Optimalisasi Kedisiplinan saat Kegiatan outbound

Optimalisasi Kedisiplinan saat Kegiatan Belajar Mengajar untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik di Kelas XI IPS 1 SMAN 24 Bandung
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Masalah
Disiplin merupakan sikap mental yang tecermin dalam perbuatan tingkah laku
seseorang atau kelompok yang berupa ketaatan terhadap peraturan, ketentuan, etika,
norma dan kaidah yang berlaku. Kedisiplinan dalam proses pendidikan sangat
diperlukan karena bukan hanya untuk menjaga kondisi suasana belajar dan mengajar
berjalan dengan lancar, tetapi juga untuk menciptakan pribadi yang kuat bagi setiap
peserta didik.
Kata disiplin diartikan dengan (1) Latihan bathin dan watak dengan maksud
supaya perbuatan selalu mentaati tata tertib; (2) Ketaatan pada aturan dan tata tertib
(W.J.S. Purwadarminta, 1985: 254).
Sementara itu Hadlari Nawawi (1996: 128) mengungkapkan bawa disiplin adalah
usaha untuk mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran terhadap suatu ketentuan
yang disetujui bersama agar pemberian hukuman terhadap seseorang dapat dihindari.
Menurut Hasan Langgulung (1989: 401) bahwa disiplin mengandung makna
melatih, mendidik dan mengatur. Artinya, dalam kata disiplin mengandung arti
banyak dan dapat diterapkan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam bidang
pendidikan.
Sedangkan menurut Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan (1994: 17) disiplin adalah

sesuatu yang terletak di dalam hati seseorang yang memberikan dorongan bagi orang
yang bersangkutan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
sebagaimana telah ditetapkan oleh norma dan peraturan yang berlaku. Dalam
keteraturan sikap atau keteraturan tindakan. Disiplin merupakan salah satu alat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka definisi hasil
belajar menurut para ahli antara lain:

Purwanto (2011:46) hasil belajar adalah perubahan perilaku peserta didik akibat
belajar. Perubahan perilaku disebabkan karena dia mencapai penguasaan atas
sejumlah bahan yang diberikan dalam proses belajar mengajar. Lebih lanjut lagi ia
mengatakan bahwa hasil belajar dapat berupa perubahan dalam aspekkognitif, afektif
dan psikomotorik.
Sudjana (2003:3) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah
laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dimiliki oleh
siswa setelah menerima pengalaman belajar.
Hamalik (2003:155) hasil belajar adalah sebagai terjadinya perubahan tingkah
laku pada diri seseorang yang dapat di amati dan di ukur bentuk pengetahuan, sikap
dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat di artikan sebagai terjadinya peningkatan
dan pengembangan yang lebih baik sebelumnya yang tidak tahu menjadi tahu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan ada 3 diantaranya : diri sendiri,

keluarga, pergaulan lingkungan. Manfaat kedisiplinan adalah membuat peserta didik
menjadi lebih tertib dan teratur dalam menjalankan kehidupannya, juga dapat
mengerti bahwa kedisiplinan itu sangat penting bagi masa depannya kelak, karena
dapat membangun kepribadian peserta didik yang kokoh dan bisa diharapkan berguna
bagi masyarakat. Rendahnya kedisiplinan di kelas XI IPS 1 SMAN 24 Bandung
terhadap Mata Pelajaran Geografi menandakan ada kekurangan dalam proses
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung.
Proses penelitian didalam kelas sebagai berikut; Observasi kelas XI IPS 1 SMAN
24 Bandung dimulai dengan pembekalan motivasi oleh Guru Mata Pelajaran Geografi
bernama Ibu Restu. Setelah itu peserta didik diabsen terlebih dahulu dan langsung
dilanjutkan dengan pemanasan, berupa pengulangan materi yang sudah diajarkan.
Awalnya Ibu Restu mendadak menyebutkan hasil UTS yang diperoleh peserta
didik kemarin dan diterukan dengan proses KBM. Ketika KBM sedang berjalan
suasana kelas kurang kondusif, karena peserta didik lebih dominan tidak
memperhatikan yang disampaikan Ibu Restu, ada yang diam-diam makan snack, ada
yang bermain handphone, ada yang mengobrol dengan teman sebangku, dan ada pula

yang tidur. Namun Ibu Restu tidak begitu tegas dalam mengontrol suasana didalam
kelas, karena sangat terlihat bahwa peserta didik tidak tampak takut atau waspada
terhadap Gurunya.

Pembelajaran yang dilakukan menggunakan media yaitu proyektor, untuk
mempermudah pemahaman peserta didik mengenai fenomena yang terjadi. Bila
hanya cerita atau ceramah didepan saja, peserta didik mungkin sulit untuk
membayangkan fenomena tersebut, selain itu pembelajarannya menggunakan metode
diskusi. Dimana setiap kelompok dari peserta didik dipersilahkan membagi
pengetahuan umum mengenai Mata Pelajaran Geografi pada kelompok yang lain
dengan cara mempresentasikan hasil analisis suatu materi dengan Power Point yang
didalamnya ada gambar, animasi, audio, dan ilustrasi.
Jika presentasi sudah selesai, peserta didik yang lain dipersilahkan untuk bertanya
bila ada penyampaian yang tidak dipahami. Lalu setelah proses tanya jawab Ibu Imas
menyampaikan kesimpulan atas materi yang baru saja dipresentasikan, dan
menambahkan

beberapa

pengetahuan

mengenai

materi


barusan.

