Jual Beli Di Dunia Maya E commerce

Jual Beli Di Dunia Maya (E-commerce)
Makalah ini disusun guna memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih
Mu’amalah Kontemporer
Dosen pengampu : Imam Mustofa M. Si

Disusun Oleh:
Ayu Utami

141259010

JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
TAHUN 2016/2017

A. Pendahuluan
Dalam kurun waktu lebih dari empat puluh tahun yang lalu, teknologi
komputer telah mulai menimbulkan dampak. Dampak ini berpengaruh
terhadap

masyarakat


dan

terhadap

cara-cara

yang

memungkinkan

masyarakat melaksanakan pekerjaan-pekerjaan. Komputer telah menembus
hampir setiap profesi, aktifitas komersial dan industri, serta banyak
organisasi yang mungkin akan mengalami kesulitan jika tidak mengandalkan
teknologi komputer. Saat ini dunia telah memasuki era global. Pada era
global ini, kemajuan tehnologi informasi terutama komputer sangat cepat.
Masuknya internet, semakin mempercepat arus globalisasi. Internet adalah
sebuah alat penyebaran informasi secara global, sebuah mekanisme
penyebaran informasi dan sebuah media untuk


berkolaborasi dan

berinteraksi antar individu dengan menggunakan komputer tanpa terhalangi
batas geografis.
Dalam bidang perdagangan, internet mulai banyak dimanfaatkan
sebagai media aktivitas bisnis terutama karena kontribusinya terhadap
efisiensi. Di tengan globalisasi komunikasi yang semakin terpadu (global
communication network). Dengan semakin populernya internet seakan telah
membuat dunia semakin menciut dan semakin memudarkan batas-batas
negara berikut kedaulatan dan tatanan masyarakatnya.
Internet adalah sebuah contoh investasi, dedikasi, dan komitmen yang
sukses untuk sebuah riset dan pengembangan infrastruktur informasi.
Demikian pula perdagangan, telah mengalami globalisasi perdagangan, kini
globalisasi perdagangan tidak hanya ditandai dengan perubahan arus
barang di antara negara-negara yang melakukan transaksi perdagangan.
Saat ini globalisai perdagangan ditandai juga adanya pemanfaatan dan
penggunaan media internet sebagai sarana dalam proses transaksi
perdagangan internasional.1
Penggunaan media internet untuk keperluan bisnis dan perdagangan
mulai dikenal beberapa tahun belakangan ini dan dengan cepat meluas,

terutama di negara-negara maju. Dengan adanya jual beli melalui internet ini
berkembang pula sistem bisnis virtual, seperti virtual store dan virtual

1

Andi, Apa dan Bagaimana E-commerce, (Yogyakarta: Wahana, 2002), h. 3

company di mana pelaku bisnis menjalankan bisnis dan perdagangan
melalui media internet dan tidak lagi mengandalkan bisnis perusahaan
konvensional yang nyata. Di negara-negara maju, perkembangan bisnis
lewat internet ini dapat berkembang cepat dengan adanya dukungan dari
sarana settlement yang tersedia, seperti system delivery yang cepat dan
dapat dipercaya, cara pembayaran yang aman dan terutama dukungan
perangkat hukum yang ada.2

2 Asril Sitompul, Hukum Internet Pengenalan Mengenai Masalah Hukum Di Cyber Space,
Citra Aditya Bhakti, (Bandung: Citra Aditya Bhakti ,2001) H. 1

B. Jual Beli Di Dunia Maya (E-commerce)
Transaksi jual beli di dunia maya atau e-commerce merupakan salah

satu produk dari internet yang merupakan sebuah jaringan komputer yang
saling terhubung antara satu dengan yang lain melalui media komunikasi,
seperti kabel telpon, serat optik, satelit, atau gelombang frekuensi. Dalam
satu jaringan komputer tersebut terdapat satu rangkaian banyak terminal
komputer yang bekerja dalam satu sistem komunikasi elektronik.3
E-commerce

