REVIEW JURNAL DAMPAK KEPADATAN LALU LINT
REVIEW JURNAL
DAMPAK KEPADATAN LALU LINTAS TERHADAP POLUSI UDARA
KOTA SURABAYA
Karya : Widyawati Boediningsih, SH.,MH
Identitas
Jurnal yang direview adalah sebuah jurnal pengendalian pencemaran udara (Journal of air
pollution control ) yang ditulis oleh Widyawati Boediningsih, SH.,MH dari Fakultas
Hukum Universitas Narotama Surabaya. Jurnal yang berjudul “Dampak Kepadatan Lalu
Lintas Terhadap Polusi Udara Kota Surabaya” ini diterbitkan pada tahun 2011 dengan
VOLUME XX, No. 20, April 2011
Abstrak
Jurnal ini ditulis dengan tujuan untuk meneliti pencemaran lingkungan udara di Surabaya
akibat kepadata lalu lintas. Metode yang digunakan adalah Pendekatan Masalah dengan
penelitian hukum normatif yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum dan Sumber
Bahan Hukum. Bahan Hukum yang diperlukan berupa kepustakaan dan dokumen hukum
berupa bahan-bahan hukum yang menyimpulkan sebuah hasil penelitian. Dari penelitian yang
menunjukan kepadatan lalu lintas pada jam-jam sibuk di Kota Surabaya akibat kemacetan
lalu lintas adalah salah satu sumber utama timbulnya polusi udara di Kota Surabaya. Selain
itu, asap yang dihasilkan pabrik, seperti polusi udara dan polusi suara (kebisingan) yang
ditimbulkan pembuangan asap (emisi) kendaraan bermotor sangat berpengaruh pada
lingkungan hidup, efek yang langsung berpengaruh pada manusia dan langsung dapat
dirasakan berupa udara sekitar menjadi panas, sesak napas, mata merah, dan lain-lain.
Latar Belakang
Tidaklah heran pernah terjadi keributan di pemerintah Kota Surabaya yang ingin
mempertahankan kelestarian keberadaan Kebun Bibit Bratang sebagai paru-paru Kota
Surabaya. Sedangkan toko, mall-mall dan perkantoran semakin banyak dibangun, maka Kota
Surabaya mulai kehilangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berfungsi sebagai paru-paru
kota untuk menciptakan suasana udara sehat di kota Surabaya yang telah diatur oleh Undang-
Undang. Di samping itu, pernah terjadinya keributan tentang pemakaian lahan di mana
tempat ditanamnya pohon-pohon di tengah-tengah atau di pinggir jalan yang selama ini sudah
ada, juga sebagian sudah berubah fungsi. Sebagian lahan di jalur hijau tersebut sudah
dijadikan tempat pengisian bahan bakar minyak (pompa bensin), sehingga fungsi paru-paru
kota di Kota Surabaya yang hanya sedikit dan lama – kelamaan semakin berkurang. Berbagai
upaya dilakukan dari sarana administrasi, perangkat pelaksanaan kebijaksanaan lingkungan,
baik pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat, di pusat dan di daerah terus
ditingkatkan efektifitas dan efisiensinya.
Kerjasama antara pemerintah sebagai pengelola lingkungan makin memperlancar
pengelolaan lingkungan hidup. Selain masalah-masalah tersebut, tidak kalah menarik untuk
dibahas dalam penelitian pengendalian pencemara udara di kota surabaya adalah mengenai
polusi udara sebagai akibat kemacetan lalu lintas, juga turut andil mencemari lingkungan
hidup, sebab di kota-kota metropolitan Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya akibat
tingginya volume kesibukan dari warga kotanya tentunya tidak terlepas dengan pemakaian
jalan-jalan untuk keperluan atau aktivitas sehari-hari. Dengan kemajuan teknologi terutama
yang berkaitan dengan bidang otomotif mengangkut kendaraam bermotor yang menggunakan
Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti premix, premium, dan solar tentunya mengakibatkan
pembuangan asap (emisi) yang sudah pasti di jalan-jalan Kota Surabaya. Dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan berdampak pula terhadap meningkatnya
pendapatan per kapita masyarakat Indonesia, semakin banyak orang yang menggunakan
kendaraan bermotor baik itu mobil maupun motor dalam menjalankan aktivitas. Ditambah
lagi adanya kendaraan umum seperti bus kota dan angkutan kota menambah ramainya jalur
lalu lintas di Kota Surabaya. Dengan kondisi seperti ini, kepadatan lalu lintas di jam sibuk
seperti jam 07.00 dan 16.00 WIB. Menurut pengamatan yang dilakukan oleh penulis
kemacetan lalu lintas tidak dapat dihindari karena para warga siap melakukan berbagai
aktivitas di antaranya berangkat kerja, berangkat sekolah, dan keperluan lainnya. Sebaliknya
pada 16.00 WIB. Saat para warga pulang dari kerja kembali memadati arus lalu luntas.
Rutinitas ini menimbulkan kemacetan lalu lintas dan polusi/pencemaran udara akibat
pembuangan asap melalui knalpot kendaraan bermotor.