Di

akhir

pembelajaran Ibu Restu memberikan tugas individu pada peserta didik bila perlu dan
memberikan informasi tentang pertemuan yang akan datang. Setelah itu peneliti
mencatat hasil wawancara dengan guru dan peserta didik. Antara lain :
Hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Geografi :
Aktivitas didalam kelas kurang kondusif kaarena peserta didik tidak semua
memperhatikan presentasi. Kesulitan untuk guru yaitu peserta didik ada saja yang
tidak peduli dengan pelajaran sehingga menyebabkan hasil belajar dibawah KKM.
Tentunya dilaksanakan remedial agar semua peserta didik lulus dari KKM. Bila
masih kurang maka akan diberikan tugas tambahan perindividu. Ibu memakai metode
diskusi agar memudahkan peserta didik berbagi wawasan maupun pengetahuan
umum secara bebas dan terbuka. Dan memekai media proyektor karena agar bisa
membayangkan fenomena alm yang terjadi seputar mata pelajaran Geografi.


Hasil wawancara dengan peserta didik :
Gurunya membosankan bila menerangkan sehingga mereka lebih suka mengobrol
dan bermain hp masing masing, selain itu bahasa yang digunakan ibu guru tersebut
bagus tidak terlihat kaku. Pemberian tugas pun selalu diberitahu dan diingatkan
sebelum batas pengumpulan, penilaiannya pun objektif tidak pandang bulu. Soal yang
diberikan kadang ada yang belum dijelaskan sehingga sukar untuk dijawab, dan aka
nada sanksi atau tugas tambahan bagi peserta didik yang tidak mengumpulkan pada
batas waktu yang ditentukan
Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan kedisiplinan serta prestasi belajar
peserta didik yaitu penegasan dari aturan yang dibuat oleh Guru Mata Pelajaran
Geografi dengan peserta didiknya. Penyebab peserta didik kurang disiplin terlihat dari
rendahnya kesadaran peserta didik akan pentingnya belajar, metode penjelasan materi
yang disampaikan Guru bersangkutan, peserta didik tidak belajar materi di rumahnya,
ketergantungan pada handphone.
Permasalahan utama yang menarik perhatian penyusun yaitu rendahnya kesadaran
peserta didik akan pentingnya belajar. Kebanyakan dari peserta didik memang tidak
terbiasa untuk belajar dirumah dan juga tidak bisa memaksimalkan pembelajaran
dikelas, sehingga wajar saja jika mereka menganggap soal test tergolong sulit. Usaha
yang dapat meningkatkan kedisiplinan peserta didik paling utama yaitu adanya sanksi
sesuai porsi kesalahan yang dilakukannya, sehingga mereka menjadi waspada dan

takut akan melanggar aturan yang dibuat saat awal pertemuan pembelajaran. Selain
itu metode mengajar Guru bersangkutan harus bervariasi sehingga tidak dapat akan
membuat peserta didik merasa bosan ketika proses kegiatan belajar mengajar. Dengan
demikian penyusun berharap optimalisasi kedisiplinan saat kegiatan belajar mengajar
mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas , maka rumusan masalah penyusun adalah:

1. Apakah dengan menerapkan metode diskusi yang bervariasi mampu
meningkatkan konsentrasi peserta didik saat proses kegiatan belajar mengajar
di kelas?
2. Apakah dengan adanya sanksi terhadap peserta didik mampu meningkatkan
kedisiplinan saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung?
3. Bagaimanakah agar mampu membiasakan peserta didik patuh akan aturan dan
beranggapan bahwa proses kegiatan belajar mengajar di kelas sangatlah
penting
4. Bagaimanakah cara mengurangi nomophobia peserta didik saat proses
kegiatan belajar mengajar?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk meningkatkan kesadaran peserta didik akan pentingnya proses kegiatan

belajar mengajar di kelas
2. Untuk meningkatkan disiplin peserta didik akan aturan yang ada
3. Untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik di kelas
4. Untuk mengurangi budaya nomophobia yang diderita remaja zaman sekarang
agar tidak menular pada generasi selanjutnya
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian tindakan kelas ini diharapkan mampu mengoptimalkan kedisiplinan
saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung demi kondusifnya suasana
didalam kelas dan berkembangnya metode pembelajarang yang variatif agar
tidak monoton.
2. Manfaat Praktis
a) Pengembangan Keilmuan
Menambah ilmu PTK untuk masyarakat, khususnya keilmuan sosial
mengenai kedisiplinan saat proses KBM. Sehingga penerapan
kedisiplinan didalam kelas akan lebih tegas lagi bahkan akan
mengkondusifkan keadaan kelas saat proses KBM berlangsung. Demi

terciptanya orang-orang yang bertanggung jawab dan sadar akan
aturan dimanapun ia berada.