adalah

kegiatan

komunikasi

komersial

bisnis

dan

manajemennya yang dilaksanakan menggunakan metode-metode elektronik

seperti halnya electronic dan interchange dan automated data-collection
system. E-commerce juga dapat meliputi transfer informasi secara elektronis
antarbisnis, dalam hal ini menggunakan Electronic Data Interchange (EDI).4
Makna kata Electronic Commerce atau e-commerce selalu mengalami
perubahan setiap saat. Awalnya hanya mengacu pada fasilitas transaksi
komersial yang berlangsung secara elektronis. Transaksi ini biasanya
menggunakan

teknologi

Electronic

Data

Interchange

(EDI)

yang


diperkanalkan pertama kali tahun 1970-an, untuk mengeirimkan dokumen
komersial seperti order pembelian atau faktur secara eletronik. Pada
perkembangannya, e-commerce telah menjadi transaksi sebenarnya dan
lebih tepat disebut sebagai web commerce. Web commerce merupakan
transaksi pembelian barang dan atau jasa yang berlangsung melalui world
wide

web

dengan

menggunakan

perangkat

server

yang

secure


menggunakan e-shopping carts, dan layanan electronic pay, seperti otoritas
pembayaran kartu kredit.5
E-commerce atau transaksi elektronik merupakan transaksi yang
dilakukan menggunakan sistem informasi. Electronis commerce adalah
kegiatan-kegiatan

bisnis

yang

menyangkut

konsumen

(consumers),

manufaktur (manufactures), service providers, dan pedagang penata
(intermediaries) dengan menggunakan jaringan-jaringan komputer (computer
network) yaitu internet. E-commerce sudah meliputi spektrum kegiatan


3 Imam Mustofa, Fiqih Muamalah Kontemporer, (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada,
2016), H. 30.
4 Ibid. 31
5 Ridwan Sanjaya dan Wisnu Sanjaya, Membangun Kerajaan Bisnis Online (Tuntunan
Praktis Menjadi Pebisnis Online), (Jakarta: Kompas Gramedia, 2009), h. 36.

komersial. Saat ini transaksi dalam e-commerce hampir seluruhnya
dikerjakan menggunakan teknologi berbasis web. Istilah e-commerce
mengacu pada sebuah transaksi yang dilakukan melalui sebuah media
elektronikaseperti internet, yang meliputi web, internet, dan extranet.6
E-commerce merupakan salah satu implementasi dari bisnis online.
Berbicara mengenai bisnis online tidak terlepas dari transaksi, seperti jual
beli via internet. Transaksi inilah yang kemudian dikenal dengan electronic
commerce yang lebih populer dengan istilah e-commerce. E-commerce
merupakan aktivitas pembelian, penjualan, pemasaran dan pelayanan atas
produk dan jasa yang ditawarkan melalui jaringan komputer. Dunia industri
teknologi informasi melihatnya sebuah aplikasi bisnis secara elektronik yang
mengacu pada transaksi-transaksi komersial.7
Adanya hubungan yang secara langsung antara satu jaringan komputer

dengan jaringan yang lainnya maka sangat memungkinkan untuk melakukan
satu transaksi langsung melalui jaringan komputer. Transaksi langsung inilah
yang kemudian disebut dengan transaksi online. Menurut Arsyad Sanusi
dalam transaksi online setidaknya ada tiga tipe, yaitu: 8
1.

Kontrak melalui chatting atau vidio confrence;

2.

Kontak melalui e-mail;

3.

Kontrak melalui situs atau web.
Model transaksi jual beli di dunia maya saat ini berkambang sangat

pesat. Sara transaksi juga menggunakan berbagai sarana yang ada dalam
dunia maya. Transaksi di dunia maya umumnya menggunakan media sosial,
seperti twitter, facebook, blackberry massanger dan media sosial lainnya.

