RPP PKN SMK HUBUNGAN INTERNASIONAL KD 4.

RPP PKn

SK: HUB INT & ORG INT/KD 4.4

Pendidikan Kewarganegaraan
Pertemuan:
Kelas/ Semester:
4

XI/4

Alokasi Waktu:
2 x 45’

KKM
KD:
73

Karakter Budaya Bangsa (KBB):
Bersahabat, komunikatif, cinta damai, peduli sosial,
cerdas


I. Standar Kompetensi
: Menganalisis Hubungan Internasional dan Organisasi Internasional
II. Kompetensi Dasar
4.4 Mengkaji peranan organisasi internasional (ASEAN, PBB) dalam
meningkatkan hubungan internasional
III.
Kisi-kisi soal
VI. Materi
Bentuk
Nomor
IV. Indikator:
V. Tujuan Pembelajaran:
Pembelajaran:
Soal
Soal
1. Mendeskripsikan
pengertian Organisasi
internasional
2. Mengidentifikasikan

macam-macam organisasi
internasional
3. Menguraikan peranan dan
tujuan organisasi
internasional PBB
4. Mendeskripsikan peranan
Indonesia terhadap ASEAN
5. Mengidentifikasikan
peranan ASEAN bagi
bangsa Indonesia
6. Menjelaskan tujuan ASEAN
7. Mendeskripsikan peranan
organisasi Internasional
dalam meningkatkan
hubungan Internasional

Pada akhir pemelajaran,
diharapkan siswa mampu:
1. Mendeskripsikan pengertian
Organisasi internasional

2. Mengidentifikasikan macammacam organisasi internasional
3. Menguraikan peranan dan
tujuan organisasi internasional
PBB
4. Mendeskripsikan peranan
Indonesia terhadap ASEAN
5. Mengidentifikasikan peranan
ASEAN bagi bangsa Indonesia
6. Menjelaskan tujuan ASEAN
7. Mendeskripsikan peranan
organisasi Internasional dalam
meningkatkan hubungan
Internasional

1. Organisasi
Internasional
2. Pengertian
organisasi
internasional
3. Macam-macam

organisasi
internasional
4. Peranan dan tujuan
PBB
5. Peranan dan tujuan
ASEAN

*PR
ringkasan
dan essay
tidak
terdistribusi
dalam
nomor soal.

PR
ringkasa
n dan
Essay


VII. Kegiatan Pembelajaran
1. Pendahuluan (5 menit):
 Memberi salam pada siswa.
 Mengabsen dan mengetahui kondisi siswa.
 Pengumpulan PR.
 Menginformasikan tujuan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Kegiatan inti (80 menit):
 Pengantar mengenai materi yang akan dipelajari dengan penayangan slide (10’).
 Penugasan kelompok secara tertulis (30’).
 Presentasi dan diskusi (30’).
 Evaluasi dan penarikkan kesimpulan bersama terhadap hasil presentasi dan diskusi secara
keseluruhan (10’).
3. Penutup (5 menit):
Pengumpulan tugas.
Penenangan, dalam hal ini guru menginstruksikan siswa untuk membaca modul di rumah
guna mempersiapkan proses pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Note:
TABEL KEGIATAN INTI
EKSPLORASI  Pertemuan kali ini guru tidak memberikan pengantar secara langsung. Siswa akan disuguhi

tayangan slide berdurasi total sekitar delapan menit, yang berisi tentang gambaran pekerja anak

di Indonesia yang disajikan secara dramatis. Slide berisi informasi mengenai fakta pekerja anak
di Indonesia. 4 menit diakhir penayangan terdapat video klip sebuah grup band luar negeri
Radiohead yang diproduksi bersama MTV EXIT (End Exploitation and Trafficking). Lagu dan
video klip yeng berjudul ‘All I Need’ tersebut mengisahkan tentang dua sisi kehidupan dua anak