b) Bagi Peserta Didik
Meningkatkan kedisiplinan dan sadar akan pentingnya pembelajaran
dikelas. Juga terbiasanya peserta didik belajar di rumah agar memiliki
motivasi belajar yang tinggi.
c) Bagi Guru
Meningkatkan kreatifitas Guru bersangkutan untuk merancang variasi
metode penjelasan didalam kelas. Sehingga pembelajaran akan lebih
kondusif, efisien, dan efektif.
d) Bagi Orangtua Peserta Didik
Meningkatkan kepercayaan anaknya pada sekolah yang dipercayainya,
sehingga harapan orangtua pada anaknya akan jauh lebih tinggi.
e) Bagi Sekolah
Meningkatkan akreditasi dan kualitas sekolah tersebut, sehingga
sekolah tersebut akan menjadi favorit di kalangan peserta didik yang
akan daftar. Selain itu juga sekolah tersebut akan sangat berkontribusi
pada masa depan bangsa.
1.5 Kajian Pustaka
1. Pengertian kedisiplinan
Suratman memberikan pengertian disiplin sebagai suatu ketaatan yang
sungguh-sungguh dan didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan

kewajiban serta sikap dan perilaku sesuai dengan aturan atau tata kelakuan yang
semestinya di dalam suatu lingkungan tertentu (Suratman, 1999: 32). Perilaku
disiplin seperti tepat waktu, tertib, jujur, tepat janji dapat diwujudkan dalam
kehidupan sehari-hari (Muhamad, 2003: 13)
Selaras dengan pengertian kedisiplinan tersebut, Suradisastra (1991: 29) pun
menjelaskan bahwa: kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” yang berarti sikap

untuk menepati apa yang telah dijanjikan, apa yang telah direncanakan.
Kemudian dijelaskan pula, bahwa: disiplin mengandung makna keteguhan hati,
kekuatan jiwa, tidak mudah tergoda oleh hal-hal yang dapat mencelakakan
dirinya. Keberhasilan dalam suatu usaha atau dalam mencapai cita-cita akan
tergantung kepada dimiliki tidaknya sikap disiplin. Orang yang berdisiplin akan
berperilaku apa yang seharusnya diperbuat, tidak mengada-ada, tidak dilebihlebihkan tetapi juga tidak dikurangi dari keadaan yang sebenarnya. Diam tepat
pada pijakannya, melangkah tepat gerakannya, melaju sesuai arahnya. Sikap
disiplin dapat dilakukan untuk setiap perilaku, seperti disiplindalam belajar,
disiplin dalam bekerja, disiplin dalam beraktivitas lainnya.
Westra (1977: 96), mengemukakan pengertian kedisiplinan sebagai “Suatu
keadaan tertib dimana orang-orang yang tergabung di dalam organisasi tunduk
pada peraturan-peraturan yang ada dengan rasa senang hati”.


Pendapat itu

menunjukkan bahwa disiplin merupakan ketaatan dan kepatuhan pada peraturan
yang dilakukan dengan rasa senang hati, bukan karena dipaksa atau terpaksa.
Sedangkan menurut Widodo DS (1984:57) bahwa, "Kedisiplinan adalah
kesetiaan dan ketaatan seseorang, norma-norma, instruksi-instruksi yang
dinyatakan berlaku untuk orang atau orang tersebut”. Dari pendapat tersebut
terlihat jelas bahwa pengertian kedisiplinan mengandung beberapa unsur yakni
ketaatan, pengetahuan, kesadaran, ketertiban dan perasaan senang di dalam
menjalankan tugas dan mematuhi atau mentaati segala peraturan-peraturan
perundangan yang dinyatakan berlaku.
2. Manfaat kedisiplinan
Disiplin bermanfaat bagi anak-anak utnuk perkembangan karena dengan
disiplin beberpa kebutuhan akan terpenuhi. Seperti dikatakan oleh Dirk Meyer,
Gutkin dan Redh (Oteng Sutisna,) bahwa manfaat dari disiplin adalah:
1)

Disiplin memberi rasa aman dan memberitahukan apa yang boleh dan

tidak boleh dilakukan


2)

Dengan membantu anak menghindari perasaan bersalah, rasa malu

akibat perilaku yang salah, perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia
dan penyesuaian yang baik terhadap disiplin memungkinkan anak hidup menurut
standar yang disetujui oleh lingkungan sosialnya dan dengan demikian
memperoleh prsetujuan sosial.
3)

Dengan disiplin anak belajar bersikap menurut cara yang akan

mendatangkan pujian yang akan ditampilkan anak sebagai tanda kasih sayang dan
penerimaan hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan berakhir dengan
kebahagiaan.
4)

Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi

pendorong ego yang mendorong anak mencapai apa yang diharapkan dirinya.
Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani, suara dari dalam,
pembimbing

dan

pengambilan

keputusan

dan

pengendalian

perilaku.

