terjadi. Teori
memerlukan tingkat keumuman yang tinggi, yaitu bersifat universal supaya lebih berfungsi
sebagai teori ilmiah.
Ada 3 hal pokok yang diungkap dalam definisi teori:
a.

Elemen teori terdiri dari variabel, definisi, dan dalil;

b.

Elemen teori memberikan gambaran sistematis mengenai fenomena melalui penentuan
hubungan antar variabel;

c.

Tujuan teori adalah untuk menjelaskan dan memprediksi fenomena alamiah.

Ada tiga tipe teori, yaitu :

-

Teori Formal, yaitu mencoba menghasilkan suatu skema konsep dan pernyataan dalam
masyarakat atau interaksi keseluruhan manusia yang dapat dijelaskan. Berusaha menciptakan
agenda keseluruhan untuk praktik teoritis masa depan terhadap klaim paradigma yang
berlawanan, atau juga berusaha mempunyai karakter yang fundasional, yaitu mencoba untuk
mengidentifikasi seperangkat prinsip tunggal yang merupakan landasan puncak untuk
kehidupan dan bagaimana semuanya dapat diterangkan.

-

Teori Substantif, yaitu mencoba untuk tidak menjelaskan secara keseluruhan tetapi lebih
kepada menjelaskan hal-hal khusus, misalnya hak pekerja, dominasi politik, perilaku
menyimpang.

- Teori Positivistik, yaitu mencoba untuk menjelaskan hubungan empiris antara variabel dengan
menunjukkan bahwa variabel-variabel itu dapat disimpulkan dari pernyataan-pernyataan
teoritis yang lebih abstrak.

Sedangkan kegunanaan teori yaitu :

- Menjelaskan
Teori hukum dilaksanakan dengan cara menafsirkan sesuatu arti/pengertian, sesuatu syarat
atau unsur sahnya suatu peristiwa hukum, dan hirarkhi kekuatan peraturan hukum.
- Menilai
Teori hukum digunakan untuk menilai suatu peristiwa hukum.
- Memprediksi

Teori hukum digunakan untuk membuat perkiraan tentang sesuatu yang akan terjadi.

1.5 Hukum
Hukum merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau
lebih dalam suatu kaitan sebab akibat sehingga memungkinkan kita meramalkan apa yang
akan terjadi sebagai akibat suatu kejadian. Misalnya, apa yang akan terjadi bila harga suatu
barang naik dihubungkan dengan permintaan atau penawaran.
Menurut Rahardjo (2009) pengertian hukum tersebut dibahas dari perspektif filsafati
dan bersifat normatif yang dilahirkan dari kehendak manusia atau masyarakat untuk
menciptakan keadilan.
“Hukum adalah karya manusia berupa norma-norma yang berisikan petunjukpetunjuk tingkah laku. Hukum merupakan pencerminan dari kehendak manusia tentang
bagaimana seharusnya masyarakat dibina dan kemana harus diarahkan. Oleh karena itu
pertama-tama, hukum mengandung rekaman dari ide-ide yang dipilih oleh masyarakat tempat

hukum diciptakan. Ide-ide tersebut berupa ide mengenai keadilan.”
Menurut E. Utrecht, Hukum adalah himpunan petunjuk hidup (perintah atau larangan)
yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh anggota
masyarakat dan jika dilanggar dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah dari
masyarakat itu.” E. Utrecht mengartikan keberadaan hukum ini yaitu, “hukum sebagai alat
daripada penguasa yang dapat memberi atau memaksakan sanksi terhadap pelanggar hukum
karena dalam penegakan hukum jika terjadi pelanggaran menjadi monopoli penguasa
Sedangkan menurut Van Kan, Hukum sebagai seluruh peraturan hidup manusia yang
bersifat memaksa demi melindungi kepentingan manusia yang ada di dalam masyarakat,
tujuan hukum yakni menjaga ketertiban dan perdamaian.” Didirikannya Peraturan hukum
membuat orang akan dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan hidup manusia dengan
cara yang tertib. sehingga tercapai tujuan kedamaian dalam hidup bermasyarakat.

Dari berbagai definisi hukum yang dikemukakan di atas bisa ditarik kesimpulan
pengertian hukum, merupakan sebuah sistem yang dibuat manusia untuk membatasi perilaku
manusia

agar

tingkah

laku

manusia

ini

dapat

terkontrol

dalam

kehidupan

bermasyarakat. Hukum adalah aspek paling penting dalam pelaksanaan sebuah rangkaian
kekuasaan kelembagaan seperti kehidupan bernegara.
Hukum secara tugas akan menjamin adanya kepastian peraturan dalam masyarakat.
Maka dari itu, di setiap masyarakat akan memiliki hak untuk mendapat pembelaan di mata
hukum. Sehingga hukum dapat diartikan sebagai peraturan atau ketentuan-ketentuan tertulis
dan tidak tertulis yang bertujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan
sangsi bagi yang melakukan pelanggaran. Hal ini mungkin berbeda dengan hukum karma
yang mungkin tidak memiliki efek secara langsung. Namun hukum buatan manusia tentu
harus kita patuhi, jika tidak akan langsung berdampak pada sangsi.