Metode
Metode yang digunakan alam penelitian ini adalah dengan
Pendekatan Masalah,
Pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah penelitian hukum normatif,. Sumber Bahan
Hukum berupa kepustakaan dan dokumen hukum berupa bahan-bahan hukum sebagai
berikut:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup,
Peraturan Pemerintah atau Keputusan Menteri di bidang Lingkunga Hidup.
b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum yang berasal dari hasil-hasil penelitian di
bidang hukum lingkungan hidup,
c. Analisa Bahan Hukum Penelitian hukum normatif ini, pengolahan data didasarkan
pada penelitian-penelitian yang dilakukan dengan cara langsung turun ke lapangan,
melalui pengamatan di jalan-jalan yang sering menimbulkan kemacetan dan
menghimpun data dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya mengenai daerah yang
mengalami kemacetan/kepadatan lalu lintas di Kota Surabaya.
Pembahasan
Penelitian dilakukan pada jam – jam tertentu yaitu jam – jam sibuk berangkat kerja dan
pulang kerja. Serta dampak yang ditimbulkan dari kemacetan tersebut yaitu dapat
menimbulkan pencemaran udara dan pencemaran suara.
Dibawah ini adalah faktor – faktor dari kemacetan :
1. Banyak pengguna jalan yang tidak tertib.
2. Pemakai jalan melawan arus. Adanya sistem satu arah pada lajur jalan diharapkan
mengurangi kemacetan lalu lintas oleh karena tidak adanya kendaraan yang saling
bersimpangan mau belok.
3. Kurangnya petugas lalu lintas yang mengawasi/mengatur.
4. Persimpangan jalan tidak dikendalikan dengan lampu lalu lintas/traffic light.
5. Terjadi konflik antara kendaraan arah lurus dengan kendaraan arah belok. Konflik
antara kendaraan arah lurus dengan kendaraan arah bbelok sering terjadi di tikungan
jalan lantaran para pengguna jalan tidak ada yang mau mengalah sehingga
menimbulkan kemacetan lalu lintas
6. Adanya mobil yang parkir di badan jalan. Mobil diparkir di badan jalan sehingga
mengakibatkan penyempitan badan jalan sehingga kendaraan yang melewati jalan
tersebut menjadi terganggu akibat menyempitnya jalan. Kendaraan yang lewat
terpaksa berjalan lambat.
7. Penyeberang tidak menggunakan jembatan penyeberangan. Penyeberang jalan yang
tidak menggunakan jembatan penyeberangan sering mengakibatkan kemacetan lalu
lintas oleh karena mengganggu kelancaran lalu lintas.
8. Angkutan umum sering mangkal, menaikkan/menurunkan penumpang tidak pada
tempatnya.
9. Penyempitan jalan dan antrian di mulut persimpangan jalan.
10. Rambu-rambu lalu lintas kurang jelas dan banyak yang hilang. Rambu-rambu lalu
lintas sebagai pengatur lalu lintas kurang jelas dan banyak yang hilang sehingga
mengakibatkan kemacetan lalu lintas
11. Bahu jalan digunakan untuk parkir becak. Bahu jalan sering kali digunakan tempat
parkir becak sehingga jalan mengalami penyempitan dan mengakibatkan kemacetan
lalu lintas
12. Adanya pedagang kaki lima/pasar yang berjualan di badan jalan. Pedagang kaki
lima/pasar yang berjualan di badan jalan secara otomatis menyebabkan penyempitan
jalan.
13. Angkutan barang (truk) melanggar klas jalan. Kendaraan barang (truk) sebaiknya
tidak melanggar klas jalan sehingga tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas
14. Permukaan jalan tidak rata. Permukaan jalan yang tidak rata menyebabkan
kemacetan lalu lintas.
15. Halte bus digunakan menunggu penumpang sehingga menimbulkan kemacetan,
seharusnya hanya untuk menaikkan dan/atau menurunkan penumpang.
Halte bus
sering kali digunakan menunggu penumpang sehingga menimbul- kan kemacetan lalu
lintas.
16. Radius putar terlalu sempit. Sempitnya jalan juga dapat membuat kemacetan lalu
lintas. Apabila kendaraan
berputar arah otomatis radius putarnya juga sempit
sehingga mobil susah belok.
17. Kurangnya jembatan penyeberangan.
Jalan yang padat lalu lintasnya, sebaiknya
disediakan tempat/jembatan penyeberangan. Setiap orang yang hendak menyeberang
lewat jembatan sehingga menghindari gangguan kelancaran lalu lintas.
18. Lampu penerangan jalan umum banyak tertutup dedaunan. Lampu penerangan jalan
sangat diperlukan sekali pada malam hari. Untuk itu, lampu-lampu jalan yang
pecah/putus segera dipasang kembali agar jalan kelihatan terang sehingga kendaraan
bisa berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan kecelakaan dan kemacetan. Di
samping itu, ranting pepohonan di sisi kanan-kiri jalan sebaiknya dirapikan agar
tidak menghalangi/menutupi cahaya lampu menerangi jalan.
Dalam mengatasi pencemaran udara di kota surabaya maka harus dilakukan
mengatasi kepadatan lalu lintas di kota surabaya maka apabila sudah dilakukan
mengatasi kepadatan lalu lintas kota surabaya dapat melakukan pengendalian
pencemaran udara di kota surabaya.