Menurut Oemar Hamalik belajar adalah: Kegiatan-kegiatan fisik badaniah. Hasil
belajar yang dicapai yang dicapai adalah berupa perbedaan dalam fisik itu,
misalnya mencapai kecakapan motoris, seperti berlari, mengendari mobil,
memukul secara baik dan sebagainya. Pendapat lain menitikberatkan pendapatnya
bahwa belajar adalah kegiatan rohani atau psikis. Hasil belajar yang dicapai
perubahan-perubahan dalam psikis. Misalnya memperoleh pengertian tentang
bahasa, mengapresiasikan seni budaya, bersikap susila dan lain-lain .
3. Tujuan kedisiplinan
Setiap manusia mempunyai tujuan tertentu dalam melaksanakan sikap dan
perbuatannya. Sedangkan tujuan dari disiplin menurut Ellen G White adalah:
1)

Pemerintahan atas diri;

2)

Menaklukkan kuasa kemauan;

3)

Perbaiki kebiasaan-kebiasaan;

4)

Hancurkan benteng syetan;

5)

Ajar menghormati orang tua dan ilahi; dan

Sementara Emile Durkheim mengatakan bahwa disiplin mempunyai tujuan
ganda yaitu mengembangkan suatu keteraturan dalam tindak tanduk manusia dan
memberinya suatu sasaran tertentu yang sekaligus membatasi cakrawalanya.
Kalau dilihat dari sisi tujuan, pelaksanaan pembinaan kedisiplinan
mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan jangka dekat dan tujuan jangka panjang.
Tujuan jangka dekat pembinaan kedisiplinan adalah untuk membuat anak- anak
terlatih dan terkontrol, dengan mengajarkan mereka bentuk-bentuk tingkah laku
yang pantas atau yang masih asing bagi mereka. Sedangkan tujuan jangka
panjang pembinaan kedisiplinan adalah perkembangan dari pengendalian diri
(self control) dan pengarahan diri sendiri (self direction), dimana anak dapat
mengarahkan diri sendiri.
Pengendalian diri berarti menguasai tingkah laku diri sendiri dengan
berpedoman norma-norma yang jelas, standar-standar, dan aturan-aturan yang
sudah menjadi milik diri sendiri. Dengan demikian, tujuan pembinaan secara
umum adalah untuk menanamkan kesadaran pada anak supaya bertingkah laku
berdasarkan nilai- nilai agama, nilai budaya, aturan-aturan pergaulan, pandangan
hidup, dan sikap hidup yang bermakna bagi anak sehingga memiliki kepribadian
baik dan disiplin diri.
4. Faktor yang memengaruhi kedisplinan belajar
Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Siswa dalam Belajar atau Disiplin
Belajar. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi sikap Disiplin siswa dalam
belajar atau Disiplin belajar siswa, yaitu:
1)

Keteladanan

Keteladanan orang tua sangat mempengaruhi sikap disiplin anak, sebab sikap
dan tindak tanduk atau tingkah laku orang tua sangat mempengaruhi sikap dan
akan ditiru oleh anak. Oleh karena itu, orang tua bukanlah hanya sebagai pemberi

kebutuhan anak secara materi, tapi orang tua juga adalah sebagai pemberi ilmu
pengetahuan dan dituntut untuk menjadi suri tauladan bagi anaknya.
2)

Kewibawaan

Orang tua yang berwibawa dapat memberi pengaruh yang positif bagi anak,
hal ini sebagaimana yang tertulis dalam sebuah buku yang dikeluarkan oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1983:3) bahwa kewibawaan adalah
pancaran kepribadian yang menimbulkan pengaruh positif sehingga orang lain
mematuhi perintah dan larangannya. Orang yang berwibawa menampakkan sikap
dan nilai yang lebih unggul untuk diteladani.
Pendapat tersebut menyebutkan, bahwa kewibawaan sangat mempengaruhi
sikap seseorang. Kewibawaan yang dimiliki oleh orang tua sangat menentukan
kepada pembentukan kepribadian anak. Anak yang terbiasa melaksanakan tugas
sesuai dengan petunjuk orang tua, maka dalam dirinya itu sudah tertanam sikap
disiplin, dan sebaliknya apabila orang tua sudah tidak memiliki kewibawaan, akan
sulit bagi orang tua tersebut untuk mengarahkan dan membimbing anak dan yang
akan terjadi adalah tindakan-tindakan indisipliner, dengan demikian kewibawaan
sangat mempengaruhi perilaku anak.
3)

Anak

Agar disiplin di lingkungan keluarga dapat berjalan dengan baik, maka sangat
diharapkan kerjasama antar semua yang ada di rumah tersebut. Berdasarkan hal
tersebut di atas, maka sangat diharapkan adanya kesadaran anak itu sendiri dalam
membina kedisiplinan. Anak harus menyadari kedudukannya sebagai anak yang
memerlukan orang tua.
4)

Hukuman dan ganjaran

Hukuman dan ganjaran, merupakan salah satu usaha untuk mempengaruhi
perilaku. Apabila anak melakukan suatu pelanggaran atau suatu perbuatan yang
tidak terpuji dan tidak mendapat teguran dari orang tua, maka akan timbul dalam
diri anak tersebut suatu kebiasaan yang kurang baik.

