Perubahan Sosial Makalah Diajukan Untuk

Perubahan Sosial

Makalah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur
Dalam Mata Kuliah Sosiologi Antropologi
Dosen : Drs. Dadang Sahroni, M.Pd

Oleh :
Lulu Masruroh
1146000086

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
2014 M/ 1436 H

1

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Pertama-tama penyusun panjatkan puji beserta syukur kepada Allah s.w.t yang telah
memberikan berlimpah kenikmatan sehingga makaalah ini dapat terselesaikan. Dalam
makalah ini penyusun membahas tentang “ Perubahan Sosial”.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui sejauh mana hubungan Ekonomi pada
Perubahan Sosial dan sekaligus melakukan tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah
“Sosiologi Antropologi”.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Dosen Sosiologi Antropologi yaitu
Bapak Drs. Dadang sahroni, M.Pd yang telah membimbing penyusun dalam mempelajari
materi yang terdapat dalam makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat, walaupun makalah ini masih
memiliki kekurangan. Penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang
membangun. Terima kasih.
Nuun walqolami wamaa yasturuun
Wassalamua’alaikum wr. wb.
Bandung, Januari 2015

Lulu Masruroh

2


Daftar Isi

Kata pengantar

........................................................................

2

Daftar Isi

................................ .........................................

3

Bab I Penduhuluan
1.1.
1.2.

Latar Belakang
........................................................................

Rumusan Masalah........................................................................ 4

4

Bab II Pembahasan
2.1. Pengertian Perubahan Sosial

...................................................

5

2.2. Ruang Lingkup Perubahan Sosial..................................................

6

2.3. Faktor-Faktor Perubahan Sosial ........................................................ 7
2.4. Proses perubahan sosial .................................................................... 9
2.5. Bentuk-bentuk perubahan sosial ........................................................ 10
2.6. Faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan sosial........... 11


Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan........................................................................................ 13
Daftar Pustaka......................................................................................

14

3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Seperti diketahui; setiap kehidupan masyarakat manusia senantiasa mengalami suatu
perubahan sosial. Perubahan sosial pada manusia mempunyai kepentingan yang tak
terbatas. Perubahan akan nampak setelah tatanan dan kehidupan masyarakat yang lama
dapat dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru. Perubahan
yang terjadi dapat merupakan kemajuan atau mungkin justru kemunduran.

1.2.


Rumusan Masalah

a)

Apa pengertian dari perubahan sosial tersebut ?

b)

Apa yang menjadi ruang lingkup perubahan sosial?

c)

Apa faktor-faktor penyebab perubahan sosial?

d)

Bagaiman proses perubahan sosial

e)


Bagaimana bentuk-bentuk perubahan sosial?

f)

Apa faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan ?

BAB II
4

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perubahan Sosial

Dalam perubahan sosial, unsur-unsur kemasyarakatan yang mengalami perubahan biasanya
adalah mengenai nilai social, norma social, pola perilaku, organisasi sosial, kekuasaan,
tanggung jawab, dan kepemimpinan. Dalam masyarakat maju atau masyarakat berkembang
perubahan sosial berkaitan erat dengan perkembangan ekonomi (Zindani, 1993).
Perubahan sosial dikalangan para sosiolog memiliki pengertian yang berbeda. Berbedanya
pengertian perubahan sosial tersebut sebagai konsekuensi dari kekaburan yang sering dialami

ahli sosial di dalam memberikan penjelasan tentang ruang lingkup, batasan pengertian dan
aspek-aspek, terutama dalam perubahan sosial. Sebagai upaya untuk menghindari kesulitan
tersebut, maka paktor utama yang paling penting untuk diketahui dan dipahami adalah
tentang batas dan pengertian dari perubahan sosial itu sendiri. Adapun pengertian perubahan
sosial menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a. Menurut Wilbert Moore (1967:3)
Perubahan sosial sebagai perubahan sosial yang terjadi dalam “struktur sosial”, dan yang
dimaksud dengan struktur sosial adalah “pola-pola perilaku” dan “interaksi sosial”. Moore
memasukkan kedalam definisi perubahan sosial sebagai ekspresi mengenai struktur seperti
norma, nilai dan fenomena kultur.
b. Menurut Selo Soemardjan (1964)
Soemardjan berpendapat bahwa perubahan sosial adalah segala perubahan pada lembaga
kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya, termasuk
didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola perilaku diantara kelompok masyarakat.
c. Roucek dan Warren (1984)
Kedua ahli ini mengemukakan bahwa perubahan sosial adalah perubahan dalam proses sosial
atau dalam struktur sosial.
d. Soedjono Dirdjosisworo (1985)
Soedjono merumuskan bahwa definisi perubahan sosial sebagai perubahan fundamental yang
terjadi dalam struktur sosial, system sosial dan organisasi sosial.