Dalam transaksi di dunia maya, antara para pihak yang bertransaksi tidak
bertemu langsung, baik secara audio maupun audio visual. Selain itu,
komunikasi antara keduanya dapat melalui tulisan, seperti inbox via
facebook, via Short Massage Service/SMS, via e-mail dan media tulis
lainnya yang disediakan di dunia maya.9

Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah..., h.32
Ridwan Sanjaya dan Wisnu Sanjaya, Membangun Kerajaan..., h. 36
8 Arsyad Sanusi, E-Commerce Hukum dan Solusinya, (Jakarta: PT Mizan Grafika Sarana,
2001), h. 64
9 Iman Mustofa, “ Fiqih Mu’amalah..., h. 33
6

7

Akad dalam transaksi elektronik di dunia maya berbeda dengan akad
secara langsung. Transaksi elektronik biasanya menggunakan akad secara
tertulis, (e-mail, Short Massage Service/SMS, Blackberry Massanger/BBM
dan sejenisnya) atau menggunakan lisan (via telepon) atau vidio seperti
teleconference. Jual beli melalui media elektronik adalah transaksi jual beli

yang

dilakukan

via

teknologi

modern

sebagaimana

disebutkan

keabsahannya tergantung pada terpenuhi atau tidaknya rukun dan syarat
yang berlaku dalam jual beli. Apabila rukun dan syarat terpenuhi maka
transaksi semacam ini sah.10 Beberapa syarat yang terkait dengan
pembahasan transaksi elektronik dalam jual beli dijelaskan dalam uraian
berikut
1.

Ijab dan qabul
Para ulama mensyaratkan satu majelis (ittihad al-majlis) dalam
sebuah transaksi, kecuali dalam hibah, wasiat dan wakalah. Selain itu
disyarakan pula keberlangsungan antara ijab dan qabul dengan
mengacu pada kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat tertentu.
Hanya saja jumhur ulama dan kalangan syafi’iyyah tidak disyaratkan
qabul langsung diucapkan oleh pihak penerima tawaran. Apabila ijab
atau penawaran dilakukan melalui tulisan atau surat maka qabul harus
dilakukan atau diucapkan ditempat surat atau tulisan itu diterima.11
Umumnya, penawaran dan akad dalam transaksi elektronik
dilakukan secara tulisan, dimana suatu barang dipajang dilaman internet
dengan dilabeli dengan harga tertentu. Kemudian bagi konsumen atau
pembeli yang menghendaki maka mentransfer uang sesuai dengan
harga yang tertera dan ditambah dengan ongkos kirim.12
Kalangan

Malikiyah,

Hanbaliyah

dan

sebagian

Syafi’iyah

berpendapat bahwa tulisan sama halnya dengan lisan dalam hal
sebagai indikasi kesuka-relaan, baik saat para pihak yang melakukan
akad hadir (ada maupun tidak). Namun demikian, hal ini tidak berlaku
untuk akad nikah. Ulama fiqih kontemporer seperti mustafa al-Zarqa dan
Wahbah al-Zuhaili berpendapat bahwa suatu majelis tidak harus

10

Ibid.
Ibid. h. 34
12 Ibid.
11

diartikan hadir dalam suatu lokasi atau sebuah tempat, tetapi satu
situasi dan kondisi, meskipn antara para pihak yang bertransaksi
berjauhan bisa saling melihat gambar dan mendengar suara secara
langsung dengan jelas seakan berhadapan langsung. Hal ini tentunya
memehuni kriteria satu majelis dalam syarat sebuah transaksi jual beli.13
2.

Objek transaksi
Bentuk dan wujud barang yang menjadi objek transaksi, dalam ecommerce biasanya hanya berupa gambar (foto atau vidio) yang
menunjukan barang aslinya kemudian dijelaskan spesifikasi sifat dan
jenisnya. Pembeli dapat dengan bebas memilih barang sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan. Barang akan dikirim setelah uang dibayar.
Mengenai sistem pembayaran atau penyerahan uang pengganti barang,
maka umumnya adalah dilakukan dengan cara transfer. Bila sistem
yang berlaku seperti ini, maka pada dasarnya jual beli ini adalah jual beli
salam. Pembeli memilih barang dengan spesifikasi tertentu, kemudian
membayarnya, setelah itu barang akan diserahkan atau dikirim kepada
pembeli. Hanya saja dalam transaksi salam, uang yang dibayarkan di
muka sebagaimana jual beli salam. 14
Apabila sistem salam yang dilaksanakan dalam jual beli via media
elektronik (e-commerce), maka rukun dan syaratnya juga harus sesuai
dengan transaksi salam. Rukun salam yaitu:
a.

Muslim (pembeli atau pemesan);

b.

Muslam ilaih (penjual atau penerima pesanan);

c.