5)

Lingkungan

Faktor yang tidak kalah pentingnya dan berpengaruh terhadap disiplin adalah
faktor lingkungan. Lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Pada umumnya apabila
lingkungan baik, maka akan berpengaruh terhadap perbuatan yang positif dan
begitu pula sebaliknya.
Agar dapat terlaksana sikap disiplin siswa yang diharapkan, maka ketiga
lingkungan tersebut harus saling membantu, saling menolong, kerjasama, karena
masalah pendidikan itu sudah sewajarnya menjadi tanggung jawab bersama antara
pemerintah, dalam hal ini guru/sekolah, orang tua/keluarga dan begitu juga
masyarakat yang berada di lingkungannya.
Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, bahwa
keluarga mendidik anak dengan memberikan kebiasaan-kebiasaan yang baik
sebagai pembentukan watak yang terpuji. Sekolah mendidik anak memberikan
kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan si anak dengan pengajaran, dan dari
masyarakat mendidik anak-anak dengan latihan-latihan praktis, berwujud
keterampilan, ketabahan, keberanian, dan sebagainya yang semuanya akan
dipergunakan sebagai bekal dalam kehidupannya.
Sedangkan belajar dapat dibatasi sebagai kegiatan pisik dan mental dalam
proses perubahan perilaku, maka dilihat dari ruang lingkupnya aktivitas belajar
menyangkut aktivitas belajar di sekolah maupun di rumah. Dengan demikian,
maka dapat diidentifikasi bahwa disiplin belajar adalah keadaan sikap mental
anak yang dengan senang hati tunduk pada aturan-aturan ketertiban kegiatan pisik
dan mental dalam merubah perilaku melalui kegiatan belajar di sekolah maupun
di rumah.
Oleh karena itu, jelaslah bahwa masalah Disiplin siswa dalam belajar atau
Disiplin belajar siswa merupakan hal yang sangat penting, karena jika

kedisiplinan tersebut telah tertanam dalam diri anak, maka ia akan berusaha untuk
belajar secara teratur, kontinue, dan ajeg sesuai dengan peraturan-peraturan yang
ada, sehingga akan tercapai sebuah prestasi dalam belajar.
5. Cara menumbuhkan disiplin siswa dalam belajar atau disiplin belajar
Untuk menumbuhkan disiplin siswa dalam belajar atau disiplin belajar, maka
siswa harus membiasakan hal-hal sebagai berikut:
1)
-

Mengikuti pedoman umum untuk belajar
Keteraturan dalam belajar

Keteraturan merupakan unsur pokok dalam pelaksanaan disiplin belajar,
karena dengan belajar yang teratur siswa akan menemukan sendiri cara belajar
yang baik dan tentunya akan berpengaruh terhadap efektivitas belajar siswa. Hal
ini sebagaimana pendapat The Liang Gie, bahwa keteraturan dalam belajar
merupakan salah satu unsur disiplin yang ikut menentukan keberhasilan dalam
proses belajar mengajar.
-

Konsentrasi

Konsentrasi merupakan pemusatan pikiran terhadap susuatu dengan
mengesampingkan semua masalah yang tidak berhubungan. Untuk itu, jika
seorang siswa akan mengkonsentrasikan dirinya dalam kegiatan belajar, maka ia
harus berusaha memusatkan pikirannya terhadap satu pelajaran yang sedang
dihadapinya, dan ia harus berusaha mengesampingkan semua hal yang tidak
berhubungan dengan proses belajar yang akan dihadapi.
-

Tertib dalam belajar

Tertib dalam belajar adalah apabila seorang siswa menyusun tata tertib dalam
belajar sehingga siswa dapat belajar dengan tertib, kontinue, dan konsisten sesuai
dengan tata tertib yang telah dibuatnya.
-

Tertib dalam menggunakan perpustakaan

Tidak ada kegiatan belajar yang dapat dilakukan tanpa membaca dan sumber
bacaan adalah buku. Dalam menggunakan buku, anak harus mencintai dan

menganggap buku sebagai sahabat. Seseorang dapat mencintai buku-buku dan
mereka senantiasa merupakan sahabat yang abadi.
2)
-

Cara mengatur waktu
Pengelompokkan waktu

Salah satu yang dihadapi anak adalah penggunaan waktu dalam belajar.
Banyak anak yang mengeluh kekurangan waktu untuk belajar, tetapi sebenarnya
anak kurang memiliki keteraturan dan disiplin untuk menggunakan waktu secara
efektif dan efisien.
-

Penjatahan waktu.

Untuk belajar secara teratur setiap hari harus mempunyai rencana kegiatan.
Banyak anak yang membuang waktu untuk memikirkan mata pelajaran, karena
kebingungan apa yang sebaiknya dipelajari. Sehingga hal ini akan membuang
waktu secara sia-sia.
6. Pengertian hasil belajar
Hasil

belajar

siswa menurut

W.