1.6 Teknologi
Menurut Sukardi (2003:35) secara epimologis, akar kata teknologi adalah "techne" yang
berarti serangkaian prinsip atau metode rasional yang berkaitan dengan pembuatan suatu
objek, atau kecakapan tertentu, atau pengetahuan tentang prinsip-prinsip atau metode dan
seni. Pendapat lainnya dikemukakan oleh David L. Goetch (2000 : 50) : “People tools,
resources, to solve problems or to extend their capabilities”, Arnold Pacey “The application
on scientific and other knowledge to practical task by ordered systems, that involve people
and organizations, living things and machines” dan Jujun S. Suriasumantri (2007:12)
“teknologi adalah penerapan konsep ilmiah dalam memecahkan masalah-masalah praktis
baik yang berupa perangkat keras (hardware) maupun perangkat lunak (software).
Beberapa pengertian teknologi yang dikaitkan dengan dimensi pengetahuan.
1. Teknologi adalah penerapan dari pengetahuan ilmiah kealaman (natural science).(Brinkmann,
1971:125)
2. Teknologi merupakan pengetahuan sistematis tentang seni industrial atau sebutan singkatnya
sebagai ilmu industrial. (The Liang Gie, 1982:82)

3. Bunge menyatakan teknologi adalah ilmu terapan yang dipilah menjadi 4 cabang yakni:
teknologi fisik, teknologi biologis, teknologi sosial dan teknologi pikir. (The Liang Gie,
1982:84)
4. Feibleman memandang teknologi sebagai pertengahan antara ilmu murni dan ilmu terapan,
atau merujuk pada makna teknologi sebagai keahlian atau skil. (The Liang Gie, 1982:84)
5. Layton memahami teknologi sebagai pengetahuan. (The Liang Gie, 1982:84)
6. Karl Mark menggunakan istilah teknologi dalam tiga makna yang berbeda, yakni sebagai alat
kerja, pengajaran praktis dari sekolah industrial, dan ilmu tentang teknik. (The Liang Gie,
1982:84)

Dokumen yang terkait

PROSES PENGGUNAAN WEBSITE PEMERINTAH DALAM MENJALANKAN AKTIVITAS PUBLIC RELATION UNTUK PROGRAM PENGEMBANGAN PARIWISATA DAERAH (Studi Pada Website dalam program “ Aksi Sapta Pesona Wisata 2013” Kabupaten Malang)

2 33 54

Wajib membasuh air kencing dan najis-najis lain yang ada di mesjid dan bahwa tanah dapat disucikan dengan air tanpa harus menggalinya

0 26 1

Dalam pemberian kredit harus didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sesuai dengan kebijaksanaan perkreditan dan mengikuti prosedur pemberian kredit yang ditetapkan masing-masing bank agar tidak terjadi pembiayaan bermasalah. BMT UGT Sidogiri Cabang Bot

0 14 21

Evaluasi Proses Perumusan Usulan Program Aksi Mengatasi Dampak Kenaikan BBM Dan Kemiskinan (PAM-DKB) Dibidang Padat Karya Di Desa Gambiran Kecamatan Gambiran Kabupaten Banyuwangi.

0 32 7

Perilaku seksual pada remaja yang berpacaran dan remaja yang tidak berpacaran

0 4 104

Perbedaan kepuasan konsumen antara yang menyaksikan dan yang tidak menyaksikan live music performance di downtown walk summarecon mal serpong

0 18 109

Bantuan hukum administratif bagi masyarakat tidak mampu di pengadilan agama

0 12 130

Tinjauan Hukum Terhadap Electronic Bill Presentment and Payment yang tidak Sesuai dengan Tagihan Sebenarnya Dihubungkan dengan Buku III BW JUNCTO Undang-Undang Nomro 11 Tahun 2008 Tentnag Informasi dan Transaksi Elektornik

0 18 105

latihan ulangan semester 1 ipa kelas 3 tentang lingkungan sehat dan tidak sehat

0 38 2

GERAKAN MAHASISWA MENENTANG NEOLIBERALISME (Studi Komparasi Sikap dan Tindakan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan Liga Mahasiswa Nasional Untuk Demokrasi (LMND) dalam Mengkritisi Kebijakan Universitas Lampung Tahun 2009 - 2010)

0 9 2