Muslam fih (barang yang dipesan);

d.

Ra’sul mal (harga pesanan atau modal yang dibayarkan);

e.

Shighat ijab-qabul (ucapan serah terima);
Adapun mengenai syarat salam, secara umum sama dengan

syarat akad jual beli, yaitu: barang yang dipesan merupakan
sepenuhnya

milik

penjual,

bukan

barang

najis

dan

bisa

diserahterimakan. Hanya saja dalam akad salam tidak ada syarat bagi
pemesan untuk melihat barang yang dipesan, ia hanya disyaratkan

13
14

Ibid. h.39
Ibid. h. 45

menentukan sifat dan jenis atau spesifikasi barang yang dipesan secara
jelas.
Beberapa ulama menentukan syarat transaksi jual beli yang
dilakukan dengan perantara:
a.

Kesinambungan antara ijab dan kabul. Menurut jumhur, selain
Syafi’iyaah kabul tidak harus langsung.

b.

Kabul dilakukan di tempat sampainya ijab;

c.

Kesesuain antara ijab dan kabul;

d.

Tidak adanya pengingkaran dari salah satu pihak yang bertransaksi.

Model transaksi jarak jauh yang dilakukan dengan perantara menurut
kalangan ulama kontemporer, seperti Muhammad Buhats al-Muthi’i, Mustafa
al-Zarqa. Wahbah al-Zuhaili, Syaikh Abdullah bin Muni; adalah secara sah
hukum fiqih. Alasan ulama tersebut adalah:
1.

Ulama masa lalu telah membolehkan transaksi yang dilalakukan dengan
perantara, ijab sah antara pesan telah sampai kepada penerima pesan;

2.

Maksud dari satu majelis (ittihadul majlis) dalam syarat transaksi adalah
satu waktu dimana kedua belah pihak melakukan transaksi, bukan
berarti satu lokasi atau tempat dan hal ini dapat berlangsung
menggunakan telepon atau internet dan media lainnya.15
Hukum transaksi via teknologi modern seperti telepon, handphone, iPad,

atau media internet lain telah dibahas pada Muktamar VI Fiqih Islam yang
dilaksanakan di Jedah Saudi Arabia tanggal 14-20 maret 1990. Melihat
perkembangan teknologi modern yang berdampak pada segala bidang,
termasuk transaksi perdagangan demi kecepatan kegiatan bisnis dan
ekonomi lainnya, maka peru diputuskan hukum tentang penggunaan media
tersebut dalam perspektif fiqih islam. Hal ini tentunya dengan tetap
berpegangan pada persyaratan-persyaratan transaksi yang telah ditetapkan
oleh fuqaha, baik transaksi secara lisan, tulisan maupun via surat,
persyaratan bertemunyapara pihak dalam suatu forum (ruang dan waktu),
kontekstualitasantara ijab dan qabul, tidak adanya maksud salah satu pihak
untuk melakukan wanprestasi dan kesinambungan antara ijab dan kabul.
Muktamar tersebut memutuskan sebagai berikut:

15

Ibid. h. 46

1.

Apabila transaksi telah dilakukan oleh dua pihak yang tidak bertemu
langsung secara fisik, tidak saling melihat dan mendengar satu sama
lain, serta hanya menggunakan perantara surat, feksimile, atau internet,
maka transaksi tersebut telah sah dan mengikat secara hukum dengan
syarat kedua belah pihak saling memahami dan menerima maksud
transaksi secara tepat.

2.

Apabila transaksi dilakukan oleh dua pihak yang berjauhan dengan
perantara telepon atau media teknologi modern lainnya, maka transaksi
kedua belah pihak tersebut berlaku sebagaimana transaksi yang
dilakukan secara langsung (face to face);

3.

Apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi terhadap transaksi
yang dilakukan dengan alat teknologi modern tersebut dengan batasan
waktu tertentu, maka dia tidak dapat menarik kembali transaksi yang
telah dilakukan;

4.

Transaksi via teknologi modern tersebut tidak berlaku pada akad nikah,
karena dalam akad nikah disyaratkan adanya saksi, tidak berlaku pada
tukar menukar, karena adanya syarat penyerahan, dan jual beli inden,
karena disyaratkan down payment;

5.