Winkel

(dalam

buku Psikologi

Pengajaran 1989:82) adalah keberhasilan yang dicapai oleh siswa, yakni prestasi
belajar siswa di sekolah yang mewujudkan dalam bentuk angka.
Menurut

Winarno

Surakhmad

(dalam

buku, Interaksi

Belajar

Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1980:25) hasil belajar siswa bagi kebanyakan
orang berarti ulangan, ujian atau tes. Maksud ulangan tersebut ialah untuk
memperoleh suatu indek dalam menentukan keberhasilan siswa.
Dari definisi di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil
belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar
mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku
seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan
berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan
filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada
kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa

suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan
berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai.
Untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pembelajaran khusus, guru perlu
mengadakan tes formatif pada setiap menyajikan suatu bahasan kepada siswa.
Penilaian formatif ini untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai
tujuan pembelajaran khusus yang ingin dicapai. Fungsi penelitian ini adalah untuk
memberikan umpan balik pada guru dalam rangka memperbaiki proses belajar
mengajar dan melaksanakan program remedial bagi siswa yang belum berhasil.
Karena itulah, suatu proses belajar mengajar dinyatakan berhasil apabila hasilnya
memenuhi tujuan pembelajaran khusus dari bahan tersebut.
7. Indikator hasil belajar siswa
Yang menjadi indikator utama hasil belajar siswa adalah sebagai berikut:
1)

Ketercapaian Daya

diajarkan,

baik

secara

Serap terhadap
individual

bahan

maupun

pembelajaran

kelompok.

yang

Pengukuran

ketercapaian daya serap ini biasanya dilakukan dengan penetapan Kriteria
Ketuntasan Belajar Minimal (KKM)
2)

Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran telah dicapai oleh

siswa, baik secara individual maupun kelompok.
Namun demikian, menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (dalam
buku Strategi Belajar Mengajar 2002:120)

indikator yang banyak dipakai

sebagai tolak ukur keberhasilan adalah daya serap.
8. Faktor yang memengaruhi hasil belajar siswa
Hasil belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai hal. Secara umum Hasil belajar
dipengaruhi 3 hal atau faktor Faktor-faktor tersebut akan saya uraikan dibawah
ini, yaitu :
1. Faktor internal (factor dalam diri)
2. Faktor eksternal (factor diluar diri)
3. Faktor pendekatan belajar
-

Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi Hasil belajar yang pertama adalah Aspek
fisiologis. Untuk memperoleh hasil Hasil belajar yang baik, kebugaran tubuh dan
kondisi panca indera perlu dijaga dengan cara : makanan/minuman bergizi,
istirahat, olah raga. Tentunya banyak kasus anak yang prestasinya turun karena
mereka tidak sehat secara fisik.
Faktor internal yang lain adalah aspek psikologis. Aspek psikologis ini
meliputi : inteligensi, sikap, bakat, minat, motivasi dan kepribadian. Factor
psikologis ini juga merupakan factor kuat dari Hasil belajar, intelegensi memang
bisa dikembangkang, tapi sikap, minat, motivasi dan kepribadian sangat
dipengaruhi oleh factor psikologi diri kita sendiri. Oleh karena itu, berjuanglah
untuk terus mendapat suplai motivasi dari lingkungan sekitar, kuatkan tekad dan
mantapkan sikap demi masa depan yang lebih cerah. Berprestasilah.
-

Faktor eksternal

Selain faktor internal, Hasil belajar juga dipengaruhi oleh faktor aktor
eksternal meliputi beberapa hal, yaitu:
1)

Lingkungan sosial, meliputi : teman, guru, keluarga dan masyarakat.

Lingkungan sosial, adalah lingkungan dimana seseorang bersosialisasi,
bertemu dan berinteraksi dengan manusia disekitarnya. Hal pertama yang menjadi
penting dari lingkungan sosial adalah pertemanan, dimana teman adalah sumber
motivasi sekaligus bisa menjadi sumber menurunnya prestasi. Posisi teman sangat
penting, mereka ada begitu dekat dengan kita, dan tingkah laku yang mereka
lakukan akan berpengaruh terhadap diri kita. Kalau kalian sudah terlanjur
memiliki lingkungan pertemanan yang lemah akan motivasi belajar, sebisa
mungkin arahkan teman-teman kalian untuk belajar. Setidaknya dengan cara itu
kaluan bisa memposisikan diri sebagai seorang pelajar.
2)

Guru, adalah seorang yang sangat berhubungan dengan Hasil belajar.

Kualitas guru di kelas, bisa mempengaruhi bagaimana kita balajar dan bagaimana
minat kita terbangun di dalam kelas. Memang pada kenyataanya banyak siswa

yang merasa guru mereka tidak memberi motivasi belajar, atau mungkin suasana
pembelajaran yang monoton. Hal ini berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
3)

Keluarga, juga menjadi faktor yang mempengaruhi Hasil belajar

seseorang. Biasanya seseorang yang memiliki keadaan keluarga yang berantakan
(broken home) memiliki motivasi terhadap prestasi yang rendah, kehidupannya
terlalu difokuskan pada pemecahan konflik kekeluargaan yang tak berkesudahan.
Maka dari itu, bagi orang tua, jadikanlah rumah keluarga kalian surga, karena jika
tidak, anak kalian yang baru lahir beberapa tahun lamanya, belum memiliki
konsep pemecahan konflik batin yang kuat, mereka bisa stress melihat tingkah
kalian wahai para orang tua yang suka bertengkar, dan stress itu akan tetap
terbawa atau dibawa ke dalam kelas.
4)

Masyarakat, sebagai contoh seorang yang hidup dimasyarakat

akademik mereka akan mempertahankan gengsinya dalam hal akademik di
hadapan masyarakatnya. Jadi lingkungan masyarakat mempengaruhi pola pikir
seorang

untuk

berprestasi.

