PENCEMARAN mikroba pada produk TANAH

TUGAS TOKSIKOLOGI DAN
PENCEMARAN LINGKUNGAN
“PENCEMARAN TANAH”

OLEH
Nama
NIM

: Christin H. Bonnu
: 1106052006

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN T EKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2014

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang telah memberikan rahmat
dan hikmat-Nya sehingga makalah ini yang berjudul “ Pencemaran Tanah “ dapat penulis
selesaikan.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Toksikologi dan

Pencemaran Lingkungan.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan makalah ini baik secara langsung maupun tidak langsung.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi setiap pembaca. Makalah ini tentu
masih masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk penyusunan makalah di kesempatan berikutnya yang lebih
baik lagi.

Kupang, 5 Juni 2014

Penulis

Pencemaran Tanah
A. Pendahuluan
Sebagian besar makhluk hidup melakukan aktifitasnya di tanah, baik di permukaan
maupun dalam lapisan-lapisan tanah tertentu setelah permukaan tanah. Dalam habitat yang
sama ini, setiap organisme teresterial berasosiasi untuk melangsungkan kehidupannya.
Tumbuhan yang tumbuh di tanah merupakan produsen primer, hewan dan manusia
menggunakan hasil produksi tumbuhan untuk melakukan aktifitas hidupnya, hungga pada
akhirnya akan terjadi proses penguraian oleh mikroorganisme yang hidup di tanah. Oleh

sebab itu, manusia sebagai makhluk berhikmat wajib menjaga kelestarian tanah sehingga
tetap dapat mendukung kehidupan di muka bumi ini. Namun, seperti halnya pencemaran air
dan udara, pencemaran tanah pun merupakan akibat kegiatan manusia.
B. Pengertian Pencemaran Tanah
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 150 tahun 2000 tentang Pengendalian
kerusakan tanah untuk produksi bio massa: “Tanah adalah salah atu komponen lahan berupa
lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta
mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan
manusia dan makhluk hidup lainnya.” Sedangkan pencemaran adalah masuknya atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan,
atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga
kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi
kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya
Di dalam PP No. 150 th. 2000 di sebutkan bahwa “Kerusakan tanah untuk produksi
biomassa adalah berubahnya sifat dasar tanah yang melampaui kriteria baku kerusakan
tanah”. Pencemaran tanah juga dapat didefinisikan sebagai keadaan di mana bahan kimia
buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami.
 Tanah tercemar
Tanah indonesia terkenal dengan kesuburanya. Hingga dalam sejarah Indonesia pernah
tercetat. Kesuburan itu telah mengundang para penjajah asing untuk

mengeksploitasinya. Fenomena sekarang lain lagi. Sebagian tanah Indonesia tercemar
oleh polusi yang diakibatkan oleh kelainan masyarakat. Pencemaran ini menjadikan
tanah rusak dan hilang kesuburanya, mengandung zat asam tinggi. Berbau busuk,
kering, mengandung logam berat, dan sebagainya. Kalau sudah begitu maka tanah
akan sulit untuk dimanfaatkan.
Dari pernyataan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri tanah
tercemar adalah :
1. Tanah tidak subur
2. pH dibawah 6 (tanah asam) atau pH diatas 8 (tanah basa)
3. Berbau busuk
4. Kering
5. Mengandung logam berat

6. Mengandung sampah anorganik
 Tanah tidak tercemar
Tanah yang tidak tercemar adalah tnah yang masih memenuhi unsur dasarnya
sebagai tanah. Ia tidak mengandung zat-zat yang merusak keharaanya. Tanah tidak
tercemar bersifat subur, tidak berbau busuk, tingkat keasaman normal. Yang paling
utama adalah tidak mengandung logam berat. Tanah yang tidak tercemar besar
potensinya untuk alat kemaslahatan umat manusia. Pertanian dengan tanah yang

baik bisa mendatangkan keuntungan berlipat ganda.
Dari pernyataan diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa ciri-ciri tanah tercemar
adalah :
1. Tanahnya subur
2. Trayek pH minimal 6, maksimal 8
3. Tidak berbau busuk
4. tidak kering, memiliki tingkat kegemburan yang normal
5. Tidak Mengandung logam berat
6. Tidak mengandung sampah anorganik

C. Jenis dan Penyebab Pencemaran Tanah
Secara umum, Pencemaran tanah dapat disebabkan limbah domestik, limbah
industri, dan limbah pertanian. Tabel berikut memperlihatkan berbagai jenis zat
pencemar tanah.