Dalam mengatasi kepadatan lalu lintas maka terdapat 2 (dua) solusi, yang
pertama solusi jangka pendek, dan yang kedua solusi jangka panjang. Kami akan
membahas solusi yang terdapat di jangka pendek, menengah dan panjang.
a. Solusi Jangka Pendek
Penempatan petugas pada jam-jam sibuk dalam rangka penertiban dan
penegakan hukum.
Aparat petugas/polisi lebih meningkatkan
semangat kerja, kejujuran, dan kedisiplinan dalam melaksanakan tugas
sehingga petugas selalu ada di tempat tugas terutama pada jam-jam
sibuk untuk mengatur kemacetan lalu lintas dan menindak tegas bagi
siapa saja yang melanggar rambu-rambu lalu lintas tanpa pengecualian
dan tidak memungut/menerima uang “damai” dari pelanggar lalu lintas
sehingga bagi pelanggar lalu lintas akan berpikir panjang apabila
melakukan pelanggaran lalu lintas karena sanksinya jelas.
Memasang traffic light/rambu lalu lintas di perempatan jalan atau di
persimpangan jalan.
Penambahan rambu dilarang berhenti dan parkir. Untuk jalan-jalan
tertentu yang rawan macet sebaiknya dipasangi rambu dilarang
berhenti atau
Mengecat Zebra Cross Zebra Cross amat penting untuk menyeberang
jalan bagi pejalan kaki, oleh karenanya agar pejalan kaki tidak
sembarangan dalam menyeberang maka sebaiknya Zebra Cross dicat
ulang.
Penertiban kendaraan yang akan menurunkan atau menaikkan
penumpang.
Perbaikan terhadap marka jalan. Marka jalan berupa cat yang kurang
jelas (pudar) harap dicat ulang, agar mempermudah bagi pemakai
jalan, sehingga kemacetan lalu lintas dapat dihindari.
Penertiban pedagang kaki lima/pasar yang memakan badan jalan,
sebaiknya pedagang kaki lima/pasar tersebut ditertibkan untuk
dialokasikan ke tempat yang telah disediakan/tempat lain sehingga
tidak mengganggu kelancaran lalu lintas juga demi keindahan kota
agar tidak kelihatan semrawut.
Pembatasan larangan masuk truk/kendaraan besar pada jam-jam sibuk.
Oleh karena kendaraan besar banyak memakan jalan, seharusnya
diadakan pembatasan larangan kendaraan besar melewati jalan-jalan
yang rawan kemacetan pada jam-jam sibuk.
Melarang kendaraan langsung belok kanan di arus lalu lintas di
persimpangan. Menertibkan becak menunggu penumpang di daerah
rawan macet.
Pemasangan pagar di sepanjang jalan agar pejalan kaki tidak berjalan
di badan jalan.
Penggunaan badan jalan oleh pejalan kaki
menimbulkan kemacetan. Maka, dipasang pagar di sepanjang jalan
yang rawan kemacetan
b. Solusi Jangka Panjang
o Pemasangan traffic light.
o Perbaikan atau pembenahan persimpangan jalan.
o Mengusulkan Bus Sekolah untuk siswa sekolah. Untuk masa
yang akan datang seharusnya diusulkan sekolah menyediakan
armada angkutan bagi para siswanya sehingga para siswa
sekolah tidak memakai sepeda motor sendiri maupun diantar
atau memakai mobil pribadi
o Pembuatan prioritas Lajur
khusus
untuk
Bus
Kota.
Sebagaimana usulan/saran dari The Institute for Transport dan
Development Policy (ITPD), sebuah LSM bidang sistem
transportasi dari New York, mengusulkan kepada Pemkot
Surabaya untuk memberikan prioritas jalur khusus angkutan
bus kota.
o Pembuatan lajur khusus untuk kendaraan tidak bermotor.
Kendaraan tidak bermotor misalkan becak, sepeda angin, dan
gerobak sebaiknya dibuatkan lajur khusus sehingga tidak
menganggu kelancaran kendaraan bermotor di jalan.
o Pembenahan persimpangan dengan pelebaran
persimpangan.
kemacetan.
mulut
Persimpangan jalan biasanya menimbulkan
Seharusnya
di
masa
mendatang
melakukan pembenahan dengan melebarkan mulut
dipikirkan
o Pelebaran jalan yang ada. Kalau masih memungkinkan jalan
yang rawan macet sebaiknya juga dilakukan pelebaran jalan
untuk mengurangi kemacetan lalu
o Peningkatan/perbaikan jalan yang tidak rata. Jalan yang tidak
rata
mengakibatkan
kemacetan
dan
kecelakaan.
Oleh
karenanya, jalan yang tidak rata sebaiknya dilakukan perbaikan
untuk menghindari kemacetan dan kecelakaan lalu lintas
o Perbaikan drainase. Saluran air sangat penting oleh karena
ditakutkan pada musim hujan akan mengakibatkan banjir
sehingga akan menimbulkan kemacetan lalu lintas, untuk itu
sebaiknya dilakukan pembuatan saluran air/drainase pada jalanjalan yang belum ada saluran airnya dan apabila ada kerusakan,
penyumbatan saluran air, dan mungkin kurang lebar dan dalam
sebaiknya segera dilakukan perbaikan untuk mengantisipasi
banjir agar tidak terjadi.
o Pembuatan jembatan penyeberangan. Tanpa adanya jembatan
penyeberangan maka pejalan kaki yang akan menyeberang
akan sembarangan menyeberang sehingga sering terjadi konflik
antara kendaraan yang lewat dengan pejalan kaki di samping
itu menimbulkan kemacetan dan tidak lancarnya lalu lintas.
o Membuat batas halte bus dengan badan jalan. Batas antara
halte bus dengan badan jalan harus jelas untuk menghindari bus
kota yang berhenti memakan badan jalan sehingga perlu
dibatasi dengan pembatas jalan.
o Pembuatan celukan untuk putar balik (U-Turn). Kendaraan
bermotor dalam putar balik biasanya dilakukan di sembarang
tempat sehingga menimbulkan kemacetan
o Peningkatan jalan dan pembenahan jarak pandang.