Masyarakat

juga,

dengan

segala

aktifitas

kemasyarakatannya mepengaruhi tidakan seseorang, begitupun juga berpengaruh
terhadap siswa dan mahasiswa.
5)

Lingkungan non-sosial, meliputi : kondisi rumah, sekolah, peralatan,

alam (cuaca). Non-sosial seperti hal nya kondiri rumah (secara fisik), apakah rapi,
bersih, aman, terkendali dari gangguan yang menurunkan Hasil belajar. Sekolah
juga mempengaruhi Hasil belajar, dari pengalaman saya, ketika anak pintar masuk
sekolah biasa-biasa saja, prestasi mereka bisa mengungguli teman-teman yang
lainnya. Tapi, bila disandingkan dengan prestasi temannya yang memiliki kualitas
yang sama saat lulus, dan dia masuk sekolah favorit dan berkualitas, prestasinya
biasa saja. Artinya lingkungan sekolah berpengaruh. cuala alam, berpengaruh
terhadap hasil belajar.
9.

Penilaian hasil belajar

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain (hal 120-121)
mengungkapkan, bahwa untuk mengukur dan mengevaluasi hasil belajar
siswa tersebut dapat dilakukan melalui tes prestasi belajar. Berdasarkan tujuan
dan ruang lingkunya, tes prestasi belajar dapat digolongkan ke dalam jenis
penilaian, sebagai berikut:
- Tes Formatif, penilaian ini dapat mengukur satu atau beberapa pokok
bahasan tertentu dan tujuan untuk memperoleh gambaran tentang daya serap
siswa terhadap pokok bahasan tersebut. Hasil tes ini dimanfaatkan untuk
memperbaiki proses belajar mengajar dalam waktu tertentu.
- Tes Subsumatif, tes ini meliputi sejumlah bahan pengajaran tertentu yang
telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah untuk memperoleh
gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar atau hasil
belajar siswa. Hasil tes subsumatif ini dimanfaatkan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
- Tes Sumatif, tes ini diadakan untuk mengukur daya serap siswa terhadap
bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau
dua bahan pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tarap atau tingkat
keberhasilan belajar siswa dalam satu periode belajar tertentu. Hasil dari tes
sumatif ini dimanfaatkan untuk kenaikan kelas, menyusun peringkat (rangking)
atau sebagai ukuran mutu sekolah.
1.6 Hipotesis Tindakan
Pengoptimalisasian kedisiplinan kegiatan belajar mengajar dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik di kelas XI IPS 1 SMAN 24 Bandung
1.7 Rencana Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada siswa kelas XI IPS 1, semester
genap tahun ajaran 2015/2016 di SMAN 24 Bandung. Karakteristik
kuaantitatif peserta didik kelas XI IPS 1 terdiri dari 14 orang laki-laki dan 28
orang perempuan, jumlah keseluruhan 42 peserta didik. Sedangkan