e. Karl Manheim (Lauer, 1993:248)
Karl menjelaskan mengenai inti dari suatu perubahan. Ia mengungkapkan bahwa:
“ changing community is not determined by a set of unshakable commands, but is engaged in
a permanent search for new norms to exprem ss change experiences. The content of

5

conscience is accordingly not determined by explicit and rule but is continuously shaping
itself a new”
Jelaslah, bahwa perubahan masyarakat dalam intinya ialah perbahan norma-norma
masyarakat. Karena perubahan norma dan proses pembentukan norma baru merupakan inti
dari usaha mempertahankan persatuan hidup kelompok, dengan sendirinya proses perubahan
masyarakat menjadi proses disintegrasi dalam banyak bidang, sehingga demi kemajuan harus
diusahakan adanya reintegrasi, yaitu: penampungan kembali dalam dalam suatu kehidupan
bermasyarakat yang lebih cocok dengan kebutuhan baru masyarakat dimana norma-norma
yang lebih cocok ini akan merupakan ikatan dari masyarakat yang baru/lebih luas (Susanto,
1965:160).
2.2. Ruang Lingkup Perubahan Sosial
Ruang lingkup perubahan sosial meliputi bidang yang sangat luas. Sebagaimana yang
dinyatakan oleh Selo Soemardjan perubahan sosial adalah “segala perubahan pada lembagalembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi system sosialnya,

termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap, dan perilaku diantara kelompok dalam masyarakat”
(Soekanto, 2002).
Perubahan sosial meliputi berbagai bidang,seperti bidang pendidikan, ekonomi, hokum, dan
teknologi. Sebaliknya, perubahan sosial yang terjadi dapat hanya meliputi bidang tertentu
saja dan terbatas pula kedalamnya. Misalnya perubahan pada bidang pendidikan yang baru
mencapai tarap normal dan nilai belum Sampai pada tarap perilaku. Perilaku sosial dapat
terjadi pada tingkat individu, kelompok sosial, kelompok besar, maupun kelompok yang
sangat besar. Perubahan sosial pada bidang tertentu yang akan pada tingkat yang luas,
misalnya tentang timbulnya kesadaran terhadap usaha pelestarian.
2.3. Faktor-Faktor Perubahan Sosial
Perubahan sosial menghadapkaan manusia pada situasi baru yang mengarahkan pada suatu
bentuk kegiatan yang baru. Terhadap banyak faktor yang terkait dan menyebabkan perubahan
perilaku dan budaya manusia serta struktur didalam masyarakat. Para sosiolog telah
mengidentifikasikan sejumlah faktor utama yang dampaknya sangat berbeda satu sama
lainnya,tergantung pada situassi, waktu dan tempat.setelah memulai proses analisis yang
panjang, para sosiolog sepertinya telah menyaring beberapa faktor utama pendorongan
perubahan sosial. Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi (1964:489) mengatakan bahwa
secara umum peneyebab dari perubahan sosial dibedakan atas dua golongan besar, yaitu:
perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri, dan perubahan yang berasal dari luar
masyarakat.

Perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiriPerkembangan ilmu pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan berbagai pertemuan baru. Penemuan baru,
banyak faktor yang menyebabkan individumencari penemuan baru, beberapa diantaranya
adalah :
6

1)

Kesadaran dari orang perorang akan ketergantungan dalam masyarakat

2)

Kualitas dari ahli-ahli dalam suatu kebudayaan, dan

3)

Adanya perangsang bagi aktivitas-aktivitas pencipta dalam masyarakat.