Jarak
pandang dalam berkendaraan bermotor sangat penting oleh
karenanya perlu diadakan peningkatan dan pembenahan lampulampu jalan sehingga terlihat terang terutama dimalam hari.
o Menentukan jenis pengendalian persimpangan yang tepat.
Perlu dipikirkan jenis pengendalian yang tepat untuk mengatur
persimpangan jalan yang sering rawan kemacetan sehingga di
masa
yang
akan
datang
diharapkan
persimpangan-
persimpangan jalan tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas.
o Melakukan evaluasi tingkat pelayanan.
Setelah kita mengetahui solusi apa saja yang harus dilakukan Pemerintah Surabaya
dalam mengurangi kepadatan lalu lintas maka pemerintah surabaya dapat melakukan
pengendalian pencemaran udara di kota surabaya, dengan cara lain yang dapat
menjadi solusi untuk pengendalian pencemaran polusi udara di Kota Surabaya:
1. Pengendalian Pencemaran Udara Secara. Prinsipnya untuk mengendalikan
pencemaran udara membutuhkan 3 (tiga) hal pokok secara terpadu, yaitu :
Tersedianya
database
yang
mencakup
data
pencemaran
udara
Ketersediaan data ini akan sangat bermanfaat dalam merumuskan kebijakan
yang diperlukan, Adanya peraturan dan pelaksanaan, Tidak lupa dilakukan
sosialisasi tentang permasalahan pencemaran udara, dampak serta solusinya,
sehingga masyarakat dapat berperan serta dalam upaya penanggulangannya,
Terlaksananya berbagai tindakan secara terpadu yang secara teknis
dapat menurunkan pencemaran udara.
2. Fokus Pengendalian Emisi Sumber Bergerak. Pencemaran udara dan sektor
transportasi rata-rata berkisar 70% dari total pencemaran udara. Ada 4 hal
yang berpengaruh terhadap pencemaran udara dan kendaraan bermotor, yaitu :
Standar emisi dan teknologi kendaraan Penerapan standar emisi yang ketat
dapat menurunkan pencemaran udara secara signifikan.
Kualitas bahan bakar Tentang bahan bakar adalah salah satu persyaratan yang
akan meningkatkan efisiensi dan penggunaan teknologi tersebut adalah adanya
bahan bakar dengan kualitas yang baik. penggunaan bahan bakar gas juga
akan mampu menurunkan pencemaran udara secara signifikan, terutama
karena BBG tidak mengandung sulfur.
Pemeriksaan dan perawatan. Pemeriksaan dan perawatan dilakukan untuk
memastikan bahwa setiap kendaraan bermotor dirawat secara teratur, sehingga
dengan perawatan tersebut dipastikan bahwa emisinya juga dapat dijaga
dengan baik.
Perencanaan dan pengelolaan transportasi. Adanya transportasi yang baik
dapat menurunkan pencemaran udara secara signifikan. Dengan sistem
transportasi yang baik kemacetan akan dapat dikurangi secara signifikan. Juga
akan lebih banyak masyarakat yang akan beralih ke penggunaan angkutan
umum dibandingkan dengan penggunaan kendaraan pribadi.