1|UQ

RPP PKn

ELABORASI



KONFIRMASI



SK: HUB INT & ORG INT/KD 4.4

yang berbeda. Dalam video tersebut digambarkan tentang anak di negara barat dan seorang

anak yang bekerja di industri sepatu (pengambilan setting video dilakukan di sebuah industri
sepatu di Indonesia). Dimana keduanya mendapat pemenuhan hak serta kebutuhan dasar dan
perlakuan yang jauh berbeda. Penayangan tersebut dimaksudkan agar siswa mendapatkan
gambaran mengenai nasip pekerja anak, khususnya mengenai industri sepatu di Indonesia yang
mempekerjakan anak. Sekaligus menumbuhkan empati siswa serta sikap peduli sosial, dan agar
pembelajaran tidak monoton. Pembahasan materi terkait secara lebih mendalam akan dilakukan
melalui presentasi dan diskusi, agar tercipta pembelajaran siswa aktif.
Guru menugasi siswa untuk mengerjakan soal latihan kelompok. Satu kelompok berisi 4 orang.
Guru juga membagikan empat judul artikel yang berkaitan dengan pekerja anak di Indonesia.
Setiap kelompok memperoleh satu judul artikel. Artikel digunakan sebagai referensi tambahan
agar informasi yang dibutuhkan lebih lengkap, sehingga dalam pemecahan permasalahan akan
lebih obyektif karena melihat fakta dari berbagai sisi (cerdas). Siswa diperbolehkan saling
bertukar artikel (bersahabat).
Setelah waktu pengerjaan usai, diskusi dimulai.
Diskusi dilakukan dengan model mimbar bebas. Dimana susunan tempat duduk dibuat
membentuk lingkaran dan setiap kelompok menempati posisi masing-masing dengan
menambahkan aksen papan nama organisasi di bagian depan, agar kelompok lain tahu lawan
bicaranya.
Dalam mimbar bebas sangat dimungkinkan terjadi perdebatan diantara siswa, namun demikian
ini justru melatih siswa untuk berani berpendapat namun tetap menjaga keselarasan

(komunikatif dan cinta damai).
Kelompok lain didorong untuk memberikan tanggapan, baik berupa pertanyaan, maupun
memberikan argumentasi tambahan agar tercipta suasana diskusi yang ‘hidup’ dan
menyenangkan.
Evaluasi dan penarikan kesimpulan bersama dilakukan dalam bentuk aktivitas sebagai berikut:
(a) Meminta dua orang siswa untuk memberikan simpulan secara lisan mengenai hasil diskusi
yang telah dilakukan. Alasan meminta dua orang siswa untuk memberikan simpulan adalah, bisa
jadi hasil diskusi kelas ditafsirkan oleh siswa secara berbeda, dan dapat pula ditemui sudut
pandang/perspektif lain dari hasil simpulan dari siswa yang menyimpulkan terlebih dahulu, dan
agar menjadi pembanding dari dua kesimpulan tersebut; (b) Guru menjawab pertanyaan dari
siswa yang belum terjawab oleh kelas; (c) Guru memberikan masukan maupun tambahan
informasi, serta koreksi terhadap hasil pembelajaran secara menyeluruh. Tidak lupa Guru
memberikan apresiasi positif terhadap kinerja siswa secara keseluruhan, dan memberikan
pujian pada siswa yang aktif secara verbal saat presentasi berlangsung, serta memberikan
teguran serta motivasi pada siswa yang tidak fokus maupun pasif.

Guru mengajak seluruh siswa untuk memberikan compliment dan applause sebagai
reward atas performance siswa dalam diskusi. Berikutnya, pengumpulan tugas
kelompok. Siswa diminta kembali ke bangku masing-masing. Siswa diminta menyusun
posisi tempat duduk seperti semula.


VIII. Metode, Media, dan Sumber Pembelajaran
1. Metode Pembelajaran:
 Penayangan slide ‘empatical grown’

Penugasan dengan pemberian PR kelompok secara tertulis untuk penguasaan materi
dasar, sebelum aplikasi dijalankan
 Analisa korelasi antara teori dengan fenomena sosial kemasyarakatan
 Presentasi dan diskusi mimbar bebas
 Mengekstraksikan proses pembelajaran melalui simpulan lisan oleh siswa
2. Media Pembelajaran:
 Kartu latihan soal kelompok, yang terdiri dari dua jenis soal dan lembar jawab kelompok.
 Lembar pengamatan siswa
3. Sumber Pembelajaran:
 Sukardi, S.Pd dkk. 2011. Modul PKn Untuk SMA-SMK-MAK Kelas XII Semester 1.
Yogyakarta: MGMP PKn SMK Propinsi DIY.
2|UQ

RPP PKn


SK: HUB INT & ORG INT/KD 4.4

 Bambang Suteng, dkk. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA Kelas XII. Jakarta:
Erlangga.
 Internet dan hasil PR siswa.
IX. Penilaian