Sumber: Anonim,2012
1. Limbah domestik
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor
pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
 Limbah padat berupa sampah anorganik. Jenis sampah ini tidak dapat diuraikan oleh

mikroorganisme (non-biodegradable), misalnya kantong plastik, bekas kaleng
minuman, bekas botol plastik air mineral, menyebabkan tanah menjadi kurang subur.

Bahan pencemar itu akan tetap utuh hingga 300 tahun yang akan datang. Bungkus
plastik yang kita buang ke lingkungan akan tetap ada dan mungkin akan ditemukan
oleh anak cucu kita setelah ratusan tahun kemudian. Sampah anorganik tidak terbiodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak dapat ditembus oleh akar
tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral yang dapat
menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan
berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh
makanan untuk berkembang.
 Limbah cair berupa; tinja, deterjen, oli, cat, jika meresap kedalam tanah akan merusak
kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme di dalam tanah.

2. Limbah industri
Limbah domestik dapat berasal dari daerah: pemukiman penduduk; perdagangan/pasar/tempat usaha hotel dan lain-lain; kelembagaan misalnya kantor-kantor
pemerintahan dan swasta; dan wisata, dapat berupa limbah padat dan cair.
1.

Limbah industri berupa limbah padat yang merupakan hasil buangan industri
berupa padatan, lumpur, bubur yang berasal dari proses pengolahan. Misalnya

sisa pengolahan pabrik gula, pulp, kertas, rayon, plywood, pengawetan buah,
ikan daging dll.

2.

Limbah cair yang merupakan hasil pengolahan dalam suatu proses produksi,
misalnya sisa-sisa pengolahan industri pelapisan logam dan industri kimia
lainnya. Tembaga, timbal, perak, khrom, arsen dan boron adalah zat-zat yang
dihasilkan dari proses industri pelapisan logam.

Berbagai pencemaran tanah oleh aktivitas manusia (Anonim,2012)

3.

Limbah pertanian
Limbah pertanian berupa sisa-sisa pupuk sintetik untuk menyuburkan tanah/tanaman,
misalnya pupuk urea Pestisida pemberantas hama tanaman misalnya DDT. Kontaminasi
logam dalam tanah pertanian bergantung pada:
 Jumlah logam yang ada pada batuan tempat tanah terbentuk.


 Jumlah mineral yang ditambahkan pada tanah sebagai pupuk.
 Jumlah deposit logam dari atmosfer yang jatuh ke dalam tanah.
 Jumlah yang terambil pada proses panen ataupun merembes ke dalam tanah yang lebih
dalam (Darmono, 2001).
4.

Logam Berat
Limbah yang biasa mengandung logam berat berasal dari pabrik kimia, listrik dan
elektronik, logam dan penyepuhan elektro (electroplating), kulit, metalurgi dan cat serta
bahan pewarna. Limbah padat pemukiman juga mengandung logam berat (Yong, et al,
1992). Pestisida juga memberikan masukan logam berat ke dalam tanah. Serapan pestisida
oleh tanaman tergantung pada dosis pemberian pestisida, jenis tanah, dan kemampuan
tanaman dalam menyerap pestisida (Charlena, 2004). Pemisahan antara unsur yang
beracun, yang berdaya guna atau bahkan yang diperlukan oleh tumbuhan tidak dapat
dipilahkan secara jelas. Seperti halnya logam berat Fe, Cu dan Zn yang merupakan unsur
hara mikro yang diperlukan oleh tumbuhan, namun dalam jumlah banyak akan bersifat
racun. Logam Ni dan Cd juga dalam jumlah sedikit diduga menjalankan peran fisiologi
penting dalam tumbuhan, namun dalam jumlah lebih banyak akan menjadi racun. Peran
Pb sebagai hara tumbuhan juga belum diketahui. Unsur ini merupakan pencemar kimiawi
utama terhadap lingkungan dan sangat beracun bagi tumbuhan, hewan dan manusia.


 Pb (Timbal)
Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit. Jumlah timbal yang terdapat
diseluruh lapisan bumi hanyalah 0,0002% dari jumlah seluruh kerak bumi. Jumlah ini
sangat sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat lainnya yang ada
di bumi (Palar, 2008). Selain dalam bentuk logam murni, timbal dapat ditemukan dalam
bentuk senyawa inorganik dan organik. Semua bentuk Pb tersebut berpengaruh sama
terhadap toksisitas pada manusia (Darmono, 2001). Soepardi (1983) dalam Charlena
(2004) menjelaskan bahwa timbal (Pb) tidak akan larut ke dalam tanah jika tanah tidak
masam. Pengapuran tanah mengurangi ketersediaan timbal (Pb) dan penyerapan oleh
tanaman. Timbal akan diendapkan sebagai hidroksida fosfat dan karbonat. Kandungan Pb
total pada tanah pertanian berkisar antar 2-200 ppm (Nriagu, 1978). Kadar unsur Pb yang
tersedia dalam tanah sangat rendah, tetapi dibutuhkan tanaman dalam jumlah sangat
sedikit. Hasil analisis jaringan tanaman (rerumputan) pada masaa pertumbuhan aktif
menunjukkan bahwa kandungan Pb berkisar dari 0,3-1,5 mg/kg bahan kering (Alloway,
1995).
 Cd (Kadmium).
Logam Cd atau cadmium mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam. Seperti
halnya unsur-unsur lainnya terutama golongan logam, logam Cd mempunyai sifat fisika
dan kimia tersendiri. Logam cadmium ini sangat banyak digunakan dalam kehidupan