Analisis Data Kuantitatif
1. Data nilai baku mutu ambient udara kota surabaya 2011
2. Data peningkatan jumlah kendaraan bermotor menurut jenis plat dasar kendaraan
di Surabaya
3
Data nilai emisi CO2 kendaraan di kota Surabaya
Kesimpulan
Kepadatan lalu lintas biasanya pada di jam – jam sibuk di Kota Surabaya akibat kemacetan
lalu lintas adalah salah satu sumber utama timbulnya polusi udara di Kota Surabaya. Selain
itu, asap yang dihasilkan pabrik, seperti polusi udara dan kebisingan yang ditimbulkan
pembuangan asap kendaraan bermotor sangat berpengaruh pada lingkungan hidup, efek yang
langsung berpengaruh pada manusia dan langsung dapat dirasakan berupa menjadi panas,
sesak napas, mata merah, dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan bertambah dan
berkembangnya penggunaan alat transportasi di Kota Surabaya tidak diimbangi pengaturan
jalan maupun pelebaran jalan yang baik. Peran pemerintah dalam mengatasi kepadatan lalu
lintas di Kota Surabaya ada beberapa hal, seperti penerapan Peraturan Pemerintah No. 41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara pada 26 Mei 1999 yang terkait dengan
Program Langit Biru yang diatur sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor: KEP-15/MENLH/4/1996, yang ditetapkan pada 26 April 1996
DAMPAK KEPADATAN LALU LINTAS TERHADAP POLUSI UDARA
KOTA SURABAYA
Karya : Widyawati Boediningsih, SH.,MH
Identitas
Jurnal yang direview adalah sebuah jurnal pengendalian pencemaran udara (Journal of air
pollution control ) yang ditulis oleh Widyawati Boediningsih, SH.,MH dari Fakultas
Hukum Universitas Narotama Surabaya. Jurnal yang berjudul “Dampak Kepadatan Lalu
Lintas Terhadap Polusi Udara Kota Surabaya” ini diterbitkan pada tahun 2011 dengan
VOLUME XX, No. 20, April 2011
Abstrak
Jurnal ini ditulis dengan tujuan untuk meneliti pencemaran lingkungan udara di Surabaya
akibat kepadata lalu lintas. Metode yang digunakan adalah Pendekatan Masalah dengan
penelitian hukum normatif yang mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum dan Sumber
Bahan Hukum. Bahan Hukum yang diperlukan berupa kepustakaan dan dokumen hukum
berupa bahan-bahan hukum yang menyimpulkan sebuah hasil penelitian. Dari penelitian yang
menunjukan kepadatan lalu lintas pada jam-jam sibuk di Kota Surabaya akibat kemacetan
lalu lintas adalah salah satu sumber utama timbulnya polusi udara di Kota Surabaya. Selain
itu, asap yang dihasilkan pabrik, seperti polusi udara dan polusi suara (kebisingan) yang
ditimbulkan pembuangan asap (emisi) kendaraan bermotor sangat berpengaruh pada
lingkungan hidup, efek yang langsung berpengaruh pada manusia dan langsung dapat
dirasakan berupa udara sekitar menjadi panas, sesak napas, mata merah, dan lain-lain.
Latar Belakang
Tidaklah heran pernah terjadi keributan di pemerintah Kota Surabaya yang ingin
mempertahankan kelestarian keberadaan Kebun Bibit Bratang sebagai paru-paru Kota
Surabaya. Sedangkan toko, mall-mall dan perkantoran semakin banyak dibangun, maka Kota
Surabaya mulai kehilangan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berfungsi sebagai paru-paru
kota untuk menciptakan suasana udara sehat di kota Surabaya yang telah diatur oleh Undang-
Undang. Di samping itu, pernah terjadinya keributan tentang pemakaian lahan di mana
tempat ditanamnya pohon-pohon di tengah-tengah atau di pinggir jalan yang selama ini sudah
ada, juga sebagian sudah berubah fungsi. Sebagian lahan di jalur hijau tersebut sudah
dijadikan tempat pengisian bahan bakar minyak (pompa bensin), sehingga fungsi paru-paru
kota di Kota Surabaya yang hanya sedikit dan lama – kelamaan semakin berkurang. Berbagai
upaya dilakukan dari sarana administrasi, perangkat pelaksanaan kebijaksanaan lingkungan,
baik pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat, di pusat dan di daerah terus
ditingkatkan efektifitas dan efisiensinya.
Kerjasama antara pemerintah sebagai pengelola lingkungan makin memperlancar
pengelolaan lingkungan hidup. Selain masalah-masalah tersebut, tidak kalah menarik untuk
dibahas dalam penelitian pengendalian pencemara udara di kota surabaya adalah mengenai
polusi udara sebagai akibat kemacetan lalu lintas, juga turut andil mencemari lingkungan
hidup, sebab di kota-kota metropolitan Indonesia seperti Jakarta dan Surabaya akibat
tingginya volume kesibukan dari warga kotanya tentunya tidak terlepas dengan pemakaian
jalan-jalan untuk keperluan atau aktivitas sehari-hari. Dengan kemajuan teknologi terutama
yang berkaitan dengan bidang otomotif mengangkut kendaraam bermotor yang menggunakan
Bahan Bakar Minyak (BBM) seperti premix, premium, dan solar tentunya mengakibatkan
pembuangan asap (emisi) yang sudah pasti di jalan-jalan Kota Surabaya. Dengan
meningkatnya pertumbuhan ekonomi dan berdampak pula terhadap meningkatnya
pendapatan per kapita masyarakat Indonesia, semakin banyak orang yang menggunakan
kendaraan bermotor baik itu mobil maupun motor dalam menjalankan aktivitas. Ditambah
lagi adanya kendaraan umum seperti bus kota dan angkutan kota menambah ramainya jalur
lalu lintas di Kota Surabaya. Dengan kondisi seperti ini, kepadatan lalu lintas di jam sibuk
seperti jam 07.00 dan 16.00 WIB. Menurut pengamatan yang dilakukan oleh penulis
kemacetan lalu lintas tidak dapat dihindari karena para warga siap melakukan berbagai
aktivitas di antaranya berangkat kerja, berangkat sekolah, dan keperluan lainnya. Sebaliknya
pada 16.00 WIB. Saat para warga pulang dari kerja kembali memadati arus lalu luntas.
Rutinitas ini menimbulkan kemacetan lalu lintas dan polusi/pencemaran udara akibat
pembuangan asap melalui knalpot kendaraan bermotor.