Lembar pengamatan siswa berikut ini mencakup penilaian siswa dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor
siswa, selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan mencakupi setelahnya (penilaian akhir).
Kognitif meliputi pengetahuan siswa, artinya kongnisi siswa dapat diukur melalui hasil pekerjaan tertulis
siswa dan bagaimana pendapat siswa saat diskusi. Afeksi siswa dapat diukur dengan memperhatikan
perilaku dan sikap siswa selama pembelajaran berlangsung, bagaimana sikap siswa terhadap guru, terhadap
mata pelajaran, dan terhadap teman sekelasnya. Psikomotor siswa diukur dengan melihat gerak siswa,
dalam artian sejauh mana usaha siswa dalam memperoleh informasi yang dibutuhkan guna menjawab
latihan soal individu, apakah siswa giat bekerja, bekerja secara cepat, dan tidak bermalas-malasan. Agar

tiga unsur penilaian kognitif, afektif, dan psikomotor siswa terukur, maka direfleksikan dalam
lembar penilaian berikut ini:
SKOR INDV.
NO

NAMA
SKOR T.KEL
NILAI AKHIR
KINERJA
SIKAP
1.
CATUR HARDITO
70
10
20
100
Penjelasan:
1. Dalam memberikan penilaian, meskipun bentuk penugasan adalah latihan kelompok, namun
perolehan NILAI AKHIR tiap siswa dalam satu kelompok bisa saja berbeda. Ini dikarenakan
penilaian secara individu tetap diperhitungkan, sesuai dengan performance setiap siswa
secara individu.
2. Pada kolom TUGAS KELOMPOK, nilai perolehan siswa dalam satu kelompok sama. Penilaian
yang sama ini didasarkan pada nilai dari hasil latihan kelompok yang dikerjakan bersamasama. Skor latihan kelompok adalah 70 secara keseluruhan, dengan melihat bobot/kualitas
pemikiran dan pendapat kelompok.
3. SKOR INDIVIDU meliputi KINERJA dan SIKAP siswa selama pembelajaran berlangsung.
Penilaian kinerja dengan kriteria sebagai berikut: Indikator penilaian kinerja adalah 
menunjukkan kerja sama yang baik dalam kelompok dengan mengambil porsi kerja secara
optimal; tingkat keterlibatan dan peran positif yang ditunjukkan selama pembelajaran
berlangsung, yang terlihat dari keseriusan siswa dalam mengerjakan tugas bersama,
keaktifan bertanya, menjawab, dan berpendapat dalam diskusi  skor dengan skala 1 – 10;
Penilaian sikap dengan kriteria sesuai dengan kolom KBB skor dengan skala 1 – 20. Total
penilaian individu adalah 10 + 20 = 30.
4. Penilaian secara keseluhan merupakan akumulasi dari skor latihan kelompok dan skor
individu dengan rincian dan rumus penilaian sebagai berikut: S.T.KEL + KINERJA + SIKAP = 80
+ 10 + 10 = 100.
5. Kriteria penilaian
A. 80 – 100
: Baik sekali
B. 75 – 79
: Baik
C. 60 – 74
: Cukup
D. < 60
: Kurang
IX. Soal, Kunci Jawaban, Kisi-kisi Soal terlampir.
Wonosari, 02 Januari 2012
Mengetahui,
Kepala Sekolah