Pada saat awal seseorang memulai keinginan untuk mewujudkan cita-citanya pertama kali
yang dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error) secara spekulatif. Pada priode

tersebut, justru mengalami kegagalan dijadikan bahan pertimbangan atau perbaikan untuk
mencapai keberhasilan dimsyarakat berikutnya. Perubahan yang dilalui tidak menunjukkan
adanya suatu peningkatan yang berarti, lingkungan kemajuan bersiklus tidak menentu. Arah
siklus lingkaran bergerak mendatar dari titik A kembali ketitik A. Oleh karenanya, dapat
dijelaskan bahwa ide-ide keyakinan dan dan hasil-hasil karya yang bersifat fisik dalam
pengertian penemuan baru, semuanya merupakan faktor pendorong kearah perubahan
kehidupan masyarakat. Dalam apapun penemuan baru itu, senantiasa akan membawa
perubahan bagi kehidupan masyarakat, baik secara cepat (revolusi) maupun lambat (evolusi),
dalam skala perubahan yang kecil, sebagian atau keseluruhan.
Faktor jumlah penduduk
Faktor penduduk, perubahan pada jumlah, komposisi dan distribusi penduduk dapat
mempengaruhi budaya dan struktur sosial. Bertambahnya penduduk suatu daerah, dapat
mengakibatkan perubahan pada struktur masyarakat, terutama mengenai lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Sebagai contoh yang paling releven adalah program transmingrasi, jika
program transmingrasi dijalankan secara ideal dengan memperhatikan aspek sosial ekonomi,
budaya, politik, agama, dan keagamaan, sangat mungkin akan terjadi perubahan yang sangat
positif. Artinya pendatang baru yang terampil dan sikap bekerja dilokasi baru, maka besar
kemungkinan tidak saja akan menguntungkan transimingrasi, melainkan jug dapat
mempengaruhi positf pada penduduk asli. Penduduk asli dapat pula bekerja dengan pola yang
menguntungkan sama dengan para pendatang. Kehidupan bermasyarakat pun akan berubah
kerena pencampuran antara berbagai macam pola perilaku sosial dan budaya,demikian pula
dengan ekonomi, politik, agama, dan keaamanan. Bahkan Rauccek dan Warren (1984)
menggambarkan bahwa perubahan sosial lebih berkembang pada masyarakat heterogen.
Dikatakan bahwa masyarakat yang berasal dari berbagai etnik yang bergaul dengan be3bas
dan mendifusikan adat, pengetahuan,teknologi dan ideologi, biasanya mengalami kadar
perubahan pesat.
Faktor pertentangan dan pemberontakan
Pertentangan (konflik) dalam nilai dan norma-norma, politik,etnis, dan agama dapat
menimbulkan perubahan sosial yang luas. Pertentangan individu terhadap nilai-nilai dan
norma-norma serta adat istiadat yang telah berjalan lama akan menimbulkan perubahan bila
individu-individu tersebut beralih dari nilai, norma, dan adat kebiasaan yang telah diikuti
selama ini, misalnya, adanya anggapan umum masyarakat Indonesia, bahwa “makin banyak
anak makin banyak rizki”, setiap anak mempunyai rizkinya,masing-masing,” sehingga tidak

7

menimbulkan kecemasan setiap kali anaknya lahir. Kini pandangan itu mengalami perubahan,
bahwa “makin banyak anak makin besar beban ekonomi”.
Perubahan sosial yang diakibatkan oleh pertentangan politik dan pemberontakan di Indonesia
telah menunjukkan buktinya. Perubahan-perubahan yang ditimbulkan akibat pertentangan
dan pembetontakan selalu berakibat buruk, seperti terhentinya aktivitas perekonomian,
inflasi, timbulnya saling curiga, kecemasan, dan lain-lainnya.
Pertentangan antara anggota-anggota masyarakat dapat terjadi karena perubahan masyarakat
yang pesat, sebagaimana dijelaskan oleh Roucek dan Warren (1984), masyarakat yang
heterogen biasanya ditandai kurang dekatnya hubungan antara orang yang satu dengan orang
atau kelompok lainnya; individu cenderung mencari jalannya sendiri-sendiri. Sementara itu,
kondisi sumber pemenuhan kebutuhan semakin terbatas, sehingga persaingan tidak dapat
dihindari; jika proses ini memuncak, maka pertentangan akan terjadi pada masyarakat yang
bersangkutan. Pada saat masyarakat dalam keadaan konflik dapat timbul kekecewaan dan
keresahan sosial, maka pada saat itu pula individu-individu pada umumnya sangat mudah
terpengaruh terhadap hal-hal baru.
Perubahan yang berasl dari luar masyarakatPengaruh kebudayaan masyarakat lain
Faktor kebudayaan,dapat menyebabkan terjadinya nperubahan masyarakat. Secara timbal
balik perubahan pada unsur budaya dapat mendorong pada bentuk dan hubungan sosial
kemasyarakatan. Perubahan sosial masyarakat tidak semata-mata disesbabkan oleh faktor
kebudayaan yang ada dalam masyarakat itu sendiri,melainkan dapat pula disebabkan oleh
pengaruh kebudayaan yang dating dari masyarakat sekitar (luar). Terdapat kemungkinan
perubahan sosial masyarakat sama sekali tidak disebabkan oleh perubahan kebudayaan
masyarakat sekitar, atau kebudayaan yang berbeda. Pengaruh kebudayaan tersebut
mengakibatkan beberapa skenerio perubahan sosial masyarakat, yaitu antara lain :
a)