Metode
Metode yang digunakan alam penelitian ini adalah dengan
Pendekatan Masalah,
Pendekatan yang digunakan penelitian ini adalah penelitian hukum normatif,. Sumber Bahan
Hukum berupa kepustakaan dan dokumen hukum berupa bahan-bahan hukum sebagai
berikut:
a. Bahan Hukum Primer, yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolahan Lingkungan Hidup,
Peraturan Pemerintah atau Keputusan Menteri di bidang Lingkunga Hidup.
b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum yang berasal dari hasil-hasil penelitian di
bidang hukum lingkungan hidup,
c. Analisa Bahan Hukum Penelitian hukum normatif ini, pengolahan data didasarkan
pada penelitian-penelitian yang dilakukan dengan cara langsung turun ke lapangan,
melalui pengamatan di jalan-jalan yang sering menimbulkan kemacetan dan
menghimpun data dari Dinas Perhubungan Kota Surabaya mengenai daerah yang
mengalami kemacetan/kepadatan lalu lintas di Kota Surabaya.
Pembahasan
Penelitian dilakukan pada jam – jam tertentu yaitu jam – jam sibuk berangkat kerja dan
pulang kerja. Serta dampak yang ditimbulkan dari kemacetan tersebut yaitu dapat
menimbulkan pencemaran udara dan pencemaran suara.
Dibawah ini adalah faktor – faktor dari kemacetan :
1. Banyak pengguna jalan yang tidak tertib.
2. Pemakai jalan melawan arus. Adanya sistem satu arah pada lajur jalan diharapkan
mengurangi kemacetan lalu lintas oleh karena tidak adanya kendaraan yang saling
bersimpangan mau belok.
3. Kurangnya petugas lalu lintas yang mengawasi/mengatur.
4. Persimpangan jalan tidak dikendalikan dengan lampu lalu lintas/traffic light.
5. Terjadi konflik antara kendaraan arah lurus dengan kendaraan arah belok. Konflik
antara kendaraan arah lurus dengan kendaraan arah bbelok sering terjadi di tikungan
jalan lantaran para pengguna jalan tidak ada yang mau mengalah sehingga
menimbulkan kemacetan lalu lintas
6. Adanya mobil yang parkir di badan jalan. Mobil diparkir di badan jalan sehingga
mengakibatkan penyempitan badan jalan sehingga kendaraan yang melewati jalan
tersebut menjadi terganggu akibat menyempitnya jalan. Kendaraan yang lewat
terpaksa berjalan lambat.
7. Penyeberang tidak menggunakan jembatan penyeberangan. Penyeberang jalan yang
tidak menggunakan jembatan penyeberangan sering mengakibatkan kemacetan lalu
lintas oleh karena mengganggu kelancaran lalu lintas.
8. Angkutan umum sering mangkal, menaikkan/menurunkan penumpang tidak pada
tempatnya.
9. Penyempitan jalan dan antrian di mulut persimpangan jalan.
10. Rambu-rambu lalu lintas kurang jelas dan banyak yang hilang. Rambu-rambu lalu
lintas sebagai pengatur lalu lintas kurang jelas dan banyak yang hilang sehingga
mengakibatkan kemacetan lalu lintas
11. Bahu jalan digunakan untuk parkir becak. Bahu jalan sering kali digunakan tempat
parkir becak sehingga jalan mengalami penyempitan dan mengakibatkan kemacetan
lalu lintas
12. Adanya pedagang kaki lima/pasar yang berjualan di badan jalan. Pedagang kaki
lima/pasar yang berjualan di badan jalan secara otomatis menyebabkan penyempitan
jalan.
13. Angkutan barang (truk) melanggar klas jalan. Kendaraan barang (truk) sebaiknya
tidak melanggar klas jalan sehingga tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas
14. Permukaan jalan tidak rata. Permukaan jalan yang tidak rata menyebabkan
kemacetan lalu lintas.
15. Halte bus digunakan menunggu penumpang sehingga menimbulkan kemacetan,
seharusnya hanya untuk menaikkan dan/atau menurunkan penumpang.
Halte bus
sering kali digunakan menunggu penumpang sehingga menimbul- kan kemacetan lalu
lintas.
16. Radius putar terlalu sempit. Sempitnya jalan juga dapat membuat kemacetan lalu
lintas. Apabila kendaraan
berputar arah otomatis radius putarnya juga sempit
sehingga mobil susah belok.
17. Kurangnya jembatan penyeberangan.
Jalan yang padat lalu lintasnya, sebaiknya
disediakan tempat/jembatan penyeberangan. Setiap orang yang hendak menyeberang
lewat jembatan sehingga menghindari gangguan kelancaran lalu lintas.
18. Lampu penerangan jalan umum banyak tertutup dedaunan. Lampu penerangan jalan
sangat diperlukan sekali pada malam hari. Untuk itu, lampu-lampu jalan yang
pecah/putus segera dipasang kembali agar jalan kelihatan terang sehingga kendaraan
bisa berjalan dengan lancar dan tidak menimbulkan kecelakaan dan kemacetan. Di
samping itu, ranting pepohonan di sisi kanan-kiri jalan sebaiknya dirapikan agar
tidak menghalangi/menutupi cahaya lampu menerangi jalan.
Dalam mengatasi pencemaran udara di kota surabaya maka harus dilakukan
mengatasi kepadatan lalu lintas di kota surabaya maka apabila sudah dilakukan
mengatasi kepadatan lalu lintas kota surabaya dapat melakukan pengendalian
pencemaran udara di kota surabaya.