Guru Mata Pelajaran

3|UQ

RPP PKn

SK: HUB INT & ORG INT/KD 4.4

Drs. Sangkin, M. Pd
NIP. 19630302 199003 1 005
006

Zuky Iriani, S.Pd
NIP. 19840514 2009 03 2

LAMPIRAN
ARTIKEL 1

PEKERJA ANAK, MISKIN DI MASA DEPAN
Rabu, 18 January 2012 05:56 http://www.lampungpost.com/home/pencarian-berita/39nasional/22093-pekerja-anak-miskin-di-masa-depan.html
JAKARTA (Lampost): Jumlah pekerja anak di Indonesia berdasarkan data BPS mencapai 1,7
juta anak. Penyebaran yang paling banyak di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa. Ancaman baru
kemiskinan. Pekerja anak berusia rata-rata 5—17 tahun ini umumnya bekerja di sektor
perkebunan dan industri sepatu. Ini beririsan dengan penduduk bekerja di Indonesia yang
didominasi berpendidikan rendah. Data awal November 2011 menunjukkan jumlah angkatan
kerja di Indonesia pada Agustus 2011 mencapai 117,4 juta orang dengan jumlah penduduk bekerja 109,7 juta orang. Dari
jumlah penduduk yang bekerja itu, pekerja dengan jenjang pendidikan SD ke bawah mendominasi dengan jumlah 54,2 juta
orang atau 49,4%. Di sisi lain, pekerja dengan pendidikan sarjana hanya 5,6 juta orang atau 5,15%. Gambaran tenaga kerja
Indonesia tersebut seakan menjadi cerminan buram masyarakat Indonesia di masa depan. Sebab, menurut Direktur
Pengawasan Norma Kerja Perempuan dan Anak Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) Adi
Dharma, penduduk suatu negara dapat menjadi semakin miskin lantaran adanya pekerja anak. "Pekerja anak itu tidak
memiliki pendidikan formal. Jika itu terjadi, mereka tidak akan memiliki nilai tawar terhadap upah minimum regional.
Hasilnya, hidup pekerja anak yang memasuki usia kerja akan seperti itu saja. Penduduk pun akan semakin miskin," kata Adi
di Sarasehan Percepatan Menuju Indonesia Bebas Pekerja Anak, di Jakarta, kemarin. Adi mencontohkan dalam pembuatan
sepatu ini, mungkin pengusaha sepatu tidak mempekerjakan anak di pabrik. Namun, pengusaha sepatu mengambil alas
sepatu dari mitranya yang mempekerjakan anak. Selain itu, para pekerja juga kerap mendapatkan perlakuan yang tidak
sesuai seperti perbudakan, eksploitasi seksual, peredaran narkoba atau penyelundupan barang ilegal, dan pekerjaan yang
membahayakan kesehatan, keselamatan, dan moral anak. Untuk mengurangi jumlah pekerja anak, Kemenakertrans
menargetkan dapat menarik sebanyak 11 ribu pekerja anak dari tempat kerjanya. "Melalui proses pendampingan di shelter
untuk mempersiapkan anak kembali ke dunia pendidikan," kata Menakertrans Muhaimin Iskandar pada kesempatan yang
sama.
Di sisi lain, pengamat ekonomi Indef Aviliani mengatakan banyaknya pekerja anak disebabkan terdesak kebutuhan
keluarga. Namun, permasalahannya, pendidikan para pekerja anak yang mayoritas berpendidikan SD akan membuat
mereka terus berada dalam lingkaran kemiskinan meskipun mereka telah bekerja selama puluhan tahun.

ARTIKEL 2
Pekerja Anak Sarat Risiko
oleh ndu pada 26-12-2007 http://sarisolo.multiply.com/journal/item/29/Pekerja_anak_sarat_risiko?
&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
JAJAR (Joglosemar): Ketua Badan Pelaksana Harian Social Analysis and Research Institut (SARI),
Zainal Abidin ketika ditemui di kantornya Senin (24/12) mengatakan pada tahun 2007 sebanyak 88
pekerja anak di wilayah eks- Karesidenan Surakarta bekerja di sektor terburuk.
Menurut Zainal Abidin, dikatakan terburuk karena pekerjaan-pekerjaan yang dijalani anak-anak
tersebut mengancam kesehatan, keselamatan dan tumbuh kembang anak. Biasanya mereka
dipekerjakan di sektor industri seperti pabrik sepatu, peternakan dan pabrik petasan. Dari jumlah 88 tersebut, 42 di
Karanganyar, 13 di Kota Solo dan di Klaten sebanyak 33 anak. Dia mengungkapan, meski dari data tersebut jumlahnya
terlihat kecil, namun fenomena pekerja anak bagaikan gunung es, kecil di permukaan namun sebetulnya besar jumlahnya.
Dikatakan, pekerja anak di Solo, banyak yang bekerja di sektor konveksi dan menjadi pemulung, meski menurutnya banyak
orang yang mengkategorikan pemulung bukan sebagai bentuk pekerjaan. “Anak-anak di Kota Solo yang menjadi pemulung
cukup banyak, sekitar 50-an anak, pemulung juga bekerja di sektor terburuk karena lingkungan yang kotor, stigmatisasi
masyarakat yang negatif karena selama ini pemulung diidentikkan dengan tindak kriminalitas,” jelasnya. Abidin