Apabila terjadi pemalsuan, pengingkaran atau kekeliruan maka hukum
yang berlaku sama dengan transaksi yang dilakukan secara langsung
(face to face). Dalam transaksi elektronik dan sistem pengawasan
sebagai upaya untuk menjamin terpenuhinya hak para pihak yang
melakukan transaksi. Sistem pengawasan ini dikenal dengan process
control yang menjadi bagian dari proses transaksi elektronik.16
Electronic Commerce bagi para manager professional memiliki nilai

ekonomis yang tinggi, karena merupakan pangsa pasar baru yang sangat
luas dan potensial , suatu daerah pemasaran produk yang inovatif. Fasilitas
yang diberikan mampu mengakses ke segala penjuru dunia tanpa harus di
tempat terjadinya trasaksi bisnis, hal ini sangat mendukumg pola manajemen
yang dikenal dengan istilah One Table Management, di mana seorang
pelaku bisnis mampu mengendalikan kegiatan bisnisnya – yang terletak
dibanyak tempat, baik skala nasional maupun skala internasional - dengan

16

Ibid. h. 47-48

menggunakan internet, kapan dia harus “melempar” kapital dari Bursa Efek
Jakarta ke Bursa Efek Hongkong atau di Wall Street New York. Kapan dia
harus melakukan transaksi dengan pelaku bisnis lainnya hanya dengan
duduk di depan komputer yang berfasilitas internet yang ada di kantornya
tanpa harus berhadapan dan bertemu secara fisik.17
E-commerce merupakan bidang yang multidisipliner (multidisciplinary
field)

yang

mencakup

bidang-bidang

telekomunikasi,

pengamanan,

(retrieval)

multimedia,

dari

teknik

penyimpanan,
bidang-bidang

seperti
dan

bisnis

jaringan

dan

pengambilan

data

seperti

pemasaran

(marketing), pembelian dan penjualan (procurement and purchasing),
penagihan dan pembayaran (billing and payment), manajemen jaringan
distribusi (supply chain management). Dan aspek-aspek hukum seperti
information privacy, hak milik intelektual (intellectual property right),
perpajakan (taxation), pembuatan perjanjian dan penyelesaian hukum
lainnnya.18
Dengan adanya fenomena yang demikian ini, yakni semakin majunya
ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan motor penggerak bagi
produktifitas

dan

efisiensi

produsen

atas

barang

atau

jasa

yang

dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha, maka perlindungan
terhadap konsumen dipandang sangat penting keberadaaannya, sebab
dalam rangka mengejar produktifitas dan efisiensi tersebut, pada akhirnya
baik secara langsung atau tidak langsung, konsumenlah yang menanggung
dampaknya. Perkembangan internet di Indonesia memang seperti tidak
terduga sebelumnya. Beberapa tahun yang lalu internet hanya dikenal oleh
sebagian kecil orang yang mempunyai minat di bidang komputer. Namun,
dalam beberapa tahun terakhir ini, penggunaan jasa internet meningkat
secara pesat, meskipun ada pendapat bahwa penggunaan internet di
Indonesia masih sebatas hanya untuk hiburan dan percobaan.19

17

Anastasia Diana, Mengenal E-Business, (Yogyakarta: ANDI, 2001), h. 11.
Ibid. h. 17
19 Sri Redjeki Hartono, Aspek-aspek Hukum Perlindungan Konsumen pada Era
perdagangan Bebas, dalam hukum perlindungan konsumen (Bandung: Mandar Maju, 2000,) h. 33
18

Transaksi

E-commerce

meliputi

banyak

hal,

maka

untuk

membedakannya perlu dibagi dalam jenis-jenis E-commerce. jenis-jenis
transaksi dari suatu kegiatan E-commerce adalah sebagai berikut:20
1.

Business to Business (B2B)
Melibatkan penjualan produk dan layanan antar perusahaan.
Bentuk e-commerce B2B ini menggambarkan sebuah pasar e-business
yang terjadi antara dua perusahaan/organisasi. Karakteristik yang
dimiliki oleh perusahaan e-commerce B2B ini biasanya karena trading
partner yang sudah diketahui dan umumnya memiliki hubungan
(relationship) yang cukup lama sehingga sudah sama-sama memiliki
trust.