Dalam mengatasi kepadatan lalu lintas maka terdapat 2 (dua) solusi, yang
pertama solusi jangka pendek, dan yang kedua solusi jangka panjang. Kami akan
membahas solusi yang terdapat di jangka pendek, menengah dan panjang.
a. Solusi Jangka Pendek
Penempatan petugas pada jam-jam sibuk dalam rangka penertiban dan
penegakan hukum.
Aparat petugas/polisi lebih meningkatkan
semangat kerja, kejujuran, dan kedisiplinan dalam melaksanakan tugas
sehingga petugas selalu ada di tempat tugas terutama pada jam-jam
sibuk untuk mengatur kemacetan lalu lintas dan menindak tegas bagi
siapa saja yang melanggar rambu-rambu lalu lintas tanpa pengecualian
dan tidak memungut/menerima uang “damai” dari pelanggar lalu lintas
sehingga bagi pelanggar lalu lintas akan berpikir panjang apabila
melakukan pelanggaran lalu lintas karena sanksinya jelas.
Memasang traffic light/rambu lalu lintas di perempatan jalan atau di
persimpangan jalan.
Penambahan rambu dilarang berhenti dan parkir. Untuk jalan-jalan
tertentu yang rawan macet sebaiknya dipasangi rambu dilarang
berhenti atau
Mengecat Zebra Cross Zebra Cross amat penting untuk menyeberang
jalan bagi pejalan kaki, oleh karenanya agar pejalan kaki tidak
sembarangan dalam menyeberang maka sebaiknya Zebra Cross dicat
ulang.
Penertiban kendaraan yang akan menurunkan atau menaikkan
penumpang.
Perbaikan terhadap marka jalan. Marka jalan berupa cat yang kurang
jelas (pudar) harap dicat ulang, agar mempermudah bagi pemakai
jalan, sehingga kemacetan lalu lintas dapat dihindari.
Penertiban pedagang kaki lima/pasar yang memakan badan jalan,
sebaiknya pedagang kaki lima/pasar tersebut ditertibkan untuk
dialokasikan ke tempat yang telah disediakan/tempat lain sehingga
tidak mengganggu kelancaran lalu lintas juga demi keindahan kota
agar tidak kelihatan semrawut.
Pembatasan larangan masuk truk/kendaraan besar pada jam-jam sibuk.
Oleh karena kendaraan besar banyak memakan jalan, seharusnya
diadakan pembatasan larangan kendaraan besar melewati jalan-jalan
yang rawan kemacetan pada jam-jam sibuk.
Melarang kendaraan langsung belok kanan di arus lalu lintas di
persimpangan. Menertibkan becak menunggu penumpang di daerah
rawan macet.
Pemasangan pagar di sepanjang jalan agar pejalan kaki tidak berjalan
di badan jalan.
Penggunaan badan jalan oleh pejalan kaki
menimbulkan kemacetan. Maka, dipasang pagar di sepanjang jalan
yang rawan kemacetan
b. Solusi Jangka Panjang
o Pemasangan traffic light.
o Perbaikan atau pembenahan persimpangan jalan.
o Mengusulkan Bus Sekolah untuk siswa sekolah. Untuk masa
yang akan datang seharusnya diusulkan sekolah menyediakan
armada angkutan bagi para siswanya sehingga para siswa
sekolah tidak memakai sepeda motor sendiri maupun diantar
atau memakai mobil pribadi
o Pembuatan prioritas Lajur
khusus
untuk
Bus
Kota.
Sebagaimana usulan/saran dari The Institute for Transport dan
Development Policy (ITPD), sebuah LSM bidang sistem
transportasi dari New York, mengusulkan kepada Pemkot
Surabaya untuk memberikan prioritas jalur khusus angkutan
bus kota.
o Pembuatan lajur khusus untuk kendaraan tidak bermotor.
Kendaraan tidak bermotor misalkan becak, sepeda angin, dan
gerobak sebaiknya dibuatkan lajur khusus sehingga tidak
menganggu kelancaran kendaraan bermotor di jalan.
o Pembenahan persimpangan dengan pelebaran
persimpangan.
kemacetan.
mulut
Persimpangan jalan biasanya menimbulkan
Seharusnya
di
masa
mendatang
melakukan pembenahan dengan melebarkan mulut
dipikirkan
o Pelebaran jalan yang ada. Kalau masih memungkinkan jalan
yang rawan macet sebaiknya juga dilakukan pelebaran jalan
untuk mengurangi kemacetan lalu
o Peningkatan/perbaikan jalan yang tidak rata. Jalan yang tidak
rata
mengakibatkan
kemacetan
dan
kecelakaan.
Oleh
karenanya, jalan yang tidak rata sebaiknya dilakukan perbaikan
untuk menghindari kemacetan dan kecelakaan lalu lintas
o Perbaikan drainase. Saluran air sangat penting oleh karena
ditakutkan pada musim hujan akan mengakibatkan banjir
sehingga akan menimbulkan kemacetan lalu lintas, untuk itu
sebaiknya dilakukan pembuatan saluran air/drainase pada jalanjalan yang belum ada saluran airnya dan apabila ada kerusakan,
penyumbatan saluran air, dan mungkin kurang lebar dan dalam
sebaiknya segera dilakukan perbaikan untuk mengantisipasi
banjir agar tidak terjadi.
o Pembuatan jembatan penyeberangan. Tanpa adanya jembatan
penyeberangan maka pejalan kaki yang akan menyeberang
akan sembarangan menyeberang sehingga sering terjadi konflik
antara kendaraan yang lewat dengan pejalan kaki di samping
itu menimbulkan kemacetan dan tidak lancarnya lalu lintas.
o Membuat batas halte bus dengan badan jalan. Batas antara
halte bus dengan badan jalan harus jelas untuk menghindari bus
kota yang berhenti memakan badan jalan sehingga perlu
dibatasi dengan pembatas jalan.
o Pembuatan celukan untuk putar balik (U-Turn). Kendaraan
bermotor dalam putar balik biasanya dilakukan di sembarang
tempat sehingga menimbulkan kemacetan
o Peningkatan jalan dan pembenahan jarak pandang.