4|UQ

RPP PKn

SK: HUB INT & ORG INT/KD 4.4

menjelaskan di Klaten banyak anak yang bekerja pada industri mie soun. Dalam satu hari mereka harus mengangkat
ratusan plat mie soun sebanyak empat hingga lima kali. “Bayangkan anak-anak seusia mereka harus bekerja di bawah terik
matahari dengan mengangkat beban berlebih dengan risiko terluka hingga kulit terbakar. Padahal, anak-anak yang terus
menerus bekerja di bawah panas matahari langsung, secara perlahan penampilan mereka menjadi lebih tua dari usia
sebenarnya,” ungkap Abidin.
Dia mengungkapkan, anak-anak yang berusia 13 hingga 17 tahun di Karanganyar banyak bekerja di industri petasan
maupun kembang api dengan risiko terbakar, menjadi korban ledakan dan keracunan bahan pembuatnya. “Kondisi tempat
kerja pabrik petasan di wilayah Karanganyar sangat tidak sehat, kamar mandi berdekatan dengan unit pengolahan limbah
bahan kimia pembuat petasan, bisa saja bahan-bahan tersebut tercampur dengan air di kamar mandi dan itu sangat
berbahaya,” ujarnya. Selain industri petasan, pekerja anak juga mendominasi industri garmen atau konveksi yang memang
banyak terdapat di sana, industri garmen, menurut Abidin bisa saja menjadi berbahaya ketika tempat kerjanya lembab,
remang-remang, terbatasnya ventilasi serta keselamatan kerja yang tidak memadai. (ndu)

ARTIKEL 3

Anak Bengkel Sepatu Sebagai Sosok Pembela Hak-hak Anak
Kamis, 7 Agustus, 2008 http://qitori.wordpress.com/2008/08/07/anak-bengkel-sepatusebagai-sosok-pembela-hak-hak-anak/
Posted by Quito Riantori
Tak ada kesan berlebih dari penampilan Asep Ramdhani. Perawakannya yang kecil dan kurus
tak menunjukkan sosok aktivis yang memperjuangkan hak-hak anak. “Saya menjadi aktivis anak
sejak enam tahun lalu,” kata Asep. Ini berarti ia sudah membela hak-hak anak pada saat masih
berusia 10 tahun. Ia membela hak-hak anak yang bekerja di industri alas kaki di Cibaduyut,
Bandung. Keterlibatan Asep sebagai pembela hak anak dilatarbelakangi masa lalunya yang tak
seberuntung anak-anak lainnya. Sejak berusia satu bulan, Asep harus kehilangan kasih sayang
kedua orangtuanya. ”Ayah dan ibu saya cerai,” kata Asep. Karena itulah, ia diasuh bibinya yang
tinggal tak jauh dari sentra industri sepatu Cibaduyut. Asep hidup serba kekurangan dan terpaksa berhenti sekolah setelah
tamat SD. Di lingkungan tempat tinggalnya, angka putus sekolah sangat tinggi. Asep bekerja sebagai buruh angkutan
barang di pasar. Terkadang ia membantu saudaranya yang tinggal di Subang, Jawa Barat. Selain itu, ia juga membantu
bibinya berjualan bubur ayam di Pasar Subang. Selepas berjualan bubur, ia membantu menjadi kernet angkutan kota yang
dikemudikan pamannya.
Pekerjaan itu dilakoninya sejak pagi hingga menjelang tengah malam. Asep berkenalan dengan para aktivis yang
memperjuangkan hak-hak anak ketika ia masih duduk di bangku kelas V SD. Kebetulan, tak jauh dari rumahnya, berdiri
sebuah sanggar bermain, Sanggar Kreativitas Anak Sidikara. Sanggar bermain milik Yayasan Sidikara dan Organisasi Buruh
Sedunia (ILO) itu menampung sejumlah anak-anak pekerja di lingkungan industri sepatu Cibaduyut. Tujuannya, menghapus
pekerja anak sektor alas kaki. Jumlah pekerja anak di Cibaduyut memang sangat tinggi. Berdasarkan data ILO pada 2005,
jumlah “bengkel sepatu” –sebutan industri sepatu rumahan di Cibaduyut– mencapai 1.132. Tiap bengkel sepatu
setidaknya mempekerjakan dua buruh yang masih anak-anak. Sehingga jumlah pekerja anak di industri sepatu Cibaduyut
mencapai 2.264 jiwa. “Mereka tidak diupah secara layak,” ujar Asep. Pekerja anak-anak di bengkel sepatu hanya dibayar Rp
10.000 hingga Rp 15.000 sehari. Mereka bekerja selama 12 jam sehari, mulai pukul 08.00 dan baru pulang pukul delapan
malam. Nasib pekerja anak yang tidak menguntungkan ini mengusik nurani Asep. Bersama sejumlah temannya, ia
bergabung dalam sanggar. Dari sanggar yang beranggotakan lebih dari 500 anak itu, dia belajar banyak soal hak-hak anak.
Asep mencoba memperjuangkan hak-hak anak lewat beragam cara. Termasuk menemui Ketua Asosiasi Pengusaha Sepatu
Cibaduyut. “Saya meminta agar kesejahteraan pekerja anak ditingkatkan. Mereka harus dibayar sama dengan pekerja
dewasa,” kata Asep, bersemangat.
Asep beruntung, untuk mengelola sanggar, dia dan teman-temannya tak perlu memikirkan biaya. Semua fasilitas, seperti
komputer dan listrik, disediakan ILO. Asep yang ditunjuk menjadi koordinator program pelatihan komputer juga
memperoleh beasiswa untuk melanjutkan sekolah dari Yayasan Sidikara.
Sayang, dua tahun terakhir, ILO memutuskan mengakhiri programnya di Cibaduyut. Sanggar yang ada pun terpaksa
ditutup. “Mereka menganggap proyek sudah berhasil,” tutur Asep. Tapi tidak demikian dengan para pekerja anak. Tak
adanya tempat bermain dan belajar membuat mereka memilih kembali menjadi “anak bengkel sepatu”.
Kenyataan ini sangat memukul Asep. Kondisi pekerja anak di Cibaduyut masih mengkhawatirkan dan butuh penanganan
serius. Asep mengajak rekan-rekannya membangun sanggar baru. “Kali ini harus independen, jangan tergantung ILO atau
Sidikara,” ujar Asep. Maka, mulailah dibangun sanggar sederhana di sebuah rumah kosong. Sanggar dari bilik bambu
berukuran 12 x 4 meter ini mencoba menampung sejumlah kegiatan. Salah satunya, menyalurkan bakat bermain musik
anak-anak pekerja di industri sepatu. “Alat musiknya dari kaleng-kaleng bekas,” kata Asep. Bengkel yang diikuti para