Kebudayaan saling berdampingan dan bercampur menjadi atau kebulatan

b)

Salah satu kebudayaan menjadi pudar karena kebudayaan lain

c)
Masing-masing kebudayaan akan menjadi lebur, timbul kebudayaan baru sebagai akibat
saling mempengaruhi.
peperangan
peperangan yang terjadi antara satu masyarakat dengan masyarakat lain menimbulkan
berbagai dampak, seprti halnya dampak yang ditimbulkan oleh adanya pemberontakan dan
pertentangan-pertentangan. Akan tetapi, dampak negatif yang ditimbulkan oleh peperangan
lebih dahsyat karena peralatan perang biasanya lebih canggih pula.

2.4.

Proses perubahan sosial
8

Harapan sebagian, bahkanmungkin keseluruhan masyaraka, terjadi suatu keselarasan dan
keseimbangan dalam tatanan kehidupan masyarakat, akan tetapi kenyataannya harapan
tersebut tidak mudah untuk terwujud. Pada waktu tertentu tatanan kehidupan masyarakat
dapat lebih harmonis,namun pada perkembangannya tidak jarang terjadi pertentangan atau
diseintegrasi. Robeet K. Merton berpendapat bahwa didalam setiap masyarakat terdapat starin
toward anomie. Karena demi kelangsungan suatu kehidupan masyaraka, makagejala
pertentangan dan anomi diusahakan dengan diimbangi dengan proses integrasi.penyusunan
tersebut dimaksudkan sebagai suatu upaya untuk menghindari terjadinya kebingungan
(anomi) atau ketidakstabilan masyarakat. Jika kebingungan dan ketidakstabilan tersebut
terjadi pada masyarakat yang terbatas, maka kemungkinan penyesuian akan lebih mudah.
Akn tetapi apabiala terjadi pada masyarakat yang lebih besar dan luas atau pada masyarakat
yang heterogen, maka proses penyesuiannya relative lebih sulit dapat dicapai, sehingga
kemungkinan akan terjadinya kebingungan dan disentegrasi lebih besar (Merton, 1998).
Astrid S. Susanto (1977) mengemukakan ada beberapa fase reorganisasi sehubungan dengan
proses penyesuaian nilai-nilai dan norma-norma dalam kehidupan masyarakat, yaitu antara
lain :
a)
Mula-mula adanya kegelisahan dan ketidakpuasan pada sebagai penduduk (biasanya
kaum terpelajar).
b)

Terdapat popular-stage atau tersebarnya ide-ide perubahan.

c)

Adanya program perencanaan pembangunan secara sistematis,

d)

Adanya sistematika dalam pelaksanaan perencanaaan (formal stage)

e) Adanya badan yang menyalurkan stimulasi pembangunan terencana dengan akibat
bahwa pendapat diterima (institution stage)
f)

Kompromipelaksanaan bahan penolakan ataupun bahan penerimaan sepenuhnya, dan

g)

Adanya sosial planning atau sosial organization sebagai hasil research

Lebih jauh Astrid Susanto (1977) menjelaskan bahwa, melalui proses perubahan sosial
masyarakat dapat dihasilkan tiga alternatifarah perubahan, yaitu :
a)

Perubahan akan bergerak kearah baru dengan landasan pola perilaku dan nilai lama,

b)
Perubahan akan bergerak meuju pada suatu bentuk semi atau pertengahan antara nilainilai,
c)

Perubahan dapat bergerak kearah suatu pola perilaku dan nilai yang sama sekali baru