2.

Business to Consumer (B2C)
Melibatkan penjualan produk dan layanan secara eceran kepada
pembeli perorangan. Perusahaan e-commerce yang masuk kategori
B2C ini memasarkan produk dan jasanya langsung dengan customer
(retail). Perusahaan yang menggunakan bentuk e-commerce B2C ini
harus

mengembangkan

situs

web

yang

menarik

untuk

para

pelanggannya misalnya dengan tersedianya pajangan virtual dan
katalog multimedia, proses pesanan yang interaktif, dan sistem
pembayaran yang aman. Karakteristik pada e-commerce B2C ini adalah
terbuka untuk umum karena informasi disebarkan untuk umum dan
servis yang diberikan bersifat umum juga (generic) dengan mekanisme
yang dapat digunakan oleh khalayak ramai. Melibatkan produk dan
layanan secara eceran kepada pembeli perorangan.yang menjual buku,
peranti lunak, dan music kepada konsumen perorangan, adalah contoh
e-commerce (B2C).
3.

Consumer to Consumer (C2C)
Kategori

e-commerce

C2C

ini

menggambarkan

customer

melakukan penjualan langsung kepada konsumen lainnya, seperti e-Bay
yang merupakan tempat lelang on-line, dimana para pelanggan dan juga
perusahaan saling membeli dan menjual ke satu sama lainnya melalui
proses lelang secara on-line. e-Bay, situs lelang Web rakasa,

20

Munir Fuady, 2002, Pengantar Hukum Bisnis (Bandung: Citra Aditya Bakti) h. 408

memungkinkan orang-orang menjual barang mereka ke konsumen lain
dengan melelangnya pada penawaran tertinggi.
4.

Consumer to Business (C2B)
Consumers to Business (C2B) merupakan kebalikan dari Business
to consumer (B2C), dimana konsumen akhir bertindak sebagai penjual
sedangkan perusahaan bertindak sebagai pembeli dan aktivitas ini
dilakukan secara elektronis yang tentunya dengan mengunakan jaringan
internet.21

21 Diposkan oleh Ahmad Istanto, fiqih muamalah akad salam, di akses 06 maret 2017
http://syariah99.blogspot.com/2013/05/fiqih-muamalah-akad-salam.html

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia Diana. Mengenal E-Business. Yogyakarta: ANDI. 2001
Andi. Apa dan Bagaimana E-commerce. Yogyakarta: Wahana. 2002
Arsyad Sanusi. E-Commerce Hukum dan Solusinya. Jakarta: PT Mizan Grafika
Sarana. 2001
Asril Sitompul. Hukum Internet Pengenalan Mengenai Masalah Hukum Di Cyber
Space, Citra Aditya Bhakti. Bandung: Citra Aditya Bhakti. 2001
As-Shadiq Abdurrahman Al-Gharyani. Fatwa-Fatwa Muamalah Kontemporer.
Surabaya: Pustaka Progresif. 2004
Imam Mustofa. Fiqih Muamalah Kontemporer. Jakarta: Pt Raja Grafindo
Persada. 2016
Munir Fuady. Pengantar Hukum Bisnis. Bandung: Citra Aditya Bakti. 2002
Ridwan Sanjaya dan Wisnu Sanjaya. Membangun Kerajaan Bisnis Online
(Tuntunan Praktis Menjadi Pebisnis Online). Jakarta: Kompas Gramedia.
2009
Setiawan Budi Utomo. Fiqih Aktual Jawaban Tuntas Masalah Kontemporer.
Jakarta: Gema Insani Press. 2003)
Sri Redjeki Hartono. Aspek-aspek Hukum Perlindungan Konsumen pada Era
perdagangan Bebas, dalam hukum perlindungan konsumen. Bandung:
Mandar Maju. 2000
Suta Remy Sjahdeini. “E-Commerce Tinjauan dari Perspektif Hukum”. Jurnal
Hukum Bisnis. Vol 12. 2001
http://syariah99.blogspot.com/2013/05/fiqih-muamalah-akad-salam.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Perdagangan_elektronik