5|UQ

RPP PKn

SK: HUB INT & ORG INT/KD 4.4

pekerja dan mantan pekerja anak itu diundang mengisi berbagai acara. Selain itu, untuk memperoleh biaya operasional
sanggar, Asep dan kawan-kawan membuat berbagai kerajinan dari kayu dan kulit. Hasil kreativitas ini berbuah manis.
“Ternyata ada nilai jualnya. Uangnya bisa buat operasional sanggar dan pemasukan anak-anak,” katanya. Pekerja anak
sepatu satu per satu kembali bergabung. Sanggar yang didirikan pada Oktober 2006 itu pun diberi nama: Sanggar Muda
Kreatif. Asep kemudian ditunjuk sebagai koordinator divisi kemitraan. Telanjur aktif di dunia LSM, Asep pun tak tanggungtanggung. Dia bertekad mengabdikan dirinya sebagai aktivis sosial.
Ketua OSIS SMK Negeri 7 Bandung ini bergabung dengan Yayasan Sidikara sebagai sukarelawan. Tugasnya, melakukan
pendampingan terhadap kaum difabel atau anak-anak cacat. “Mereka harus punya akses belajar yang sama dengan kita,”
kata Asep. Belakangan, Asep bergabung di Forum Anak Jawa Barat, yang sama-sama memperjuangkan hak anak. Sepak
terjangnya inilah yang mendapat perhatian dari Unicef, yang kemudian menobatkannya sebagai Pemimpin Muda
Indonesia 2007. Meski begitu, Asep mengaku tak ada yang berubah dalam dirinya. Dia tetap bersekolah dan membela hak
anak-anak sepatu.