2.5.Bentuk-bentuk perubahan sosial
9

Perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk,
yaitu perubahn evolusi dan perubahan revolusi, perubahan terencana dan perubahan tak
terencana.
Perubahan evolusi adalah suatu perubahan sosial yang terjadi dalam proses yang lambat
dalam waktu yang cukup lama dan tanpa ada kehendak tertentu dari masyarakat yang
bersangkutan. Perubahan tersebut berlangsung mengikuti kondisi perkembangan masyarakat,
yaitu sejalan dengan usaha-usaha masyarakat dalam rangka nmenyesuaikan diri terhadap
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dengan perkembangan masyarakat pada waktu tertentu. Pada
saat muncul perilaku sosial baru dalam masyarakat, maka pertama kali terjadi proses
kepercayaan terhadap manfaat yang mungkin tercapai. Tahap berikutnya masyarakat mulai
melihat realita sosial, jika perubahn tersebut pada umumnya lebih banyak memberikan
manfaat atau berguna dalam rangka usaha memenuhi berbagai aspek kebutuhan hidupnya,
maka secara perlahan masyarakat akan menerima perkembangan masyarakat yang
bersangkutan sebagai suatu kebenaran. Misalnya pada masyarakat yang homogen dengan
pergaulan secar langsung, lambat laun akan menerima sikap-sikap dan norma-norma sosial
baru yang dating menurut pola yang hiterogen. Menurut prinsip teori yang diuraikan oleh
pakar sosiologi, Herbert Spencer, bahwa kebudayaan manusia telah mengikuti suatu garis
evolusi. Masyarakat merupakan hasil perkembangan dari kelompok homogen ke kelompok
yang heterogen sifat dan susunannya. Perubahan seperti itu tidak pasti arahnya, karena arus
perubahannya menuju pada bentuk kehidupan yang sempurna atau mungkin sebaliknya.
Perubahn revolusi, dimana perubahan berlangsung sangat cepat dan tidak ada kehendak atau
perencanaan sebelumnya. Secara sosiologis perubahan revolusi diartikan sebagai perubahan
sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang
berlangsung relatif cepat. Perubahn tersebut dapat terjadi karena sudah ada perencanaan
sebelumnya atau mungkin tidak ada sama sekali. Perubahn revolusi serring kali diawali oleh
ketengangan-ketengangan atau konflik dalam tubuh masyarakat yang bersangkutan,
ketengangan-ketengangan tersebut sulit untuk dihindari, bahkan banyak yang tidak bisa
dikendalikan, sehingga kemudian ada yang menjelma menjadi tindakan revolusi.
Perubahan terencan adalah perubahan yang diperkirakan atau yang telah direncanakan
terlebih dahulu sebelumnya oleh pihak-pihak yang khendak mengadakan suatu perubahan
dalam masyarakat. Pihak-pihak yang menghendaki suatu perubahan dinamakan agen
perubahan, yaitu seorang atau sekelompok orang yang mendapatkan kepercayaan dari
masyarakat sebagai pemimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan. Perubahan
yang terencana, selalu berada dibawah kendali atau pengawasan dari agen perubahan
tersebut. Pelaksanaan rencana perubahan tidak hanya terbatas pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan tertentu saja, melainkan bisa juga diarahkan pada perubahan lembagalembaga kemasyarakatan yang lain dan dalam tubuh masyarakat yang lain pula. Perubahan
terencana, paling ideal dilakukan pada masyarakat yang pada dasarnya telah mempunyai
keiginan untuk mendapatkan perubahan, tetapi tidak mampu mengimpelentasikannya. Dalam
situasi seperti itu, masyarakat akan serta merta dirasakan sesuai dengan khendak dan harapan
mereka kemudia menyesuaikan dengan perencanaan yang sudah ada. Perubahan terencana,
yang didahului oleh pengamatan tentang khendak dan harapan masyarakat sasaran
10

selanjutnya dapat pula merupakan rencana perubahan hasil-hasil perubahan sebelum yang
tidak menguntungkan pihak masyarakat.
Perubahan tak terencan adalah perubahan yang berlangsung diluar khendak dan pengawasan
masyarakat. Perubahan yang tidak dikhendaki tersebut biasanya lebih banyak menimbulkan
pertentangan-pertentangan yang merugikan kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Dalam
kondisi demikian, anggota m,asyarakat akan sulit diarahkan untuk melakukan perubahan,
sebagai akibat kekecewaan mereka yang mendalami. Kekecewaan tersebut terjadi sangat
mungkin karena pengalaman buruk mereka terhadap akibat-akibat daripada perubahan yang
terjadi sebelumnya yang tidak membuahkan kesejahteraan dan kepuasan, atau mungkin
karena masyarakat masih mempunyai kepercayaan yang sangat kuat terhadap kesakralan dan
keampuhan lembaga-lembaga sosial atau tradisi-tradisi sosial yang hidup dalam masyarakat
yang bersangkutan.
2.6.