karakteristik kualitatif adalah sebagian besar peserta didik merasa kesulitan
dalam memahami materi-materi yang dijelaskan.
2. Aspek yang Diteliti
Secara umum, penelitian ini akan difokuskan pada 2 aspek kajian, yaitu :
1) Faktor Siswa
Aspek yang akan dikaji dari faktor siswa adalah kedisiplinan saat
proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
2) Faktor Guru
Aspek yang akan dikaji dari faktor Guru adalah metode pembelajaran
yang diterapkan belum variatif, yakni metode diskusi dan metode
ceramah.
3. Rencana Tindakan
Tindakan untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik terhadap hasil
belajar akan dilakukan 1 siklus dengan tiga tindakan. Setiap tindakannya
terdiri atas tiga langkah kegiatan, diantaranya : perencanaan, pelaksanaan
tindakan, obeservasi, dan refleksi. Pada setiap tahapan kegiatan tersebut
menghasilkan produk penelitian yang berbeda, namun saling mendukung dan
berfungsi untuk perbaikan yang lebih lanjut.
Tahapan kegiatan PTK, pada setiap tindakan adalah sebagai berikut :
1) Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan awal dari persiapan optimalisasi
kedisiplinan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung, beberapa hal
yang menjadi indikator dari kedisiplinan diantaranya : adanya penegakan
aturan serta sanksi sesuai porsi, kesadaran guru serta peserta didik, adanya
tauladan yang menjadi contoh untuk ditiru. Indikator diatas tentu akan
menjadi penilaian tersendiri bagi peneliti ketika sedang meneliti didalam
kelas yang dilaksanakan pada tanggal 28 Maret 2016 pukul 09.00-12.00
WIB.
2) Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan tindakan merupakan implementasi dari rencana
tindakan yang telah dan disiapkan oleh peneliti. Pada tahap ini peneliti
akan memperhatikan objek yang ada didalam kelas yaitu guru dan peserta
didik. Agar mampu diketahui beberapa indikator dari kedisiplinan mana
yang tidak sesuai saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.
3) Observasi
Tahap Observasi dilakukan oleh : Adam Ramadhan, Andri Kurniawan, M.
Asyafiqi, Yanuar Firman Ramadhan, dan Zaim Hasan. Bersamaan dengan
pelaksanaan tindakan dari mulai dari kegiatan awal hingga akhir pada
tanggal 28 Maret 2016 pukul 09.00 pagi – 12.00 siang di kelas XI IPS 1
SMAN 24 Bandung. Observasi ini akan mengacu pada indikator yang
dibuat oleh observer pada tahap perencanaan. Penialaiannya tentu harus
objektif sesuai seperti apa yang ada didalam kelas, dan dengan sudut
pandang yang berbeda. Dalam observasi ini peneliti tidak diperkenankan
mengganggu proses kegiatan belajar mengajar.
4) Refleksi
Tahap refleksi merupakan tahap akhir dari beberapa tahap diatas. Tahap
ini dilakukan untuk melihat evaluasi dari terselesaikannya proses kegiatan
belaar mengajar. Hasil evaluasi didapatkan dari beberapa langkah
diantaranya : ada atau tidaknya teguran guru pada peserta didik yang tidak
memperhatikan pembelajaran atau bermain-main saat proses belajar
berlangsung dengan kata lain sikap moral yang ditunjukan pada guru, serta
sikap moral guru terhadap peserta didik. Hal ini tentu akan menjadi
perhatian observer karena dengan itu keberhasilan apa yang telah didapat
setelah proses kegiatan belajar selesai, serta kekurangan dan solusi dari
permasalahan yang terjadi selama didalam kelas XI IPS 1 SMAN 24
Bandung.
4. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data penelitian terkait dengan aspek kajian, maka akan
digunakan 2 jenis instrumen pengumpulan data yaitu :
1.

Tes
Instrumen ini akan digunakan untuk mengumpulkan data tentang
kesadaran peserta didik terhadap kedisiplinan didalam kelas. Tes
diberikan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan seputar kebiasaan
didalam kelas untuk mengetahui rutinitas pesertadidik setiap harinya.

2.

Lembar Observasi
Lembar observasi untuk menghimpun data dan informasi tentang
langkah-langkah penilaian dalam permasalahan kedisiplinan siswa
maupun guru didalam kelas selama proses kegiatan belajar mengajar

5. Analisis Data
Data yang terkumpul dari setiap kegiatan pelaksanaan tindakan terdiri dar 2
jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif didapat dari
lembar observasi sedangkan data kuantitatif dari tes (kuesioner).
Analisi dari kedua jenis data tersebut kemudian akan diolah sebagai berikut :
1)

Data kuantitatif dianalisi secara statistika sederhana yaitu prosentase
yang nantinya akan dibandingkan dengan kondisi siswa sebelum dan
sesudah dilakukannya tindakan penelitian.

2)

Data kualitatif dianalisis secara kualitatif yang akan diperuntukan bagi

refleksi selanjutnya
6. Indikator Keberhasilan
Kedisiplinan perserta didik saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung
dinyatakan meningkat bila peserta didik menunjukan perolehan hasil belajar,
pada kegiatan belajar mengajar khususnya materi biosfer memiliki kkm 65.
Penelitian tindakan ini telah berhasil bila 90% peserta didik kelas XI IPS 1
SMAN 24 Bandung telah mencapai atau melampaui KKM. Dengan kata lain,
peningkatan kedisiplinan akan membantu konsentrasi belajar peserta didik

dan akan memudahkannya untuk menjawab soal-soal ketika ujian dilakukan.
Sehingga akan sangat tidak mungkin bila masih ada peserta didik yang belum
lulus dari KKM mata pelajaran Geografi.
1.8 Daftar Pustaka
Drs. Sriyono,dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA. Jakarta. PT.
Melton Putra
Drs. B. Suryosubroto. 2002. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta. PT.
Rineka Cipta
Anonim. 2015. Tersedia: didefinisipengertian.blogspot.co.id/2015/06/definisidisiplin-pengertian-menurut-ahli.html [diunduh 6 Mei 2016, pukul 14.20]
Roy Manihai. 2015. Tersedia : aroxx.blogspot.co.id/2015/01/pengertian-hasilbelajar-menurut-para.html [diunduh 6 Mei 2016, pukul]

Optimalisasi Kedisiplinan saat Kegiatan Belajar Mengajar untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Peserta Didik di Kelas XI IPS 1 SMAN 24 Bandung
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian
Geografi dengan Dosen Pengampu Prof. Dr. Darsiharjo, MS.

Oleh:
Yanuar Firman Ramadhan (1400356)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2016