sehari-hari manusia. Penggunaan Cd dan persenyawaannya ditemukan dalam industri
pencelupan, fotografi dan lain-lain (Palar, 2008). Unsur Cd tanah terkandung dalam
bebatuan beku sebesar 0,1–0,3 ppm, pada batuan metamorfik sekitar 0,1–1,0 ppm Cd,
sedangkan pada bebatuan sedimen mengandung sekitar 0,3–11 ppm. Pada umumnya
kandungan dalam tanah (tanah berasal dari hasil proses pelapukan dari bebatuan) 1,0 ppm
atau lebih rendah (Alloway, 1995). Sudarmaji, dkk (2008) juga mengatakan bahwa
sebagian besar cadmium dalam tanah berpengaruh pada pH, larutan material organik,

logam yang mengandung oksida, tanah liat dan zat organik maupun anorganik. Rata-rata
kadar cadmium alamiah dikerak bumi sebesar 0,1-0,5 ppm.

Unsur Cd memiliki sifat kimia yang hampir sama dengan Zn terutama dalam
proses penyerapan oleh tanaman dan tanah. Namun Cd lebih bersifat racun yang dapat
mengganggu aktivitas enzim. Kadar Cd yang berlebihan dalam makanan dapat
merusak fungsi ginjal sehingga mengganggu metabolisme Ca dan P, serta
menimbulkan penyakit tulang.
 Cu (Tembaga).
Unsur tembaga (Cu), seperti juga unsur-unsur mikro lainnya, bersumber dari hasil
pelapukan/pelarutan mineral-mineral yang terkandung dalam bebatuan. Alloway (1995)
mengemukakan bahwa ada 10 jenis bebatuan dan 19 mineral utama yang mengandung Cu.

Kandungan Cu dalam bebatuan berkisar 2–200 ppm (Adrinao, 1986) dan dalam berbagai
mineral berkisar 23–100%. Kebanyakan Cumineral dalam bentuk kristal dan bentuk
lainnya lebih mudah larut daripada Cu-tanah.
Penambahan Cu ke tanah melalui polusi dapat terjadi pada industri-industri tembaga,
pembakaran batubara, pembakaran kayu, minyak bumi, dan buangan di area
pemukiman/perkotaan. Unsur yang dapat terekstrak dapat mencapai 5–10 kali pada lahan
di wilayah pedesaan. Kabel listrik tegangan tinggi dapat juga mengkontaminasi lahan di
bawahnya selebar 20 m (Lahuddin, 2007).
Kelebihan kadar Cu dalam tanah yang melewati ambang batas akan mejadi pemicu
terjadinya keracunan khususnya pada tanaman. Kandungannya di dalam tanah antara 2
sampai 250 ppm, sedangkan dalam jaringan tanaman yang tumbuh normal sekitar 5-20
ppm Cu. Kondisi kritis dalam tanah 60-125 ppm, dan dalam jaringan tanaman 5-60 ppm
Cu. Pada kondisi kritis pertumbuhan tanaman mulai terhambat sebagai akibat keracunan
Cu (Alloway, 1995).
 Zn (Seng).
Zn diserap oleh tanaman dalam bentuk ion Zn++ dan dalam tanah alkalis mungkin
diserap dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Seperti unsur mikro lain, Zn dapat diserap
lewat daun. Kadar Zn dalam tanah berkisar antara 16-300 ppm, sedangkan kadar Zn dalam
tanaman berkisar antara 20-70 ppm. Mineral Zn yang ada dalam tanah antara lain sulfida
(ZnS), spalerit [(ZnFe)S], smithzonte (ZnCO3), zinkit (ZnO), wellemit (ZnSiO3 dan

ZnSiO4) (Rioardi, 2009).