Faktor yang mempengaruhi jalannya proses perubahan sosial

Faktor-faktor yang mendorong proses perubahan.
a)

Kontak dengan kebudayaan lain.

Ralp Linton (1936) mengatakan, bahwa salah satu proses yang menyangkut kontak dengan
kebudayaan lain adalah difusi. Yang mengartikan difusi sebagai proses penyebaran unsureunsur kebudayaan individu keindividu yang lain dari masyarakat sau kemasyarakat yang lain,
sehingga dapat dihimpun penemuan-penemuan baru yang telah dihasilkan. Difusi berperan
dalam menyebarkan penemuan baru pada masyarakat luas, sehingga seluruh manusia
menikmati manfaatnya (soekanto,2002: 326). Faktor-faktor yang berpengaruh
difusimasyarakat antara lain, yaitu :
I.
II.
III.

Adanya kontak antara masyarakat-masyarakat tersebut.
Kemampuan untuk mendemostrasikan kemanfaatan penemuan baru tersebut.
Pengakuan akan kegunaan penemuan baru.

IV.
Ada tidaknya unsure-unsur kebudayaan yang menyaingi unsure-unsur penemuan
baru tersebut.
V.
VI.
b)

Peranan masyarakat yang menyebarkan penemuann baru di dunia ini.
Paksaan dapat juga dipergunakan untuk menerima suatu penemuan baru.
System pendidikan formal yang maju

Pendidikan memiliki fungsi utama, antara lain sebagai transpormasi budaya, penamaan nilainilai yang baru, serta membentuk pola fikir ilmiyah dan obyektif. Fungsi pendidikan tersebut
dapat memberikan masyarakat kemampuan untuk menilai apakah kebudayan masyarakat
dapat memenuhi kebutuhan jaman atau tidak
1)

Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.
11

2) Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang yang bukan merupakan
delik.
3)

Sistem stratifikasi terbuka.

4)

Penduduk yang heterogen.

5)

Ketidak puasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.

6)

Nilai bahwa manusia harus senantiasa beriktiar untuk memperbaiki hidupnya

7)

Orentasi kemasa depan.

Faktor-faktor yang maenghalangi terjadinya perubahan.
Soekanto (2002; 330) menyebutkan, setidaknya ada 8 faktor yang menghalangi terjadinya
perubahan sosial, yaitu :
1)

Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

2)

Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat

3)

Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam dengan kuat

4)

Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan

5)

Perasangka terhadap hal-hal baru atau sikap yang tertutup

6)

Hambatan-hambatan yang bersikap ideologis

7)

Adat atau kebiasaan

8)

Nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya burukdan tidak mungkin diperbaiki.

BAB III
PENUTUP
12

3.1. Kesimpulan

Jadi, jelaslah bahwa perubahan sosial dalam masyarakat dalam intinya ialah perubahan
norma-norma masyarakat. Karena perubahan norma dan proses pembentukan norma baru
merupakan inti dari usaha mempertahankan persatuan hidup kelompok, dengan sendirinya
proses perubahan masyarakat menjadi proses disintegrasi dalam banyak bidang, sehingga
demi kemajuan harus diusahakan adanya reintegrasi yaitu: penampungan kembali dalam
suatu kshidupan bermasyarakat yang lebih cocok dengan kebutuhan baru masyarakat dimana
norma-norma yang lebih cocok ini akan merupakan ikatan masyarakat yang baru/lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul syani, 2002, Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan, Bumi Aksara: Jakarta.

13

Baharudin, 2010, Sosiologi Suatu Pengantar, Karunia Alam Semesta : Yogyakarta
Rusli, karim, 1999, Islam, Modernisasi, Industrialisasi, Pustaka Jaya: Jakarta..

14