ARTIKEL 4
Euforia Berbahaya di Pabrik Sepatu
11 November 2002 http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2002/11/11/KSH/mbm.20021111.KSH82408.id.html
BAU lem menyergap hidung. Siapa pun yang baru pertama masuk ke bengkel pembuatan sepatu itu mungkin tak akan
tahan dengan sengatan bau yang menyentak penciuman itu. Hal serupa dialami Agus Kurnia, karyawan bagian
pengeleman, setahun lalu. Mual, sakit kepala, dan batuk tak habis-habis dideritanya. Tapi kini, setelah tiap hari berurusan
dengan lem, muncul perkembangan baru. Aroma itu tidak lagi "menusuk" hidung, bahkan menjadi bagian dari keseharian
remaja 15 tahun ini. Mungkin, Agus dan rekan-rekannya memang merasa bisa beradaptasi dengan bau yang meruap dari
lem. Padahal, yang terjadi lebih dari itu. Penelitian yang dilakukan Yayasan Ulil Albab-lembaga sosial yang bergerak di
bidang kesehatan-bekerja sama dengan International Programme on the Elimination of Child Labour (IPEC), tentang
ketergantungan pekerja anak terhadap lem di sentra industri sepatu Cibaduyut, Bandung, membuktikan hal lain. Dari dua
ratus lebih responden mereka, semuanya mengalami gangguan tingkat penciuman kronis, dan mayoritas menderita
ketergantungan pada lem. Apa yang sebenarnya terjadi? Susanto, dokter yang memimpin penelitian ini, menyatakan
bahwa kandungan fenol dalam darah anak-anak itu besarnya 50 sampai 80 miligram per desiliter.
Padahal, berdasarkan standar kesehatan, tubuh tak bisa menerima lebih dari 10 miligram per desiliter. Fenol, kata Susanto,
berasal dari benzena, yaitu cairan pelarut dan perekat lem yang digunakan dalam pembuatan sepatu. Dalam literatur
kesehatan, fenol termasuk zat psikotropika karena mengakibatkan efek ketergantungan pada orang yang aktif
menghirupnya. Sengaja atau tidak. Fenol terserap ke dalam tubuh para pekerja sepatu itu melalui hidung, kulit, atau mulut
melalui tangan yang tidak dicuci dulu sebelum makan. Zat ini kemudian masuk ke dalam inti sel dan mengubah struktur sel
itu, yang mengakibatkan timbulnya kanker darah atau leukemia. Lebih parah lagi, fenol juga bisa disimpan dalam hati,
limpa, otak, dan sumsum tulang belakang. Dalam waktu sepuluh tahun mendatang, organ-organ itu sangat rentan
terhujam kanker. Dalam rentang yang lebih pendek, menurut Susanto, fenol mengakibatkan sakit kepala, infeksi saluran
pernapasan atas, asma, mual, dan kegembiraan yang berlebihan (euforia). Menurut penelitian yang dilaksanakan sejak
tahun lalu itu, hampir semua responden (85 persen) yang bekerja selama 2 sampai 4 tahun menderita penyakit itu. Yang
terbanyak dikeluhkan adalah sakit kepala. Mengapa bisa begitu? Lingkungan kerja yang tak memenuhi standar kesehatan
dituding sebagai penyebab. Menurut Susanto, itu akibat tak tersedianya sistem sirkulasi udara dan ventilasi dalam bengkel.
Para pekerja bersibuk-sibuk dalam ruang tertutup tanpa jendela dan cahaya. Kini salah satu solusinya adalah
menempatkan pekerja bagian pengeleman di tempat terbuka atau, minimal, yang cukup udara dan cahaya. Memang,
berdasarkan pemantauan TEMPO di beberapa bengkel pembuatan sepatu di Cibaduyut, banyak bangunan yang tak
memenuhi standar kesehatan. Salah satunya adalah bengkel kerja milik Yana Suryana di Kelurahan Mekar Wangi.
Bangunan berlantai dua seluas 50 meter persegi ini sangat miskin sirkulasi udara dan lubang cahaya. Atap hanya ditutup
asbes sehingga ruangan terasa pengap dan panas. Dalam situasi begini, tingkat penguapan benzena dari lem semakin
tinggi. Walhasil, dari luar pun, bau menyengat itu bisa tercium. Para karyawan bagian pengeleman-setidaknya Agus Kurnia,
Pepih, dan Karman-merasa tak ada yang aneh dengan bau itu. Mereka sudah merasa normal dengan aroma menyengat
hidung itu. "Dulu memang pusing, sekarang sih enak saja nyium bau lem," kata Agus tertawa-tawa. Menurut Yana-yang
memasukkan produknya untuk diberi label Edward Forrer-semula ia tidak tahu pengaruh zat-zat yang digunakan dalam
proses pembuatan sepatu itu pada kesehatan buruh. Namun, setelah ada penyuluhan dari Yayasan Ulil Albab dan
International Labour Organization (ILO), ia menyarankan dua puluh pekerjanya menggunakan masker. Tidak semua pekerja
setuju. "Mereka tidak mau pakai. Katanya malah mengganggu konsentrasi kerja," kata Yana. Namun ia mengakui kondisi
tempat kerja yang kurang sehat dan akan berusaha memperbaikinya. Perbaikan kondisi memang mutlak dilakukan jika tak
ingin menambah jumlah korban. Sebab, menurut Susanto, berdasarkan tes darah dan urine, semua responden tanpa
kecuali mengidap penyakit hispomia atau berkurangnya daya penciuman. Bahkan ada dua orang yang mengalami
kerusakan total alias tak bisa mengendus bau sama sekali. Dalam tes ini, responden diminta mencium bau teh, kemudian