Jarak
pandang dalam berkendaraan bermotor sangat penting oleh
karenanya perlu diadakan peningkatan dan pembenahan lampulampu jalan sehingga terlihat terang terutama dimalam hari.
o Menentukan jenis pengendalian persimpangan yang tepat.
Perlu dipikirkan jenis pengendalian yang tepat untuk mengatur
persimpangan jalan yang sering rawan kemacetan sehingga di
masa
yang
akan
datang
diharapkan
persimpangan-
persimpangan jalan tidak menimbulkan kemacetan lalu lintas.
o Melakukan evaluasi tingkat pelayanan.
Setelah kita mengetahui solusi apa saja yang harus dilakukan Pemerintah Surabaya
dalam mengurangi kepadatan lalu lintas maka pemerintah surabaya dapat melakukan
pengendalian pencemaran udara di kota surabaya, dengan cara lain yang dapat
menjadi solusi untuk pengendalian pencemaran polusi udara di Kota Surabaya:
1. Pengendalian Pencemaran Udara Secara. Prinsipnya untuk mengendalikan
pencemaran udara membutuhkan 3 (tiga) hal pokok secara terpadu, yaitu :
Tersedianya
database
yang
mencakup
data
pencemaran
udara
Ketersediaan data ini akan sangat bermanfaat dalam merumuskan kebijakan
yang diperlukan, Adanya peraturan dan pelaksanaan, Tidak lupa dilakukan
sosialisasi tentang permasalahan pencemaran udara, dampak serta solusinya,
sehingga masyarakat dapat berperan serta dalam upaya penanggulangannya,
Terlaksananya berbagai tindakan secara terpadu yang secara teknis
dapat menurunkan pencemaran udara.
2. Fokus Pengendalian Emisi Sumber Bergerak. Pencemaran udara dan sektor
transportasi rata-rata berkisar 70% dari total pencemaran udara. Ada 4 hal
yang berpengaruh terhadap pencemaran udara dan kendaraan bermotor, yaitu :
Standar emisi dan teknologi kendaraan Penerapan standar emisi yang ketat
dapat menurunkan pencemaran udara secara signifikan.
Kualitas bahan bakar Tentang bahan bakar adalah salah satu persyaratan yang
akan meningkatkan efisiensi dan penggunaan teknologi tersebut adalah adanya
bahan bakar dengan kualitas yang baik. penggunaan bahan bakar gas juga
akan mampu menurunkan pencemaran udara secara signifikan, terutama
karena BBG tidak mengandung sulfur.
Pemeriksaan dan perawatan. Pemeriksaan dan perawatan dilakukan untuk
memastikan bahwa setiap kendaraan bermotor dirawat secara teratur, sehingga
dengan perawatan tersebut dipastikan bahwa emisinya juga dapat dijaga
dengan baik.
Perencanaan dan pengelolaan transportasi. Adanya transportasi yang baik
dapat menurunkan pencemaran udara secara signifikan. Dengan sistem
transportasi yang baik kemacetan akan dapat dikurangi secara signifikan. Juga
akan lebih banyak masyarakat yang akan beralih ke penggunaan angkutan
umum dibandingkan dengan penggunaan kendaraan pribadi.
Analisis Data Kuantitatif
1. Data nilai baku mutu ambient udara kota surabaya 2011
2. Data peningkatan jumlah kendaraan bermotor menurut jenis plat dasar kendaraan
di Surabaya
3
Data nilai emisi CO2 kendaraan di kota Surabaya
Kesimpulan
Kepadatan lalu lintas biasanya pada di jam – jam sibuk di Kota Surabaya akibat kemacetan
lalu lintas adalah salah satu sumber utama timbulnya polusi udara di Kota Surabaya. Selain
itu, asap yang dihasilkan pabrik, seperti polusi udara dan kebisingan yang ditimbulkan
pembuangan asap kendaraan bermotor sangat berpengaruh pada lingkungan hidup, efek yang
langsung berpengaruh pada manusia dan langsung dapat dirasakan berupa menjadi panas,
sesak napas, mata merah, dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan bertambah dan
berkembangnya penggunaan alat transportasi di Kota Surabaya tidak diimbangi pengaturan
jalan maupun pelebaran jalan yang baik. Peran pemerintah dalam mengatasi kepadatan lalu
lintas di Kota Surabaya ada beberapa hal, seperti penerapan Peraturan Pemerintah No. 41
Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara pada 26 Mei 1999 yang terkait dengan
Program Langit Biru yang diatur sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor: KEP-15/MENLH/4/1996, yang ditetapkan pada 26 April 1996