Penambahan logam Zn ke tanah melalui polusi umumnya terjadi di daerahdaerah
industri peleburan bahan tambang seng. Penelitian-penelitian berdasarkan analisis contoh
tanah berasal dari daerah industri logam menemukan kadar Zn sekitar 250–37200 mg/kg
(di Inggris), 1665–4245 mg/kg (di Polandia), 400–4245 mg (di Rusia), 1310–1780 mg/kg
tanah khususnya pada tanah tergenang di Jepang sedangkan kandungan total Zn tanah
rataan hanya sekitar 50 mg/kg tanah. (Alloway, 1995).
D. Dampak Pencemaran Tanah
a. Pada Kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur
masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam
pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat
berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal
pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat
meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal
dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan
siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat dapat menyebabkan
ganguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan
pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak
kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk
paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran
tanah dapat menyebabkan kematian.
b. Pada Ekosistem
Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia
beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat
menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang
hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies
primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau
tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan
terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing
yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas.
Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung
menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat kematian anakan dan
kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang menyebabkan lapisan tanah tidak
dapat ditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air sehingga peresapan air dan mineral
yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah mikroorganisme di dalam tanahpun akan
berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan mati karena tidak memperoleh makanan
untuk berkembang.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya
dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan

pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi.
Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahanbahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.
E. Penanganan
a. Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada
dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site).
Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih
mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa
ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat
pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat
pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar
dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini
jauh lebih mahal dan rumit.
b. Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan
mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi
zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan
air).
F. Pencegahan
Tindakan pencegahan dan tindakan penanggulangan terhadap terjadinya pencemaran
dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan macam bahan pencemar yang perlu
ditanggulangi. Langkah-langkah pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya
pencemaran antara lain dapat dilakukan sebagai berikut:
Langkah pencegahan
Pada umumnya pencegahan ini pada prinsipnya adalah berusaha untuk tidak menyebabkan
terjadinya pencemaran, misalnya mencegah/mengurangi terjadinya bahan pencemar, antara
lain:
1) Sampah organik yang dapat membusuk/diuraikan oleh mikroorganisme antara lain
dapat dilakukan dengan mengukur sampah-sampah dalam tanah secara tertutup dan
terbuka, kemudian dapat diolah sebagai kompos/pupuk.
2) Sampah senyawa organik atau senyawa anorganik yang tidak dapat dimusnahkan oleh
mikroorganisme dapat dilakukan dengan cara membakar sampah-sampah yang dapat
terbakar seperti plastik dan serat baik secara individual maupun dikumpulkan pada suatu
tempat yang jauh dari pemukiman, sehingga tidak mencemari udara daerah pemukiman.
Sampah yang tidak dapat dibakar dapat digiling/dipotong-potong menjadi partikel-partikel
kecil, kemudian dikubur.

3) Pengolahan terhadap limbah industri yang mengandung logam berat yang akan
mencemari tanah, sebelum dibuang ke sungai atau ke tempat pembuangan agar dilakukan
proses pemurnian.
4) Penggunaan pupuk, pestisida tidak digunakan secara sembarangan namun sesuai
dengan aturan dan tidak sampai berlebihan.
5) Usahakan membuang dan memakai detergen berupa senyawa organik yang dapat
dimusnahkan/diuraikan oleh mikroorganisme.

H. Penutup
Secara langsung maupun tidak langsung kehidupan manusia sangat
bergantung pada tanah. Namun justru dari faktor-faktor penyebab pencemaran
tanah dapat dilihat bahwa aktivitas manusia merupakan penyebab utama
terjadinya pencemaran tanah. Kesadaran untuk melestarikan tanah seharusnya
bukan hanya sebatas pembicaraan tetapi menjadi langkah konkrit dalam
pencegahan pencemaran maupun penanggulanggannya sebab karena itulah
manusia diberi hikmat oleh Tuhan untuk mengelolah alam semesta. Marilah
kita mulai hal ini dari diri sendiri dan keluarga dengan tidak membuang limbah
domestik di sembarangan tempat.

DAFTAR PUSTAKA

Amzani, F. 2012.Pencemaran Tanah Dan Cara Penanggulangannya.Politeknik Negeri
Lampung.Lampung.Diakses pada 4 Juni 2014
Anonim.2011.Tinjauan Pustaka.Universitas Sumatera Utara. Diakses pada 4 Juni 2014
Anonim.2012.Pencemaran Lingkungan. Diakses pada 4 Juni 2014
Jayadi,dkk.2010.Makalah Pencemaran Tanah. Diakses pada 4 Juni 2014

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

Analisis korelasi antara lama penggunaan pil KB kombinasi dan tingkat keparahan gingivitas pada wanita pengguna PIL KB kombinasi di wilayah kerja Puskesmas Sumbersari Jember

11 241 64

ANALISIS PENGARUH PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PEMERINTAH DAERAH (Studi Empiris pada Pemerintah Daerah Kabupaten Jember)

37 330 20

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22