6|UQ

RPP PKn

SK: HUB INT & ORG INT/KD 4.4

jeruk, sesudah itu kopi. Setelah itu, mereka diminta mengendus bau yang lebih menyengat, yaitu terasi dan tembakau.
Berdasarkan temuan ini, Ulil Albab dan ILO berharap perbaikan tak cuma datang dari pemilik pabrik sepatu, tapi juga pada
produsen lem yang menggunakan zat adiktif dalam produknya. Sebab, selama ini, di kalangan anak jalanan, lem sudah
populer sebagai sarana untuk mabuk dan fly yang murah dan mudah didapat. Biasanya disebut ngelem. Itu tak lain karena
kandungan zat psikotropika di dalam lem atau zat perekat. Hanya dengan beberapa ribu rupiah, seseorang bisa menghirup
lem dan mencandunya untuk menenangkan hati karena bisa mendatangkan kegembiraan yang berlebihan. Ketua perajin
sepatu Cibaduyut, Haji Yayat, menyatakan seharusnya produsen lem mencatumkan komposisi zat kimia yang dikandung
dalam produk perekat ini. Dalam kemasan lem, biasanya hanya tercantum bahwa produk ini mudah terbakar. Tanpa ada
peringatan bahwa perekat ini mengandung zat psikotropika yang jelas berbahaya. Bukan hanya bagi para perajin sepatu,
tapi bagi siapa pun. AKA dan Rinny Srihartini (Bandung)

KARTU SOAL
SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ
PEMERINTAH INDONESIA
Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi
terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.
Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa
terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan
kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja
tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja
yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang
diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ
UNITED NATIONS CHILDREN’S FUND (UNICEF)
Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi
terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.
Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa
terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan
kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja
tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja
yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang
diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ
PERSATUAN PENGUSAHA SEPATU SE-JAWA BARAT
Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi
terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.
Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa
terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan
kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja
tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja
yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang
diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ
UNITED NATIONS EDUCATIONAL SCIENTIFIC AND
CULTURAL ORGANIZATION (UNESCO)
Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi
terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.
Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa
terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan
kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja
tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja
yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang
diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ
WORLD HEALTH ORGANIZATION (WHO)
Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi
terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.
Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa
terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan
kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja
tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja
yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang
diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ
INTERNATIONAL LABOR ORGANIZATION (ILO)
Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi
terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.
Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa
terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan
kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja
tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja
yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang
diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

7|UQ

RPP PKn

SK: HUB INT & ORG INT/KD 4.4

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ
LSM PEDULI NASIB PEKERJA ANAK
Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi
terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.
Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa
terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan
kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja
tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja
yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang
diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

SK 4/ KD 4.4/ T.KeL/UQ
KOMNAS PERLINDUNGAN ANAK
Berdasarkan kapasitas yang kalian miliki, rumuskan solusi
terkait permasalahan pekerja anak di Indonesia.
Rancanglah program kerja agar solusi tersebut bisa
terlaksana secara optimal. Tunjuk pihak-pihak yang akan
kalian ajak bekerja sama demi tercapainya program kerja
tersebut. Deskripsikan secara detail porsi dan posisi kerja
yang akan diambil maupun dilakukan oleh setiap pihak yang
diajak bekerjasama. Note: Criticsm and advices are allowed.

8|UQ